Kamis, 04 Desember 2014

All You Need is Love

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Drama, Family
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah kerajaan,
Seorang pria berjalan ke singga sana raja.
“pangeran?”
“apa maksud ayah? Kenapa aku mendapat selir sebelum aku menikah?” pria itu menatap raja dihadapannya.
“pangeran, panggil aku yang mulia”
“aku seperti tidak memiliki orang tua dengan panggilan itu”
“pangeran Robert, jaga sikapmu” ratu yang duduk di dekat raja menatap Robert.
“maaf ibu, aku lelah. Aku ingin istirahat” Robert pergi meninggalkan tempat itu.
“pangeran” para pengawal memberi hormat.
Robert pergi ke kamarnya, ia melihat seorang perempuan sedang membereskan kamarnya. “siapa kau?”
“namaku Selena”
“kau dayang baru disini?”
“aku selir...”
“cukup, apa kau senang menjadi selir seorang pangeran? Apa motivasimu? Sepertinya jika ayahku masih muda, kau bersedia jadi selirnya”
“maksud anda, aku hanya ingin menikmati kehidupan istana? Maaf pangeran, aku tidak seperti itu”
“oh ya? Lalu apa?”
“ayahku memintaku untuk mengabdi ke kerajaan”
“oh, ayahmu? Sekarang dimana dia? Apa dia juga mengabdi pada kerajaan?”
“ayahku sudah meninggal”
Robert terdiam, ia melihat Selena agak sedih. “ok, cukup. Aku akan kembali ke perusahaan, aku ada meeting” Robert pergi.
Selena duduk, ya Tuhan... kenapa sikap pangeran seperti itu?
Siangnya,
Selena berkeliling istana, “ya ampun, indah sekali” ia melihat pemandangan sekitar.
“kau suka?”
Selena menoleh, “pangeran Edward?”
Edward tersenyum, “siapa kau? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya”
“aku baru disini, saat kemarin ada pengumuman perekrutan untuk kerajaan. Aku ikut mendaftar”
“kau hebat bisa diterima, jadi apa kau disini?”
“selir”
“selir? Kau jadi selir raja?”
“aku selir pangeran Robert”
“oh, ok. Bersyukurlah, sebentar lagi dia akan dinobatkan sebagai putra mahkota”
Selena tersenyum, “tapi aku hanya selir”
“seandainya aku ada di posisi Robert, aku akan menjadikanmu ratuku kelak”
Selena terdiam.
“baiklah, aku harus pergi”
“silahkan pangeran” Selena memberi hormat.
Sore pun tiba,
“Selena”
Selena menoleh dan melihat Edward, “pangeran?”
“kau sedang apa?”
“aku sedang menyiapkan kayu bakar untuk pangeran Robert”
“ya ampun, kan kamu bisa nyuruh orang lain”
“aku hanya berusaha untuk menjadi selir yang baik”
“Selena, kau terlalu baik untuk Robert”
“kenapa pangeran bicara seperti itu?”
“di ruangan itu kan ada pengatur suhu dan sudah di desain dengan kebutuhan Robert”
“aku rasa, kayu bakar lebih baik”
“ok, terserah kau saja. Bagaimana jika aku bantu?”
“tidak-tidak, jangan pangeran”
“tidak apa-apa”
Robert yang mau pergi ke kamar melihat itu, “apa yang kalian lakukan?”
“ah? Pangeran” Selena menunduk.
“hey kak, kau tidak memakai lift pribadimu?”
“aku hanya ingin sedikit berolah raga” Robert masuk ke kamarnya.
“permisi pangeran” Selena memberi hormat pada Edward dan masuk ke kamar Robert.
Edward menatap pintu kamar Robert, dia mendapat selir? Ini hal paling gila yang terjadi disini.
Di kamar,
“pangeran, aku akan menyalakan perapian untukmu”
“terima kasih” Robert duduk di sofa.
Selena mulai menyalakan perapian, “apa sekarang pangeran merasa nyaman?”
“cukup, aku tidak suka dipanggil pangeran. Panggil aku Robert”
“tapi..”
Robert menatap Selena dan memalingkan mukanya.
“baiklah Robert, apa kau mau aku ambilkan jaket? Udara malam ini agak..”
“dingin maksudmu? Apa saja yang mereka katakan tentang aku?” Robert menatap Selena kesal.
“a..a.., mereka hanya bilang kalau kau tidak boleh kedinginan”
“hanya itu?”
Selena mengangguk.
“lalu kenapa kau ikut berada di kamarku? Apa kau akan tidur disini juga?”
Selena mengangguk.
“ya Tuhan...” Robert bersandar ke sofa.
“jika kau keberatan, aku akan tidur di sofa”
“oh benarkah?” Robert berdiri dan mendekati Selena.
Selena kaget dan menunduk.
“kenapa? Kau takut padaku? Bagaimana dengan Edward? Apa dia ramah? Apa kau menyukainya?”
Selena hanya menunduk.
“aku akan tidur, ayo ke lift”
“i..iya” Selena mengikuti Robert ke lift.
Di dalam lift,
“kenapa kau terlihat tegang?”
“a..aku belum pernah naik lift”
Robert tersenyum, “sekarang aku mengerti kenapa kau hanya merapikan ruang perapian”
Robert pun mengajari Selena cara menggunakan lift, Selena memegang tangan Robert begitu erat.
Lift terbuka dan tempat tidur Robert terlihat.
“kau lihat? Ini bukanlah sihir” Robert keluar dari lift.
Selena pun mengikuti Robert dan masih memegang tanganya erat.
“bisa kau melepaskan tanganmu? Kau gemetaran ya”
Selena menunduk.
“apa kau sudah mengerti cara menggunakan lift?”
Selena mengangguk.
“bagus, kau percaya tidak? Selain aku, baru kau yang menggunakan lift pribadiku”
Selena menatap Robert.
“mulai besok, kau tidak usah bersusah payah mengurus kamarku. Ada orang khusus yang bertugas melakukannya, apa kau tidak tau disini pembantunya ribuan?”
“maafkan aku”
Robert menatap Selena, “kau boleh tidur disini” Robert mengambil dua guling sebagai pembatas, “kemari, aku tau kau lelah”
Selena mendekat dan berbaring, ia merasakan kasur yang nyaman dan empuk.
“bagaimana menurutmu? Kau suka tempat tidurku?”
Selena mengangguk.
“selamat malam Selena”
Selena melihat Robert sudah tidur, ia tersenyum melihat piama yang dipakai Robert. Selena pun membetulkan selimut Robert, ia melihat pengatur suhu ruangan. “canggih sekali”
Besoknya,
Selena bangun, ia kaget Robert sudah tidak ada disana. Selena pun melihat Robert sedang duduk di kursi balkon luar kamarnya.
Robert melamun dan mengingat masa kecilnya.
“Robert, kau baik-baik saja?”
Robert menoleh dan menatap Selena, “ya, duduklah. Apa tidurmu nyeyak?”
“maaf aku bangun terlambat, aku janji akan bangun lebih pagi darimu”
Robert tersenyum, “tidak perlu, tidur saja sesukamu”
“Robert, apa kau bekerja di sebuah perusahaan?”
“kenapa kau bertanya seperti itu? Kau pikir seorang pangeran hanya duduk diam di istana? Ini bukan fairy tales, pangeran jaman sekarang harus bisa mengurus perusahaan dan bertanggung jawab atas segalanya. Tidak lupa memiliki mobil spot mewah yang diidamkan oleh semua orang”
“jadi tidak ada kuda putih?”
Robert tersenyum, “di belakang sana banyak kuda, kau bisa menunggangi salah satu kuda putih”
Selena mengangguk dan menunduk.
“kau suka pangeran yang menunggangi kuda? Edward selalu melakukan itu setiap sore” Robert bangun dari tempat duduknya dan masuk.
Selena mengikutinya.
“eh, aku mau mandi. Jangan ikuti aku”
“maaf” Selena duduk.
Setelah Robert berpakaian rapi,
“kau bekerja setiap hari?”
“senin sampai jum’at”
“hati-hati ya”
“tidak usah menyiapkan kayu bakar lagi untukku” Robert pergi.
Selena pun keluar dari kamar Robert.
“hey Selena”
“pangeran Edward?”
“gimana kalau kita ke peternakan? Kamu suka hewan kan?”
Selena mengangguk.
Robert melihat itu dari bawah dan pergi.
“silahkan pangeran” seseorang membukakan pintu mobil.
“terima kasih” Robert mengendarainya dengan kencang.
Di singga sana,
“bagaimana ini? Sikap pangeran Robert terkadang membuatku ragu”
“tapi dia anak kita satu-satunya” ratu menatap raja, “apa kau ingin menjadikan anak selir itu menjadi putra mahkota?”
“tapi sejauh ini, Edward terlihat begitu taat pada kerajaan”
“baiklah, sekalian saja jadikan selir itu ratu” ratu pergi.
Raja terdiam.
Ibu Edward yang mendengar itu tersenyum dari balik pintu.
Di peternakan,
“ternyata kerajaan ini sangat luas ya” Selena senang melihat hewan-hewan dan padang hijau.
“kau baru tau? O iya, kau mau menunggangi kuda? Aku punya kuda putih disana”
“benarkah? Tapi aku tidak bisa...”
“aku tau, kita menungganginya bersama ok?”
Selena tersenyum.
Mereka pun menunggangi kuda putih milik Edward.
Di perusahaan,
Robert melamun sambil menghadap ke jendela.
“Robert, kau itu adalah pangeran. Bersikaplah seperti pangeran”
“tapi ayah, aku ingin sekolah dengan anak lain. Aku tidak mau home schooling” Robert kecil menangis.
“jika kau menangis terus, aku akan menguncimu di kamar”
“tapi kenapa Edward boleh sekolah dengan anak lain?”
“dia itu anak selir, kau anak seorang ratu”
“tuan?”
“ah, iya?” Robert menatap sekretarisnya.
“ada nona Jenny ingin bertemu anda”
“ok, suruh dia masuk”
Jenny masuk dan tersenyum, “selamat siang pangeran Robert”
“siang, putri Jenny”
Mereka berciuman.
“kapan penobatanmu dimulai?”
“aku rasa ayah tidak percaya padaku”
“kau masih memanggil raja dengan sebutan ayah?”
“dia orang tuaku, kenapa aku tidak boleh memanggilnya ayah?”
“aku dengar kau punya selir di kerajaan”
“aku tau ini aneh dan gila, tapi kabar itu benar”
“dan kau menerimanya?”
“aku belum punya calon ratu”
Jenny tersenyum dan memeluk Robert, “kau yakin tidak jika pernikahan kita bisa dipercepat?”
Di kerajaan,
Selena duduk bersama Edward di taman.
“apa pangeran Robert sudah punya calon?”
“ya, seorang putri bernama Jenny. Mereka sudah berpacaran sejak lama”
“benarkah?”
Edward mengangguk, “kau cemburu?”
“aku hanya selir”
“ibuku juga seorang selir, jadi aku sangat mengerti bagaimana perasaanmu”
Selena hanya tersenyum.
Robert datang, ia melihat Edward duduk berdua dengan Selena.
“silahkan pangeran” seseorang membukakan pintu garasi.
Tapi Robert malah menjalankan mobilnya ke taman, ia menyalakan klakson.
Selena dan Edward kaget.
“kalian jangan pacaran di taman ini”
Selena dan Edward berdiri.
Di kamar raja,
“apa? Pangeran Robert merusak taman dengan mobilnya?”
“iya baginda”
“apa-apaan dia?!” raja kesal.
“jangan terlalu keras padanya” ratu khawatir.
“sejak kecil dia memang harus diajari dengan keras”
Di kamar Robert,
“sedekat apa kau dengan Edward?”
“a.., kami hanya...”
Seseorang mengetuk pintu,
“ya, masuk” Robert menatap ke arah pintu.
Seorang dayang masuk, “maaf pangeran, baginda raja ingin bertemu dengan anda”
“ok, aku akan kesana”
“permisi pangeran” dayang itu pergi.
Robert berdiri dan menatap Selena, “tunggu disini”
Selena mengangguk.
Robert pun pergi.
Selena khawatir, ia tau Robert dipanggil karena merusak taman dan bungga-bungga kesukaan raja.
Di singga sana,
“jadi ayah akan mengurungku di istana lagi? Atau mungkin penjara bawah tanah?”
“jaga sikapmu pangeran” ratu menatap Robert.
Robert tersenyum, “maafkan aku bu, tapi sejak kecil ayah selalu senang melakukan itu kan? Tidak ada sedikit pun kebahagian...”
“Robert, cukup” raja kesal.
“terima kasih ayah, aku merasa seperti anakmu jika kau memanggil namaku” Robert pergi sambil menahan emosinya.
Di kamar,
Selena masih duduk di sofa dan Robert masuk.
“Robert, kau baik-baik saja?”
“kenapa kau bertanya seperti itu?”
“a..aku, aku takut...”
“takut apa?” Robert duduk disamping Selena dan tersenyum, ia menatap Selena.
Selena hanya diam menatap Robert.
“kau khawatir padaku? Apa kau benar-benar peduli?” Robert mencium Selena dan memeluknya.
Selena pun tersadar jika Robert menangis, “Robert...?” Selena bingung dan membiarkannya.
Setelah beberapa lama,
“sudah Robert” Selena mengelus kepala belakang Robert, “sudah, jangan menangis lagi”
Robert melepas pelukannya dan menatap Selena, Selena tersenyum dan menghapus air mata Robert.
“aku ngantuk”
Selena mengangguk dan pergi ke lift bersama Robert.
Mereka berbaring dan Robert melempar gulingnya ke lantai, ia menatap Selena. “aku tidak ingin menjadi pangeran, aku ingin menjadi orang biasa”
Selena memeluk Robert, “jangan bicara begitu”
Besoknya,
Selena terbangun dan Robert sudah tidak ada di kamarnya, “ya ampun, kemana Robert?” Selena keluar dari kamar.
Di sirkuit,
Robert sedang mengendarai mobil balap miliknya.
Edward melihat itu dan tersenyum, ia pun mengeluarkan mobil balap miliknya.
Robert mengingat masa lalunya.
“aku gak mau, aku mau main”
“Robert, kau itu seorang pangeran. Kau harus bisa melakukan apa pun”
“tapi aku gak mau ayah, aku bosan less terus”
“Robert!”
“kenapa Edward begitu bebas? Kenapa aku hanya dipenjara disini?”
“Robert!”
Selena berteriak, “Robert!”
Saat Robert tersadar, di depannya ada mobil balap Edward yang tiba-tiba masuk ke lap.
Tabrakan pun terjadi dan mobil Robert terguling.
Semua pengawal masuk ke lap untuk menolong Robert, Robert keluar dari mobilnya.
Edward juga keluar dari mobil dengan luka di keningnya, tapi tak ada satu pun yang memperdulikannya. Edward kesal melihat  mereka semua begitu memperdulikan Robert karena Robert adalah calon putra mahkota.
“Robert” Selena begitu khawatir melihat pipi kiri Robert berdarah.
“pangeran, anda tidak apa-apa?”
“aku tidak bisa merasakan tangan kananku” Robert menatap Edward dan pergi.
Para pengawal pun mengikuti Robert termasuk Selena, Edward semakin kesal dan menghapus darah di keningnya.
Di kamar Robert,
Robert berbaring di kasur, Selena sedih melihatnya.
“hey, kenapa kau?” Robert menatap Selena.
Selena menggeleng dan menunduk.
“aku tidak mengerti, kau hanya bisa mengangguk, menunduk dan menggeleng dihadapanku”
Selena memeluk Robert dan menangis.
“sudah jangan menangis, hati-hati. Tangan kananku patah”
“maaf”
Di luar,
“jadi dokter, dia akan baik-baik saja kan?”
“iya baginda, pangeran akan segera pulih”
“bagaimana dengan tangan kanannya?”
Di balik dinding,
Edward melihat itu, “mereka begitu mengkhawatirkan Robert, aku kesal. Kenapa dia tidak mati saja tadi?”
“kau bodoh, jangan lakukan itu lagi. jika kalian berdua mati, kau tidak memiliki peluang untuk jadi raja” ibu Edward marah.
“maaf bu”
Di kamar Robert,
“aku kira kerajaan memiliki tabib”
“kau ini, aku kan sudah bilang. Jaman sudah berubah, sekarang yang ada dokter pribadi kerajaan”
“tapi aku yakin cinta sejati itu masih ada”
“ya ampun, kamu itu bener-bener pecinta fairy tales ya. Cinta sejati itu tidak ada, ayah menikah dengan ibu demi memperluas kerajaan. Begitu juga aku, jika menikah dengan Jenny. Kerajaan ini akan semakin luas lagi” Robert duduk dan menatap Selena.
“bagaimana jika seorang pangeran menikahi gadis biasa?”
“ya, bisa saja. Tapi gadis itu pasti punya banyak kelebihan, apa kau masih membicarakan fairy tales?”
“jadi bagi kerajaan ini, hal itu tidak mungkin?” mata Selena memerah dan pergi.
Robert menatap Selena yang pergi, aku salah bicara?
Selena keluar dari kamar Robert sambil menangis.
“kau kenapa?”
Selena menoleh dan melihat perban di kepala Edward, “pangeran, kau terluka?”
“aku gak apa-apa kok, mereka juga gak perduli dengan anak seorang selir”
“pangeran yang sabar ya”
“selama ini aku selalu sabar untuk menjadi yang kedua”
Selena menatap Edward dengan aneh.
Edward pun menatap Selena, “kau tau kan? Hanya karena aku anak seorang selir...”
“sudahlah pangeran”
Mereka berpelukan.
Robert membuka pintu kamarnya dan melihat itu, ia pun menutup pintunya dengan keras.
Brak...
“ah” Selena kaget dan menoleh ke pintu kamar, “Robert?”
“aku rasa kakak melihat kita berpelukan”
“a..aku harus ke kamar”
“ok”
Selena masuk ke kamar Robert dan Edward tersenyum.
Di kamar,
“kau menyukainya kan?” Robert yang duduk di sofa dan sama sekali tidak menatap Selena.
“aku hanya...”
“memeluknya?”
“dia tadi...”
“terus saja membela diri”
“kau seorang pangeran, bagaimana kau bisa merasakan perasaan anak dari seorang selir? Bagaimana kau bisa merasakan perasaan seorang selir?”
Robert menatap Selena yang matanya memerah, ia diam dan menunduk. “aku memang tidak pernah mengetahui itu” ia bangun dan mendekati Selena, “jangan menangis, tanganku patah. Aku tidak bisa menghapusnya”
Selena menatap Robert dan sedikit tersenyum.
“nah, kau cantik jika tersenyum” Robert memeluk Selena dengan tangan kirinya.
“Robert, hati-hati. Aku tidak mau tanganmu kenapa-kenapa”
“sudahlah, peluk aku sekarang”
Selena memeluk Robert, “maafkan aku”
“itu tidak masalah”
Sorenya,
Robert sedang berbaring di sofa dan Selena memakaikannya selimut.
Raja dan ratu masuk.
“yang mulia” Selena memberi hormat.
Ratu mendekati Robert, “bagaimana keadaanmu pangeran?”
“aku baik-baik saja” Robert tersenyum dan menatap raja, “apa kalian akan menghukumku lagi?”
“tidak” raja memalingkan wajahnya, “jika kau sudah sembuh, penobatanmu akan segera dilakukan”
“apa?” Robert tersenyum sinis, “aku kira ayah akan menobatkan putra mahkota pada anak kesayangan ayah”
“apa maksudmu pangeran?”
“Edward, bukankah bagi ayah dia yang terbaik? Padahal dia cuma anak seorang selir”
“cukup pangeran, kau sudah keterlaluan” ratu menatap Robert.
“sudah, tidak apa-apa” raja menatap Robert, “dengankan aku Robert, selama ini aku tidak pernah mengijinkanmu keluar dari istana karena kau tidak boleh kedinginya. Aku takut terjadi sesuatu padamu, kau anak kami satu-satunya”
Raja pun pergi dan ratu mengikutinya.
Selena hanya diam melihat itu, ia baru tau ternyata hubungan Robert tidak harmonis dengan orang tuanya. Ia melihat Robert yang hanya diam, Selena mendekat. “Robert, kau..”
“aku ngantuk” Robert bangun dan pergi ke lift.
Selena mengikutinya, “Robert”
Robert menatap Selena dengan wajah yang sedih.
“jika kau ingin menangis, menangis saja”
“tidak”
Lift terbuka.
Robert pun berbaring di kasurnya.
“Robert” Selena berbaring disamping Robert.
“bisakah kau diam?” Robert menatap Selena.
Selena diam.
Air mata Robert pun mulai menetes.
Selena melihat itu, ia khawatir dan mengelus Robert. “semuanya akan baik-baik saja, setidaknya sekarang kau mengerti bahwa mereka menyayangimu”
Robert menatap Selena dan memeluknya.
Hari penobatan Robert pun dimulai,
Semua warga ramai melihat putra mahkota kerajaan.
Selena tersenyum melihat Robert yang sudah resmi menjadi putra mahkota, tapi ia melihat seorang perempuan cantik yang datang.
“itu putri Jenny” Edward berdiri di samping Selena.
“dia cantik sekali, sangat cocok untuk Robert”
“benarkah? Memangnya kau rela sakit hati?”
“saat diterima sebagai seorang selir, aku hanya berfikir untuk menjadi pengabdi yang baik bagi kerajaan”
“kau benar-benar perempuan yang hebat”
Malamnya,
Pesta penobatan pun digelar, orang-orang penting di seluruh penjuru dunia datang.
“wah, keren sekali” Selena masuk dan melihat kemewahan disana, tapi saat melihat ke depan. Selena terdiam, ia melihat Robert sedang berdansa dengan Jenny.
Edward mendekati Selena, “kamu gak apa-apa?”
Selena tersenyum.
“kau lihat itu”
Selena melihat Robert dan Jenny pergi ke balkon.
Di balkon,
“kau tampan sekali malam ini” Jenny tersenyum pada Robert.
“aku memang tampan”
“kau ini, selalu narsis”
“gak apa-apa dong, dari pada aku rendah diri dan pesimis”
Jenny tersenyum dan memeluk Robert, “aku ingin segera menikah denganmu”
“benarkah?”
“iya” Jenny mencium Robert.
Selena yang melihat itu, meneteskan air matanya.
“aku mencintaimu” Jenny menatap Robert.
Robert tersenyum dan menoleh ke kiri, tapi ia kaget melihat Selena menangis disana. “Selena?”
“Selena?” Jenny kaget dan menoleh.
“maafkan aku” Selena menghapus air matanya dan pergi.
Jenny menatap Robert, “apa dia selirmu? Robert jawab, jangan bilang kalau kalian saling mencintai”
“maaf Jenny, aku harus mengejarnya”
Jenny memegang tangan Robert dan menatapnya, “jika kau mengejarnya, itu tandanya kita putus”
“maafkan aku Jenny” Robert melepas tangan Jenny dan pergi mencari Selena.
Di luar gedung,
Selena menangis, ya Tuhan... kuatkan aku. Sadarkan aku bahwa aku hanya seorang selir.
“Selena” Edward memeluk Selena.
Selena kaget.
Robert yang keluar melihat itu, ia kesal. “Edward, lepaskan selirku”
Edward melepas pelukannya dan menatap Robert.
Selena kaget.
Robert mendekat, “kau ingin merebutnya dariku kan?”
“kakak, maksud kakak apa?”
Robert mengepalkan tangannya dan mau memukul Edward.
“Robert” Selena memeluk Robert, “jaga emosimu”
Robert diam dan mulai merasa dingin.
“Robert, kau baik-baik saja?” Selena sadar angin malam itu tidak baik, apa lagi musim dingin memang akan segera tiba. “ayo kita ke mobil” ia membantu Robert masuk ke mobil.
Di mobil,
“kamu gak apa-apa kan?”
Robert menatap Selena dengan sedikit pucat.
Selena memeluk Robert, “kamu dingin banget”
“aku ingin pulang”
“iya, kita akan pulang”
Supir pun mulai menjalannya Limousin-nya.
Di kamar,
“kamu yakin gak apa-apa?”
“aku ingin dipeluk” Robert menatap Selena.
“o..ok” Selena memeluk Robert.
“jika aku mati, apa kau akan menikah dengan Edward?”
“kau itu bicara apa? Kau tidak boleh mati, kau harus terus hidup dan aku akan selalu berada disampingmu sebagai selir”
“benarkah? Kau tidak mencintai Edward? Bagaimana jika dia cinta sejatimu?”
“aku mencintai pria yang tidak percaya cinta sejati”
Robert terdiam, apa itu artinya aku?
Selena tersenyum.
“kamu gak marah kan ngeliat aku ciuman sama...”
“sudahlah, dia calonmu kan? Aku hanya seorang selir”
“tidak, sungguh Selena. Aku minta maaf, aku tidak ingin menyakitimu”
Selena terdiam menatap Robert.
Besoknya,
Kabar tentang putusnya Robert dengan Jenny pun terdengar ke kerajaan.
Ya ampun, Robert pasti akan mendapat masalah lagi. Selena khawatir.
Di singga sana,
“apa mau mu sebenarnya? Baru saja kau menjadi seorang putra mahkota dan sekarang kau putus dengan putri Jenny”
“aku tidak mencintainya” Robert menatap raja.
“tidak mencintainya? Sejak kapan kau berfiikir seperti itu? Bukankah kalian bersama sudah lama?”
“selama ini aku hanya mengikuti keinginanmu, kau ingin aku menikah dengan Jenny agar kerajaan ini semakin luas kan? Apa tak pernah sedikit pun kau membayangkan perasaanku? Aku lelah” Robert pergi.
“putra mahkota” raja berteriak.
Di taman,
“kau sudah mendengar Robert putus dengan Jenny?”
Selena mengangguk, “aku merasa bersalah”
“kenapa?” Edward kaget.
“aku takut, itu terjadi karena salahku”
“aku memang putus dengannya demi kamu” Robert menatap mereka dari belakang.
“Robert?” Selena menoleh.
Edward menatap Robert.
“ya ampun, kamu gak pake mantel” Selena mendekati Robert, “ayo masuk, salju mulai turun”
Robert tersenyum dan merangkul Selena masuk.
Melihat mereka masuk ke istana, Edward kesal.
Di kamar,
“kamu itu gimana sih? Sekarang itu musim dingin, jangan keluar sembarangan”
“kamu kok jadi galak? Aku putra mahkota lho”
“aku kan selirmu, lagi pula ini demi kebaikanmu”
“duduklah disampingku”
Selena duduk dan menatap Robert, “aku hanya takut kamu kenapa-kenapa, aku...”
“mencintaiku?”
Selena kaget.
Robert tersenyum, “aku membeli ini kemarin, aku harap kau suka” Robert menunjukan sesuatu di tangannya.
Selena terdiam melihat cincin diamond yang ada di kotak.
“jadilah istriku, aku tidak mau kau jadi selirku lagi. aku ingin kau menjadi putri”
“Robert apa kau sakit? Jangan-jangan kamu mabuk”
“aku tidak pernah mabuk dan aku seratus persen sadar”
Selena tersenyum dan air matanya menetes, “maafkan aku” ia menunduk.
“apa maksud kata ‘maaf’ mu? Apa kau menolakku?”
“Robert, aku...”
“cukup, kau mencintai Edward kan? Semuanya sudah jelas, mulai saat ini kau tidak usah jadi selirku lagi. menikah saja dengannya dan hidup bahagia”
“Robert, bukan begitu maksudku”
“aku tidak ingin bicara lagi, pergi. Jangan pernah masuk ke kamarku lagi”
“tapi aku...”
“per-gi, apa kau tidak mengerti arti kata itu?” Robert menatap Selena dengan kesal.
Selena pun pergi.
Robert diam dengan rasa kesal dan sakit hati.
Di luar,
“Selena”
“pangeran Edward? Kok masih disini?”
“aku khawatir, aku takut terjadi sesuatu. Jadi aku menunggu disini”
“terima kasih pangeran”
Edward memeluk Selena, “aku tau kau sedih, jika ingin menangis. Menangis saja”
Selena pun menangis di pelukan Edward.
Sorenya,
“Selena” Edward mendekati Selena yang berdiri di balkon.
“iya?”
“kamu ngapain?”
“aku lagi liat suasana di luar, saljunya sudah mulai tebal. Mungkin besok aku bisa membuat snowman” Selena tersenyum.
“kau suka salju?”
“ya, di beberapa cerita fairy tales ada musim saljunya”
“kau menyukai kisah fairy tales?”
“ya, tapi sayangnya Robert tidak menyukai itu” Selena menunduk, “dia bilang, cinta sejati itu tidak ada”
“Selena” Edward menarik Selena dan menciumnya.
Selena kaget, ia terdiam dengan apa yang Edward lakukan.
“aku mencintaimu Selena, mungkin aku bukan calon raja. Tapi aku merasa kaulah cinta sejatiku” Edward memeluk Selena.
Tapi Selena masih terdiam bingung.
Robert melihat itu dari balkon luar kamarnya, ia pun kembali masuk ke kamar dengan kesal.
Edward menatap Selena, “kamu mau gak ke luar?”
“maksudnya? Keluar istana ini?”
“ya, aku rasa kamu akan jenuh jika diam saja disini. Sana, pakai baju hangat”
Selena tersenyum dan mengangguk, ia pun pergi.
Robert datang dengan kesal, “Edward”
“kakak? Ada apa?”
“apa yang kau lakukan?”
“maksud kakak apa? Apa kakak cemburu melihatku bersama Selena? Bukankah kakak sendiri yang bilang dia bukan selir kakak lagi? Selena yang mengatakan itu”
Robert semakin kesal.
Selena datang, ia kaget melihat Robert. Selena mendekat dengan bingung.
“hey Selena, ayo cepat. Aku males kalau keburu malem, kita kan mau lihat matahari terbenam di bukit sana” Edward merangkul Selena.
Selena terus melihat ke arah Robert dan Robert memalingkan wajahnya.
Setelah beberapa lama,
Robert yang duduk di ruang perapian kamarnya masih memikirkan Selena dan Edward. Ia melihat ke jendela, salju berjatuhan. Tapi ia melihat tiupan angin yang tidak biasa, Robert kaget dan berdiri. Ia khawatir akan terjadi badai salju.
Peringatan pun mulai terdengar di istana, bahwa sebentar lagi akan ada badai salju.
Robert mendengar itu, ia ingat pada Selena yang pergi ke bukit dengan Edward. Gawat, Robert pun memakai baju hangat dan pergi.
Di sebuah cafe,
“bukankah kita akan pergi ke bukit?”
“aduh, emang kamu gak ngerasa dingin apa? Mendingan juga beli minuman hangat disini”
“tapi kita jauh banget dari istana, apa ini gak masalah?”
Tv di cafe pun menyiarkan berita badai di daerah bukit dan istana.
“ya Tuhan... kita harus pulang”
“tidak Selena, kita harus menunggu badainya berhenti. Baru kita pulang, kan bahaya”
“tapi gimana kalau...”
“kamu mikirin kakak kan? Tenang aja, dia aman di istana. Yang mulia selalu protect sama dia kalau musim dingin”
Selena menganguk dan menunduk, ia masih agak cemas.
Di bukit,
“aku akan menemukanmu Selena, tunggu aku” Robert terus berusaha berjalan ditengah badai.
Badai semakin besar, Robert gemetar. Darah mulai keluar dari hidungnya dan ia jatuh terguling.
Di istana,
“ampun baginda, putra mahkota hilang”
“hilang?” raja kaget.
“ya Tuhan... bagaimana ini? Bukankah sekarang sedang ada badai?” ratu begitu khawatir.
“cepat cari putra mahkota”
“baik yang mulia”
Para pengawal istana mulai mencari Robert ke seluruh penjuru istana dan mereka pun pergi ke luar istana.
Ibu Edward yang mendengar kabar itu tersenyum senang.
Di bukit,
Robert terkapar, ia tidak sanggup lagi melakukan apa-apa. “Selena...” mata Robert pun tertutup.
Di cafe,
“pangeran Edward, kita harus pulang sekarang. Aku belum tenang jika tidak melihat Robert”
“ya ampun, kamu tenang aja”
Tv pun memberitakan badai sudah berhenti, lalu tiba-tiba ada berita darurat. Dikabarkan putra mahkota hilang dan diperkirakan menjadi korban badai.
“ya Tuhan...” Selena langsung berdiri, “aku akan pulang sekarang”
“ok ok, kita pulang”
Sesampainya di istana,
Semua begitu panik.
Selena sedih, ia menunduk.
“Selena maafkan aku” Edward mendekat.
“ini bukan salah pangeran, tidak ada yang tau jika Robert akan pergi keluar istana saat badai”
Edward memeluk Selena, “semoga kakak baik-baik saja”
Selena mengangguk.
Beberapa lama kemudian,
Robert berhasil ditemukan dalam keadaan yang gawat, dokter pun datang dan semua berharap Robert masih bisa selamat.
Di kamar Robert,
Robert berbaring dengan oksigen yang membantunya untuk bernafas, Selena yang ada disana begitu sedih. Apa lagi saat ia tau Robert ditemukan di bukit.
Dokter keluar dari kamar Robert,
“dokter” raja memanggilnya.
“yang mulia” dokter memberi hormat.
“bagaimana keadaan putra mahkota? Dia baik-baik saja kan?” ratu menatap dokter.
“keadaan putra mahkota sangat lemah, dia harus dibantu dengan oksigen dan usahakan suhu ruangannya tetap hangat”
“jadi dia akan baik-baik saja kan?” ratu masih menatap dokter.
Dokter memperlihatkan expresi sedh dan khawatir.
“ada apa? Dokter, katakan yang sebenarnya. Apa yang terjadi dengan putra mahkota?”
Di kamar Edward,
“Edward”
“ibu?”
“bersiaplah, kau sudah dengar keadaan Robert kan? Sebentar lagi kau akan menggantikannya sebagai putra mahkota”
Edward tersenyum.
Di kamar Robert,
“aku sangat menyesal pergi bersama Edward, aku kira kau tidak akan peduli lagi padaku” Selena menangis sambil memegang tangan Robert, “aku akui, aku memang mencintaimu Robert. Tapi saat kau memintaku untuk menjadi istrimu, aku tidak bisa. Meski sebenarnya aku ingin, tapi aku sadar aku hanya seorang selir. Kau lebih pantas menikah dengan seorang putri, perempuan cantik yang sempurna seperti putri Jenny”
Robert membuka matanya dan melihat Selena yang menangis.
“Robert?”
Robert menghapus airmata Selena.
“Robert” Selena memeluk Robert, “syukurlah kau sudah siuman, aku khawatir. Aku takut yang dikatakan dokter itu benar”
Robert membuka oksigennya, “aku senang kau baik-baik saja”
Selena menangis lagi.
“hey”
“sudah, jangan banyak bicara dulu. Pake oksigennya”
Robert menganguk.
“raja dan ratu sangat khawatir padamu, aku akan memanggil mereka”
Robert memegang tangan Selena.
“ada apa?”
Robert menggeleng.
“kau tidak mau bertemu mereka?”
Robert mengangguk.
“baiklah, o iya. Aku merajut syal untukmu, sebenarnya aku membuat itu sejak dulu. Tapi baru selesai sekarang, aku ambil dulu ya” Selena pun pergi keluar.
Edward melihat itu dan ia masuk ke kamar Robert, “waw, kamar yang keren. Dia punya kamar berlantai dua” Edward melihat perapian dan tersenyum, ia pun masuk ke lift.
Robert yang sedang tidur merasakan kehadiran seseorang, ia membuka matanya. Dan orang itu melepaskan oksigen Robert. “Edward?”
“hey kak” Edward tersenyum, “bagaimana kabar kakak? Apa yang akan terjadi jika kakak tidak memakai oksigen?”
Robert menatap Edward.
Edward menjatuhkan oksigen Robert dan menginjaknya, ia pun menjatuhkan tabung oksigen yang ada disana.
“apa yang kau inginkan?”
Edward pun menangis, “selama ini aku selalu jadi yang kedua, semua orang selalu memperdulikanmu. Aku, aku tidak pernah mereka pedulikan sama sekali” ia menghapus air matanya, “kau tidak pantas mendapatkan itu semua Robert, akulah yang pantas menjadi putra mahkota. Aku yang pantas menjadi raja”
Robert mulai sesak, “kau.. tidak akan pernah.. menjadi...”
“aku bisa” Edward berteriak, “aku bisa menjadi raja dengan mudah” Edward mendekati pengatur suhu ruangan dan merusaknya, “yaitu dengan cara menyingkirkanmu”
Robert masih menatap Edward, “kau gila...”
“apa kau mulai merasa dingin kak? Kasihan sekali” Edward mendekat dan membuka selimut Robert, “ayo bangun, lawan aku”
Robert hanya diam.
“kau sudah kalah Robert, terima kenyataan. Tahta akan menjadi milikku dan Selena, dia akan menjadi selirku”
Robert bangun dengan semua tenaganya, “jangan macam-macam padanya” ia jatuh.
“sudahlah, aku tidak akan melawan orang lemah. Selamat tinggal Robert” Edward pergi.
Saat turun dari lift, Edward mendekati perapian. Ia melihat api masih menyala dan Edward mengambil air untuk mematikannya. Ia pun keluar dari kamar Robert dan menguncinya dari luar, Edward pergi.
Di kamar,
Robert berusaha masuk ke lift, ruangan yang dingin membuatnya harus menghangatkan tubuh di perapian.
Saat lift terbuka,
Robert jatuh dan merangkat ke perapian. Tapi ternyata apinya padam, Robert pun diam terbaring. Ia semakin sesak dan kedinginan.
Robert yang lemas mendekati pintu, tapi pintunya terkunci. “tolong...” suara Robert begitu pelan, “aku mohon buka pintunya” Robert pun jatuh.
Di luar,
Selena membawa syalnya sambil tersenyum, tapi saat mau membuka pintu kamar Robert. Pintunya dikunci, “Robert?” Selena mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Ya Tuhan... ada apa ini? Selena merasa ada yang tidak beres dan ia pergi mencari pengawal.
Setelah bertemu para pengawal, mereka pun bergegas ke kamar Robert.
Para pengawal mendobrak kamar Robert dan mereka melihat Robert tergeletak di lantai.
“Robert? Ya Tuhan...” Selena masuk dan mendekat, ia memeluk tubuh Robert yang dingin. “tolong panggil dokter, beri tau juga yang mulia”
Beberapa pengawal pergi dan sisanya membantu Selena membaringkan Robert di sofa.
Selena melihat perapian yang mati, ini aneh. Saat aku pergi, apinya masih menyala. Ia pun menyalakan perapian. Selena menaiki lift untuk mengambil selimut Robert, tapi saat pintu terbuka. Ia melihat pengatur suhu ruangan yang rusak dan juga oksigen yang pecah, tabungnya pun jatuh di lantai. “ya Tuhan... siapa yang melakukan ini?” Selena merasa ada yang sengaja melakukan itu, ia pun kembali turun dan memakaikan selimut untuk Robert. Selena mengelus Robert.
Dokter datang dan langsung memeriksa Robert.
“gimana dok?” Selena cemas.
“maafkan saya”
“apa maksud dokter?”
“putra mahkota sudah terlalu lemah”
“jadi anda tidak bisa menolongnya?”
Dokter mengangguk dan sangat menyesal.
“enggak dokter” Selena menahan air matanya, “kamu harus kuat Robert” Selena mendekati Robert, ia ingat dengan cerita fairy tales. Ciuman cinta sejati, Ya. Robert akan bangun jika mendapatkan ciuman itu.
Tanpa ragu, Selena mencium Robert. Semua orang yang ada disana melihat itu, tapi Robert tetap tidak bergerak.
Selena pun menangis, ternyata Robert benar. Cinta sejati itu memang tidak ada, sebesar apa pun cintanya pada Robert. Robert tetap tidak akan sadar.
Selena menunduk.
“saya turut menyesal” dokter pun pergi.
Raja dan ratu yang mendengar itu, datang.
“yang mulia” semua memberi hormat.
Ratu menangis dan memeluk Robert, “Robert bangun nak, ini ibu sayang. Bangun”
Raja menahan air matanya agar tidak jatuh.
“sayang bangun, ayo panggil ibu. Bangung Robert”
“ibu...”
Mereka melihat Robert membuka matanya.
“Robert” ratu sangat bersyukur, “iya nak, ini ibu”
Robert tersenyum dan air matanya menetes, ia mengingat masa lalunya saat bermain bersama ibunya. “aku sayang ibu”
“ibu juga nak”
Robert tersenyum pada raja.
Raja menatap Robert, “ayah senang kamu kembali”
“bolehkan aku meminta sesuatu pada ayah?”
“tentu”
“aku ingin menikah dengan Selena, jadikan dia seorang putri, ayah”
“ya, jika bagimu itu yang terbaik” raja tersenyum.
Robert tersenyum dan menatap Selena, “sekarang harus apa lagi?”
Selena tersenyum.
Beberapa hari kemudian,
Pembunuhan berencana terhadap Robert pun terkuak, selir raja dipenjara dan Edward diasingkan ke luar negeri.
Robert bersiap untuk menjadi raja, tapi sebelum itu. Ia akan menikahi Selena terlebih dahulu.
Pagi itu,
Satu tahun sudah berlalu dan salju mulai berjatuhan lagi.
Robert berdiri di balkon, “kau mau keluar putri?”
“Robert, pangil aku Selena”
Robert mendekat dan mencium Selena, “bagaimana kabarmu setelah menikah dengan orang tampan ini?”
“emh... biasa saja”
“benarkah?”
“aku bercanda, rasanya aku benar-benar berada di fairy tales”
“ohoh?” Robert memakai mantelnya, “temui aku ditaman, jangan terlambat” ia pergi.
Selena kaget, ya ampun. Robert bisa kedinginan, Selena segera pergi ke kamar dan memakai mantelnya. Ia pun berlari ke luar.
Di luar,
Selena melihat Robert duduk di bangku taman dengan kepala yang tertunduk, ia memiliki firasat buruk. Selena mendekat perlahan, “Robert?”
Tapi Robert tetap diam.
“ya Tuhan... Robert” Selena langsung duduk dan memeriksa Robert, “Robert” Selena memeluk Robert.
“emh...” Robert membuka matanya, “akhirnya kau datang juga” ia tersenyum.
“Robert, kau baik-baik saja?”
“ya, hey... kenapa kau menangis?”
“aku takut”
“takut apa?”
Selena mengeleng.
“aku tidak akan meninggalkanmu secepat itu sayang” Robert merangkul Selena, “aku belum menjadi raja, aku belum mendapat anak darimu dan aku ingin melihat cucuku kelak”
Selena tersenyum, “aku tau”
“hey, ada satu hal yang ingin aku katakan padamu”
Selena menatap Robert.
“ingat saat aku bilang cinta sejati itu tidak ada?”
“itu memang benar, kau tidak perlu minta maaf”
“hey” Robert menatap Selena, “aku akan buat itu ada untukmu”
Selena terdiam.
“kau adalah cinta sejatiku Selena, meski pun itu tidak ada. Tapi bagi kita, itu ada. Ok?”
Selena mengangguk.
“bisakah aku melihat senyumanmu?”
Selena tersenyum dan Robert menciumnya.
“aku rasa ini saatnya kita masuk”
“kau benar, aku mulai merasa dingin”
Mereka berdiri dan Robert merangkul Selena ke dalam istana.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar