Penyunting : Erin_Adler
Genre:
Romance, Drama, Family
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Di sebuah kerajaan,
Seorang pria berjalan ke
singga sana raja.
“pangeran?”
“apa maksud ayah? Kenapa
aku mendapat selir sebelum aku menikah?” pria itu menatap raja dihadapannya.
“pangeran, panggil aku
yang mulia”
“aku seperti tidak
memiliki orang tua dengan panggilan itu”
“pangeran Robert, jaga
sikapmu” ratu yang duduk di dekat raja menatap Robert.
“maaf ibu, aku lelah. Aku
ingin istirahat” Robert pergi meninggalkan tempat itu.
“pangeran” para pengawal
memberi hormat.
Robert pergi ke kamarnya,
ia melihat seorang perempuan sedang membereskan kamarnya. “siapa kau?”
“namaku Selena”
“kau dayang baru disini?”
“aku selir...”
“cukup, apa kau senang
menjadi selir seorang pangeran? Apa motivasimu? Sepertinya jika ayahku masih
muda, kau bersedia jadi selirnya”
“maksud anda, aku hanya
ingin menikmati kehidupan istana? Maaf pangeran, aku tidak seperti itu”
“oh ya? Lalu apa?”
“ayahku memintaku untuk
mengabdi ke kerajaan”
“oh, ayahmu? Sekarang
dimana dia? Apa dia juga mengabdi pada kerajaan?”
“ayahku sudah meninggal”
Robert terdiam, ia melihat
Selena agak sedih. “ok, cukup. Aku akan kembali ke perusahaan, aku ada meeting”
Robert pergi.
Selena duduk, ya Tuhan... kenapa sikap pangeran seperti
itu?
Siangnya,
Selena berkeliling istana,
“ya ampun, indah sekali” ia melihat pemandangan sekitar.
“kau suka?”
Selena menoleh, “pangeran
Edward?”
Edward tersenyum, “siapa
kau? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya”
“aku baru disini, saat
kemarin ada pengumuman perekrutan untuk kerajaan. Aku ikut mendaftar”
“kau hebat bisa diterima,
jadi apa kau disini?”
“selir”
“selir? Kau jadi selir
raja?”
“aku selir pangeran
Robert”
“oh, ok. Bersyukurlah,
sebentar lagi dia akan dinobatkan sebagai putra mahkota”
Selena tersenyum, “tapi
aku hanya selir”
“seandainya aku ada di
posisi Robert, aku akan menjadikanmu ratuku kelak”
Selena terdiam.
“baiklah, aku harus pergi”
“silahkan pangeran” Selena
memberi hormat.
Sore pun tiba,
“Selena”
Selena menoleh dan melihat
Edward, “pangeran?”
“kau sedang apa?”
“aku sedang menyiapkan
kayu bakar untuk pangeran Robert”
“ya ampun, kan kamu bisa
nyuruh orang lain”
“aku hanya berusaha untuk
menjadi selir yang baik”
“Selena, kau terlalu baik
untuk Robert”
“kenapa pangeran bicara
seperti itu?”
“di ruangan itu kan ada
pengatur suhu dan sudah di desain dengan kebutuhan Robert”
“aku rasa, kayu bakar
lebih baik”
“ok, terserah kau saja.
Bagaimana jika aku bantu?”
“tidak-tidak, jangan
pangeran”
“tidak apa-apa”
Robert yang mau pergi ke
kamar melihat itu, “apa yang kalian lakukan?”
“ah? Pangeran” Selena
menunduk.
“hey kak, kau tidak
memakai lift pribadimu?”
“aku hanya ingin sedikit
berolah raga” Robert masuk ke kamarnya.
“permisi pangeran” Selena
memberi hormat pada Edward dan masuk ke kamar Robert.
Edward menatap pintu kamar
Robert, dia mendapat selir? Ini hal
paling gila yang terjadi disini.
Di kamar,
“pangeran, aku akan
menyalakan perapian untukmu”
“terima kasih” Robert
duduk di sofa.
Selena mulai menyalakan
perapian, “apa sekarang pangeran merasa nyaman?”
“cukup, aku tidak suka
dipanggil pangeran. Panggil aku Robert”
“tapi..”
Robert menatap Selena dan
memalingkan mukanya.
“baiklah Robert, apa kau
mau aku ambilkan jaket? Udara malam ini agak..”
“dingin maksudmu? Apa saja
yang mereka katakan tentang aku?” Robert menatap Selena kesal.
“a..a.., mereka hanya
bilang kalau kau tidak boleh kedinginan”
“hanya itu?”
Selena mengangguk.
“lalu kenapa kau ikut
berada di kamarku? Apa kau akan tidur disini juga?”
Selena mengangguk.
“ya Tuhan...” Robert
bersandar ke sofa.
“jika kau keberatan, aku
akan tidur di sofa”
“oh benarkah?” Robert
berdiri dan mendekati Selena.
Selena kaget dan menunduk.
“kenapa? Kau takut padaku?
Bagaimana dengan Edward? Apa dia ramah? Apa kau menyukainya?”
Selena hanya menunduk.
“aku akan tidur, ayo ke
lift”
“i..iya” Selena mengikuti
Robert ke lift.
Di dalam lift,
“kenapa kau terlihat
tegang?”
“a..aku belum pernah naik
lift”
Robert tersenyum,
“sekarang aku mengerti kenapa kau hanya merapikan ruang perapian”
Robert pun mengajari
Selena cara menggunakan lift, Selena memegang tangan Robert begitu erat.
Lift terbuka dan tempat
tidur Robert terlihat.
“kau lihat? Ini bukanlah
sihir” Robert keluar dari lift.
Selena pun mengikuti
Robert dan masih memegang tanganya erat.
“bisa kau melepaskan
tanganmu? Kau gemetaran ya”
Selena menunduk.
“apa kau sudah mengerti
cara menggunakan lift?”
Selena mengangguk.
“bagus, kau percaya tidak?
Selain aku, baru kau yang menggunakan lift pribadiku”
Selena menatap Robert.
“mulai besok, kau tidak
usah bersusah payah mengurus kamarku. Ada orang khusus yang bertugas
melakukannya, apa kau tidak tau disini pembantunya ribuan?”
“maafkan aku”
Robert menatap Selena,
“kau boleh tidur disini” Robert mengambil dua guling sebagai pembatas, “kemari,
aku tau kau lelah”
Selena mendekat dan
berbaring, ia merasakan kasur yang nyaman dan empuk.
“bagaimana menurutmu? Kau
suka tempat tidurku?”
Selena mengangguk.
“selamat malam Selena”
Selena melihat Robert
sudah tidur, ia tersenyum melihat piama yang dipakai Robert. Selena pun
membetulkan selimut Robert, ia melihat pengatur suhu ruangan. “canggih sekali”
Besoknya,
Selena bangun, ia kaget
Robert sudah tidak ada disana. Selena pun melihat Robert sedang duduk di kursi
balkon luar kamarnya.
Robert melamun dan
mengingat masa kecilnya.
“Robert, kau baik-baik
saja?”
Robert menoleh dan menatap
Selena, “ya, duduklah. Apa tidurmu nyeyak?”
“maaf aku bangun
terlambat, aku janji akan bangun lebih pagi darimu”
Robert tersenyum, “tidak
perlu, tidur saja sesukamu”
“Robert, apa kau bekerja
di sebuah perusahaan?”
“kenapa kau bertanya
seperti itu? Kau pikir seorang pangeran hanya duduk diam di istana? Ini bukan
fairy tales, pangeran jaman sekarang harus bisa mengurus perusahaan dan
bertanggung jawab atas segalanya. Tidak lupa memiliki mobil spot mewah yang
diidamkan oleh semua orang”
“jadi tidak ada kuda
putih?”
Robert tersenyum, “di
belakang sana banyak kuda, kau bisa menunggangi salah satu kuda putih”
Selena mengangguk dan
menunduk.
“kau suka pangeran yang
menunggangi kuda? Edward selalu melakukan itu setiap sore” Robert bangun dari
tempat duduknya dan masuk.
Selena mengikutinya.
“eh, aku mau mandi. Jangan
ikuti aku”
“maaf” Selena duduk.
Setelah Robert berpakaian
rapi,
“kau bekerja setiap hari?”
“senin sampai jum’at”
“hati-hati ya”
“tidak usah menyiapkan
kayu bakar lagi untukku” Robert pergi.
Selena pun keluar dari
kamar Robert.
“hey Selena”
“pangeran Edward?”
“gimana kalau kita ke
peternakan? Kamu suka hewan kan?”
Selena mengangguk.
Robert melihat itu dari
bawah dan pergi.
“silahkan pangeran”
seseorang membukakan pintu mobil.
“terima kasih” Robert
mengendarainya dengan kencang.
Di singga sana,
“bagaimana ini? Sikap
pangeran Robert terkadang membuatku ragu”
“tapi dia anak kita
satu-satunya” ratu menatap raja, “apa kau ingin menjadikan anak selir itu
menjadi putra mahkota?”
“tapi sejauh ini, Edward
terlihat begitu taat pada kerajaan”
“baiklah, sekalian saja
jadikan selir itu ratu” ratu pergi.
Raja terdiam.
Ibu Edward yang mendengar
itu tersenyum dari balik pintu.
Di peternakan,
“ternyata kerajaan ini
sangat luas ya” Selena senang melihat hewan-hewan dan padang hijau.
“kau baru tau? O iya, kau
mau menunggangi kuda? Aku punya kuda putih disana”
“benarkah? Tapi aku tidak
bisa...”
“aku tau, kita
menungganginya bersama ok?”
Selena tersenyum.
Mereka pun menunggangi
kuda putih milik Edward.
Di perusahaan,
Robert melamun sambil
menghadap ke jendela.
“Robert,
kau itu adalah pangeran. Bersikaplah seperti pangeran”
“tapi
ayah, aku ingin sekolah dengan anak lain. Aku tidak mau home schooling” Robert
kecil menangis.
“jika
kau menangis terus, aku akan menguncimu di kamar”
“tapi
kenapa Edward boleh sekolah dengan anak lain?”
“dia
itu anak selir, kau anak seorang ratu”
“tuan?”
“ah, iya?” Robert menatap
sekretarisnya.
“ada nona Jenny ingin
bertemu anda”
“ok, suruh dia masuk”
Jenny masuk dan tersenyum,
“selamat siang pangeran Robert”
“siang, putri Jenny”
Mereka berciuman.
“kapan penobatanmu
dimulai?”
“aku rasa ayah tidak
percaya padaku”
“kau masih memanggil raja
dengan sebutan ayah?”
“dia orang tuaku, kenapa
aku tidak boleh memanggilnya ayah?”
“aku dengar kau punya
selir di kerajaan”
“aku tau ini aneh dan
gila, tapi kabar itu benar”
“dan kau menerimanya?”
“aku belum punya calon
ratu”
Jenny tersenyum dan
memeluk Robert, “kau yakin tidak jika pernikahan kita bisa dipercepat?”
Di kerajaan,
Selena duduk bersama
Edward di taman.
“apa pangeran Robert sudah
punya calon?”
“ya, seorang putri bernama
Jenny. Mereka sudah berpacaran sejak lama”
“benarkah?”
Edward mengangguk, “kau
cemburu?”
“aku hanya selir”
“ibuku juga seorang selir,
jadi aku sangat mengerti bagaimana perasaanmu”
Selena hanya tersenyum.
Robert datang, ia melihat
Edward duduk berdua dengan Selena.
“silahkan pangeran”
seseorang membukakan pintu garasi.
Tapi Robert malah
menjalankan mobilnya ke taman, ia menyalakan klakson.
Selena dan Edward kaget.
“kalian jangan pacaran di
taman ini”
Selena dan Edward berdiri.
Di kamar raja,
“apa? Pangeran Robert
merusak taman dengan mobilnya?”
“iya baginda”
“apa-apaan dia?!” raja
kesal.
“jangan terlalu keras
padanya” ratu khawatir.
“sejak kecil dia memang
harus diajari dengan keras”
Di kamar Robert,
“sedekat apa kau dengan
Edward?”
“a.., kami hanya...”
Seseorang mengetuk pintu,
“ya, masuk” Robert menatap
ke arah pintu.
Seorang dayang masuk,
“maaf pangeran, baginda raja ingin bertemu dengan anda”
“ok, aku akan kesana”
“permisi pangeran” dayang
itu pergi.
Robert berdiri dan menatap
Selena, “tunggu disini”
Selena mengangguk.
Robert pun pergi.
Selena khawatir, ia tau
Robert dipanggil karena merusak taman dan bungga-bungga kesukaan raja.
Di singga sana,
“jadi ayah akan
mengurungku di istana lagi? Atau mungkin penjara bawah tanah?”
“jaga sikapmu pangeran”
ratu menatap Robert.
Robert tersenyum, “maafkan
aku bu, tapi sejak kecil ayah selalu senang melakukan itu kan? Tidak ada
sedikit pun kebahagian...”
“Robert, cukup” raja
kesal.
“terima kasih ayah, aku
merasa seperti anakmu jika kau memanggil namaku” Robert pergi sambil menahan
emosinya.
Di kamar,
Selena masih duduk di sofa
dan Robert masuk.
“Robert, kau baik-baik saja?”
“kenapa kau bertanya
seperti itu?”
“a..aku, aku takut...”
“takut apa?” Robert duduk
disamping Selena dan tersenyum, ia menatap Selena.
Selena hanya diam menatap
Robert.
“kau khawatir padaku? Apa
kau benar-benar peduli?” Robert mencium Selena dan memeluknya.
Selena pun tersadar jika
Robert menangis, “Robert...?” Selena bingung dan membiarkannya.
Setelah beberapa lama,
“sudah Robert” Selena
mengelus kepala belakang Robert, “sudah, jangan menangis lagi”
Robert melepas pelukannya
dan menatap Selena, Selena tersenyum dan menghapus air mata Robert.
“aku ngantuk”
Selena mengangguk dan
pergi ke lift bersama Robert.
Mereka berbaring dan
Robert melempar gulingnya ke lantai, ia menatap Selena. “aku tidak ingin
menjadi pangeran, aku ingin menjadi orang biasa”
Selena memeluk Robert,
“jangan bicara begitu”
Besoknya,
Selena terbangun dan
Robert sudah tidak ada di kamarnya, “ya ampun, kemana Robert?” Selena keluar
dari kamar.
Di sirkuit,
Robert sedang mengendarai
mobil balap miliknya.
Edward melihat itu dan
tersenyum, ia pun mengeluarkan mobil balap miliknya.
Robert mengingat masa
lalunya.
“aku
gak mau, aku mau main”
“Robert,
kau itu seorang pangeran. Kau harus bisa melakukan apa pun”
“tapi
aku gak mau ayah, aku bosan less terus”
“Robert!”
“kenapa
Edward begitu bebas? Kenapa aku hanya dipenjara disini?”
“Robert!”
Selena berteriak,
“Robert!”
Saat Robert tersadar, di
depannya ada mobil balap Edward yang tiba-tiba masuk ke lap.
Tabrakan pun terjadi dan
mobil Robert terguling.
Semua pengawal masuk ke
lap untuk menolong Robert, Robert keluar dari mobilnya.
Edward juga keluar dari
mobil dengan luka di keningnya, tapi tak ada satu pun yang memperdulikannya.
Edward kesal melihat mereka semua begitu
memperdulikan Robert karena Robert adalah calon putra mahkota.
“Robert” Selena begitu
khawatir melihat pipi kiri Robert berdarah.
“pangeran, anda tidak
apa-apa?”
“aku tidak bisa merasakan
tangan kananku” Robert menatap Edward dan pergi.
Para pengawal pun
mengikuti Robert termasuk Selena, Edward semakin kesal dan menghapus darah di
keningnya.
Di kamar Robert,
Robert berbaring di kasur,
Selena sedih melihatnya.
“hey, kenapa kau?” Robert
menatap Selena.
Selena menggeleng dan
menunduk.
“aku tidak mengerti, kau
hanya bisa mengangguk, menunduk dan menggeleng dihadapanku”
Selena memeluk Robert dan
menangis.
“sudah jangan menangis,
hati-hati. Tangan kananku patah”
“maaf”
Di luar,
“jadi dokter, dia akan
baik-baik saja kan?”
“iya baginda, pangeran
akan segera pulih”
“bagaimana dengan tangan
kanannya?”
Di balik dinding,
Edward melihat itu, “mereka
begitu mengkhawatirkan Robert, aku kesal. Kenapa dia tidak mati saja tadi?”
“kau bodoh, jangan lakukan
itu lagi. jika kalian berdua mati, kau tidak memiliki peluang untuk jadi raja”
ibu Edward marah.
“maaf bu”
Di kamar Robert,
“aku kira kerajaan memiliki
tabib”
“kau ini, aku kan sudah
bilang. Jaman sudah berubah, sekarang yang ada dokter pribadi kerajaan”
“tapi aku yakin cinta
sejati itu masih ada”
“ya ampun, kamu itu
bener-bener pecinta fairy tales ya. Cinta sejati itu tidak ada, ayah menikah
dengan ibu demi memperluas kerajaan. Begitu juga aku, jika menikah dengan
Jenny. Kerajaan ini akan semakin luas lagi” Robert duduk dan menatap Selena.
“bagaimana jika seorang
pangeran menikahi gadis biasa?”
“ya, bisa saja. Tapi gadis
itu pasti punya banyak kelebihan, apa kau masih membicarakan fairy tales?”
“jadi bagi kerajaan ini,
hal itu tidak mungkin?” mata Selena memerah dan pergi.
Robert menatap Selena yang
pergi, aku salah bicara?
Selena keluar dari kamar
Robert sambil menangis.
“kau kenapa?”
Selena menoleh dan melihat
perban di kepala Edward, “pangeran, kau terluka?”
“aku gak apa-apa kok,
mereka juga gak perduli dengan anak seorang selir”
“pangeran yang sabar ya”
“selama ini aku selalu
sabar untuk menjadi yang kedua”
Selena menatap Edward
dengan aneh.
Edward pun menatap Selena,
“kau tau kan? Hanya karena aku anak seorang selir...”
“sudahlah pangeran”
Mereka berpelukan.
Robert membuka pintu
kamarnya dan melihat itu, ia pun menutup pintunya dengan keras.
Brak...
“ah” Selena kaget dan
menoleh ke pintu kamar, “Robert?”
“aku rasa kakak melihat
kita berpelukan”
“a..aku harus ke kamar”
“ok”
Selena masuk ke kamar
Robert dan Edward tersenyum.
Di kamar,
“kau menyukainya kan?”
Robert yang duduk di sofa dan sama sekali tidak menatap Selena.
“aku hanya...”
“memeluknya?”
“dia tadi...”
“terus saja membela diri”
“kau seorang pangeran,
bagaimana kau bisa merasakan perasaan anak dari seorang selir? Bagaimana kau
bisa merasakan perasaan seorang selir?”
Robert menatap Selena yang
matanya memerah, ia diam dan menunduk. “aku memang tidak pernah mengetahui itu”
ia bangun dan mendekati Selena, “jangan menangis, tanganku patah. Aku tidak
bisa menghapusnya”
Selena menatap Robert dan
sedikit tersenyum.
“nah, kau cantik jika
tersenyum” Robert memeluk Selena dengan tangan kirinya.
“Robert, hati-hati. Aku
tidak mau tanganmu kenapa-kenapa”
“sudahlah, peluk aku
sekarang”
Selena memeluk Robert,
“maafkan aku”
“itu tidak masalah”
Sorenya,
Robert sedang berbaring di
sofa dan Selena memakaikannya selimut.
Raja dan ratu masuk.
“yang mulia” Selena memberi
hormat.
Ratu mendekati Robert,
“bagaimana keadaanmu pangeran?”
“aku baik-baik saja”
Robert tersenyum dan menatap raja, “apa kalian akan menghukumku lagi?”
“tidak” raja memalingkan
wajahnya, “jika kau sudah sembuh, penobatanmu akan segera dilakukan”
“apa?” Robert tersenyum
sinis, “aku kira ayah akan menobatkan putra mahkota pada anak kesayangan ayah”
“apa maksudmu pangeran?”
“Edward, bukankah bagi
ayah dia yang terbaik? Padahal dia cuma anak seorang selir”
“cukup pangeran, kau sudah
keterlaluan” ratu menatap Robert.
“sudah, tidak apa-apa”
raja menatap Robert, “dengankan aku Robert, selama ini aku tidak pernah
mengijinkanmu keluar dari istana karena kau tidak boleh kedinginya. Aku takut
terjadi sesuatu padamu, kau anak kami satu-satunya”
Raja pun pergi dan ratu
mengikutinya.
Selena hanya diam melihat
itu, ia baru tau ternyata hubungan Robert tidak harmonis dengan orang tuanya.
Ia melihat Robert yang hanya diam, Selena mendekat. “Robert, kau..”
“aku ngantuk” Robert
bangun dan pergi ke lift.
Selena mengikutinya,
“Robert”
Robert menatap Selena
dengan wajah yang sedih.
“jika kau ingin menangis,
menangis saja”
“tidak”
Lift terbuka.
Robert pun berbaring di
kasurnya.
“Robert” Selena berbaring
disamping Robert.
“bisakah kau diam?” Robert
menatap Selena.
Selena diam.
Air mata Robert pun mulai
menetes.
Selena melihat itu, ia
khawatir dan mengelus Robert. “semuanya akan baik-baik saja, setidaknya
sekarang kau mengerti bahwa mereka menyayangimu”
Robert menatap Selena dan
memeluknya.
Hari penobatan Robert pun
dimulai,
Semua warga ramai melihat
putra mahkota kerajaan.
Selena tersenyum melihat
Robert yang sudah resmi menjadi putra mahkota, tapi ia melihat seorang
perempuan cantik yang datang.
“itu putri Jenny” Edward
berdiri di samping Selena.
“dia cantik sekali, sangat
cocok untuk Robert”
“benarkah? Memangnya kau
rela sakit hati?”
“saat diterima sebagai
seorang selir, aku hanya berfikir untuk menjadi pengabdi yang baik bagi
kerajaan”
“kau benar-benar perempuan
yang hebat”
Malamnya,
Pesta penobatan pun
digelar, orang-orang penting di seluruh penjuru dunia datang.
“wah, keren sekali” Selena
masuk dan melihat kemewahan disana, tapi saat melihat ke depan. Selena terdiam,
ia melihat Robert sedang berdansa dengan Jenny.
Edward mendekati Selena,
“kamu gak apa-apa?”
Selena tersenyum.
“kau lihat itu”
Selena melihat Robert dan
Jenny pergi ke balkon.
Di balkon,
“kau tampan sekali malam
ini” Jenny tersenyum pada Robert.
“aku memang tampan”
“kau ini, selalu narsis”
“gak apa-apa dong, dari
pada aku rendah diri dan pesimis”
Jenny tersenyum dan
memeluk Robert, “aku ingin segera menikah denganmu”
“benarkah?”
“iya” Jenny mencium
Robert.
Selena yang melihat itu,
meneteskan air matanya.
“aku mencintaimu” Jenny
menatap Robert.
Robert tersenyum dan
menoleh ke kiri, tapi ia kaget melihat Selena menangis disana. “Selena?”
“Selena?” Jenny kaget dan
menoleh.
“maafkan aku” Selena
menghapus air matanya dan pergi.
Jenny menatap Robert, “apa
dia selirmu? Robert jawab, jangan bilang kalau kalian saling mencintai”
“maaf Jenny, aku harus
mengejarnya”
Jenny memegang tangan
Robert dan menatapnya, “jika kau mengejarnya, itu tandanya kita putus”
“maafkan aku Jenny” Robert
melepas tangan Jenny dan pergi mencari Selena.
Di luar gedung,
Selena menangis, ya Tuhan... kuatkan aku. Sadarkan aku bahwa
aku hanya seorang selir.
“Selena” Edward memeluk
Selena.
Selena kaget.
Robert yang keluar melihat
itu, ia kesal. “Edward, lepaskan selirku”
Edward melepas pelukannya
dan menatap Robert.
Selena kaget.
Robert mendekat, “kau
ingin merebutnya dariku kan?”
“kakak, maksud kakak apa?”
Robert mengepalkan
tangannya dan mau memukul Edward.
“Robert” Selena memeluk
Robert, “jaga emosimu”
Robert diam dan mulai
merasa dingin.
“Robert, kau baik-baik
saja?” Selena sadar angin malam itu tidak baik, apa lagi musim dingin memang
akan segera tiba. “ayo kita ke mobil” ia membantu Robert masuk ke mobil.
Di mobil,
“kamu gak apa-apa kan?”
Robert menatap Selena
dengan sedikit pucat.
Selena memeluk Robert,
“kamu dingin banget”
“aku ingin pulang”
“iya, kita akan pulang”
Supir pun mulai
menjalannya Limousin-nya.
Di kamar,
“kamu yakin gak apa-apa?”
“aku ingin dipeluk” Robert
menatap Selena.
“o..ok” Selena memeluk
Robert.
“jika aku mati, apa kau
akan menikah dengan Edward?”
“kau itu bicara apa? Kau
tidak boleh mati, kau harus terus hidup dan aku akan selalu berada disampingmu
sebagai selir”
“benarkah? Kau tidak
mencintai Edward? Bagaimana jika dia cinta sejatimu?”
“aku mencintai pria yang
tidak percaya cinta sejati”
Robert terdiam, apa itu artinya aku?
Selena tersenyum.
“kamu gak marah kan
ngeliat aku ciuman sama...”
“sudahlah, dia calonmu
kan? Aku hanya seorang selir”
“tidak, sungguh Selena.
Aku minta maaf, aku tidak ingin menyakitimu”
Selena terdiam menatap
Robert.
Besoknya,
Kabar tentang putusnya
Robert dengan Jenny pun terdengar ke kerajaan.
Ya
ampun, Robert pasti akan mendapat masalah lagi.
Selena khawatir.
Di singga sana,
“apa mau mu sebenarnya?
Baru saja kau menjadi seorang putra mahkota dan sekarang kau putus dengan putri
Jenny”
“aku tidak mencintainya”
Robert menatap raja.
“tidak mencintainya? Sejak
kapan kau berfiikir seperti itu? Bukankah kalian bersama sudah lama?”
“selama ini aku hanya
mengikuti keinginanmu, kau ingin aku menikah dengan Jenny agar kerajaan ini
semakin luas kan? Apa tak pernah sedikit pun kau membayangkan perasaanku? Aku
lelah” Robert pergi.
“putra mahkota” raja
berteriak.
Di taman,
“kau sudah mendengar
Robert putus dengan Jenny?”
Selena mengangguk, “aku
merasa bersalah”
“kenapa?” Edward kaget.
“aku takut, itu terjadi
karena salahku”
“aku memang putus
dengannya demi kamu” Robert menatap mereka dari belakang.
“Robert?” Selena menoleh.
Edward menatap Robert.
“ya ampun, kamu gak pake
mantel” Selena mendekati Robert, “ayo masuk, salju mulai turun”
Robert tersenyum dan
merangkul Selena masuk.
Melihat mereka masuk ke
istana, Edward kesal.
Di kamar,
“kamu itu gimana sih?
Sekarang itu musim dingin, jangan keluar sembarangan”
“kamu kok jadi galak? Aku
putra mahkota lho”
“aku kan selirmu, lagi
pula ini demi kebaikanmu”
“duduklah disampingku”
Selena duduk dan menatap
Robert, “aku hanya takut kamu kenapa-kenapa, aku...”
“mencintaiku?”
Selena kaget.
Robert tersenyum, “aku
membeli ini kemarin, aku harap kau suka” Robert menunjukan sesuatu di
tangannya.
Selena terdiam melihat
cincin diamond yang ada di kotak.
“jadilah istriku, aku
tidak mau kau jadi selirku lagi. aku ingin kau menjadi putri”
“Robert apa kau sakit?
Jangan-jangan kamu mabuk”
“aku tidak pernah mabuk
dan aku seratus persen sadar”
Selena tersenyum dan air
matanya menetes, “maafkan aku” ia menunduk.
“apa maksud kata ‘maaf’
mu? Apa kau menolakku?”
“Robert, aku...”
“cukup, kau mencintai
Edward kan? Semuanya sudah jelas, mulai saat ini kau tidak usah jadi selirku
lagi. menikah saja dengannya dan hidup bahagia”
“Robert, bukan begitu
maksudku”
“aku tidak ingin bicara
lagi, pergi. Jangan pernah masuk ke kamarku lagi”
“tapi aku...”
“per-gi, apa kau tidak
mengerti arti kata itu?” Robert menatap Selena dengan kesal.
Selena pun pergi.
Robert diam dengan rasa
kesal dan sakit hati.
Di luar,
“Selena”
“pangeran Edward? Kok
masih disini?”
“aku khawatir, aku takut
terjadi sesuatu. Jadi aku menunggu disini”
“terima kasih pangeran”
Edward memeluk Selena,
“aku tau kau sedih, jika ingin menangis. Menangis saja”
Selena pun menangis di
pelukan Edward.
Sorenya,
“Selena” Edward mendekati
Selena yang berdiri di balkon.
“iya?”
“kamu ngapain?”
“aku lagi liat suasana di
luar, saljunya sudah mulai tebal. Mungkin besok aku bisa membuat snowman”
Selena tersenyum.
“kau suka salju?”
“ya, di beberapa cerita
fairy tales ada musim saljunya”
“kau menyukai kisah fairy
tales?”
“ya, tapi sayangnya Robert
tidak menyukai itu” Selena menunduk, “dia bilang, cinta sejati itu tidak ada”
“Selena” Edward menarik
Selena dan menciumnya.
Selena kaget, ia terdiam
dengan apa yang Edward lakukan.
“aku mencintaimu Selena,
mungkin aku bukan calon raja. Tapi aku merasa kaulah cinta sejatiku” Edward
memeluk Selena.
Tapi Selena masih terdiam
bingung.
Robert melihat itu dari
balkon luar kamarnya, ia pun kembali masuk ke kamar dengan kesal.
Edward menatap Selena,
“kamu mau gak ke luar?”
“maksudnya? Keluar istana
ini?”
“ya, aku rasa kamu akan
jenuh jika diam saja disini. Sana, pakai baju hangat”
Selena tersenyum dan
mengangguk, ia pun pergi.
Robert datang dengan
kesal, “Edward”
“kakak? Ada apa?”
“apa yang kau lakukan?”
“maksud kakak apa? Apa
kakak cemburu melihatku bersama Selena? Bukankah kakak sendiri yang bilang dia
bukan selir kakak lagi? Selena yang mengatakan itu”
Robert semakin kesal.
Selena datang, ia kaget
melihat Robert. Selena mendekat dengan bingung.
“hey Selena, ayo cepat.
Aku males kalau keburu malem, kita kan mau lihat matahari terbenam di bukit
sana” Edward merangkul Selena.
Selena terus melihat ke
arah Robert dan Robert memalingkan wajahnya.
Setelah beberapa lama,
Robert yang duduk di ruang
perapian kamarnya masih memikirkan Selena dan Edward. Ia melihat ke jendela,
salju berjatuhan. Tapi ia melihat tiupan angin yang tidak biasa, Robert kaget
dan berdiri. Ia khawatir akan terjadi badai salju.
Peringatan pun mulai
terdengar di istana, bahwa sebentar lagi akan ada badai salju.
Robert mendengar itu, ia
ingat pada Selena yang pergi ke bukit dengan Edward. Gawat, Robert pun memakai baju hangat dan pergi.
Di sebuah cafe,
“bukankah kita akan pergi
ke bukit?”
“aduh, emang kamu gak
ngerasa dingin apa? Mendingan juga beli minuman hangat disini”
“tapi kita jauh banget
dari istana, apa ini gak masalah?”
Tv di cafe pun menyiarkan
berita badai di daerah bukit dan istana.
“ya Tuhan... kita harus
pulang”
“tidak Selena, kita harus
menunggu badainya berhenti. Baru kita pulang, kan bahaya”
“tapi gimana kalau...”
“kamu mikirin kakak kan?
Tenang aja, dia aman di istana. Yang mulia selalu protect sama dia kalau musim
dingin”
Selena menganguk dan
menunduk, ia masih agak cemas.
Di bukit,
“aku akan menemukanmu
Selena, tunggu aku” Robert terus berusaha berjalan ditengah badai.
Badai semakin besar,
Robert gemetar. Darah mulai keluar dari hidungnya dan ia jatuh terguling.
Di istana,
“ampun baginda, putra
mahkota hilang”
“hilang?” raja kaget.
“ya Tuhan... bagaimana
ini? Bukankah sekarang sedang ada badai?” ratu begitu khawatir.
“cepat cari putra mahkota”
“baik yang mulia”
Para pengawal istana mulai
mencari Robert ke seluruh penjuru istana dan mereka pun pergi ke luar istana.
Ibu Edward yang mendengar
kabar itu tersenyum senang.
Di bukit,
Robert terkapar, ia tidak
sanggup lagi melakukan apa-apa. “Selena...” mata Robert pun tertutup.
Di cafe,
“pangeran Edward, kita
harus pulang sekarang. Aku belum tenang jika tidak melihat Robert”
“ya ampun, kamu tenang
aja”
Tv pun memberitakan badai
sudah berhenti, lalu tiba-tiba ada berita darurat. Dikabarkan putra mahkota
hilang dan diperkirakan menjadi korban badai.
“ya Tuhan...” Selena
langsung berdiri, “aku akan pulang sekarang”
“ok ok, kita pulang”
Sesampainya di istana,
Semua begitu panik.
Selena sedih, ia menunduk.
“Selena maafkan aku”
Edward mendekat.
“ini bukan salah pangeran,
tidak ada yang tau jika Robert akan pergi keluar istana saat badai”
Edward memeluk Selena,
“semoga kakak baik-baik saja”
Selena mengangguk.
Beberapa lama kemudian,
Robert berhasil ditemukan
dalam keadaan yang gawat, dokter pun datang dan semua berharap Robert masih
bisa selamat.
Di kamar Robert,
Robert berbaring dengan
oksigen yang membantunya untuk bernafas, Selena yang ada disana begitu sedih.
Apa lagi saat ia tau Robert ditemukan di bukit.
Dokter keluar dari kamar
Robert,
“dokter” raja
memanggilnya.
“yang mulia” dokter
memberi hormat.
“bagaimana keadaan putra
mahkota? Dia baik-baik saja kan?” ratu menatap dokter.
“keadaan putra mahkota
sangat lemah, dia harus dibantu dengan oksigen dan usahakan suhu ruangannya
tetap hangat”
“jadi dia akan baik-baik
saja kan?” ratu masih menatap dokter.
Dokter memperlihatkan
expresi sedh dan khawatir.
“ada apa? Dokter, katakan
yang sebenarnya. Apa yang terjadi dengan putra mahkota?”
Di kamar Edward,
“Edward”
“ibu?”
“bersiaplah, kau sudah
dengar keadaan Robert kan? Sebentar lagi kau akan menggantikannya sebagai putra
mahkota”
Edward tersenyum.
Di kamar Robert,
“aku sangat menyesal pergi
bersama Edward, aku kira kau tidak akan peduli lagi padaku” Selena menangis
sambil memegang tangan Robert, “aku akui, aku memang mencintaimu Robert. Tapi
saat kau memintaku untuk menjadi istrimu, aku tidak bisa. Meski sebenarnya aku
ingin, tapi aku sadar aku hanya seorang selir. Kau lebih pantas menikah dengan
seorang putri, perempuan cantik yang sempurna seperti putri Jenny”
Robert membuka matanya dan
melihat Selena yang menangis.
“Robert?”
Robert menghapus airmata
Selena.
“Robert” Selena memeluk
Robert, “syukurlah kau sudah siuman, aku khawatir. Aku takut yang dikatakan
dokter itu benar”
Robert membuka oksigennya,
“aku senang kau baik-baik saja”
Selena menangis lagi.
“hey”
“sudah, jangan banyak
bicara dulu. Pake oksigennya”
Robert menganguk.
“raja dan ratu sangat
khawatir padamu, aku akan memanggil mereka”
Robert memegang tangan
Selena.
“ada apa?”
Robert menggeleng.
“kau tidak mau bertemu
mereka?”
Robert mengangguk.
“baiklah, o iya. Aku
merajut syal untukmu, sebenarnya aku membuat itu sejak dulu. Tapi baru selesai
sekarang, aku ambil dulu ya” Selena pun pergi keluar.
Edward melihat itu dan ia
masuk ke kamar Robert, “waw, kamar yang keren. Dia punya kamar berlantai dua”
Edward melihat perapian dan tersenyum, ia pun masuk ke lift.
Robert yang sedang tidur
merasakan kehadiran seseorang, ia membuka matanya. Dan orang itu melepaskan
oksigen Robert. “Edward?”
“hey kak” Edward
tersenyum, “bagaimana kabar kakak? Apa yang akan terjadi jika kakak tidak
memakai oksigen?”
Robert menatap Edward.
Edward menjatuhkan oksigen
Robert dan menginjaknya, ia pun menjatuhkan tabung oksigen yang ada disana.
“apa yang kau inginkan?”
Edward pun menangis,
“selama ini aku selalu jadi yang kedua, semua orang selalu memperdulikanmu.
Aku, aku tidak pernah mereka pedulikan sama sekali” ia menghapus air matanya,
“kau tidak pantas mendapatkan itu semua Robert, akulah yang pantas menjadi
putra mahkota. Aku yang pantas menjadi raja”
Robert mulai sesak, “kau..
tidak akan pernah.. menjadi...”
“aku bisa” Edward
berteriak, “aku bisa menjadi raja dengan mudah” Edward mendekati pengatur suhu
ruangan dan merusaknya, “yaitu dengan cara menyingkirkanmu”
Robert masih menatap
Edward, “kau gila...”
“apa kau mulai merasa
dingin kak? Kasihan sekali” Edward mendekat dan membuka selimut Robert, “ayo
bangun, lawan aku”
Robert hanya diam.
“kau sudah kalah Robert,
terima kenyataan. Tahta akan menjadi milikku dan Selena, dia akan menjadi
selirku”
Robert bangun dengan semua
tenaganya, “jangan macam-macam padanya” ia jatuh.
“sudahlah, aku tidak akan
melawan orang lemah. Selamat tinggal Robert” Edward pergi.
Saat turun dari lift,
Edward mendekati perapian. Ia melihat api masih menyala dan Edward mengambil
air untuk mematikannya. Ia pun keluar dari kamar Robert dan menguncinya dari
luar, Edward pergi.
Di kamar,
Robert berusaha masuk ke
lift, ruangan yang dingin membuatnya harus menghangatkan tubuh di perapian.
Saat lift terbuka,
Robert jatuh dan merangkat
ke perapian. Tapi ternyata apinya padam, Robert pun diam terbaring. Ia semakin
sesak dan kedinginan.
Robert yang lemas
mendekati pintu, tapi pintunya terkunci. “tolong...” suara Robert begitu pelan,
“aku mohon buka pintunya” Robert pun jatuh.
Di luar,
Selena membawa syalnya
sambil tersenyum, tapi saat mau membuka pintu kamar Robert. Pintunya dikunci,
“Robert?” Selena mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Ya Tuhan... ada apa ini? Selena merasa
ada yang tidak beres dan ia pergi mencari pengawal.
Setelah bertemu para
pengawal, mereka pun bergegas ke kamar Robert.
Para pengawal mendobrak
kamar Robert dan mereka melihat Robert tergeletak di lantai.
“Robert? Ya Tuhan...”
Selena masuk dan mendekat, ia memeluk tubuh Robert yang dingin. “tolong panggil
dokter, beri tau juga yang mulia”
Beberapa pengawal pergi
dan sisanya membantu Selena membaringkan Robert di sofa.
Selena melihat perapian
yang mati, ini aneh. Saat aku pergi,
apinya masih menyala. Ia pun menyalakan perapian. Selena menaiki lift untuk
mengambil selimut Robert, tapi saat pintu terbuka. Ia melihat pengatur suhu
ruangan yang rusak dan juga oksigen yang pecah, tabungnya pun jatuh di lantai.
“ya Tuhan... siapa yang melakukan ini?” Selena merasa ada yang sengaja
melakukan itu, ia pun kembali turun dan memakaikan selimut untuk Robert. Selena
mengelus Robert.
Dokter datang dan langsung
memeriksa Robert.
“gimana dok?” Selena
cemas.
“maafkan saya”
“apa maksud dokter?”
“putra mahkota sudah
terlalu lemah”
“jadi anda tidak bisa
menolongnya?”
Dokter mengangguk dan
sangat menyesal.
“enggak dokter” Selena
menahan air matanya, “kamu harus kuat Robert” Selena mendekati Robert, ia ingat
dengan cerita fairy tales. Ciuman cinta
sejati, Ya. Robert akan bangun jika mendapatkan ciuman itu.
Tanpa ragu, Selena mencium
Robert. Semua orang yang ada disana melihat itu, tapi Robert tetap tidak
bergerak.
Selena pun menangis,
ternyata Robert benar. Cinta sejati itu memang tidak ada, sebesar apa pun
cintanya pada Robert. Robert tetap tidak akan sadar.
Selena menunduk.
“saya turut menyesal”
dokter pun pergi.
Raja dan ratu yang
mendengar itu, datang.
“yang mulia” semua memberi
hormat.
Ratu menangis dan memeluk
Robert, “Robert bangun nak, ini ibu sayang. Bangun”
Raja menahan air matanya
agar tidak jatuh.
“sayang bangun, ayo
panggil ibu. Bangung Robert”
“ibu...”
Mereka melihat Robert
membuka matanya.
“Robert” ratu sangat
bersyukur, “iya nak, ini ibu”
Robert tersenyum dan air
matanya menetes, ia mengingat masa lalunya saat bermain bersama ibunya. “aku
sayang ibu”
“ibu juga nak”
Robert tersenyum pada
raja.
Raja menatap Robert, “ayah
senang kamu kembali”
“bolehkan aku meminta
sesuatu pada ayah?”
“tentu”
“aku ingin menikah dengan
Selena, jadikan dia seorang putri, ayah”
“ya, jika bagimu itu yang
terbaik” raja tersenyum.
Robert tersenyum dan
menatap Selena, “sekarang harus apa lagi?”
Selena tersenyum.
Beberapa hari kemudian,
Pembunuhan berencana
terhadap Robert pun terkuak, selir raja dipenjara dan Edward diasingkan ke luar
negeri.
Robert bersiap untuk
menjadi raja, tapi sebelum itu. Ia akan menikahi Selena terlebih dahulu.
Pagi itu,
Satu tahun sudah berlalu
dan salju mulai berjatuhan lagi.
Robert berdiri di balkon,
“kau mau keluar putri?”
“Robert, pangil aku
Selena”
Robert mendekat dan
mencium Selena, “bagaimana kabarmu setelah menikah dengan orang tampan ini?”
“emh... biasa saja”
“benarkah?”
“aku bercanda, rasanya aku
benar-benar berada di fairy tales”
“ohoh?” Robert memakai
mantelnya, “temui aku ditaman, jangan terlambat” ia pergi.
Selena kaget, ya ampun. Robert bisa kedinginan, Selena
segera pergi ke kamar dan memakai mantelnya. Ia pun berlari ke luar.
Di luar,
Selena melihat Robert
duduk di bangku taman dengan kepala yang tertunduk, ia memiliki firasat buruk.
Selena mendekat perlahan, “Robert?”
Tapi Robert tetap diam.
“ya Tuhan... Robert”
Selena langsung duduk dan memeriksa Robert, “Robert” Selena memeluk Robert.
“emh...” Robert membuka
matanya, “akhirnya kau datang juga” ia tersenyum.
“Robert, kau baik-baik
saja?”
“ya, hey... kenapa kau
menangis?”
“aku takut”
“takut apa?”
Selena mengeleng.
“aku tidak akan
meninggalkanmu secepat itu sayang” Robert merangkul Selena, “aku belum menjadi
raja, aku belum mendapat anak darimu dan aku ingin melihat cucuku kelak”
Selena tersenyum, “aku
tau”
“hey, ada satu hal yang
ingin aku katakan padamu”
Selena menatap Robert.
“ingat saat aku bilang
cinta sejati itu tidak ada?”
“itu memang benar, kau
tidak perlu minta maaf”
“hey” Robert menatap
Selena, “aku akan buat itu ada untukmu”
Selena terdiam.
“kau adalah cinta sejatiku
Selena, meski pun itu tidak ada. Tapi bagi kita, itu ada. Ok?”
Selena mengangguk.
“bisakah aku melihat
senyumanmu?”
Selena tersenyum dan
Robert menciumnya.
“aku rasa ini saatnya kita
masuk”
“kau benar, aku mulai
merasa dingin”
Mereka berdiri dan Robert
merangkul Selena ke dalam istana.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar