Kamis, 01 Januari 2015

I Want Love

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___

Seorang pria terdiam di dekat jendela.
Mobil pun berhenti di depan rumahnya, seorang perempuan paruh baya dan perempuan muda keluar dari mobil.
Mereka masuk.
Di dalam,
“meskipun kau menikah dengan Robert, jangan harap kau mendapatkan sepeser pun dariku. Kau harus ingat, kalian menikah karena hutang orang tua mu”
“aku mengerti nyonya” perempuan itu menunduk.
“baiklah Helena, tanda tangani perjanjian pranikah ini”
Helena membacanya, disana dikatakan jika Robert sembuh. Mereka harus bercerai dan Helena tidak akan mendapat uang sepeser pun.
Apa maksud semua ini? Sakit apa dia? Helena merasa heran.
“kenapa kau diam?”
“maaf nyonya, a..aku tidak mengerti. Memangnya anak nyonya sakit apa?” Helena bingung.
“bi, panggilkan Robert”
“baik nyonya” pembantu pergi ke atas dan kembali membawa Robert.
Saat Helena melihat Robert, ya Tuhan... apakah aku harus menikah dengan pria ini?
Helena terdiam melihat keadaan Robert, seorang pria yang hanya diam dengan tatapan kosong dan hampa. Tidak bisa diajak berkomunikasi dan harus dituntun jika kita ingin mengajaknya ke suatu tempat.
“bagaimana?” ibu Robert menatap Helena, “kau mau menikah dengan Robert atau ayahmu dipenjara?”
Helena sebenarnya tidak mau menikah dengan pria seperti itu, tapi demi keluarganya. Helena memang rela berkorban, ia sedih. Ia tidak tau, apa yang diderita oleh Robert.
Helena pun menandatangani perjanjian itu, tanda bahwa ia setuju.
Ibu Robert tersenyum, “bagus, dalam waktu dekat. Kalian akan segera menikah” ibu Robert berdiri dari tempat duduknya, “bi, ajak Helena ke kamar Robert”
“baik nyonya” pembantu itu memegangi tangan Robert, “mari non” ia menoleh ke arah Helena.
Helena pun mengikuti mereka.
Di kamar Robert,
Pembantu itu membantu Robert duduk, “selamat beristirahat non” ia tersenyum pada Helena.
“makasih bi”
Pembantu itu pergi dan Helena menangis, Robert hanya diam tanpa expresi.
Helena menatap Robert, ya Tuhan... jika ini memang  takdirku. Tabahkanlah aku Tuhan...
Malamnya,
Robert masih diam di tempat duduk, Helena mendekat.
“R..Robert” Helena masih canggung, “ayo kita makan, ini saatnya makan malam”
Robert tetap diam.
“Robert” Helena menangis, “ayo bangun” Helena membantu Robert berdiri dan memegang tangannya, mereka keluar, ya Tuhan... apa dia tidak mengerti dengan apa yang aku katakan?
Di ruang makan,
Ibu Robert sudah duduk dan makanan sudah tersaji.
Helena datang bersama Robert, ia membantu Robert duduk.
“Robert tidak akan makan sendiri” ibu menatap Helena.
Helena menunduk.
“biar saya saja yang menyuapinya nyonya” pembantu mendekat.
“ok, selamat makan Helena”
Pembantu mulai menyuapi Robert, “ayo tuan, buka mulutnya. Sedikit saja”
Robert tetap diam dan tidak mau membuka mulutnya.
“tuan” pembantu bingung.
Ibu berhenti makan, ia sedih dan sedikit kesal, “Robert, jika kau tidak mau makan terus. Kau bisa sakit, ibu tidak mau kehilanganmu” ibu menangis dan pergi meninggalkan ruang makan.
Helena bingung.
Pembantu itu pun sedih, “tuan harus makan”
Robert tetap diam.
Di kamar,
Ibu menangis, ia ingat saat Robert ditemukan di laut dan sekarat di rumah sakit. “kamu gak boleh seperti ini terus nak”
Di kamar Robert,
Helena masuk dan pembantu membantu Robert berbaring di tempat tidur.
“tuan tidur ya, ini sudah malam”
Robert hanya diam dan tidak menutup matanya.
“bi, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa ibu Robert bisa seperti itu?”
“tuan pernah mengalami kecelakaan dan hampir meninggal, sejak saat itu nyonya sangat sedih. Sikapnya pun berubah karena orang-orang sering mencemo’ohnya tentang keadaan tuan”
“apa yang terjadi dengan Robert?”
“saat itu, tuan sedang berlayar dengan tunangannya. Tapi sebuah badai membuah kapal mereka menabrak karang dan mereka tenggelam, sayangnya tunangan tuan tidak selamat”
“jadi, sebelum kejadian itu... keadaan Robert tidak seperti ini?”
“iya” pembantu itu menangis, “tuan orang yang sangat baik dan ramah, dia begitu baik padaku”
Helena ikut sedih dengan apa yang terjadi, ”lalu, apa Robert bisa sembuh?”
“dokter bilang, tuan trauma berat. Tapi nyonya selalu percaya jika suatu saat tuan akan sembuh”
“apa Robert sudah melakukan terapi?”
“tuan selalu mengamuk jika terapi, itu membuatnya tidak stabil. Jadi nyonya memutuskan untuk membiarkan tuan tinggal di rumah”
“baiklah bi, terima kasih banyak bibi sudah mau menceritakannya”
“sama-sama non, ya sudah saya permisi dulu” pembantu itu keluar.
Helena menatap Robert yang kurus dan pucat, ia mendekat dan ingin mengelus Robert. Tapi ia begitu canggung, perlahan tangan Helena menyentuh kening Robert. Ia pun mengelus kepala Robert, “kamu tidur ya”
Robert tetap diam dengan mata yang terbuka.
Helena melepaskan tangannya dan duduk, ia kembali melihat Robert.
Robert sudah tertidur, Helena pun tersenyum.
Besoknya,
Saat Helena membuka mata, ia melihat Robert sudah berdiri di dekat jendela sambil menyandarkan kepalanya ke tembok. “Robert?” Helena bangun dan mendekat.
Robert tetap diam dengan posisi yang masih sama.
Helena memegang kedua tangan Robert, “Robert, mau kah kau menatapku sebentar? Kita belum berkenalan kan?” Helena menyentuh wajah Robert dan mengarahkan kepala Robert ke arahnya, “namaku Helena, ibumu menyuruhku untuk...” Helena sedih mengatakan itu, “untuk menikah denganmu karena hutang keluargaku” Helena menatap Robert sambil menangis.
Mata Robert memang mengarah pada Helena, tapi itu tetaplah tatapan kosong.
Helena menjauh, ya Tuhan... aku tidak bisa membohongi diriku. Aku tidak mencintai orang ini.
Robert keluar dari kamar.
“Robert?” Helena mengikuti Robert, “Robert, kamu mau kemana?”
Robert berhenti di dekat jendela besar.
“Robert?” Helena mendekat dan melihat ke jendela, “apa kau mau keluar?” Helena menatap Robert.
***
Di taman,
Helena membantu Robert duduk di bangku taman, “Robert, kamu kenapa?”
Robert hanya menunduk.
Helena melihat ke depan mereka, disana terdapat kolam dan beberapa perahu kecil.
“kau ingin kita pergi dari sini?”
Robert hanya diam.
“baiklah, kita tetap duduk” Helena membuka kotak bekal, “aku bikin sandwich tadi, kamu makan ya. Kamu kan belum sarapan” Helena tersenyum dan mau menyuapi Robert, “ayo buka mulutmu, sedikit saja. Sandwich buatanku enak lho”
Robert pun sedikit membuka mulutnya dan mau memakan sandwich itu.
Helena tersenyum.
“Helena” seorang pria mendekat.
“Julian?”
“kamu kenal sama cowo ini?”
“jangan bilang begitu, namanya Robert”
“ok” Julian duduk didekat Helena.
“kamu sekarang tinggal disini? Hebat ya, kamu bisa kerja di kota”
“ya lumayan, aku kan mau ngumpulin uang untuk melamar seseorang di desa. Tapi ternyata, dia sudah ada disini sekarang”
Helena menatap Julian.
Julian tersenyum, “kau semakin cantik setelah lama kita tidak bertemu”
“Julian, maafkan aku. Kita tidak bisa bersama lagi, aku akan menikah dengan Robert”
“apa? Kau menikah dengan dia?”
Helena mengangguk, “jika tidak, ayah akan dipenjara”
“ini karena hutang itu kan? Kau tenang saja, biarkan aku yang membayar hutang-hutangmu. Dengan begitu, kita bisa menikah”
“tapi Julian...”
“ayolah, aku tau kita saling mencintai. Kau ingatkan? Dulu saat aku pergi, kita tidak putus. Aku hanya memintamu untuk menunggu”
Helena mengangguk.
Julian pun mencium Helena dan memeluknya, “aku mencintaimu Helena”
Besoknya,
Helena sudah berkemas dan keluar dari kamar.
“nona mau kemana?”
“aku akan pergi dari sini, pacarku akan membayar semua hutangku pada nyonya”
Pembantu sedikit sedih, ia melihat Robert yang hanya melamun di dekat jendela.
“aku permisi ya bi”
“hati-hati non”
Helena turun dari tangga dan mulai melangkah ke pintu, terima kasih Tuhan... akhirnya aku bisa meninggalkan tempat ini dan bersatu lagi dengan Julian.
Di kamar,
Robert memegang kepalanya, “argh”
“tuan?” pembantu kaget.
Robert pingsan.
“nyonya, tuan pingsan” pembantu berteriak memanggil ibu Robert.
Langkah Helena terhenti di depan pintu, Robert pingsan? Helena mulai bimbang, jika aku kembali dan melihat Robert. Aku tidak akan bisa keluar dari sini, tapi jika sekarang aku pergi. Aku akan bebas dari tempat ini.
“Helena, kenapa kau diam?” Julian yang berdiri di dekat mobilnya sudah menyiapkan sebuah cek dan bersiap untuk menemui ibu Robert.
“maafkan aku Julian” Helena berlari masuk ke dalam meninggalkan Julian, ia menaiki tangga dan masuk ke kamar Robert.
Di kamar,
Robert yang terbaring di ranjang sedang dikompres oleh pembantu.
Ibu Robert begitu cemas, “bi, badannya panas banget. Cepet panggil dokter bi”
Helena mendekat, “nyonya...”
Ibu Robert menatap Helena yang memegang tas, “mau kemana kamu?”
“maafkan aku nyonya, aku janji tidak akan meninggalkan Robert lagi”
Sore itu,
Helena mendekati Robert dan berbaring disampingnya, “kamu harus sembuh, jangan sakit lagi ya” Helena memeluk Robert, ia menangis.
Mungkinkah ini memang benar-benar takdirku? Sekarang aku tidak akan pernah bisa pergi lagi dari sini.
Malamnya,
Helena tersenyum, panas Robert sudah turun dan ia mulai siuman.
“Robert, kamu makan malam dulu ya”
Robert kembali menutup matanya.
“kau ingin tidur?” Helena mengelus Robert, “apa kau marah karena aku akan pergi? Aku tidak akan meninggalkan mu lagi, aku janji”
***
Pernikahan pun tiba,
Semua teman ibu Robert datang, orang tua Helena pun datang termasuk Julian.
Pernikahan dilakukan dengan keterbatasan Robert, ibu Robert tersenyum melihat anaknya menikah.
Orang tua Helena menangis menerima kenyataan bahwa keadaan menantu mereka seperti itu, begitu juga Helena yang terus menangis hingga acara berakhir.
***
Pagi itu,
Helena membuat sandwich di dapur.
“non Helena?”
“selamat pagi bi”
“non lagi bikin apa?”
“aku bikin sandwich buat Robert, soalnya Robert mau makan ini”
“saya senang melihat nona yang mempedulikan tuan, terima kasih banyak ya non”
Helena hanya tersenyum.
Di kamar,
Helena masuk, “Robert, ayo sarapan”
Robert sedang duduk sambil menunduk.
“Robert” Helena mendekat dan duduk disamping Robert, “ini, aku bikin sandwich buat kamu. Ayo dong, buka mulutnya”
Robert tetap diam.
“kamu masih marah?” Helena menyimpan sandwichnya dan menatap Robert, “aku tidak tau bagaimana perasaanmu, mungkin kita tidak saling mencintai. Mungkin kau tidak suka kita dijodohkan seperti ini, begitu pun aku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa” Helena menangis dan memeluk Robert, “aku tidak tau harus bagaimana”
Robert hanya diam.
Siang itu,
Hujan turun dan belum berhenti.
Helena kaget, Robert tidak ada di kamarnya. “Robert” Helena mencari Robert, “Robert” Helena berbalik dan melihat Robert sedang berjalan ke arahnya. “Robert?”
Robert tiba-tiba gemetar dan menggigil, ia memeluk dirinya yang kedinginan.
“Robert?” Helena mendekat dan mengajaknya masuk ke kamar.
Di kamar,
“ya ampun, baju kamu basah. Kamu abis ujan-ujanan?” Helena membuka baju Robert dan menggantinya dengan baju lain, ia membantu Robert berbaring. “kamu bobo ya” Helena memakaikan selimut.
Robert hanya diam.
Helena menatap Robert, ia pun memeluknya. “apa yang kamu lakukan? Kamu bisa sakit, nanti ibumu marah lagi. Kami semua menyayangimu, kami tidak mau terjadi sesuatu padamu”
Malamnya,
“emh...”
Helena yang sedang tidur terbangun mendengar suara Robert, “Robert?”
“eh...”
“Robert bangun, kamu kenapa? Robert”
Robert bermimpi tentang kecelakaan dan tunangannya, “ah!” Robert bangun.
“Robert, kamu harus tenang. Ini masih malam, ok?”
Robert menangis.
“Robert” Helena khawatir, “kamu mimpi buruk?” Helena menghapus airmata Robert, “jangan menangis, semuanya akan baik-baik saja”
Besoknya,
Helena sedang menyisir rambut Robert, “nah, sekarang kamu sudah tampan” ia tersenyum.
“selamat pagi nona”
“pagi bi”
“wah, tuan udah cakep tuh. Mau kemana non?”
“kami mau jalan-jalan ke taman”
“hati-hati ya non”
Di taman,
Helena mengelus Robert, “semoga kamu cepat sembuh, seandainya tunanganmu masih hidup. Dia pasti akan jadi perempuan yang sangat beruntung, karena kau sangat mencintainya. Aku bisa merasakan itu Robert, kau pria yang baik”
“terus saja kau memujinya, dia tidak akan mengerti”
“Julian?” Helena kaget.
Julian menatap Helena, “aku sangat kecewa padamu, bukankah kita saling mencintai? Tapi demi pria ini, kau tega meninggalkanku”
“Julian, kamu harus ngerti. Aku tau kamu orang baik dan sudah berusaha untuk menolongku agar kita bisa bersama, tapi mungkin ini memang sudah takdirku. Maafkan aku”
“apa kamu gak liat? Suami kamu itu idiot”
Plak...
Helena menampar Julian, “dia tidak idiot” Helena menatap Julian kesal.
Robert berdiri.
“nah, mau apa kau sekarang?” Julian menatap Robert.
“jangan kasar padanya” Helena semakin kesal.
“kenapa kamu belain dia terus? Apa kamu beneran suka sama dia?” Julian menunjuk Robert.
“Julian, cukup” Helena berteriak, ia kecewa dengan sikap Julian. “lebih baik kamu pergi, aku gak mau kita ketemu jika sikapmu masih seperti ini”
“memangnya sikapku kenapa?”
“Julian, aku mohon” Helena sedih.
“ok, aku akan pergi” Julian yang kesal mendorong Robert dan pergi.
Robert jatuh ke kolam.
“Robert?”
Robert tenggelam, ia ingat kejadian saat di perahu. Saat ia berpelukan dengan tunangannya, saat perahu menabrak karang.
“Alinna” Robert berteriak.
Mereka tenggelam, Robert berusaha menggapai tangan Alinna. Tapi arus yang begitu deras membuat mereka terpisah dan Alinna tenggelam semakin dalam.
Alinna... Robert tenggelam semakin dalam.
“tolong” Helena berteriak.
“ada apa nyonya?”
“suamiku tenggelam”
Beberapa orang berenang dan membawa Robert ke darat.
“Robert” Helena cemas melihat Robert tak sadarkan diri.
Mereka pun berusaha menolong Robert, air keluar dari mulut Robert. Tapi ia tetap tidak sadarkan diri.
Air mata Helena menetes, “Robert”
***
Di sebuah tempat,
Robert berdiri dan terdiam.
“Robert?”
Robert menoleh, “Alinna?” ia tersenyum.
Mereka berpelukan.
Alinna menatap Robert, “apa yang kau lakukan disini?”
“aku, aku tidak tau. Tapi aku senang bisa bertemu denganmu lagi”
“Robert, kamu gak boleh disini. Kamu harus kembali”
“enggak Lin, aku akan disini bersamamu”
“Robert, kamu gak boleh seperti ini. Kamu harus hidup, jalanmu masih panjang”
“tapi aku cinta kamu Lin”
“Robert, kamu harus bisa terima kenyataan. Jika kamu seperti ini terus, aku tidak akan pernah bisa tenang disini” Alinna menangis.
“Alinna” Robert menghapus air mata Alinna, “maafkan aku”
“kau harus membantu perempuan itu, dia sangat baik padamu”
“Helena?” Robert terdiam.
***
Di rumah,
Ibu khawatir dengan keadaan Robert, “cepat panggilkan dokter”
“baik nyonya” pembantu keluar dari kamar Robert.
Helena menunduk dengan air mata yang terus menetes, “aku minta maaf nyonya”
Ibu menangis, “jika terjadi sesuatu pada Robert, kau harus bertanggung jawab”
Robert batuk.
“Robert?” ibu mendekati Robert yang terbaring di ranjang. Robert membuka matanya, “ibu..”
“nak, kau kenal ibu?” ibu begitu senang dan memeluk Robert, “terima kasih Tuhan...”
“mana Helena?”
“Helena?” ibu kaget.
Helena mendekat dan tersenyum, “Robert”
Robert tersenyum dan memegang tangan Helena, “terima kasih”
Helena tersenyum dengan air mata yang mentes.
Sore itu,
Helena masuk ke ruang kerja ibu Robert, “selamat sore nyonya”
“duduk”
Helena duduk.
“aku senang Robert sudah sembuh, aku juga berterima kasih kau sudah merawatnya dengan baik. Sekarang kita lihat perjanjian pranikah ini”
“saya mengerti nyonya”
“bagus, lebih cepat lebih baik. Selamat, hutang-hutang  keluargamu sudah lunas. Sampaikan salamku pada mereka”
Di kamar,
Robert bersandar di ranjangnya dan menatap jendela, Alinna. Apa kau sudah tenang disana?
Helena masuk.
“Helena”
Helena tersenyum, “tuan sudah bangun?”
“kenapa kau memanggilku tuan? Aku suamimu kan?”
“aku, aku minta maaf tuan. Tapi cepat atau lambat kita harus bercerai”
“kenapa? Kau tidak mencintaiku? Dengar, aku akan berusaha membahagiakanmu. Aku janji”
“terima kasih banyak tuan, aku tau tuan begitu baik. Tapi di perjanjian pranikah...”
“perjanjian pranikah?”
“orang tuaku memiliki hutan pada ibumu, jika tidak dibayar. Ayah akan dipenjara, tapi nyonya memberi pengecualian” Helena menunduk.
“kau harus menikah denganku? Apa isi perjanjian itu?”
“disana dikatakan jika tuan sembuh, kita harus bercerai”
“tapi itu semua tanpa persetujuanku”
“tapi nyonya..”
“ibu maksudmu?”
“tuan, aku mohon jangan...”
“Helena, mendekatlah”
Helena mendekat dan duduk disamping Robert.
Robert tersenyum dan mengelus Helena, “kau perempuan yang baik, kau merawatku saat aku...” Robert menatap Helena, “apa yang kau dapat dari perceraian kita?”
“tidak ada tuan”
“aku punya mobil sport di garasi, kau boleh mengambilnya”
Helena menggeleng, “aku tidak menginginkan itu”
“kau ingin apa?”
“tidak tuan, sungguh. Melihat tuan sembuh, aku sudah bahagia”
“aku tidak ingin kita bercerai”
Helena terdiam.
“aku tidak tau bagaimana perasaanmu, tapi aku mencintaimu Helena. Mungkin setelah kita bercerai kau akan menikah bersama pacarmu Julian, tapi...” Robert menatap Helena, “percayalah padaku, aku akan melakukan yang lebih baik dari Julian”
Helena menangis.
“kau tidak suka padaku?”
“aku tidak akan bisa seperti Alinna”
“jadilah dirimu sendiri” Robert mencium Helena.
Mereka berpelukan.
Malamnya,
Robert masuk ke kamar ibunya, “bu”
“sayang, ada apa nak?”
“aku tidak mau bercerai dengan Helena, aku tidak mau dia pergi”
“tapi nak...”
“bu, coba ibu bayangkan saat keadaanku masih seperti itu. Pasti tidak akan ada perempuan yang mau denganku”
“tapi dia bersedia menikahimu karena terpaksa”
“aku tau, hutang ayahnya kan? Aku sudah bertanya apa yang dia inginkan, tapi dia tidak meminta apa pun padaku. Dia sangat tulus bu”
“Robert, masa depanmu...”
“aku tidak akan bahagia jika tidak bersama Helena”
Ibu menunduk, “baiklah, terserah kau saja”
Robert tersenyum dan memeluk ibunya, “terima kasih bu” ia mencium pipi ibunya, “jangan lupa bagi Helena rahasia awet mudamu nyonya”
Ibu tersenyum, “kau ini”
Di kamar Robert,
Helena sudah menyiapkan tas dan pakaiannya, besok hari perceraian kami. Setelah bercerai, aku harus segera pergi dari sini.
Robert masuk, “Helena”
Helena menoleh.
Robert menunjukan surat perjanjian itu dan merobeknya.
“tuan?”
“mulai sekarang perjanjian ini tidak berlaku lagi”
Helena tersenyum.
Robert memeluk Helena, “kau senang? Atau aku saja yang senang?”
“aku senang” Helena tersenyum malu.
“ok, jadi kau tidak akan memanggil aku tuan lagi kan?” Robert menatap Helena.
Helena mengangguk.
“ah, istriku. Ayo peluk lagi”
Mereka berpelukan.

The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

2 komentar: