Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre:
Romance
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Seorang pria terdiam di
dekat jendela.
Mobil pun berhenti di
depan rumahnya, seorang perempuan paruh baya dan perempuan muda keluar dari
mobil.
Mereka masuk.
Di dalam,
“meskipun kau menikah
dengan Robert, jangan harap kau mendapatkan sepeser pun dariku. Kau harus
ingat, kalian menikah karena hutang orang tua mu”
“aku mengerti nyonya”
perempuan itu menunduk.
“baiklah Helena, tanda
tangani perjanjian pranikah ini”
Helena membacanya, disana
dikatakan jika Robert sembuh. Mereka harus bercerai dan Helena tidak akan
mendapat uang sepeser pun.
Apa
maksud semua ini? Sakit apa dia? Helena merasa heran.
“kenapa kau diam?”
“maaf nyonya, a..aku tidak
mengerti. Memangnya anak nyonya sakit apa?” Helena bingung.
“bi, panggilkan Robert”
“baik nyonya” pembantu
pergi ke atas dan kembali membawa Robert.
Saat Helena melihat
Robert, ya Tuhan... apakah aku harus
menikah dengan pria ini?
Helena terdiam melihat
keadaan Robert, seorang pria yang hanya diam dengan tatapan kosong dan hampa.
Tidak bisa diajak berkomunikasi dan harus dituntun jika kita ingin mengajaknya
ke suatu tempat.
“bagaimana?” ibu Robert
menatap Helena, “kau mau menikah dengan Robert atau ayahmu dipenjara?”
Helena sebenarnya tidak
mau menikah dengan pria seperti itu, tapi demi keluarganya. Helena memang rela
berkorban, ia sedih. Ia tidak tau, apa yang diderita oleh Robert.
Helena pun menandatangani
perjanjian itu, tanda bahwa ia setuju.
Ibu Robert tersenyum,
“bagus, dalam waktu dekat. Kalian akan segera menikah” ibu Robert berdiri dari
tempat duduknya, “bi, ajak Helena ke kamar Robert”
“baik nyonya” pembantu itu
memegangi tangan Robert, “mari non” ia menoleh ke arah Helena.
Helena pun mengikuti
mereka.
Di kamar Robert,
Pembantu itu membantu
Robert duduk, “selamat beristirahat non” ia tersenyum pada Helena.
“makasih bi”
Pembantu itu pergi dan Helena
menangis, Robert hanya diam tanpa expresi.
Helena menatap Robert, ya Tuhan... jika ini memang takdirku. Tabahkanlah aku Tuhan...
Malamnya,
Robert masih diam di
tempat duduk, Helena mendekat.
“R..Robert” Helena masih
canggung, “ayo kita makan, ini saatnya makan malam”
Robert tetap diam.
“Robert” Helena menangis,
“ayo bangun” Helena membantu Robert berdiri dan memegang tangannya, mereka
keluar, ya Tuhan... apa dia tidak
mengerti dengan apa yang aku katakan?
Di ruang makan,
Ibu Robert sudah duduk dan
makanan sudah tersaji.
Helena datang bersama
Robert, ia membantu Robert duduk.
“Robert tidak akan makan
sendiri” ibu menatap Helena.
Helena menunduk.
“biar saya saja yang
menyuapinya nyonya” pembantu mendekat.
“ok, selamat makan Helena”
Pembantu mulai menyuapi
Robert, “ayo tuan, buka mulutnya. Sedikit saja”
Robert tetap diam dan
tidak mau membuka mulutnya.
“tuan” pembantu bingung.
Ibu berhenti makan, ia
sedih dan sedikit kesal, “Robert, jika kau tidak mau makan terus. Kau bisa
sakit, ibu tidak mau kehilanganmu” ibu menangis dan pergi meninggalkan ruang
makan.
Helena bingung.
Pembantu itu pun sedih,
“tuan harus makan”
Robert tetap diam.
Di kamar,
Ibu menangis, ia ingat
saat Robert ditemukan di laut dan sekarat di rumah sakit. “kamu gak boleh
seperti ini terus nak”
Di kamar Robert,
Helena masuk dan pembantu
membantu Robert berbaring di tempat tidur.
“tuan tidur ya, ini sudah
malam”
Robert hanya diam dan
tidak menutup matanya.
“bi, apa yang terjadi
sebenarnya? Kenapa ibu Robert bisa seperti itu?”
“tuan pernah mengalami
kecelakaan dan hampir meninggal, sejak saat itu nyonya sangat sedih. Sikapnya
pun berubah karena orang-orang sering mencemo’ohnya tentang keadaan tuan”
“apa yang terjadi dengan
Robert?”
“saat itu, tuan sedang
berlayar dengan tunangannya. Tapi sebuah badai membuah kapal mereka menabrak
karang dan mereka tenggelam, sayangnya tunangan tuan tidak selamat”
“jadi, sebelum kejadian
itu... keadaan Robert tidak seperti ini?”
“iya” pembantu itu
menangis, “tuan orang yang sangat baik dan ramah, dia begitu baik padaku”
Helena ikut sedih dengan
apa yang terjadi, ”lalu, apa Robert bisa sembuh?”
“dokter bilang, tuan
trauma berat. Tapi nyonya selalu percaya jika suatu saat tuan akan sembuh”
“apa Robert sudah
melakukan terapi?”
“tuan selalu mengamuk jika
terapi, itu membuatnya tidak stabil. Jadi nyonya memutuskan untuk membiarkan
tuan tinggal di rumah”
“baiklah bi, terima kasih
banyak bibi sudah mau menceritakannya”
“sama-sama non, ya sudah
saya permisi dulu” pembantu itu keluar.
Helena menatap Robert yang
kurus dan pucat, ia mendekat dan ingin mengelus Robert. Tapi ia begitu
canggung, perlahan tangan Helena menyentuh kening Robert. Ia pun mengelus
kepala Robert, “kamu tidur ya”
Robert tetap diam dengan
mata yang terbuka.
Helena melepaskan
tangannya dan duduk, ia kembali melihat Robert.
Robert sudah tertidur, Helena
pun tersenyum.
Besoknya,
Saat Helena membuka mata,
ia melihat Robert sudah berdiri di dekat jendela sambil menyandarkan kepalanya
ke tembok. “Robert?” Helena bangun dan mendekat.
Robert tetap diam dengan
posisi yang masih sama.
Helena memegang kedua
tangan Robert, “Robert, mau kah kau menatapku sebentar? Kita belum berkenalan
kan?” Helena menyentuh wajah Robert dan mengarahkan kepala Robert ke arahnya,
“namaku Helena, ibumu menyuruhku untuk...” Helena sedih mengatakan itu, “untuk
menikah denganmu karena hutang keluargaku” Helena menatap Robert sambil
menangis.
Mata Robert memang
mengarah pada Helena, tapi itu tetaplah tatapan kosong.
Helena menjauh, ya Tuhan... aku tidak bisa membohongi
diriku. Aku tidak mencintai orang ini.
Robert keluar dari kamar.
“Robert?” Helena mengikuti
Robert, “Robert, kamu mau kemana?”
Robert berhenti di dekat
jendela besar.
“Robert?” Helena mendekat
dan melihat ke jendela, “apa kau mau keluar?” Helena menatap Robert.
***
Di taman,
Helena membantu Robert
duduk di bangku taman, “Robert, kamu kenapa?”
Robert hanya menunduk.
Helena melihat ke depan
mereka, disana terdapat kolam dan beberapa perahu kecil.
“kau ingin kita pergi dari
sini?”
Robert hanya diam.
“baiklah, kita tetap
duduk” Helena membuka kotak bekal, “aku bikin sandwich tadi, kamu makan ya.
Kamu kan belum sarapan” Helena tersenyum dan mau menyuapi Robert, “ayo buka
mulutmu, sedikit saja. Sandwich buatanku enak lho”
Robert pun sedikit membuka
mulutnya dan mau memakan sandwich itu.
Helena tersenyum.
“Helena” seorang pria
mendekat.
“Julian?”
“kamu kenal sama cowo
ini?”
“jangan bilang begitu,
namanya Robert”
“ok” Julian duduk didekat Helena.
“kamu sekarang tinggal
disini? Hebat ya, kamu bisa kerja di kota”
“ya lumayan, aku kan mau
ngumpulin uang untuk melamar seseorang di desa. Tapi ternyata, dia sudah ada
disini sekarang”
Helena menatap Julian.
Julian tersenyum, “kau
semakin cantik setelah lama kita tidak bertemu”
“Julian, maafkan aku. Kita
tidak bisa bersama lagi, aku akan menikah dengan Robert”
“apa? Kau menikah dengan
dia?”
Helena mengangguk, “jika
tidak, ayah akan dipenjara”
“ini karena hutang itu
kan? Kau tenang saja, biarkan aku yang membayar hutang-hutangmu. Dengan begitu,
kita bisa menikah”
“tapi Julian...”
“ayolah, aku tau kita
saling mencintai. Kau ingatkan? Dulu saat aku pergi, kita tidak putus. Aku
hanya memintamu untuk menunggu”
Helena mengangguk.
Julian pun mencium Helena
dan memeluknya, “aku mencintaimu Helena”
Besoknya,
Helena sudah berkemas dan
keluar dari kamar.
“nona mau kemana?”
“aku akan pergi dari sini,
pacarku akan membayar semua hutangku pada nyonya”
Pembantu sedikit sedih, ia
melihat Robert yang hanya melamun di dekat jendela.
“aku permisi ya bi”
“hati-hati non”
Helena turun dari tangga
dan mulai melangkah ke pintu, terima
kasih Tuhan... akhirnya aku bisa meninggalkan tempat ini dan bersatu lagi
dengan Julian.
Di kamar,
Robert memegang kepalanya,
“argh”
“tuan?” pembantu kaget.
Robert pingsan.
“nyonya, tuan pingsan”
pembantu berteriak memanggil ibu Robert.
Langkah Helena terhenti di
depan pintu, Robert pingsan? Helena
mulai bimbang, jika aku kembali dan
melihat Robert. Aku tidak akan bisa keluar dari sini, tapi jika sekarang aku
pergi. Aku akan bebas dari tempat ini.
“Helena, kenapa kau diam?”
Julian yang berdiri di dekat mobilnya sudah menyiapkan sebuah cek dan bersiap
untuk menemui ibu Robert.
“maafkan aku Julian” Helena
berlari masuk ke dalam meninggalkan Julian, ia menaiki tangga dan masuk ke
kamar Robert.
Di kamar,
Robert yang terbaring di
ranjang sedang dikompres oleh pembantu.
Ibu Robert begitu cemas,
“bi, badannya panas banget. Cepet panggil dokter bi”
Helena mendekat,
“nyonya...”
Ibu Robert menatap Helena
yang memegang tas, “mau kemana kamu?”
“maafkan aku nyonya, aku
janji tidak akan meninggalkan Robert lagi”
Sore itu,
Helena mendekati Robert
dan berbaring disampingnya, “kamu harus sembuh, jangan sakit lagi ya” Helena
memeluk Robert, ia menangis.
Mungkinkah
ini memang benar-benar takdirku? Sekarang aku tidak akan pernah bisa pergi lagi
dari sini.
Malamnya,
Helena tersenyum, panas
Robert sudah turun dan ia mulai siuman.
“Robert, kamu makan malam
dulu ya”
Robert kembali menutup
matanya.
“kau ingin tidur?” Helena
mengelus Robert, “apa kau marah karena aku akan pergi? Aku tidak akan
meninggalkan mu lagi, aku janji”
***
Pernikahan pun tiba,
Semua teman ibu Robert
datang, orang tua Helena pun datang termasuk Julian.
Pernikahan dilakukan
dengan keterbatasan Robert, ibu Robert tersenyum melihat anaknya menikah.
Orang tua Helena menangis
menerima kenyataan bahwa keadaan menantu mereka seperti itu, begitu juga Helena
yang terus menangis hingga acara berakhir.
***
Pagi itu,
Helena membuat sandwich di
dapur.
“non Helena?”
“selamat pagi bi”
“non lagi bikin apa?”
“aku bikin sandwich buat
Robert, soalnya Robert mau makan ini”
“saya senang melihat nona
yang mempedulikan tuan, terima kasih banyak ya non”
Helena hanya tersenyum.
Di kamar,
Helena masuk, “Robert, ayo
sarapan”
Robert sedang duduk sambil
menunduk.
“Robert” Helena mendekat
dan duduk disamping Robert, “ini, aku bikin sandwich buat kamu. Ayo dong, buka
mulutnya”
Robert tetap diam.
“kamu masih marah?” Helena
menyimpan sandwichnya dan menatap Robert, “aku tidak tau bagaimana perasaanmu,
mungkin kita tidak saling mencintai. Mungkin kau tidak suka kita dijodohkan
seperti ini, begitu pun aku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa” Helena
menangis dan memeluk Robert, “aku tidak tau harus bagaimana”
Robert hanya diam.
Siang itu,
Hujan turun dan belum
berhenti.
Helena kaget, Robert tidak
ada di kamarnya. “Robert” Helena mencari Robert, “Robert” Helena berbalik dan
melihat Robert sedang berjalan ke arahnya. “Robert?”
Robert tiba-tiba gemetar
dan menggigil, ia memeluk dirinya yang kedinginan.
“Robert?” Helena mendekat
dan mengajaknya masuk ke kamar.
Di kamar,
“ya ampun, baju kamu basah.
Kamu abis ujan-ujanan?” Helena membuka baju Robert dan menggantinya dengan baju
lain, ia membantu Robert berbaring. “kamu bobo ya” Helena memakaikan selimut.
Robert hanya diam.
Helena menatap Robert, ia
pun memeluknya. “apa yang kamu lakukan? Kamu bisa sakit, nanti ibumu marah
lagi. Kami semua menyayangimu, kami tidak mau terjadi sesuatu padamu”
Malamnya,
“emh...”
Helena yang sedang tidur
terbangun mendengar suara Robert, “Robert?”
“eh...”
“Robert bangun, kamu
kenapa? Robert”
Robert bermimpi tentang kecelakaan
dan tunangannya, “ah!” Robert bangun.
“Robert, kamu harus
tenang. Ini masih malam, ok?”
Robert menangis.
“Robert” Helena khawatir,
“kamu mimpi buruk?” Helena menghapus airmata Robert, “jangan menangis, semuanya
akan baik-baik saja”
Besoknya,
Helena sedang menyisir
rambut Robert, “nah, sekarang kamu sudah tampan” ia tersenyum.
“selamat pagi nona”
“pagi bi”
“wah, tuan udah cakep tuh.
Mau kemana non?”
“kami mau jalan-jalan ke
taman”
“hati-hati ya non”
Di taman,
Helena mengelus Robert,
“semoga kamu cepat sembuh, seandainya tunanganmu masih hidup. Dia pasti akan
jadi perempuan yang sangat beruntung, karena kau sangat mencintainya. Aku bisa
merasakan itu Robert, kau pria yang baik”
“terus saja kau memujinya,
dia tidak akan mengerti”
“Julian?” Helena kaget.
Julian menatap Helena,
“aku sangat kecewa padamu, bukankah kita saling mencintai? Tapi demi pria ini,
kau tega meninggalkanku”
“Julian, kamu harus
ngerti. Aku tau kamu orang baik dan sudah berusaha untuk menolongku agar kita
bisa bersama, tapi mungkin ini memang sudah takdirku. Maafkan aku”
“apa kamu gak liat? Suami
kamu itu idiot”
Plak...
Helena menampar Julian,
“dia tidak idiot” Helena menatap Julian kesal.
Robert berdiri.
“nah, mau apa kau
sekarang?” Julian menatap Robert.
“jangan kasar padanya” Helena
semakin kesal.
“kenapa kamu belain dia
terus? Apa kamu beneran suka sama dia?” Julian menunjuk Robert.
“Julian, cukup” Helena
berteriak, ia kecewa dengan sikap Julian. “lebih baik kamu pergi, aku gak mau
kita ketemu jika sikapmu masih seperti ini”
“memangnya sikapku
kenapa?”
“Julian, aku mohon” Helena
sedih.
“ok, aku akan pergi”
Julian yang kesal mendorong Robert dan pergi.
Robert jatuh ke kolam.
“Robert?”
Robert tenggelam, ia ingat
kejadian saat di perahu. Saat ia berpelukan dengan tunangannya, saat perahu
menabrak karang.
“Alinna”
Robert berteriak.
Mereka
tenggelam, Robert berusaha menggapai tangan Alinna. Tapi arus yang begitu deras
membuat mereka terpisah dan Alinna tenggelam semakin dalam.
Alinna...
Robert
tenggelam semakin dalam.
“tolong” Helena berteriak.
“ada apa nyonya?”
“suamiku tenggelam”
Beberapa orang berenang
dan membawa Robert ke darat.
“Robert” Helena cemas
melihat Robert tak sadarkan diri.
Mereka pun berusaha
menolong Robert, air keluar dari mulut Robert. Tapi ia tetap tidak sadarkan diri.
Air mata Helena menetes,
“Robert”
***
Di sebuah tempat,
Robert berdiri dan
terdiam.
“Robert?”
Robert menoleh, “Alinna?”
ia tersenyum.
Mereka berpelukan.
Alinna menatap Robert,
“apa yang kau lakukan disini?”
“aku, aku tidak tau. Tapi
aku senang bisa bertemu denganmu lagi”
“Robert, kamu gak boleh
disini. Kamu harus kembali”
“enggak Lin, aku akan
disini bersamamu”
“Robert, kamu gak boleh
seperti ini. Kamu harus hidup, jalanmu masih panjang”
“tapi aku cinta kamu Lin”
“Robert, kamu harus bisa
terima kenyataan. Jika kamu seperti ini terus, aku tidak akan pernah bisa
tenang disini” Alinna menangis.
“Alinna” Robert menghapus
air mata Alinna, “maafkan aku”
“kau harus membantu
perempuan itu, dia sangat baik padamu”
“Helena?” Robert terdiam.
***
Di rumah,
Ibu khawatir dengan
keadaan Robert, “cepat panggilkan dokter”
“baik nyonya” pembantu
keluar dari kamar Robert.
Helena menunduk dengan air
mata yang terus menetes, “aku minta maaf nyonya”
Ibu menangis, “jika
terjadi sesuatu pada Robert, kau harus bertanggung jawab”
Robert batuk.
“Robert?” ibu mendekati
Robert yang terbaring di ranjang. Robert membuka matanya, “ibu..”
“nak, kau kenal ibu?” ibu
begitu senang dan memeluk Robert, “terima kasih Tuhan...”
“mana Helena?”
“Helena?” ibu kaget.
Helena mendekat dan
tersenyum, “Robert”
Robert tersenyum dan
memegang tangan Helena, “terima kasih”
Helena tersenyum dengan
air mata yang mentes.
Sore itu,
Helena masuk ke ruang
kerja ibu Robert, “selamat sore nyonya”
“duduk”
Helena duduk.
“aku senang Robert sudah
sembuh, aku juga berterima kasih kau sudah merawatnya dengan baik. Sekarang
kita lihat perjanjian pranikah ini”
“saya mengerti nyonya”
“bagus, lebih cepat lebih
baik. Selamat, hutang-hutang keluargamu
sudah lunas. Sampaikan salamku pada mereka”
Di kamar,
Robert bersandar di
ranjangnya dan menatap jendela, Alinna.
Apa kau sudah tenang disana?
Helena masuk.
“Helena”
Helena tersenyum, “tuan
sudah bangun?”
“kenapa kau memanggilku
tuan? Aku suamimu kan?”
“aku, aku minta maaf tuan.
Tapi cepat atau lambat kita harus bercerai”
“kenapa? Kau tidak
mencintaiku? Dengar, aku akan berusaha membahagiakanmu. Aku janji”
“terima kasih banyak tuan,
aku tau tuan begitu baik. Tapi di perjanjian pranikah...”
“perjanjian pranikah?”
“orang tuaku memiliki
hutan pada ibumu, jika tidak dibayar. Ayah akan dipenjara, tapi nyonya memberi
pengecualian” Helena menunduk.
“kau harus menikah
denganku? Apa isi perjanjian itu?”
“disana dikatakan jika
tuan sembuh, kita harus bercerai”
“tapi itu semua tanpa
persetujuanku”
“tapi nyonya..”
“ibu maksudmu?”
“tuan, aku mohon
jangan...”
“Helena, mendekatlah”
Helena mendekat dan duduk
disamping Robert.
Robert tersenyum dan
mengelus Helena, “kau perempuan yang baik, kau merawatku saat aku...” Robert
menatap Helena, “apa yang kau dapat dari perceraian kita?”
“tidak ada tuan”
“aku punya mobil sport di
garasi, kau boleh mengambilnya”
Helena menggeleng, “aku
tidak menginginkan itu”
“kau ingin apa?”
“tidak tuan, sungguh.
Melihat tuan sembuh, aku sudah bahagia”
“aku tidak ingin kita
bercerai”
Helena terdiam.
“aku tidak tau bagaimana
perasaanmu, tapi aku mencintaimu Helena. Mungkin setelah kita bercerai kau akan
menikah bersama pacarmu Julian, tapi...” Robert menatap Helena, “percayalah
padaku, aku akan melakukan yang lebih baik dari Julian”
Helena menangis.
“kau tidak suka padaku?”
“aku tidak akan bisa
seperti Alinna”
“jadilah dirimu sendiri”
Robert mencium Helena.
Mereka berpelukan.
Malamnya,
Robert masuk ke kamar
ibunya, “bu”
“sayang, ada apa nak?”
“aku tidak mau bercerai
dengan Helena, aku tidak mau dia pergi”
“tapi nak...”
“bu, coba ibu bayangkan
saat keadaanku masih seperti itu. Pasti tidak akan ada perempuan yang mau
denganku”
“tapi dia bersedia
menikahimu karena terpaksa”
“aku tau, hutang ayahnya
kan? Aku sudah bertanya apa yang dia inginkan, tapi dia tidak meminta apa pun
padaku. Dia sangat tulus bu”
“Robert, masa depanmu...”
“aku tidak akan bahagia
jika tidak bersama Helena”
Ibu menunduk, “baiklah,
terserah kau saja”
Robert tersenyum dan
memeluk ibunya, “terima kasih bu” ia mencium pipi ibunya, “jangan lupa bagi Helena
rahasia awet mudamu nyonya”
Ibu tersenyum, “kau ini”
Di kamar Robert,
Helena sudah menyiapkan
tas dan pakaiannya, besok hari perceraian
kami. Setelah bercerai, aku harus segera pergi dari sini.
Robert masuk, “Helena”
Helena menoleh.
Robert menunjukan surat
perjanjian itu dan merobeknya.
“tuan?”
“mulai sekarang perjanjian
ini tidak berlaku lagi”
Helena tersenyum.
Robert memeluk Helena,
“kau senang? Atau aku saja yang senang?”
“aku senang” Helena
tersenyum malu.
“ok, jadi kau tidak akan
memanggil aku tuan lagi kan?” Robert menatap Helena.
Helena mengangguk.
“ah, istriku. Ayo peluk
lagi”
Mereka berpelukan.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Wahh baguss.. sequell nya dong
BalasHapusterima kasih...
Hapus