Author: Sherly
Holmes
Penyunting :
Erin_Adler
Genre: Romance, Supranatural tanggung
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Jodoh…
Ada yang bilang, jodoh itu
di tangan Tuhan. Jadi kita tidak usah khawatir jika sampai saat ini kita masih
sendiri. Tapi, ada juga yang bilang jodoh itu tidak akan ketemu kalau kita
tidak mencari. Jadi yang lebih tepat itu yang mana? Tentu saja keduanya benar,
kita harus mencari jodoh dan Tuhan akan memberikannya.
Tapi bagaimana dengan aku?
Sejak kecil aku adalah perempuan penyendiri dan saat ini, aku masih sendiri.
Ini kisahku..,
***
Pagi itu,
Jessica sudah bersiap, ia
memakai pakaian rapi dan keluar dari rumahnya.
Suasana di luar begitu
padat, selain mobil yang melaju di jalan. Orang-orang juga banyak berlalu
lalang.
Jessica menyebrangi sebuah
jalan dan berhenti di halte dekat papan pengumuman kota, ia melihat sebuah
brosur. “wah, Paul McCartney bakalan konser?” ia pun tersenyum.
Disana terlihat penjual tiket yang mulai beres-beres, karena semua tiketnya
sudah habis terjual.
***
Saat sedang berjalan,
tiba-tiba seorang pria menabrak Jessica.
“aduh” Jessica jatuh.
Tapi pria itu sama sekali
tidak menghiraukannya dan terus berjalan cepat.
“ih.. menyebalkan sekali”
Jessica bangun dan kembali berjalan.
Beberapa langkah kemudian,
Brak…
Terdengar suara benturan
yang amat kencang dari belakang.
Jessica menoleh, “apa yang
terjadi?”
Orang-orang tiba-tiba
ramai dan berkumpul disana, mereka bilang seseorang tertabrak di jalan itu.
Ya
Tuhan… syukurlah aku sudah selamat sampai disini, beberapa menit yang lalu aku
kan baru melewati jalan itu.
***
Sesampainya di sebuat
kedai,
“selamat siang” Jessica
masuk.
“siang?”
“maaf, saya Jessica. Yang
kemarin mengirimkan lamaran pekerjaan”
“oh, ya udah masuk sana. Pak Manajer udah nunggu kamu dari tadi”
“terima kasih” Jessica
masuk ke ruang manajer.
***
Di dalam,
“ok, kamu akan menjalankan
masa percobaan dulu. Jika hasilnya memuaskan, kau baru resmi kerja disini”
“terima kasih pak”
Jessica pulang.
***
Di rumah,
Ibu sedang bicara dengan
ayah.
“bu, sampai kapan Jessica
akan seperti ini? Usianya sudah 19 tahun, tapi dia tidak punya teman satu pun”
“tenanglah ayah, ibu
yakin. Suatu saat nanti Jessica pasti punya teman. Dia kan sedang melamar
pekerjaan, siapa tau dia mendapat banyak teman dan seorang jodoh disana”
“tapi bu, lihat anak
seusianya. Setiap malam minggu, di tiap tetangga kita pasti ada anak laki-laki
yang datang. Tapi Jessica, mana?”
“sudahlah ayah, biarkan saja”
***
Jessica hanya diam di
depan pintu, ia sedih mendengar itu. Jessica pun masuk.
“sayang, bagaimana? Kamu
diterima?” ibu menyambutnya.
“iya bu”
“syukurlah”
“tapi masih masa
percobaan”
“tidak apa-apa, kamu pasti
bisa kerja disana”
Jessica tersenyum dan
masuk ke kamar.
***
Malam itu,
Jessica menatap bulan dari
luar kamarnya.
Seorang tetangga melihat
itu, “kasihan dia, pasti sedang melamun”
“kau itu membicarakan
siapa?”
“Jessica, anak tetangga
sebelah”
“sejak kecil kan anak itu
selalu sendiri, jadi wajar dong
kalau dia gak punya teman”
“ya, gimana jodohnya ya?”
Jessica pun masuk ke
kamar.
***
Paginya,
Jessica bersiap untuk
bekerja di kedai, ia berjalan dengan penuh semangat dan melewati jalan yang
kemarin. Jessica menyebrang dengan hati-hati.
Seperti biasa, sang penjual tiket sedang sibuk mengurus tiket yang dia
jual.
***
Sorenya,
Jessica membersihkan
barang-barang, karena kedai akan tutup.
Pak Manajer tersenyum melihat hasil kerjanya,
“lebih baik kau pulang, sebentar lagi malam”
“iya pak”
Manajer mengunci kedai dan
Jessica pergi.
***
Saat sedang berjalan,
tiba-tiba hujan turun.
Jessica berteduh di halte,
ia melihat seorang pria diam dan melamun disana. Jessica menatap orang itu,
tapi dia tidak menghiraukannya. Jessica pun membuka payungnya dan pergi.
***
Besoknya,
Saat Jessica pulang dari
kedai.
Hujan turun lagi.
Jessica kembali berteduh
di halte, “ya ampun, aku lupa gak bawa payung”
Jessica melihat seorang
pria yang ada disana, itu kan cowok yang
kemarin? “maaf, boleh aku ikut duduk?”
Pria itu menatap Jessica
dan bergeser.
“terima kasih” Jessica
bingung karena dia tidak mau bicara, Jessica pun diam.
Pria itu menatapnya, “apa
kau sedang menunggu bis?”
“ah, tidak. Aku hanya menunggu hujannya reda”
“kau tau dimana aku bisa
membeli tiket konser Paul McCartney?”
“oh ya, disebelah sana”
“tapi yang aku tau, tiket
disana sudah habis sejak kemarin”
“oh, begitu ya. Maaf, aku
tidak tau lagi. Tapi jika kau mau, kau bisa membeli tiket konser untuk hari
berikutnya kan?”
“itu artinya, aku harus
lama tinggal disini” pria itu tersenyum.
“kau bukan orang sini ya?”
“ya, aku dari New York. O
iya, kenalkan. Namaku Robert”
Ya
Tuhan… ada pria yang mau berjabat tangan denganku?
“hey?” Robert menatap
Jessica dengan aneh.
“ah, maaf. Namaku Jessica”
“senang berkenalan
denganmu”
Jessica tersenyum.
***
Setelah beberapa lama,
Hujan pun reda.
“aku duluan ya” Jessica berdiri.
“oh iya, rumahmu jauh tidak?”
“lumayan dekat”
“aku antar ya?”
“ti..tidak usah”
“gak apa-apa kok, ini kan
udah malem”
Akhirnya mereka berjalan
ke rumah Jessica.
Ya
Tuhan… ini pertama kalinya aku diantar seorang pria, bagaimana ini? Bagaimana
kalau ada yang melihat? Jessica cemas dan bingung.
“kamu kenapa?”
“ah? Gak apa-apa kok”
Jessica tersenyum pada Robert.
Seorang tetangga yang keluar,
melihat Jessica dengan aneh.
Jessica tersenyum pada
tetangganya.
“kenapa orang itu terus
melihat ke arah kita?” Robert kaget.
“mungkin mereka kaget, aku
tidak pernah bersama seorang pria sebelumnya”
“gak segitunya kali, kaya
yang liat hantu aja”
“Robert, kau tidak tau.
Aku tidak punya tema satu pun, kemana-mana aku selalu sendirian”
“benarkah?”
***
Mereka pun sampai di depan
rumah Jessica,
“ini rumahku, apa kau mau
mampir dulu?”
“tidak usah”
“terima kasih banyak ya,
kau repot-repot mengantarku”
“santai aja deh, o iya.
Gimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“lagi?”
“ya, di halte. Di jam yang
sama saat kau pulang, kau tidak mau ya?”
“a..aku mau kok”
“ok, besok aku tunggu ya”
Jessica tersenyum dan
masuk ke rumah. Perasaannya sangat bahagia, ya
Tuhan… semoga yang baru saja ini
bukan mimpi.
“Jessica?” ayah kaget
melihat Jessica yang sangat bahagia.
“ayah?” Jessica kaget dan
terdiam.
“kamu kenapa?”
“tidak apa-apa ayah”
Jessica tersenyum dan masuk kamar.
Ayah tersenyum, jangan-jangan benar kata ibu. Jessica dapet
pacar di tempat kerja.
***
Besoknya,
Jessica sangat
bersemangat, ia tidak sabar menunggu waktu pulang.
Setelah Manajer mengunci kedai, Jessica pun pamit.
***
Di jalan,
Jessica melihat penjual
tiket masih buka, ia mendekat. “maaf pak, apa tiket konser Paul McCartney masih
ada?”
“wah, kebetulan sekali.
Ada sisa 2 tiket hari ini”
“wah, tumben sekali”
“iya, tadi tiket ini
terselip. Jadi bapak kira sudah habis, ternyata masih ada. Ini memang hari
keberuntunganmu”
Jessica tersenyum, “kalau
gitu aku beli dua-duanya ya pak”
“ok, tapi ini tiket kelas
3. Gak apa-apa kan?”
“gak apa-apa kok pak,
lagian juga aku gak punya uang untuk beli tiket VIP”
“ya udahlah, gratis aja
nih buat kamu”
“ya ampun, makasih ya pak”
***
Di halte,
Robert sudah menunggunya.
“Robert maaf, apa aku
terlambat?”
“tidak, aku memang suka
menunggu disini kok”
Jessica tersenyum,
“Robert, aku punya kejutan lho buat kamu”
“benarkah?”
Jessica mengangguk, “ini
dia” ia menunjukan tiket itu pada Robert.
“wah, tiket konser Paul
McCartney?”
“iya, aku baru beli tadi
dari sana. Sebenernya gratis sih”
“kok bisa sih? Tadi aku
mau beli, tapi bapak itu bilang tiketnya udah habis”
“iya, tadi bapak itu
cerita. Katanya tiketnya keselip di laci”
“emh, kamu emang beruntung
ya”
“aku kan punya dua, kamu
mau gak nonton Paul McCartney sama aku?”
Robert tersenyum senang,
“tentu saja”
“kalau gitu, besok aku
tunggu di depan gedung pertunjukan ya”
“ok”
“ini tiketnya”
“mendingan tiketnya sama
kamu aja deh, biar kita masuknya bareng-bareng”
“ok, o iya. Besok aku libur lho”
“kalau gitu, kamu mau gak
ajak aku keliling kota London? Soalnya aku belum pernah kesini”
“sekarang? Ok, tapi yang deket-deket
aja ya. Nanti kalau ada waktu,
baru
kita ke tempat yang oke-oke”
“sip deh”
Mereka pun berkeliling,
“coba kita kelilingnya siang-siang,
pasti masih banyak tempat seru yang buka”
“gak apa-apa kok, segini
juga aku udah seneng” Robert tersenyum, “makasih banyak ya”
“sama-sama” Jessica
melihat pedagang makanan yang masih buka, “Robert aku haus, gak apa-apakan kita
beli minum disitu?” Jessica menunjuk warung di pinggiran taman.
“ayo”
“pak, aku beli coklat hangat ya”
“ok” pedangan itu
tersenyum.
“Robert kau mau apa?”
“tidak, terima kasih”
Robert tersenyum.
“ini minumnya de”
“makasih pak” Jessica
tersenyum, “kau yakin tidak mau minum?” ia menatap Robert.
Robert mengangguk.
Pedagang itu menatapnya
aneh.
Jessica kaget, ya Tuhan… kenapa hal ini terjadi lagi? Apa
emang beneran aneh kalau aku jalan berduaan sama cowok? Atau karena aku nawarin
Robet minum? Emang sih, harusnyakan cowok yang nelaktir.
“Jessica, ada apa?”
“gak apa-apa kok” Jessica
tersenyum pada Robert.
***
Sesampainya di rumah,
Ibu tersenyum pada
Jessica, “sayang, akhir-akhir ini ada yang beda darimu. Apa kamu sudah punya pacar?”
“a..aku” Jessica malu.
“ayo terus terang sama
ibu”
Jessica tersenyum, “aku
memang sedang dekat dengan seorang pria, tapi kami gak pacaran kok bu”
“ibu gak marah kok, justru
ibu senang kalau kamu memang berpacaran dengannya”
Jessica tersenyum, “jangan-jangan
ayah cerita yang aneh-aneh”
***
Besoknya,
Jessica berdandan rapi, ia
sangat bersemangat. Karena hari ini Jessica akan menonton konser Paul McCartney
dengan Robert, Jessica bercermin. Ia tidak mau hari ini terlihat jelek di depan
Robert.
“aku berangkat dulu ya bu”
“hati-hati nak”
Jessica pun pergi.
Tetangganya mengintip, “ya
ampun, si Jessica dandan tuh”
“sudahlah, kau ini
mengurus orang lain saja”
“ah, bapak ini”
***
Di gedung pertunjukan,
Jessica menunggu Robert, kenapa Robert gak datang-datang sih?
Sebentar lagi kan konsernya dimulai, Jessica mulai kesal. Ia sudah menunggu
Robert sejak dua jam yang lalu.
***
Dan malam itu,
Jessica pulang dengan
kecewa, ia menangis.
“Jessica, ada apa?”
“Robert gak datang bu, dia
bohong. Padahal dia janji akan menungguku di gerbang”
“sayang, jangan menangis.
Sudah nak, mungkin dia ada keperluan yang mendadak. Ibu yakin, Robert pasti
tidak bermaksud untuk mempermainkanmu” ibu memeluknya.
Jessica mengangguk, ini
adalah pertama kalinya ia merasa dikecewakan oleh seorang pria. Kesal dan sedih
tercampur menjadi satu di dalam hatinya. Dan pertanyaan yang besar selalu
muncul dalam pikirnya, kenapa kamu gak
datang?
***
Pagi itu,
Jessica bangun, tapi ia
tidak sesemangat biasanya. Jessica bersiap untuk bekerja, ia menatap cermin dan
kekecewaan masih terlihat jelas di wajahnya. Jessica
keluar, “aku berangkat bu”
“hati-hati nak”
***
Di kedai,
Jessica melamun saat
bekerja.
“Jessica, ada apa?”
“gak apa-apa kok pak,
maaf”
“ingat, kamu masih dalam
percobaan disini”
“iya pak, maaf”
***
Malam itu,
Manajer mengunci kedai.
“selamat malam pak”
“hati-hati Jessica”
Jessica kembali berjalan
ke dekat halte.
Robert ada disana,
“Jessica”
Jessica yang kesal, tidak
mau berhenti berjalan dan akan meninggalkan Robert di halte.
“Jessica, kau marah padaku
ya?” Robert memegang tangan Jessica.
“tentu saja aku marah, kau
berbohong padaku”
“kalau begitu, tatap aku”
“gak mau, lepasin aku”
“aku gak akan lepasin
kamu”
“Robert, lepasin”
“ya, kalau gitu. Kamu
harus maafin aku”
Jessica menangis.
“Jessy..” Robert melepas
tangan Jessica.
“tolong Robert, jangan
ganggu aku lagi”
“Jessica, aku minta maaf.
Sungguh, aku tidak bermaksud membohongimu. Aku ingin menonton konser itu,
tapi..”
“apa?”
“a..aku..” Robert bingung
mau menjelaskan apa.
“tuh kan” Jessica yang
kesal mau meninggalkan Robert.
Robert menarik Jessica dan
menciumnya.
Jessica terdiam dan
menatap Robert dengan kaget.
“aku mencintaimu Jessy,
sungguh. Aku tidak bermaksud mengecewakanmu”
Jessica masih terdiam
menatap Robert, ya Tuhan… dia menciumku? Ini
adalah pertama kalinya Jessica dicium seorang pria.
“beri aku kesempatan
Jessy, aku mohon”
“R..Ro..bert a..ak..aku”
Jessica masih tidak percaya dengan yang baru saja terjadi.
“mau kan duduk dan bicara
sebentar?”
“i..iya”
Mereka pun duduk di halte.
“kamu nerima aku kan?”
Robert memegang tangan Jessica.
“aku..”
Robert menatapnya cemas.
Jessica tersenyum.
“syukurlah” Robert
tersenyum dan merangkulnya, “mulai sekarang, jika aku tidak ada. Kau boleh
menghubungiku, ini no telpon Hp ku” saat Robert mau mengeluarkan Hp-nya, “aduh,
Hp ku rusak” ia memperlihatkan Hp-nya
yang rusak parah.
“ya ampun, Hp kamu kaya
yang jatuh dan terbentur keras”
Robert tersenyum, “aku
lupa, kalau gitu kamu telpon lewat Hp ibuku aja ya”
“enggak ah, aku kan malu”
“kok malu? Kamu kan pacarku”
“iya deh” Jessica
menuliskan nomor ibu Robert.
“jika kau menelpon, bilang
saja kau pacarku. Pasti ibu akan memberikannya padaku”
“tapi lebih baik kau
segera membeli Hp baru”
“iya aku janji akan
meminta Hp baru pada ibuku”
“emang kamu gak kerja?”
“aku kuliah”
“seneng ya bisa kuliah di
New York”
“kenapa? Malahan dulu aku
pingin kuliah disini”
“ah, itu pasti gara-gara
Paul McCartney”
“kok tau sih?”
“ya iya lah, habis apa
lagi coba?”
***
Seperti biasa, Robert
mengantar Jessica sampai ke depan rumahnya.
Ayah mengintip.
“hati-hati ya Robert”
Robert tersenyum dan
pergi.
Jessica melambai.
Saat Jessica masuk.
“ngomong sama siapa kamu?”
“aku bicara sama Robert,
dia pacarku ayah”
“Robert yang mana? Kamu
itu gak punya pacar Jess, terima kenyataan”
“ayah itu bicara apa sih?”
mata Jessica bekaca-kaca.
“pantes aja tetangga kita
sering ngomongin kamu, kata mereka kamu suka ngomong sendiri”
“ayah, mereka bohong”
“ayah tau Jess, barusan
ayah liat. Kamu itu ngomong sendiri, ayah mohon. Hentikan semua ini, Robert itu
tidak ada. Dia hanya khayalanmu”
“Robert bukan pacar
khayalan, ayah” Jessica menangis.
“pokoknya, hapus semua
khayalan kamu tentang Robert itu. Jika kau ingin pacar, ayah akan menjodohkanmu
dengan anak teman ayah”
“aku tidak mau, aku hanya
mencintai Robert” Jessica masuk kamar sambil menangis.
Ayah kesal.
“ada apa ayah?”
“anak kita bu, ternyata
selama ini pacar Jessica itu cuma khayalan”
“apa?”
“iya, tetangga kita
memergoki Jessica bicara sendiri dan itu terjadi berulang kali”
“jadi pria yang selalu
mengantar Jessica pulang, sebenarnya tidak ada?”
Ayah mengangguk.
Mereka pun khawatir pada
Jessica.
***
Di kamar,
Jessica masih menangis,
“kenapa gak ada yang percaya kalau aku punya pacar? Apa salah jika orang
seperti aku mempunyai pacar? Aku juga manusia normal seperti mereka, kenapa
orang lain selalu tidak senang melihat aku bahagia?”
***
Besoknya,
Saat Jessica keluar dari
kamar.
“sayang, lebih baik hari
ini kamu jangan bekerja dulu ya. Kita ke dokter”
Jessica menatap ibunya,
“ibu pikir aku gila? Aku tidak gila bu, Robert itu benar-benar ada”
“sayang, bukan begitu nak”
ibu tidak mau menyakiti perasaan Jessica.
“udahlah bu, aku tau. Aku
akan buktikan pada kalian kalau Robert itu benar-benar ada dan dia pacarku” ia
pergi dengan sedih.
“Jessica” ibu khawatir.
***
Malamnya,
Di pelabuhan.
“jadi mereka gak percaya
kita pacaran?”
“iya, ayah bilang kamu itu
cuma pacar khayalan ku”
“dan ibumu juga percaya?”
“tetangga membicarakan
aku, jadi mereka sangat percaya. Mungkin mereka menganggapku gila”
“sudah jangan menangis”
Robert memeluknya, “aku janji, besok aku akan datang ke rumahmu dan membuktikan
kepada semuanya bahwa mereka itu salah”
“kau janji?”
“iya, lagi pula kau bisa
menelpon ibuku kan?”
Jessica tersenyum.
“tempat ini indah ya,
seandainya Hp ku tidak rusak. Aku ingin mengabadikan moment saat ini”
“aku bawa Hp, kamu mau gak
kita foto bareng?”
“boleh”
Mereka pun berfoto
bersama.
“kita lihat hasilnya”
“jangan sekarang”
“kenapa?”
“aku takut ah, gak PD. Nanti aja ya, kalau kamu udah di rumah”
“aku kira kamu orang yang
narsis”
“aku bukan orang narsis,
tapi aku super narsis”
“maksudnya?”
“aku takut kalau aku liat
fotoku, nanti kamu minta foto lagi sama cowok terkeren sepanjang masa ini”
“o ya?”
Mereka tertawa.
Robert merangkul Jessica,
“Jessy, hal apa yang paling kau inginkan?”
Aku
ingin kau selalu disampingku, Robert. “itu rahasia” Jessica tersenyum, “kalau kamu?”
“aku ingin di umurku yang
ke 21 nanti, aku bisa melihat konser Paul McCartney secara langsung. Bersamamu”
Robert menatap Jessica.
***
Pagi itu,
Jessica sudah bersiap.
“kamu mau kemana nak? Ini
kan hari libur”
“nanti malam Robert akan
datang, dia akan membuktikan kalau selama ini mereka salah”
“sayang”
“lihat saja bu, ibu harus
percaya padaku”
Ibu diam.
“aku mau belanja dulu”
“ibu ikut ya, ibu juga
ingin membantu menyambut pacarmu”
Jessica tersenyum.
***
Di pasar,
Jessica membeli
bahan-bahan dengan penuh semangat, ibu tidak tega melihatnya.
***
Malam pun tiba,
Masakan sudah mulai
dihidangkan.
Ayah menatap ibu, “kau
yakin bu?”
“saat ini Jessica butuh
dorongan yah”
Mereka pun duduk di meja
makan untuk menyambut Robert.
“kok pacarmu belum datang
juga?” ayah bertanya pada Jessica.
“Robert bilang dia akan
datang”
“sayang ini sudah jam 10
malam, ibu rasa dia tidak akan datang”
“tapi bu..”
“sudahlah, lebih baik kau
tidur”
“tidak” Jessica ingat
nomor Hp ibu Robert, “aku akan menelpon ibunya”
Telpon mulai tersambung.
“hallo”
“selamat malam, apa benar
ini dengan ibunya Robert?”
“i…iya” kaget, “ini siapa
ya?”
“tante, aku Jessica. Pacar Robert, Robert nya ada?”
“pacar? Maaf nak, tapi
Robert sedang dirawat di Rumah Sakit. Sudah sebulan Robert koma”
“a..apa?” air mata Jessica
menetes, “gak mungkin tante, sebulan terakhir ini aku terus bersama Robert.
Bahkan kemarin kami bertemu di pelabuhan”
“maaf nak, tante tidak
bohong. Jika kau tidak percaya, kau bisa datang ke Rumah Sakit Center di London
besok”
Jessica menutup teleponnya,
“ini gak mungkin”
“sayang” ibu cemas.
***
Siang itu,
Di kedai.
Jessica membuka fotonya
bersama Robert di Hp, tapi saat ia melihat. Di dalam foto itu hanya ada
dirinya. “harusnya Robert memelukku disini”
“dia disana memelukmu”
“Pak Manajer?
Maafkan aku pak”
“aku mendengar cerita
tentangmu dari orang tuamu”
“apa bapak akan memecatku
karena menganggapku gila?”
“tidak, justru aku
mendukungmu. Aku tau Robert itu ada, tadi malam dia lewat kemari”
“benarkah?”
“iya, jika kau ingin
menemuinya. Pergilah, hari ini kau boleh bekerja setengah hari”
“terima kasih pak”
Saat Jessica pergi, Pak Menejer
tersenyum kepada seorang wanita yang sedang duduk. Wanita itu mengangguk, dia
adalah arwah mendiang istri sang manajer.
***
Di Rumah Sakit,
“permisi”
“iya, ada yang bisa kami
bantu nona?”
“aku mencari pasien yang
bernama Robert”
“tunggu sebentar ya” orang
itu melihat daftar, “pasien bernama Robert ada di ruang ICU lantai 16”
“terima kasih” Jessica pun
berlari ke lift.
***
Saat lift terbuka,
Jessica melihat seorang ibu
sedang duduk gelisah, “maaf, apa tante ibunya Robert?”
“iya, apa kau Jessica?”
Jessica mengangguk.
Ibu Robert yang sedih, tak
kuasa menahan air matanya. Ia mengajak Jessica duduk. “sayang, siapa kamu sebenarnya? Selama ini
Robert koma, dari mana kau bisa kenal dengan Robert?”
“tante, setiap pulang
kerja. Aku selalu bertemu Robert di halte”
“maksudmu halte dekat
taman kota?”
Jessica mengangguk,
“awalnya saat kami bertemu, kami sama-sama tidak perduli. Tapi lama-kelamaan,
kami saling mengenal”
“lalu, kau tau nomor
telepon tante dari mana?”
“dari Robert, Robert
memberikan nomor telepon tante karena Hp-nya
rusak”
“kamu bilang namamu
Jessica kan?”
“iya, tapi Robert selalu
memanggilku Jessy”
“Jessy?”
Ibu Robert ingat, saat itu
Robert sempat memanggil nama Jessy. Tapi saat Robert membuka matanya, ia kaget
dan drop lagi. “Robert pernah memanggil namamu di dua malam yang berbeda”
Saat mereka mencocokan
malam itu, itu adalah malam dimana Robert tidak menemui Jessica.
“malam saat konser dan
tadi malam?” Jessica terdiam.
Setelah mereka bicara
banyak, akhirnya ibu Robert benar-benar percaya pada Jessica.
“kau mau melihat Robert?”
Jessica mengangguk, ia pun
mengintip Robert dari luar. Melihat kondisi Robert, Jessica menangis.
Rasanya sungguh tidak
percaya, orang yang selama ini selalu ada didekat kita ternyata terbaring di
ICU.
Sekarang Jessica mengerti,
kenapa setiap orang yang melihatnya bersama Robert selalu kaget. Mungkin orang
lain memang melihatnya bicara sendiri.
“tante, boleh aku masuk
dan melihat Robert secara langsung?”
“iya, tentu kau boleh
melihatnya”
Mereka masuk.
Jessica duduk dan memegang
tangan Robert, “bangun Robert, aku disini. Aku janji akan mengajakmu
berkeliling kota London, kau mau kan? Kau bilang kau suka disini, nanti kita
nonton konser Paul McCartney di hari ulang tahunmu yang ke 21”
***
Di ruang tunggu,
Ibu Robert menangis, “satu
bulan yang lalu, Robert jadi korban tabrak lari di dekat halte taman kota.
Saksi mata bilang, Robert berjalan dengan terburu-buru setelah keluar dari tempat pembelian tiket konser.
Ia menyebrang dan tanpa Robert sadari, ada mobil yang melaju kencang ke
arahnya. Robert terluka di bagian kepala dan kaki, lukanya cukup parah. Bahkan
Hp-nya hancur berantakan”
Jessica ingat saat Robert
menunjukan Hp-nya, “apa
Robert bisa sembuh?”
Ibu Robert menggeleng,
sejak dibawa kesini. Belum ada kemajuan yang berarti, bahkan setiap Robert
terbangun. Dia malah semakin drop”
“tante, tante percaya
padaku kan?”
“tante percaya, karena
setiap ceritamu. Tante melihat kebenaran, apa lagi Robert memang pernah
memanggil namamu”
“syukurlah, aku takut
tante mengira aku penipu”
“jika kau penipu, mana
mungkin kau tau nomor tante dan Hp Robert yang rusak. Kau juga tau Robert suka
Paul McCartney”
Mereka tersenyum dan berpelukan.
“tante, bolehkan kalau aku
ikut merawat Robert disini?”
“kamu bilangkan kamu
pacarnya, mana mungkin tante tidak mengijinkanmu. Siapa tau karena kehadiranmu,
Robert bisa cepat sembuh”
“terima kasih ya tante”
***
Setiap hari, sebelum
berangkat kerja. Jessica selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Robert di
Rumah Sakit, untuk sekedar bicara pada Robert dan membantu mengelap tubuhnya. Dan setiap pulang kerja pun, Jessica selalu menyempatkan
diri untuk datang.
Sampai suatu hari,
“kamu harus cepat sembuh
ya, aku sayang padamu” Jessicca mengelus Robert.
Jari tangan Robert
bergerak-gerak.
“tante, lihat”
Ibu Robert mendekat.
Perlahan mata Robert
terbuka, “i..bu…”
“sayang, syukurlah kamu
sudah siuman nak”
Robert yang lemas
tersenyum menatap ibunya, tapi saat menoleh pada Jessica. “k..kau si.apa..?”
Jessica yang tersenyum pun
langsung terdiam kaget, “Robert, kau tidak mengingatku? Aku Jessica, pacarmu”
Robert menatap bingung
kepada ibunya, “dia siapa bu?”
Jessica menangis, “lebih
baik aku permisi tante”
“Jessy” ibu Robert
khawatir padanya.
“I..bu, a..aku tidak kenal
di..a”
“sudah sayang, jangan
terlalu dipikirkan. Kau istirahat dulu saja ya, nanti jika keadaanmu sudah
lebih baik. Ibu akan menjelaskan semuanya”
Robert kembali menutup
matanya untuk beristirahat.
Ibu Robert keluar, ia
menelpon Jessica.
“hallo”
“Jessy, kamu baik-baik
saja kan?”
“iya tante, gak apa-apa
kok”
“maafkan Robert ya, kamu
tau kan dia baru siuman”
“gak apa-apa kok tante, semoga Robert cepat sembuh ya”
“kamu mau datang lagi kan?
Jika keadaan Robert sudah membaik, tante akan menghubungimu ya”
“terima kasih tante”
***
Di rumah,
Jessica menangis.
“sayang” ibu memeluknya.
“Robert sudah siuman, tapi
dia tidak mengingatku bu”
“sabar nak”
“tapi aku sangat
mencintainya, dia orang pertama yang membuatku mengenal cinta”
“nak, relakan dia. Mungkin
Robert bukan jodohmu, masih banyak pria lain di luar sana”
“tapi aku hanya mencintai
Robert, ayah”
***
Beberapa hari kemudian,
Di kedai.
Jessica sedang mengelap
kaca.
Ibu Robert datang, “selamat
siang”
Pak Manajer menyambutnya, “selamat siang nyonya”
“aku ingin bicara dengan
Jessica”
“oh, iya tentu” Pak Manajer
memanggil Jessica, “Jess, ada orang yang mau ketemu tuh”
“baik pak” saat Jessica
kesana, ternyata itu ibu Robert. “tante?”
“hey Jessy, bagaimana
kabarmu?”
“baik tante”
“tante kesini mau
mengajakmu untuk bertemu Robert”
“bagaimana keadaanya
tante?”
“Robert sudah baikan, dia sudah dipindahkan di ruang perawatan. Tante
yakin sekarang Robert
sudah siap mendengar semuanya”
“tapi…” Jessica menoleh ke
arah Manajer.
Sang Manajer tersenyum dan mengangguk.
Jessica pun tersenyum.
***
Di Rumah Sakit,
Robert sedang membaca
buku.
Jessica masuk, “selamat
siang”
Robert menatapnya, “kau
lagi, mau apa?”
“a..aku.., aku hanya ingin
menjengukmu dan mengetahui keadanmu”
“aku baik-baik saja, kau
tidak usah repot-repot datang kesini”
“tapi Robert, aku…” mata
Jessica mulai berkaca-kaca, “apa kau benar-benar tidak ingat padaku? Aku Jessy,
pacarmu Robert”
“dengar ya, saat aku
mengalami kecelakaan. Aku baru saja datang kesini, aku baru keluar dari bandara
dan mencari tiket. Jadi mana mungkin aku kenal padamu”
“tapi Robert, kita kan
selalu bersama. Coba kau ingat, setiap malam kau selalu menungguku pulang kerja
di halte. Lalu kita berjalan bersama dan kau mengantarku pulang”
Robert tersenyum dengan
sedikit kesal, “aku bahkan tidak tau rumahmu dimana, aku belum pernah datang ke
Inggris sebelumnya”
“tapi Robert”
“cukup, dari tadi kamu
terus bilang tapi. Kepalaku sakit, aku butuh ketenangan dan kau hanya membuatku
tidak nyaman berada disini”
Air mata Jessica menetes,
“maafkan aku”
“pergi, aku tidak mau
melihatmu lagi”
Jessica keluar sambil menangis.
Ibu Robert yang melihat
itu mendekat, “Jessy”
“aku gak apa-apa kok
tante, aku sadar Robert sama sekali tidak mengingatku. Aku permisi, maaf sudah
merepotkan tante”
“Jessy”
“terima kasih banyak
karena tante udah percaya sama aku” Jessica pergi.
Ibu Robert masuk, “Robert,
apa yang kau lakukan?”
“jadi ibu yang menyuruhnya
datang kesini?”
“Robert!”
“udahlah bu, aku gak betah
disini. Aku mau pulang”
“Robert, apa ibu pernah
mengajarimu soal menjaga sikap?”
“bu, tapi semua ini gak
masuk akal. Aku baru bangun dari koma, tiba-tiba seorang perempuan asing
mendekatiku dan bilang bahwa dia pacarku” keadaan Robert mulai tidak stabil.
“Robert?” ibu Robert
panik, “suster, tolong sus”
Suster pun masuk dan ibu
Robert menunggunya di luar.
***
Setelah beberapa lama,
Ibu Robert kembali masuk
dan mengelus Robert, “maafkan ibu nak”
“aku sayang padamu bu”
Robert tersenyum lemas.
“ibu janji, jika keadaanmu
sudah stabil. Kita akan pulang ke New York, ya?”
Robert menganguk.
***
Di rumah,
Jessica terus menangis, ia
melihat foto di Hp-nya. “kenapa semuanya jadi seperti ini? Aku sangat
mencintaimu Robert” ia melempar Hp-nya ke kasur.
***
Pagi itu,
Jessica bangun, aku harus kuat. Aku gak boleh drop, ayah dan
ibu pasti sedih. Aku harus semangat. Jessica keluar dari kamarnya.
“sayang, kamu mau kerja?”
“iya bu”
“kamu yakin?”
Jessica tersenyum dan
mengangguk.
“ya udah, hati-hati ya
nak”
***
Di kedai,
“gimana Jess?” Pak Menejer
mendekat.
“Robert sama sekali tidak
mengingatku pak”
“lalu kau?”
“sebenarnya aku sangat
sedih, tapi aku gak boleh berlarut-larutkan?”
“kau anak yang kuat, mulai
hari ini kamu resmi jadi pegawai tetap disini”
“beneran pak? Makasih
banyak ya pak”
***
Saat Jessica pulang,
“sayang, tadi pagi
telponmu bunyi terus”
Jessica baru sadar, kalau
hari ini ia meninggalkan Hp-nya di kamar. Jessica pun berlari ke kamarnya, ia
mencari Hp-nya dan menemukannya di balik selimut. “ya ampun, 7 panggilan tak
terjawab?” di Hp Jessica ada pesan suara yang masuk dan ternyata itu dari
ibunya Robert.
“selamat
pagi Jessy, tadi tante menelponmu beberapa kali. Tapi kau sama sekali tidak
mengangkatnya, tante cuma mau bilang. Kalau siang ini, tante dan Robert akan
kembali ke New York”
Jessica kaget mendengar
itu, ia langsung keluar dari kamar.
“sayang, kamu mau kemana
nak?”
“aku harus ke Rumah Sakit
bu, Robert akan kembali ke New York hari ini” Jessica pergi dengan
terburu-buru.
***
Di Rumah Sakit,
Jessica langsung berlari
ke ruang perawatan Robert, tapi disana hanya ada suster yang sedang merapikan
ranjang.
“suster, pasien yang
dirawat disini mana?”
“oh, dia sudah pulang
sekitar 2 jam yang lalu”
Jessica terdiam dan air
matanya menetes. Ia pun keluar, Robert… sekarang aku tidak bisa melihatmu
lagi. Kenapa kau setega itu padaku? Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa semuanya
harus berakhir seperti ini?
“nona” seorang suster
memanggilnya, “nona tunggu”
Jessica menoleh.
“nona bernama Jessica
kan?”
“iya sus”
“tadi ibu dari pasien di
kamar ini menitipkan surat untuk nona”
“terima kasih sus” Jessica
membukanya, ternyata isinya adalah alamat rumah Robert.
***
Satu bulan kemudian,
Robert yang sedang diam di
kamar, memandangi langit sore.
“sayang” ibu masuk ke
kamar Robert.
“ada apa bu?”
“ini, ada surat dari
Jessy”
Robert langsung
memalingkan wajahnya.
“Robert, jangan begitu.
Ayo dibaca, kasihan Jessy. Jauh-jauh dia mengirim surat padamu”
Robert mengambilnya dan
mulai membuka surat, ternyata selain surat, terdapat tiket konser Paul
McCartney tepat di hari ulang tahun Robert yang ke 21. Robert mulai membacanya.
Selamat
siang Robert,
Maaf,
aku tidak tau disana siang atau sore. Bagaimana keadaanmu sekarang? Semoga kau
sudah sembuh.
Aku
hanya ingin memberimu hadiah untuk hari ulang tahunmu nanti, semoga kau suka
tiketnya. Aku benar-benar bersusah payah untuk ini, sebenarnya si penjual tiket
dekat halte belum menjualnya. Tapi setelah meyakinkannya, akhirnya dia
menjualnya padaku.
Maaf
juga jika tiketnya hanya satu, tiket VIP
harganya mahal. Tabunganku hanya cukup untuk itu saja, jadi aku tidak bisa
membelikan tiket untuk ibumu. Salam untuknya ya, semoga suatu saat kita bisa
bertemu lagi.
Yang selalu menyayangimu
Jessica
Robert meremas surat itu
dan melemparnya.
“Robert apa yang kau
lakukan?” ibu mengambilnya dan membaca surat itu, “kau lihat? Jessica itu
sangat baik, betapa pedulinya dia padamu”
“bu, aku tidak mau
membahasnya lagi”
“Robert, dengarkan ibu.
Apa selama ini bukti-bukti tepat dari Jessica tidak membuatmu percaya?”
“bu, mana mungkin seorang
manusia bisa berada di dua tempat sekaligus? Saat itu aku di Rumah Sakit bu,
mana mungkin aku bersamanya, mangantarnya pulang dan…” Robert kesal karena ibu
selalu membela Jessica.
“Robert, apa kau tidak
lihat tiket ini? Kau pikir dari mana dia tau bahwa kau menyukai Paul McCartney?
Lalu dia tau kalau di hari ulang tahunmu, kau ingin menonton konsernya. Tau
dari mana dia, jika tahun ini umurmu akan menjadi 21?”
Robert diam.
“ibu mohon, percayalah.
Memang ini sedikit aneh, tapi kenyataannya memang seperti ini nak” ibu mengeluarkan
HP-nya, “beri dia kesempatan untuk meyakinkanmu” ibu pergi.
Robert mengambil Hp ibunya
dan mendengar suara sambungan telpon.
Tut…
“halo? Tante?”
Robert tetap diam
mendengar suara Jessica.
“Robert, apa ini kau?”
Jessica senang, “bagaimana keadaanmu? Suratku sampaikan? Semoga tiketnya gak
ilang, satu minggu lagi konsernya dimulai. Jangan lupa untuk menonton ya, aku
tidak akan mengganggumu seperti saat itu. Aku janji”
Robert tetap diam.
“kamu mau kan jika kita
berteman? Hanya teman, aku janji tidak akan macam-macam. Aku sayang padamu”
Robert menutup telponnya.
***
Suatu siang,
Robert yang sedang
berjalan, melihat sebuah kedai. Ia masuk dan duduk di salah satu meja kedai.
“selamat siang” Pak Manajer
mendekat.
“siang?” Robert
menatapnya.
“ada yang bisa dibantu?”
“a..aku..”
“kau terlihat bingung,
auramu juga sedikit aneh”
“apa maksudmu?”
“kau pernah mengalami hal
semacam supranatural?”
Robert masih menatap Pak Manajer
dengan aneh.
“ya, seperti mati suri
atau koma mungkin?”
“aku pernah koma”
“berapa lama?”
“satu bulan”
“pantas saja, sepertinya
arwahmu agak lama berada di luar tubuhmu”
“apa maksudmmu? Aku tidak
mengerti” Robert kesal.
“ulurkan tanganmu”
Robert yang takut,
mengulurkan tangannya.
Pak Manajer tersenyum, “tidak apa-apa, kau
tenang saja” ia memegang telapak tangan Robert.
Robert terdiam, seperti
ada aliran aneh yang masuk ke telapak tangannya dan ia mulai melihat
kejadian-kejadian saat arwahnya berada di luar tubuhnya secara sekilas, dan ia
juga melihat Jessica disana.
Pak Manajer melepaskan tangan Robert.
“ah?” Robert kaget.
“bagaimana sekarang? Kau
percaya arwahmu pernah keluar?”
“bisakah kau
memperlihatkannya lagi secara jelas padaku? Kepalaku sedikit sakit dan tidak
mengerti”
“aku tidak bisa, aku bukan
Tuhan. Aku hanya penyalur” Pak
Manajer tersenyum.
“sayang sekali”
“kau bisa menanyakan
semuanya secara jelas kepada Jessica”
Robert kaget dan menatap Pak Manajer.
“maaf, tapi aku juga
melihat apa yang kau lihat tadi”
“tapi kenapa harus dia?
Aku belum pernah bertemu dengan dia sebelumnya”
“mungkin ada sesuatu hal
yang harus kau lakukan terhadapnya”
Robert terdiam dan
berfikir, apa? Ia pun ingat, saat
itu. Sebelum kecelakaan. Robert menabrak Jessica, tapi karena terburu-buru. Setelah menanyakan tiket yang habis, ia
berlari ke jalan. Kecelakaan
pun terjadi. “sebelum kecelakaan, aku menabrak Jessica saat berlari”
“nah, mungkin kau belum
meminta maaf sehingga saat kau koma. Arwahmu mencarinya”
“mungkinkah?”
“percayalah, kalau kau
tidak percaya. Lihat ini” pak manajer mengeluarkan foto seorang wanita.
Robert mengambil foto
tersebut, “apa dia istrimu?”
“ya, dia sudah meninggal
lima tahun yang lalu. Tapi dia masih bersamaku sampai saat ini”
“apa maksudmu?”
“seandainya kau bisa
melihat, seorang perempuan yang duduk disampingku adalah dia”
Robert bingung, dia sama
sekali tidak melihat siapa-siapa disamping pak manajer. “kau bercanda”
“semua ini nyata Robert,
tapi hanya sebagian orang yang bisa melihatnya”
***
Di pelabuhan,
Jessica memandang laut
dari dekat pagar, “seandainya kau dapat mengingatku Robert, sekali saja”
Hp-nya berbunyi, nomor
baru meghubungi Jessica.
“hallo?” Jessica
mengangkatnya.
Tapi orang itu tidak
bicara.
Jesika mendengar suara
nafas orang itu, “Robert, apa ini kau?” Jessica tersenyum, “terima kasih kau
sudah mau menghubungiku, jangan lupa. Nanti malam, Paul McCartney akan konser.
Selamat ulang tahun ya Robert, hallo?”
Telponnya terputus.
Jessica menyimpan
telponnya, “seandainya kau percaya padaku”
“aku percaya”
Jessica kaget mendengar
suara Robert, ia menoleh. Dan ternyata benar, Robert ada disana.
Robert tersenyum.
“Robert” Jessica langsung
berlari dan memeluk Robert, ia menangis bahagia.
“maafkan aku Jessy”
“tidak apa-apa, yang
penting kamu udah percaya sama aku”
Robert menghapus air mata
Jessica, “maukah kau menjelaskan semuanya kepadaku?”
Jessica mengangguk dan
tetap menangis, “apa kau juga percaya bahwa kita pacaran?”
“aku tidak tau, tapi aku
ingat saat aku menciummu” Robert tersenyum, “aku tidak mengingat semuanya, tapi
aku percaya padamu”
“syukurlah” Jessica masih
menangis, dia masih tidak percaya dengan semua ini.
“sudah, jangan menangis. O
iya, darimana kau tau bahwa yang menelponmu adalah aku?”
“dulu kamu pernah bilang,
jika bertemu dengan ibumu. Kau akan meminta Hp baru”
“benarkah?”
“tentu saja, mana mungkin
aku bohong”
“ya sudah, o iya. Aku punya
sesuatu untukmu”
“apa itu?”
“nih”
“tiket konser Paul
McCartney? VIP?”
“aku tidak mau nonton
sendirian, aku ingin menontonya bersama pacarku. Ini kan hari yang sepesial”
“selamat ulang tahun
Robert”
“terima kasih, bolehkah
aku meminta ciuman?”
“kau itu bicara apa?”
Jessica tersenyum.
“hey, aku serius. Kau
bilang kita pacaran”
Jessica pun mencium
Robert.
Robert tersenyum dan
memegang tangan Jessica, “ayo,
kamu kan dulu janji mau ngajak aku keliling London”
Jessica tersenyum, Tuhan… terima kasih, Kau telah mengembalikan
Robert padaku.
Pak Manajer yang melihat itu tersenyum.
“kau sudah melakukan hal
yang benar sekarang, aku bisa pergi dengan tenang” istri Pak Manajer
tersenyum.
“sampai jumpa sayang, aku
akan selalu mencintaimu”
Istri Pak Manajer
pun menghilang.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar