Rabu, 07 Mei 2014

Don't You Remember



Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Supranatural tanggung
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Jodoh…
Ada yang bilang, jodoh itu di tangan Tuhan. Jadi kita tidak usah khawatir jika sampai saat ini kita masih sendiri. Tapi, ada juga yang bilang jodoh itu tidak akan ketemu kalau kita tidak mencari. Jadi yang lebih tepat itu yang mana? Tentu saja keduanya benar, kita harus mencari jodoh dan Tuhan akan memberikannya.
Tapi bagaimana dengan aku? Sejak kecil aku adalah perempuan penyendiri dan saat ini, aku masih sendiri. Ini kisahku..,

***

Pagi itu,
Jessica sudah bersiap, ia memakai pakaian rapi dan keluar dari rumahnya.
Suasana di luar begitu padat, selain mobil yang melaju di jalan. Orang-orang juga banyak berlalu lalang.
Jessica menyebrangi sebuah jalan dan berhenti di halte dekat papan pengumuman kota, ia melihat sebuah brosur. “wah, Paul McCartney bakalan konser?” ia pun tersenyum.
Disana terlihat penjual tiket yang mulai beres-beres, karena semua tiketnya sudah habis terjual.

***

Saat sedang berjalan, tiba-tiba seorang pria menabrak Jessica.
“aduh” Jessica jatuh.
Tapi pria itu sama sekali tidak menghiraukannya dan terus berjalan cepat.
“ih.. menyebalkan sekali” Jessica bangun dan kembali berjalan.
Beberapa langkah kemudian,
Brak…
Terdengar suara benturan yang amat kencang dari belakang.
Jessica menoleh, “apa yang terjadi?”
Orang-orang tiba-tiba ramai dan berkumpul disana, mereka bilang seseorang tertabrak di jalan itu.
Ya Tuhan… syukurlah aku sudah selamat sampai disini, beberapa menit yang lalu aku kan baru melewati jalan itu.

***

Sesampainya di sebuat kedai,
“selamat siang” Jessica masuk.
“siang?”
“maaf, saya Jessica. Yang kemarin mengirimkan lamaran pekerjaan”
“oh, ya udah masuk sana. Pak Manajer udah nunggu kamu dari tadi”
“terima kasih” Jessica masuk ke ruang manajer.

***

Di dalam,
“ok, kamu akan menjalankan masa percobaan dulu. Jika hasilnya memuaskan, kau baru resmi kerja disini”
“terima kasih pak”
Jessica pulang.

***

Di rumah,
Ibu sedang bicara dengan ayah.
“bu, sampai kapan Jessica akan seperti ini? Usianya sudah 19 tahun, tapi dia tidak punya teman satu pun”
“tenanglah ayah, ibu yakin. Suatu saat nanti Jessica pasti punya teman. Dia kan sedang melamar pekerjaan, siapa tau dia mendapat banyak teman dan seorang jodoh disana”
“tapi bu, lihat anak seusianya. Setiap malam minggu, di tiap tetangga kita pasti ada anak laki-laki yang datang. Tapi Jessica, mana?”
“sudahlah ayah, biarkan saja”

***

Jessica hanya diam di depan pintu, ia sedih mendengar itu. Jessica pun masuk.
“sayang, bagaimana? Kamu diterima?” ibu menyambutnya.
“iya bu”
“syukurlah”
“tapi masih masa percobaan”
“tidak apa-apa, kamu pasti bisa kerja disana”
Jessica tersenyum dan masuk ke kamar.

***

Malam itu,
Jessica menatap bulan dari luar kamarnya.
Seorang tetangga melihat itu, “kasihan dia, pasti sedang melamun”
“kau itu membicarakan siapa?”
“Jessica, anak tetangga sebelah”
“sejak kecil kan anak itu selalu sendiri, jadi wajar dong kalau dia gak punya teman”
“ya, gimana jodohnya ya?”
Jessica pun masuk ke kamar.

***

Paginya,
Jessica bersiap untuk bekerja di kedai, ia berjalan dengan penuh semangat dan melewati jalan yang kemarin. Jessica menyebrang dengan hati-hati.
Seperti biasa, sang penjual tiket sedang sibuk mengurus tiket yang dia jual.

***

Sorenya,
Jessica membersihkan barang-barang, karena kedai akan tutup.
Pak Manajer tersenyum melihat hasil kerjanya, “lebih baik kau pulang, sebentar lagi malam”
“iya pak”
Manajer mengunci kedai dan Jessica pergi.

***

Saat sedang berjalan, tiba-tiba hujan turun.
Jessica berteduh di halte, ia melihat seorang pria diam dan melamun disana. Jessica menatap orang itu, tapi dia tidak menghiraukannya. Jessica pun membuka payungnya dan pergi.

***

Besoknya,
Saat Jessica pulang dari kedai.
Hujan turun lagi.
Jessica kembali berteduh di halte, “ya ampun, aku lupa gak bawa payung”
Jessica melihat seorang pria yang ada disana, itu kan cowok yang kemarin? “maaf, boleh aku ikut duduk?”
Pria itu menatap Jessica dan bergeser.
“terima kasih” Jessica bingung karena dia tidak mau bicara, Jessica pun diam.
Pria itu menatapnya, “apa kau sedang menunggu bis?”
“ah, tidak. Aku hanya menunggu hujannya reda
“kau tau dimana aku bisa membeli tiket konser Paul McCartney?”
“oh ya, disebelah sana”
“tapi yang aku tau, tiket disana sudah habis sejak kemarin”
“oh, begitu ya. Maaf, aku tidak tau lagi. Tapi jika kau mau, kau bisa membeli tiket konser untuk hari berikutnya kan?”
“itu artinya, aku harus lama tinggal disini” pria itu tersenyum.
“kau bukan orang sini ya?”
“ya, aku dari New York. O iya, kenalkan. Namaku Robert”
Ya Tuhan… ada pria yang mau berjabat tangan denganku?
“hey?” Robert menatap Jessica dengan aneh.
“ah, maaf. Namaku Jessica”
“senang berkenalan denganmu”
Jessica tersenyum.

***

Setelah beberapa lama,
Hujan pun reda.
“aku duluan ya” Jessica berdiri.
oh iya, rumahmu jauh tidak?”
“lumayan dekat”
“aku antar ya?
“ti..tidak usah”
“gak apa-apa kok, ini kan udah malem”
Akhirnya mereka berjalan ke rumah Jessica.
Ya Tuhan… ini pertama kalinya aku diantar seorang pria, bagaimana ini? Bagaimana kalau ada yang melihat? Jessica cemas dan bingung.
“kamu kenapa?”
“ah? Gak apa-apa kok” Jessica tersenyum pada Robert.
Seorang tetangga yang keluar, melihat Jessica dengan aneh.
Jessica tersenyum pada tetangganya.
“kenapa orang itu terus melihat ke arah kita?” Robert kaget.
“mungkin mereka kaget, aku tidak pernah bersama seorang pria sebelumnya”
“gak segitunya kali, kaya yang liat hantu aja”
“Robert, kau tidak tau. Aku tidak punya tema satu pun, kemana-mana aku selalu sendirian”
“benarkah?”

***

Mereka pun sampai di depan rumah Jessica,
“ini rumahku, apa kau mau mampir dulu?”
“tidak usah”
“terima kasih banyak ya, kau repot-repot mengantarku”
“santai aja deh, o iya. Gimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“lagi?”
“ya, di halte. Di jam yang sama saat kau pulang, kau tidak mau ya?”
“a..aku mau kok”
“ok, besok aku tunggu ya”
Jessica tersenyum dan masuk ke rumah. Perasaannya sangat bahagia, ya Tuhan… semoga yang baru saja ini bukan mimpi.
“Jessica?” ayah kaget melihat Jessica yang sangat bahagia.
“ayah?” Jessica kaget dan terdiam.
“kamu kenapa?”
“tidak apa-apa ayah” Jessica tersenyum dan masuk kamar.
Ayah tersenyum, jangan-jangan benar kata ibu. Jessica dapet pacar di tempat kerja.

***

Besoknya,
Jessica sangat bersemangat, ia tidak sabar menunggu waktu pulang.
Setelah Manajer mengunci kedai, Jessica pun pamit.

***

Di jalan,
Jessica melihat penjual tiket masih buka, ia mendekat. “maaf pak, apa tiket konser Paul McCartney masih ada?”
“wah, kebetulan sekali. Ada sisa 2 tiket hari ini”
“wah, tumben sekali”
“iya, tadi tiket ini terselip. Jadi bapak kira sudah habis, ternyata masih ada. Ini memang hari keberuntunganmu”
Jessica tersenyum, “kalau gitu aku beli dua-duanya ya pak”
“ok, tapi ini tiket kelas 3. Gak apa-apa kan?”
“gak apa-apa kok pak, lagian juga aku gak punya uang untuk beli tiket VIP”
“ya udahlah, gratis aja nih buat kamu”
“ya ampun, makasih ya pak”

***

Di halte,
Robert sudah menunggunya.
“Robert maaf, apa aku terlambat?”
“tidak, aku memang suka menunggu disini kok”
Jessica tersenyum, “Robert, aku punya kejutan lho buat kamu”
“benarkah?”
Jessica mengangguk, “ini dia” ia menunjukan tiket itu pada Robert.
“wah, tiket konser Paul McCartney?”
“iya, aku baru beli tadi dari sana. Sebenernya gratis sih”
“kok bisa sih? Tadi aku mau beli, tapi bapak itu bilang tiketnya udah habis”
“iya, tadi bapak itu cerita. Katanya tiketnya keselip di laci”
“emh, kamu emang beruntung ya”
“aku kan punya dua, kamu mau gak nonton Paul McCartney sama aku?”
Robert tersenyum senang, “tentu saja”
“kalau gitu, besok aku tunggu di depan gedung pertunjukan ya”
“ok”
“ini tiketnya”
“mendingan tiketnya sama kamu aja deh, biar kita masuknya bareng-bareng”
“ok, o iya. Besok aku libur lho
“kalau gitu, kamu mau gak ajak aku keliling kota London? Soalnya aku belum pernah kesini”
sekarang? Ok, tapi yang deket-deket aja ya. Nanti kalau ada waktu, baru kita ke tempat yang oke-oke”
“sip deh”
Mereka pun berkeliling,
“coba kita kelilingnya siang-siang, pasti masih banyak tempat seru yang buka”
“gak apa-apa kok, segini juga aku udah seneng” Robert tersenyum, “makasih banyak ya”
“sama-sama” Jessica melihat pedagang makanan yang masih buka, “Robert aku haus, gak apa-apakan kita beli minum disitu?” Jessica menunjuk warung di pinggiran taman.
“ayo”
“pak, aku beli coklat hangat ya”
“ok” pedangan itu tersenyum.
“Robert kau mau apa?”
“tidak, terima kasih” Robert tersenyum.
“ini minumnya de”
“makasih pak” Jessica tersenyum, “kau yakin tidak mau minum?” ia menatap Robert.
Robert mengangguk.
Pedagang itu menatapnya aneh.
Jessica kaget, ya Tuhan… kenapa hal ini terjadi lagi? Apa emang beneran aneh kalau aku jalan berduaan sama cowok? Atau karena aku nawarin Robet minum? Emang sih, harusnyakan cowok yang nelaktir.
“Jessica, ada apa?”
“gak apa-apa kok” Jessica tersenyum pada Robert.

***

Sesampainya di rumah,
Ibu tersenyum pada Jessica, “sayang, akhir-akhir ini ada yang beda darimu. Apa kamu sudah punya pacar?”
“a..aku” Jessica malu.
“ayo terus terang sama ibu”
Jessica tersenyum, “aku memang sedang dekat dengan seorang pria, tapi kami gak pacaran kok bu”
“ibu gak marah kok, justru ibu senang kalau kamu memang berpacaran dengannya”
Jessica tersenyum, “jangan-jangan ayah cerita yang aneh-aneh”

***

Besoknya,
Jessica berdandan rapi, ia sangat bersemangat. Karena hari ini Jessica akan menonton konser Paul McCartney dengan Robert, Jessica bercermin. Ia tidak mau hari ini terlihat jelek di depan Robert.
“aku berangkat dulu ya bu”
“hati-hati nak”
Jessica pun pergi.
Tetangganya mengintip, “ya ampun, si Jessica dandan tuh”
“sudahlah, kau ini mengurus orang lain saja”
“ah, bapak ini”

***

Di gedung pertunjukan,
Jessica menunggu Robert, kenapa Robert gak datang-datang sih? Sebentar lagi kan konsernya dimulai, Jessica mulai kesal. Ia sudah menunggu Robert sejak dua jam yang lalu.

***

Dan malam itu,
Jessica pulang dengan kecewa, ia menangis.
“Jessica, ada apa?”
“Robert gak datang bu, dia bohong. Padahal dia janji akan menungguku di gerbang”
“sayang, jangan menangis. Sudah nak, mungkin dia ada keperluan yang mendadak. Ibu yakin, Robert pasti tidak bermaksud untuk mempermainkanmu” ibu memeluknya.
Jessica mengangguk, ini adalah pertama kalinya ia merasa dikecewakan oleh seorang pria. Kesal dan sedih tercampur menjadi satu di dalam hatinya. Dan pertanyaan yang besar selalu muncul dalam pikirnya, kenapa kamu gak datang?

***

Pagi itu,
Jessica bangun, tapi ia tidak sesemangat biasanya. Jessica bersiap untuk bekerja, ia menatap cermin dan kekecewaan masih terlihat jelas di wajahnya. Jessica keluar, “aku berangkat bu”
“hati-hati nak”

***

Di kedai,
Jessica melamun saat bekerja.
“Jessica, ada apa?”
“gak apa-apa kok pak, maaf”
“ingat, kamu masih dalam percobaan disini”
“iya pak, maaf”

***

Malam itu,
Manajer mengunci kedai.
“selamat malam pak”
“hati-hati Jessica”
Jessica kembali berjalan ke dekat halte.
Robert ada disana, “Jessica”
Jessica yang kesal, tidak mau berhenti berjalan dan akan meninggalkan Robert di halte.
“Jessica, kau marah padaku ya?” Robert memegang tangan Jessica.
“tentu saja aku marah, kau berbohong padaku”
“kalau begitu, tatap aku”
“gak mau, lepasin aku”
“aku gak akan lepasin kamu”
“Robert, lepasin”
“ya, kalau gitu. Kamu harus maafin aku”
Jessica menangis.
“Jessy..” Robert melepas tangan Jessica.
“tolong Robert, jangan ganggu aku lagi”
“Jessica, aku minta maaf. Sungguh, aku tidak bermaksud membohongimu. Aku ingin menonton konser itu, tapi..”
“apa?”
“a..aku..” Robert bingung mau menjelaskan apa.
“tuh kan” Jessica yang kesal mau meninggalkan Robert.
Robert menarik Jessica dan menciumnya.
Jessica terdiam dan menatap Robert dengan kaget.
“aku mencintaimu Jessy, sungguh. Aku tidak bermaksud mengecewakanmu”
Jessica masih terdiam menatap Robert, ya Tuhan… dia menciumku? Ini adalah pertama kalinya Jessica dicium seorang pria.
“beri aku kesempatan Jessy, aku mohon”
“R..Ro..bert a..ak..aku” Jessica masih tidak percaya dengan yang baru saja terjadi.
“mau kan duduk dan bicara sebentar?”
“i..iya”
Mereka pun duduk di halte.
“kamu nerima aku kan?” Robert memegang tangan Jessica.
“aku..”
Robert menatapnya cemas.
Jessica tersenyum.
“syukurlah” Robert tersenyum dan merangkulnya, “mulai sekarang, jika aku tidak ada. Kau boleh menghubungiku, ini no telpon Hp ku” saat Robert mau mengeluarkan Hp-nya, “aduh, Hp ku rusak” ia memperlihatkan Hp-nya yang rusak parah.
“ya ampun, Hp kamu kaya yang jatuh dan terbentur keras”
Robert tersenyum, “aku lupa, kalau gitu kamu telpon lewat Hp ibuku aja ya”
“enggak ah, aku kan malu”
“kok malu? Kamu kan pacarku”
“iya deh” Jessica menuliskan nomor ibu Robert.
“jika kau menelpon, bilang saja kau pacarku. Pasti ibu akan memberikannya padaku”
“tapi lebih baik kau segera membeli Hp baru”
“iya aku janji akan meminta Hp baru pada ibuku”
“emang kamu gak kerja?”
“aku kuliah”
“seneng ya bisa kuliah di New York”
“kenapa? Malahan dulu aku pingin kuliah disini”
“ah, itu pasti gara-gara Paul McCartney”
“kok tau sih?”
“ya iya lah, habis apa lagi coba?”

***

Seperti biasa, Robert mengantar Jessica sampai ke depan rumahnya.
Ayah mengintip.
“hati-hati ya Robert”
Robert tersenyum dan pergi.
Jessica melambai.
Saat Jessica masuk.
“ngomong sama siapa kamu?”
“aku bicara sama Robert, dia pacarku ayah”
“Robert yang mana? Kamu itu gak punya pacar Jess, terima kenyataan”
“ayah itu bicara apa sih?” mata Jessica bekaca-kaca.
“pantes aja tetangga kita sering ngomongin kamu, kata mereka kamu suka ngomong sendiri”
“ayah, mereka bohong”
“ayah tau Jess, barusan ayah liat. Kamu itu ngomong sendiri, ayah mohon. Hentikan semua ini, Robert itu tidak ada. Dia hanya khayalanmu”
“Robert bukan pacar khayalan, ayah” Jessica menangis.
“pokoknya, hapus semua khayalan kamu tentang Robert itu. Jika kau ingin pacar, ayah akan menjodohkanmu dengan anak teman ayah”
“aku tidak mau, aku hanya mencintai Robert” Jessica masuk kamar sambil menangis.
Ayah kesal.
“ada apa ayah?”
“anak kita bu, ternyata selama ini pacar Jessica itu cuma khayalan”
“apa?”
“iya, tetangga kita memergoki Jessica bicara sendiri dan itu terjadi berulang kali”
“jadi pria yang selalu mengantar Jessica pulang, sebenarnya tidak ada?”
Ayah mengangguk.
Mereka pun khawatir pada Jessica.

***

Di kamar,
Jessica masih menangis, “kenapa gak ada yang percaya kalau aku punya pacar? Apa salah jika orang seperti aku mempunyai pacar? Aku juga manusia normal seperti mereka, kenapa orang lain selalu tidak senang melihat aku bahagia?”

***

Besoknya,
Saat Jessica keluar dari kamar.
“sayang, lebih baik hari ini kamu jangan bekerja dulu ya. Kita ke dokter”
Jessica menatap ibunya, “ibu pikir aku gila? Aku tidak gila bu, Robert itu benar-benar ada”
“sayang, bukan begitu nak” ibu tidak mau menyakiti perasaan Jessica.
“udahlah bu, aku tau. Aku akan buktikan pada kalian kalau Robert itu benar-benar ada dan dia pacarku” ia pergi dengan sedih.
“Jessica” ibu khawatir.

***

Malamnya,
Di pelabuhan.
“jadi mereka gak percaya kita pacaran?”
“iya, ayah bilang kamu itu cuma pacar khayalan ku”
“dan ibumu juga percaya?”
“tetangga membicarakan aku, jadi mereka sangat percaya. Mungkin mereka menganggapku gila”
“sudah jangan menangis” Robert memeluknya, “aku janji, besok aku akan datang ke rumahmu dan membuktikan kepada semuanya bahwa mereka itu salah”
“kau janji?”
“iya, lagi pula kau bisa menelpon ibuku kan?”
Jessica tersenyum.
“tempat ini indah ya, seandainya Hp ku tidak rusak. Aku ingin mengabadikan moment saat ini”
“aku bawa Hp, kamu mau gak kita foto bareng?”
“boleh”
Mereka pun berfoto bersama.
“kita lihat hasilnya”
“jangan sekarang”
“kenapa?”
“aku takut ah, gak PD. Nanti aja ya, kalau kamu udah di rumah”
“aku kira kamu orang yang narsis”
“aku bukan orang narsis, tapi aku super narsis”
“maksudnya?”
“aku takut kalau aku liat fotoku, nanti kamu minta foto lagi sama cowok terkeren sepanjang masa ini”
“o ya?”
Mereka tertawa.
Robert merangkul Jessica, “Jessy, hal apa yang paling kau inginkan?”
Aku ingin kau selalu disampingku, Robert. “itu rahasia” Jessica tersenyum, kalau kamu?”
“aku ingin di umurku yang ke 21 nanti, aku bisa melihat konser Paul McCartney secara langsung. Bersamamu” Robert menatap Jessica.

***

Pagi itu,
Jessica sudah bersiap.
“kamu mau kemana nak? Ini kan hari libur”
“nanti malam Robert akan datang, dia akan membuktikan kalau selama ini mereka salah”
“sayang”
“lihat saja bu, ibu harus percaya padaku”
Ibu diam.
“aku mau belanja dulu”
“ibu ikut ya, ibu juga ingin membantu menyambut pacarmu”
Jessica tersenyum.

***

Di pasar,
Jessica membeli bahan-bahan dengan penuh semangat, ibu tidak tega melihatnya.

***

Malam pun tiba,
Masakan sudah mulai dihidangkan.
Ayah menatap ibu, “kau yakin bu?”
“saat ini Jessica butuh dorongan yah”
Mereka pun duduk di meja makan untuk menyambut Robert.
“kok pacarmu belum datang juga?” ayah bertanya pada Jessica.
“Robert bilang dia akan datang”
“sayang ini sudah jam 10 malam, ibu rasa dia tidak akan datang”
“tapi bu..”
“sudahlah, lebih baik kau tidur”
“tidak” Jessica ingat nomor Hp ibu Robert, “aku akan menelpon ibunya”
Telpon mulai tersambung.
“hallo”
“selamat malam, apa benar ini dengan ibunya Robert?”
“i…iya” kaget, “ini siapa ya?”
“tante, aku Jessica. Pacar Robert, Robert nya ada?”
“pacar? Maaf nak, tapi Robert sedang dirawat di Rumah Sakit. Sudah sebulan Robert koma”
“a..apa?” air mata Jessica menetes, “gak mungkin tante, sebulan terakhir ini aku terus bersama Robert. Bahkan kemarin kami bertemu di pelabuhan”
“maaf nak, tante tidak bohong. Jika kau tidak percaya, kau bisa datang ke Rumah Sakit Center di London besok”
Jessica menutup teleponnya, “ini gak mungkin”
“sayang” ibu cemas.

***

Siang itu,
Di kedai.
Jessica membuka fotonya bersama Robert di Hp, tapi saat ia melihat. Di dalam foto itu hanya ada dirinya. “harusnya Robert memelukku disini”
“dia disana memelukmu”
Pak Manajer? Maafkan aku pak”
“aku mendengar cerita tentangmu dari orang tuamu”
“apa bapak akan memecatku karena menganggapku gila?”
“tidak, justru aku mendukungmu. Aku tau Robert itu ada, tadi malam dia lewat kemari”
“benarkah?”
“iya, jika kau ingin menemuinya. Pergilah, hari ini kau boleh bekerja setengah hari”
“terima kasih pak”
Saat Jessica pergi, Pak Menejer tersenyum kepada seorang wanita yang sedang duduk. Wanita itu mengangguk, dia adalah arwah mendiang istri sang manajer.

***

Di Rumah Sakit,
“permisi”
“iya, ada yang bisa kami bantu nona?”
“aku mencari pasien yang bernama Robert”
“tunggu sebentar ya” orang itu melihat daftar, “pasien bernama Robert ada di ruang ICU lantai 16”
“terima kasih” Jessica pun berlari ke lift.

***

Saat lift terbuka,
Jessica melihat seorang ibu sedang duduk gelisah, “maaf, apa tante ibunya Robert?”
“iya, apa kau Jessica?”
Jessica mengangguk.
Ibu Robert yang sedih, tak kuasa menahan air matanya. Ia mengajak Jessica duduk. “sayang, siapa kamu sebenarnya? Selama ini Robert koma, dari mana kau bisa kenal dengan Robert?”
“tante, setiap pulang kerja. Aku selalu bertemu Robert di halte”
“maksudmu halte dekat taman kota?”
Jessica mengangguk, “awalnya saat kami bertemu, kami sama-sama tidak perduli. Tapi lama-kelamaan, kami saling mengenal”
“lalu, kau tau nomor telepon tante dari mana?”
“dari Robert, Robert memberikan nomor telepon tante karena Hp-nya rusak”
“kamu bilang namamu Jessica kan?”
“iya, tapi Robert selalu memanggilku Jessy”
“Jessy?”
Ibu Robert ingat, saat itu Robert sempat memanggil nama Jessy. Tapi saat Robert membuka matanya, ia kaget dan drop lagi. “Robert pernah memanggil namamu di dua malam yang berbeda”
Saat mereka mencocokan malam itu, itu adalah malam dimana Robert tidak menemui Jessica.
“malam saat konser dan tadi malam?” Jessica terdiam.
Setelah mereka bicara banyak, akhirnya ibu Robert benar-benar percaya pada Jessica.
“kau mau melihat Robert?”
Jessica mengangguk, ia pun mengintip Robert dari luar. Melihat kondisi Robert, Jessica menangis.
Rasanya sungguh tidak percaya, orang yang selama ini selalu ada didekat kita ternyata terbaring di ICU.
Sekarang Jessica mengerti, kenapa setiap orang yang melihatnya bersama Robert selalu kaget. Mungkin orang lain memang melihatnya bicara sendiri.
“tante, boleh aku masuk dan melihat Robert secara langsung?”
“iya, tentu kau boleh melihatnya”
Mereka masuk.
Jessica duduk dan memegang tangan Robert, “bangun Robert, aku disini. Aku janji akan mengajakmu berkeliling kota London, kau mau kan? Kau bilang kau suka disini, nanti kita nonton konser Paul McCartney di hari ulang tahunmu yang ke 21”

***

Di ruang tunggu,
Ibu Robert menangis, “satu bulan yang lalu, Robert jadi korban tabrak lari di dekat halte taman kota. Saksi mata bilang, Robert berjalan dengan terburu-buru setelah keluar dari tempat pembelian tiket konser. Ia menyebrang dan tanpa Robert sadari, ada mobil yang melaju kencang ke arahnya. Robert terluka di bagian kepala dan kaki, lukanya cukup parah. Bahkan Hp-nya hancur berantakan”
Jessica ingat saat Robert menunjukan Hp-nya, “apa Robert bisa sembuh?”
Ibu Robert menggeleng, sejak dibawa kesini. Belum ada kemajuan yang berarti, bahkan setiap Robert terbangun. Dia malah semakin drop”
“tante, tante percaya padaku kan?”
“tante percaya, karena setiap ceritamu. Tante melihat kebenaran, apa lagi Robert memang pernah memanggil namamu”
“syukurlah, aku takut tante mengira aku penipu”
“jika kau penipu, mana mungkin kau tau nomor tante dan Hp Robert yang rusak. Kau juga tau Robert suka Paul McCartney”
Mereka tersenyum dan berpelukan.
“tante, bolehkan kalau aku ikut merawat Robert disini?”
“kamu bilangkan kamu pacarnya, mana mungkin tante tidak mengijinkanmu. Siapa tau karena kehadiranmu, Robert bisa cepat sembuh”
“terima kasih ya tante”

***

Setiap hari, sebelum berangkat kerja. Jessica selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Robert di Rumah Sakit, untuk sekedar bicara pada Robert dan membantu mengelap tubuhnya. Dan setiap pulang kerja pun, Jessica selalu menyempatkan diri untuk datang.
Sampai suatu hari,
“kamu harus cepat sembuh ya, aku sayang padamu” Jessicca mengelus Robert.
Jari tangan Robert bergerak-gerak.
“tante, lihat”
Ibu Robert mendekat.
Perlahan mata Robert terbuka, “i..bu…”
“sayang, syukurlah kamu sudah siuman nak”
Robert yang lemas tersenyum menatap ibunya, tapi saat menoleh pada Jessica. “k..kau si.apa..?”
Jessica yang tersenyum pun langsung terdiam kaget, “Robert, kau tidak mengingatku? Aku Jessica, pacarmu”
Robert menatap bingung kepada ibunya, “dia siapa bu?”
Jessica menangis, “lebih baik aku permisi tante”
“Jessy” ibu Robert khawatir padanya.
“I..bu, a..aku tidak kenal di..a”
“sudah sayang, jangan terlalu dipikirkan. Kau istirahat dulu saja ya, nanti jika keadaanmu sudah lebih baik. Ibu akan menjelaskan semuanya”
Robert kembali menutup matanya untuk beristirahat.
Ibu Robert keluar, ia menelpon Jessica.
“hallo”
“Jessy, kamu baik-baik saja kan?”
“iya tante, gak apa-apa kok”
“maafkan Robert ya, kamu tau kan dia baru siuman”
“gak apa-apa kok tante, semoga Robert cepat sembuh ya”
“kamu mau datang lagi kan? Jika keadaan Robert sudah membaik, tante akan menghubungimu ya”
“terima kasih tante”

***

Di rumah,
Jessica menangis.
“sayang” ibu memeluknya.
“Robert sudah siuman, tapi dia tidak mengingatku bu”
“sabar nak”
“tapi aku sangat mencintainya, dia orang pertama yang membuatku mengenal cinta”
“nak, relakan dia. Mungkin Robert bukan jodohmu, masih banyak pria lain di luar sana”
“tapi aku hanya mencintai Robert, ayah”

***

Beberapa hari kemudian,
Di kedai.
Jessica sedang mengelap kaca.
Ibu Robert datang, “selamat siang”
Pak Manajer menyambutnya, “selamat siang nyonya”
“aku ingin bicara dengan Jessica”
“oh, iya tentu” Pak Manajer memanggil Jessica, “Jess, ada orang yang mau ketemu tuh”
“baik pak” saat Jessica kesana, ternyata itu ibu Robert. “tante?”
“hey Jessy, bagaimana kabarmu?”
“baik tante”
“tante kesini mau mengajakmu untuk bertemu Robert”
“bagaimana keadaanya tante?”
“Robert sudah baikan, dia sudah dipindahkan di ruang perawatan. Tante yakin sekarang Robert sudah siap mendengar semuanya”
“tapi…” Jessica menoleh ke arah Manajer.
Sang Manajer tersenyum dan mengangguk.
Jessica pun tersenyum.

***

Di Rumah Sakit,
Robert sedang membaca buku.
Jessica masuk, “selamat siang”
Robert menatapnya, “kau lagi, mau apa?”
“a..aku.., aku hanya ingin menjengukmu dan mengetahui keadanmu”
“aku baik-baik saja, kau tidak usah repot-repot datang kesini”
“tapi Robert, aku…” mata Jessica mulai berkaca-kaca, “apa kau benar-benar tidak ingat padaku? Aku Jessy, pacarmu Robert”
“dengar ya, saat aku mengalami kecelakaan. Aku baru saja datang kesini, aku baru keluar dari bandara dan mencari tiket. Jadi mana mungkin aku kenal padamu”
“tapi Robert, kita kan selalu bersama. Coba kau ingat, setiap malam kau selalu menungguku pulang kerja di halte. Lalu kita berjalan bersama dan kau mengantarku pulang”
Robert tersenyum dengan sedikit kesal, “aku bahkan tidak tau rumahmu dimana, aku belum pernah datang ke Inggris sebelumnya”
“tapi Robert”
“cukup, dari tadi kamu terus bilang tapi. Kepalaku sakit, aku butuh ketenangan dan kau hanya membuatku tidak nyaman berada disini”
Air mata Jessica menetes, “maafkan aku”
“pergi, aku tidak mau melihatmu lagi”
Jessica keluar sambil menangis.
Ibu Robert yang melihat itu mendekat, “Jessy”
“aku gak apa-apa kok tante, aku sadar Robert sama sekali tidak mengingatku. Aku permisi, maaf sudah merepotkan tante”
“Jessy”
“terima kasih banyak karena tante udah percaya sama aku” Jessica pergi.
Ibu Robert masuk, “Robert, apa yang kau lakukan?”
“jadi ibu yang menyuruhnya datang kesini?”
“Robert!”
“udahlah bu, aku gak betah disini. Aku mau pulang”
“Robert, apa ibu pernah mengajarimu soal menjaga sikap?”
“bu, tapi semua ini gak masuk akal. Aku baru bangun dari koma, tiba-tiba seorang perempuan asing mendekatiku dan bilang bahwa dia pacarku” keadaan Robert mulai tidak stabil.
“Robert?” ibu Robert panik, “suster, tolong sus”
Suster pun masuk dan ibu Robert menunggunya di luar.

***

Setelah beberapa lama,
Ibu Robert kembali masuk dan mengelus Robert, “maafkan ibu nak”
“aku sayang padamu bu” Robert tersenyum lemas.
“ibu janji, jika keadaanmu sudah stabil. Kita akan pulang ke New York, ya?”
Robert menganguk.

***

Di rumah,
Jessica terus menangis, ia melihat foto di Hp-nya. “kenapa semuanya jadi seperti ini? Aku sangat mencintaimu Robert” ia melempar Hp-nya ke kasur.

***

Pagi itu,
Jessica bangun, aku harus kuat. Aku gak boleh drop, ayah dan ibu pasti sedih. Aku harus semangat. Jessica keluar dari kamarnya.
“sayang, kamu mau kerja?”
“iya bu”
“kamu yakin?”
Jessica tersenyum dan mengangguk.
“ya udah, hati-hati ya nak”

***

Di kedai,
“gimana Jess?” Pak Menejer mendekat.
“Robert sama sekali tidak mengingatku pak”
“lalu kau?”
“sebenarnya aku sangat sedih, tapi aku gak boleh berlarut-larutkan?”
“kau anak yang kuat, mulai hari ini kamu resmi jadi pegawai tetap disini”
“beneran pak? Makasih banyak ya pak”

***

Saat Jessica pulang,
“sayang, tadi pagi telponmu bunyi terus”
Jessica baru sadar, kalau hari ini ia meninggalkan Hp-nya di kamar. Jessica pun berlari ke kamarnya, ia mencari Hp-nya dan menemukannya di balik selimut. “ya ampun, 7 panggilan tak terjawab?” di Hp Jessica ada pesan suara yang masuk dan ternyata itu dari ibunya Robert.
“selamat pagi Jessy, tadi tante menelponmu beberapa kali. Tapi kau sama sekali tidak mengangkatnya, tante cuma mau bilang. Kalau siang ini, tante dan Robert akan kembali ke New York”
Jessica kaget mendengar itu, ia langsung keluar dari kamar.
“sayang, kamu mau kemana nak?”
“aku harus ke Rumah Sakit bu, Robert akan kembali ke New York hari ini” Jessica pergi dengan terburu-buru.

***

Di Rumah Sakit,
Jessica langsung berlari ke ruang perawatan Robert, tapi disana hanya ada suster yang sedang merapikan ranjang.
“suster, pasien yang dirawat disini mana?”
“oh, dia sudah pulang sekitar 2 jam yang lalu”
Jessica terdiam dan air matanya menetes. Ia pun keluar, Robert… sekarang aku tidak bisa melihatmu lagi. Kenapa kau setega itu padaku? Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa semuanya harus berakhir seperti ini?
“nona” seorang suster memanggilnya, “nona tunggu”
Jessica menoleh.
“nona bernama Jessica kan?”
“iya sus”
“tadi ibu dari pasien di kamar ini menitipkan surat untuk nona”
“terima kasih sus” Jessica membukanya, ternyata isinya adalah alamat rumah Robert.

***

Satu bulan kemudian,
Robert yang sedang diam di kamar, memandangi langit sore.
“sayang” ibu masuk ke kamar Robert.
“ada apa bu?”
“ini, ada surat dari Jessy”
Robert langsung memalingkan wajahnya.
“Robert, jangan begitu. Ayo dibaca, kasihan Jessy. Jauh-jauh dia mengirim surat padamu”
Robert mengambilnya dan mulai membuka surat, ternyata selain surat, terdapat tiket konser Paul McCartney tepat di hari ulang tahun Robert yang ke 21. Robert mulai membacanya.
Selamat siang Robert,
Maaf, aku tidak tau disana siang atau sore. Bagaimana keadaanmu sekarang? Semoga kau sudah sembuh.
Aku hanya ingin memberimu hadiah untuk hari ulang tahunmu nanti, semoga kau suka tiketnya. Aku benar-benar bersusah payah untuk ini, sebenarnya si penjual tiket dekat halte belum menjualnya. Tapi setelah meyakinkannya, akhirnya dia menjualnya padaku.
Maaf juga jika tiketnya hanya satu, tiket VIP harganya mahal. Tabunganku hanya cukup untuk itu saja, jadi aku tidak bisa membelikan tiket untuk ibumu. Salam untuknya ya, semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi.
Yang selalu menyayangimu
Jessica
Robert meremas surat itu dan melemparnya.
“Robert apa yang kau lakukan?” ibu mengambilnya dan membaca surat itu, “kau lihat? Jessica itu sangat baik, betapa pedulinya dia padamu”
“bu, aku tidak mau membahasnya lagi”
“Robert, dengarkan ibu. Apa selama ini bukti-bukti tepat dari Jessica tidak membuatmu percaya?”
“bu, mana mungkin seorang manusia bisa berada di dua tempat sekaligus? Saat itu aku di Rumah Sakit bu, mana mungkin aku bersamanya, mangantarnya pulang dan…” Robert kesal karena ibu selalu membela Jessica.
“Robert, apa kau tidak lihat tiket ini? Kau pikir dari mana dia tau bahwa kau menyukai Paul McCartney? Lalu dia tau kalau di hari ulang tahunmu, kau ingin menonton konsernya. Tau dari mana dia, jika tahun ini umurmu akan menjadi 21?”
Robert diam.
“ibu mohon, percayalah. Memang ini sedikit aneh, tapi kenyataannya memang seperti ini nak” ibu mengeluarkan HP-nya, “beri dia kesempatan untuk meyakinkanmu” ibu pergi.
Robert mengambil Hp ibunya dan mendengar suara sambungan telpon.
Tut…
“halo? Tante?”
Robert tetap diam mendengar suara Jessica.
“Robert, apa ini kau?” Jessica senang, “bagaimana keadaanmu? Suratku sampaikan? Semoga tiketnya gak ilang, satu minggu lagi konsernya dimulai. Jangan lupa untuk menonton ya, aku tidak akan mengganggumu seperti saat itu. Aku janji”
Robert tetap diam.
“kamu mau kan jika kita berteman? Hanya teman, aku janji tidak akan macam-macam. Aku sayang padamu”
Robert menutup telponnya.

***

Suatu siang,
Robert yang sedang berjalan, melihat sebuah kedai. Ia masuk dan duduk di salah satu meja kedai.
“selamat siang” Pak Manajer mendekat.
“siang?” Robert menatapnya.
“ada yang bisa dibantu?”
“a..aku..”
“kau terlihat bingung, auramu juga sedikit aneh”
“apa maksudmu?”
“kau pernah mengalami hal semacam supranatural?”
Robert masih menatap Pak Manajer dengan aneh.
“ya, seperti mati suri atau koma mungkin?”
“aku pernah koma”
“berapa lama?”
“satu bulan”
“pantas saja, sepertinya arwahmu agak lama berada di luar tubuhmu”
“apa maksudmmu? Aku tidak mengerti” Robert kesal.
“ulurkan tanganmu”
Robert yang takut, mengulurkan tangannya.
Pak Manajer tersenyum, “tidak apa-apa, kau tenang saja” ia memegang telapak tangan Robert.
Robert terdiam, seperti ada aliran aneh yang masuk ke telapak tangannya dan ia mulai melihat kejadian-kejadian saat arwahnya berada di luar tubuhnya secara sekilas, dan ia juga melihat Jessica disana.
Pak Manajer melepaskan tangan Robert.
“ah?” Robert kaget.
“bagaimana sekarang? Kau percaya arwahmu pernah keluar?”
“bisakah kau memperlihatkannya lagi secara jelas padaku? Kepalaku sedikit sakit dan tidak mengerti”
“aku tidak bisa, aku bukan Tuhan. Aku hanya penyalur” Pak Manajer tersenyum.
“sayang sekali”
“kau bisa menanyakan semuanya secara jelas kepada Jessica”
Robert kaget dan menatap Pak Manajer.
“maaf, tapi aku juga melihat apa yang kau lihat tadi”
“tapi kenapa harus dia? Aku belum pernah bertemu dengan dia sebelumnya”
“mungkin ada sesuatu hal yang harus kau lakukan terhadapnya”
Robert terdiam dan berfikir, apa? Ia pun ingat, saat itu. Sebelum kecelakaan. Robert menabrak Jessica, tapi karena terburu-buru. Setelah menanyakan tiket yang habis, ia berlari ke jalan. Kecelakaan pun terjadi. “sebelum kecelakaan, aku menabrak Jessica saat  berlari”
“nah, mungkin kau belum meminta maaf sehingga saat kau koma. Arwahmu mencarinya”
“mungkinkah?”
“percayalah, kalau kau tidak percaya. Lihat ini” pak manajer mengeluarkan foto seorang wanita.
Robert mengambil foto tersebut, “apa dia istrimu?”
“ya, dia sudah meninggal lima tahun yang lalu. Tapi dia masih bersamaku sampai saat ini”
“apa maksudmu?”
“seandainya kau bisa melihat, seorang perempuan yang duduk disampingku adalah dia”
Robert bingung, dia sama sekali tidak melihat siapa-siapa disamping pak manajer. “kau bercanda”
“semua ini nyata Robert, tapi hanya sebagian orang yang bisa melihatnya”

***

Di pelabuhan,
Jessica memandang laut dari dekat pagar, “seandainya kau dapat mengingatku Robert, sekali saja”
Hp-nya berbunyi, nomor baru meghubungi Jessica.
“hallo?” Jessica mengangkatnya.
Tapi orang itu tidak bicara.
Jesika mendengar suara nafas orang itu, “Robert, apa ini kau?” Jessica tersenyum, “terima kasih kau sudah mau menghubungiku, jangan lupa. Nanti malam, Paul McCartney akan konser. Selamat ulang tahun ya Robert, hallo?”
Telponnya terputus.
Jessica menyimpan telponnya, “seandainya kau percaya padaku”
“aku percaya”
Jessica kaget mendengar suara Robert, ia menoleh. Dan ternyata benar, Robert ada disana.
Robert tersenyum.
“Robert” Jessica langsung berlari dan memeluk Robert, ia menangis bahagia.
“maafkan aku Jessy”
“tidak apa-apa, yang penting kamu udah percaya sama aku”
Robert menghapus air mata Jessica, “maukah kau menjelaskan semuanya kepadaku?”
Jessica mengangguk dan tetap menangis, “apa kau juga percaya bahwa kita pacaran?”
“aku tidak tau, tapi aku ingat saat aku menciummu” Robert tersenyum, “aku tidak mengingat semuanya, tapi aku percaya padamu”
“syukurlah” Jessica masih menangis, dia masih tidak percaya dengan semua ini.
“sudah, jangan menangis. O iya, darimana kau tau bahwa yang menelponmu adalah aku?”
“dulu kamu pernah bilang, jika bertemu dengan ibumu. Kau akan meminta Hp baru”
“benarkah?”
“tentu saja, mana mungkin aku bohong”
“ya sudah, o iya. Aku punya sesuatu untukmu”
“apa itu?”
“nih”
“tiket konser Paul McCartney? VIP?”
“aku tidak mau nonton sendirian, aku ingin menontonya bersama pacarku. Ini kan hari yang sepesial”
“selamat ulang tahun Robert”
“terima kasih, bolehkah aku meminta ciuman?”
“kau itu bicara apa?” Jessica tersenyum.
“hey, aku serius. Kau bilang kita pacaran”
Jessica pun mencium Robert.
Robert tersenyum dan memegang tangan Jessica, “ayo, kamu kan dulu janji mau ngajak aku keliling London
Jessica tersenyum, Tuhan… terima kasih, Kau telah mengembalikan Robert padaku.
Pak Manajer yang melihat itu tersenyum.
“kau sudah melakukan hal yang benar sekarang, aku bisa pergi dengan tenang” istri Pak Manajer tersenyum.
“sampai jumpa sayang, aku akan selalu mencintaimu”
Istri Pak Manajer pun menghilang.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar