Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance, Family, Drama
Cerita ini hanya
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Pagi itu,
“sayang, aku
berangkat dulu ya” Robert tersenyum pada Molly.
“iya” Molly
tersenyum dan mengelus Robert, “kamu harus cepat pulang”
“aku pasti cepat
pulang” Robert mengelus perut Molly, “anak kita pasti sudah tidak sabar untuk
lahir ke dunia”
“kau itu bicara
apa? Dia kan baru 3 bulan, kau harus menunggu hingga 6 bulan lagi”
“aku sudah tidak
sabar” Robert tersenyum.
“dasar”
“cium?” Robert
menatap Molly.
“ya, tentu”
Mereka berciuman
dan Robert pun pergi.
Siangnya,
Tok.. tok... tok...
“permisi” seorang
perempuan terus mengetuk pintu dari luar.
“iya” Molly membuka
pintu dan terdiam melihat Sheryl yang ada di hadapannya.
“hey Molly” Sheryl
tersenyum.
“kakak?”
“bagaimana
kabarmu?”
“baik”
“bagaimana dengan
Robert? Apa dia bahagia?”
“kenapa kakak
bertanya seperti itu?”
“karena dia
menikahi perempuan yang tidak dia cintai”
Molly menunduk.
“dengar Molly, kami
sudah lama berhubungan. Kami saling cocok dan Robert sangat mencintaiku” Sheryl
menatap Molly, “aku harap, kau tidak tertarik pada Robert”
“maksud kakak apa?”
“dia itu pacarku”
“tapi, sekarang dia
suamiku, kak”
“memangnya aku
sudah minta putus? Hubungan kami masih berjalan”
“bukankah kakak
kabur dengan pacar kakak yang lain?”
“aku tau kau harus
menggantikanku saat itu” Sheryl mendekati Molly, “tapi coba kau fikir,
menurutmu, Robert tulus padamu atau... itu semua karena dia sakit hati
ditinggal oleh wanita yang ia cintai?”
Molly diam.
“dengar Molly,
Robert dan aku sudah lama berpacaran. Kami saling mengerti dan memahami.
Sedangkan kau, kau hanya wanita muda yang...”
“cukup kak, tolong
jangan ganggu keluargaku”
“oh, kau mulai
takut Robert kembali padaku? Dengar Molly, ini adalah rumah kami. Saat itu, aku
yang memilih rumah ini. Jadi kau tidak berhak mengusirku” Sheryl masuk.
***
Di kantor,
Robert duduk dan
melamun, ia ingat pada Molly. Apalagi, sekarang Molly sedang mengandung anak
mereka. Robert mulai menelpon ke rumah, ia ingin tau kabar Molly.
“hallo?” seorang
perempuan mengangkatnya.
Robert tau itu
suara Sheryl, “Sheryl?”
“ah, sayang.
Ternyata ini kau, apa kau akan cepat pulang?”
“mana Molly?”
“Molly sedang
tidur, lebih baik, kau bicara denganku saja”
Molly yang berdiri
di depan Sheryl pun terdiam, ia kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa.
“maaf Sheryl, aku
sibuk” Robert menutup telponnya, ia bertanya-tanya. Kenapa Sheryl ada disana? Apa yang ia inginkan?
Sorenya,
Robert pulang ke
rumah, ia keluar dari mobil dan melihat Molly berdiri di hadapannya.
Molly menunduk.
Robert tau, pasti
ada yang tidak beres terjadi. Ia pun mendekati Molly, “sayang, ada apa?”
“apa kau akan
meninggalkanku?”
“maksud kamu apa?”
“apa kita akan
berpisah?”
“Molly, aku tidak
mengerti”
“jawab Robert”
“itu pertanyaan aneh,
untuk apa aku menjawabnya?” Robert merangkul Molly ke dalam rumah, “sudah,
jangan berfikir yang macam-macam”
Molly tersenyum,
tapi sebenarnya ia sedih. Apalagi Robert tidak mau menjawab pertanyaannya, ia
sangat takut jika hal buruk memang benar akan terjadi.
Malamnya,
Robert sedang sibuk
di ruang kerja, ia mengetik di laptop-nya dengan begitu serius.
Sheryl masuk, “hey”
“Sheryl?” Robert
kaget.
“aku membuatkan
kopi untukmu” Sheryl mendekat dan menaruh secangkir kopi di meja.
“terima kasih”
Robert masih menatap Sheryl dengan bingung.
Sheryl tersenyum,
“sudah lama aku tidak membuat kopi untukmu, ini kopi kesukaanmu. Kau pasti
suka, aku akan membuatkannya setiap pagi disaat kau membuka mata” ia memegang
kedua pundak Robert dan menatap matanya.
“eh..., Sheryl”
Robert diam menatap Sheryl.
Dari luar, Molly
mengintip mereka. Ia sedih, air matanya menetes dan Molly pun pergi ke kamar.
Robert melepaskan
tangan Sheryl, “maafkan aku, ini sudah malam dan aku harus tidur”
“Robert” Sheryl
memegang tangan Robert.
“maaf Sheryl, Molly
pasti sudah menungguku di kamar” Robert berjalan ke pintu.
“aku tau kau marah,
tolong maafkan aku Bob. Aku sangat mencintaimu”
Langkah Robert
terhenti, ia menoleh pada Sheryl dan kembali berjalan.
***
Di kamar,
Molly tau Robert
akan masuk, ia pun mengambil selimut dan pura-pura tidur.
Robert masuk, ia
melihat Molly yang sudah berbaring. Robert mendekat, “sayang, kamu udah tidur?”
ia naik ke kasur dan memeluk Molly dari belakang, “kok gak ajak-ajak aku sih?”
Molly tidak mau
menjawab Robert, ia tetap pura-pura tidur. Perasaannya masih sakit melihat hal
tadi.
Robert mencium
kepala belakang Molly, “semoga anak kita sehat dan cerdas” ia menutup matanya.
Pagi itu,
Robert yang sudah
berpakaian rapi, melihat Molly yang masih tidur. Ia merasa aneh, “sayang, aku
akan berangkat. Apa kau tidak mau mengantarku keluar?”
Tapi Molly tidak
menjawab.
“baiklah” Robert
mendekati Molly dan mengelusnya, “aku berangkat ya” ia mencium kening Molly dan
pergi.
Robert menuruni
tangga, Sheryl sudah menunggunya di bawah. Robert pun menatap Sheryl.
“hey, aku sudah
membuatkan kopi untukmu” Sheryl tersenyum.
“maaf, aku harus
pergi sekarang” Robert turun dan berjalan ke arah pintu.
“kau mau kerja?”
Sheryl mendekati Robert, “sini, dasimu kurang rapi”
Robert terdiam
melihat tingkah laku Sheryl, “e..h, biar aku sendiri yang melakukannya” ia agak
canggung.
“sudahlah, kau itu
kenapa sih?” Sheryl tersenyum pada Robert.
“aku berangkat
dulu” Robert pergi.
Sheryl melambai dan
saat ia menoleh, Molly ada di hadapannya. Sheryl kaget dan tersenyum, “Molly?”
“apa yang kakak
lakukan?”
“Molly, apa kau
tidak mengerti? Inilah yang harusnya dilakukan oleh seorang istri”
“tapi kakak bukan
istri Robert”
“lalu kau sendiri,
apa yang kau lakukan? Kenapa kau membiarkan dia?”
“itu bukan urusan
kakak”
“kau fikir, dia
akan bahagia?”
“hatiku sakit kak,
aku melihat kakak merayu suamiku di ruang kerjanya tadi malam”
“oh, benarkah?”
Molly menangis,
“tolong kak, jangan ganggu rumah tangga kami”
***
Di kantor,
Robert masih
memikirkan Molly, ada apa dengannya? Biasanya
Molly selalu bangun lebih awal dariku, Robert menatap telponnya, tapi ia
ingat pada Sheryl. Robert pun mengambil HP dan menelpon Molly.
“hallo”
“sayang, kau sudah
bangun?”
“iya” Molly
tersenyum, ia senang Robert menelponnya.
“aku sangat
khawatir, aku takut kamu sakit”
“aku baik-baik aja
kok, maafin aku ya”
“untuk apa? Kau
tidak melakukan kesalahan kan?”
“Robert, aku rindu
padamu”
“aku akan cepat
pulang untukmu, bye”
“bye”
Robert menyimpan
HP-nya dan kembali tersenyum, ia senang karena Molly baik-baik saja.
Saat Robert pulang,
Sheryl sudah
menunggunya di luar, ia mendekat ke pintu mobil.
Robert keluar dari
mobilnya.
“hey” Sheryl
tersenyum.
“hey” Robert
menatap Sheryl, lalu ia melihat Molly yang baru keluar dari dalam rumah. Robert
tersenyum, “sayang” ia mendekati Molly.
Sheryl diam.
Molly tersenyum,
“selamat datang”
Robert mencium
kening Molly, “aku sangat lelah”
“istirahatlah, aku
akan membuatkanmu kopi”
Robert menatap
Molly dengan aneh, biasanya Molly tidak pernah melakukan itu.
“kau mau yang
lain?” Molly kaget dan bingung melihat expresi Robert.
“aku ingin kita ke
kamar”
“baiklah” Molly
tersenyum.
Mereka masuk ke
kamar.
Di kamar,
Robert membuka
kemejanya, Molly sudah membawakan sebuah t-shirt untuk Robert.
“terima kasih”
Molly memeluk
Robert, “maaf jika selama ini, aku tidak bisa membuat kopi kesukaanmu”
“apa maksudmu?”
“aku tau kak Sheryl
sering membuatkanmu kopi, kopi yang menjadi kesukaanmu”
“sudahlah sayang,
jangan bahas itu”
“tapi Robert...”
“sungguh, aku tidak
suka dengan ini”
“maafkan aku” Molly
menunduk.
“hey, aku membawa
sesuatu untuk kita”
“apa?” Molly
tersenyum sambil kembali menatap Robert.
Robert menunjukan
satu cup es krim bluebbery.
Molly memeluk
Robert, “sudah lama kau tidak membelinya”
“iya, maafkan aku
sayang. Terkadang pekerjaanku membuatku lupa”
Mereka pun makan
bersama.
“rasanya enak,
masih sama seperti dulu”
“tentu saja, mana
mungkin berubah jadi rasa strawberry kan?”
Molly tersenyum, ia
senang disuapi es krim oleh Robert.
Malamnya,
Robert melihat
Molly sudah tidur, ia keluar dari kamar dan pergi ke ruang kerja. Tapi disana
sudah ada Sheryl yang menunggunya.
“Sheryl?”
“hey” Sheryl yang
duduk di kursi dan memainkan laptop Robert, tersenyum.
“sedang apa kau?”
“tentu saja
menikmati tempat ini” Sheryl melihat ke sekitar, “apa kau sudah lupa? Dulu,
setiap kau bekerja disini, aku selalu menemanimu. Aku membuatkan kopi dan
menyiapkan semua kebutuhanmu, bahkan aku sering ikut begadang demi kau”
Robert mengangguk
dan tidak memungkiri itu, ia duduk.
“bagaimana dengan
Molly?”
“Molly sedang hamil,
aku rasa, begadang tidak baik untuknya”
“ya, ok. Bagaimana
saat dia belum hamil?”
Robert diam.
“aku tau, Molly
belum begitu dewasa untuk bisa memberikan yang kau butuhkan. Dan aku yakin,
hanya kau yang selalu mengalah untuknya”
“itu tidak masalah,
yang penting, dia tidak kabur saat kami menikah”
“aku tau kau masih
sangat marah karena itu, aku sungguh-sungguh minta maaf, aku benar-benar
menyesal. Seandainya waktu bisa diputar, aku akan memilih tetap diam dan
menikah denganmu”
Robert diam dan
menunduk.
Sheryl duduk
disamping Robert, “Robert, aku tau. Jauh di lubuk hatimu, rasa cinta itu masih
ada kan? Kita saling mencintai, aku dapat merasakan itu” Sheryl menangis, ”aku
tau kau lebih memilih Molly karena kau sakit hati padaku, tapi di hatimu, kau
memilih aku. Iya kan?” Sheryl menatap Robert, “Robert?” ia mencium Robert.
Robert mengingat
semuanya, rasanya masih sama seperti dulu saat mereka berciuman. Tapi Robert
sadar, “Sheryl” Robert melepas ciumannya, “maaf, aku sudah menjadi suami orang
lain sekarang”
“tapi kau masih
mencintaiku kan?”
“Sheryl, aku suami
adikmu. Dia sedang mengandung, tolong, mengertilah”
“jadi aku harus
mengubur dalam-dalam cinta kita?”
“mungkin ini yang
terbaik”
“tapi saat kita
berciuman, aku yakin. Aku masih sangat merasakannya, cinta kita”
“maafkan aku
Sheryl” Robert berdiri dan berjalan ke arah pintu.
“jika dia tidak
hamil, apa kau mau kembali padaku?”
Robert kembali
menatap Sheryl, “jangan ajukan pertanyaan bodoh padaku” ia keluar.
Robert berjalan ke
kamar dan masih memikirkan Sheryl, apa
benar rasa cinta itu masih ada? Sheryl memang terlihat lebih dewasa dari Molly,
dia lebih mengerti bagaimana keadaanku dan apa yang aku butuhkan. Tapi,
sekarang Molly adalah istriku. Aku harus
memilihnya, apalagi dia sedang mengandung anakku.
Robert masuk ke
kamar, ia melihat Molly yang masih terlelap. Robert tersenyum dan mendekati
Molly, “sayang” ia mengelusnya.
Molly membuka
matanya, “Robert?”
“hey” Robert
tersenyum dan mencium kening Molly.
Molly tersenyum,
“kamu gak bobo?”
“aku abis dari
ruang kerja”
“maaf, aku tidak
bisa menemanimu disana”
“tidak masalah, aku
lebih suka melihat istriku tidur nyenyak dari pada harus begadang. Aku ingin
istri dan anakku sehat” Robert naik ke kasur.
Molly mengelus
Robert, “terima kasih, kau selalu mau mengerti” Molly menyentuh pipi Robert.
“itu harus” Robert
memegang tangan Molly yang sedang menyentuh pipinya, “tidurlah sayang, ini
masih malam”
Besoknya,
Molly turun dari
tangga sambil membawa bag Robert.
Sheryl sudah
menunggu di pintu, “hey”
“kakak”
“apa kalian akan
pergi?”
“hari ini kami akan
memeriksakan kandunganku”
“oh” Sheryl melihat
ke atas dan kembali menatap Molly, “apa tadi malam, Robert tidak mengatakan
apa-apa padamu?”
“apa?”
“harusnya dia minta
maaf karena telah menciumku tadi malam”
Molly kaget.
Robert turun dari
tangga dan melihat Molly sedang bicara dengan Sheryl.
“hey Robert” Sheryl
tersenyum.
“hey” Robert
tersenyum dan menatap Molly, “kau sudah siap, sayang?”
“iya” Molly agak
kaku.
Robert mulai merasa
aneh, tapi ia merangkul istrinya dan mengajaknya ke luar.
***
Di jalan,
Robert yang duduk
disamping Molly, menatap Molly dengan penuh tanya. Ada apa dengan sikap Molly pagi ini? Kenapa dia tiba-tiba berubah? Robert
kembali melihat ke luar jendela mobil.
“kau berciuman
dengan kak Sheryl kan?”
Robert kaget, ia
menatap Molly.
“jawab Robert,
jangan diam saja”
“Molly, itu tidak
seperti yang kau bayangkan”
“sudahlah Robert,
jangan mengelak. Pantas saja tadi malam, kau seperti orang yang bersalah
padaku”
“aku tidak merasa
bersalah karena aku memang tak bersalah” emosi Robert meningkat.
“jadi menurutmu,
kau tidak bersalah jika berciuman dengan kakakku?” Molly menangis.
“bukan begitu,
sayang” Robert menahan emosinya dan melihat ke arah lain.
“aku tau, kau masih
mencintainya kan? Kakak memang lebih baik dariku, aku hanya...”
“cukup Molly”
Robert membentak Molly, “apa pun yang terjadi, aku tetap memilihmu”
Tangisan Molly
semakin memuncak.
Supir yang
binggung, hanya diam dengan cemas.
“kau itu istriku,
percayalah padaku”
Molly menunduk,
“aku sangat takut, aku takut kehilanganmu, Robert”
Robert memeluk
Molly, “percayalah, kami tidak berciuman. Malam itu, Sheryl memang menciumku.
Tapi aku, tidak ada niat sedikit pun untuk menduakanmu”
Air mata Molly
masih menetes.
“percayalah padaku”
***
Malam itu,
Robert sedang
berbaring di kamarnya, ia merasa lelah dengan pekerjaan yang selalu menumpuk
dan tak jarang membuatmya harus bekerja di rumah.
Tiba-tiba,
seseorang mendekat dan memeluknya. Robert tidak ragu, ia yakin itu Molly.
Robert pun memeluk orang itu.
“ya Tuhan...” Molly
yang melihat itu, berteriak di balik pintu.
Robert kaget
mendengar suara Molly, ia membuka matanya dan melihat Sheryl yang tidur
disampingnya.
Molly menangis dan
pergi.
“Molly” Robert
melihat Molly yang pergi.
Sheryl tersenyum,
“sudahlah sayang, aku tau kau masih mencintaiku”
Robert kesal, ia
bangun dan mengejar Molly.
Di ruang tamu,
Molly menangis dan
membuka pintu, ia berniat untuk pergi dari rumah.
“Molly” Robert
menatap Molly.
Molly menoleh dan
menatap Robert dengan begitu sedih, “mau apa lagi? semuanya sudah jelas”
“tidak Molly, kau
salah. Tadi itu...”
“sudahlah Robert,
kau tidak usah menutupi semuanya dariku. Aku tau, jauh di lubuk hatimu, kau
masih sangat mencintai kak Sheryl”
“tidak” Robert
memegang tangan Molly, “aku hanya mencintaimu, sayang”
“sudahlah, biarkan
aku pergi”
“tidak” Robert
berlutut dan memeluk kaki Molly, “jangan pergi, sungguh Molly, aku tidak pernah
bermaksud melakukan hal seperti itu”
“aku mohon Robert,
aku sudah tidak sanggup lagi. Biarkan aku pergi”
Robert bangun dan
menggeleng, “tidak sayang, jangan tinggalkan aku” mata Robert memerah.
“aku minta maaf”
Molly pergi.
Robert menunduk.
Siangnya,
Robert melamun di
dekat jendela, ia berusaha menghubungi Molly. Tapi telponnya tidak pernah
aktif, Robert mulai putus asa dengan semua yang terjadi.
Sheryl mendekat,
“Robert”
“bisakah kau tidak
menggangguku?” Robert tidak mau menatap Sheryl.
“kamu kenapa sih?”
Robert menatap
Sheryl, “apa kau puas? Kau puas telah menghancurkan keluargaku?”
“maksud kamu apa?
Aku gak pernah bermaksud untuk...”
“cukup Sheryl, kau
itu harus sadar. Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi, apa kau tidak
mengerti?”
“aku mencintaimu”
“cinta tidak
seperti ini”
“jangan pura-pura
lagi Robert, aku tau kau juga mencintaiku. Kau akan jauh lebih bahagia
bersamaku daripada bersama Molly”
“apa pun yang
terjadi, aku akan tetap memilih Molly” Robert membentak Sheryl.
Sheryl menatap
Robert.
“jika kau
menginginkan rumah ini, ambil saja. Aku tidak butuh, aku bisa mendapatkan yang
lebih baik bersama Molly”
Sheryl tersenyum,
“bersama Molly? Kau tidak tau dimana dia kan?”
***
Di rumah Pupu,
Molly menangis di
sofa, Pupu duduk disamping Molly dan mengelusnya.
“aku gak sanggup
lagi Pu”
“iya iya, udah ya.
Jangan nangis lagi”
“aku akan tinggal
sementara disini, kau tidak keberatan kan?”
“tentu saja tidak,
kau boleh tinggal sesukamu”
“terima kasih”
Siang itu,
Pupu pergi ke
sebuah kedai untuk membeli es krim, ia mulai memilih es krim.
“kau membeli 2?”
Pupu menoleh,
“Robert?”
“bolehkah aku
bertemu dengan Molly?”
“M..Molly?”
“jangan bohong, dia
ada di rumahmu kan?”
Akhirnya, Robert
ikut bersama Pupu ke rumahnya.
Di jalan,
Robert menatap
Pupu, “percayalah, tidak semuanya benar. Molly hanya terhasut oleh perkataan
Sheryl”
“aku tidak
mempermasalahkan itu, aku hanya berfikir” Pupu menatap Robert, “jika kau benar-benar
mencintai Molly, harusnya kau mengatakan padanya”
“aku selalu
memanggilnya sayang, menciumnya. Apa itu belum cukup?”
“tapi kau tidak
pernah menjawab pertanyaan Molly dengan tegas kan?”
Robert diam.
“jika kau bersikap
seperti itu terus, Molly pasti termakan kata-kata Sheryl. Harusnya kau memberi
tau dia, bagaimana kau mencintanya. Betapa besar cintamu dan yang lebih pentig,
kau lebih memilihnya daripada Sheryl”
“aku sudah
mengatakan itu, tapi dia tetap pergi”
Mereka pun sampai
ke rumah Pupu.
“ayo masuk” Pupu
membuka pintu.
“terima kasih”
Robert tersenyum.
Mereka masuk.
“kau sudah
kembali?” Molly yang tersenyum, terdiam melihat Robert.
“sayang”
“kenapa kamu ajak
dia kesini?” Molly kesal dan mau kembali ke kamar.
“Molly” Robert
memegang tangan Molly.
“lepaskan aku”
“tidak akan”
“aku akan
berteriak”
“aku tidak peduli”
Pupu hanya diam dan
tidak berbuat apa-apa, ia tidak mau mencampuri urusan mereka.
Molly menangis.
Robert memeluk
Molly, “aku sangat mencemaskanmu sayang, pulanglah”
Molly hanya
menangis.
“aku mencintaimu,
aku hanya mencintaimu. Aku lebih memilihmu daripada Sheryl, kau itu istriku”
mata Robert mulai memerah, “percayalah sayang, aku akan melakukan apapun untuk
membuktikannya padamu”
“tolong Robert,
lepaskan aku”
“tidak”
“aku mohon,
lepaskan aku”
Robert melepaskan
pelukannya.
“kau tidak perlu
melakukan apapun untuk membuktikannya, aku tau. Aku percaya padamu, hanya
saja...” air mata Molly menetes, “beri aku waktu untuk memikirkannya”
“sayang, aku akan
berlutut untuk yang kedua kalinya agar kau kembali” Robert mulai berlutut.
“apa pun yang kau
lakukan, aku tetap tidak mau kembali kesana. Maafkan aku Robert” Molly pergi ke
kamar.
Robert menunduk dan
air matanya menetes.
“Robert” Pupu
khawatir dan membantunya berdiri.
Robert menahan air
matanya, “aku permisi”
Pupu memegang
tangan Robert, “keluarkan saja”
Robert menoleh dan
menatap Pupu, air matanya kembali menetes.
Pupu memeluk
Robert, “aku mengerti perasaanmu, tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Aku juga
tau jika perasaan Molly begitu sakit”
“apa yang harus aku
lakukan Pu?”
“pulanglah,
tenangkan dirimu. Aku akan bicara pada Molly, dia pasti akan mengerti”
“terima kasih”
Robert menghapus air matanya dan pergi.
Pupu berjalan ke
kamar Molly dan mengetuk pintunya, “Molly, ini es krim buat kamu. Entar cair
lho”
“aku gak mau, Pu”
Molly menjawab dari dalam.
“ayolah Molly,
keluar”
“nanti aja”
“Molly...”
Molly membuka pintu
dan memeluk Pupu, ia kembali menangis.
“udah...” Pupu
khawatir.
***
Pupu dan Molly
duduk di sofa, Molly mulai membuka es krimnya.
“kau suka kan?”
Molly menatap Pupu,
“ini pemberian Robert kan?”
Pupu diam.
“aku gak mau”
“kebetulan yang
tersisa tinggal es krim bluebbery”
“jangan bohong Pu”
Pupu menunduk, “itu
memang pemberiannya, dia bersikeras” ia menatap Molly, “kau harus memberinya
kesempatan, dia mencintaimu. Aku bisa melihat itu jelas di matanya, dia
menangis”
“aku tau, tapi aku
tidak bisa jika kakak masih disana. Dia pasti akan selalu mengusik kami”
“kamu harus kuat,
kamu harus percaya sama suami kamu”
“aku melihat kakak
merayunya, bahkan ia berani mencium Robert”
“lalu kau tidak mau
mendengarkan penjelasan Robert? itu tandanya, kau termakan oleh kata-kata
Sheryl”
“jadi kau lebih
membela Robert?”
“tidak Molly, aku
hanya takut terjadi sesuatu lagi padanya. Kau ingat saat dulu kau pergi? Robert
sakit keras karena itu”
Molly menunduk.
***
Di rumah Robert,
Robert pergi ke
teras dan duduk, ia mulai membuka minuman dan menuangkannya ke gelas.
“kau minum?” Sheryl
menatap Robert.
“aku merasa kacau”
“kau tidak mau
cerita?”
“utuk apa? Kau
sudah tau semuanya kan?” Robert melihat ke arah lain.
“apa ini ada
hubungannya dengan Molly?”
“istriku pergi,
semua ini karena kau”
“kau
menyalahkanku?”
“tidak, aku
menyalahkan diriku sendiri” Roebrt minum, “aku tidak bisa meyakinkan istriku,
begitu bodohnya aku” Robert kembali menuangkan minumannya.
Sheryl duduk dan
menatap Robert, “kau benar-benar mencintainya?”
Robert diam.
“aku tidak akan
memaksamu lagi”
Robert menatap
Sheryl.
“aku menyesal
kembali, aku kira kita bisa bersama seperti dulu”
“hidup itu tidak akan
selalu sama Sher, apa yang kita lakukan akan membuat perubahan”
Sheryl menunduk dan
mengangguk, ia ingat saat ia pergi dengan pacarnya yang lain. Sedangkan di
gedung, semua keluarga menunggunya. Hal itu membuat Robert harus menikah dengan
Molly, dan tanpa ia duga. Robert bahagia bersama Molly dan lebih memilih Molly
daripada kembali menjalin hubungan dengannya.
“aku akan pergi”
Robert kaget
mendengar itu.
“aku serius, aku
tidak akan mengganggu rumah tangga kalian lagi”
Robert berdiri dan
menatap Sheryl.
“mulai sekarang,
aku adalah kakak iparmu” air mata Sheryl menetes, ia mengelus Robert. Ia
mengingat semua yang telah terjadi, saat mereka masih berpacaran. Namun
sekarang, semuanya harus berakhir.
“terima kasih Sher”
Sheryl mengangguk
dan Robert memeluknya.
Aku akan selalu mencintaimu,
Sheryl menangis.
***
Malam itu,
“Robert?!” Molly
terbangun dari tidurnya, ia mimpi buruk. Molly menangis, “Robert...” ia takut
terjadi apa-apa pada suaminya.
Pupu masuk ke kamar
Molly, “ada apa?”
“aku mimpi...”
Pupu memeluk Molly,
“kamu harus tenang”
“aku takut, aku
mimipi buruk tentang Robert”
Pupu khawatir.
“aku harus nelpon
dia” Molly mengambil HP-nya, ia menelpon Robert. Tapi Hp Robert tidak aktif,
Molly semakin panik.
“tenang Molly,
tenang. Besok, aku akan mengantarmu kesana”
Molly menatap Pupu
dengan sedih.
“aku tau kau sangat
mencintainya, jika kalian tetap seperti ini, kalian berdua akan terus
menderita. Robert mencintaimu, dia tidak menginginkan Sheryl”
Besoknya,
Robert membuka
matanya, ia sadar telah tertidur di sofa ruang tamu. Robert bangun, ia melihat
ke sekitar. Terdapat 2 botol minuman di lantai dan terdapat sebuah surat di
meja.
Robert membaca
surat itu,
Robert, muungkin
saat kau membaca surat ini, aku sudah pergi. Tapi aku sangat sedih melihat
keadaanmu tadi malam, kau mabuk dan tidur di sofa. Padahal udara begitu dingin,
namun aku tidak tega membangunkanmu.
Maaf aku telah
merusak semuanya, aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi. aku akan kembali
ke rumah orang tuaku. Jika Molly tidak kembali juga, beri tau aku. Aku pasti
akan membantumu mencarinya.
Yang selalu
mencintaimu,
Sheryl
Ting... tong...,
bel berbunyi.
Tok... tok...
tok...
“iya, sebentar”
Robert berdiri dan berjalan ke pintu, ia membuka pintunya.
Molly yang ada di
balik pintu, tersenyum.
“Molly?”
“hey” Molly
mengelus pipi Robert, “kau terlihat berantakan, apa kau sakit?” ia khawatir.
Robert menggeleng
sambil tersenyum, “aku baik-baik saja, sayang”
Molly memeluk
Robert, “maafkan aku”
“aku pun” Robert
memeluk Molly dengan bahagia, ia senang Molly kembali.
“kau janji tidak
akan mencium perempuan lain?”
“tidak”
“apa?” Molly
melepas pelukannya dan menatap Robert.
“aku akan mencium
ibuku jika kami bertemu dan aku akan mencium anak kita”
“kau fikir, anak
kita perempuan?”
“semoga saja”
“dasar”
Robert kembali memeluk
Molly, “aku mencintaimu sayang, aku tidak bisa hidup tanpamu. Jangan pergi
lagi, tetaplah disini. Bersamaku...”
Molly tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar