Senin, 08 Juni 2015

Stay with Me 2



Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Family, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
“sayang, aku berangkat dulu ya” Robert tersenyum pada Molly.
“iya” Molly tersenyum dan mengelus Robert, “kamu harus cepat pulang”
“aku pasti cepat pulang” Robert mengelus perut Molly, “anak kita pasti sudah tidak sabar untuk lahir ke dunia”
“kau itu bicara apa? Dia kan baru 3 bulan, kau harus menunggu hingga 6 bulan lagi”
“aku sudah tidak sabar” Robert tersenyum.
“dasar”
“cium?” Robert menatap Molly.
“ya, tentu”
Mereka berciuman dan Robert pun pergi.
Siangnya,
Tok.. tok... tok...
“permisi” seorang perempuan terus mengetuk pintu dari luar.
“iya” Molly membuka pintu dan terdiam melihat Sheryl yang ada di hadapannya.
“hey Molly” Sheryl tersenyum.
“kakak?”
“bagaimana kabarmu?”
“baik”
“bagaimana dengan Robert? Apa dia bahagia?”
“kenapa kakak bertanya seperti itu?”
“karena dia menikahi perempuan yang tidak dia cintai”
Molly menunduk.
“dengar Molly, kami sudah lama berhubungan. Kami saling cocok dan Robert sangat mencintaiku” Sheryl menatap Molly, “aku harap, kau tidak tertarik pada Robert”
“maksud kakak apa?”
“dia itu pacarku”
“tapi, sekarang dia suamiku, kak”
“memangnya aku sudah minta putus? Hubungan kami masih berjalan”
“bukankah kakak kabur dengan pacar kakak yang lain?”
“aku tau kau harus menggantikanku saat itu” Sheryl mendekati Molly, “tapi coba kau fikir, menurutmu, Robert tulus padamu atau... itu semua karena dia sakit hati ditinggal oleh wanita yang ia cintai?”
Molly diam.
“dengar Molly, Robert dan aku sudah lama berpacaran. Kami saling mengerti dan memahami. Sedangkan kau, kau hanya wanita muda yang...”
“cukup kak, tolong jangan ganggu keluargaku”
“oh, kau mulai takut Robert kembali padaku? Dengar Molly, ini adalah rumah kami. Saat itu, aku yang memilih rumah ini. Jadi kau tidak berhak mengusirku” Sheryl masuk.
***
Di kantor,
Robert duduk dan melamun, ia ingat pada Molly. Apalagi, sekarang Molly sedang mengandung anak mereka. Robert mulai menelpon ke rumah, ia ingin tau kabar Molly.
“hallo?” seorang perempuan mengangkatnya.
Robert tau itu suara Sheryl, “Sheryl?”
“ah, sayang. Ternyata ini kau, apa kau akan cepat pulang?”
“mana Molly?”
“Molly sedang tidur, lebih baik, kau bicara denganku saja”
Molly yang berdiri di depan Sheryl pun terdiam, ia kesal namun tidak bisa berbuat apa-apa.
“maaf Sheryl, aku sibuk” Robert menutup telponnya, ia bertanya-tanya. Kenapa Sheryl ada disana? Apa yang ia inginkan?
Sorenya,
Robert pulang ke rumah, ia keluar dari mobil dan melihat Molly berdiri di hadapannya.
Molly menunduk.
Robert tau, pasti ada yang tidak beres terjadi. Ia pun mendekati Molly, “sayang, ada apa?”
“apa kau akan meninggalkanku?”
“maksud kamu apa?”
“apa kita akan berpisah?”
“Molly, aku tidak mengerti”
“jawab Robert”
“itu pertanyaan aneh, untuk apa aku menjawabnya?” Robert merangkul Molly ke dalam rumah, “sudah, jangan berfikir yang macam-macam”
Molly tersenyum, tapi sebenarnya ia sedih. Apalagi Robert tidak mau menjawab pertanyaannya, ia sangat takut jika hal buruk memang benar akan terjadi.
Malamnya,
Robert sedang sibuk di ruang kerja, ia mengetik di laptop-nya dengan begitu serius.
Sheryl masuk, “hey”
“Sheryl?” Robert kaget.
“aku membuatkan kopi untukmu” Sheryl mendekat dan menaruh secangkir kopi di meja.
“terima kasih” Robert masih menatap Sheryl dengan bingung.
Sheryl tersenyum, “sudah lama aku tidak membuat kopi untukmu, ini kopi kesukaanmu. Kau pasti suka, aku akan membuatkannya setiap pagi disaat kau membuka mata” ia memegang kedua pundak Robert dan menatap matanya.
“eh..., Sheryl” Robert diam menatap Sheryl.
Dari luar, Molly mengintip mereka. Ia sedih, air matanya menetes dan Molly pun pergi ke kamar.
Robert melepaskan tangan Sheryl, “maafkan aku, ini sudah malam dan aku harus tidur”
“Robert” Sheryl memegang tangan Robert.
“maaf Sheryl, Molly pasti sudah menungguku di kamar” Robert berjalan ke pintu.
“aku tau kau marah, tolong maafkan aku Bob. Aku sangat mencintaimu”
Langkah Robert terhenti, ia menoleh pada Sheryl dan kembali berjalan.
***
Di kamar,
Molly tau Robert akan masuk, ia pun mengambil selimut dan pura-pura tidur.
Robert masuk, ia melihat Molly yang sudah berbaring. Robert mendekat, “sayang, kamu udah tidur?” ia naik ke kasur dan memeluk Molly dari belakang, “kok gak ajak-ajak aku sih?”
Molly tidak mau menjawab Robert, ia tetap pura-pura tidur. Perasaannya masih sakit melihat hal tadi.
Robert mencium kepala belakang Molly, “semoga anak kita sehat dan cerdas” ia menutup matanya.
Pagi itu,
Robert yang sudah berpakaian rapi, melihat Molly yang masih tidur. Ia merasa aneh, “sayang, aku akan berangkat. Apa kau tidak mau mengantarku keluar?”
Tapi Molly tidak menjawab.
“baiklah” Robert mendekati Molly dan mengelusnya, “aku berangkat ya” ia mencium kening Molly dan pergi.
Robert menuruni tangga, Sheryl sudah menunggunya di bawah. Robert pun menatap Sheryl.
“hey, aku sudah membuatkan kopi untukmu” Sheryl tersenyum.
“maaf, aku harus pergi sekarang” Robert turun dan berjalan ke arah pintu.
“kau mau kerja?” Sheryl mendekati Robert, “sini, dasimu kurang rapi”
Robert terdiam melihat tingkah laku Sheryl, “e..h, biar aku sendiri yang melakukannya” ia agak canggung.
“sudahlah, kau itu kenapa sih?” Sheryl tersenyum pada Robert.
“aku berangkat dulu” Robert pergi.
Sheryl melambai dan saat ia menoleh, Molly ada di hadapannya. Sheryl kaget dan tersenyum, “Molly?”
“apa yang kakak lakukan?”
“Molly, apa kau tidak mengerti? Inilah yang harusnya dilakukan oleh seorang istri”
“tapi kakak bukan istri Robert”
“lalu kau sendiri, apa yang kau lakukan? Kenapa kau membiarkan dia?”
“itu bukan urusan kakak”
“kau fikir, dia akan bahagia?”
“hatiku sakit kak, aku melihat kakak merayu suamiku di ruang kerjanya tadi malam”
“oh, benarkah?”
Molly menangis, “tolong kak, jangan ganggu rumah tangga kami”
***
Di kantor,
Robert masih memikirkan Molly, ada apa dengannya? Biasanya Molly selalu bangun lebih awal dariku, Robert menatap telponnya, tapi ia ingat pada Sheryl. Robert pun mengambil HP dan menelpon Molly.
“hallo”
“sayang, kau sudah bangun?”
“iya” Molly tersenyum, ia senang Robert menelponnya.
“aku sangat khawatir, aku takut kamu sakit”
“aku baik-baik aja kok, maafin aku ya”
“untuk apa? Kau tidak melakukan kesalahan kan?”
“Robert, aku rindu padamu”
“aku akan cepat pulang untukmu, bye”
“bye”
Robert menyimpan HP-nya dan kembali tersenyum, ia senang karena Molly baik-baik saja.
Saat Robert pulang,
Sheryl sudah menunggunya di luar, ia mendekat ke pintu mobil.
Robert keluar dari mobilnya.
“hey” Sheryl tersenyum.
“hey” Robert menatap Sheryl, lalu ia melihat Molly yang baru keluar dari dalam rumah. Robert tersenyum, “sayang” ia mendekati Molly.
Sheryl diam.
Molly tersenyum, “selamat datang”
Robert mencium kening Molly, “aku sangat lelah”
“istirahatlah, aku akan membuatkanmu kopi”
Robert menatap Molly dengan aneh, biasanya Molly tidak pernah melakukan itu.
“kau mau yang lain?” Molly kaget dan bingung melihat expresi Robert.
“aku ingin kita ke kamar”
“baiklah” Molly tersenyum.
Mereka masuk ke kamar.
Di kamar,
Robert membuka kemejanya, Molly sudah membawakan sebuah t-shirt untuk Robert.
“terima kasih”
Molly memeluk Robert, “maaf jika selama ini, aku tidak bisa membuat kopi kesukaanmu”
“apa maksudmu?”
“aku tau kak Sheryl sering membuatkanmu kopi, kopi yang menjadi kesukaanmu”
“sudahlah sayang, jangan bahas itu”
“tapi Robert...”
“sungguh, aku tidak suka dengan ini”
“maafkan aku” Molly menunduk.
“hey, aku membawa sesuatu untuk kita”
“apa?” Molly tersenyum sambil kembali menatap Robert.
Robert menunjukan satu cup es krim bluebbery.
Molly memeluk Robert, “sudah lama kau tidak membelinya”
“iya, maafkan aku sayang. Terkadang pekerjaanku membuatku lupa”
Mereka pun makan bersama.
“rasanya enak, masih sama seperti dulu”
“tentu saja, mana mungkin berubah jadi rasa strawberry kan?”
Molly tersenyum, ia senang disuapi es krim oleh Robert.
Malamnya,
Robert melihat Molly sudah tidur, ia keluar dari kamar dan pergi ke ruang kerja. Tapi disana sudah ada Sheryl yang menunggunya.
“Sheryl?”
“hey” Sheryl yang duduk di kursi dan memainkan laptop Robert, tersenyum.
“sedang apa kau?”
“tentu saja menikmati tempat ini” Sheryl melihat ke sekitar, “apa kau sudah lupa? Dulu, setiap kau bekerja disini, aku selalu menemanimu. Aku membuatkan kopi dan menyiapkan semua kebutuhanmu, bahkan aku sering ikut begadang demi kau”
Robert mengangguk dan tidak memungkiri itu, ia duduk.
“bagaimana dengan Molly?”
“Molly sedang hamil, aku rasa, begadang tidak baik untuknya”
“ya, ok. Bagaimana saat dia belum hamil?”
Robert diam.
“aku tau, Molly belum begitu dewasa untuk bisa memberikan yang kau butuhkan. Dan aku yakin, hanya kau yang selalu mengalah untuknya”
“itu tidak masalah, yang penting, dia tidak kabur saat kami menikah”
“aku tau kau masih sangat marah karena itu, aku sungguh-sungguh minta maaf, aku benar-benar menyesal. Seandainya waktu bisa diputar, aku akan memilih tetap diam dan menikah denganmu”
Robert diam dan menunduk.
Sheryl duduk disamping Robert, “Robert, aku tau. Jauh di lubuk hatimu, rasa cinta itu masih ada kan? Kita saling mencintai, aku dapat merasakan itu” Sheryl menangis, ”aku tau kau lebih memilih Molly karena kau sakit hati padaku, tapi di hatimu, kau memilih aku. Iya kan?” Sheryl menatap Robert, “Robert?” ia mencium Robert.
Robert mengingat semuanya, rasanya masih sama seperti dulu saat mereka berciuman. Tapi Robert sadar, “Sheryl” Robert melepas ciumannya, “maaf, aku sudah menjadi suami orang lain sekarang”
“tapi kau masih mencintaiku kan?”
“Sheryl, aku suami adikmu. Dia sedang mengandung, tolong, mengertilah”
“jadi aku harus mengubur dalam-dalam cinta kita?”
“mungkin ini yang terbaik”
“tapi saat kita berciuman, aku yakin. Aku masih sangat merasakannya, cinta kita”
“maafkan aku Sheryl” Robert berdiri dan berjalan ke arah pintu.
“jika dia tidak hamil, apa kau mau kembali padaku?”
Robert kembali menatap Sheryl, “jangan ajukan pertanyaan bodoh padaku” ia keluar.
Robert berjalan ke kamar dan masih memikirkan Sheryl, apa benar rasa cinta itu masih ada? Sheryl memang terlihat lebih dewasa dari Molly, dia lebih mengerti bagaimana keadaanku dan apa yang aku butuhkan. Tapi, sekarang  Molly adalah istriku. Aku harus memilihnya, apalagi dia sedang mengandung anakku.
Robert masuk ke kamar, ia melihat Molly yang masih terlelap. Robert tersenyum dan mendekati Molly, “sayang” ia mengelusnya.
Molly membuka matanya, “Robert?”
“hey” Robert tersenyum dan mencium kening Molly.
Molly tersenyum, “kamu gak bobo?”
“aku abis dari ruang kerja”
“maaf, aku tidak bisa menemanimu disana”
“tidak masalah, aku lebih suka melihat istriku tidur nyenyak dari pada harus begadang. Aku ingin istri dan anakku sehat” Robert naik ke kasur.
Molly mengelus Robert, “terima kasih, kau selalu mau mengerti” Molly menyentuh pipi Robert.
“itu harus” Robert memegang tangan Molly yang sedang menyentuh pipinya, “tidurlah sayang, ini masih malam”
Besoknya,
Molly turun dari tangga sambil membawa bag Robert.
Sheryl sudah menunggu di pintu, “hey”
“kakak”
“apa kalian akan pergi?”
“hari ini kami akan memeriksakan kandunganku”
“oh” Sheryl melihat ke atas dan kembali menatap Molly, “apa tadi malam, Robert tidak mengatakan apa-apa padamu?”
“apa?”
“harusnya dia minta maaf karena telah menciumku tadi malam”
Molly kaget.
Robert turun dari tangga dan melihat Molly sedang bicara dengan Sheryl.
“hey Robert” Sheryl tersenyum.
“hey” Robert tersenyum dan menatap Molly, “kau sudah siap, sayang?”
“iya” Molly agak kaku.
Robert mulai merasa aneh, tapi ia merangkul istrinya dan mengajaknya ke luar.
***
Di jalan,
Robert yang duduk disamping Molly, menatap Molly dengan penuh tanya. Ada apa dengan sikap Molly pagi ini? Kenapa dia tiba-tiba berubah? Robert kembali melihat ke luar jendela mobil.
“kau berciuman dengan kak Sheryl kan?”
Robert kaget, ia menatap Molly.
“jawab Robert, jangan diam saja”
“Molly, itu tidak seperti yang kau bayangkan”
“sudahlah Robert, jangan mengelak. Pantas saja tadi malam, kau seperti orang yang bersalah padaku”
“aku tidak merasa bersalah karena aku memang tak bersalah” emosi Robert meningkat.
“jadi menurutmu, kau tidak bersalah jika berciuman dengan kakakku?” Molly menangis.
“bukan begitu, sayang” Robert menahan emosinya dan melihat ke arah lain.
“aku tau, kau masih mencintainya kan? Kakak memang lebih baik dariku, aku hanya...”
“cukup Molly” Robert membentak Molly, “apa pun yang terjadi, aku tetap memilihmu”
Tangisan Molly semakin memuncak.
Supir yang binggung, hanya diam dengan cemas.
“kau itu istriku, percayalah padaku”
Molly menunduk, “aku sangat takut, aku takut kehilanganmu, Robert”
Robert memeluk Molly, “percayalah, kami tidak berciuman. Malam itu, Sheryl memang menciumku. Tapi aku, tidak ada niat sedikit pun untuk menduakanmu”
Air mata Molly masih menetes.
“percayalah padaku”
***
Malam itu,
Robert sedang berbaring di kamarnya, ia merasa lelah dengan pekerjaan yang selalu menumpuk dan tak jarang membuatmya harus bekerja di rumah.
Tiba-tiba, seseorang mendekat dan memeluknya. Robert tidak ragu, ia yakin itu Molly. Robert pun memeluk orang itu.
“ya Tuhan...” Molly yang melihat itu, berteriak di balik pintu.
Robert kaget mendengar suara Molly, ia membuka matanya dan melihat Sheryl yang tidur disampingnya.
Molly menangis dan pergi.
“Molly” Robert melihat Molly yang pergi.
Sheryl tersenyum, “sudahlah sayang, aku tau kau masih mencintaiku”
Robert kesal, ia bangun dan mengejar Molly.
Di ruang tamu,
Molly menangis dan membuka pintu, ia berniat untuk pergi dari rumah.
“Molly” Robert menatap Molly.
Molly menoleh dan menatap Robert dengan begitu sedih, “mau apa lagi? semuanya sudah jelas”
“tidak Molly, kau salah. Tadi itu...”
“sudahlah Robert, kau tidak usah menutupi semuanya dariku. Aku tau, jauh di lubuk hatimu, kau masih sangat mencintai kak Sheryl”
“tidak” Robert memegang tangan Molly, “aku hanya mencintaimu, sayang”
“sudahlah, biarkan aku pergi”
“tidak” Robert berlutut dan memeluk kaki Molly, “jangan pergi, sungguh Molly, aku tidak pernah bermaksud melakukan hal seperti itu”
“aku mohon Robert, aku sudah tidak sanggup lagi. Biarkan aku pergi”
Robert bangun dan menggeleng, “tidak sayang, jangan tinggalkan aku” mata Robert memerah.
“aku minta maaf” Molly pergi.
Robert menunduk.
Siangnya,
Robert melamun di dekat jendela, ia berusaha menghubungi Molly. Tapi telponnya tidak pernah aktif, Robert mulai putus asa dengan semua yang terjadi.
Sheryl mendekat, “Robert”
“bisakah kau tidak menggangguku?” Robert tidak mau menatap Sheryl.
“kamu kenapa sih?”
Robert menatap Sheryl, “apa kau puas? Kau puas telah menghancurkan keluargaku?”
“maksud kamu apa? Aku gak pernah bermaksud untuk...”
“cukup Sheryl, kau itu harus sadar. Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi, apa kau tidak mengerti?”
“aku mencintaimu”
“cinta tidak seperti ini”
“jangan pura-pura lagi Robert, aku tau kau juga mencintaiku. Kau akan jauh lebih bahagia bersamaku daripada bersama Molly”
“apa pun yang terjadi, aku akan tetap memilih Molly” Robert membentak Sheryl.
Sheryl menatap Robert.
“jika kau menginginkan rumah ini, ambil saja. Aku tidak butuh, aku bisa mendapatkan yang lebih baik bersama Molly”
Sheryl tersenyum, “bersama Molly? Kau tidak tau dimana dia kan?”
***
Di rumah Pupu,
Molly menangis di sofa, Pupu duduk disamping Molly dan mengelusnya.
“aku gak sanggup lagi Pu”
“iya iya, udah ya. Jangan nangis lagi”
“aku akan tinggal sementara disini, kau tidak keberatan kan?”
“tentu saja tidak, kau boleh tinggal sesukamu”
“terima kasih”
Siang itu,
Pupu pergi ke sebuah kedai untuk membeli es krim, ia mulai memilih es krim.
“kau membeli 2?”
Pupu menoleh, “Robert?”
“bolehkah aku bertemu dengan Molly?”
“M..Molly?”
“jangan bohong, dia ada di rumahmu kan?”
Akhirnya, Robert ikut bersama Pupu ke rumahnya.
Di jalan,
Robert menatap Pupu, “percayalah, tidak semuanya benar. Molly hanya terhasut oleh perkataan Sheryl”
“aku tidak mempermasalahkan itu, aku hanya berfikir” Pupu menatap Robert, “jika kau benar-benar mencintai Molly, harusnya kau mengatakan padanya”
“aku selalu memanggilnya sayang, menciumnya. Apa itu belum cukup?”
“tapi kau tidak pernah menjawab pertanyaan Molly dengan tegas kan?”
Robert diam.
“jika kau bersikap seperti itu terus, Molly pasti termakan kata-kata Sheryl. Harusnya kau memberi tau dia, bagaimana kau mencintanya. Betapa besar cintamu dan yang lebih pentig, kau lebih memilihnya daripada Sheryl”
“aku sudah mengatakan itu, tapi dia tetap pergi”
Mereka pun sampai ke rumah Pupu.
“ayo masuk” Pupu membuka pintu.
“terima kasih” Robert tersenyum.
Mereka masuk.
“kau sudah kembali?” Molly yang tersenyum, terdiam melihat Robert.
“sayang”
“kenapa kamu ajak dia kesini?” Molly kesal dan mau kembali ke kamar.
“Molly” Robert memegang tangan Molly.
“lepaskan aku”
“tidak akan”
“aku akan berteriak”
“aku tidak peduli”
Pupu hanya diam dan tidak berbuat apa-apa, ia tidak mau mencampuri urusan mereka.
Molly menangis.
Robert memeluk Molly, “aku sangat mencemaskanmu sayang, pulanglah”
Molly hanya menangis.
“aku mencintaimu, aku hanya mencintaimu. Aku lebih memilihmu daripada Sheryl, kau itu istriku” mata Robert mulai memerah, “percayalah sayang, aku akan melakukan apapun untuk membuktikannya padamu”
“tolong Robert, lepaskan aku”
“tidak”
“aku mohon, lepaskan aku”
Robert melepaskan pelukannya.
“kau tidak perlu melakukan apapun untuk membuktikannya, aku tau. Aku percaya padamu, hanya saja...” air mata Molly menetes, “beri aku waktu untuk memikirkannya”
“sayang, aku akan berlutut untuk yang kedua kalinya agar kau kembali” Robert mulai berlutut.
“apa pun yang kau lakukan, aku tetap tidak mau kembali kesana. Maafkan aku Robert” Molly pergi ke kamar.
Robert menunduk dan air matanya menetes.
“Robert” Pupu khawatir dan membantunya berdiri.
Robert menahan air matanya, “aku permisi”
Pupu memegang tangan Robert, “keluarkan saja”
Robert menoleh dan menatap Pupu, air matanya kembali menetes.
Pupu memeluk Robert, “aku mengerti perasaanmu, tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Aku juga tau jika perasaan Molly begitu sakit”
“apa yang harus aku lakukan Pu?”
“pulanglah, tenangkan dirimu. Aku akan bicara pada Molly, dia pasti akan mengerti”
“terima kasih” Robert menghapus air matanya dan pergi.
Pupu berjalan ke kamar Molly dan mengetuk pintunya, “Molly, ini es krim buat kamu. Entar cair lho”
“aku gak mau, Pu” Molly menjawab dari dalam.
“ayolah Molly, keluar”
“nanti aja”
“Molly...”
Molly membuka pintu dan memeluk Pupu, ia kembali menangis.
“udah...” Pupu khawatir.
***
Pupu dan Molly duduk di sofa, Molly mulai membuka es krimnya.
“kau suka kan?”
Molly menatap Pupu, “ini pemberian Robert kan?”
Pupu diam.
“aku gak mau”
“kebetulan yang tersisa tinggal es krim bluebbery”
“jangan bohong Pu”
Pupu menunduk, “itu memang pemberiannya, dia bersikeras” ia menatap Molly, “kau harus memberinya kesempatan, dia mencintaimu. Aku bisa melihat itu jelas di matanya, dia menangis”
“aku tau, tapi aku tidak bisa jika kakak masih disana. Dia pasti akan selalu mengusik kami”
“kamu harus kuat, kamu harus percaya sama suami kamu”
“aku melihat kakak merayunya, bahkan ia berani mencium Robert”
“lalu kau tidak mau mendengarkan penjelasan Robert? itu tandanya, kau termakan oleh kata-kata Sheryl”
“jadi kau lebih membela Robert?”
“tidak Molly, aku hanya takut terjadi sesuatu lagi padanya. Kau ingat saat dulu kau pergi? Robert sakit keras karena itu”
Molly menunduk.
***
Di rumah Robert,
Robert pergi ke teras dan duduk, ia mulai membuka minuman dan menuangkannya ke gelas.
“kau minum?” Sheryl menatap Robert.
“aku merasa kacau”
“kau tidak mau cerita?”
“utuk apa? Kau sudah tau semuanya kan?” Robert melihat ke arah lain.
“apa ini ada hubungannya dengan Molly?”
“istriku pergi, semua ini karena kau”
“kau menyalahkanku?”
“tidak, aku menyalahkan diriku sendiri” Roebrt minum, “aku tidak bisa meyakinkan istriku, begitu bodohnya aku” Robert kembali menuangkan minumannya.
Sheryl duduk dan menatap Robert, “kau benar-benar mencintainya?”
Robert diam.
“aku tidak akan memaksamu lagi”
Robert menatap Sheryl.
“aku menyesal kembali, aku kira kita bisa bersama seperti dulu”
“hidup itu tidak akan selalu sama Sher, apa yang kita lakukan akan membuat perubahan”
Sheryl menunduk dan mengangguk, ia ingat saat ia pergi dengan pacarnya yang lain. Sedangkan di gedung, semua keluarga menunggunya. Hal itu membuat Robert harus menikah dengan Molly, dan tanpa ia duga. Robert bahagia bersama Molly dan lebih memilih Molly daripada kembali menjalin hubungan dengannya.
“aku akan pergi”
Robert kaget mendengar itu.
“aku serius, aku tidak akan mengganggu rumah tangga kalian lagi”
Robert berdiri dan menatap Sheryl.
“mulai sekarang, aku adalah kakak iparmu” air mata Sheryl menetes, ia mengelus Robert. Ia mengingat semua yang telah terjadi, saat mereka masih berpacaran. Namun sekarang, semuanya harus berakhir.
“terima kasih Sher”
Sheryl mengangguk dan Robert memeluknya.
Aku akan selalu mencintaimu, Sheryl menangis.
***
Malam itu,
“Robert?!” Molly terbangun dari tidurnya, ia mimpi buruk. Molly menangis, “Robert...” ia takut terjadi apa-apa pada suaminya.
Pupu masuk ke kamar Molly, “ada apa?”
“aku mimpi...”
Pupu memeluk Molly, “kamu harus tenang”
“aku takut, aku mimipi buruk tentang Robert”
Pupu khawatir.
“aku harus nelpon dia” Molly mengambil HP-nya, ia menelpon Robert. Tapi Hp Robert tidak aktif, Molly semakin panik.
“tenang Molly, tenang. Besok, aku akan mengantarmu kesana”
Molly menatap Pupu dengan sedih.
“aku tau kau sangat mencintainya, jika kalian tetap seperti ini, kalian berdua akan terus menderita. Robert mencintaimu, dia tidak menginginkan Sheryl”
Besoknya,
Robert membuka matanya, ia sadar telah tertidur di sofa ruang tamu. Robert bangun, ia melihat ke sekitar. Terdapat 2 botol minuman di lantai dan terdapat sebuah surat di meja.
Robert membaca surat itu,
Robert, muungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah pergi. Tapi aku sangat sedih melihat keadaanmu tadi malam, kau mabuk dan tidur di sofa. Padahal udara begitu dingin, namun aku tidak tega membangunkanmu.
Maaf aku telah merusak semuanya, aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi. aku akan kembali ke rumah orang tuaku. Jika Molly tidak kembali juga, beri tau aku. Aku pasti akan membantumu mencarinya.
Yang selalu mencintaimu,
Sheryl
Ting... tong..., bel berbunyi.
Tok... tok... tok...
“iya, sebentar” Robert berdiri dan berjalan ke pintu, ia membuka pintunya.
Molly yang ada di balik pintu, tersenyum.
“Molly?”
“hey” Molly mengelus pipi Robert, “kau terlihat berantakan, apa kau sakit?” ia khawatir.
Robert menggeleng sambil tersenyum, “aku baik-baik saja, sayang”
Molly memeluk Robert, “maafkan aku”
“aku pun” Robert memeluk Molly dengan bahagia, ia senang Molly kembali.
“kau janji tidak akan mencium perempuan lain?”
“tidak”
“apa?” Molly melepas pelukannya dan menatap Robert.
“aku akan mencium ibuku jika kami bertemu dan aku akan mencium anak kita”
“kau fikir, anak kita perempuan?”
“semoga saja”
“dasar”
Robert kembali memeluk Molly, “aku mencintaimu sayang, aku tidak bisa hidup tanpamu. Jangan pergi lagi, tetaplah disini. Bersamaku...”
Molly tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar