Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance, Crime
Cerita ini hanya
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Pagi itu,
Tony sedang
memainkan piano di rumah Petter.
May mendengar itu
dan mengikutinya di dalam hati. Try to
remember the kind of September, when life was slow and oh, so mellow.
Tapi Tony tiba-tiba
berhenti memainkannya.
“tuan Stark, kau
baik-baik saja?” May mendekat.
Tony menoleh dan
tersenyum, “tentu”
May duduk disamping
Tony, “kau yakin? Aku mendengar alunan piano tadi, kau begitu menghayati
lagunya. Kenapa? Apa lagu itu begitu dalam bagimu?”
“yap, Try to
Remember. Lagu itu selalu ibu nyanyikan untuk saat aku kecil” Tony diam, “ibuku
berhenti sampai di lirik itu saat menyanyikan lagu terakhirnya”
May melihat
kesedihan di mata Tony.
“apa kau mengurus
Petter sendirian?”
“maksudmu?”
“jika malam ini
kosong, bisakah kau menemaniku makan malam?” Tony menatap May.
“tentu” May
tersenyum.
“bisakah kau
memanggilku, Tony?”
“tentu”
Mereka pun saling
tatap dan semakin dekat.
“bibi May” Petter yang
muncul, terdiam.
Mereka kaget dan
tidak jadi berciuman.
“Petter?” May
langsung berdiri.
“h..hey Pette, apa
kau sudah siap?” Tony menatap Petter.
“tentu tuan Stark,
aku sudah siap”
“apa kau sudah
mandi?” May menatap Petter.
“sudah, memangnya
kenapa?”
“cepat sekali,
sepertinya kau hanya cuci muka. Aku rasa, kau hanya bisa memberantakan rumah
dan bibimu yang cantik ini selalu membersihkannya untukmu” Tony tersenyum.
“ya ampun, tuan
Stark. Anda salah, sangat salah. Seseorang tidak berhak menilai orang lain,
hanya Tuhan yang pantas melakukan itu” Petter menatap Tony.
“ok, ayo kita
pergi”
“bibi May, aku
pergi dulu”
“hati-hati, Petter”
May mengelus Petter.
Di rumah Tony,
“jadi, penilaian
dari latihanku selama ini, bagaimana, tuan?” Petter yang duduk disamping Tony,
menatapnya.
“kau bilang, hanya
Tuhan yang berhak menilaimu”
Petter diam.
“aku bercanda,
nilaimu bagus”
“benarkah?”
“tapi tidak
sempurna”
“tidak masalah, di
dunia ini, tidak ada manusia yang sempurna”
“tapi mereka selalu
berusaha, kan?”
Petter diam.
“dengar, Pete. Aku
sangat mengharapkanmu, aku ingin kau melanjutkan semua ini jika aku mati”
“maksudmu? Aku akan
jadi pemilik Stark Industries?”
“bukan, nak. Di
dunia ini, ada HYDRA dan SHIELD. Tapi aku rasa, keduanya tidak baik. Dan aku
melatihmu untuk lebih baik dari agen-agen menyebalkan itu”
“jadi?”
“kau bisa jadi agen
hebat dan mungkin, panutan bagi SHIELD”
Petter diam.
“HYDRA jahat,
sedangan SHIELD, aku rasa, mereka tidak punya perasaan” Tony terdiam.
“tuan Stark?”
“aku baik-baik
saja”
Steve datang, “Hey
Tony”
“Cap. Steve? Aku
penggemar beratmu” Petter histeris.
Tony merasa aneh, apa-apaan dia? Aku menyiapkannya agar lebih
hebat dari Steve, kenapa dia malah mengidolakannya?
Steve tersenyum,
“siapa anak ini, Tony?”
“aku mengadopsinya”
“benarkah?” Steve kaget.
“aku bercanda, dia
adalah temanku. Kami sesama mad scientist”
“ah, begitukah?”
Steve menatap Petter.
Petter tersenyum.
***
Malam itu,
May baru pulang
dari makan malamnya bersama Tony, Petter sudah menunggunya di ruang tamu.
“Petter?”
“bibi May, bisa
kita bicara?”
“baiklah”
Mereka duduk.
“apa bibi menyukai
Tony?”
“bibi...”
“bi, aku tidak
bermaksud ikut campur tentang ini. Tapi bibi harus berpikir seribu kali untuk
bersama Tony”
May bingung.
“dia kaya, jenius,
semua orang ingin seperti dirinya. Tapi dia playboy, bi. Dia tidak pantas
dengan perempuan baik-baik seperti bibi”
“maafkan aku,
Petter” May menunduk.
“bi...” Petter
merasa bersalah.
“lebih baik, kau
tidur. Ini sudah malam”
Petter mengangguk.
Pagi itu,
Tony datang ke
perusahaan.
“selamat pagi, tuan
Stark”
Tony tersenyum dan
masuk ke ruangannya, ia terdiam. Tony melihat sebuah hadiah yang ada di atas
mejanya, Tony mendekat dan mengambilnya. Tony terdiam, itu adalah hadiah ulang
tahun dari Pepper. Pepper...
Tapi ia melihat
sebuah surat, Tony pun membukanya dan ternyata, itu adalah laporan kematian
kedua orang tuanya.
Tony terdiam kaget,
dadanya mulai sakit. Mata Tony memerah, ia tidak menyangka jika kematian orang
tuanya bukanlah akibat dari kecelakaan, tapi dibunuh oleh seorang pria bernama
Bucky dari HYDRA.
“kenapa? Kenapa
tidak ada yang memberitauku tentang ini?” Tony kesal dan pergi.
Di markas SHIELD,
Tony masuk ke
ruangan Fury.
“selamat datang,
Tony. Ada apa, kau kemari?”
“apa yang tidak kau
katakan padaku?” Tony menatap Nick.
“hey, tenanglah Tony.
Kau itu kenapa? Baru saja datang, sudah marah-marah”
“orang tuaku tidak
kecelakaan, mereka dibunuh. Iya kan?”
“T..Tony”
“jawab aku, Nick?!”
Tony membentaknya.
“darimana kau tau?”
Tony memberikan
laporan kematian itu pada Nick.
Nick kaget, ia
kira, semua berkas SHIELD sudah tidak ada di Stark Industries.
“kenapa kau tidak
memberitauku, Nick?”
“maafkan aku, Tony.
Kami memang sengaja merahasiakan ini darimu, kami takut kau berbuat hal nekad”
“tapi..”
“kami takut terjadi
sesuatu padamu seperti yang terjadi pada orang tuamu, makanya aku terus
membiarkan Steve untuk menjaganya”
“jangan bicara
seolah-olah kau peduli padaku”
“aku peduli, karena
ayahmu bilang, ciptaan terhebatnya adalah kau”
Tony diam.
“dia sangat bangga
padamu, Tony. Setiap kau berprestasi di sekolah, setiap berita memberitau dunia
bahwa terdapat seorang anak dengan kejeniusan luar biasa. Kami harus menjagamu
dari dunia ini”
“itu bukan alasan
yang masuk akal, Nick. Aku tau siapa ayahku, dia sangat dingin padaku. Dia
tidak pernah mengatakan dia sayang padaku atau pun mencintaiku”
“jelas, kau tidak
tau siapa ayahmu”
Tony kesal.
“Tony, saat kau
memutuskan untuk tidak peduli pada SHIELD, sebenarnya aku sedikit lega. Dengan
begitu, kau akan sedikit aman dari incaran mereka. Tapi sekarang, aku kembali
khawatir, Tony”
“karena aku tau,
siapa pembunuh ayahku?”
“selamat siang”
Steve masuk, “direktur” ia tersenyum, “Tony”
“lebih baik, aku
pergi” Tony kesal dan meninggalkan mereka.
Steve menatap Nick,
“ada apa ini?”
Nick menunjukan
laporan kematian yang Tony berikan.
Steve yakin,
“Pepper”
Malam itu,
Tony mengetuk pintu
rumah Petter.
“iya, sebentar” May
membuka pintu, “Tony?” ia kaget.
“boleh aku
menginap?” Tony masih memikirkan yang baru saja ia alami.
“apa yang terjadi?
Apa kau baik-baik saja?” May khawatir.
“aku... baik-baik
saja”
Mereka masuk.
Petter melihat itu,
“tuan Stark?”
“Petter, lebih baik
kau masuk ke kamar” May menatap Petter.
“tapi, bi...”
“Petter, ikuti
perintah bibi”
“baiklah” Petter
pergi.
Tony menyentuh
dadanya yang tiba-tiba sakit.
“Tony, kau
baik-baik saja?” May semakin khawatir dan membantu Tony duduk.
“aku baik-baik
saja, May” Tony tersenyum.
“kau mau
mencerikannya?”
Tony menunduk dan
May pun memeluknya.
Paginya,
Petter melihat Tony
yang masih tertidur di kamar May.
“jangan ganggu dia”
May yang muncul dari dapur, manatap Petter.
“dia tidur di
kamarmu?”
“biarkan saja, ayo
sarapan”
Petter mengikuti
May.
Di ruang makan,
Mereka mulai
bercerita.
“akhir-akhir ini,
Tony hanya tidur dua jam setiap malam. Jadi bibi rasa, dia membutuhkan tidur
yang nyenyak seperti itu”
“jadi dia akan
tidur nyenyak disamping bibi?”
“Petter, jika kau
tidak suka padanya, bibi tidak akan berhubungan apa pun dengannya”
“bukan begitu, bi.
Aku hanya...”
“setahun yang lalu,
dia pernah oprasi jantung, Pete. Dan tadi malam, dadanya sakit”
Petter melihat
kecemasan di mata May, dan ia semakin yakin, jika May memang menyukai Tony.
***
Di kamar,
Tony membuka
matanya, “emh...”
“selamat siang,
tuan Stark” May yang sedang membereskan pakaian, tersenyum.
“May” Tony bangun,
“maafkan aku”
“tidak apa-apa, aku
senang jika kau bisa tidur nyenyak”
Tony tersenyum.
May duduk disamping
Tony, “bagaimana keadaanmu sekarang?”
“aku baik-baik
saja” Tony tersenyum.
May mengelus pipi
Tony.
Sorenya,
Seperti biasa,
Petter pergi ke rumah Tony untuk belajar.
“ok, kita mulai”
Tony memberikan kertas soalnya.
Petter pun bersiap
dengan buku tulisnya dan ia mulai membaca soal cerita tersebut.
Daniel
memiliki uang $ 20 dan Chris memiliki uang $ 15, mereka pergi ke pasar. Daniel
membeli baju seharga $ 15 dan Chris membeli sabuk seharga $ 4.5, berapakah
siasa uang Dora?
“ah?” Petter kaget,
“siapa Dora?” ia menatap Tony, “di soal, hanya ada Daniel dan Chris, kenapa
jadi ada Dora?”
“emh...” Tony
menatap Petter, “kau pikir, pedagang di pasar tidak punya nama?”
“ah... selalu saja
memberikan soal yang aneh”
“itu menunjukkan
jika nilai otakmu masih rendah, ya... meski nilai fisikmu bagus”
Petter kesal.
“ya sudah, kita
cukupkan saja latihan soal hari ini”
“selesai? Begitu
sajakah?”
“yap, pulanglah.
Ini sudah sore, aku takut bibimu khawatir”
“baiklah” Petter
berdiri, “apa kau akan datang lagi ke rumah kami?”
“aku...”
Petter menatap
Tony.
“bibimu bilang, kau
tidak suka dengan kedekatan kami”
Petter diam.
“sudahlah, tidak
usah membahas itu. May bilang, kau adalah prioritas utamanya” Tony tersenyum
dan memegang pundak Petter, “jadilah anak yang baik dan jaga bibimu”
Petter mengangguk,
ia tidak bicara sedikitpun dan pergi.
Tony diam, ia mulai
menatap minuman yang ada di lemari. Tapi sejak Pepper dirawat, Tony sudah
berjanji untuk berhenti minum. Karena ia tau, Pepper tidak suka melihatnya
mabuk.
Di luar,
“hey, Petter”
“Cap. Steve?”
Petter tersenyum.
“kau masih belajar
pada Tony?”
“ya, dan dia masih
saja memberiku soal jebakan”
“apa pelajaran yang
ia berikan cukup berguna?”
“ya, nilaiku
semakin baik di sekolah”
“hanya itukah?”
“maksudmu?”
“eh.. tidak, aku
senang mendengar kau berprestasi”
“terima kasih Cap.
Steve, aku permisi” Petter pergi dengan perasaan sedikit aneh karena pertanyaan
Steve.
Di rumah Petter,
May mengangis di kamarnya,
“tolong aku, Tuhan... aku tidak ingin menyakiti perasaan Petter. Bagiku, dia
adalah segalanya di dunia ini. Kuatkan aku dalam menghadapi cobaan ini”
Petter yang lewat,
mendengar itu. Ia menyesal, keegoisannya membuat May sedih. Mungkin ia harus
merelakan jika May dan Tony memang saling mencintai, Petter pun masuk ke kamar.
Di rumah Tony,
Tony mengunci
kamarnya dan mulai membuat alat, ia membuat pistol yang bisa mengenai sasaran
dengan tepat meski sang penembak bukan orang yang hebat dalam membidik target.
Tony sadar betul akan kelemahannya itu, tapi ia juga tau, jika dia bisa
mengandalkan otaknya.
Tony memutuskan
untuk mencari sendiri siapa pembunuh orang tuanya. Tony sadar, ia tidak boleh
membawa Petter dalam keadaan ini. Meski Petter akan sangat berguna baginya,
tapi Tony tidak tega jika Petter terluka. Ia juga tidak ingin membuat May
khawatir.
Malam itu,
Tony mendapatkan
alamat bekas HYDRA berada, ia mencari Bucky disana. Meski tempat itu terlihat
sudah terbengkalai, tapi Tony curiga jika Bucky masih ada disana.
Tony mendengar 2
orang yang sedang bicara dibalik dinding, ia pun menguping...
“kau yakin akan hal
ini?”
“ya, Tony sudah
mengetahui ini”
“apa yang harus
kita lakukan, Steve?”
Steve? Tony kaget mendengar itu.
“Bucky, kita harus
segera pergi dari sini”
Tony yang kesal
pun, menghampiri mereka dan membuat mereka kaget.
“Tony?” Steve
menatap Tony.
“sejak dulu, kau
sudah tau tentang pembunuhan itu, kan?” Tony menatap Steve.
“Tony, aku...”
“jawab, Steve?!
Nick sudah mengakui itu”
“ya, aku tau”
Tony semakin kesal
dan menodongkan pistolnya, “minggir kau, Steve”
“tidak Tony” Steve
melindungi Bucky.
“aku bilang,
minggir?!” Tony mulai menembaki Bucky.
Mereka pun berusaha
menghindari setiap tembakan yang Tony arahkan.
Steve berusaha
mendekat ke arah Tony dan berhasil menjatuhkan pistol yang ada di tangan Tony.
“kau ini, kenapa
Steve? Dia membunuh orang tuaku” Tony memegang tangannya yang sakit.
“maafkan aku, Tony.
Tapi dia temanku”
Amarah Tony semakin
besar, ia menyerang Steve meski ia tidak bisa berkelahi. Yang ada di hati Tony
hanyalah penyesalan dan keputusasaan. Orang yang selama ini begtu dipedulikan
oleh ayahnya, ternyata tidak peduli dengan kematian ayahnya. Ia lebih peduli
kepada Bucky, sahabat yang telah membunuh orang tua Tony.
Brak...
Tony jatuh dengan
luka di tangan kanannya yang makin parah.
Steve menatap Tony,
“harusnya kau sadar, siapa kau dan siapa aku”
“jadi selain agen
SHIELD, kau juga agen HYDRA?”
“jangan banyak
bicara, Tony” Steve mengepalkan tangannya.
“sejak dulu, aku
ingin menghajarmu, Steve. Meski aku tau, kau agen yang hebat” Tony melihat
pistolnya, meski tangannya tidak memungkinkan untuk memegang pistol tersebut
dengan baik.
“I can do this all
day”
Tony pun mengambil
pistol yang ada di dekatnya dan menembak Bucky.
Dor...
Bucky tertembak di
lengan kirinya dan pistol pun terlepas dari tangan Tony yang gemetar.
Steve yang melihat
itu, marah besar dan mulai memukuli Tony dengan amarahnya.
“ah” Tony yang
tidak bisa berkelahi, kewalahan dan tak berdaya.
Sementara Steve, ia
terus menghajar Tony.
Brak...
Tony jatuh dengan
luka di dadanya, nafasnya mulai berat.
Steve merusak
pistol Tony dan membantu Bucky berdiri. Ia pun memapahnya dan akan meninggalkan
Tony.
“kau tidak pantas
memakai pangkat itu, Steve. Itu pemberian ayahku” Tony berteriak.
Steve kesal, ia
melepas pangkat bintang emas yang menempel d dada kirinya dan menatap Tony yang
terkapar.
Tony berusaha
bertahan dan menatap Steve.
Steve pun
melemparkan bintang itu dan bintang pun tertancap di dada Tony.
“ah...” Tony
terdiam.
“tuan Stark” Petter
datang dan menghadang mereka.
Tony melihat itu,
tapi ia hanya diam dengan lukanya.
“Petter, jangan
halangi kami” Steve menatap Petter.
“kenapa Cap? Kenapa
kau lakukan ini?”
“Bucky temanku”
“aku kira, tuan
Stark juga temanmu?”
“Petter, aku tidak
mau berbuat kasar padamu”
“aku tidak takut,
meski kau idolaku”
“Petter”
“maju Steve, aku
berada di pihak tuan Stark”
Steve menatap Tony
yang sekarat, “inikah yang kau siapkan selama ini?” ia kembali menatap Petter,
“lakukan” Steve melepas Bucky.
Bucky lemas dan
jatuh.
“hiat” Petter
menyerang.
Mereka pun
berkelahi.
“hebat juga kau,
bisa menahan seranganku” Steve tersenyum.
“tuan Stark bukan
hanya mengajarkan bagaimana cara untuk menjadi kuat, tapi dia mengajarkan
bagaimana caranya mengetahui perasaan orang lain”
Steve mulai
kewalahan dengan kekuatan Petter, Tony berhasil membuatnya begitu tangguh meski
Tony tidak bisa bela diri.
Bucky mengtahui
itu, ia pun memegang kaki Petter dan membuat Petter tidak konsentrasi.
Steve langsung
mengambil kesempatan itu dan melempar Petter ke dinding.
“ah” Petter jatuh.
Steve pun membawa
Bucky pergi dari sana.
“kau curang?!”
Petter berteriak.
“sudahlah Pete..”
“tuan Stark” Petter
tersadar dan mendekati Tony.
Tony tersenyum,
“terima kasih, Pete...”
“tuan harus kuat,
aku akan membawamu ke rumah sakit” Petter mencabut bintang yang tertancap di
dada Tony.
“ah” Tony menahan
sakit, “Petter”
“tuan”Petter sedih.
“kau sudah
melakukan hal yang lebih untukku, aku bangga padamu, Pete” Tony menyentuh pipi
Petter, “tetaplah jadi kebanggaan bibimu”
Petter mengangguk,
baginya, Tony sudah seperti paman. Meski masih ada rasa canggung dan segan,
tapi ia tau, Tony begitu menyayanginya. Walau selama ini, Tony begitu gengsi
untuk mengakui itu.
Mereka pun
berpelukan dan Tony menutup matanya.
***
Pagi itu,
Tony datang ke
rumah sakit, ia masuk ke ruang perawatan Pepper. Sudah hampir dua bulan Pepper
koma, dan itu membuat Tony sangat sedih.
Tony duduk dan
matanya memerah, “Pepper” ia memegang tangan Pepper, “aku mohon, buka matamu”
air matanya menetes, “aku mohon, jangan tinggalkan aku. Di dunia ini, aku hanya
punya kau” Tony mulai menangis, “aku tau aku bodoh dan egois, aku hanya
memikirkan diriku saja. Aku tidak pernah mau mengerti perasaanmu, mungkin
sebenarnya kau lelah dengan kelakuanku. Tapi kesabaranmu, menyadarkanku betapa
berharganya dirimu. Bangun Pep, aku janji akan berubah” ia pun mencium kening
Pepper.
“Tony...” Pepper
membuka matanya.
“Pepper?” Tony
begitu bahagia, ia tersenyum dan menghapus air matanya.
“kau menangis?”
Pepper mengelus pipi Tony.
“aku, aku tidak
apa-apa, Pep” Tony memegang tangan Pepper, ia pun mencium pipinya.
Pepper menatap
Tony.
“aku bersyukur, kau
bisa siuman. Aku mencintaimu, Pep”
“kau...?” Pepper
terdiam, selama ini, ia juga mencintai Tony. Tapi kelakuan Tony membuatnya ragu
untuk jujur akan perasaannya, dan sekarang, Tony mengatakan perasaan yang sama
seperti Pepper.
“jadilah pacarku,
berhentilah jadi sekretarisku”
Pepper tersenyum.
Di luar,
Petter melihat itu,
ia kecewa karena Tony ternyata memilih Pepper daripada bibinya.
Tony keluar dari
ruang perawatan Pepper dan terdiam melihat Petter yang menatapnya, “Pete”
“sejak dulu, aku
sudah bilang pada bibi untuk tidak mendekatimu”
“Pete...”
“cukup tuan Stark,
aku tidak ingin bicara denganmu lagi”
“Petter, dengarkan
aku”
“aku tidak mau
dengar?!”
“Pete” Tony
memegang pundak Petter.
“kau jahat, tuan.
Kau menghancurkan hati bibiku” Petter mau menangis.
Tony tau, Petter
memang sangat menyayangi bibinya. Ia menatap Petter, “tidak, Pete. Kami sudah
bicara dan memutuskan, bahwa inilah yang terbaik. Bibimu masih sangat mencintai
almarhum pamanmu, Ben. Begitu juga aku, Pete. Aku mencintai Pepper meski selama
ini kami tidak saling terbuka”
Petter menatap
Tony.
“kau boleh
membenciku, tapi suatu saat nanti, kau pasti akan mengerti” Tony mengelus pipi
Petter, “kau anak yang baik, Pete. Jaga bibimu, dia selalu menyayangimu. Dan
kamu harus ingat, dibalik kekuatan besar, terdapat tanggung jawab yang besar
pula”
Petter pun pergi.
Tony diam, mungkin
setelah ini, Petter tidak ingin lagi bertemu dengannya.
Di rumah Petter,
May sedang menatap
foto Ben, ia menangis. May membayangkan saat Ben masih ada disisinya, “aku
sangat mencintaimu, Ben. Tony benar, aku tidak akan pernah bisa melupakanmu dan
berpaling darimu. Dia tidak keberatan untuk mengakhiri hubungan kami karena dia
tau, aku hanya akan bahagia bersamamu” May mencium foto Ben dan menyimpannya.
“bibi May”
May menoleh dan
melihat Petter.
“apa benar bibi
mengakhiri hubungan kalian karena ini?”
“cinta tidak bisa
dibohongi, Petter” May tersenyum, “Tony memang pria yang baik, tapi dia
mengerti, jika dirinya tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Ben. Dan aku
tau, jika dia memendam perasaan pada sekretarisnya. Mungkin aku egois, karena
berusaha menggantikan Ben. Tapi aku sadar, bahwa hal itu tidak benar”
“jadi kalian...?”
“ya, kami
memutuskan untuk berteman. Dan coba kau tebak” May tersenyum, “Tony akan
memberikan beasiswa untuk kuliahmu nanti”
Petter diam,
ternyata Tony memang benar-benar baik.
“ada apa, Petter?”
“tidak, bi” Petter
tersenyum dan memeluk bibinya.
Pagi itu,
Tony datang ke
makam kedua orang tuanya, ia menatap nisan bertuliskan nama keluarganya dan
menaruh sebuket bungan diantara makam tersebut.
“maafkan aku,
seandainya aku tau jika ini pembunuhan berencana, aku tidak akan diam saja.
Tapi mereka menutupi kenyataannya ini dariku dan sekarang, penjahat itu masih
buron bersama pria kebanggaanmu, ayah” Tony menatap nisan ayahnya, “Steve, dia
sama sekali tidak peduli dengan kematianmu. Dia hanya peduli pada Bucky, pria
yang telah membunuhmu dan ibuku” air mata Tony menetes menatap nisan ibunya,
“aku sayang padamu, bu. Pria itu sungguh kejam membunuhmu dengan cara seperti
itu. Kau orang baik, orang yang penuh dengan kasih sayang” ia menahan air
matanya, “aku mencintai kalian”
“sebenarnya ada
sebuah rahasia yang disembunyikan Steve darimu” Nick mendekat.
Tony menoleh dan
menatap Nick yang tiba-tiba muncul.
“dulu, Peggy
memiliki hubungan terlarang dengan ayahmu”
“bukankah, dia
salah satu pendiri SHIELD?” Tony kaget.
“dan dia juga pacar
Steve”
Tony terdiam.
“o iya, anak yang
bernama Petter itu sangat berbakat. Kau hebat bisa melatihnya sampai seperti
itu”
“dia bisa jadi
agent terbaik SHIELD” Tony menatap Nick.
Nick tersenyum,
“meski kau benci SHIELD, aku akui, kau sanagt berpengaruh untuk kami.
Memberikan agen terbaik dan menghancurkan HYDRA”
“mereka masih
buron”
“tapi HYDRA sudah
tidak ada lagi sekarang”
“jika mereka
tertangkap, apa yang akan kau lakukan?”
“aku tidak peduli”
“tapi, bagaimana
dengan dendammu?”
“aku rasa, aku
hanya tidak ingin bertemu mereka lagi”
“baiklah, sampai
jumpa jagoan” Nick pergi.
Tapi tiba-tiba,
dada Tony sakit.
“ah” Tony memegang
dadanya yang semakin sakit, ia pun pingsan.
“tuan Stark?”
Petter yang datang, langsung mendekati Tony. Ia memegangi Tony, “tuan Stark,
bangun”
***
Di rumah Tony,
“terima kasih,
Petter. Aku tidak bisa membayangkan jika tidak ada kamu”
“tidak apa-apa,
nona Potts. Itu hanya kebetulan” Petter menatap Pepper, “tadinya, aku hanya
ingin bertemu tuan Stark untuk minta maaf karena salah faham padanya. Tapi dia
tiba-tiba roboh dan membuatku panik”
“aku berharap,
tidak terjadi apa-apa dengan jantungnya”
Petter mengangguk,
“maaf nona Potts, aku harus pulang”
“baiklah, salam
untuk bibimu”
“siap” Petter
tersenyum, “boleh aku mengatakan sesuatu?”
“katakan” Pepper
tersenyum.
“tolong jaga dia
baik-baik, tuan Stark ada pria yang paling berperasaan yang pernah aku temui.
Meski dari luar dia terlihat sombong, cuek dan egois. Tapi sebenarnya,
perasaannya begitu lembut”
“aku tau itu”
“terima kasih nona
Potts, semoga tuan Stark cepat sembuh” Petter pergi.
Dokter pun keluar
dari kamar Tony.
“dokter?” Pepper
menatap Dokter, “bagaimana keadaanya? Itu bukan serangan jantung, kan?”
“tenang nona Potts,
jantung tuan Stark baik-baik saja. Beliau hanya stress”
“stress?”
“sepertinya tuan
Stark mengalami stress berat dan membuatnya sulit bernafas dan sakit pada
dadanya”
“jadi?”
“tuan Stark akan
baik-baik saja, asalkan stressnya bisa sembuh”
“baiklah, dok.
Terima kasih” Pepper agak khawatir.
“sama-sama, nona.
Saya permisi” dokter pun pergi diantar Happy.
Pepper masuk ke
kamar Tony.
Di dalam,
“Pepper...” Tony
menatap Pepper yang mendekat.
“sayang, apa yang
terjadi? Kenapa kau bisa seperti ini?”
“maafkan aku”
“jika kau ingin
hubungan kita baik-baik saja, jangan pernah tutupi apapun dariku”
Tony mengangguk.
Pepper tersenyum
dan mengelus Tony, “aku sayang padamu, aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu”
“aku pun” Tony
tersenyum, ia menarik Pepper.
“Tony” Pepper kaget
dan jatuh ke kasur.
“temani aku”
“dasar” Pepper
tersenyum.
Tony tersenyum dan
memeluk Pepper.
Pepper pun
mengelusnya, ia berharap, semuanya akan menjadi lebih baik setelah ini.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar