Jumat, 03 Juni 2016

Try to Remember part 2

Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Crime
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
Tony sedang memainkan piano di rumah Petter.
May mendengar itu dan mengikutinya di dalam hati. Try to remember the kind of September, when life was slow and oh, so mellow.
Tapi Tony tiba-tiba berhenti memainkannya.
“tuan Stark, kau baik-baik saja?” May mendekat.
Tony menoleh dan tersenyum, “tentu”
May duduk disamping Tony, “kau yakin? Aku mendengar alunan piano tadi, kau begitu menghayati lagunya. Kenapa? Apa lagu itu begitu dalam bagimu?”
“yap, Try to Remember. Lagu itu selalu ibu nyanyikan untuk saat aku kecil” Tony diam, “ibuku berhenti sampai di lirik itu saat menyanyikan lagu terakhirnya”
May melihat kesedihan di mata Tony.
“apa kau mengurus Petter sendirian?”
“maksudmu?”
“jika malam ini kosong, bisakah kau menemaniku makan malam?” Tony menatap May.
“tentu” May tersenyum.
“bisakah kau memanggilku, Tony?”
“tentu”
Mereka pun saling tatap dan semakin dekat.
“bibi May” Petter yang muncul, terdiam.
Mereka kaget dan tidak jadi berciuman.
“Petter?” May langsung berdiri.
“h..hey Pette, apa kau sudah siap?” Tony menatap Petter.
“tentu tuan Stark, aku sudah siap”
“apa kau sudah mandi?” May menatap Petter.
“sudah, memangnya kenapa?”
“cepat sekali, sepertinya kau hanya cuci muka. Aku rasa, kau hanya bisa memberantakan rumah dan bibimu yang cantik ini selalu membersihkannya untukmu” Tony tersenyum.
“ya ampun, tuan Stark. Anda salah, sangat salah. Seseorang tidak berhak menilai orang lain, hanya Tuhan yang pantas melakukan itu” Petter menatap Tony.
“ok, ayo kita pergi”
“bibi May, aku pergi dulu”
“hati-hati, Petter” May mengelus Petter.
Di rumah Tony,
“jadi, penilaian dari latihanku selama ini, bagaimana, tuan?” Petter yang duduk disamping Tony, menatapnya.
“kau bilang, hanya Tuhan yang berhak menilaimu”
Petter diam.
“aku bercanda, nilaimu bagus”
“benarkah?”
“tapi tidak sempurna”
“tidak masalah, di dunia ini, tidak ada manusia yang sempurna”
“tapi mereka selalu berusaha, kan?”
Petter diam.
“dengar, Pete. Aku sangat mengharapkanmu, aku ingin kau melanjutkan semua ini jika aku mati”
“maksudmu? Aku akan jadi pemilik Stark Industries?”
“bukan, nak. Di dunia ini, ada HYDRA dan SHIELD. Tapi aku rasa, keduanya tidak baik. Dan aku melatihmu untuk lebih baik dari agen-agen menyebalkan itu”
“jadi?”
“kau bisa jadi agen hebat dan mungkin, panutan bagi SHIELD”
Petter diam.
“HYDRA jahat, sedangan SHIELD, aku rasa, mereka tidak punya perasaan” Tony terdiam.
“tuan Stark?”
“aku baik-baik saja”
Steve datang, “Hey Tony”
“Cap. Steve? Aku penggemar beratmu” Petter histeris.
Tony merasa aneh, apa-apaan dia? Aku menyiapkannya agar lebih hebat dari Steve, kenapa dia malah mengidolakannya?
Steve tersenyum, “siapa anak ini, Tony?”
“aku mengadopsinya”
“benarkah?” Steve kaget.
“aku bercanda, dia adalah temanku. Kami sesama mad scientist”
“ah, begitukah?” Steve menatap Petter.
Petter tersenyum.
***
Malam itu,
May baru pulang dari makan malamnya bersama Tony, Petter sudah menunggunya di ruang tamu.
“Petter?”
“bibi May, bisa kita bicara?”
“baiklah”
Mereka duduk.
“apa bibi menyukai Tony?”
“bibi...”
“bi, aku tidak bermaksud ikut campur tentang ini. Tapi bibi harus berpikir seribu kali untuk bersama Tony”
May bingung.
“dia kaya, jenius, semua orang ingin seperti dirinya. Tapi dia playboy, bi. Dia tidak pantas dengan perempuan baik-baik seperti bibi”
“maafkan aku, Petter” May menunduk.
“bi...” Petter merasa bersalah.
“lebih baik, kau tidur. Ini sudah malam”
Petter mengangguk.
Pagi itu,
Tony datang ke perusahaan.
“selamat pagi, tuan Stark”
Tony tersenyum dan masuk ke ruangannya, ia terdiam. Tony melihat sebuah hadiah yang ada di atas mejanya, Tony mendekat dan mengambilnya. Tony terdiam, itu adalah hadiah ulang tahun dari Pepper. Pepper...
Tapi ia melihat sebuah surat, Tony pun membukanya dan ternyata, itu adalah laporan kematian kedua orang tuanya.
Tony terdiam kaget, dadanya mulai sakit. Mata Tony memerah, ia tidak menyangka jika kematian orang tuanya bukanlah akibat dari kecelakaan, tapi dibunuh oleh seorang pria bernama Bucky dari HYDRA.
“kenapa? Kenapa tidak ada yang memberitauku tentang ini?” Tony kesal dan pergi.
Di markas SHIELD,
Tony masuk ke ruangan Fury.
“selamat datang, Tony. Ada apa, kau kemari?”
“apa yang tidak kau katakan padaku?” Tony menatap Nick.
“hey, tenanglah Tony. Kau itu kenapa? Baru saja datang, sudah marah-marah”
“orang tuaku tidak kecelakaan, mereka dibunuh. Iya kan?”
“T..Tony”
“jawab aku, Nick?!” Tony membentaknya.
“darimana kau tau?”
Tony memberikan laporan kematian itu pada Nick.
Nick kaget, ia kira, semua berkas SHIELD sudah tidak ada di Stark Industries.
“kenapa kau tidak memberitauku, Nick?”
“maafkan aku, Tony. Kami memang sengaja merahasiakan ini darimu, kami takut kau berbuat hal nekad”
“tapi..”
“kami takut terjadi sesuatu padamu seperti yang terjadi pada orang tuamu, makanya aku terus membiarkan Steve untuk menjaganya”
“jangan bicara seolah-olah kau peduli padaku”
“aku peduli, karena ayahmu bilang, ciptaan terhebatnya adalah kau”
Tony diam.
“dia sangat bangga padamu, Tony. Setiap kau berprestasi di sekolah, setiap berita memberitau dunia bahwa terdapat seorang anak dengan kejeniusan luar biasa. Kami harus menjagamu dari dunia ini”
“itu bukan alasan yang masuk akal, Nick. Aku tau siapa ayahku, dia sangat dingin padaku. Dia tidak pernah mengatakan dia sayang padaku atau pun mencintaiku”
“jelas, kau tidak tau siapa ayahmu”
Tony kesal.
“Tony, saat kau memutuskan untuk tidak peduli pada SHIELD, sebenarnya aku sedikit lega. Dengan begitu, kau akan sedikit aman dari incaran mereka. Tapi sekarang, aku kembali khawatir, Tony”
“karena aku tau, siapa pembunuh ayahku?”
“selamat siang” Steve masuk, “direktur” ia tersenyum, “Tony”
“lebih baik, aku pergi” Tony kesal dan meninggalkan mereka.
Steve menatap Nick, “ada apa ini?”
Nick menunjukan laporan kematian yang Tony berikan.
Steve yakin, “Pepper”
Malam itu,
Tony mengetuk pintu rumah Petter.
“iya, sebentar” May membuka pintu, “Tony?” ia kaget.
“boleh aku menginap?” Tony masih memikirkan yang baru saja ia alami.
“apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja?” May khawatir.
“aku... baik-baik saja”
Mereka masuk.
Petter melihat itu, “tuan Stark?”
“Petter, lebih baik kau masuk ke kamar” May menatap Petter.
“tapi, bi...”
“Petter, ikuti perintah bibi”
“baiklah” Petter pergi.
Tony menyentuh dadanya yang tiba-tiba sakit.
“Tony, kau baik-baik saja?” May semakin khawatir dan membantu Tony duduk.
“aku baik-baik saja, May” Tony tersenyum.
“kau mau mencerikannya?”
Tony menunduk dan May pun memeluknya.
Paginya,
Petter melihat Tony yang masih tertidur di kamar May.
“jangan ganggu dia” May yang muncul dari dapur, manatap Petter.
“dia tidur di kamarmu?”
“biarkan saja, ayo sarapan”
Petter mengikuti May.
Di ruang makan,
Mereka mulai bercerita.
“akhir-akhir ini, Tony hanya tidur dua jam setiap malam. Jadi bibi rasa, dia membutuhkan tidur yang nyenyak seperti itu”
“jadi dia akan tidur nyenyak disamping bibi?”
“Petter, jika kau tidak suka padanya, bibi tidak akan berhubungan apa pun dengannya”
“bukan begitu, bi. Aku hanya...”
“setahun yang lalu, dia pernah oprasi jantung, Pete. Dan tadi malam, dadanya sakit”
Petter melihat kecemasan di mata May, dan ia semakin yakin, jika May memang menyukai Tony.
***
Di kamar,
Tony membuka matanya, “emh...”
“selamat siang, tuan Stark” May yang sedang membereskan pakaian, tersenyum.
“May” Tony bangun, “maafkan aku”
“tidak apa-apa, aku senang jika kau bisa tidur nyenyak”
Tony tersenyum.
May duduk disamping Tony, “bagaimana keadaanmu sekarang?”
“aku baik-baik saja” Tony tersenyum.
May mengelus pipi Tony.
Sorenya,
Seperti biasa, Petter pergi ke rumah Tony untuk belajar.
“ok, kita mulai” Tony memberikan kertas soalnya.
Petter pun bersiap dengan buku tulisnya dan ia mulai membaca soal cerita tersebut.
Daniel memiliki uang $ 20 dan Chris memiliki uang $ 15, mereka pergi ke pasar. Daniel membeli baju seharga $ 15 dan Chris membeli sabuk seharga $ 4.5, berapakah siasa uang Dora?
“ah?” Petter kaget, “siapa Dora?” ia menatap Tony, “di soal, hanya ada Daniel dan Chris, kenapa jadi ada Dora?”
“emh...” Tony menatap Petter, “kau pikir, pedagang di pasar tidak punya nama?”
“ah... selalu saja memberikan soal yang aneh”
“itu menunjukkan jika nilai otakmu masih rendah, ya... meski nilai fisikmu bagus”
Petter kesal.
“ya sudah, kita cukupkan saja latihan soal hari ini”
“selesai? Begitu sajakah?”
“yap, pulanglah. Ini sudah sore, aku takut bibimu khawatir”
“baiklah” Petter berdiri, “apa kau akan datang lagi ke rumah kami?”
“aku...”
Petter menatap Tony.
“bibimu bilang, kau tidak suka dengan kedekatan kami”
Petter diam.
“sudahlah, tidak usah membahas itu. May bilang, kau adalah prioritas utamanya” Tony tersenyum dan memegang pundak Petter, “jadilah anak yang baik dan jaga bibimu”
Petter mengangguk, ia tidak bicara sedikitpun dan pergi.
Tony diam, ia mulai menatap minuman yang ada di lemari. Tapi sejak Pepper dirawat, Tony sudah berjanji untuk berhenti minum. Karena ia tau, Pepper tidak suka melihatnya mabuk.
Di luar,
“hey, Petter”
“Cap. Steve?” Petter tersenyum.
“kau masih belajar pada Tony?”
“ya, dan dia masih saja memberiku soal jebakan”
“apa pelajaran yang ia berikan cukup berguna?”
“ya, nilaiku semakin baik di sekolah”
“hanya itukah?”
“maksudmu?”
“eh.. tidak, aku senang mendengar kau berprestasi”
“terima kasih Cap. Steve, aku permisi” Petter pergi dengan perasaan sedikit aneh karena pertanyaan Steve.
Di rumah Petter,
May mengangis di kamarnya, “tolong aku, Tuhan... aku tidak ingin menyakiti perasaan Petter. Bagiku, dia adalah segalanya di dunia ini. Kuatkan aku dalam menghadapi cobaan ini”
Petter yang lewat, mendengar itu. Ia menyesal, keegoisannya membuat May sedih. Mungkin ia harus merelakan jika May dan Tony memang saling mencintai, Petter pun masuk ke kamar.
Di rumah Tony,
Tony mengunci kamarnya dan mulai membuat alat, ia membuat pistol yang bisa mengenai sasaran dengan tepat meski sang penembak bukan orang yang hebat dalam membidik target. Tony sadar betul akan kelemahannya itu, tapi ia juga tau, jika dia bisa mengandalkan otaknya.
Tony memutuskan untuk mencari sendiri siapa pembunuh orang tuanya. Tony sadar, ia tidak boleh membawa Petter dalam keadaan ini. Meski Petter akan sangat berguna baginya, tapi Tony tidak tega jika Petter terluka. Ia juga tidak ingin membuat May khawatir.
Malam itu,
Tony mendapatkan alamat bekas HYDRA berada, ia mencari Bucky disana. Meski tempat itu terlihat sudah terbengkalai, tapi Tony curiga jika Bucky masih ada disana.
Tony mendengar 2 orang yang sedang bicara dibalik dinding, ia pun menguping...
“kau yakin akan hal ini?”
“ya, Tony sudah mengetahui ini”
“apa yang harus kita lakukan, Steve?”
Steve? Tony kaget mendengar itu.
“Bucky, kita harus segera pergi dari sini”
Tony yang kesal pun, menghampiri mereka dan membuat mereka kaget.
“Tony?” Steve menatap Tony.
“sejak dulu, kau sudah tau tentang pembunuhan itu, kan?” Tony menatap Steve.
“Tony, aku...”
“jawab, Steve?! Nick sudah mengakui itu”
“ya, aku tau”
Tony semakin kesal dan menodongkan pistolnya, “minggir kau, Steve”
“tidak Tony” Steve melindungi Bucky.
“aku bilang, minggir?!” Tony mulai menembaki Bucky.
Mereka pun berusaha menghindari setiap tembakan yang Tony arahkan.
Steve berusaha mendekat ke arah Tony dan berhasil menjatuhkan pistol yang ada di tangan Tony.
“kau ini, kenapa Steve? Dia membunuh orang tuaku” Tony memegang tangannya yang sakit.
“maafkan aku, Tony. Tapi dia temanku”
Amarah Tony semakin besar, ia menyerang Steve meski ia tidak bisa berkelahi. Yang ada di hati Tony hanyalah penyesalan dan keputusasaan. Orang yang selama ini begtu dipedulikan oleh ayahnya, ternyata tidak peduli dengan kematian ayahnya. Ia lebih peduli kepada Bucky, sahabat yang telah membunuh orang tua Tony.
Brak...
Tony jatuh dengan luka di tangan kanannya yang makin parah.
Steve menatap Tony, “harusnya kau sadar, siapa kau dan siapa aku”
“jadi selain agen SHIELD, kau juga agen HYDRA?”
“jangan banyak bicara, Tony” Steve mengepalkan tangannya.
“sejak dulu, aku ingin menghajarmu, Steve. Meski aku tau, kau agen yang hebat” Tony melihat pistolnya, meski tangannya tidak memungkinkan untuk memegang pistol tersebut dengan baik.
“I can do this all day”
Tony pun mengambil pistol yang ada di dekatnya dan menembak Bucky.
Dor...
Bucky tertembak di lengan kirinya dan pistol pun terlepas dari tangan Tony yang gemetar.
Steve yang melihat itu, marah besar dan mulai memukuli Tony dengan amarahnya.
“ah” Tony yang tidak bisa berkelahi, kewalahan dan tak berdaya.
Sementara Steve, ia terus menghajar Tony.
Brak...
Tony jatuh dengan luka di dadanya, nafasnya mulai berat.
Steve merusak pistol Tony dan membantu Bucky berdiri. Ia pun memapahnya dan akan meninggalkan Tony.
“kau tidak pantas memakai pangkat itu, Steve. Itu pemberian ayahku” Tony berteriak.
Steve kesal, ia melepas pangkat bintang emas yang menempel d dada kirinya dan menatap Tony yang terkapar.
Tony berusaha bertahan dan menatap Steve.
Steve pun melemparkan bintang itu dan bintang pun tertancap di dada Tony.
“ah...” Tony terdiam.
“tuan Stark” Petter datang dan menghadang mereka.
Tony melihat itu, tapi ia hanya diam dengan lukanya.
“Petter, jangan halangi kami” Steve menatap Petter.
“kenapa Cap? Kenapa kau lakukan ini?”
“Bucky temanku”
“aku kira, tuan Stark juga temanmu?”
“Petter, aku tidak mau berbuat kasar padamu”
“aku tidak takut, meski kau idolaku”
“Petter”
“maju Steve, aku berada di pihak tuan Stark”
Steve menatap Tony yang sekarat, “inikah yang kau siapkan selama ini?” ia kembali menatap Petter, “lakukan” Steve melepas Bucky.
Bucky lemas dan jatuh.
“hiat” Petter menyerang.
Mereka pun berkelahi.
“hebat juga kau, bisa menahan seranganku” Steve tersenyum.
“tuan Stark bukan hanya mengajarkan bagaimana cara untuk menjadi kuat, tapi dia mengajarkan bagaimana caranya mengetahui perasaan orang lain”
Steve mulai kewalahan dengan kekuatan Petter, Tony berhasil membuatnya begitu tangguh meski Tony tidak bisa bela diri.
Bucky mengtahui itu, ia pun memegang kaki Petter dan membuat Petter tidak konsentrasi.
Steve langsung mengambil kesempatan itu dan melempar Petter ke dinding.
“ah” Petter jatuh.
Steve pun membawa Bucky pergi dari sana.
“kau curang?!” Petter berteriak.
“sudahlah Pete..”
“tuan Stark” Petter tersadar dan mendekati Tony.
Tony tersenyum, “terima kasih, Pete...”
“tuan harus kuat, aku akan membawamu ke rumah sakit” Petter mencabut bintang yang tertancap di dada Tony.
“ah” Tony menahan sakit, “Petter”
“tuan”Petter sedih.
“kau sudah melakukan hal yang lebih untukku, aku bangga padamu, Pete” Tony menyentuh pipi Petter, “tetaplah jadi kebanggaan bibimu”
Petter mengangguk, baginya, Tony sudah seperti paman. Meski masih ada rasa canggung dan segan, tapi ia tau, Tony begitu menyayanginya. Walau selama ini, Tony begitu gengsi untuk mengakui itu.
Mereka pun berpelukan dan Tony menutup matanya.
***
Pagi itu,
Tony datang ke rumah sakit, ia masuk ke ruang perawatan Pepper. Sudah hampir dua bulan Pepper koma, dan itu membuat Tony sangat sedih.
Tony duduk dan matanya memerah, “Pepper” ia memegang tangan Pepper, “aku mohon, buka matamu” air matanya menetes, “aku mohon, jangan tinggalkan aku. Di dunia ini, aku hanya punya kau” Tony mulai menangis, “aku tau aku bodoh dan egois, aku hanya memikirkan diriku saja. Aku tidak pernah mau mengerti perasaanmu, mungkin sebenarnya kau lelah dengan kelakuanku. Tapi kesabaranmu, menyadarkanku betapa berharganya dirimu. Bangun Pep, aku janji akan berubah” ia pun mencium kening Pepper.
“Tony...” Pepper membuka matanya.
“Pepper?” Tony begitu bahagia, ia tersenyum dan menghapus air matanya.
“kau menangis?” Pepper mengelus pipi Tony.
“aku, aku tidak apa-apa, Pep” Tony memegang tangan Pepper, ia pun mencium pipinya.
Pepper menatap Tony.
“aku bersyukur, kau bisa siuman. Aku mencintaimu, Pep”
“kau...?” Pepper terdiam, selama ini, ia juga mencintai Tony. Tapi kelakuan Tony membuatnya ragu untuk jujur akan perasaannya, dan sekarang, Tony mengatakan perasaan yang sama seperti Pepper.
“jadilah pacarku, berhentilah jadi sekretarisku”
Pepper tersenyum.
Di luar,
Petter melihat itu, ia kecewa karena Tony ternyata memilih Pepper daripada bibinya.
Tony keluar dari ruang perawatan Pepper dan terdiam melihat Petter yang menatapnya, “Pete”
“sejak dulu, aku sudah bilang pada bibi untuk tidak mendekatimu”
“Pete...”
“cukup tuan Stark, aku tidak ingin bicara denganmu lagi”
“Petter, dengarkan aku”
“aku tidak mau dengar?!”
“Pete” Tony memegang pundak Petter.
“kau jahat, tuan. Kau menghancurkan hati bibiku” Petter mau menangis.
Tony tau, Petter memang sangat menyayangi bibinya. Ia menatap Petter, “tidak, Pete. Kami sudah bicara dan memutuskan, bahwa inilah yang terbaik. Bibimu masih sangat mencintai almarhum pamanmu, Ben. Begitu juga aku, Pete. Aku mencintai Pepper meski selama ini kami tidak saling terbuka”
Petter menatap Tony.
“kau boleh membenciku, tapi suatu saat nanti, kau pasti akan mengerti” Tony mengelus pipi Petter, “kau anak yang baik, Pete. Jaga bibimu, dia selalu menyayangimu. Dan kamu harus ingat, dibalik kekuatan besar, terdapat tanggung jawab yang besar pula”
Petter pun pergi.
Tony diam, mungkin setelah ini, Petter tidak ingin lagi bertemu dengannya.
Di rumah Petter,
May sedang menatap foto Ben, ia menangis. May membayangkan saat Ben masih ada disisinya, “aku sangat mencintaimu, Ben. Tony benar, aku tidak akan pernah bisa melupakanmu dan berpaling darimu. Dia tidak keberatan untuk mengakhiri hubungan kami karena dia tau, aku hanya akan bahagia bersamamu” May mencium foto Ben dan menyimpannya.
“bibi May”
May menoleh dan melihat Petter.
“apa benar bibi mengakhiri hubungan kalian karena ini?”
“cinta tidak bisa dibohongi, Petter” May tersenyum, “Tony memang pria yang baik, tapi dia mengerti, jika dirinya tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Ben. Dan aku tau, jika dia memendam perasaan pada sekretarisnya. Mungkin aku egois, karena berusaha menggantikan Ben. Tapi aku sadar, bahwa hal itu tidak benar”
“jadi kalian...?”
“ya, kami memutuskan untuk berteman. Dan coba kau tebak” May tersenyum, “Tony akan memberikan beasiswa untuk kuliahmu nanti”
Petter diam, ternyata Tony memang benar-benar baik.
“ada apa, Petter?”
“tidak, bi” Petter tersenyum dan memeluk bibinya.
Pagi itu,
Tony datang ke makam kedua orang tuanya, ia menatap nisan bertuliskan nama keluarganya dan menaruh sebuket bungan diantara makam tersebut.
“maafkan aku, seandainya aku tau jika ini pembunuhan berencana, aku tidak akan diam saja. Tapi mereka menutupi kenyataannya ini dariku dan sekarang, penjahat itu masih buron bersama pria kebanggaanmu, ayah” Tony menatap nisan ayahnya, “Steve, dia sama sekali tidak peduli dengan kematianmu. Dia hanya peduli pada Bucky, pria yang telah membunuhmu dan ibuku” air mata Tony menetes menatap nisan ibunya, “aku sayang padamu, bu. Pria itu sungguh kejam membunuhmu dengan cara seperti itu. Kau orang baik, orang yang penuh dengan kasih sayang” ia menahan air matanya, “aku mencintai kalian”
“sebenarnya ada sebuah rahasia yang disembunyikan Steve darimu” Nick mendekat.
Tony menoleh dan menatap Nick yang tiba-tiba muncul.
“dulu, Peggy memiliki hubungan terlarang dengan ayahmu”
“bukankah, dia salah satu pendiri SHIELD?” Tony kaget.
“dan dia juga pacar Steve”
Tony terdiam.
“o iya, anak yang bernama Petter itu sangat berbakat. Kau hebat bisa melatihnya sampai seperti itu”
“dia bisa jadi agent terbaik SHIELD” Tony menatap Nick.
Nick tersenyum, “meski kau benci SHIELD, aku akui, kau sanagt berpengaruh untuk kami. Memberikan agen terbaik dan menghancurkan HYDRA”
“mereka masih buron”
“tapi HYDRA sudah tidak ada lagi sekarang”
“jika mereka tertangkap, apa yang akan kau lakukan?”
“aku tidak peduli”
“tapi, bagaimana dengan dendammu?”
“aku rasa, aku hanya tidak ingin bertemu mereka lagi”
“baiklah, sampai jumpa jagoan” Nick pergi.
Tapi tiba-tiba, dada Tony sakit.
“ah” Tony memegang dadanya yang semakin sakit, ia pun pingsan.
“tuan Stark?” Petter yang datang, langsung mendekati Tony. Ia memegangi Tony, “tuan Stark, bangun”
***
Di rumah Tony,
“terima kasih, Petter. Aku tidak bisa membayangkan jika tidak ada kamu”
“tidak apa-apa, nona Potts. Itu hanya kebetulan” Petter menatap Pepper, “tadinya, aku hanya ingin bertemu tuan Stark untuk minta maaf karena salah faham padanya. Tapi dia tiba-tiba roboh dan membuatku panik”
“aku berharap, tidak terjadi apa-apa dengan jantungnya”
Petter mengangguk, “maaf nona Potts, aku harus pulang”
“baiklah, salam untuk bibimu”
“siap” Petter tersenyum, “boleh aku mengatakan sesuatu?”
“katakan” Pepper tersenyum.
“tolong jaga dia baik-baik, tuan Stark ada pria yang paling berperasaan yang pernah aku temui. Meski dari luar dia terlihat sombong, cuek dan egois. Tapi sebenarnya, perasaannya begitu lembut”
“aku tau itu”
“terima kasih nona Potts, semoga tuan Stark cepat sembuh” Petter pergi.
Dokter pun keluar dari kamar Tony.
“dokter?” Pepper menatap Dokter, “bagaimana keadaanya? Itu bukan serangan jantung, kan?”
“tenang nona Potts, jantung tuan Stark baik-baik saja. Beliau hanya stress”
“stress?”
“sepertinya tuan Stark mengalami stress berat dan membuatnya sulit bernafas dan sakit pada dadanya”
“jadi?”
“tuan Stark akan baik-baik saja, asalkan stressnya bisa sembuh”
“baiklah, dok. Terima kasih” Pepper agak khawatir.
“sama-sama, nona. Saya permisi” dokter pun pergi diantar Happy.
Pepper masuk ke kamar Tony.
Di dalam,
“Pepper...” Tony menatap Pepper yang mendekat.
“sayang, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa seperti ini?”
“maafkan aku”
“jika kau ingin hubungan kita baik-baik saja, jangan pernah tutupi apapun dariku”
Tony mengangguk.
Pepper tersenyum dan mengelus Tony, “aku sayang padamu, aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu”
“aku pun” Tony tersenyum, ia menarik Pepper.
“Tony” Pepper kaget dan jatuh ke kasur.
“temani aku”
“dasar” Pepper tersenyum.
Tony tersenyum dan memeluk Pepper.
Pepper pun mengelusnya, ia berharap, semuanya akan menjadi lebih baik setelah ini.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar