Selasa, 27 Desember 2016

Lay Me Down


Author : Sherly Holmes
Genre : School-life, Crime
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di tempat parkir sekolah,
Seseorang turun dari mobil sport berwarna orange kemerahan, lalu ia melihat sebuah helly yang diam beberapa meter diatasnya.
“Robert” seorang pria berambut panjang, turun dengan seutas tali.
Robert tersenyum, “Hey, Thor”
“Bruce Banner” Thor tersenyum.
Robert menoleh dan menatap Bruce yang mendekat.
“hey” Bruce tersenyum.
Mereka pun masuk.
Di lapang sekolah,
Steve tersenyum, “akhirnya kalian datang”
Robert menatap teman-temannya, “kalian lihat kan? Pria ini pasti menginap di sekolah”
Mereka saling tatap dan bingung untuk tersenyum.
“baiklah, ayo kita mulai rapatnya. Natasha dan Clint sudah di ruang rapat” Steve tersenyum.
Mereka pun masuk ke ruang rapat.
Di dalam,
Rapat dipimpin oleh kepala sekolah Nick, disana ada Maria Hill yang merupakan wakil kepala sekolah dan juga Coulsen yang menjadi wali kelas Robert.
“ok, aku ingin suara kalian untuk perkuliahan tahun ini. Kalian ingin tetap private atau dilebur bersama anak lain?”
“sepertinya dilebur menyenangkan” Clint tersenyum pada Natasha.
“kelas kita memang dilebur, kan?” Natasha menatap aneh pada Clint.
Clint diam.
“aku tidak keberatan” Steve menatap Nick.
“itu pasti menyenangkan” Thor menggibaskan rambutnya.
Bruce diam.
Robert pun menatap Bruce.
“Robert, bagaimana dengan mu?” Nick menatap Robert.
Robert menatap Nick, “mungkin ini pertanda baik”
***
Seorang perempuan berlari masuk ke gerbang sekolah dan menuju ke dalam. Saat sedang berlari, tiba-tiba pintu di depannya terbuka.
“ah” perempuan itu tidak bisa mengerem dan menabrak seseorang.
Duk...
Ya Tuhan... aku menabrak Robert? perempuan itu terdiam.
Robert menatap perempuan itu, “anak baru” ia memalingkan wajahnya.
“ma..maafkan aku”
“Steve, kau ketua osis kan?” Robert menatap Steve.
Steve menatap Robert, “dia sudah minta maaf”
“dia terlambat datang” Bruce bingung mengartikan maksud Robert.
Thor melihat jam tangannya dan mengangguk, “dia benar, harusnya kau lebih disiplin” ia menatap perempuan itu, “tapi ini hari pertamamu” Thor tersenyum.
“maafkan aku” perempuan itu menunduk.
“baiklah” Steve tersenyum pada perempuan itu, “ayo ikut aku”
Perempuan itu mengangguk dan mengikuti Steve.
Robert menatap mereka, “terkadang aku tidak mengerti. Dia hanya berbuat disiplin padaku, tapi begitu bebas pada orang lain”
“itu hanya perasaanmu” Bruce tersenyum.
“kau tersenyum, maksudnya itu benar kan?”
“eh...” Bruce bingung.
“sudahlah, ayo kita ke kelas” Thor merangkul mereka ke kelas.
Di lapang,
“siapa namamu?” Steve menatap perempuan itu.
“Valery”
“ok, namaku Steve Roger”
“aku tau, kau terkenal”
“benarkan?”
“siapa yang tidak tau Avengers? Orang-orang yang terlahir dari keluarga terpandang dan...”
“tidak, tidak juga. Aku dan Bruce, kami anak dari keluarga biasa”
Valery tersenyum, “apa hukumanku?”
“tidak ada” Steve tersenyum.
“kenapa?” Valeri kaget.
“tidak apa-apa, lagi pula kau anak baru” Steve menatap Valery, “berjanjilah, jika besok kau akan datang pagi”
“siap, pak”
Mereka saling tatap dan tersenyum.
“tapi, bagaimana jika Robert marah?”
“tenang saja, dia tidak akan marah. Dia sedang banyak pikiran akhir-akhir ini”
“aku tau, aku mendengar kabar itu. Kedua orang tua Robert meninggal dalam sebuah kecelakaan, itu sangat tragis”
Steve mengangguk, “ya, kau tau kan? Orang tua Robert adalah salah satu pendiri sekolah ini”
Di sudut lapang,
Natasha melihat Valery dan Steve di lapang.
“Nat?” Clint mendekat.
“ya?” Natasha menoleh.
“perempuan itu yang mendapatkan beasiswa dari yayasan Howard milik Robert, kan?”
“yap, tapi dia baru saja membuat masalah dengan sang philantropist”
“yap, dan aku lihat, Steve malah tiba-tiba akrab dengannya”
“haruskah kita melapor pada pak Fury?”
“aku rasa, ini tidak terlalu penting bagi seorang Nick Fury”
Mereka pun pergi.
***
Di rumah Robert,
Robert sedang diam menatap langit dengan kursi santainya di balkon luar kamar.
Seorang perempuan pun mendekat, “tuan, ada surat”
“surat?” Robert kaget dan membacanya, “besok upacara dan aku memberikan sedikit pidato”
“apa tuan akan mangkir seperti biasanya?”
Robert menatap perempuan itu.
“maaf tuan”
“waktu itu Nick marah karena pidatoku melenceng dari tema, tapi kenapa dia memintaku berpidato lagi?”
“yang penting tuan berpidato dengan pakaian rapi dan lengkap, itu sudah sangat sukses bagiku”
“Pepper, sukses bagimu belum tentu bagi Nick Fury”
“o iya tuan, makan siang sudah siap”
“apa makan siangku?”
“waffle”
“terdengar bagus” Robert tersenyum.
Besoknya,
Robert pun mulai berpidato di lapang, “aku tidak mengerti apa pentingnya pengumuman ini, tapi pak kepala sekolah memintaku melakukannya” ia menatap semua teman sekolahnya.
Hill agak kesal, “jika dia bukan anak Howard, sudah kuhukum” ia hanya diam di belakang Nick.
“sabar Hill” Nick berbisik.
Semua anak yang mendapatkan beasiswa, berkumpul di depan.
Robert tersenyum, “ok, saatnya bersalaman dengan idola kalian” ia mulai bersalaman dengan Bruce, “aku tidak akan pernah menyesal memberikannya padamu, kawan”
“terima kasih” Bruce tersenyum dan menunduk.
Robert pun menatap Steve yang ada di samping Bruce, “hey Steve”
Steve menjabat tangan Robert.
“seorang patriotis sekolahan, kau banyak mendapat penghargaan karena sikap teladanmu. Kusarankan kau menjadi penjaga sekolah setelah lulus nanti” tapi Robert terhenti saat menatap perempuan disampin Steve, “kau?” ia ingat dengan anak yang terlambat kemarin.
“a..aku Valery”
Robert tersenyum dan menjabat tangan Valery.
Nick kaget melihat semua siswa yang berjajar, “tunggu, aku rasa, ada yang kurang” ia menatap Hill.
“salah satu dari penerima beasiswa sakit, dia tidak datang hari ini”
“ok” Nick memberikan tepuk tangan untuk para siswa itu.
Siangnya,
Robert dan teman-teman berkumpul di kantin.
Steve menatap makanannya.
“kau kenapa, Steve?” Robert menatap Steve.
“aku baik-baik saja”
“nikmati makanannya, atau kau akan kehilangan makananmu” Bruce tersenyum melihat Thor yang makan begitu lahap.
“apa?” Thor menatap mereka.
“tidak” Steve tersenyum.
Thor pun kembali makan.
Valery datang dan mendekati ibu kantin, lalu ia membantu ibu kantin untuk berjualan.
Robert melihat itu, “aku rasa... aku akan memesan sesuatu” ia berdiri dan pergi kesana.
Teman-temannya kaget, lalu Steve melihat Robert yang mendekati Valery.
Valery sedang menatap makanan.
“hey” Robert menatap Valery.
Valery kaget melihat Robert, “kau mau memesan sesuatu?”
“tidak, aku hanya...” Robert berpikir, “apa yang kau lakukan disini?”
“kamu gak liat? Aku lagi jualan”
“ok, maksudku... apa beasiswa itu belum cukup bagimu?”
“maksud kamu apa?”
“ok, sorry. Boleh aku memesan jus? Teman-temanku butuh minum” Robert pun menatap semua orang yang ada di kantin, “hari ini kalian mendapatkan jus gratis”
“yeah” semua bersorak.
Robert menatap Valery, “aku akan membayar semuanya” ia pergi.
Valery diam.
Thor tersenyum melihat tingkah Robert, “sepertinya dia suka perempuan itu”
“ya, mungkin” Bruce menatap Robert yang mendekat.
Steve diam.
Robert pun kembali duduk, “kenapa kalian diam? Tidak suka jus?”
Saat pulang,
Robert masuk ke mobilnya dan melihat Valery yang sedang berjalan, tapi ia terdiam. Steve terlihat mengajak Valery untuk pulang bersama dan mereka pun pergi, Robert melihat ke arah lain dan Bruce sedang mendekat. Robert membuka jendela mobil, “Bruce”
“hey Robert” Bruce tersenyum.
“bagaimana kalau kita pulang bersama?”
“apa aku tidak merepotkanmu?”
“ayolah, kita teman kan?”
Bruce tersenyum, “ok” ia masuk ke mobil.
Di jalan,
“hey, itu Steve kan?” Bruce melihat motor Steve yang ada di depan mobil, “siapa perempuan yang ia bonceng?”
“aku tidak tau” Robert agak kesal.
“hey, sepertinya aku kenal perempuan itu” Bruce menatap Robert.
“kenapa kau menatapku seperti itu?”
Bruce tersenyum, “dia adalah Valery, kan? Perempuan yang kau goda di kantin tadi”
Robert tidak menjawab.
“jangan sampai ada perang saudara disini”
“terserah kau saja, aku pasti kalah”
“kenapa kau pesimis?” Bruce kaget, “bukankah kau seorang yang...?”
“narsisme? Yap, tapi mengalahkan Steve... ah, aku selalu ingin tau bagaimana caranya agar aku bisa memukul giginya yang bagus itu?”
Bruce tersenyum, “semoga kau bercanda”
***
Di rumah Valery,
“terima kasih banyak, Steve” Valery turun dari motor Steve.
“sama-sama” Steve tersenyum.
“apa kau ikut extra kulikuler?”
“yap, sepak bola”
“aku kira, basket”
“kenapa?”
“aku mau ikut cheer”
“memangnya kenapa kalau aku tidak ikut basket? Kamu harus terus kembangkan bakatmu, kau akan kagum melihat Thor sebagai ketua tim basket”
“ok”
Mereka pun berpisah.
Di rumah Robert,
Robert sedang memainkan pianonya, ia ingat saat orang tuanya diberitakan meninggal karena kecelakaan.
“tuan” Pepper masuk ke ruangan itu.
Robert menoleh, “apa?”
“aku butuh tanda tanganmu” Pepper memberikan sebuah berkas.
“ok” Robert menandatangani berkas itu, “bagaimana keadaan perusahaan?”
“semuanya baik-baik saja. Setelah anda lulus, anda bisa mulai bekerja disana”
“aneh sekali, aku seorang CEO tapi aku hanya belajar di sekolah tanpa datang ke perusahaan”
“tuan tenang saja, saya akan melakukan yang terbaik”
“aku tau, kau memang sekretarisku. Yang terbaik dan satu-satunya yang aku miliki” Robert tersenyum.
Pagi itu,
“tidak” Valery berlari ke gerbang sekolah dan ia tidak sengaja menabrak seorang pria yang memiliki rambut lurus sebahu.
Duk...
Pria itu menatap Valery yang berseragam sama dengannya.
Valery kaget, “maafkan ku, maafkan aku” ia kembali berlari masuk.
Pria itu merasa aneh dan kembali masuk.
Di kelas,
“ok” Bruce sedang menjelaskan pelajaran kimia karena gurunya sedang berhalangan hadir.
Robert mengangkat tangan kanannya untuk bertannya.
Bruce tersenyum, “Robert, jika kau ingin debat, kita bisa menyelesaikannya nanti”
“ok” Robert kembali diam.
Thor tersenyum melihat tingkah mereka, “dasar orang-orang jenius yang sombong” ia menatap Steve yang hanya diam, “kau kenapa?”
“entahlah, yang bisa kutanggap hanya masalah elektrik saja” Steve bingung.
“tidak salah jika Bruce menjadi ketua dari kelompok saint sekolah”
“yap, dan Robert selalu mengganggu di setiap exkul” Steve menatap Thor.
Thor hanya tersenyum.
Saat istirahat,
Valery sedang berkumpul dengan tim cheer, ia mulai berkenalan dengan para seniornya.
Robert mendekati Valery, “hey”
Valery menatap Robert, “ada apa?”
“aku sedang melihat Thor berlatih” Robert so cuek dan melihat tim basket di lapang.
“ok” Valery melihat Thor yang hebat dan kembali fokus pada tim cheer.
Di balkon,
Seorang pria menatap ke lapang dengan begitu serius. Steve yang keluar dari kelas, melihat pria itu. Tapi saat pria itu melihat Steve, ia langsung pergi.
“hey, tunggu. Hey” Steve mengejarnya, namun ia tidak berhasil.
Tapi tiba-tiba, terdengar teriakan.
Steve menoleh ke arah lapang.
Di lapang,
Tower Ring basket yang terbuat dari besi, roboh ke arah Robert. Robert kaget dan melihat Valery yang ada disampingnya.
“ah...” Robert berusaha menahan besi-besi itu.
Valery yang ada disamping Robert, kaget.
“pergi Valery, aku tidak tahan lagi” Robert menatap Valery.
Valery hanya diam, ia bingung dan khawatir.
“pergi” Robert berteriak.
Beberapa guru mulai mendekat untuk menolong Robert.
Valery menjauh.
Robert pun melepas tower itu dan berguling.
Bruk...
Besi-besi itu rubuh disamping Robert yang tergeletak.
“Robert” Thor mendekat dan membantu Robert untuk bangun.
Beberapa guru memeriksa keadaan Robert juga besi-besi yang roboh.
Di klinik sekolah,
Thor menatap Robert, “aku tau kau masih memiliki waktu untuk berlari menjauh, kenapa kau malah menahan bangunan besi itu?”
“aku gak mungkin membiarkan orang lain terluka”
Bruce tersenyum, “tanganmu hampir patah demi perempuan itu”
Steve diam.
Valery masuk, “selamat siang”
Steve menatap Valery, “Valery?”
Valery tersenyum, “Steve”
“oh, kau pasti mencari pria yang tangannya terluka” Thor tersenyum pada Valery, “aku rasa... lebih baik kita makan siang di kantin” Thor mengajak Steve dan Bruce, “ayo kawan, biar aku yang tlaktir”
Bruce tersenyum dan mengerti maksud Thor, ia mengikutinya keluar.
Steve menatap Valery dan Robert, ia pun mengikuti Thor.
Robert tersenyum pada Valery.
“ku dengar, tanganmu hampir patah”
“hampir” Robert menatap Valery.
“aku... sebenarnya aku mau berterimakasih padamu”
“kenapa?”
“karena kau menahan besi-besi itu untuk melindungiku”
Robert tersenyum, “tak masalah, aku tulus melakukan itu”
“ba..baiklah, aku permisi”
“Valery”
Valery menatap Robert, “?”
“bagaimana jika hari ini, kau pulang bersamaku?”
“eh... aku...”
“kau sudah janjian dengan Steve?”
“tidak, aku hanya... aku ada urusan”
“ok, tak masalah”
“baiklah, aku permisi” Valery pergi meninggalkan Robert.
Robert diam, “dia menolakku secara halus”
Di kantin,
“Steve, kau kenapa? Akhir-akhir ini, kau sering diam” Thor menatap Steve.
“aku baik-baik saja”
“apa kau tidak suka jika Robert mendekati Valery?” Bruce menatap Steve.
“maksudmu apa? Itu urusan mereka” Steve menatap Bruce.
“aku minta maaf” Bruce diam.
Besoknya,
Steve melihat Robert yang keluar dari mobil, ia juga melihat Valery yang mendekati Robert.
“Robert”
Robert menoleh, “Valery?”
“ayah menyuruhku untuk mengundangmu makan malam”
“hari ini?”
“iya”
“ok, aku akan datang” Robert terenyum.
Valery pun meninggalkan Robert.
Steve masih melihat itu, tapi murid misterius yang kemarin terlihat diantara semak-semak. Dia...? Steve berniat mengejarnya.
Orang itu mengetahuinya dan kabur agar tidak tertangkap Steve.
Di ruang kepala sekolah,
Nick sedang rapat bersama Hill, Coulsen, dan Steve. Tak lupa dengan mata-mata sekolah yaitu Clint dan Natasha.
“ada yang sengaja merusak besi-besi itu” Coulsen menatap mereka.
“maksudmu?” Hill menatap Coulsen.
“ada yang mempreteli beberapa bautnya” Coulsen menatap Hill.
“jadi?” Nick menatap mereka.
“maaf, pak” Clint mengangkat tangan kanannya, “aku dan Natasha sedang mencoba menyelidiki kasus ini”
“Natasha, Clint, apa kalian yakin ini ulah seorang murid? Aku ragu, untuk apa dia merusak fasilitas sekolah?” Nick bingung dan menatap Steve, “kenapa kau diam? Apa pikiranmu tidak disini?”
“maaf, pak. Aku hanya...”
“Steve, kau ketua osis”
“aku mengerti, aku akan ikut menyelidiki kasus ini”
“baiklah, rapat selesai. Jangan sampai ada yang tau masalah ini”
“baik, pak”
Mereka pun bubar.
Di kelas,
Robert sedang memainkan pulpen dengan jarinya, “membosankan”
“Steve lama sekali ya?” Thor sibuk menyisir rambut, menatap Bruce.
“aku jadi punya firasat jika rapat kali ini sangat penting” Bruce berpikir.
Thor tersenyum, “bukankah setiap rapat itu penting? Hanya Robert yang merasa rapat itu buang-buang waktu”
Robert menoleh ke arah Thor dan kembali memainkan pulpennya.
“tapi rapat kali ini, kita tidak diajak” Bruce merasa sedikit aneh.
Steve masuk, “siang”
“ah, akhirnya captain kita datang” Robert tersenyum, “para penggemarmu membicarakanmu terus” ia menunjuk Thor dan Bruce.
Steve bingung dan menatap mereka, ia pun duduk di dekat Robert.
“apa yang terjadi, Steve? Apa rapatnya sangat rahasia?” Bruce menatap Steve.
“maaf teman-teman, aku tidak bisa menceritakannya. Ini perintah kepala sekolah”
“ah... payah” Thor agak kecewa, “semoga ini gak ada sangkut pautnya sama kita, apalagi masalah rambut cowok yang gak boleh panjang”
Robert tersenyum, “sepertinya kau calon mata-mata juga, seperti Clint dan Natasha” ia menatap Steve.
Clint dan Natasha datang dan duduk di belakang Robert.
“panjang umurnya” Robert langsung diam.
Natasha berbisik pada Robert, “aku tau, kau sedang membicarakan kami kan?”
“ok” Robert mengangkat tangan sebagai tanda menyerah, “kau mau mengadu pada Nick dan menghukumku?”
“aku hanya ingin memperingatkanmu” Natasha agak kesal.
“sudahlah Nat, dia tidak penting” Clint juga kesal.
“oh Tuhan... aku dikelilingi mata-mata sekolah” Robert menyindir Steve, Clint dan Natasha.
Saat bubar,
Steve melihat siswa itu lagi, ia pun mengikutinya. Siswa berambut sebahu itu mengetahuinya dan kabur.
“tunggu” Steve berlari mengejarnya, “hey, tunggu”
Mereka keluar dari sekolah dan masuk ke sebuah gang sempit dan terus berlari, sampai akhirnya siswa itu berhenti karena mendapatkan jalan yang buntu. Ia menoleh dan menatap Steve.
Steve terdiam, “Bucky?”
“Steve”
Steve ingat, Bucky adalah teman masa kecilnya dan mereka berpisah saat SMP karena Steve pindah ke kota.
“apa yang kau inginkan dariku?”
“Bucky, kau sahabatku”
“bohong, sekarang kau adalah Avengers. Kau sudah melupakanku”
“Bucky...”
“tolong jangan ganggu aku, Steve”
Steve pun diam dan Bucky meninggalkan Steve.
Malamnya,
Robert datang ke rumah Valery, ia mengetuk pintu.
“iya” seorang pria paruh baya, membuka pintu.
“Jarvis?” Robert terdiam.
“tuan?” Jarvis tersenyum.
Mereka pun berpelukan.
Valery kaget melihat itu, “apa ayah kenal dengan Robert?” ia menatap ibunya.
“ya, mereka begitu dekat”
Valery merasa aneh.
“tuan yang tabah ya, saya juga tidak menyangka jika orang tua tuan akan pergi secepat ini” Jarvis khawatir.
Robert menahan sedihnya, “terima kasih J (J=Jarvis)”
Valery masih menatap mereka.
“sudahlah sayang, lebih baik kita membuatkan minum untuknya” ibu tersenyum.
“ok” Valery mengikuti ibunya ke dapur.
Mata Robert memerah.
“mari duduk, tuan” Jarvis tersenyum.
“ya” Robert tersenyum dan duduk.
Di dapur,
“ayah pernah menjadi baby siternya Robert?” Valery kaget.
“ya, bahkan sampai umur Robert 14” ibu tersenyum, “saat itu kau merasa iri karena ayahmu selalu pergi mengurus orang lain, kau kesepian tanpa ayahmu”
“kenapa mesti dijagain segala sih? Umur 14 tahun juga” Valery kesal mengenang itu.
“orang tua Robert kan super sibuk, jadi ayahmu selalu menemani Robert”
“sepanjang waktu? Sejak dia balita sampai 14 tahun?”
“ya, mungkin bagi Robert, Javis adalah ayah keduanya”
“dan dia membuatku hidup tanpa ayah”
“kamu ko gitu sih? Kayanya kamu gak suka sama Robert, apa ibu benar?”
“dia suka gangguin aku, bu. Pokoknya bikin BT deh”
“tapi kan, kemarin dia nolongin kamu”
“makanya, kalau gak disuruh ayah, aku gak mau ngajak dia kesini”
“kamu kok gitu sih? Gak baik lho, kamu kan belum tau dia kaya gimana?”
“ya udahlah bu, aku kan tiap hari ketemu dia di sekolah”
Di ruang tamu,
“jadi?” Jarvis menatap Robert.
“beasiswa anakmu adalah berkas terakhir yang diperiksa ayah. Mulai tahun depan, aku yang memeriksanya”
“wah, saya sangat bersyukur anak saya masuk”
Robert tersenyum, “aku benar-benar tidak tau jika Valery adalah anakmu”
“dia cantik kan, tuan?”
“ya... ok lah”
“bagaimana keadaan di rumah, apa anda sendirian?”
“tenang saja, J. Kadang Pepper suka datang untuk melihatku”
“Pepper, sekretaris tuan Howard?”
“ya, sekarang dia sekretarisku” Robert tersenyum.
“aku senang mendengar tuan baik-baik saja, aku juga ingin berterimakasih karena tuan menolong anakku dari kecelakaan di sekolah”
“tak masalah J, setiap orang harus saling bantu kan?”
Jarvis menatap Robert, “jika tuan kesepian, datang saja kemari”
“terima kasih”
Valery pun muncul, ia membawakan segelas air untuk Robert.
Robert tersenyum, “maafkan aku, aku harus pulang”
“tak masalah” Valery akan menyimpan kembali air tersebut.
“nak, lebih baik kau antar tuan Robert ke depan. Biar ayah yang menyimpan air itu” Jarvis tersenyum.
“baik ayah” Valery agak kesal, tapi dia tidak mau membantah perintah ayahnya.
Valery pun mengantar Robert keluar.
“terima kasih, Valery” Robert menatap Valery.
“untuk apa? Bahkan kau belum sempat minum”
“tapi dengan niatmu membawakan air, aku sudah senang”
“aku disuruh ibuku”
“oh, tak masalah”
Valery menatap Robert.
“sebentar lagi Prom night kan? Aku akan menjemputmu” Robert tersenyum, “sampai jumpa” ia masuk ke mobil dan pergi.
Valery masuk, “apa-apaan dia? Maksa ngajak ke Prom night segala”
“nak, kamu kok gitu?” Jarvis merasa aneh.
“aku gak suka sama dia”
“tapi kan dia udah ngasih beasiswa”
“bukan dia, tapi almarhum orang tuanya”
“nak, ayah tidak memintamu untuk menjalin hubungan dengannya. Ayah hanya ingin kau berbuat baik padanya, mengerti?”
“iya ayah” Valery diam.
***
Bucky sedang melamun di balkon depan kelasnya, ia ingat beasiswa yang membuatnya bisa sekolah disana.
“Bucky”
Bucky menoleh dan menatap Steve, “kau mau apa?”
“hey, jangan begitu. Walau bagaimanapun, kau sangat berharga bagiku”
“benarkah? Jangan-jangan, kau hanya ingin menangkapku karena aku merusak ring basket itu”
“Bucky...” Steve menatap Bucky, “sejak awal, aku tau itu kau. Sejak kau datang secara misterius, aku tau itu kau”
“benarkah? Tapi kau tidak tau bagaimana aku bisa sekolah disini kan? Kau kaget, kau malu pada teman-temanmu”
“tidak, Buck. Aku justru bahagia bertemu denganmu lagi”
Bucky diam, “saat kelas satu SMA, aku nekad mendaftarkan diri untuk mengikuti beasiswa yayasan Howard. Akhirnya aku diterima dan sekarang, kita bisa masuk sekolah yang sama. Meski beda kelas, tapi kita satu tingkat”
Steve tersenyum, “berjuanglah Buck, sebentar lagi kita akan menghadapi ujian kenaikan”
“kau tidak takut kalah dengan teman jeniusmu?”
“Robert dan Bruce, mereka berdua memang jenius. Tapi setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, kan?”
“apa yang membuatmu lebih baik dari mereka?”
“respect, semua orang lebih respect padaku ketimbang Robert yang selalu dapat nilai sempurna dalam mata pelajaran apapun”
“kau tidak suka padanya?” Bucky menatap Steve.
“aku... aku hanya kurang percaya”
Mereka tersenyum.
Malamnya,
Robert datang ke rumah Jarvis,ia mengetuk pintu.
“sebentar” Valery membuka pintu, “mau apa kau?” ia kaget melihat Robert.
“dia tamu ayah” Jarvis tersenyum dan menyuruh Robert masuk.
Mereka pun makan bersama.
Robert begitu senang  bisa makan malam dengan keluarga Jarvis.
“ini makanannya, tuan” istri Jarvis menyiapkannya.
“waw, ini makanan kesukaanku” Robert ingat masa kecilnya saat diasuh Jarvis.
“itu juga makanan kesukaan Valery sampai sekarang, iya kan nak?” Jarvis tersenyum.
“iya ayah” Valery kurang bersemangat.
Setelah makan,
Valery pun bersih-bersih di dapur bersama ibunya, Robert masih berbincang dengan Jarvis.
“aku sangat berterimakasih padamu, J. Kau tau, selama ini aku tidak pernah makan bersama keluargaku seperti ini. Bahkan sampai mereka meninggal pun, aku tetap belum pernah merasakan bagaimana rasanya makan bersama” Robert agak sedih mengingat itu.
“tuan, jika anda tidak keberatan, anda bisa menganggap kami keluarga” Jarvis tersenyum.
Robert pun memeluk Jarvis dengan air mata yang hampir jatuh.
Valery mengintip mereka, ternyata sang ayah memang terlihat sangat dekat dengan Robert. Dan ia pun tau, betapa sedihnya hidup seperti Robert.
Saat Robert akan pulang,
Seperti biasa, Valery mengantar Robert ke depan.
“terima kasih banyak, Valery”
“kenapa kau selalu berterima kasih padaku?”
“karena keluargamu sudah mau menerimaku”
Valery diam.
Robert tersenyum dan mencium kening Valery, “sampai jumpa besok”
Valery yang kaget, hanya menatap Robert.
Beberapa hari kemudian,
Robert masuk ke kelas, ia melihat teman-temannya sedang ramai membicarakan nilai di rapot.
“yah... aku sudah bisa menebak siapa yang memiliki nilai terbaik” Thor tersenyum pada Robert.
“dan aku tau, siapa yang mendapat nilai bagus karena dipercaya oleh guru-guru dan kepala sekolah” Robert menatap Steve.
Steve menatap Robert, ia tau jika Robert menyindir dirinya.
“respect, cap” Robert tersenyum.
Bruce tersenyum, “aku tau, akan sulit untuk mengalahkanmu” ia mendekati Robert.
“tapi menurutku, di urutan kedua juga baik” Robert tersenyum pada Bruce, “jika kita tidak sekelas, kau akan menjadi yang pertama”
“tapi tetap di bawahmu”
“sudahlah, kalian membicarakan itu terus” Thor menatap mereka, “aku aja cuek kalau rapotku kadang bertukar posisi dengan Steve”
“itu kau” Robert tersenyum, “tanya pada Steve, bagaimana perasaannya jika rapotnya bertukar posisi denganmu?”
Steve hanya tersenyum dan kembali diam.
“bagaimana nanti malam, kau akan membawa pasangan dari luar atau gabung dengan siswi disini?” Thor menatap Robert.
“dua-duanya, mungkin” Robert menatap Thor.
“aku percaya jika Robert bisa membawa lebih dari satu wanita” Bruce tersenyum.
“bagaimana denganmu, pak?” Robert menatap Steve.
“aku akan berbaur saja” Steve kembali diam.
Robert mendekati Steve, “sepertinya, kau sedang memikirkan sesuatu?”
“diam, Robert. Jika kau ingin berkelahi, kita selesaikan saat istirahat nanti” Steve menatap Robert.
Robert diam, “santai saja, kawan” ia menatap Steve dan menjauh.
Malamnya,
Robert datang ke rumah jarvis untuk menjemput Valery, ia mengetuk pintu.
Jarvis membuka pintu, “selamat datang, tuan”
“Jarvis” Robert tersenyum.
Valery pun muncul.
“waw, cantik sekali” Robert menatap Valery.
Valery sedikit tak nyaman.
“ayo, Valery” Robert tersenyum.
Valery pun mendekati Robert.
“Jarvis, aku janji akan mengembalikan Valery dengan keadaan yang sama”
“saya percaya, tuan” Jarvis tersenyum.
Robert pun pergi bersama Valery.
Di Prom night,
Robert yang merangkul tangan Valery, terus dilihat oleh para siswa.
“lihat itu” Thor menatap Bruce.
“aku sudah bisa menebaknya” Bruce tersenyum.
Valery berbisik pada Robert, “aku merasa tidak nyaman”
“ok” Robert malah mengajak Valery dansa.
Valery kesal, “apa kau tidak mengerti arti kata ‘tidak nyaman’? Kenapa kau malah mengajakku dansa?”
“tapi kau terus mengikuti gerakanku, kan?” Robert menatap Valery.
“aku ingin berhenti dansa”
“ok” Robert melepas Valery.
Di balkon,
Steve melamun, ia ingat...
Saat itu,
Steve bicara dengan Bucky di rumahnya.
“kau membunuh orang tua Robert?” Steve kaget.
“ya dan aku juga yang berniat mencelakainya saat di lapang kemarin, apa kau akan melaporkanku?”
“Bucky, jangan gegabah. Kau hampir melukai siswa lain, di lapang bukan hanya ada Robert kan?”
“apa masalahmu? Nyawa dibayar nyawa, jika kau mau membelanya silahkan saja”
“Bucky...”
“aku tau Steve, sekarang kau berteman dengan tiga orang itu dan kau tidak mungkin menghianati mereka karena aku”
Steve menunduk.
“Steve” Valery mendekat.
Steve tersenyum, “hey”
“kau sedang apa? Kenapa kau tidak bergabung bersama teman-temanmu?”
“aku sedang mencari seseorang”
“apa dia seorang wanita?”
“bukan”
Valery tersenyum, “kalau begitu, tidak masalah kan jika kita berdansa?”
“ok”
Mereka pun masuk dan berjalan ke lantai dansa.
Robert yang sedang duduk, terdiam melihat mereka berdansa.
“Robert, kau baik-baik saja?” Bruce khawatir.
“jangan pura-pura gak tau, udah jelas dia cemburu” Thor tersenyum sambil menggibas rambutnya.
Robert menunduk, “aku tidak apa-apa”
“apa maksudmu?” Bruce kaget.
“aku hanya ingin dia bahagia, bukan memilikinya”
“jadi kau akan menyerah pada Steve?” Thor menatap Robert, “kau harus berjuang, kawan. Bukan menyerah sebelum perang”
Setelah acara selesai,
Steve mengantar Valery pulang, Valery senang menaiki motor Steve dan ia memeluk Steve dengan bahagia.
“baiklah, sudah sampai”
“terima kasih, Steve” Valery turun dari motor Steve.
Steve tersenyum dan pergi.
Saat Valery mau masuk, ia melihat mobil Robert. Mobil itu berhenti di dekat Valery dan Robert pun turun.
“kau?” Valery kaget.
“aku sudah janji pada ayahmu untuk mengembalikanmu, tidak peduli meski kau pulang bersama pria lain”
Valery diam.
Jarvis membuka pintu, “akhirnya kalian pulang juga” ia tersenyum.
“kau bisa pegang janjiku, J” Robert tersenyum, “sampai jumpa” ia menatap Valery dan pergi.
Valery masih diam, entah mengapa ia merasa begitu tega pada Robert.
“nak, ada apa?” Jarvis menatap anaknya.
“aku baik-baik saja, ayah”
“apa disana menyenangkan?”
“ya” Valery tersenyum, “tapi sepertinya, aku mengecewakan Robert”
“sudahlah, ayo masuk. Tidak usah dipikirkan, lagi pula Robert terlihat baik-baik saja” Jarvis merangkul anaknya ke dalam rumah.
Tapi Valery tetap merasa bersalah.
Besoknya,
Robert datang ke sekolah, ia melihat Thor yang sedang dikelilingi para siswi. Robert tersenyum, “laku juga dia”
“dia sedang membagi tips rambut indah, bukan ngegodain cewe” Bruce mendekati Robert.
“oh, begitu” Robert tersenyum pada Bruce.
Mereka pun masuk ke kelas.
Steve sedang diam di bangkunya.
Bruce berbisik pada Robert, “dia masih sering murung”
“aku malas bertanya, dia selalu mengajakku berkelahi”
“sepertinya dia sedang bimbang karena memikirkan sesuatu”
Steve menatap Robert dan Bruce yang saling berbisik.
Robert mengangkat kedua tangannya, “aku tidak akan bertanya apapun padamu”
Bruce diam.
Steve kembali merenung.
Mereka pun duduk dan membicarakan hal yang tidak penting, juga mencoba untuk menghibur Steve.
Di ruang kepala sekolah,
Nick resah, ia menatap Hill dan Coulsen.
“Clint dan Natasha belum datang” Hill duduk.
“aku merasa aneh dengan Steve, tidak biasanya dia begini” Nick duduk disamping Hill.
“maaf, pak. Sepertinya Steve menyembunyikan sesuatu dari kita” Coulsen menatap mereka, “aku wali kelasnya, dan aku lebih dekat dengan anak kelasku dari guru yang lainnya”
Clint dan Natasha datang, “selamat siang, pak”
“siang” Nick menatap mereka.
“kami kesini membawa kabar” Natasha begitu serius.
“semua kasus ini berhubungan dengan kematian orang tua Robert” Clint memberikan sebuah berkas pada Nick.
Sorenya,
Semua anak bubar, Bucky melihat Valery yang sendirian karena kerja part-timenya di kantin. Valery mengunci lemari kelasnya dan melihat kelasnya yang sudah bersih.
Bucky tersenyum, “kebetulan sekali” ia pun melihat letak CCTV sekolah.
Saat Valery keluar dari kelas, Bucky memukulnya dari belakang hinga pingsan.
Malamnya,
Robert sedang makan malam sendirian di rumah, sebenarnya ia ingin sekali makan malam di rumah Jarvis. Tapi Robert tau, jika itu akan membuat Valery tidak nyaman.
Telpon rumah berdering.
Robert menoleh dan mengangkatnya, “hallo?”
“tuan, ini aku. Jarvis”
“Jarvis? Ada apa?”
“apa anda tau Valery pergi kemana?”
“maksudmu?”
“Valery belum pulang, tuan. Dia bahkan tidak memberi kabar sedikitpun padaku”
Robert terdiam, “kau tenang saja J, aku akan menghubungi semua temanku”
“terima kasih, tuan”
Robert menutup telponya, tapi ia melihat surat yang tertempel di jendelanya.
***
Valery membuka matanya, ia kaget karena bangun dalam posisi terikat di sebuah kursi. Bucky muncul, Valery pun ingat dengan pria berambut sebahu yang misterius itu.
“hey” Bucky menatap Valery.
“dimana ini?”
“di rumah masa kecilku”
“kau mau apa?” Valery panik.
“tenanglah, aku tidak akan melukaimu. Kau hanya faktor pendorong”
“faktor pendorong?”
“yap” Bucky memegang sebuah linggis.
Seseorang masuk, “Bucky”
Mereka menoleh dan melihat Robert.
Bucky tersenyum, “selamat datang, tuan”
“lepaskan dia”
“bagaimana dengan kesepakatan kita?”
“aku sudah membacanya, aku datang sendiri”
“bagus” Bucky tersenyum.
“apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau membawa Valery dalam masalah ini?” Robert menatap Bucky yang memegang linggis.
Bucky ingat...
Saat Bucky masih SMP,
Kakak Bucky yang bernama Aldrick ingin masuk SMA dan mendaftarkan diri ke yayasan Howard, namun ia tidak lolos. Aldrick frustasi dan bunuh diri, Bucky merasa sedih dan mulai membenci keluarga Robert. dan hal yang semakin membuatnya hancur, saat lulus SMP. Steve mendapat beasiswa Howard dan pergi meninggalkan Bucky, lalu sekarang Steve terkenal dan berteman dengan Robert.
Bucky semakin kesal mengingat itu, “jika kau ingin aku melepaskan perempuan ini, maka berlututlah dihadapanku”
Robert menatap Valery.
“tidak Robert, jangan lakukan itu” Valery punya firasat buruk.
Robert menatap Bucky, “aku akan melakukannya, tapi kau harus berjanji untuk melepaskannya”
Bucky hanya menatap Robert.
Robert mendekat, ia mulai berlutut dihadapan Bucky. Robert menunduk, “aku mohon, lepaskan Valery”
“kau ingin tau jawabanku?” Bucky mengayunkan linggis itu ke arah Robert.
Dak...
“ah...” Robert jatuh.
“Robert” Valery berteriak.
“itu jawabanku, tuan so hebat” Bucky terus menghajar Robert dengan linggisnya.
“hentikan, aku mohon” Valery menangis, ia tidak tega melihat Robert dipukuli di depan matanya.
“diam kau” Bucky menatap Valery, “kau tidak tau apa alasanku” ia kembali menghajar Robert, “aku dendam pada keluarganya, karena ayahnya penyebab kakakku meninggal”
“Bucky, aku sungguh tidak tau dengan hal itu” Robert berusaha untuk bertahan.
“tentu kau tidak akan tau, kau hanya memikirkan dirimu sendiri” Bucky semakin kesal.
“hentikan” Valery terus berteriak.
Di rumah Nick,
“jadi, Aldrick Killian bunuh diri karena tidak mendapatkan beasiswa dari Howard?” Nick menatap Clint.
“gak mungkin, Howard selalu meluluskan semua anak yang mendaftar. Apalagi jika mereka benar-benar kurang mampu” Hill menatap Clint.
“sebenarnya itu salah Aldrick, ia terlambat mendaftar. Dan jika ia mau bersabar, tuan Howard mungkin akan meluluskannya di tahun berikutnya” Clint mengingat ini berkas itu.
“hal ini lah yang membuat Bucky dendam” Natasha menatap Nick.
“Bucky?” Nick merasa pernah mendengar nama itu.
“James Bucky Barnes, dia penerima beasiswa taun kemarin” Natasha mengingatnya.
“ya, aku ingat saat itu ia tidak datang untuk bersalaman dengan Robert” Nick menatap Natasha.
“tepat, pak” Natasha tersenyum, “dan dia ternyata sahabat Steve sejak kecil”
“Steve?” Nick kaget.
“maaf pak, saya sudah menghubungi Steve berkali-kali. Tapi Hp-nya tidak aktif” Coulsen memegang Hp.
Nick menatap mereka, “kita harus mengambil tindakan sesegera mungkin”
***
Robert terus bertahan meski kemeja putihnyanya sobek-sobek dan bernoda darah, ia juga mendapatkan luka di seluruh tubuhnya.
“asal kau tau, Robert. Akulah yang membunuh kedua orang tuamu dan membuatnya seolah-olah seperti kecelakaan. Karena nyawa dibayar nyawa, kau tau itu?” Bucky masih bernafsu.
Air mata Robert menetes, “teganya kau, ayah dan ibuku tidak berdosa”
“tidak berdosa? Mereka telah membunuh kakakku”
“kami bahkan tidak kenal kakakmu” Robert berteriak.
“diam kau” Bucky memukul kepala Robert.
Robert pun terkapar dengan darah di kepalanya.
“sekarang giliranmu, Robert” Bucky berniat untuk menghabisi Robert.
“tidak” Valery histeris.
Thor masuk, “cukup Bucky”
Bucky kaget, “ah, kau memanggil temanmu, Robert? Dasar penipu”
“diam kau, gibasan rambutku akan menghajarmu” Thor menatap Bucky.
Bucky pun berkelahi dengan Thor.
Bruce masuk dan membuka ikatan Valery.
“Bruce?” Valery senang bantuan datang, “mana Steve?”
“aku tidak tau, kami tidak bisa menghubunginya” Bruce terus berusaha membuka ikatan tali yang begitu kuat, “sial, susah sekali”
Treng...
Linggis jatuh dan Thor berhasil mengunci tubuh Bucky dengan menyekik lehernya dari belakang.
“lepaskan aku” Bucky kesal, ia tidak bisa lepas dari Thor.
“coba saja terus, bodoh” Thor kesal.
Robert mencoba merangkak mendekati meraka dengan sisa-sisa tenaganya.
Steve datang.
“Steve?” Valery tersenyum.
Steve kaget melihat linggis di lantai dan Robert yang terluka.
“Steve...” Robert yang terkapar, menatap Steve.
Steve juga melihat Bucky yang dipegangi Thor, Bucky menatap Steve dengan sedih. Steve diam, ia ingat...
Avengers adalah teman-teman yang sudah menemaninya selama di SMA, meski terkadang berselisih namun toleransi keberagaman sifat membuat mereka solid.
Bucky, teman masa kecil Steve yang selalu ada disampingnya sejak dulu. Mereka terpisah karena keberuntungan Steve mendapat beasiswa dari yayasan Howard.
“Steve...” Valery menatap Steve.
Steve menatap mereka, ia pun berlari mengambil linggis itu dan membangunkan Robert dengan menarik kerah kemejanya.
Craaatt...
Steve menusuk dada Robert dengan linggis itu.
“akh...” mulut Robert mengeluarkan darah karena linggis itu menembus dadanya.
“maafkan aku, Robert. Dia adalah temanku” Steve menatap Robert dan mencabut linggisnya.
“so... was... I...?” Robert menutup matanya.
Steve melepaskan Robert dan Robert pun roboh, semua kaget melihat itu. Steve menoleh dan menatap mereka, Thor hanya diam dan Bucky tersenyum.
Valery tak bisa berkata-kata, ia hanya bisa menjatuhkan air mata.
Bruce mulai marah, “kurang ajar” dengan mudah ia melepaskan ikatan Valery, Bruce pun berlari ke arah Steve.
Steve tau, Bruce akan menyerangnya dan ia bersiap dengan linggis itu.
Treeenng...
Dengan mudah Bruce membuang linggis Steve dan menghajarnya tanpa ampun.
Steve kaget dengan tenaga Bruce yang begitu besar, bahkan ia tidak punya kesempatan sedikitpun untuk melawan.
“kurang ajar, kurang ajar kau” Bruce terus menghajar Steve.
Steve tersudut dan berusaha melindungi dirinya, ia menutup kepalanya dengan kedua tangannya.
Meski tau Steve telah tersudut, namun Bruce tetap menghajarnya.
Valery berlari ke arah Robert, “Robert...” ia melihat dada Robert yang bolong dan menutup tubuh Robert dengan jaketnya, “Robert” Valery hanya bisa memeluk Robert yang sudah tak bergerak, ia menyesal karena selama ini telah menyia-nyiakan Robert demi seseorang yang ternyata tak seperti yang ia pikirkan.
Nick yang datang bersama keamanan, terdiam melihat itu.
Clint membantu Thor untuk mengamankan Bucky.
Bruce masih menghajar Steve, “sialan kau, sialan”
Steve sudah tak berdaya.
Natasha mendekati Bruce, “hentikan Bruce, kau harus sabar”
“dia membunuh Robert, sahabatnya sendiri” Bruce terus menghajar Steve.
“Bruce, aku mohon. Keamanan sudah datang, mereka akan diadili seadil-adilnya”
“kau tidak mengerti, kami Avengers...”
Natasha langsung menarik Bruce dan menciumnya, “aku mohon, hentikan”
Bruce terdiam.
Para keamanan pun mengamankan tempat itu, tubuh Robert dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi. Steve dan Bucky pun dipenjara.
Thor mengantar Valery ke rumahnya.
Di rumah Valery,
Valery terus menangis di kamarnya, ia ingat jika Robert selalu ada hanya untuk menggodanya ataupun menolongnya, namun Valery tidak pernah peduli itu.
“maafkan aku, Robert...” Valery semakin menangis.
Valery juga ingat, saat sedang part-time di kantin, Robert sengaja memesan dan mentlaktir semua siswa agar Valery dapat menjual habis makanannya. Ia ingat saat Robert menahan besi untuk melindunginya di lapang basket meski tangan Robert hampir patah. Ia ingat saat Robert mengajaknya ke Prom night dan ia malah mengecewakan Robert karena berdansa dengan Steve. Dan terakhir, Robert rela berlutut dan dihajar Bucky demi menindungi dirinya.
Jarvis masuk, “nak”
“ayah...”
Jarvis memeluk Valery, “kamu harus sabar, semua ini takdir Tuhan...”
“aku sangat menyesal, ternyata ayah benar. Tidak semua yang nampak terlihat itu benar, Robert meninggal karena aku...”
“tidak, sayang. Itu tidak benar, ayah sudah mengetahui semuanya. Tadi pak Coulsen menelpon ayah”
“tapi aku jahat pada Robert, sampai ia meninggal pun aku selalu menyakiti perasaannya”
“nak” Jarvis menatap Valery, “ayah yakin, di alam sana, Robert pasti mengerti”
Valery mengangguk, namun bayangan itu masih terlihat jelas di pikirannya. Robert meninggal karena linggis itu menembus jantungnya.
Besoknya,
Robert dimakamkan diantara makam kedua orang tuanya, orang yang datang pun begitu ramai.
Setelah yang lain pergi, Valery masih disana.
Valery mengelus nisan, “aku aku janji akan selalu datang setiap ada waktu, terima kasih atas segalanya Robert dan maaf aku selalu menyakiti perasaanmu. Sekarang aku sadar, kau memang yang terbaik”
Thor mendekat, “aku menyesal, idolamu ternyata tidak mencintaimu”
Valery menoleh, “tapi Steve juga tidak mencintai semua wanita di dunia ini”
“ya, dia hanya mencintai seorang Bucky” Thor mengingat kejadian kemarin.
Di penjara,
Bucky menatap Steve, “apa kau menyesal?”
Steve menatap Bucky, “aku tidak pernah menyesal bersamamu”
“tapi kau telah membunuh sahabatmu”
Steve memegang tangan Bucky, “hanya kau yang berharga dalam hidupku”
Mereka saling tatap dan tersenyum.
***
Di ruang kepala sekolah,
Nick memberikan berkas pada Clint dan Natasha, “ini daftar anak yang mendapatkan beasiswa dari yayasan Howard tahun ini”
Natasha diam, ia melihat tanda tangan Robert di berkas itu.
“itu diseleksi langsung oleh Robert saat sedang ujian kenaikan”
Clint tersenyum, “aku tidak menyangka jika dia akan pergi secepat ini” ia mengambil berkas yang terpisah, “apa ini?”
“anak yang paling berprestasi diantara daftar itu, Robert sengaja memisahkannya”
Clint membuka berkas itu, “hanya tiga orang?” ia melihat saudara kembar bernama Pietro dan Wanda yang mahir di bidang saint dan Petter yang mahir di bidang mesin.
“mereka mungkin bisa menjadi penerus Robert dan Bruce yang selalu membuat harum nama sekolah ini” Hill tersenyum.
Coulsen pun datang, “semua siswa sudah berkumpul untuk upacara”
“mari kita keluar” Nick mengajak mereka ke lapang.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar