Author
: Sherly Holmes
Genre
: School-life, Crime
Cerita ini adalah
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Di tempat parkir
sekolah,
Seseorang turun
dari mobil sport berwarna orange kemerahan, lalu ia melihat sebuah helly yang
diam beberapa meter diatasnya.
“Robert” seorang
pria berambut panjang, turun dengan seutas tali.
Robert tersenyum,
“Hey, Thor”
“Bruce Banner” Thor
tersenyum.
Robert menoleh dan
menatap Bruce yang mendekat.
“hey” Bruce
tersenyum.
Mereka pun masuk.
Di lapang sekolah,
Steve tersenyum,
“akhirnya kalian datang”
Robert menatap
teman-temannya, “kalian lihat kan? Pria ini pasti menginap di sekolah”
Mereka saling tatap
dan bingung untuk tersenyum.
“baiklah, ayo kita
mulai rapatnya. Natasha dan Clint sudah di ruang rapat” Steve tersenyum.
Mereka pun masuk ke
ruang rapat.
Di dalam,
Rapat dipimpin oleh
kepala sekolah Nick, disana ada Maria Hill yang merupakan wakil kepala sekolah
dan juga Coulsen yang menjadi wali kelas Robert.
“ok, aku ingin
suara kalian untuk perkuliahan tahun ini. Kalian ingin tetap private atau
dilebur bersama anak lain?”
“sepertinya dilebur
menyenangkan” Clint tersenyum pada Natasha.
“kelas kita memang
dilebur, kan?” Natasha menatap aneh pada Clint.
Clint diam.
“aku tidak
keberatan” Steve menatap Nick.
“itu pasti
menyenangkan” Thor menggibaskan rambutnya.
Bruce diam.
Robert pun menatap
Bruce.
“Robert, bagaimana
dengan mu?” Nick menatap Robert.
Robert menatap
Nick, “mungkin ini pertanda baik”
***
Seorang perempuan
berlari masuk ke gerbang sekolah dan menuju ke dalam. Saat sedang berlari,
tiba-tiba pintu di depannya terbuka.
“ah” perempuan itu
tidak bisa mengerem dan menabrak seseorang.
Duk...
Ya Tuhan... aku menabrak Robert?
perempuan itu terdiam.
Robert menatap
perempuan itu, “anak baru” ia memalingkan wajahnya.
“ma..maafkan aku”
“Steve, kau ketua
osis kan?” Robert menatap Steve.
Steve menatap
Robert, “dia sudah minta maaf”
“dia terlambat
datang” Bruce bingung mengartikan maksud Robert.
Thor melihat jam
tangannya dan mengangguk, “dia benar, harusnya kau lebih disiplin” ia menatap
perempuan itu, “tapi ini hari pertamamu” Thor tersenyum.
“maafkan aku”
perempuan itu menunduk.
“baiklah” Steve
tersenyum pada perempuan itu, “ayo ikut aku”
Perempuan itu
mengangguk dan mengikuti Steve.
Robert menatap
mereka, “terkadang aku tidak mengerti. Dia hanya berbuat disiplin padaku, tapi
begitu bebas pada orang lain”
“itu hanya
perasaanmu” Bruce tersenyum.
“kau tersenyum,
maksudnya itu benar kan?”
“eh...” Bruce
bingung.
“sudahlah, ayo kita
ke kelas” Thor merangkul mereka ke kelas.
Di lapang,
“siapa namamu?”
Steve menatap perempuan itu.
“Valery”
“ok, namaku Steve
Roger”
“aku tau, kau
terkenal”
“benarkan?”
“siapa yang tidak
tau Avengers? Orang-orang yang terlahir dari keluarga terpandang dan...”
“tidak, tidak juga.
Aku dan Bruce, kami anak dari keluarga biasa”
Valery tersenyum,
“apa hukumanku?”
“tidak ada” Steve
tersenyum.
“kenapa?” Valeri
kaget.
“tidak apa-apa,
lagi pula kau anak baru” Steve menatap Valery, “berjanjilah, jika besok kau
akan datang pagi”
“siap, pak”
Mereka saling tatap
dan tersenyum.
“tapi, bagaimana
jika Robert marah?”
“tenang saja, dia
tidak akan marah. Dia sedang banyak pikiran akhir-akhir ini”
“aku tau, aku
mendengar kabar itu. Kedua orang tua Robert meninggal dalam sebuah kecelakaan,
itu sangat tragis”
Steve mengangguk,
“ya, kau tau kan? Orang tua Robert adalah salah satu pendiri sekolah ini”
Di sudut lapang,
Natasha melihat
Valery dan Steve di lapang.
“Nat?” Clint
mendekat.
“ya?” Natasha
menoleh.
“perempuan itu yang
mendapatkan beasiswa dari yayasan Howard milik Robert, kan?”
“yap, tapi dia baru
saja membuat masalah dengan sang philantropist”
“yap, dan aku
lihat, Steve malah tiba-tiba akrab dengannya”
“haruskah kita
melapor pada pak Fury?”
“aku rasa, ini
tidak terlalu penting bagi seorang Nick Fury”
Mereka pun pergi.
***
Di rumah Robert,
Robert sedang diam
menatap langit dengan kursi santainya di balkon luar kamar.
Seorang perempuan
pun mendekat, “tuan, ada surat”
“surat?” Robert
kaget dan membacanya, “besok upacara dan aku memberikan sedikit pidato”
“apa tuan akan mangkir
seperti biasanya?”
Robert menatap
perempuan itu.
“maaf tuan”
“waktu itu Nick
marah karena pidatoku melenceng dari tema, tapi kenapa dia memintaku berpidato
lagi?”
“yang penting tuan
berpidato dengan pakaian rapi dan lengkap, itu sudah sangat sukses bagiku”
“Pepper, sukses
bagimu belum tentu bagi Nick Fury”
“o iya tuan, makan
siang sudah siap”
“apa makan
siangku?”
“waffle”
“terdengar bagus”
Robert tersenyum.
Besoknya,
Robert pun mulai
berpidato di lapang, “aku tidak mengerti apa pentingnya pengumuman ini, tapi
pak kepala sekolah memintaku melakukannya” ia menatap semua teman sekolahnya.
Hill agak kesal,
“jika dia bukan anak Howard, sudah kuhukum” ia hanya diam di belakang Nick.
“sabar Hill” Nick
berbisik.
Semua anak yang
mendapatkan beasiswa, berkumpul di depan.
Robert tersenyum,
“ok, saatnya bersalaman dengan idola kalian” ia mulai bersalaman dengan Bruce,
“aku tidak akan pernah menyesal memberikannya padamu, kawan”
“terima kasih”
Bruce tersenyum dan menunduk.
Robert pun menatap
Steve yang ada di samping Bruce, “hey Steve”
Steve menjabat
tangan Robert.
“seorang patriotis
sekolahan, kau banyak mendapat penghargaan karena sikap teladanmu. Kusarankan
kau menjadi penjaga sekolah setelah lulus nanti” tapi Robert terhenti saat
menatap perempuan disampin Steve, “kau?” ia ingat dengan anak yang terlambat
kemarin.
“a..aku Valery”
Robert tersenyum
dan menjabat tangan Valery.
Nick kaget melihat
semua siswa yang berjajar, “tunggu, aku rasa, ada yang kurang” ia menatap Hill.
“salah satu dari
penerima beasiswa sakit, dia tidak datang hari ini”
“ok” Nick
memberikan tepuk tangan untuk para siswa itu.
Siangnya,
Robert dan
teman-teman berkumpul di kantin.
Steve menatap
makanannya.
“kau kenapa,
Steve?” Robert menatap Steve.
“aku baik-baik
saja”
“nikmati
makanannya, atau kau akan kehilangan makananmu” Bruce tersenyum melihat Thor
yang makan begitu lahap.
“apa?” Thor menatap
mereka.
“tidak” Steve
tersenyum.
Thor pun kembali
makan.
Valery datang dan
mendekati ibu kantin, lalu ia membantu ibu kantin untuk berjualan.
Robert melihat itu,
“aku rasa... aku akan memesan sesuatu” ia berdiri dan pergi kesana.
Teman-temannya
kaget, lalu Steve melihat Robert yang mendekati Valery.
Valery sedang
menatap makanan.
“hey” Robert
menatap Valery.
Valery kaget
melihat Robert, “kau mau memesan sesuatu?”
“tidak, aku
hanya...” Robert berpikir, “apa yang kau lakukan disini?”
“kamu gak liat? Aku
lagi jualan”
“ok, maksudku...
apa beasiswa itu belum cukup bagimu?”
“maksud kamu apa?”
“ok, sorry. Boleh
aku memesan jus? Teman-temanku butuh minum” Robert pun menatap semua orang yang
ada di kantin, “hari ini kalian mendapatkan jus gratis”
“yeah” semua
bersorak.
Robert menatap
Valery, “aku akan membayar semuanya” ia pergi.
Valery diam.
Thor tersenyum
melihat tingkah Robert, “sepertinya dia suka perempuan itu”
“ya, mungkin” Bruce
menatap Robert yang mendekat.
Steve diam.
Robert pun kembali
duduk, “kenapa kalian diam? Tidak suka jus?”
Saat pulang,
Robert masuk ke
mobilnya dan melihat Valery yang sedang berjalan, tapi ia terdiam. Steve
terlihat mengajak Valery untuk pulang bersama dan mereka pun pergi, Robert
melihat ke arah lain dan Bruce sedang mendekat. Robert membuka jendela mobil,
“Bruce”
“hey Robert” Bruce
tersenyum.
“bagaimana kalau
kita pulang bersama?”
“apa aku tidak
merepotkanmu?”
“ayolah, kita teman
kan?”
Bruce tersenyum,
“ok” ia masuk ke mobil.
Di jalan,
“hey, itu Steve
kan?” Bruce melihat motor Steve yang ada di depan mobil, “siapa perempuan yang
ia bonceng?”
“aku tidak tau”
Robert agak kesal.
“hey, sepertinya
aku kenal perempuan itu” Bruce menatap Robert.
“kenapa kau
menatapku seperti itu?”
Bruce tersenyum,
“dia adalah Valery, kan? Perempuan yang kau goda di kantin tadi”
Robert tidak
menjawab.
“jangan sampai ada
perang saudara disini”
“terserah kau saja,
aku pasti kalah”
“kenapa kau
pesimis?” Bruce kaget, “bukankah kau seorang yang...?”
“narsisme? Yap,
tapi mengalahkan Steve... ah, aku selalu ingin tau bagaimana caranya agar aku
bisa memukul giginya yang bagus itu?”
Bruce tersenyum,
“semoga kau bercanda”
***
Di rumah Valery,
“terima kasih
banyak, Steve” Valery turun dari motor Steve.
“sama-sama” Steve
tersenyum.
“apa kau ikut extra
kulikuler?”
“yap, sepak bola”
“aku kira, basket”
“kenapa?”
“aku mau ikut
cheer”
“memangnya kenapa
kalau aku tidak ikut basket? Kamu harus terus kembangkan bakatmu, kau akan
kagum melihat Thor sebagai ketua tim basket”
“ok”
Mereka pun
berpisah.
Di rumah Robert,
Robert sedang
memainkan pianonya, ia ingat saat orang tuanya diberitakan meninggal karena
kecelakaan.
“tuan” Pepper masuk
ke ruangan itu.
Robert menoleh,
“apa?”
“aku butuh tanda
tanganmu” Pepper memberikan sebuah berkas.
“ok” Robert
menandatangani berkas itu, “bagaimana keadaan perusahaan?”
“semuanya baik-baik
saja. Setelah anda lulus, anda bisa mulai bekerja disana”
“aneh sekali, aku
seorang CEO tapi aku hanya belajar di sekolah tanpa datang ke perusahaan”
“tuan tenang saja,
saya akan melakukan yang terbaik”
“aku tau, kau
memang sekretarisku. Yang terbaik dan satu-satunya yang aku miliki” Robert
tersenyum.
Pagi itu,
“tidak” Valery
berlari ke gerbang sekolah dan ia tidak sengaja menabrak seorang pria yang
memiliki rambut lurus sebahu.
Duk...
Pria itu menatap
Valery yang berseragam sama dengannya.
Valery kaget,
“maafkan ku, maafkan aku” ia kembali berlari masuk.
Pria itu merasa
aneh dan kembali masuk.
Di kelas,
“ok” Bruce sedang
menjelaskan pelajaran kimia karena gurunya sedang berhalangan hadir.
Robert mengangkat
tangan kanannya untuk bertannya.
Bruce tersenyum,
“Robert, jika kau ingin debat, kita bisa menyelesaikannya nanti”
“ok” Robert kembali
diam.
Thor tersenyum
melihat tingkah mereka, “dasar orang-orang jenius yang sombong” ia menatap
Steve yang hanya diam, “kau kenapa?”
“entahlah, yang
bisa kutanggap hanya masalah elektrik saja” Steve bingung.
“tidak salah jika
Bruce menjadi ketua dari kelompok saint sekolah”
“yap, dan Robert
selalu mengganggu di setiap exkul” Steve menatap Thor.
Thor hanya
tersenyum.
Saat istirahat,
Valery sedang
berkumpul dengan tim cheer, ia mulai berkenalan dengan para seniornya.
Robert mendekati
Valery, “hey”
Valery menatap
Robert, “ada apa?”
“aku sedang melihat
Thor berlatih” Robert so cuek dan melihat tim basket di lapang.
“ok” Valery melihat
Thor yang hebat dan kembali fokus pada tim cheer.
Di balkon,
Seorang pria
menatap ke lapang dengan begitu serius. Steve yang keluar dari kelas, melihat pria
itu. Tapi saat pria itu melihat Steve, ia langsung pergi.
“hey, tunggu. Hey”
Steve mengejarnya, namun ia tidak berhasil.
Tapi tiba-tiba,
terdengar teriakan.
Steve menoleh ke
arah lapang.
Di lapang,
Tower Ring basket
yang terbuat dari besi, roboh ke arah Robert. Robert kaget dan melihat Valery
yang ada disampingnya.
“ah...” Robert
berusaha menahan besi-besi itu.
Valery yang ada
disamping Robert, kaget.
“pergi Valery, aku
tidak tahan lagi” Robert menatap Valery.
Valery hanya diam,
ia bingung dan khawatir.
“pergi” Robert
berteriak.
Beberapa guru mulai
mendekat untuk menolong Robert.
Valery menjauh.
Robert pun melepas
tower itu dan berguling.
Bruk...
Besi-besi itu rubuh
disamping Robert yang tergeletak.
“Robert” Thor
mendekat dan membantu Robert untuk bangun.
Beberapa guru
memeriksa keadaan Robert juga besi-besi yang roboh.
Di klinik sekolah,
Thor menatap
Robert, “aku tau kau masih memiliki waktu untuk berlari menjauh, kenapa kau
malah menahan bangunan besi itu?”
“aku gak mungkin
membiarkan orang lain terluka”
Bruce tersenyum,
“tanganmu hampir patah demi perempuan itu”
Steve diam.
Valery masuk,
“selamat siang”
Steve menatap
Valery, “Valery?”
Valery tersenyum,
“Steve”
“oh, kau pasti
mencari pria yang tangannya terluka” Thor tersenyum pada Valery, “aku rasa... lebih
baik kita makan siang di kantin” Thor mengajak Steve dan Bruce, “ayo kawan,
biar aku yang tlaktir”
Bruce tersenyum dan
mengerti maksud Thor, ia mengikutinya keluar.
Steve menatap
Valery dan Robert, ia pun mengikuti Thor.
Robert tersenyum
pada Valery.
“ku dengar,
tanganmu hampir patah”
“hampir” Robert
menatap Valery.
“aku... sebenarnya
aku mau berterimakasih padamu”
“kenapa?”
“karena kau menahan
besi-besi itu untuk melindungiku”
Robert tersenyum,
“tak masalah, aku tulus melakukan itu”
“ba..baiklah, aku
permisi”
“Valery”
Valery menatap
Robert, “?”
“bagaimana jika
hari ini, kau pulang bersamaku?”
“eh... aku...”
“kau sudah janjian
dengan Steve?”
“tidak, aku
hanya... aku ada urusan”
“ok, tak masalah”
“baiklah, aku
permisi” Valery pergi meninggalkan Robert.
Robert diam, “dia
menolakku secara halus”
Di kantin,
“Steve, kau kenapa?
Akhir-akhir ini, kau sering diam” Thor menatap Steve.
“aku baik-baik
saja”
“apa kau tidak suka
jika Robert mendekati Valery?” Bruce menatap Steve.
“maksudmu apa? Itu
urusan mereka” Steve menatap Bruce.
“aku minta maaf”
Bruce diam.
Besoknya,
Steve melihat
Robert yang keluar dari mobil, ia juga melihat Valery yang mendekati Robert.
“Robert”
Robert menoleh,
“Valery?”
“ayah menyuruhku
untuk mengundangmu makan malam”
“hari ini?”
“iya”
“ok, aku akan
datang” Robert terenyum.
Valery pun
meninggalkan Robert.
Steve masih melihat
itu, tapi murid misterius yang kemarin terlihat diantara semak-semak. Dia...? Steve berniat mengejarnya.
Orang itu
mengetahuinya dan kabur agar tidak tertangkap Steve.
Di ruang kepala
sekolah,
Nick sedang rapat
bersama Hill, Coulsen, dan Steve. Tak lupa dengan mata-mata sekolah yaitu Clint
dan Natasha.
“ada yang sengaja
merusak besi-besi itu” Coulsen menatap mereka.
“maksudmu?” Hill
menatap Coulsen.
“ada yang
mempreteli beberapa bautnya” Coulsen menatap Hill.
“jadi?” Nick
menatap mereka.
“maaf, pak” Clint
mengangkat tangan kanannya, “aku dan Natasha sedang mencoba menyelidiki kasus
ini”
“Natasha, Clint,
apa kalian yakin ini ulah seorang murid? Aku ragu, untuk apa dia merusak
fasilitas sekolah?” Nick bingung dan menatap Steve, “kenapa kau diam? Apa
pikiranmu tidak disini?”
“maaf, pak. Aku
hanya...”
“Steve, kau ketua
osis”
“aku mengerti, aku
akan ikut menyelidiki kasus ini”
“baiklah, rapat
selesai. Jangan sampai ada yang tau masalah ini”
“baik, pak”
Mereka pun bubar.
Di kelas,
Robert sedang
memainkan pulpen dengan jarinya, “membosankan”
“Steve lama sekali
ya?” Thor sibuk menyisir rambut, menatap Bruce.
“aku jadi punya
firasat jika rapat kali ini sangat penting” Bruce berpikir.
Thor tersenyum,
“bukankah setiap rapat itu penting? Hanya Robert yang merasa rapat itu
buang-buang waktu”
Robert menoleh ke
arah Thor dan kembali memainkan pulpennya.
“tapi rapat kali
ini, kita tidak diajak” Bruce merasa sedikit aneh.
Steve masuk,
“siang”
“ah, akhirnya
captain kita datang” Robert tersenyum, “para penggemarmu membicarakanmu terus”
ia menunjuk Thor dan Bruce.
Steve bingung dan
menatap mereka, ia pun duduk di dekat Robert.
“apa yang terjadi,
Steve? Apa rapatnya sangat rahasia?” Bruce menatap Steve.
“maaf teman-teman,
aku tidak bisa menceritakannya. Ini perintah kepala sekolah”
“ah... payah” Thor
agak kecewa, “semoga ini gak ada sangkut pautnya sama kita, apalagi masalah
rambut cowok yang gak boleh panjang”
Robert tersenyum,
“sepertinya kau calon mata-mata juga, seperti Clint dan Natasha” ia menatap
Steve.
Clint dan Natasha
datang dan duduk di belakang Robert.
“panjang umurnya”
Robert langsung diam.
Natasha berbisik
pada Robert, “aku tau, kau sedang membicarakan kami kan?”
“ok” Robert
mengangkat tangan sebagai tanda menyerah, “kau mau mengadu pada Nick dan
menghukumku?”
“aku hanya ingin
memperingatkanmu” Natasha agak kesal.
“sudahlah Nat, dia
tidak penting” Clint juga kesal.
“oh Tuhan... aku
dikelilingi mata-mata sekolah” Robert menyindir Steve, Clint dan Natasha.
Saat bubar,
Steve melihat siswa
itu lagi, ia pun mengikutinya. Siswa berambut sebahu itu mengetahuinya dan
kabur.
“tunggu” Steve
berlari mengejarnya, “hey, tunggu”
Mereka keluar dari
sekolah dan masuk ke sebuah gang sempit dan terus berlari, sampai akhirnya
siswa itu berhenti karena mendapatkan jalan yang buntu. Ia menoleh dan menatap
Steve.
Steve terdiam,
“Bucky?”
“Steve”
Steve ingat, Bucky
adalah teman masa kecilnya dan mereka berpisah saat SMP karena Steve pindah ke
kota.
“apa yang kau inginkan
dariku?”
“Bucky, kau
sahabatku”
“bohong, sekarang
kau adalah Avengers. Kau sudah melupakanku”
“Bucky...”
“tolong jangan
ganggu aku, Steve”
Steve pun diam dan
Bucky meninggalkan Steve.
Malamnya,
Robert datang ke
rumah Valery, ia mengetuk pintu.
“iya” seorang pria
paruh baya, membuka pintu.
“Jarvis?” Robert
terdiam.
“tuan?” Jarvis
tersenyum.
Mereka pun
berpelukan.
Valery kaget
melihat itu, “apa ayah kenal dengan Robert?” ia menatap ibunya.
“ya, mereka begitu
dekat”
Valery merasa aneh.
“tuan yang tabah
ya, saya juga tidak menyangka jika orang tua tuan akan pergi secepat ini”
Jarvis khawatir.
Robert menahan
sedihnya, “terima kasih J (J=Jarvis)”
Valery masih
menatap mereka.
“sudahlah sayang,
lebih baik kita membuatkan minum untuknya” ibu tersenyum.
“ok” Valery
mengikuti ibunya ke dapur.
Mata Robert
memerah.
“mari duduk, tuan”
Jarvis tersenyum.
“ya” Robert
tersenyum dan duduk.
Di dapur,
“ayah pernah
menjadi baby siternya Robert?” Valery kaget.
“ya, bahkan sampai
umur Robert 14” ibu tersenyum, “saat itu kau merasa iri karena ayahmu selalu
pergi mengurus orang lain, kau kesepian tanpa ayahmu”
“kenapa mesti
dijagain segala sih? Umur 14 tahun juga” Valery kesal mengenang itu.
“orang tua Robert
kan super sibuk, jadi ayahmu selalu menemani Robert”
“sepanjang waktu?
Sejak dia balita sampai 14 tahun?”
“ya, mungkin bagi
Robert, Javis adalah ayah keduanya”
“dan dia membuatku
hidup tanpa ayah”
“kamu ko gitu sih?
Kayanya kamu gak suka sama Robert, apa ibu benar?”
“dia suka gangguin
aku, bu. Pokoknya bikin BT deh”
“tapi kan, kemarin
dia nolongin kamu”
“makanya, kalau gak
disuruh ayah, aku gak mau ngajak dia kesini”
“kamu kok gitu sih?
Gak baik lho, kamu kan belum tau dia kaya gimana?”
“ya udahlah bu, aku
kan tiap hari ketemu dia di sekolah”
Di ruang tamu,
“jadi?” Jarvis
menatap Robert.
“beasiswa anakmu
adalah berkas terakhir yang diperiksa ayah. Mulai tahun depan, aku yang
memeriksanya”
“wah, saya sangat
bersyukur anak saya masuk”
Robert tersenyum,
“aku benar-benar tidak tau jika Valery adalah anakmu”
“dia cantik kan,
tuan?”
“ya... ok lah”
“bagaimana keadaan
di rumah, apa anda sendirian?”
“tenang saja, J.
Kadang Pepper suka datang untuk melihatku”
“Pepper, sekretaris
tuan Howard?”
“ya, sekarang dia
sekretarisku” Robert tersenyum.
“aku senang
mendengar tuan baik-baik saja, aku juga ingin berterimakasih karena tuan
menolong anakku dari kecelakaan di sekolah”
“tak masalah J,
setiap orang harus saling bantu kan?”
Jarvis menatap
Robert, “jika tuan kesepian, datang saja kemari”
“terima kasih”
Valery pun muncul,
ia membawakan segelas air untuk Robert.
Robert tersenyum,
“maafkan aku, aku harus pulang”
“tak masalah”
Valery akan menyimpan kembali air tersebut.
“nak, lebih baik
kau antar tuan Robert ke depan. Biar ayah yang menyimpan air itu” Jarvis
tersenyum.
“baik ayah” Valery
agak kesal, tapi dia tidak mau membantah perintah ayahnya.
Valery pun
mengantar Robert keluar.
“terima kasih,
Valery” Robert menatap Valery.
“untuk apa? Bahkan
kau belum sempat minum”
“tapi dengan niatmu
membawakan air, aku sudah senang”
“aku disuruh ibuku”
“oh, tak masalah”
Valery menatap
Robert.
“sebentar lagi Prom
night kan? Aku akan menjemputmu” Robert tersenyum, “sampai jumpa” ia masuk ke
mobil dan pergi.
Valery masuk,
“apa-apaan dia? Maksa ngajak ke Prom night segala”
“nak, kamu kok
gitu?” Jarvis merasa aneh.
“aku gak suka sama
dia”
“tapi kan dia udah
ngasih beasiswa”
“bukan dia, tapi
almarhum orang tuanya”
“nak, ayah tidak
memintamu untuk menjalin hubungan dengannya. Ayah hanya ingin kau berbuat baik
padanya, mengerti?”
“iya ayah” Valery
diam.
***
Bucky sedang
melamun di balkon depan kelasnya, ia ingat beasiswa yang membuatnya bisa
sekolah disana.
“Bucky”
Bucky menoleh dan
menatap Steve, “kau mau apa?”
“hey, jangan
begitu. Walau bagaimanapun, kau sangat berharga bagiku”
“benarkah?
Jangan-jangan, kau hanya ingin menangkapku karena aku merusak ring basket itu”
“Bucky...” Steve
menatap Bucky, “sejak awal, aku tau itu kau. Sejak kau datang secara misterius,
aku tau itu kau”
“benarkah? Tapi kau
tidak tau bagaimana aku bisa sekolah disini kan? Kau kaget, kau malu pada
teman-temanmu”
“tidak, Buck. Aku
justru bahagia bertemu denganmu lagi”
Bucky diam, “saat
kelas satu SMA, aku nekad mendaftarkan diri untuk mengikuti beasiswa yayasan
Howard. Akhirnya aku diterima dan sekarang, kita bisa masuk sekolah yang sama.
Meski beda kelas, tapi kita satu tingkat”
Steve tersenyum,
“berjuanglah Buck, sebentar lagi kita akan menghadapi ujian kenaikan”
“kau tidak takut
kalah dengan teman jeniusmu?”
“Robert dan Bruce,
mereka berdua memang jenius. Tapi setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, kan?”
“apa yang membuatmu
lebih baik dari mereka?”
“respect, semua
orang lebih respect padaku ketimbang Robert yang selalu dapat nilai sempurna
dalam mata pelajaran apapun”
“kau tidak suka
padanya?” Bucky menatap Steve.
“aku... aku hanya
kurang percaya”
Mereka tersenyum.
Malamnya,
Robert datang ke
rumah Jarvis,ia mengetuk pintu.
“sebentar” Valery
membuka pintu, “mau apa kau?” ia kaget melihat Robert.
“dia tamu ayah”
Jarvis tersenyum dan menyuruh Robert masuk.
Mereka pun makan
bersama.
Robert begitu
senang bisa makan malam dengan keluarga
Jarvis.
“ini makanannya,
tuan” istri Jarvis menyiapkannya.
“waw, ini makanan
kesukaanku” Robert ingat masa kecilnya saat diasuh Jarvis.
“itu juga makanan
kesukaan Valery sampai sekarang, iya kan nak?” Jarvis tersenyum.
“iya ayah” Valery
kurang bersemangat.
Setelah makan,
Valery pun
bersih-bersih di dapur bersama ibunya, Robert masih berbincang dengan Jarvis.
“aku sangat
berterimakasih padamu, J. Kau tau, selama ini aku tidak pernah makan bersama
keluargaku seperti ini. Bahkan sampai mereka meninggal pun, aku tetap belum
pernah merasakan bagaimana rasanya makan bersama” Robert agak sedih mengingat
itu.
“tuan, jika anda
tidak keberatan, anda bisa menganggap kami keluarga” Jarvis tersenyum.
Robert pun memeluk
Jarvis dengan air mata yang hampir jatuh.
Valery mengintip
mereka, ternyata sang ayah memang terlihat sangat dekat dengan Robert. Dan ia
pun tau, betapa sedihnya hidup seperti Robert.
Saat Robert akan
pulang,
Seperti biasa,
Valery mengantar Robert ke depan.
“terima kasih
banyak, Valery”
“kenapa kau selalu
berterima kasih padaku?”
“karena keluargamu
sudah mau menerimaku”
Valery diam.
Robert tersenyum
dan mencium kening Valery, “sampai jumpa besok”
Valery yang kaget,
hanya menatap Robert.
Beberapa hari
kemudian,
Robert masuk ke
kelas, ia melihat teman-temannya sedang ramai membicarakan nilai di rapot.
“yah... aku sudah
bisa menebak siapa yang memiliki nilai terbaik” Thor tersenyum pada Robert.
“dan aku tau, siapa
yang mendapat nilai bagus karena dipercaya oleh guru-guru dan kepala sekolah”
Robert menatap Steve.
Steve menatap
Robert, ia tau jika Robert menyindir dirinya.
“respect, cap”
Robert tersenyum.
Bruce tersenyum,
“aku tau, akan sulit untuk mengalahkanmu” ia mendekati Robert.
“tapi menurutku, di
urutan kedua juga baik” Robert tersenyum pada Bruce, “jika kita tidak sekelas,
kau akan menjadi yang pertama”
“tapi tetap di
bawahmu”
“sudahlah, kalian
membicarakan itu terus” Thor menatap mereka, “aku aja cuek kalau rapotku kadang
bertukar posisi dengan Steve”
“itu kau” Robert
tersenyum, “tanya pada Steve, bagaimana perasaannya jika rapotnya bertukar
posisi denganmu?”
Steve hanya
tersenyum dan kembali diam.
“bagaimana nanti
malam, kau akan membawa pasangan dari luar atau gabung dengan siswi disini?”
Thor menatap Robert.
“dua-duanya,
mungkin” Robert menatap Thor.
“aku percaya jika
Robert bisa membawa lebih dari satu wanita” Bruce tersenyum.
“bagaimana
denganmu, pak?” Robert menatap Steve.
“aku akan berbaur
saja” Steve kembali diam.
Robert mendekati
Steve, “sepertinya, kau sedang memikirkan sesuatu?”
“diam, Robert. Jika
kau ingin berkelahi, kita selesaikan saat istirahat nanti” Steve menatap
Robert.
Robert diam,
“santai saja, kawan” ia menatap Steve dan menjauh.
Malamnya,
Robert datang ke
rumah jarvis untuk menjemput Valery, ia mengetuk pintu.
Jarvis membuka
pintu, “selamat datang, tuan”
“Jarvis” Robert
tersenyum.
Valery pun muncul.
“waw, cantik
sekali” Robert menatap Valery.
Valery sedikit tak
nyaman.
“ayo, Valery”
Robert tersenyum.
Valery pun mendekati
Robert.
“Jarvis, aku janji
akan mengembalikan Valery dengan keadaan yang sama”
“saya percaya,
tuan” Jarvis tersenyum.
Robert pun pergi
bersama Valery.
Di Prom night,
Robert yang
merangkul tangan Valery, terus dilihat oleh para siswa.
“lihat itu” Thor menatap
Bruce.
“aku sudah bisa
menebaknya” Bruce tersenyum.
Valery berbisik
pada Robert, “aku merasa tidak nyaman”
“ok” Robert malah
mengajak Valery dansa.
Valery kesal, “apa
kau tidak mengerti arti kata ‘tidak nyaman’? Kenapa kau malah mengajakku
dansa?”
“tapi kau terus
mengikuti gerakanku, kan?” Robert menatap Valery.
“aku ingin berhenti
dansa”
“ok” Robert melepas
Valery.
Di balkon,
Steve melamun, ia
ingat...
Saat
itu,
Steve
bicara dengan Bucky di rumahnya.
“kau
membunuh orang tua Robert?” Steve kaget.
“ya
dan aku juga yang berniat mencelakainya saat di lapang kemarin, apa kau akan
melaporkanku?”
“Bucky,
jangan gegabah. Kau hampir melukai siswa lain, di lapang bukan hanya ada Robert
kan?”
“apa
masalahmu? Nyawa dibayar nyawa, jika kau mau membelanya silahkan saja”
“Bucky...”
“aku
tau Steve, sekarang kau berteman dengan tiga orang itu dan kau tidak mungkin
menghianati mereka karena aku”
Steve menunduk.
“Steve” Valery
mendekat.
Steve tersenyum,
“hey”
“kau sedang apa?
Kenapa kau tidak bergabung bersama teman-temanmu?”
“aku sedang mencari
seseorang”
“apa dia seorang
wanita?”
“bukan”
Valery tersenyum,
“kalau begitu, tidak masalah kan jika kita berdansa?”
“ok”
Mereka pun masuk
dan berjalan ke lantai dansa.
Robert yang sedang
duduk, terdiam melihat mereka berdansa.
“Robert, kau
baik-baik saja?” Bruce khawatir.
“jangan pura-pura
gak tau, udah jelas dia cemburu” Thor tersenyum sambil menggibas rambutnya.
Robert menunduk,
“aku tidak apa-apa”
“apa maksudmu?”
Bruce kaget.
“aku hanya ingin
dia bahagia, bukan memilikinya”
“jadi kau akan
menyerah pada Steve?” Thor menatap Robert, “kau harus berjuang, kawan. Bukan
menyerah sebelum perang”
Setelah acara
selesai,
Steve mengantar
Valery pulang, Valery senang menaiki motor Steve dan ia memeluk Steve dengan
bahagia.
“baiklah, sudah
sampai”
“terima kasih,
Steve” Valery turun dari motor Steve.
Steve tersenyum dan
pergi.
Saat Valery mau
masuk, ia melihat mobil Robert. Mobil itu berhenti di dekat Valery dan Robert
pun turun.
“kau?” Valery
kaget.
“aku sudah janji
pada ayahmu untuk mengembalikanmu, tidak peduli meski kau pulang bersama pria
lain”
Valery diam.
Jarvis membuka
pintu, “akhirnya kalian pulang juga” ia tersenyum.
“kau bisa pegang
janjiku, J” Robert tersenyum, “sampai jumpa” ia menatap Valery dan pergi.
Valery masih diam,
entah mengapa ia merasa begitu tega pada Robert.
“nak, ada apa?”
Jarvis menatap anaknya.
“aku baik-baik
saja, ayah”
“apa disana
menyenangkan?”
“ya” Valery
tersenyum, “tapi sepertinya, aku mengecewakan Robert”
“sudahlah, ayo
masuk. Tidak usah dipikirkan, lagi pula Robert terlihat baik-baik saja” Jarvis
merangkul anaknya ke dalam rumah.
Tapi Valery tetap
merasa bersalah.
Besoknya,
Robert datang ke
sekolah, ia melihat Thor yang sedang dikelilingi para siswi. Robert tersenyum,
“laku juga dia”
“dia sedang membagi
tips rambut indah, bukan ngegodain cewe” Bruce mendekati Robert.
“oh, begitu” Robert
tersenyum pada Bruce.
Mereka pun masuk ke
kelas.
Steve sedang diam
di bangkunya.
Bruce berbisik pada
Robert, “dia masih sering murung”
“aku malas
bertanya, dia selalu mengajakku berkelahi”
“sepertinya dia
sedang bimbang karena memikirkan sesuatu”
Steve menatap
Robert dan Bruce yang saling berbisik.
Robert mengangkat
kedua tangannya, “aku tidak akan bertanya apapun padamu”
Bruce diam.
Steve kembali
merenung.
Mereka pun duduk
dan membicarakan hal yang tidak penting, juga mencoba untuk menghibur Steve.
Di ruang kepala
sekolah,
Nick resah, ia
menatap Hill dan Coulsen.
“Clint dan Natasha
belum datang” Hill duduk.
“aku merasa aneh
dengan Steve, tidak biasanya dia begini” Nick duduk disamping Hill.
“maaf, pak.
Sepertinya Steve menyembunyikan sesuatu dari kita” Coulsen menatap mereka, “aku
wali kelasnya, dan aku lebih dekat dengan anak kelasku dari guru yang lainnya”
Clint dan Natasha
datang, “selamat siang, pak”
“siang” Nick
menatap mereka.
“kami kesini
membawa kabar” Natasha begitu serius.
“semua kasus ini
berhubungan dengan kematian orang tua Robert” Clint memberikan sebuah berkas
pada Nick.
Sorenya,
Semua anak bubar,
Bucky melihat Valery yang sendirian karena kerja part-timenya di kantin. Valery
mengunci lemari kelasnya dan melihat kelasnya yang sudah bersih.
Bucky tersenyum,
“kebetulan sekali” ia pun melihat letak CCTV sekolah.
Saat Valery keluar
dari kelas, Bucky memukulnya dari belakang hinga pingsan.
Malamnya,
Robert sedang makan
malam sendirian di rumah, sebenarnya ia ingin sekali makan malam di rumah
Jarvis. Tapi Robert tau, jika itu akan membuat Valery tidak nyaman.
Telpon rumah
berdering.
Robert menoleh dan
mengangkatnya, “hallo?”
“tuan, ini aku.
Jarvis”
“Jarvis? Ada apa?”
“apa anda tau
Valery pergi kemana?”
“maksudmu?”
“Valery belum
pulang, tuan. Dia bahkan tidak memberi kabar sedikitpun padaku”
Robert terdiam,
“kau tenang saja J, aku akan menghubungi semua temanku”
“terima kasih,
tuan”
Robert menutup
telponya, tapi ia melihat surat yang tertempel di jendelanya.
***
Valery membuka
matanya, ia kaget karena bangun dalam posisi terikat di sebuah kursi. Bucky
muncul, Valery pun ingat dengan pria berambut sebahu yang misterius itu.
“hey” Bucky menatap
Valery.
“dimana ini?”
“di rumah masa
kecilku”
“kau mau apa?”
Valery panik.
“tenanglah, aku
tidak akan melukaimu. Kau hanya faktor pendorong”
“faktor pendorong?”
“yap” Bucky
memegang sebuah linggis.
Seseorang masuk,
“Bucky”
Mereka menoleh dan
melihat Robert.
Bucky tersenyum,
“selamat datang, tuan”
“lepaskan dia”
“bagaimana dengan
kesepakatan kita?”
“aku sudah
membacanya, aku datang sendiri”
“bagus” Bucky
tersenyum.
“apa yang kau
inginkan dariku? Kenapa kau membawa Valery dalam masalah ini?” Robert menatap
Bucky yang memegang linggis.
Bucky ingat...
Saat
Bucky masih SMP,
Kakak
Bucky yang bernama Aldrick ingin masuk SMA dan mendaftarkan diri ke yayasan
Howard, namun ia tidak lolos. Aldrick frustasi dan bunuh diri, Bucky merasa
sedih dan mulai membenci keluarga Robert. dan hal yang semakin membuatnya
hancur, saat lulus SMP. Steve mendapat beasiswa Howard dan pergi meninggalkan
Bucky, lalu sekarang Steve terkenal dan berteman dengan Robert.
Bucky semakin kesal
mengingat itu, “jika kau ingin aku melepaskan perempuan ini, maka berlututlah
dihadapanku”
Robert menatap
Valery.
“tidak Robert,
jangan lakukan itu” Valery punya firasat buruk.
Robert menatap
Bucky, “aku akan melakukannya, tapi kau harus berjanji untuk melepaskannya”
Bucky hanya menatap
Robert.
Robert mendekat, ia
mulai berlutut dihadapan Bucky. Robert menunduk, “aku mohon, lepaskan Valery”
“kau ingin tau
jawabanku?” Bucky mengayunkan linggis itu ke arah Robert.
Dak...
“ah...” Robert
jatuh.
“Robert” Valery
berteriak.
“itu jawabanku,
tuan so hebat” Bucky terus menghajar Robert dengan linggisnya.
“hentikan, aku
mohon” Valery menangis, ia tidak tega melihat Robert dipukuli di depan matanya.
“diam kau” Bucky
menatap Valery, “kau tidak tau apa alasanku” ia kembali menghajar Robert, “aku
dendam pada keluarganya, karena ayahnya penyebab kakakku meninggal”
“Bucky, aku sungguh
tidak tau dengan hal itu” Robert berusaha untuk bertahan.
“tentu kau tidak
akan tau, kau hanya memikirkan dirimu sendiri” Bucky semakin kesal.
“hentikan” Valery
terus berteriak.
Di rumah Nick,
“jadi, Aldrick
Killian bunuh diri karena tidak mendapatkan beasiswa dari Howard?” Nick menatap
Clint.
“gak mungkin,
Howard selalu meluluskan semua anak yang mendaftar. Apalagi jika mereka
benar-benar kurang mampu” Hill menatap Clint.
“sebenarnya itu
salah Aldrick, ia terlambat mendaftar. Dan jika ia mau bersabar, tuan Howard
mungkin akan meluluskannya di tahun berikutnya” Clint mengingat ini berkas itu.
“hal ini lah yang
membuat Bucky dendam” Natasha menatap Nick.
“Bucky?” Nick
merasa pernah mendengar nama itu.
“James Bucky
Barnes, dia penerima beasiswa taun kemarin” Natasha mengingatnya.
“ya, aku ingat saat
itu ia tidak datang untuk bersalaman dengan Robert” Nick menatap Natasha.
“tepat, pak”
Natasha tersenyum, “dan dia ternyata sahabat Steve sejak kecil”
“Steve?” Nick
kaget.
“maaf pak, saya
sudah menghubungi Steve berkali-kali. Tapi Hp-nya tidak aktif” Coulsen memegang
Hp.
Nick menatap
mereka, “kita harus mengambil tindakan sesegera mungkin”
***
Robert terus
bertahan meski kemeja putihnyanya sobek-sobek dan bernoda darah, ia juga mendapatkan
luka di seluruh tubuhnya.
“asal kau tau,
Robert. Akulah yang membunuh kedua orang tuamu dan membuatnya seolah-olah
seperti kecelakaan. Karena nyawa dibayar nyawa, kau tau itu?” Bucky masih
bernafsu.
Air mata Robert
menetes, “teganya kau, ayah dan ibuku tidak berdosa”
“tidak berdosa?
Mereka telah membunuh kakakku”
“kami bahkan tidak
kenal kakakmu” Robert berteriak.
“diam kau” Bucky
memukul kepala Robert.
Robert pun terkapar
dengan darah di kepalanya.
“sekarang
giliranmu, Robert” Bucky berniat untuk menghabisi Robert.
“tidak” Valery
histeris.
Thor masuk, “cukup
Bucky”
Bucky kaget, “ah,
kau memanggil temanmu, Robert? Dasar penipu”
“diam kau, gibasan
rambutku akan menghajarmu” Thor menatap Bucky.
Bucky pun berkelahi
dengan Thor.
Bruce masuk dan
membuka ikatan Valery.
“Bruce?” Valery
senang bantuan datang, “mana Steve?”
“aku tidak tau,
kami tidak bisa menghubunginya” Bruce terus berusaha membuka ikatan tali yang
begitu kuat, “sial, susah sekali”
Treng...
Linggis jatuh dan
Thor berhasil mengunci tubuh Bucky dengan menyekik lehernya dari belakang.
“lepaskan aku”
Bucky kesal, ia tidak bisa lepas dari Thor.
“coba saja terus,
bodoh” Thor kesal.
Robert mencoba
merangkak mendekati meraka dengan sisa-sisa tenaganya.
Steve datang.
“Steve?” Valery
tersenyum.
Steve kaget melihat
linggis di lantai dan Robert yang terluka.
“Steve...” Robert
yang terkapar, menatap Steve.
Steve juga melihat
Bucky yang dipegangi Thor, Bucky menatap Steve dengan sedih. Steve diam, ia
ingat...
Avengers
adalah teman-teman yang sudah menemaninya selama di SMA, meski terkadang
berselisih namun toleransi keberagaman sifat membuat mereka solid.
Bucky,
teman masa kecil Steve yang selalu ada disampingnya sejak dulu. Mereka terpisah
karena keberuntungan Steve mendapat beasiswa dari yayasan Howard.
“Steve...” Valery
menatap Steve.
Steve menatap
mereka, ia pun berlari mengambil linggis itu dan membangunkan Robert dengan
menarik kerah kemejanya.
Craaatt...
Steve menusuk dada
Robert dengan linggis itu.
“akh...” mulut
Robert mengeluarkan darah karena linggis itu menembus dadanya.
“maafkan aku,
Robert. Dia adalah temanku” Steve menatap Robert dan mencabut linggisnya.
“so... was...
I...?” Robert menutup matanya.
Steve melepaskan
Robert dan Robert pun roboh, semua kaget melihat itu. Steve menoleh dan menatap
mereka, Thor hanya diam dan Bucky tersenyum.
Valery tak bisa
berkata-kata, ia hanya bisa menjatuhkan air mata.
Bruce mulai marah,
“kurang ajar” dengan mudah ia melepaskan ikatan Valery, Bruce pun berlari ke
arah Steve.
Steve tau, Bruce
akan menyerangnya dan ia bersiap dengan linggis itu.
Treeenng...
Dengan mudah Bruce
membuang linggis Steve dan menghajarnya tanpa ampun.
Steve kaget dengan
tenaga Bruce yang begitu besar, bahkan ia tidak punya kesempatan sedikitpun
untuk melawan.
“kurang ajar,
kurang ajar kau” Bruce terus menghajar Steve.
Steve tersudut dan
berusaha melindungi dirinya, ia menutup kepalanya dengan kedua tangannya.
Meski tau Steve
telah tersudut, namun Bruce tetap menghajarnya.
Valery berlari ke
arah Robert, “Robert...” ia melihat dada Robert yang bolong dan menutup tubuh
Robert dengan jaketnya, “Robert” Valery hanya bisa memeluk Robert yang sudah
tak bergerak, ia menyesal karena selama ini telah menyia-nyiakan Robert demi
seseorang yang ternyata tak seperti yang ia pikirkan.
Nick yang datang
bersama keamanan, terdiam melihat itu.
Clint membantu Thor
untuk mengamankan Bucky.
Bruce masih
menghajar Steve, “sialan kau, sialan”
Steve sudah tak
berdaya.
Natasha mendekati
Bruce, “hentikan Bruce, kau harus sabar”
“dia membunuh
Robert, sahabatnya sendiri” Bruce terus menghajar Steve.
“Bruce, aku mohon.
Keamanan sudah datang, mereka akan diadili seadil-adilnya”
“kau tidak
mengerti, kami Avengers...”
Natasha langsung
menarik Bruce dan menciumnya, “aku mohon, hentikan”
Bruce terdiam.
Para keamanan pun
mengamankan tempat itu, tubuh Robert dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi.
Steve dan Bucky pun dipenjara.
Thor mengantar
Valery ke rumahnya.
Di rumah Valery,
Valery terus
menangis di kamarnya, ia ingat jika Robert selalu ada hanya untuk menggodanya
ataupun menolongnya, namun Valery tidak pernah peduli itu.
“maafkan aku,
Robert...” Valery semakin menangis.
Valery juga ingat,
saat sedang part-time di kantin, Robert sengaja memesan dan mentlaktir semua
siswa agar Valery dapat menjual habis makanannya. Ia ingat saat Robert menahan
besi untuk melindunginya di lapang basket meski tangan Robert hampir patah. Ia
ingat saat Robert mengajaknya ke Prom night dan ia malah mengecewakan Robert
karena berdansa dengan Steve. Dan terakhir, Robert rela berlutut dan dihajar
Bucky demi menindungi dirinya.
Jarvis masuk, “nak”
“ayah...”
Jarvis memeluk
Valery, “kamu harus sabar, semua ini takdir Tuhan...”
“aku sangat
menyesal, ternyata ayah benar. Tidak semua yang nampak terlihat itu benar,
Robert meninggal karena aku...”
“tidak, sayang. Itu
tidak benar, ayah sudah mengetahui semuanya. Tadi pak Coulsen menelpon ayah”
“tapi aku jahat
pada Robert, sampai ia meninggal pun aku selalu menyakiti perasaannya”
“nak” Jarvis
menatap Valery, “ayah yakin, di alam sana, Robert pasti mengerti”
Valery mengangguk,
namun bayangan itu masih terlihat jelas di pikirannya. Robert meninggal karena
linggis itu menembus jantungnya.
Besoknya,
Robert dimakamkan
diantara makam kedua orang tuanya, orang yang datang pun begitu ramai.
Setelah yang lain
pergi, Valery masih disana.
Valery mengelus
nisan, “aku aku janji akan selalu datang setiap ada waktu, terima kasih atas
segalanya Robert dan maaf aku selalu menyakiti perasaanmu. Sekarang aku sadar,
kau memang yang terbaik”
Thor mendekat, “aku
menyesal, idolamu ternyata tidak mencintaimu”
Valery menoleh,
“tapi Steve juga tidak mencintai semua wanita di dunia ini”
“ya, dia hanya
mencintai seorang Bucky” Thor mengingat kejadian kemarin.
Di penjara,
Bucky menatap
Steve, “apa kau menyesal?”
Steve menatap
Bucky, “aku tidak pernah menyesal bersamamu”
“tapi kau telah
membunuh sahabatmu”
Steve memegang
tangan Bucky, “hanya kau yang berharga dalam hidupku”
Mereka saling tatap
dan tersenyum.
***
Di ruang kepala
sekolah,
Nick memberikan
berkas pada Clint dan Natasha, “ini daftar anak yang mendapatkan beasiswa dari
yayasan Howard tahun ini”
Natasha diam, ia
melihat tanda tangan Robert di berkas itu.
“itu diseleksi
langsung oleh Robert saat sedang ujian kenaikan”
Clint tersenyum,
“aku tidak menyangka jika dia akan pergi secepat ini” ia mengambil berkas yang
terpisah, “apa ini?”
“anak yang paling
berprestasi diantara daftar itu, Robert sengaja memisahkannya”
Clint membuka
berkas itu, “hanya tiga orang?” ia melihat saudara kembar bernama Pietro dan
Wanda yang mahir di bidang saint dan Petter yang mahir di bidang mesin.
“mereka mungkin
bisa menjadi penerus Robert dan Bruce yang selalu membuat harum nama sekolah
ini” Hill tersenyum.
Coulsen pun datang,
“semua siswa sudah berkumpul untuk upacara”
“mari kita keluar”
Nick mengajak mereka ke lapang.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar