Senin, 09 Januari 2017

Something Stupid 2

Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Drama
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___

note : disaranka untuk membaca  terlebih dahulu Something Stupid (part 1 dan 2)
Di sebuah gedung,
Acara wisuda sedang dimulai, semua peserta memiliki pendamping kecuali Natalie. Disamping Natalie, Dini terus memegang tangan Huan yang sama-sama diwisuda hari itu. Natalie hanya diam, ia memang sudah tau jika dirinya pasti sendirian disana. Namun tiba-tiba, seseorang naik ke panggung dan Natalie pun terdiam.
“Robert?” Dini kaget melihat orang itu.
Natalie benar-benar kaget, apa Robert datang untuk menepati janjinya?
Namun Jennifer ikut naik ke panggung, Robert pun mengumumkan jika mereka telah bertunangan dan akan menikah.
“tidak?!” Natalie terbangun dari tidurnya.
“Nat, kamu kenapa?” Dini yang tidur disamping Natalie, kaget.
“gak apa-apa, Din. Aku cuma mimpi...” Natalie sedikit sedih.
“kamu mimpiin Robert lagi?”
Natalie mengangguk.
Dini pun mengelus Natalie, “udah-udah, tenang”
Besoknya,
Natalie bersiap, sebentar lagi mereka harus ke gedung universitas.
Dini mendekat, “kamu udah siap?”
Natalie tersenyum, “sebentar, tinggal pake toga”
“Huan udah nungguin kita di depan”
“iya-iya”
Mereka pun pergi.
Di gedung,
Natalie diam, ia ingat dengan mimpinya. Robert, kenapa aku belum bisa melupakanmu?
“Nat, kamu baik-baik aja kan?” Dini khawatir melihat Natalie yang terus murung selama acara.
“aku gak apa-apa kok, Din”
Natalie hanya bisa diam menikmati hari kelulusannya, berbeda dengan semua orang yang bahagia dan datang bersama pasangannya. Natalie hanya sendiri dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat bubar,
Dini melihat Natalie yang berjalan sendiri, ia khawatir. Dini tau jika Natalie sangat sedih, apalagi Natalie memang belum bisa move on dari seorang Robert.
“Nat, kalau aku sama Huan pergi nanti malam, kamu gak apa-apa kan?” Dini merangkul Natalie
“gak apa-apa kok, Din”
“atau kamu mau ikut?”
“enggak ah, aku bobo di kostan aja”
“ya udah” Dini tersenyum dan pergi.
Natalie pun pulang sendirian dengan taxi.
Huan mendekati Dini, “kau yakin, dia tidak apa-apa?”
“asal kita jangan terlalu lama dan bawa oleh-oleh makanan”
“ok” Huan merangkul Dini.
Di kostan,
Natalie diam, ia ingat jika Dini dan Huan sama-sama diwisuda tadi. Dini dan Huan pasti sangat senang bisa selalu bersama seperti itu, tapi dirinya tidak. Natalie tetap sendiri sampai saat ini, bahkan setelah Robert pergi 3 bulan yang lalu. Ia memang belum mendapatkan pengganti Robert.
Natalie melihat undangan pernikahan Dini yang sudah mulai disebar dari kemarin, ia hanya tersenyum menatap undangan itu.
Dini akan meninggalkannya sendiri di kostan setelah menikah nanti, Natalie hanya berharap jika semuanya akan baik-baik saja. Dini memang beruntung mendapatkan Huan, berbeda dengan dirinya. Baginya, Robert adalah pria pengecut yang belum bisa ia lupakan. Meskipun ia benci pada Robert, namun ia juga tidak bisa memungkiri perasaannya. Natalie memang masih memiliki rasa cinta pada Robert.
Malamnya,
Natalie ingat pada janji Robert,...
“aku akan datang kesana untuk mendampingimu”
“janji?” Natalie menatap Robert.
“yap” Robert tersenyum.
Natalie diam, kenyataannya Robert tidak datang saat wisuda. Mereka memang sudah putus, apalagi sekarang Robert tinggal di New York.
“Nat, aku pulang” Dini masuk.
“selamat datang” Natalie tersenyum.
“Nat, kamu abis nangis?” Dini melihat mata Natalie yang masih merah.
“aku gak apa-apa, kok”
“Nat” Dini memeluk Natalie.
Natalie menutup matanya, “aku gak apa-apa kok, Din”
Dini hanya bisa mengelus Natalie, “eh, aku bawa makanan nih” ia berharap, Natalie sedikit terhibur.
“makasih, Din” Natalie tersenyum.
***
Hari itu,
Dini sedang menelpon Huan.
“jadi hari ini, kita gak bisa ketemuan?”
“maaf, Huan. Besok kan kita nikah, jadi aku mau melepas masa lajangku bersama Natalie”
“emh?”
“paling kita makan bareng atau jalan-jalan bareng, pokoknya quality time ama dia deh”
“ok kalau gitu, sampai ketemu di pelaminan ya cantik”
“iya ganteng” Dini tersenyum dan menutup telponnya.
Natalie yang sudah rapi, keluar dari kamar.
“udah siap?” Dini tersenyum.
Mereka pun pergi.
Di sebuah cafe,
“kamu mau pesen apa, Nat?”
“siang gini, enaknya apa ya?” Natalie bingung.
“aku mau es krim ah”
Natalie terdiam, ia ingat pada Robert. Jika hari sedang panas dan mereka makan siang bersama, Robert selalu memesan es krim.
“Nat, ada apa?”
“enggak kok, Din. Aku cuma...”
“kalau gitu, aku pesen yang lain deh”
“gak usah, Din. Gak apa-apa”
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka muncul. Mereka pun makan dan bicara banyak, tak lupa juga menyelipkan guyonan ringan yang menyegarkan suasana.
Tapi di panggung cafe,
Seorang pria memainkan piano dan mulai bernyanyi...
Come up to meet you... Tell you I’m sorry
You don’t know how lovely you are
I had to find you... Tell you I need you
Tell you I set you appart
(The Scientist – Coldplay)
Natalie terdiam dan menoleh, ia melihat Robert yang sedang menyanyi. Matanya mulai berkaca-kaca, Robert terus menatap Natalie sambil menyanyikan lagu itu.
Tell me you love me... Comeback and haunt me
Oh, and I rush to the start
Running in circles... Chasing our tails
Coming back as we are
Natalie kesal, ia membuka sepatu kirinya dan mulai melemparkan sepatu itu ke arah Robert.
Brak...
Robert menghindar dan menghentikan lagunya, sementara sepatu Natalie jatuh entah kemana. Para pengunjung cafe pun kaget dan terdiam menatap Natalie.
“Nat, kamu apa-apaan?” Dini kaget.
“Robert nyanyi lagu THE SCIENTIST buat rayu aku” Natalie berdiri.
“Nat, sadar. Itu bukan Robert, itu penyanyi cafe”
Natalie terdiam, ia pun sadar jika itu bukan Robert. Natalie melihat ke sekitar dan para pengunjung cafe masih terdiam menatapnya, mereka kaget dengan tingkah Natalie yang melempar sang penyanyi dengan sepatunya.
Dini khawatir, “Nat?”
“m..maafkan aku” Natalie langsung berlari keluar dengan hanya memakai sepatu kanannya.
“Nat?” Dini kaget.
“maaf nona” penyanyi mendekat, “ini sepatu nona yang tadi”
“makasih” Dini mengambilnya, “ini, tolong bayar makanan kami” ia memberikan uang pada penyanyi itu dan pergi mengejar Natalie.
Di taman,
Natalie yang duduk di bangku, menangis. Ia sedih karena ia belum bisa melupakan Robert dari ingatannya, namun Natalie juga merasa sakit hati dengan perpisahan itu. Robert bukan hanya meninggalkan kenangan, tapi juga memberikan rasa sakit di hati Natalie. Natalie ingat...
“Nat...” Dini khawatir, “tadi Robert kesini, dia mencarimu”
“mencariku?” Natalie kaget mendengar itu, “apa yang dia katakan?” Natalie menatap Dini.
Dini mengeleng, “dia hanya menitipkan ini untukmu” ia memberikan sebuah surat.
Putus lewat telpon dan hanya meninggalkan sebuah surat sebagai salam perpisahan, itu sangat menyakitkan untuk Natalie. Ia masih ingat isi surat itu, dan Natalie sangat menyayangkan sikap Robert yang tidak pernah mau memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.
“Nat” Dini mendekat, “ini sepatumu”
“simpen aja, Din”
“Nat...” Dini semakin khawatir, “aku pakein ya?”
“ga usah, biar aku pake sendiri”
Dini pun duduk dan memeluk Natalie, “udah, Nat. Udah”
Natalie hanya bisa menangis di pelukan Dini.
Besoknya,
Pernikahan Dini dan Huan berlangsung di sebuah gedung. Natalie hanya diam melihat itu, tapi khayalannya pun mulai terbayang. Disana adalah dirinya dan Robert, Robert mulai mengucapkan janji sucinya pada Natalie.
“aku bersumpah akan selalu disampngmu, dalam susah ataupun senang. Aku akan mencintaimu seumur hidupku” Robert tersenyum menatap Natalie.
Natalie tersenyum pada Robert, “aku juga”
“bagaimana, sah?”
“sah” jawab para tamu undangan.
“ah?” Natalie tersadar.
Semua orang pun menatap Natalie, Dini menoleh dan ia tau jika Natalie pasti berkhayal.
Setelah pernikahan selesai,
Natalie pulang ke kostan sendirian, sekarang Dini sudah tinggal bersama Huan. Natalie membuka pintu kostan dan terdiam melihat ruangan yang begitu sepi, namun ia masih bisa melihat barang-barang Dini yang belum sempat dibawa. Ia dapat membayangkan bagaimana jika barang-barang itu sudah dibawa dan sebagian ruangan di kostan menjadi kosong, Natalie pun duduk.
***
Beberapa bulan kemudian,
Natalie bangun dari kasur, ia berjalan ke arah cermin dan tersadar jika hari ini adalah ulang tahunnya. Natalie terdiam dan mengingat masa lalunya. Tahun lalu, Robert mengajaknya ke rumah dan menyanyikan lagu I SWEAR untuknya.
Robert mulai memainkan pianonya dan menyanyi...
I swear... by the moon and the stars in the sky
I be there...
And I swear... like the shadow that’s by your side
I be there...
For better or worse... ‘till that do us far...
I’ll love you with every beat of my heart
I swear...
(I Swear – All-4-One)
Robert menatap Natalie dan menciumnya, mereka pun tersenyum dan berpelukan.
Dan sehari setelah itu, mereka putus. Air mata Natalie pun menetes, ia sadar jika dirinya tidak boleh terus terpuruk seperti ini. Natalie mengambil surat beasiswa S2 yang ia simpan di lemari, Natalie menatapnya. Sekarang Natalie sudah setengah jalan menuju S2-nya dan sedang menyusun tesis, ia berharap dapat lulus tahun depan.
Telpon berdering...
“hallo?” Natalie mengangkatnya.
“Nat, ini aku, Dini”
“Dini? Ya ampun” Natalie senang, sudah lama Dini tidak memberikan kabar.
“selamat ulang tahun ya Nat, maaf aku gak bisa kesana”
“gak apa-apa kok, kamu kan jauh di luar kota”
“o iya, Nat. Aku punya kabar buat kamu”
“apa, Din?” Natalie takut jika itu kabar buruk.
“aku lagi hamil, Nat. Udah tujuh bulan”
“ya ampun” Natalie lega karena itu kabar bahagia, “selamat, Din”
“makasih” Dini tersenyum, “Nat...”
“apa lagi?” Natalie masih sangat senang.
“Robert kecelakaan, pesawatnya jatuh”
Natalie terdiam.
“aku juga baru tau dari majalah bisnis yang suka dibeli suamiku”
Air mata Natalie menetes.
“itu jet pribadi milik Stark Internasional, sampai sekarang pesawatnya belum ditemukan. Kemungkinan besar, semua penumpangnya meninggal”
Air mata Natalie semakin menetes.
“Nat, kamu baik-baik aja kan?”
“a..aku baik-baik aja, Din. Makasih informasinya” Natalie langsung menutup telponnya dan menangis.
“hallo, Nat? Hallo?” Dini khawatir.
Natalie terduduk lemas di sudut ruangan dan terus menangis, ia ingat...
Natelie mengelus Robert, “kamu jangan sakit, ya?”
“aku gak bakalan sakit kalau masih bisa ketemu kamu” Robert menatap Natalie.
“dasar” Natalie mencium kening Robert.
Natalie pun mengenang masa-masa bersama Robert, saat pertama kali bertemu karena salah masuk toilet. Saat Robert mengajaknya berkenalan dan menawarkan beasiswa pada Natalie di luar toilet. Saat Natalie pertama datang Stark Enterprise dan tak menyangka jika Robert adalah CEO-nya. Saat pertama kali Robert mengajaknya kencan karena tau Natalie suka padanya. Saat pertama kali Natalie dicium kening oleh Robert, padahal Natalie sudah percaya diri bahwa bibirnya akan dicium. Saat ia marah pada Jennifer karena mencium Robert, dan Robert meyakinkan cintanya hanya untuk Natalie. Juga saat Robert menyanyikan lagu I SWEAR untuk Natalie.
Natalie tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menangisi semuanya. Karena sampai saat ini, Robert masih menjadi pria yang ia benci sekaligus ia cintai. Telpon kembali berdering, tapi Natalie tidak mau mengangkatnya.
Natalie ingat,...
Saat menginap di rumah Robert, mereka bicara di kamar.
Robert mengelus Natalie yang berbaring disampingnya, “apa kau bahagia?”
“tentu saja, ini hari ulang tahunku” Natalie tersenyum dan memeluk Robert.
“aku senang mendengarnya”
“kenapa kau selalu menanyakan itu padaku?” Natalie menatap Robert.
“karena aku takut” Robert menatap Natalie, “aku takut tidak bisa membahagiakanmu”
“Robert” Natalie bersandar, “kau selalu berusaha, kan? Aku sangat merasa nyaman bersamamu, bahkan Harley pun menyambutku dengan begitu baik”
Robert tersenyum, “bagaimana dengan dekorasi kamarnya? Kau suka?”
“aku suka, apalagi sama kamu” Natalie kembali memeluk Robert.
“tidurlah, ini sudah malam” Robert mencium kening Natalie.
Natalie kembali menangis.
***
Di universitas,
“tesis saya, di acc pak?” Natalie senang dan menatap dosennya dengan bahagia.
“iya, ini kan tulisannya acc. Kamu mau ulangi lagi?”
“enggak, enggak. Makasih banyak, pak. Makasih banget”
Dosen itu tersenyum, “ini kan hasil kamu, bapak cuma ngebimbing doang”
“makasih pak, makasih” Natalie pun keluar.
Di luar,
Beberapa mahasiswa sedang bicara.
“Natalie itu dapet beasiswa dari Stark Enterprise, dulu kan dia pacaran sama CEO-nya”
“pantes aja dipermudah, kita bimbingan salah melulu”
“tapi kan, dia juga dapet pembimbing yang baik”
“iya, tapi tetep aja. Buat Natalie, semua dipermudah. Mereka takut karena Natalie bawa-bawa Stark”
Natalie kesal dan mendekati mereka, “mungkin kalian benar”
Mereka langsung diam.
“lihat, tesisku sudah di acc. Kalian makin iri kan? Kasihan” Natalie pergi meninggalkan mereka.
Di jalan,
Natalie kesal, “apa-apaan mereka? Dosennya juga udah bilang kalau hasil aku emang bagus, kenapa mereka bilang semuanya serba dimudahkan? Pake bawa-bawa Robert segala” tapi ia terdiam melihat wanita paruh baya berdiri di depan kostannya.
Wanita itu tersenyum.
“maaf, anda siapa?” Natalie mendekat.
“aku Hannah, apa kamu yang bernama Natalie?”
“iya, benar”
Hannah menatap berkas acc yang dipegang Natalie, “aku ibunya Robert”
Natalie terdiam.
“boleh aku masuk?”
Di dalam,
Natalie menyuguhkan segelas air untuk Hannah, “ada apa nyonya mencari saya?”
Hannah menatap Natalie, “aku ingin mengajakmu ke New York”
Natalie kaget.
“Nat, Robert kecelakaan”
“saya tau, nyonya”
“sudah 6 bulan dia koma, sejak awal Robert tidak pernah mengalami kemajuan. Hanya kamu satu-satunya harapan kami”
“maaf nyonya, tapi kami sudah putus. Bukankah disana ada Jennifer?”
Hannah menggeleng, “yang aku tau, setelah Selly meninggal, Robert tidak pernah berhubungan dengan siapapun kecuali kamu”
Natalie terdiam.
“selama di SE, dia selalu menelpon untuk mengetahui kabar Harley” Hannah tersenyum, “dan dia selalu menceritakanmu”
Natalie menahan air matanya dan melihat ke arah lain.
“saat Robert mengajak Harley untuk tinggal disini, aku begitu senang. Mungkin dia benar-benar akan memiliki keluarga  baru disini, tapi ternyata Robert kembali ke New York dengan...” Hannah sedih.
“maaf nyonya, saya tidak bisa...”
“Natalie, aku mohon. Mungkin setelah ini, Robert tidak akan bersama kita lagi”
Natalie pun menunduk.
“aku mohon” Hannah menangis, “Harley juga begitu murung, ia tau jika ayahnya sakit parah dan mungkin akan meninggal. Dia butuh kamu, Nat. Karena bagi Harley, hanya kamu yang akan menjadi ibunya”
Air mata Natalie menetes, “nyonya, anda tidak tau bagaimana sakitnya perasaan saya”
“aku tau, Robert pernah bilang padaku jika dia akan melamarmu. Dan saat dia kembali ke New York, aku kaget mendengar kalian putus”
“dia hanya memberikan sebuah surat dengan tulisan selamat tinggal untukku”
“tapi dia selalu mencintaimu, dia punya alasan kenapa dia tidak bisa mengucapkan salam perpisahan” Hannah menatap Natalie, ia ingat...
Saat itu,
Robert dan Selly akan pergi ke luar kota.
“dah ayah, dah ibu” Harley yang berumur 3 tahun, melambai.
“dah sayang” Robert masuk ke mobil.
Selly melambai dengan senyumannya, “bye sayang...” ia masuk ke mobil.
Hannah tersenyum sambil mengelus Harley, “hati-hati, nak”
Mobil pun pergi.
Tapi beberapa jam kemudian,
Telpon berdering.
Hannah mengangkatnya dan mendapat kabar jika mereka mendapat kecelakaan, Hannah pun pergi ke rumah sakit bersama cucu dan suaminya.
Saat Robert sadar, ia mendapatkan kabar jika Selly telah meninggal. Robert merasa sangat bersalah akan hal itu, ia begitu menyesal dan tidak rela semua itu terjadi.
“sangat sulit untuk Robert melupakan masa lalunya, sampai saat ini pun dia tidak pernah mengucapkan selamat tinggal secara langsung. Bahkan setiap Harley berangkat sekolah, Robert tidak pernah mau bicara apapun”
“aku tau, aku pernah menginap di rumah Robert”
“cuma kamu yang bisa membuat dia bahagia, Nat. Aku mohon, kali ini saja”
Natalie diam.
“tolong kami, Nat”
“baiklah, tapi waktuku hanya 3 bulan sebelum wisuda S2”
Hannah tersenyum.
***
Mereka pun sampai di rumah Hannah.
Knock knock...
Hannah mengetuk pintu.
Harley membuka pintunya, “nenek?” ia memeluk Hannah, “aku senang, nenek udah pulang” tapi saat melihat Natalie, Harley terdiam.
“Harley” Natalie sedikit sedih.
“tante Nat?” air mata Harley menetes.
Natalie pun semakin merasa sedih dan memeluk Harley, “sayang”
“tante Nat...” Harley semakin menangis.
Natalie menangis sambil memeluk Harley.
Hannah juga sedih melihat itu, ia tau jika Harley begitu menginginkan ayahnya bisa menikah dengan Natalie.
Malamnya,
Natalie masuk ke kamar Harley dan melihat Harley sedang menangis.
“tante?” Harley kaget.
“sayang, kamu kok belum tidur?” Natalie mendekat dan naik ke ranjang Harley.
“apa ayah akan meninggal?”
“sayang, kamu gak boleh ngomong gitu”
“meski aku masih 6 tahun, tapi aku udah ngerti kok. Ayah itu bukan tidur, tapi koma. Guruku bilang, koma itu antara hidup dan mati”
“nak, kita punya Tuhan”
“tapi aku tau keadaan ayah, aku tau ayah berkali-kali oprasi agar bertahan sampai sekarang. Tapi gak mungkin selamanya ayah seperti itu. Setiap melihat ayah, aku sedih. Ayah terlihat menderita dan tersiksa disana, banyak alat-alat menempel di tubuh ayah”
“sstt... sudah sayang” Natalie memeluk Harley, “kita harus yakin, Tuhan akan memberikan yang terbaik” ia menatap Harley, “lebih baik kita berdo’a untuk kesembuhan ayahmu, lalu kita tidur. Ok?”
Harley mengangguk, “tapi tante tidur sama aku, ya?”
“boleh”
Setelah Harley tidur,
Natalie menangis, ia bingung harus berbuat apa. Natalie melihat kesedihan di mata Harley, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu di SE. Dan yang membuatnya semakin sedih, Harley tau jika ia harus siap kehilangan sang ayah dan menjadi yatim piatu.
Besoknya,
Hannah dan Natalie mengantar Harley ke sekolah, Natalie tersenyum karena sekarang Harley sudah kelas 2 SD.
“dah nenek, dah tante” Harley melambai.
“dah...” Natalie melambai.
Hannah pun tersenyum.
Setelah Harley masuk ke sekolah, mereka pun pergi ke rumah sakit.
Di rumah sakit,
Hannah mendekati dokter, “dokter?”
“nyonya”
“bagaimana keadaan Robert?”
“besok kami harus mengoprasi jantungnya, karena ada sedikit masalah di alterinya”
Hannah terdiam mendengar itu, karena 2 minggu yang lalu Robert baru saja melakukan oprasi di kepalanya.
Natalie yang ada di samping Hannah pun diam, ia ingat dengan kata-kata Harley tadi malam.
“kalau begitu, saya permisi” dokter pun pergi.
Hannah menatap Natalie, “itu Robert”
Natalie mengintip dari luar ruang ICU, air matanya menetes. Ternyata keadaan Robert begitu menyedihkan, ia benar-benar bertahan dengan alat penunjang hidup.
“aku berharap banyak padamu, Nat” air mata Hannah menetes, “mungkin Robert tidak akan bertahan, tapi dia akan bahagia jika kau ada disini. Apalagi jika kau bisa menemaninya sebelum dia meninggal”
Natalie menunduk dan air matanya terus menetes, pria yang selalu bertemu dengannya dalam keadaan sehat sudah berubah seperti itu.
“Nat...” Hannah mendekat.
“boleh aku tau keadaan Robert yang sebenarnya?” Natalie menatap Hannah.
“kau boleh ikut aku ke ruangan dokter, sekarang”
Mereka pun pergi.
Sorenya,
Natalie sedang menemani Harley mengerjakan PR di kamar.
“tante”
“iya sayang?”
“masih mau kan, jadi ibuku?”
Natalie terdiam.
“kok tante diem? Apa tante gak mau karena benci sama ayah?”
“kok kamu bilangnya gitu, nak?”
“aku inget waktu ayah ngajak aku kembali kesini, ayah begitu sedih. Ayah bilang, ayah udah bikin tante sedih dan gak bisa tante maafin. Aku ingat saat ayah menangis dan menyesali semuanya” Harley sedih, “ayah bilang, gak akan ada yang bisa gantiin tante di hidup ayah. Ayah pingin banget nikah sama tante, tapi...”
“?”
“kata ayah, ayah gak bisa bikin tante bahagia. Dan ayah yakin, jika tante akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari ayah”
Natalie diam.
“kenyataannya, ayah gak pernah bisa lupain tante dan...” air mata Harley menetes, “ayah berubah seperti dulu lagi, sama saat kami kehilangan ibu”
“sayang” Natalie memeluk Harley.
“tante mau kan, jadi ibuku? Meski nantinya, tante menikah dengan orang lain”
“iya sayang, iya” Natalie menahan air matanya.
Besoknya,
Natalie kembali datang ke rumah sakit setelah mengantar Harley.
Natalie mengintip Robert dari luar ruang ICU, Tuhan... aku tidak tega melihatnya seperti ini, semoga Robert segera membaik.
“nona?”
“ah?” Natalie menoleh, “dokter?”
“maaf membuat anda kaget”
“gak apa-apa, dok. A...aku...”
“jika nona ingin melihat pasien, masuk saja”
“tapi...”
“tidak apa-apa, nona. Pasien baru akan dioprasi sore nanti”
“makasih, dok” Natalie pun masuk.
Di dalam,
Natalie hanya diam melihat Robert yang tak berdaya, ia sedih. Harley benar, di tubuh Robert terdapat bekas oprasi. Entah membiarkannya seperti ini baik atau tidak, tapi keluarganya belum rela kehilangan Robert.
Natalie mendekat, “ Robert” ia tersenyum dan berharap jika Robert bisa mendengar dan merasakan kehadirannya, Natalie melihat alat-alat yang dipasang di tubuh Robert. Matanya mulai memerah, “aku kesini, aku hanya...” mata Natalie mulai berkaca-kaca, ya Tuhan... aku tidak tega melihatnya.
Air mata Natalie pun menetes, ia ingin menyentuh tangan Robert. Namun sekarang rasanya berbeda, tidak seperti dulu saat mereka masih punya hubungan. Sekarang Natalie begitu canggung untuk menyentuh atau pun mengelus Robert.
Natalie terus menatap tangan Robert yang dipasang infus, kenapa aku begitu sulit untuk menyentuh tangannya? Apa hatiku masih belum rela? Apa aku masih menyimpan amarah padanya? Ya Tuhan...
Robert membuka matanya, tapi ia tiba-tiba sesak meski oksigen membantunya untuk bernafas.
“ya Tuhan...” Natalie panik, “dokter” ia berteriak, “dokter, tolong”
Mata Robert melihat ke atas dan dadanya mulai terangkat-angkat.
“dokter” Natalie semakin panik dan memegang tangan Robert, “Robert, kamu harus kuat” ia menangis, “dokter, tolong”
Dokter datang dengan para suster, “maaf, nona. Permisi” mereka mulai melakukan tindakan untuk Robert.
Natalie mundur dan hanya diam melihat itu, air matanya terus menetes.
“ha....a” dada Robert yang terangkat, mulai turun. Matanya pun kembali tertutup setelah sempat menatap Natalie.
Natalie menangis.
“nona, tenanglah” salah satu suster, mendekati Natalie.
“dia akan baik-baik saja, kan? Apa yang terjadi padanya?”
“tenang, nona. Lebih baik, kita keluar”
“enggak sus, aku mau disini”
“nona, nona tidak boleh berada disini jika kondisi nona seperti ini”
Natalie pun keluar bersama suster tersebut, sementara dokter masih memberikan tindakan.
Di luar,
Hannah yang baru datang, melihat Natalie. Ia khawatir, “Natalie, ada apa?”
Natalie masih menangis.
“pasien tiba-tiba sesak saat nona Natalie sedang bersamanya” suster menjelaskan.
Hannah menatap Natalie, “lebih baik kamu kembali ke rumah”
“enggak nyonya, aku mau disini. Aku mau menemani Robert oprasi”
“Natalie, kamu harus istirahat. Keadaanmu tidak memungkinkan untuk berada disini” Hannah mengelus Natalie, “kamu tenang saja, aku pasti akan mengabarimu”
Natalie mengangguk meski sebenarnya ia sedih, karena Natalie ingin berada disamping Robert.
“di rumah, Harley sendiri. Ia tau jika hari ini, Robert oprasi lagi. Aku harap, kau bisa menghiburnya”
“aku akan menemaninya, nyonya” Natalie pun pergi.
Di rumah,
Natalie masuk dan melihat Harley yang sudah berpakaian rapi.
Natalie kaget, “Harley, kamu mau kemana?”
“aku mau lihat ayah”
“jangan sayang, kamu disini saja”
“kenapa? Kenapa tante dan nenek sama saja? Kalian selalu melarangku ke rumah sakit jika ayah sedang oprasi, apa salahku?”
“enggak, sayang. Kamu gak salah apa-apa, hanya saja...”
“apa tante? Apa?” Harley menangis, “aku tau keadaan ayah separah apa, aku tau ini oprasi yang kesekian kalinya dan aku tau kemungkinan ayah tidak akan sembuh. Aku hanya ingin melihat ayah, aku rindu padanya”
“sayang” Natalie memeluk Harley, “tante janji, besok kita ke rumah sakit. Ya?”
Harley mengangguk dan terus menangis di pelukan Natalie.
Sorenya,
Robert dipindahkan ke ruang oprasi dan oprasi pun dimulai. Dokter dan para suster mulai melakukan tindakan, untuk mengoprasi jantung Robert.
Di ruang tunggu, Hannah begitu cemas. Ia berharap, Robert dapat melewati oprasinya dengan baik.
***
Pagi itu,
Natalie membuka matanya, ia bangun sambil menguap, “huach...”
“akhirnya kau bangun juga” Robert tersenyum.
Natalie tersenyum dan berjalan ke arah Robert, Robert menatap Natalie dan mereka berpelukan.
“Natalie, lepaskan aku”
“gak mau, aku masih pengen peluk kamu” Natalie senang, akhirnya mereka bersama lagi.
“sayang, ini udah siang. Aku kan harus kerja”
Natalie melepas pelukannya.
“jangan marah” Robert mencium Natalie, “tolong siapin bajuku, aku mau mandi dulu”
“ok” Natalie tersenyum.
Setelah menyiapkan baju untuk Robert, Natalie pun mencari sepatu Robert. Tapi ia tidak menemukannya di kamar, Natalie turun dan mencarinya ke ruang tamu.
Hannah mendekat, “Natalie, kau sedang apa?” ia tersenyum.
“aku lagi nyari sepatu Robert, dia kan harus kerja”
“Natalie...?” Hannah terdiam.
“ada apa?” Natalie menoleh.
“Robert sudah meninggal”
“tidak” Natalie terbangun dari mimpinya.
Harley yang tidur disamping Natalie, bangun. Ia menatap Natalie, “tante mimpi buruk lagi, ya?” Harley menguap.
“sayang, maafkan tante” Natalie memeluk Harley dan menahan kesedihannya.
Harley yang masih ngantuk, hanya bisa mengangguk.
“mulai besok, kamu tidur sendiri ya?”
“kenapa? Tante gak suka sama aku?”
“enggak sayang, tante cuma gak mau ngeganggu tidurmu. Setiap tante mimpi buruk, kamu selalu ikut bangun. Tante gak tega”
“tapi tante gak akan ninggalin aku, kan? Apa tante akan pergi jika ayah meninggal?”
“sst... jangan bilang gitu” Natalie kembali memeluk Harley, “tante janji, tante akan selalu ada buat kamu”
Siangnya,
Sesuai janjinya, Natalie mengajak Harley ke rumah sakit. Natalie memegang tangan Harley dan mengajaknya ke ruang ICU.
Harley yang masih memakai seragam sekolah, mendekati ayahnya. Air mata Harley menetes, “ayah, ini aku” ia memegang tangan Robert, “aku rindu padamu, ayah. Ayah harus cepat sembuh”
Natalie sedih melihat itu, ia hanya bisa diam dan menunduk.
“ayah sayang padaku kan? Aku sudah kehilangan ibu, aku gak mau mehilangan ayah” Harley menangis, “tante Natalie ada disini, dia gak marah sama ayah. Tante baik, dia mau nemenin aku di rumah. Ayah harus bilang makasih sama tante, ayah gak boleh diem aja. Ayah pengen minta maaf, kan? Sekarang tante Natalie udah ada disini”
Air mata Natalie menetes, “sayang, udah yu. Kamu kan harus ngerjain PR, mana belum makan siang”
Harley yang menangis, menoleh ke arah Natalie.
“ayo nak”
Harley pun mengangguk dan berlari keluar meninggalkan Natalie, disana ada Hannah yang memeluk Harley.
Natalie tersenyum pada Robert, “anakmu menyayangimu, Robert” ia berbisik dan mencium kening Robert, “kamu harus kuat” Natalie pun keluar.
Dan air mata Robert menetes.
Di luar,
Hannah tersenyum, “Harley sudah masuk ke lift”
“bagaimana keadaan Robert?” Natalie masih cemas.
“kemarin alterinya tersumbat, tapi sekarang dia sudah dioprasi. Semoga kemarin adalah oprasi terakhirnya”
“iya, nyonya. Kalau begitu, aku akan mengantar Harley pulang”
“terima kasih, kau mau mengantar Harley kemari”
Natalie tersenyum, “dia sangat merindukan ayahnya”
Malamnya,
Natalie melamun di kamar, sekarang ia tidak sekamar lagi dengan Harley. Natalie ingat, saat Robert mau menciumnya di kampus dan Dini datang lalu memukul kepala Natalie dengan kertas bimbingan yang setebal 3 bab.
Natalie tersenyum, terkadang Robert memang tidak menghiraukan keadaan sekitarnya. Ia juga ingat saat Robert menciumnya beberapa di depan Jennifer seperti tidak mau ditinggalkan berduaan, Robert melakukan itu agar Natalie percaya jika dirinya tidak memiliki hubungan apapun dengan Jennifer dan lebih memilih Natalie.
Natalie pun tersadar, Robert memang tidak pernah ingin kembali bersama Jennifer. Dan ketakutannya karena Robert tinggal disebelah rumah Jennifer, semua telah terbantahkan. Jennifer pergi ke Paris setelah ditolak Robert dan dia tidak pernah kembali kesini.
Mungkin mereka benar, Robert hanya mencintai Natalie. Satu hal yang Natalie sayangkan, kenapa Robert tidak mau berjuang sedikit lagi? Dua kali gagal dalam mempersiapkan lamaran, bukan berarti di hari berikutnya akan kembali gagal. Robert tau jika mereka saling mencintai, tapi karena hal itu, Robert malah memilih untuk pergi.
Seandainya Robert mau menjelaskan tentang makan siangnya bersama Alleta, mungkin Natalie akan kembali luluh. Karena selama ini, Robert tidak pernah terbuka. Robert selalu menutupi masa lalunya dari Natalie, karena alasan trauma.
Jika Robert lebih terbuka, mungkin sekarang mereka sudah menikah. Tapi semua itu sudah diatur oleh Tuhan, manusia hanya bisa merencanakan dan berandai-andai. Setelah kita berjuang dengan penuh, tetap saja akhirnya Tuhan yang menentukan.
Natalie pun tertidur.
Besoknya,
Natalie pergi ke rumah sakit, ia melihat suster mau masuk ke ruang ICU tempat Robert dirawat.
“suster” Natalie mendekat.
“nona” suster tersenyum, “apa anda mau memandikan pasien?”
“iya sus, biar aku saja”
“baik kalau begitu” suster mengantar Natalie masuk.
Di dalam,
“silahkan nona” suster menyimpan wadah berisi air dan handuk kecil, lalu ia memeriksa keadaan Robert sebelum pergi.
Natalie duduk dan menatap Robert.
“saya permisi, nona”
“makasih, sus” Natalie tersenyum.
Setelah suster pergi,
Natalie mengelus Robert, “kamu mandi dulu, ya? Liat nih, aku mau nyeka kamu pake air anget” ia tersenyum melihat hidung Robert yang mancung dan lancip, “aku jadi inget waktu kamu gak sengaja kepentok pintu” ia masih mengelus Robert dan mengingat itu, “kamu sih, aku lagi marah tetep maksa” Natalie tertawa, tapi ia kembali diam. Natalie sedih, Robert belum menunjukan tanda-tanda berarti sampai saat ini.
Natalie mengambil handuk kecil itu dan mulai menyeka tubuh Robert, air matanya menetes. Dulu, di tubuh Robert tidak ada sedikitpun bekas luka. Tapi sekarang, terdapat beberapa bekas akibat oprasi.
Natalie menatap Robert, “kamu harus kuat” ia pun mulai bersandar di pundak Robert, “aku mencintaimu Robert, aku masih sangat mencintaimu” air mata Natalie mulai berjatuhan, “kamu juga masih mencintaiku, kan? Meski aku belum berpengalaman, tapi aku janji akan menjadi ibu yang baik untuk Harley. Aku juga janji akan menjadi istri terbaik yang pernah kamu miliki, aku tidak akan mudah marah dan akan mencoba mengerti semua ketakutanmu. Percayalah padaku”
Robert membuka matanya.
“Robert?” Natalie kaget, dan ia tersenyum senang.
Robert melihat ke arah Natalie.
“Robert, ini aku” Natalie mengelus Robert.
Tapi Robert mulai kejang.
“Robert?” Natalie panik.
Dokter dan suster mulai masuk.
“dia kenapa lagi, dok?” Natalie menangis.
Dokter mulai menangani Robert.
“nona, sebaiknya anda keluar” suster mendekati Natalie.
“enggak, aku mau disini” Natalie menatap suster.
“dok, oksigennya tidak mengalir ke otak” suter memeriksa Robert.
“detak jantungnya?”
“tidak stabil, dok”
Dokter mulai panik.
“dokter, katakan apa yang terjadi?” Natalie berteriak.
“nona, tenang” seorang suster memegangi Natalie, “mari kita keluar”
“lepaskan aku, aku mau menemaninya. Lepaskan” Natalie kesal.
“detak jantungnya semakin meningkat, dok”
“gawat” keringat dokter menetes.
Dan monitor pun menunjukan jika jantung Robert berhenti berdetak.
Dokter mulai memakai alat pacu jantung, berharap semuanya belum terlambat. Namun alat deteksinya tetap berbunyi datar, dokter terdiam dan para suster saling tatap.
“enggak” Natalie melepaskan tangan suster dan mendekati Robert, “Robert” ia memeluknya, “aku mohon, aku mohon jangan pergi” Natalie menangis di dada Robert.
Jantung Robert pun mulai berdetak.
Dokter tersenyum, “selamat, nona. Ini keajaiban”
Para suster kaget melihat itu.
Natalie tersenyum dan mengelus Robert, “aku tau, kamu pasti bertahan”
***
Malam itu,
“Robert?!” Natalie terbangun, ia menangis. Lagi-lagi Natalie mimpi buruk tentang Robert, ia takut jika itu adalah pertanda. Tapi Natalie berharap, Robert dapat sembuh dan kembali seperti semula.
Pagi itu,
Natalie mengelus Harley, “bener kamu gak apa-apa sendirian?”
“gak apa-apa, tante. Aku kan naik bis sekolah” Harley tersenyum, “nenek pulangnya kapan sih?”
“mungkin nanti, nenekmu kan sedang menjemput kakek di London”
“semoga mereka cepat pulang”
“kamu hati-hati ya?”
“siap, tante”
Bus sekolah pun datang.
“dah tante”
“dah” Natalie melambai.
Harley pergi dengan bus sekolahnya.
Natalie masuk dan mau menutup pintu.
“Natalie”
Natalie menoleh, “Alleta?” ia terdiam.
“hey, boleh aku masuk?”
“te...tentu...”
Mereka pun masuk dan bicara di ruang tamu.
“sudah lama kau disini?” Alleta tersenyum.
“hampir dua bulan”
“apa kau masih marah?”
Natalie melihat ke arah lain, “Aku...”
“Nat, aku sangat menyesal. Harusnya aku tidak pernah datang dan mengajak Robert ke cafe”
“ti..tidak begitu, itu salahku”
“tapi gara-gara aku, kau marah pada Robert kan?”
“tidak, aku tau jika Robert selalu berhubungan baik dengan mantan-mantannya. Hanya saja, saat itu Robert tidak memberitauku terlebih dahulu jika kalian akan makan siang. Jadi aku...”
“sebenarnya saat kami di cafe, Robert membicarakanmu”
Natalie menatap Alleta.
“Robert...” Alleta mengingatnya, “aku melihat kesedihan di matanya, dia 2 kali gagal melamarmu. Sebenarnya aku ingin menyemangatinya, tapi Robert terlihat putus asa. Apa lagi saat kau datang dan marah padanya”
“selama kami berhubungan, aku memang tidak pernah mengerti bagaimana Robert yang sebenarnya”
“ya, dia memang orang yang rumit”
“sudahlah, aku tidak mau membicarakan itu”
“Nat, sudah hapir 8 bulan keadaan Robert seperti itu. Apa kau yakin dia akan bertahan?”
“aku tidak tau, semua yang akan terjadi adalah takdir Tuhan. Tapi selama aku bisa, aku akan memberikan yang terbaik untuknya”
“aku senang mendengar itu” Alleta tersenyum, “karena bagi Robert, hanya kamu satu-satunya wanita yang ia cintai saat ini”
Natalie tersenyum dan menunduk.
Siangnya,
Natalie pergi ke rumah sakit, ia masuk ke ruang dokter.
“selamat datang, nona. Silahkan duduk” dokter tersenyum.
Natalie duduk.
“jadi orang tua pasien sedang tidak ada?”
“iya dok, sudah seminggu nyonya Hannah pergi ke London”
“kalau begitu, anda siapanya?”
“s...saya mantan pacarnya, dok”
“mantan pacar? Ya Tuhan... aku kira kalian masih punya hubungan, anda terlihat punya pengaruh kuat terhadap pasien”
Natalie tersenyum dan menunduk.
“baiklah, saya harus menyampaikan sesuatu”
Natalie menatap dokter.
“kita tau, sudah hampir 8 bulan pasien dirawat disini. Tapi... tidak pernah ada kemajuan yang berarti”
Natalie melihat ke arah lain.
“saya tau, keluarga pasien memiliki banyak uang. Mereka pasti bisa membayar berapa pun agar pasien bisa bertahan, tapi kita juga harus memikirkan keadaan pasien”
Mata Natalie mulai memerah, ia tau arah pembicaraan sang dokter.
“nona pasti mengerti, kan? Setiap melihat keadaan pasien, nona pasti merasa sangat kasihan. Kita terus memaksanya untuk bertahan dengan alat penunjang hidup, apa pasien tidak menderita?”
“tapi dok, apa Robert benar-benar sudah tidak punya kesempatan?”
“keadaan pasien sudah semakin lemah, fungsi organnya juga sudah melemah. Saran saya... keluarga sudah bisa mulai merelakan dengan semua kemungkinan yang akan terjadi”
Air mata Natalie menetes, “jadi Robert akan meninggal?”
“maafkan saya nona, saya sangat berusaha melakukan yang terbaik. Tapi pada akhirnya, Tuhan lah yang menentukan”
“terima kasih, dok. Saya mengerti” Natalie pun keluar dari ruangan dokter sambil menagis.
Di luar,
Hp Natalie berbunyi.
“hallo?” Natalie mengangkatnya dan berusaha tegar.
“Natalie, apa benar kemarin Robert kejang lagi?” Hannah khawatir.
“sekarang Robert sudah tidak apa-apa, nyonya. Jangan khawatir”
“syukurlah, sebentar lagi kami sampai ke rumah. Apa dokter memberi kabar terbaru soal keadaan Robert?”
“iya nyonya, nanti saya ceritakan”
“terima kasih, Nat”
“sama-sama” Natalie menutup telponnya dan kembali menangis, ia pun mengintip Robert.
Air mata Natalie masih menetes, Robert... apa kau menderita disana? Apa kau tak sanggup lagi untuk bertahan? Apa kami terlalu egois membuatmu seperti ini?
***
Di rumah,
Natalie mulai menceritakan keadaan Robert kepada kedua orang tua Robert, ia pun ikut sedih dengan itu.
Ayah Robert berusaha tegar, “yang penting kita sudah berusaha, kan? Selebihnya, Tuhan yang menentukan” ia merangkul Hannah
Hannah menangis, “tapi dia anak kita satu-satunya”
Malamnya,
Natalie makan malam bersama keluarga Robert.
“jadi ini masakanmu?” ayah Robert tersenyum pada Natalie.
“iya, tuan. Semenjak berhubungan dengan Robert, saya jadi belajar masak pada teman kost saya. Soalnya saya malu, Robert sangat pandai memasak” Natalie mengingat itu.
“ah... jangan panggil aku tuan, panggil saja paman James” ayah Robert tersenyum, “iya kan, Hannah?”
“iya” Hannah tersenyum, “atau kau bisa memanggil kami, ayah dan ibu”
“ta..tapi..”
“tidak usah sungkan” Hannah mengelus Natalie, “pasti Robert juga selalu berharap jika kau menjadi bagian keluarga kami”
Natalie sedikit sedih.
Harley tersenyum, “apa aku bisa memanggil tante Natalie dengan sebutan ibu?”
Natalie bingung dan tersenyum pada Harley.
Besoknya,
Seperti biasa, Natalie mengantar Harley ke sekolah.
“hati-hati”
“dah tante” Harley masuk ke gerbang sekolah.
Natalie pun tersenyum dan pergi.
Di jalan,
Natalie sangat bingung, keluarga Robert sangat baik padanya. Ia merasa tidak pantas terus bersama mereka, apalagi Natalie sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Robert.
“nona, anda baik-baik saja?” supir menoleh.
“ah, e... iya. Aku baik-baik saja” Natalie tersenyum.
Mereka pun sampai di rumah sakit.
Natalie turun dan masuk ke dalam, ia langsung ke ruangan tempat Robert dirawat.
Natalie mendekati Robert dan duduk, “selamat pagi, aku baru saja mengantar Harley sekolah” ia mengelus tangan Robert, Natalie hanya bisa menatap Robert. Lalu ia melihat ke arah lain dan kembali melihat ke arah Robert, “apa yang harus aku lakukan sekarang?” air mata Natalie menetes, “aku tidak tau, apa yang terbaik untukmu. Aku tidak tau, apa yang harus aku lakukan. Sebentar lagi, Harley naik ke kelas 3. Dia sangat menginginkan kamu datang, dia ingin kau melihatnya naik kelas” Natalie menyandarkan kepalanya ke kepala Robert, “aku harus bagaimana? Apa aku harus menggantikanmu ke acara itu? Dia akan lebih bahagia jika kau yang datang” Natalie mencium pipi Robert, ia berusaha tenang. Natalie pun tersenyum, “sebentar lagi aku wisuda, terima kasih atas beasiswa S2 yang kamu berikan” ia mengelus Robert, “aku juga menyimpan semua barang masa lalu kita” Natalie mengingatnya, “aku menyimpan teddy bear-mu, aku menyimpan gambar buatan Harley. Bahkan aku menyimpan cincin lamaran yang gagal kau berikan” Natalie menghapus air matanya, “semua itu aku simpan di sebuah box besar yang ada di kostan, aku menaruh box-nya di kamar. Dengan kunci gembok yang membuat orang lain tidak akan bisa membukannya”
Jennifer yang datang, mengintip mereka dari luar.
Natalie menoleh dan melihat Jennifer, ia pun meninggalkan Robert ke keluar.
“hey, Nat” Jennifer menatap Natalie.
“hey”
“aku kesini untuk...”
“melihat Robert?”
“tidak, aku ingin bertemu denganmu”
Natalie terdiam.
Mereka pun duduk di ruang tunggu.
“aku ingin minta maaf karena aku pernah mengganggu hubungan kalian”
“sudahlah, Jenny”
“Nat, aku ingat. Robert sudah lama menunggumu di restoran, kalian akan berdansa malam itu. Tapi kau tidak datang, dan saat aku datang... Robert marah padaku”
“aku tau, Robert menceritakannya padaku. Dan dia juga bilang, dia mengusirmu”
“ya, dia tidak ingin melihatku lagi di kehidupannya. Aku memang salah, Nat. Saat itu aku ingin kembali lagi pada Robert”
“sudahlah, lagi pula... kami kembali damai saat itu. Hidung Robert kepentok pintu gara-gara aku marah” Natalie tersenyum, “justru, sebenarnya aku gak enak sama kamu, soalnya Robert udah kasar kan?”
“gak apa-apa kok, Nat. Hal itu membuatku sadar, jika dia hanya mencintaimu”
Natalie diam.
“kalau begitu, aku permisi” Jennifer berdiri dari kursi tunggu.
“kau yakin, tidak mau melihat Robert?”
“dia pasti tidak menginginkan kehadiranku, hanya kau yang dia butuhkan. Melihatnya dari luar saja, itu sudah cukup”
“baiklah kalau begitu” Natalie berdiri.
Mereka tersenyum dan berjabat tangan.
“mulai sekarang, kita berteman. Ok?” Natalie menatap Jennifer.
“ok” Jennifer memeluk Natalie, “terima kasih, Nat”
Setelah Jennifer pergi,
Natalie kembali masuk ke dalam, ia mendekati Robert dan duduk.
Natalie memegang tangan Robert, “tadi Jennifer kesini, dia sangat menyesal tentang kejadian waktu itu. Bahkan dia tidak berani masuk, dia hanya mengintipmu dari luar” ia mengelus Robert, “kau harus memaafkan dia, Jennifer sangat merasa bersalah telah membuatmu marah. Kami sudah berteman sekarang, bukan hanya dengan Jennifer. Aku juga berteman dengan Alleta, dia datang ke rumah dan mengatakan semuanya. Siapa lagi mantan pacarmu yang belum aku kenal? Aku akan berteman dengan mereka demi kamu, agar kau tidak khawatir lagi” Natalie pun mencium kening Robert, “aku sayang padamu”
Malamnya,
Natalie membereskan barang-barangnya, di kamar.
Harley masuk dan terdiam, “tante akan pergi?”
Natalie menoleh, “Harley?”
“tante akan meninggalkanku?”
“sayang, tante harus pulang dulu. Tante mau wisuda”
Harley menunduk.
“hey, tante janji akan kembali” Natalie mendekati Harley.
Air mata Harley menetes.
“sayang, kamu anakku kan?” Natalie menatap Harley, “percaya sama ibu, ibu akan kembali setelah wisuda selesai”
Harley mengangguk dan mereka berpelukan.
Paginya,
Natalie sudah bersiap, keluarga Robert mengantarnya ke depan pintu.
“kau  yakin, tidak ingin diantar ke bandara?” James menatap Natalie.
“tidak apa-apa, paman. Aku bisa sendiri”
“hati-hati, Natalie” Hannah memeluk Natalie, “terima kasih sudah mau datang”
“iya tante, aku janji akan segera kembali” Natalie tersenyum.
“ibu” Harley memeluk Natalie.
“ibu akan kembali” Natalie mencium kening Harley.
Natalie pun pergi diantar supir.
Di jalan,
Natalie sedih meninggalkan mereka, entah mengapa, ia merasa dekat dengan keluarga Robert. Bahkan ayah dan ibu Robert, sudah menganggap Natalie seperti anak mereka sendiri.
“pak, apa aku pantas dianggap keluarga oleh mereka?” Natalie menatap supir.
“kenapa nona bicara begitu?”
“mereka orang terpandang, sedangkan aku hanya...”
“nona, anda sangat penting bagi tuan Robert dan tuan Harley. Pasti tuan James dan nyonya Hannah pun merasakan itu, saya juga senang kenal dengan anda”
“benarkah?”
“ya, nona baik. Saya sangat mengerti kenapa tuan menyukai nona”
Natalie tersenyum.
“jika tuan sembuh, pasti tuan akan segera menikahi nona”
Natalie terdiam.
Sesampainya di bandara,
Hp Natalie berbunyi, itu adalah telpon dari Hannah.
Natalie pun mengangkatnya, “hallo?”
“Natalie, bisakah kau ke rumah sakit?”
“a...” Natalie memiliki firasat buruk, “aku kesana”
***
Di rumah sakit,
Natalie melihat keluarga Robert yang sudah ada disana, ia masuk ke dalam dan melihat Robert yang sedang sesak dengan alat penunjang hidupnya yang sudah dicabut.
“Natalie” Hannah yang menangis, meminta Natalie untuk mendekati Robert.
James hanya merangkul Hannah agar ia tetap tegar.
Natalie mendekati Robert, “Robert...” ia duduk.
Robert menatap Natalie, “N...Na...Nat....”
“iya Robert, ini aku” air mata Natalie menetes.
“ma...maaa....af...”
“iya sayang, iya” Natalie menangis dan memegang tangan Robert, “aku sudah memaafkanmu, aku tidak benci padamu. Aku mencintaimu”
Robert yang sesak, tersenyum. Dan perlahan, ia menutup matanya. Robert tak bergerak lagi dan kepalanya terkulai.
Natalie terdiam, Robert baru saja meninggalkannya untuk selama.
“Robert” Hannah histeris.
James memeluk Hannah, “sudah sayang, sudah. Kamu harus ikhlas”
“Robert” Hannah terus menangis di pelukan James.
Natalie berusaha tegar dengan kenyataan itu, ia tau ini yang terbaik dari Tuhan. Bagaimana pun mereka berusaha agar Robert tetap hidup, tapi Tuhan punya rencana lain yang lebih baik untuk Robert.
Air mata Natalie menetes, “selamat jalan, Robert” ia mencium kening Robert.
***
Natalie kembali ke kostan, ia masuk dan menyimpan tasnya di sofa. Natalie masuk ke kamar dan membuka box berisi barang-barang pemberian Robert.
Natalie mengeluarkan boneka teddy bear dan menatapnya, ia ingat...
Natalie masuk ke kostan dan melihat sebuah boneka yang duduk di kursinya, “Din? Dini, ini boneka siapa?”
Dini mendekat sambil tersenyum, “itu kiriman dari pacarmu”
Dulu, setiap malam Natalie selalu berlatih dansa dengan boneka itu. Karena mereka selalu merencanakan untuk berdansa disaat makan malam dan sekarang, semua itu benar-benar tidak akan terjadi.
Natalie menyimpan boneka itu dan kembali melihat isi box-nya, ia mengambil sebuah kertas yang berisi gambar buatan Harley. Natalie ingat, gambar itu dibuat saat hari pertama mereka bertemu di SE.
Natalie masuk ke ruangan Robert, ia terdiam melihat anak laki-laki berseragam SD sedang menggambar di meja Robert.
“selamat siang?” Natalie mendekat.
“siang” Harley menatap Natalie, “tante Natalie, ya?”
Natalie tersenyum dan menyimpan gambar itu di dekat teddy bear-nya, lalu Natalie kembali melihat ke dalam box. Disana terdapat surat terakhir Robert dan juga kotak cincinnya, Natalie mengambil surat itu dan mengingat saat mereka akan berpisah.
Robert menunduk, “maafkan aku, Nat” ia pun pergi.
Natalie langsung menangis.
Natalie menatap surat itu, ia mulai sedih dan menyimpan suratnya ke dekat gambar buatan Harley. Lalu Natalie mengambil kotak cincinnya, ia membuka kotak itu dan melihat sebuah cincin diamond.
“dia sangat mencintaimu, Nat. Sebenarnya saat itu, dia ingin melamarmu” sekretaris Robert memberikan kotak cincin pada Natalie.
Natalie masih menatap cincin itu, ia pun mulai mengambilnya dari kotak dan memakai cincin tersebut. Natalie tersenyum, cincin itu memang pas di jari manisnya. Tapi saat menoleh, Natalie terdiam. Robert ada dihadapannya.
“Robert...?” Natalie berdiri dan kotak cincin pun jatuh, ia mendekati Robert.
Robert tersenyum pada Natalie.
“Robert...” air mata Natalie menetes.
Robert pun memeluk Natalie dan Natalie hanya bisa menangis, Robert menatap Natalie dan menciumnya.
Semua itu terasa begitu nyata untuk Natalie.
“selamat tinggal, Natalie” Robert menatap Natalie dan kembali memeluknya. Perlahan, Robert menghilang.
Natalie hanya bisa menangis.
Robert benar-benar sudah pergi untuk selamanya, seperti isi suratnya dulu.
Selamat tinggal Natalie...
Yang selalu mencintaimu,
Robert
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar