Selasa, 17 Desember 2013

Every Breath You Take (chapter 1)


Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Friendship, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___

Chapter I

Suatu siang,
“aduh aku telat nih”
Jane berlari sekuat tenaga, ia akan mengantarkan pesanan pizza kepada seseorang yang tinggal di sebuah gedung mewah.
“aduh” Jane begitu terburu-buru.
“eeh, mau kemana?” satpam penjaga benteng mendekatinya.
“aduh pak entar aja nanya-nanyanya, aku telat nih”
“iya, tapi disini gak sembarangan orang bisa masuk”
“aku cuma mau nganterin pizza pak, ini pesanan aduh siapa lagi namanya?” karena panik, Jane lupa.
“eeh”
Jane menerobos masuk begitu saja.
“dasar anak itu, awas aja. Pulangnya aku cegat dia” satpam itu kesal dan menunggu di pintu gerbang.
Jane pun berlari ke dalam, tanpa ia sangka halaman depan menuju ke rumah begitu jauh jaraknya. “apa? Ini halaman atau perkebunan sih?” kaget, dengan lemas ia berjalan.

***

Di kamar,
Seseorang berbicara di telepon.
“maaf tuan, pizzanya pasti akan segera datang”
“aku tidak perlu pizza lagi, sudah berjam-jam aku menunggu. Ku rasa cacing-cacing di perutku juga sudah mati semua karena kelaparan”
“maaf tuan, saya janji hal ini tidak akan terjadi lagi. Saya akan memecat anak itu, dia memang kurang disiplin”
“ya sudah” ia mematikan telepon itu.

***

Ting tong,
Jane membunyikan bel, “permisi”
Kamera pengintai bergerak dan membidik ke arahnya.
“permisi” Jane menekan belnya lagi.

***

“tuan, ada pengantar pizza”
“suruh masuk saja”
“baik”

***

“permi, eh?” Jane kaget pintu tiba-tiba terbuka. Siapa yang membukanya? Ia bingung dan menoleh ke segala arah, tapi memang tidak ada orang.
Ya Tuhan… apakah ada setan di siang hari? Lindungi aku Tuhan…
Jane masuk dengan ragu, “permisi, aku mau mengantar pizza”
Bruk,
Tiba-tiba pintu tertutup sendiri.
“selamat datang di rumah keluarga Downey”
“ah siapa itu yang bicara?” Jane sangat kaget.
“aku Roger, salam kenal”
“ah?” Jane semakin panik, disini kan gak ada orang. Jangan-jangan… ”setan!!!!!” Jane langsung melepas pizza itu dan berlari ke arah pintu.
Tapi pintunya terkunci.
“tolong-tolong”
“kau kenapa? Aku bukan hantu”
“ah” Jane pingsan.

***

Di kedai pizza,
“ bos, apa Jane sudah kembali?”
“belum, aku rasa dia sudah tau kalau akan dipecat. Jadi dia tidak kesini lagi”
“dipecat? Tapi kenapa?”
“eh Jim, kamu itu mau ngurus kerjaan atau ngurus dia?”
“maaf bos” Jim pergi dengan hawatir.

***

Pagi itu,
”emh” Jane membuka matanya.
Seorang pria tersenyum padanya, ” kau sudah sadar?”
Jane kaget melihat dia, ditambah lagi Jane baru bangun di sebuah kamar. “aaaa!!!” ia berteriak.
“eeh kau kenapa?” pria itu kaget, “Roger Roger” ia panik karena Jane melemparinya dengan bantal guling.
“ada apa tuan?” sebuah robot masuk membawa segelas air.
“robot? Aah” Jane pingsan lagi
“eeh, kenapa dia?” orang itu semakin kaget.
“mungkin dia masih shock tuan”
“kau tau? Aku rasa dia sedikit kampungan, bahkan sangat” orang itu mendekat dan menatap wajah Jane, ia pun tersenyum.
Jane membuka matanya lagi dan melihat orang itu begitu dekat. “eeeh, mau apa kau?” Jane langsung bangun dan mau memukulnya.
“hey, tenang. Kau itu harusnya berterima kasih padaku”
“terima kasih?” Jane melihat ke sekitar, “kenapa aku ada di kamar? Apa yang kau lakukan padaku? Kau jangan macam-macam ya”
“eh, parno banget sih? Aku gak ngapa-ngapain kok, ini kamar tamu. Kamar ku ada di atas”
“kenapa aku harus percaya?”
Roger mendekat lagi, ”karena tuan tidak bohong”
“hah?”
“eeh jangan pingsan” orang itu takut.
“siapa yang mau pingsan? Jadi suara aneh kemarin itu suara robot ini? Kalian mau mengerjaiku ya?”
“ah? PD sekali kau, untuk apa aku mengerjaimu. Kenal saja tidak” orang itu so tidak perduli.
“kau menyebalkan sekali” Jane kesal.
Kriiing…
Telpon berbunyi.
“silahkan tuan Robert” Roger memberikan telpon.
“terima kasih” Robert mengangkatnya, “halo"
Jane kaget, Robert? Dia bilang Robert? Si pengusaha kaya itu, ah mana mungkin. Dari wajahnya si tidak meyakinkan, lebih cocok jadi badut ulang tahun.
“baik-baik aku akan segera kesana, tunggu 3 jam lagi ya”
“tapi tuan, tuan. Halo tuan Robert”
Robert mematikan teleponnya, ia melempar telepon begitu saja dan Roger dengan sigap menangkapnya.
“terima kasih Roger”
“sama-sama tuan” Roger pergi.
“o iya, jadi kau itu siapa?” Robert menatap Jane.
“tukang antar pizza”
“maksudku, namamu”
“aku Jane, apa kau Robert?”
“hah?” aneh.
“maksudku kau benar-benar Robert si bilyuner itu?”
“iya, memangnya kenapa?” orang itu tersenyum, “apa aku terlihat tidak meyakinkan di matamu?” Robert natap Jane begitu dekat.
“e..eh” Jane takut, “bukan begitu, aku hanya tidak percaya bisa bertemu denganmu secara langsung”
“oh begitu? Apa kau salah satu fans setiaku?”
“eu?” aneh.
Hp Jane berbunyi,
“maaf sebentar” Jane mengangkat teleponnya.
“Jane kamu dimana?”
“Jim? Ya ampun aku harus kerja”
“tapi Jane, kamu udah dipecat sama bos”
“apa? Kenapa?”
“nanti aja ceritanya, eh kamu dimana? Aku cari dikostan gak ada, Aku tunggu di taman ya”
“emh, ok. Tunggu sebentar ya” Jane mematikan hpnya.
“siapa Jim? Apa dia pacarmu?” Robert mendekat.
“bukan, dia teman baikku” Jane menatap Robert, “emangnya kenapa kamu nanya-nanya?”
“galak amat”
“udah ah, aku mau pergi”
“hey, tamu macam apa kau? Tidak sopan sekali”
“kau juga, kenapa menemui tamu dengan kolor seperti itu?!”
“hey?!” Robert kesal.
Jane pergi, “aduh apa lagi ini? Dimana tangganya?”
“disini cuma ada lift nona”
“Roger? Kau dimana? Tunjukan dirimu? Jangan menakuti aku”
“Roger itu system kemanan rumah ini, kecuali aku dalam keadaan darurat. Dia akan datang menyerupai robot” Robert mendekat.
“jadi Roger bukan robot sembarangan? Tunggu, itu berarti kau tinggal sendirian?”
“ya, begitulah. Ayo, ku antar sampai pintu” Robert menunjukan lift.
“kenapa sih pake lift segala? orang kaya emang belagu”
“kau itu bicara apa? Kalau pake tangga kita bisa gempor”
“gempor? Emangnya berapa lantai rumah ini?”
“10, lebih tepatnya ini seperti gedung”
“a..apa?? 10?”
“silahkan tuan” lift terbuka.
Mereka masuk lift.
“Roger antarkan kami ke lantai 1”
“baik tuan” lift langsung bergerak.
“enak sekali kau, sedikit-sedikit Roger. Segalanya otomatis”
“aku memang tidak boleh beraktifitas yang berat-berat sendiri Jane”
“kenapa?”
Lift terbuka, ”silakan tuan”
“terima kasih Roger”
Mereka pun berjalan.
“eh, kamu mau kemana? Perlu aku antar?”
“gak usah, aku mau kerja”
“bukannya kamu udah dipecat?”
Jane terdiam, lalu ia menatap Robert. “darimana kau tau? Jangan-jangan..”
“e..eh
Jane mencekik Robert, “kau yang membuat aku dipecatkan?”
“enak saja, untuk apa aku melakukan itu?”
“alasan” Jane semakin kesal.
“Roger, Roger… tolong aku”
“maaf tuan, orang ini tidak mengancam”
“Roger, apa kau tidak lihat? Dia mencekikku”
Jane pun melepaskan cekikannya.
“e..eh mau kemana?”
“pergi dari sini, terima kasih Roger” Jane pergi.
“sama-sama nona”
Jane keluar.
Robet kesal, “kenapa kau membiarkannya Roger?”
“karena tuan suka padanya”
“apa? Menyesal aku memberimu perasaan”
“tapi aku bisa merasakan apa yang tidak tuan rasakan”
“diam” Robert pergi.
“baik tuan, aku minta maaf”

***

Di benteng,
Satpam sudah stand by, “hey kau”
“ya ampun satpam gila itu” Jane bingung.
“hey kau panggil aku apa?”
“eh, tidak-tidak pak. Aku bilang kau sangat keren dan gagah”
“benarkah?”
“iya-iya, sudah ya. Dah” Jane lari.
“eeh, ah kabur dia” satpam itu kesal.

***

Di taman,
“menyebalkan sekali cowok itu, aku kira orang seperti Robert Downey Jr. akan memperlakukan wanita dengan baik”
“hey Jane”
“apa?!” Jane kesal, tapi saat menoleh. ”Jim? Maaf, aku kira..”
“siapa?”
“Robert” aduh kenapa aku malah mikirin dia sih?
“Robert? Siapa Robert? Apa itu teman barumu, yang pasti bukan si bilyuner itu kan?”
“itu bener Jim”
“what? Robert Downey Jr. dia teman barumu?” Jim kaget setengah mati.
“Jim, jangan berlebihan seperti itu donk”
“maaf, aku terbawa suasana”
“ah kamu mulai ngaco lagi”
Jim tersenyum, tapi terlihat sedikit sedih. “o iya Jane, apa kau menyukai Robert?”
“nggak, dia kaya orang tua”
“tapikan dia kaya, banyak cewek yang suka sama dia”
“iya sih, jaman sekarang kita emang harus matre, tapi buat apa kaya kalau ngorbanin perasaan”
“syukur deh”
“apa?” Jane kurang jelas mendengarnya.
“eu, enggak-enggak. Kamu seriuskan ngomong gitu?”
“emangnya kenapa? Kok kamu nanyanya gitu sih?”
“enggak, gak kenapa-kenapa” Jim tersenyum polos.
“ah kamu ini, selalu aja ngasih keanehan”
“eh coba tebak, aku bawa apa?”
“apa?”
“tada!!!”
“tiket konser The Beatles?”
“yupz, Paul McCartney si idolamu itu akan datang ke sini”
“yang bener?”
“ya benerlah, orang ini tiketnya”
“akhirnya, pangeran Inggrisku akan datang. Bayangkan, dia jauh-jauh datang dari Inggris ke Amerika hanya untuk aku” Jane senyum-senyum sendiri.
“sekarang kamu yang mulai ngaco”
“Jim kapan konsernya? Kapan?” saking senangnya Jane menarik-narik kerah baju Jim. “Jim ayo bilang dong”
“aah, gimana aku ngomong kalau kamu menyeramkan kaya gini”
“maaf, aku kan senang” Jane tersenyum polos dan melepas kerah baju Jim.
“senang si senang, tapi jangan membunuh orang dong”
“Jim?!”
“iya-iya, dia datang besok. Lihat aja di tiket, waktunya ada kok
“oh, iya ya. Lupa, heheh”
“nenek lampir”
“eh, embah jambrong. Enak aja kamu yah”
Mereka pun kejar-kejaran.

***

Malamnya,
Hp Jane bunyi.
“siapa sih? Nomornya gak kenal, tapi kayanya ini telepon rumah” Jane mengangkatnya, “halo”
“hey Jane”
“iya, siapa ini?”
“ini aku, Robert”
“Roro..Robert?”
“eh, aku bukan Roro..Robert”
“iya aku tau, mau apa kamu nelepon jam segini? Tunggu, dari mana kamu tau nomor hpku? Nah mulai lagi ya, jangan-jangan waktu aku pingsan kamu ngutak-atik hp aku. Ayo ngaku!”
“enggak”
“eh, jangan bohong ya. Kalau enggak, kamu tau dari mana?”
“aku ini orang yang paling mudah mengakses apa pun, aku tau data rahasia semua orang di kota ini. Termasuk kau”
“apa? Curang sekali, kalau begitu aku akan ke luar negeri”
“silahkan, aku tetap akan menemukanmu”
“apa?”
“aku kan juga punya akses di seluruh dunia”
“baik, aku tes. Sekarang Paul sedang apa?”
“Paul? Siapa Paul? Apa dia pacarmu?”
iya, Paul McCartney pacarku”
Mendengar itu Robert tertawa.
“eh, emang ada yang  lucu?”
“ya aneh aja kalau seorang Paul McCartney punya pacar seperti kamu”
“kau menghina aku?”
“eeh Jane, jangan marah donk. Aku akan mencarinya” Robert mengotak-atik komputernya. “aku mendapatkannya
“yang bener?”
ya, Paul sedang dalam perjalanan. Aku akan cari lebih detail lagi, aku rasa dia akan ke bandara”
“tepat, Paul memang akan konser disini”
“kau benar-benar menyukainya?”
“tentu, pria tampan berwajah bayi. Tidak sepertimu pria berwajah tua dan…”
“hey, apa ini balasan untuk orang yang mencarikan info tentang idolamu?”
“iya deh, maaf. Makasih ya” Jane malas.
“hey, itu terdengan seperti tidak ikhlas”
“terserah kau, apa aku boleh mematikan teleponnya sekarang?”
“Jane, jangan dulu dong. Besok kamu ke rumahku ya”
“ngapain? Gak penting”
“Jane, please. Aku janji gak akan macam-macam”
“ogah ah, kamu tau gak? Jarak dari benteng ke pintu gerbang terus ke rumah kamu yang super duper itu jauh banget. Aku gempor kemarin”
“ya udah, aku jemput gimana? Jane? Jane, halo. Ah dia matiin telponnya”

***

Besoknya,
Jane sedang duduk di taman.
Jim datang, “hey Jane”
“Jim” Jane tersenyum.
“nih, aku bawa pizza buat kamu”
“makasih ya”
“ada apa si? Ko murung lagi? Kan entar malem ada idolamu”
“iya, aku tau. Tapi ibu kost udah ngomel-ngomel”
“soal bayaran bulanan?”
“iya”
“kamu tenang aja, aku akan bantu kamu. Mulai dari cari kerja sampai bayar kostan”
“gak usah Jim”
“gak apa-apa, kita kan teman”
“makasih ya, kamu emang baik”
Jim tersenyum.
“Jane” seseorang memanggilnya.
“kamu?” Jane kaget Robert disana, ”ngapain kamu disini?”
“jemput kamu, hey siapa itu? Pacarmu?”
“bu..bukan ini Jim, Jim ayo kenalan”
Jim natap Robert dan Robert tersenyum sinis.
“James Carrey, kau bisa memanggilku Jim”
“Robert Downey Jr. O iya, kau pasti sudah kenal aku kan? Pengusaha tersukses se-Amerika atau mungkin dunia. Kau bisa panggil aku tuan, maksudku Robert” dengan terpaksa, Robert tersenyum.
Mereka berjabat tangan dan saling meremas jari satu sama lain.
Pria kaya ini agak menyebalkan, Jim terus menatap Robert.
Sepertinya pria aneh ini begitu dekat dengan Jane, Robert juga menatapnya.
Mereka terus saling tatap, sepertinya Jane mulai merasakan ketegangan diantara mereka.
“hey kalian ko diem aja?”
“eh? Eu.. nggak Jane” Jim tersenyum. “ iya kan Robek?”
Robert terlihat kesal, “apa? Robek? Baiklah keri (sejenis mobil untuk angkutan umum), atau aku bisa memanggilmu Angkot? Angkutan Umum mungkin?”
Hey apa itu? Jim semakin kesal.
Kau pasti kesal, salah siapa memanggilku Robek. Robert menatap Jane, “ ayo Jane”
“kemana?”
“ke rumahku”
“apa? aku gak mau”
“aku memaksa”
“eh” Jim mulai emosi.
“Jim, Jim jangan Jim” Jane meredakan emosinya.
Jim terlihat tidak suka pada Robert.
“ok, aku ikut denganmu” Jane pergi dengan Robert.
Robert menatap Jim dan melambai.
Jim kesal, awas kau Robek.

***

“silahkan tuan nona” supir membukakan pintu limousin milik Robert.
“terima kasih pak” Jane tersenyum.
Robert duduk disampingnya, “kau tau, kau sangat cantik kalau tersenyum”
Mendengar itu, Jane terdiam. Apa lagi Robert tersenyum.
“Jane, kau terpesona padaku ya?”
“eh? Apa? Enak saja, itu tidak mungkin. Sana, jangan dekat-dekat” Jane jutek lagi.
“ya ampun, kamu sadar gak ini mobil siapa? Kenapa so nyuruh-nyuruh?”
“what? Ok, aku turun”
“eeh Jane, jangan” Robert megang tangan Jane.
Mereka terdiam dan saling tatap.
Tiba-tiba di layar GPS mobil ada yang berubah.
“maaf tuan, ini aku Roger. Aku hanya ingin memberi tau kalau obat tuan hab..”
“Roger, Roger…” Robert langsung memotong omongan Roger, “tolong jangan bahas itu, kau urus dulu rumah ok? Jane akan datang ke istanaku”
“tapi tuan, itu sangat penting untukmu”
“Roger?!”
“ba..baik tuan, maaf” GPS kembali aktif.
“Robert, obat apa yang dimaksud Roger?”
“ah itu cuma persedian P3K rumah saja”
“kamu gak bohong kan?”
apa aku terlihat bohong?”
Mereka pun sampai,
“ah, Jane kita sampai” Robert mengalihkan perhatian.
“kau memang aneh Robert, kau benar-benar sakit. Sakit jiwa” Jane terlihat kesal padanya.
“kamu ko marah terus sih? Apa salahku?”
“kamu menyebalkan, tua dan..”
“eh, tunggu. Kau bilang aku tua. Aku masih 27 tahun, mengerti?”
“ya terserah, kau tetap tua bagiku”
“emangnya umur kamu berapa?”
“22, sebentar lagi 23”
“bagus”
“bagus apa?”
“bukankah jika menikah, akan bagus jika pasangan jaraknya beda 5 tahun”
“siapa bilang? Kamu ngarang terus ya, lagi pula siapa yang mau nikah sama orang kaya kamu?”
“why? Aku kan keren”
“kamu itu aneh, gak jelas. Aku gak ngerti seperti apa kau dibentuk”
“o ya? Baik, kita mulai kenalan lagi. Namaku Robert Downey Jr. anak tunggal dari keluarga Downey. Aku juga pemilik tunggal perusahan besar yang punya cabang di seluruh dunia, hampir. Aku adalah orang yang jenius, biliyuner, playboy dan dermawan” Robert tersenyum.
“tepat sekali, kau memang sudah di program seperti benda-benda ciptaanmu”
Robert diam, ”dari mana kau tau Jane?”
“eh? Apa ini lelucon? Jangan-jangan jika batraimu habis kau harus di charger juga”
“iya, itu benar”
“apa?”
“sudahlah lupakan, aku akan mengajakmu menemui Paul”
“benarkah? Kau tidak bohongkan?”
“aku akan bersiap dulu” Robert masuk lift.
Jane duduk di ruang tamu, Robert kok tiba-tiba aneh si? Apa dia baik-baik saja?
“minumnya nona” Roger membawa segelas air.
“Roger? Pantas kau tidak mengagetiku, kau sedang berubah untuk membuatkan minum. Terima kasih ya” Jane tersenyum.
“sama-sama nona”

***

Di kamar,
Jam tangan Robert berbunyi, itu menunjukan detak jantungnya sedang tidak baik.
“tidak, aku mohon jangan sekarang” Robert menahannya dan berusaha tenang.

***

Di ruang tamu,
“o iya Roger, apa benar kau dibuat oleh Robert?”
“iya”
“terus tugas kamu kan banyak, kenapa Robert gak mau nyewa pembantu?”
“tuan Robert memang tidak suka terlalu banyak orang di rumah, bisa kau bayangkan jika seluruh kawasan ini diisi pembantu dari benteng sampai dalam rumah. Mungkin ada seratus atau lebih”
“kau benar, jika dia menyewa 1 pembantu saja. Pembantu itu bisa mati kecapean” Jane tertawa, “o iya Roger, tadi kamu menghubungi GPS mobilkan? ada apa sih? Kamu terdengar khawatir”
“e.. itu, sebenarnya tuan…”
“Roger” Robert datang.
“tuan” Roger pergi dan kembali jadi sistem rumah.
“kau sudah siap?” Robert tersenyum.
“iya, aku menunggumu lumayan lama. Hey, mana jam tangan kerenmu?”
“ah, tidak perlu. Aku sedang malas memakainya” jika aku memakainya, pasti jam itu akan berbunyi terus.
“Robert kau baik-baik saja kan? Kau agak pucat”
“tenang, aku dalam keadaan sangat baik” Robert tersenyum.
“baiklah”
Mereka keluar.
“sekarang kita kemana?”
“garasiku, tepatnya tempat penyimpanan koleksi mobilku”
“apa itu jauh juga?”
“emh, baiklah. Kita pakai monitorku saja” Robert mengeluarkan sebuah tablet, “ayo pilih mobilnya”
“aku?”
“ya, tentu saja. Siapa lagi? Cepatlah!”
“ini semua mobilmu?”
“bukan” ekspresi Robert datar, “tentu saja iya”
“baik, sepertinya mobil ini keren”
“mana? Bagus mobil spot merah tanpa atap dengan hanya dua kursi, pintar juga pilihanmu. Tapi sayangnya kita akan sampai malam, jadi lebih baik ini. Mobil spot hitam yang bersistem hybrid”
“kenapa kau menyuruhku memilih jika akhirnya kau sendiri yang memilih?”
“maaf, aku janji. Kapan-kapan kita naik mobil itu” Robert menyentuh sebuah tombol di pinggir layar, “Roger, tolong bawakan L***s hybrid ku”
“baik tuan” mobil pun berjalan keluar garasi dan menghampiri mereka.
“apa ini? Mobil berjalan sendiri?”
“please, jangan pingsan” Robert menatap Jane.
“siapa yang mau pingsan, aku sudah terbiasa dengan kegilaanmu”
“syukurlah”
Brak,
Pintu mobil tiba-tiba terbuka.
Robert tersenyum pada Jane dan Jane...
“ah” pingsan.
“Jane?”

***

Mereka pun pergi dan sampai ke sebuah resort mewah.
“apa ini resort milikmu?”
“bukan, ini resort Paul McCartney. Tapi aku juga punya di ujung sana dan tidak kalah bagus”
“o ya?”
“hey kau meragukanku?” Robert membukakan pintu Jane.
“terima kasih”
“yupz, tumben kau mengucapkan itu dengan tulus?”
“terserah” Jane gak perduli, tapi saat melihat ke sekitar. ”indah sekali”
“eh? Ngapain muter-muter? Entar pusing, ayo”
“kemana?”
“menemui Paul”
“apa? Yang benar?!”
“kau ini, kalau aku bohong. Untuk apa kita disini?”
“Robert ternyata dibalik kegilaanmu, kau benar-benar baik” Jane yang senang memeluknya erat.
“hey-hey, aku tidak bisa bernafas”
“maaf”
“tidak masalah” Robert menelepon seseorang dengan hpnya, “halo, Paul ini aku. Kau dimana? Baik kami akan segera kesana”
Hah? Robert punya nomor pribadi Paul, emh wajar aja. Dia kan punya apa pun yang dia inginkan. Jane berexpresi aneh.
“hey Jane, kenapa kau pasang muka jelek? Kau tidak sedang menghinaku dalam hatimukan?”
Dari mana dia tau?  Jane kaget, “apa? Tidak, GR sekali kau”
“baiklah kita ke café vegetarian, Paul sedang makan siang disana”
“benarkah? Kalau begitu ayo” Jane memegang tangan Robert dan berlari.
Sial, nafasku mulai berat. “Jane, Jane berhenti”
“kenapa? Baru segitu aja ko udah keringetan, kita baru lari 50 meter”
“kau duluan saja, aku ini pengusaha kaya. Masa harus lari-larian gak jelas”
“ok, terserah kau. Sombong! Aku duluan”
Jane terlihat bahagia, ia belari jauh meninggalkan Robert.
“ahh...” Robert memegang dadanya, “sakit sekali, dia hampir membunuhku”  Robert bersandar ke batu besar dan nafasnya masih agak berat, ia pun membuat pesan singkat pada Roger.
***

Jane sampai, “mana sih si Robert? Lama banget dia, ih sebel. Kalau Paul keburu pergi gimana?”
“hey Jane, Jane maafkan aku” Robert berjalan sempoyongan dan begitu lelah.
“kau baik-baik saja?”
“aku? Tentu saja” Robert so kuat lagi dan senyum-senyum.
Apa-apaan dia? Dasar menyebalkan!
“ayo masuk”
Jane mengangguk.
“tuan Robert? Silahkan” para pelayan begitu ramah padanya.
Robert tersenyum dan memegang tangan Jane saat masuk.
“lepaskan aku”
“jaga tingkahmu, kita akan menemui Paul”
“iya tapi gak usah pegang-pegang segala” saat Jane melihat ke depan, ia terdiam. “P..paa...Paul McCartney?”
Paul tersenyum kepadanya.
“heh, jangan bengong kaya gitu. Ayo temui dia!”
“iya-iya, siapa yang bengong?”
Robert memandang aneh pada Jane.
Jane kesal pada Robert, “Paul, aku mencintaimu” ia teriak dan berlari.
Paul kaget.
Sementara Robert, dasar cewek payah. Dia mempermalukan aku di depan banyak orang dan Paul. Ia agak kesal.
“Paul” Jane langsung memeluknya begitu saja.
Sementara Paul tersenyum bingung, “hey, aw”
“maaf pacarku ini agak sedikit gila” Robert mendekati mereka.
“gila?” Paul kaget.
“apa? Siapa yang gila? Siapa yang pacar?” Jane kesal.
“kau lihatkan, dia sedikit hilang ingatan”
“Robert?!” Jane menatapnya marah.
Paul tersenyum dan melepas pelukan Jane, “cepat sembuh ya!” ia tersenyum dan mengelus Jane.
Ya Tuhan... Paul McCartney mengelusku, tunggu! Apa dia bilang? Cepat sembuh? Jane agak kesal, dasar si Robert. Dia selalu menyebalkan, awas aja entar.
“Paul aku tidak sakit, sebaliknya. Si Robert ini lah yang gila” Jane menunjuk ke arah Robert.
“kalian jangan bertengkar dong”
“maaf Paul, lagian Robert sih”
“sudah-sudah” Paul tersenyum, “kemarin Robert bilang kalau kau sangat ngefans padaku, apa itu benar?”
“iya, aku sangat menyukaimu”
“baiklah, ini untukmu”
“album baru The Beatles?”
Paul tersenyum dan mengangguk, “terima kasih ya Jane”
“ke..kenapa kau berterima kasih padaku? Harusnya aku yang berterima kasih”
“ya karena kau ngefans padaku, jika kau ingin berterima kasih ucapkan saja pada pacarmu”
“apa?” Jane kaget.
“itu benar” Robert terseyum senang, “jika bukan karena aku, kau tidak akan bertemu dengan Paul seperti ini”
“apa?”
“iya Jane itu benar, Robert lah yang menyuruhku untuk menemuimu”
“apa kau tidak tau? Harusnya, dia jumpa pers sore ini” Robert so.
“apa aku tidak mengganggumu Paul?”
“oh, tidak. Tentu saja tidak” Paul tersenyum.
Robert melihat ke arah lain, tentu saja tidak apa-apa. Aku membayar mahal untuk ini.
“hey Robert, sedang apa kau?”
“eh? Aku? Tidak” Robert polos.
“dasar kau, tolong fotoin aku sama Paul ya”
“apa? E, maksudku iya” sialan, emangnya aku tukang foto keliling? Masa orang hebat seperti aku harus melakukan ini. “ok siap, 1 2 3”
“terima kasih Paul”
“sama-sama”
“hey, kenapa dia tidak berterima kasih padaku?”
“maaf kau bicara apa?” Jane menatap Robert.
“eh? Tidak-tidak, kau selalu benar dan aku salah”
“apa kau marah padaku?”
“tidak, sama sekali tidak”
“bagus” Jane tetap jutek.
Robert duduk dan menatap mereka.
Seorang pelayan mendekat, “tuan, apa anda mau memesan sesuatu?”
“eh, tidak. Nanti saja”
“permisi tuan”
“yap” Robert tersenyum dan kembali menatap Jane.
Aku senang kau bahagia Jane, aku akan melakukan apa pun untukmu.
“ah” dada Robert kembali sakit, “a..”
“tuan apa kau baik-baik saja?” pelayan itu agak khawatir.
“i..iiya, tentu saja. Aku hanya sedang berekting” Robert tersenyum.
“baiklah tuan, permisi” pelayan itu pergi sambil merasa aneh, aku rasa dia terlalu jenius sehingga mendekati gila.

***

Sorenya,
“sampai jumpa nanti malam Paul” Jane melambai.
“ya, hati-hati”
Mereka pergi.

***

Di perjalanan,
“Robert”
“apa?”
“kau agak pucat”
“aku baik-baik saja”
“kau tidak berbohong kan?”
“kita sudah pernah membahas ini Jane”
“kau marah?”
“marah?” Robert natap Jane, “tentu saja tidak, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga”
“apa itu benar?”
“benar? Tentu saja tidak” Robert melihat ke arah lain.
“Robert kau yakin baik-baik saja?” Jane khawatir.
“Jane, sudah beberapa kali aku bilang bahwa aku baik-baik saja” Robert menatapnya.
“maaf” Jane diam.
“aku baik-baik saja Jane” Robert tersenyum, untuk pertama kalinya ia melihat sisi lembut Jane.

***

Malam itu,
Di dekat gedung pertunjukan.
Jim yang memegang tiket konser sedang mencari Jane, Jane dimana ya? Apa dia masih bersama si Robek itu? Jim duduk dan menunggu.

***

Di mobil,
“Robert sepertinya aku harus pulang, kau juga harus istirahat”
“apa? Sebentar lagi The Beatles akan konser, jika kau pulang. Kau tidak bisa menonton Paul”
“kau ini memang keras kepala, aku menghawatirkanmu”
“benarkah?” Robert tersenyum. “dengar Jane, tadi kau sudah mau datang ke rumahku. Jadi izinkan aku membalas budi” Robert menunjukan sesuatu.
“tiket konser VIP?”
“bukan itu saja, aku sudah pesan yang terbaik dari yang terbaik”

***

Waktunya tiba, konser dimulai.
Dengan kecewa Jim masuk sendirian ke dalam.
“ladies and gentlemen, here there are. The beatles”
“wa” semua penonton berteriak ramai.
Oh yeah I tell you something I’ll think you understand
When I tell you something I wanna hold your hand
I wanna hold your hand I wanna hold your hand
(song by : The Beatles – I wanna hold your hand)
Setelah lagu selesai,
Penonton pun bersorak sambil bertepuk tangan.
Paul tersenyum, “terima kasih semuanya, kami senang bisa kembali konser disini dan kami juga mengucapkan selamat datang kepada Robert dan pacarnya”
“apa? Robert dan pacarnya?” Jim kaget mendengar itu, ia berdiri dan saat melihat ke depan.
Robert sedang bersama Jane, mereka mendapat tempat duduk paling depan dan begitu dekat dengan panggung. Bahkan penonton VIP pun jauh di belakang mereka.
“jadi ini yang kau lakukan Jane?” Jim sangat kecewa, ia pergi dengan kesal.

***

Setelah konser selesai,
Robert mengantar Jane pulang.
“makasih ya”
“sama-sama” Robert tersenyum.
Jane mau pergi.
“em, Jane”
“iya?”
“kapan-kapan aku boleh ketemu kamu lagi kan?”
Jane tersenyum, “tentu saja, besok juga boleh kok”
“beneran?” Robert sangat senang mendengar itu. “yes yes yes” girang.
“Robert kamu kenapa?” Jane kaget.
“eh? Enggak Jane, aku cuma seneng aja. Itu tandanya kita berteman kan?”
“berteman?”
“kenapa? Kau tidak mau?”
“ih, enggak kok. Aku senang kalau kita jadi teman baik”
“ok, kalau begitu sering-seringlah kau datang ke rumahku” Robert tersenyum.
“hati-hati Robert”
Jane melambai dan mobil Robert pergi.
Saat Jane mau masuk kostan.
“jadi kau lebih memilih tiket super VIP itu dari pada tiket kelas 3 milikku?”
Jane kaget dan menoleh, “Jim?”
“apa? Aku gak nyangka ya Jane, kamu setega itu sama aku. Baru kemarin kamu bilang kalau kamu gak matre, ternyata itu semua bohongkan? Kamu lebih memilih dia dari pada aku”
“Jim…”
“kita udah janjian duluan, tapi gara-gara tiket dia. Kau tidak memperdulikan tiketku, ini ambil tiket murahanku” Jim melempar tiket itu, “menyesal aku membelinya untukmu”
“Jim maafkan aku, aku tidak…”
“udahlah, mulai sekarang jangan panggil aku Jim lagi. Namaku James dan kita sudah tidak berteman lagi” Jim pergi.
“Jim, tunggu Jim. Kamu harus denger penjelasanku dulu, Jim…”
Tapi Jim sudah jauh.
Jane menangis, “maafkan aku Jim, kau satu-satunya teman terbaikku”
Jane ingat, mereka berteman sejak kecil. Meski saat itu Jane baru kelas satu SD dan Jim sudah kelas tiga, tapi Jim selalu melindungi Jane. Sampai saat ini dan sekarang semuanya sudah berakhir.
“kau adalah kakak bagiku Jim” Jane masuk rumah.
“heh, mana bayaran yang kau janjikan?” ibu kost sudah stand by.
“maaf bu, hari ini aku belum dapat uang”
“Jane kamu nangis?”
“aku gak apa-apa kok” Jane masuk kamar.
Ibu kost agak khawatir, tapi karena Jane belum bayar uang bulanan. Masa bodoh ah…

***

Di kamar,
Apa yang harus aku lakukan? Aku memang bersalah pada Jim, aku tidak datang ke konser bersamanya. Tapi aku juga gak enak sama Robert, dia udah cape-cape nganter aku untuk menemui Paul.
Jane pun memegang hp, ia ingat pada Robert.


“jadi kita teman kan?” Robert tersenyum.
Robert, apa aku telepon dia ya?

***

Besoknya,
Di kedai pizza.
“Jim, Jim!”
“iya bos”
“ini, antarkan pizza ini ke alamat ini”
“tapi bos, aku kan hari ini bagian masak”
“tapi dia ingin kamu yang mengantarnya”
“ah? Ada-ada aja, baiklah. Aku akan pergi” Jim keluar.
Siapa sih? Aneh–aneh aja pingin aku yang nganterin, jangan-jangan penggemar rahasia. Jim senyum-senyum.

***

“wah apa ini alamatnya? Ko mirip benteng ya?”
“selamat pagi” satpam mendekat.
“pagi” Jim tersenyum, “maaf pak, saya mau mengantar pizza. Ini benar alamatnya kan?”
“baik, silahkan masuk”
Pintu benteng dibuka.
“terima kasih” saat Jim masuk, “busyet, ini taman atau kebun raya?”
“maaf, sebelah sana gerbangnya dan rumahnya kira-kira 1 km dari gerbang”
“apa? Jadi ini belum sampai halaman rumah?” ya ampun ini rumah atau apa? Jim berjalan lesu.

***

Di rumah,
Robert melihatnya dari monitor tablet dan tersenyum.
“maaf tuan, saatnya di charger”
“ok” Robert memakai jam tangan dan Roger memasang kabel ke jam itu.
“terima kasih Roger”
“sama-sama tuan”

***
Setelah terus berjalan, Jim sampai ke depan pintu dengan merangkak. “permisi”

***

Di rumah,
Robert tertawa melihat itu, “suruh dia masuk Roger, aku ingin tau apa dia akan seperti Jane”

***

Saat Jim sedang kelelahan, pintu terbuka.
“hah?” Jim kaget, ia pun berdiri dan masuk. “permisi” menoleh kanan-kiri, tapi gak ada siapa-siapa. Ya ampun, jangan-jangan setan.
“duduklah Jim”
“Robek?” Jim kaget.
Robert yang sedang duduk tersenyum.
“jadi kau sengaja menyuruhku kesini dengan pura-pura memesan pizza?”
“pura-pura? Aku memang sedang lapar kok”
“ok, ambil pizzamu. Aku akan pergi sekarang juga”
“hemh?” coba saja kalau bisa, Robert tersenyum.
Saat Jim mau membuka pintu, “hey, kenapa pintunya gak bisa dibuka? Apa kau melakukan sabotase terhadapku?”
“santai dulu Jim, temani aku makan” Robert memakan pizza itu.
“kau benar-benar..” Jim mendekat dan marah.
“kau mau memukulku?” Robert bertanya polos.
“tolong buka pintunya”
“aku tidak mau”
“cepat buka pintunya atau aku akan menghajarmu”
“orang sepertimu tidak akan melakukan itu”
“oh, kau menganggap sepele aku?” saat Jim mendekat, ia tidak sengaja menginjak kabel yang terhubung ke jam tangan Robert.
“ah” Robert memegang dadanya.
“kau kenapa?” Jim kaget.
“tidak, duduklah Jim. Aku ingin memberi taukan sebuah rahasia padamu”
“rahasia?”
Robert tersenyum, “apa kau mencintai Jane?”
“sudahlah, aku tidak mau membahas itu”
“Jim, jika kau mencintainya. Temuilah dia”
“untuk apa? Kau terlalu hebat, aku bukan tandinganmu”
“Jim, aku tidak akan pernah bisa jadi pacar Jane” Robert menatapnya, “ aku sakit Jim, hidupku tidak lama lagi”
“hehm.. kamu bercandakan?” Jim menetapnya.
Robert menggeleng dan memperlihankan bekas oprasi di dadanya, “aku hidup dengan jantung buatan”
Jim terdiam.
“saat berumur 14 tahun, aku dan keluargaku pergi berlibur dengan menaiki sebuah mobil. Kami hanya bertiga, karena kami sangat bosan dengan kehidupan kota yang selalu menyorot kami. Tapi hal buruk terjadi, mobil kami jatuh ke jurang. Ayah dan ibu meninggal di tempat kejadian, hanya aku yang selamat. Tapi  jantungku bocor dan harus diangkat, sejak saat itu aku membuat jantung untuk ditanam di tubuhku sendiri”
“Robert, aku turut berduka”
“tidak masalah, itu memang takdir. Tapi jangan beri tau hal ini pada siapa pun”
“aku mengerti”
Robert tersenyum, “Jane itu sangat menyayangimu Jim, semalam dia menelponku. Dia terus menangis, kau sangat berharga untuknya. Aku tidak akan pernah merebut Jane darimu, aku hanya ingin melihatnya bahagia. Apa kau mengerti?”
“iya, aku mengerti. Tapi..”
“apa soal tiket itu? Aku yang memaksanya menonton bersamaku, aku gak tau kalau kalian sudah punya janji sebelumnya. Maafkanlah dia Jim, karena yang salah itu aku”
“baiklah, aku akan menemuinya sekarang” Jim pergi.
Robert tersenyum, ia bangun dari tempat duduk. Tapi tiba-tiba, Robert merasa pusing.
Brak…
Robert jatuh.
“tuan? Tuan Robert?!” Roger panik.

***

Di taman,
Jane masih menangis dan seseorang mendekatinya.
“apa kau mau pizza?”
“Jim? Maksudku James”
“hey, panggil saja aku Jim. Kamu jangan nangis lagi ya” Jim menghapus air mata Jane.
“Jim, aku minta maaf”
“udah-udah, lupain kejadian tadi malam. Anggap aja itu gak pernah terjadi”
“kamu gak marah lagi sama aku?”
Jim mengangguk, “maafin aku ya Jane, karena aku udah kasar sama kamu”
Mereka pun berpelukan.
Jane sangat senang bisa kembali berteman dengan Jim.
“Jane aku punya sesuatu untukmu”
“apa?”
“udah ikut aja” mereka pergi.

***

Sementara itu di Rumah Sakit,
Robert belum juga sadar.
“periksa tekanan darahnya sus”
“baik dokter”

***

Di pinggir jalan,
“Jim, makasih ya” Jane memakan kembang gula.
“sama-sama”
Aku kok inget Robert sih? Iya juga ya, dia harus dikasih tau kabar gembira ini. Kalau aku udah baikan sama Jim.
“Jane ko kamu diem aja?”
“eh, enggak” Jane tersenyum.
Ini benar-benar hari yang membahagiaan untuk Jane.
Aku mau ngabarin Robert dulu ah.
Jane menelpon ke rumah Robert, “hallo, Roger ini aku Jane. Robert mana? Apa? Aku akan kesana” Jane terdiam.

***

Mereka pun langsung pergi ke Rumah Sakit.
“Robert” Jane masuk ke salah satu ruang VIP.
“Jane?” Robert kaget.
“kamu gak apa-apakan?” Jane memeluknya.
Robert senang di peluk Jane, “hey ada apa? Aku baik-baik saja kok”
“Roger bilang kamu pingsan di rumah”
“iya, tapi sekarang aku gak apa-apa” Robert tersenyum, lalu ia melihat ke arah Jim. “hey Jim, apa kabar?” seperti tidak terjadi apa-apa pada mereka.
Jim yang diam tersenyum, “hey Robek apa kau bosan tidur di rumah?”
Mereka tertawa.
Jane senang hubungan mereka menjadi lebih baik.
“Robert kamu sakit apa? Kenapa harus dipasang alat deteksi jantung dan tekanan darah? Apa sakitmu parah?”
“aku? Aku..” Robert menatap Jim dan berharap dia tidak memberi tau apa-apa pada Jane, “aku tidak apa-apa Jane, kau tau kan? Aku ini orang hebat, jadi terkadang pelayanannya terlalu berlebihan”
“dasar kau, tukang pamer” Jane tersenyum.
“kapan kau pulang Robek?”
“mungkin nanti pagi Jim”
“syukurlah, aku senang kalian akur”
“Aku tidak yakin, iyakan keri?”
“Robek” Jim kesal.
Mereka saling tatap.
“ah, kalian ini memang sama-sama keras kepala”
“Jane, bolehkah aku meminta sesuatu darimu?”
“maksudmu?”
“kamu mau kan tinggal di rumahku? Emh.. untuk menjagaku”
“apa?” Jane kaget
“maaf, sepertinya aku menunggu di luar saja” Jim keluar dengan agak kesal.
“kau mau kan Jane?” Robert memegang tangan Jane.
“maaf Robert, lebih baik kau istirahat. Ini sudah malam” Jane melepas tangan Robert dan pergi.
Robert diam.

***

Di luar,
Jim kesal, apa-apaan dia? Baru aja aku anggap dia pria yang dewasa, tapi si Robek itu memang musuh dalam selimut. Dia tetap mengajakku bersaing untuk mendapatkan Jane.
“Jim”
“hey Jane, apa sudah selesai?”
Jane mengangguk.
“apa kau menerima tawarannya?”
“tawaran apa?”
“tinggal serumah dengannya”
“aku gak jawab”
“kenapa? Kan enak tinggal dalam rumah mewah”
“kayanya enggak deh Jim” mereka pulang.

***

Di ruang perawatan,
Tuhan... apa aku salah jika mencintai Jane? Robert melamun, aku tau harusnya aku sadar. Jane akan lebih bahagia dengan Jim, tapi aku sangat mencintainya Tuhan...

***

Pagi itu,
Jane dan Jim ke Rumah Sakit untuk menjemput Robert.
Robert sedang bersiap dan bercermin. “oh begitu tampannya aku” ia senyum-senyum sendiri.

***

Di ruang dokter,
“dok, Robert sudah boleh pulangkan?”
“iya nona, tapi tetap harus istirahat total”
“istirahat total?” Jane tersenyum, ia ingat kata-kata Robert kemarin.



“karena aku orang hebat, pelayanannya berlebihan” Robert tersenyum.

“nona saya serius, tuan Robert itu punya masalah di jantungnya. Jangan dianggap sepele”
“jantung?” Jane kaget.
“iya nona”
Jane langsung berlari ke kamar perawatan Robert.
Jim yang menunggu di luar melihatnya, “hey Jane, Jane?” Jim mengikutinya.
Jane masuk ke kamar Robert, “Robert”
“Jane? Kau membuatku kaget saja” Robert tersenyum.
Plak,
Jane menampar Robert.
“hey, kenapa kau menamparku?” Robert kaget.
“aku benci padamu, aku benci” tapi Jane memeluk Robert sambil menangis.
“Jane, ada apa?” Robert tidak mengerti.
Jim masuk, “dokter memberitau kami tentang keadaanmu”
“keadaanku?”
“kenapa kamu gak bilang kalau kamu sakit? Kamu bilang kita teman kan?”
“maafkan aku Jane, aku takut kamu sedih”
“takut aku sedih? Tapi sekarang aku benar-benar sedih karena kamu menutupi keadaanmu dariku”
“Jane, jangan menangis” Robert mengelusnya.
Jim hanya diam.
“aku akan tinggal di rumahmu”
Mendengar kata-kata itu hati Jim hancur, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

***

Hari pertama di rumah Robert.
“Robert, bagaimana caranya menanak nasi?”, “Robert benda apa ini?”, “Robert bagaimana cara membuang air?”, “Robert tisunya mana?”, “Robert”, “Robert”, ”Robert!!!!” tidak ada kegiatan tanpa Robert.
“kau ini, kenapa aku merasa jadi pembantu di rumahku sendiri” sungguh ironis, dalam hatinya.
“Robert”
“apa lagi?”
“minum obatmu”
“baik suster”
“Robert”
“apa?”
“jangan panggil aku suster, ini kan demi kau juga”
“iya-iya” Robert minum obat dengan malas.
“kau ini seperti anak kecil, susah sekali disuruh minum obat. Apa kau ingin obat rasa stoberi?”
“tuan cuma tidak suka diatur, Jane” Roger bicara.
“oh begitu?” Jane menatap Robert.
“hey Roger, jangan ngomong sembarangan” Robert kesal.
“eh, jangan pernah salahkan Roger. Jika kau ingin aku tinggal disini, kau harus menurutiku. Minum obat yang teratur, mengerti?”
“kau bahkan lebih galak dari dokter”
“Robert?!!” Jane menatapnya kesal.
“iya-iya maaf”
Jane tersenyum, “bagus” ia pergi.
“huh, selamet-selamet” Robert mengelus dada.
“hey, apa kau bilang?”
“eh, tidak-tidak” Robert panik.
“huh”
Saat Jane tidak ada.
“kenapa aku jadi takut padanya? Ini kan rumah ku” Robert melamun, sungguh ironis.

***

Ting tong…
Bell rumah berbunyi.
“tuan, direktur pabrik cabang New York datang”
“suruh dia masuk ke ruang kerjaku”
“baik tuan”
Robert masuk ke sebuah ruangan.
Orang itu masuk.
“silahkan tuan” Roger membukakan pintu.
“hey tuan Robert” ia mendekati Robert.
“hey, eu.. siapa namamu? Aku lupa” Robert memperlihatkan wajah tanpa dosanya.
“John tuan” orang itu tersenyum dengan agak kesal, tapi begitulah Robert.
“jadi ada apa kau kesini?”
“u..untuk menanyakan alat baru yang tuan janjikan” agak takut.
“maksudmu apa? Kau kira aku berbohong padamu?”
“bbu..bukan begitu tuan”
“dengar, aku bukan penipu. Lagipula perusahaan itu kan milikku, mana mungkin aku menghancurkannya?” Robert menatapnya kesal.
“i..iya tuan, aku tau. Apa lagi kemarin tuan baru pulang dari Rumah Sakit”
“lalu apa?” Robert marah.
“maaf tuan” ia mengalihkan pembicaraan, “oh iya, alat yang tuan buat tahun lalu juga masih bagus” ia pun memperagakan cara kerjanya.
Robert hanya menatapnya dengan kesal, “apa kau sudah selesai?”
“e, maafkan aku tuan” orang itu diam karena malu.
“bisakah kau tinggalkan aku sekarang?” Robert menatapnya.
“i..iya tuan, maaf sudah menggangumu”
“pergilah”
“i..iya” orang itu pergi.
“tuan kau baik-baik saja?” Roger khawatir.
“bagaimana kelihatannya Roger?” Robert menatap CCTV.
“maaf” Roger diam.
“jadi dia ingin aku bekerja? Baik, akan aku lakukan” Robert memasang kacamatanya.

***

Saat Jane sedang memasak, terdengar suara musik Rock N’ Roll yang begitu kencang.
“ya ampun guncangan darimana ini?” Jane kesal dan menutup telingannya. “Roger Roger”
“iya nona Jane?”
“ribut-ribut apa ini?”
“itu suara dari musik Rock N’ Roll yang ada di ruang kerja tuan Robert”
“apa? Tunjukan tempatnya padaku”
“baik”
Jane masuk lift dan sampai, ia melihat Robert sedang bekerja dari pintu kaca. “Robert Robert, buka pintunya. Robert”
Tapi sekencang apa pun Jane berteriak, Robert tetap tidak mendengarnya.
“Robert buka pintunya” Jane kesal, “Roger bagaimana cara mematikan musik ini?”
“kenapa nona tidak menanyakan itu dari tadi?”
Saat musik berhenti.
“hey siapa yang mematikannya?” Robert membuka kacamata dan menoleh, “Jane?” kaget.
“apa yang kau lakukan?” Jane terlihat kesal.
Mengerikan sekali dia, Robert takut “a..aku…”
“aku bilang apa yang sedang kau lakukan, Robert?”
“aku bekerja” pasrah.
“kau ini, baru juga keluar dari Rumah Sakit udah..”
“aku baik-baik saja Jane”
”baik-baik saja? Meski dokter bilang kamu harus istirahat total?”
“Jane, aku…”
“apa? Aku seperti ini karena aku perduli padamu Robert, aku gak mau kamu kenapa-kenapa. Aku gak mau kamu sakit lagi”
“aku tidak akan pernah sembuh” Robert menatapnya.
“baik, terserah kau” Jane pergi dengan mata yang berkaca-kaca.
Robert diam.
“tuan, kejar dia. Tuan, tuan Robert?”
Robert menarik nafas, “biarkan saja dia, orang lain lebih dia butuhkan sekarang” ia pun kembali bekerja.

***

Di luar,
“nona Jane?” supir kaget melihat Jane menangis.
“aku ingin ke taman pinggir kota pak”
“baik nona” supir pun mengantarnya.

***

Di taman,
“ah, akhirnya selesai juga” Jim senang.
Tapi langkahnya terhenti, “itu kan Jane?” ia melihat Jane menangis, pasti ada yang gak beres.
Jane merasakan kehadiran seseorang, ia menoleh. “Jim?”
Jim duduk disampingnya, “kenapa kamu nangis?”
“gak kenapa-kenapa kok” Jane menghapus air matanya.
“kamu jangan bohong, kita sudah berteman sangat lama Jane” Jim menatapnya, “apa ini ada hubungannya dengan Robert?”
Jane mengangguk.
“ceritakan padaku”

***

Di rumah Robert,
“Jane, Jane.. kau dimana?” Robert mencarinya di dalam rumah.
“tuan, nona Jane pergi keluar”
“keluar?”
“iya, tadi pak supir mengantarnya”
“ah, sudahku duga” Robert langsung memakai baju bagus dan pergi.

***

Di taman,
“aku cuma pingin dia baik-baik aja Jim”
“iya-iya, aku mengerti” Jim memeluknya, “kamu jangan nangis lagi ya”
Dan saat hal itu terjadi,
Robert yang datang dan baru melangkah terdiam, ia melihat mereka berpelukan. Robert mengepalkan tangannya dan pergi dengan rasa kesal dan kecewa.
Disana, Jim melakukan sesuatu yang membuat Jane tersenyum.
Mereka tertawa bersama.
“nah gitu donk, kamu itu gak boleh sedih”
“makasih ya Jim, aku bersukur banget punya sahabat seperti kamu”
Jim tersenyum, tapi sebenarnya ia sedih mendengar itu.
“ada apa Jim?”
“eu, tidak” Jim tetap tersenyum, sebenarnya aku berharap hubungan kita lebih dari itu Jane.
“kau ini memang aneh”
“Jane, apa kau mencintai Robert?”
Jane terdiam.
“hey, kok diem? Apa kau mencintainya?”
“aku” Jane bingung.
“pergilah, dia pasti menghawatirkanmu”
“ya udah, aku pergi ya Jim”
Jim tersenyum, tapi saat Jane sudah pergi.
Aku tidak bisa berharap lebih karena kau lebih memilih Robert.

***

Di rumah,
Robert hanya diam dan melamun di kamarnya, kenapa kau melakukan ini padaku Jane?
“tuan, ada apa?” Roger khawatir, “tuan?”
“aku sedang kesal Roger”
Tanpa bicara lagi, Roger langsung diam.

***

Jane pun sampai di rumah, “Roger aku pulang, mana Robert?”
“di kamarnya, nona”
“baiklah, aku akan kesana”
“jangan”
“kenapa?” aneh.
“tuan sedang ingin sendiri”
“sendiri?”
“iya nona, sepertinya tuan sedang kesal”
“kesal? Kenapa?”
“saya tidak tau, tadi tuan pergi. Katannya mau menyusul nona, tapi tiba-tiba pulang dengan keadaan seperti itu”
“menyusulku?” Jane langsung berlari ke lift.
“nona tolong jangan pergi ke kamarnya”
“Roger jangan halangi aku, cepat buka liftnya”
“tidak nona”
“Roger?!
“baik, aku menyerah”
Jane masuk ke lift dan Roger mengantarnya ke kamar Robert.
Jane sampai, ia pun masuk ke kamar Robert dan melihatnya melamun di balkon. “Robert?”
“siapa yang menyuruhmu masuk?” tanya Robert tanpa melihat ke arah Jane.
“Robert aku..”
“aku ingin sendiri”
“Robert kamu kenapa?”
“keluar”
“Robert jika ada sesuatu, lebih baik kau cerita padaku” Jane mendekat.
“aku bilang keluar!” Robert menoleh sambil membentaknya.
Jane kaget, matanya mulai berkaca-kaca. “baik, aku minta maaf karena sudah mengganggumu”
Robert menarik nafas, “Jane” ia memegang tangan Jane, “maafkan aku”
“lepas”
“Jane, aku tidak bermaksud untuk…”
“lepaskan aku Robert”
“baik, aku akan melepaskanmu. Lalu aku tau yang akan kau lakukan, kau akan kembali ke taman untuk menemui si Angkutan Umum dan berpelukan dengannya. Iya kan?”
“berpelukan?” Jane menatap Robert.
“iya, itu yang aku lihat” Robert memalingkan wajahnya.
“kau marah karena aku berpelukan?”
Robert diam.
“apa kau cemburu pada Jim?”
“apa? Cemburu?” Robert tertawa, “yang benar saja”
Jane kesal, “baik, bagus kalau kau tidak cemburu. Aku lupa kalau seorang Robert itu tidak mempunyai perasaan” Jane mau keluar.
“baiklah, aku cemburu. Kau puas?” Robert teriak.
Jane terdiam mendengar itu, jadi dia beneran cemburu? Tanpa menoleh, Jane tersenyum. Lalu ia pergi.
“ah sial, aku baru saja mempermalukan diriku sendiri di depan Jane”

***

Di kamar Jane,
Jane begitu senang, ya ampun… dia baru aja bilang cemburu sama aku. Itu berarti selama ini aku gak bertepuk sebelah tangan, Jane pun menelpon Jim.
“halo Jane, kebetulan kau menelpon. Aku punya kabar baik”
“o yah? Aku juga Jim”
“benarkah? Kalau begitu, kau duluan”
“Robert baru bilang cemburu sama aku, gara-gara dia ngeliat kita pelukan di taman” Jane tertawa bahagia.
Jim terdiam mendengar itu, tapi dia berusaha senang mendengarnya. “benarkah? Baguslah Jane”
“o iya, kabar apa yang akan kau sampai kan?”
“eh.. tentang penyakit Robert, katanya sakit jantung bisa sedikit diredakan dengan pelukan”
“benarkah? Terima kasih Jim sayang”
“iya Jane” Jim diam agak lama.
“halo Jim, Jim?” Jane merasa aneh dan mematikan telponnya.
Jane juga harus tau perasaanku, “Jane, sebenarnya aku juga cemburu pada Robert”
Tut tut tut…
Tapi sayangnya telpon sudah ditutup.
“sial” Jim tidur.

***

Besoknya,
“pemalas, ayo bangun. Hey Robert, bangun”
“em.. aku masih ngantuk”
“Robert” Jane menarik selimut Robert.
Tapi Robert menariknya lagi.
“i..ih” Jane menariknya lagi.
Mereka pun saling tarik-menarik selimut.
“Robert bangun”
“iya-iya” dengan malas ia bangun.
“aku punya kabar baik untukmu”
“apa?” Robert menggosok-gosok matanya.
“tapi, ini mungkin terdengar agak gila”
“ya sebutkan saja, lagi pula kau sudah gila”
“Robert?!”
“aku bercanda”
“Jim bilang sakit jantungmu bisa sedikit diredakan dengan… dengan… pelukan” Jane malu.
“benarkah?” Robert tersenyum dan menatap Jane.
Jane mengangguk.
“bagus, kalau begitu peluk aku sekarang”
“se..sekarang?” Jane kaget.
“iya, kau tidak keberatankan?”
“ti..tidak” Jane memeluknya dan merasa senang.
Robert tersenyum, dasar cewek polos. Jane Jane, Robert mengelusnya.
“Robert aku udah masak loh, ayo makan”
“apa? sepagi ini?”
“kamu kan harus minum obat”
“ah, entar aja” Robert tidur lagi.
“Robert” Jane menarik kaki Robert.
“eeh.. iya-iya aku bangun, kejam sekali kau”
“kamu sih, suka gak nurut” Jane agak kesal.
“iya maaf” Robert bangun.
“ayo” Jane memegang tangan Robert.
Robert pun tersenyum lagi dan mengikutinya.
“selamat pagi tuan” Roger menyiapkan meja makannya.
“pagi Roger” Robert duduk.
“ayo dimakan” Jane tersenyum.
“baik bu”
“kenapa kamu manggil aku ibu?”
“karena kamu cerewet kaya ibu-ibu”
“apa? Dasar nyebelin”
“o iya, satu lagi. Jangan suka marah, nanti cepet tua”
“Robert?!!!” Jane kesal.

***

Keesokan paginya,
“Bob, Bob kau dimana?” seorang perempuan masuk ke rumah Robert.
“selamat pagi nona”
“pagi Roger, mana tuanmu?”
“di kamarnya”
“ok” perempuan itu pergi ke kamar Robert.
Robert masih bermalas-malasan di kasur.
“Bob kau masih tidur?”
Mata Robert terbuka, ia kaget. Siapa yang memanggilku Bob? Robert bangun, “Gwen?”
“hey Bob kau masih tidur?”
“jangan panggil aku Bob,  kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi”
“hey, apa kau marah? Well, gak semua orang tau kan kalau panggilan akrabmu Bob”
“cukup Gwen, aku lebih suka dipanggil Robert” Robert menatapnya agak kesal.
“hey, kau benar-benar berubah sekarang. Jangan-jangan ada cewek baru ya?” Gwen duduk di kasur Robert.
Jane masuk ke kamar Robert, “Robert makanannya sudah..” ia terdiam melihat mereka.
“Jane?” Robert kaget.
“maaf aku mengganggu, permisi” Jane pergi.
“J..Jane, tunggu” Robert mau mengejarnya.
“Bob, siapa dia?” Gwen memegang tangan Robert.
“sudahku bilang aku tidak suka dipanggil Bob” ia melepas tangan Gwen. “Jane” Robert mengejar Jane keluar kamar.

***

Jane sudah masuk ke lift.
Robert pun sampai di depan lift, “Roger”
“iya tuan”
“Jane dimana?”
“ada di lift lantai 3, sebentar lagi akan turun ke ruang tamu”
“naikan lagi liftnya”
“tapi tuan, nona Jane ingin..”
“tuanmu aku atau dia?”
“ba..baik tuan” Roger yang takut menaikan kembali Jane ke atas.

***

Jane menangis di lift.
Saat pintu terbuka,
Di depan Jane ada Robert, Jane kaget dan mau menutup kembali liftnya.
Tapi Robert langsung masuk, “kau menangis?” Robert menatapnya.
“aku gak apa-apa, nganpain kamu disini?” Jane agak kesal.
“maksudmu apa?”
“kalau kau disini, wanita itu bagaimana?”
“apa peduliku padanya?”
“dia pacarmu kan?”
“bukan, dia mantanku”
Jane memalingkan mukanya.
“hey, kau tidak percaya padaku?”
“maaf tuan kita mau ke lantai berapa?” Roger bingung karena lift hanya diam di tempat.
“diam Roger, aku sedang bicara dengan Jane”
“maaf tuan”
“Jane, aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengannya. Serius, sekarang dia hanya sekretarisku”
“semua orang juga tau kalau kau seorang playboy”
Robert tau Jane masih kesal, “ Jane” ia memegang tangan Jane.
“lepaskan aku Robert, lepas” Jane semakin kesal.
Tapi Robert menariknya.

***

Gwen yang kesal berjalan menuju lift, saat ia menekan tombol. Pintu lift terbuka dan Gwen terdiam, ia melihat Robert berciuman dengan Jane.
“lepaskan aku” Jane mendorong Robert dan berlari keluar lift.
Saat Robert menoleh, disana ada Gwen.
“Robert kau?”
“masa bodoh, pergi sana” Robert meninggalkan Gwen dan mengejar Jane.
“ah sial, siapa cewek itu sebenarnya? Kenapa Robert bisa seperti itu?” Gwen kesal dan masuk lift, ia sangat marah.

***

“Jane, Jane” Robert berjalan cepat mengikuti Jane yang berlari.
Jane masuk kamar Robert dan mengunci pintunya, ia tidak punya tempat lagi untuk mengurung diri.
“Jane buka pintunya” Robert mengetuk, “Jane”
“aku ingin sendiri” air mata Jane menetes, “Roger tolong jangan biarkan dia masuk”
“baik nona”
“Jane aku minta maaf, apa kau marah karena aku menciummu? Jane buka pintunya, aku janji tidak akan bersikap kurang ajar lagi”
Jane diam, sebenarnya aku tidak marah kau menciumku. Tapi aku marah karena cewek itu.
“Jane” Robert diam, “baiklah, kau boleh menyendiri sesukamu. Di kamarku” Robert pergi.

***

Setelah menangis dan kesedihannya sedikit reda, Jane melihat ke sekitar.
“Aku belum pernah melihat kamar Robert sedetail ini, hebat sekali kamarnya” Jane pun menemukan kumpulan koran bergambar Robert, dari ia kecil sampai dewasa.
Jane membacanya satu persatu.
Robert Downey Sr. Menikah, “jadi ini ayah dan ibu Robert” Jane tersenyum. Istri Robert Downey Sr. Hamil, “wah, sepertinya aku akan melihat wajah si tua itu. Kita lihat, apa dari bayi wajahnya memang sudah tua”
Jane semakin penasaran.
Istri Robert Downey Sr. Melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Robert Downey Jr., “wah, jadi ini wajah Robert saat bayi” Robert Downey Jr membuat motor saat TK, “apa?” Robert Downey Jr. membuat mobil saat SD, membuat robotik saat SMP. “hebat sekali dia, si muka tua itu memang jenius. Tunggu, nama panggilannya Bob? Aku baru tau, tapi ko jauh ya Robert jadi Bob” Jane tertawa.
Tapi saat membuka halaman berikutnya,
Kecelakaan maut menimpa keluarga Downey? Jane terdiam, orang tua Robert meninggal di tempat dan Robert harus kehilangan jantungnya. “ya ampun” saat SMA Robert membuat jantung untuk dimasukan ke tubuhnya. “‘aku tidak tau akan bertahan sampai kapan, tapi selama aku hidup. Aku akan mensejahterakan negara ini’ kata Robert Downey Jr.” Jane menyimpan koran itu dan keluar, ”Robert kau dimana?”
“tuan ada di ruang makan nona” Roger memberitau Jane
“terima kasih Roger” Jane menyusulnya.

***

Di ruang makan,
Robert yang sedang duduk melihat Jane, “hey Jane, apa kau sudah siap untuk sarapan?”
Jane melihat ke arah jam, ini sudah jam 9? “maafkan aku Robert, kau pasti sudah lapar” Jane duduk dan mengambil makanan yang ada di meja.
“hey, kau kenapa?”
“aku? Tidak, lebih baik kau makan. Kau sudah terlambat minum obat” Jane memberikan piring itu pada Robert.
“baik sekali”
“sudah, makan saja”
“baiklah” Robert memakannya.
Jane menatap Robert.
Robert berhenti makan, “hey, kenapa melihatku seperti itu?”
“eh, tidak”
“kamu juga harus makan, aku gak mau kamu sakit” Robert mengambilkan makanan untuk Jane.
“Robert, gak usah. Biar aku sendiri yang ambil”
“gak apa-apa Jane”
“wah kalian mesra sekali” Roger jail.
“Roger!!!” Robert dan Jane sama-sama berteriak, mereka saling tatap dan malu.
Robert pun langsung menunjukan muka polosnya, “eh Jane, jangan di dengarkan robotku itu”
“siapa juga yang perduli” Jane pura-pura jutek.
“o iya Jane, aku harus pergi hari ini”
“kau akan bekerja?”
“ya.. aku sudah lama cuti”
“tapi kan kamu yang punya perusahaan”
“ya, meski begitu kita harus tetap bertanggung jawab kan?”
“kau benar, hati-hati ya. Jangan lupa minum obat, kabari aku jika ada apa-apa. Ok?”
Robert mengangguk.
Jane memeluknya, “aku akan menunggumu pulang”
“eh?” Robert tersenyum.
“aku bolehkan bertemu dengan Jim?”
“em… tentu, supir akan mengantarmu”
“terima kasih Robert”
Robert tersenyum dan pergi, “Roger siapkan mobil”
“tapi tuan belum mandi kan?”
“aku akan mandi di kantor, hey peduli apa kau aku mandi atau tidak? Kau kan hanya sistem”
“maaf tuan”

***
To be continued...
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar