Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance,
Friendship, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya
untuk hiburan semata.
Suatu siang,
“aduh aku telat nih”
Jane berlari sekuat tenaga, ia
akan mengantarkan pesanan pizza kepada seseorang yang tinggal di sebuah gedung
mewah.
“aduh” Jane begitu terburu-buru.
“eeh, mau kemana?” satpam penjaga
benteng mendekatinya.
“aduh pak entar aja
nanya-nanyanya, aku telat nih”
“iya, tapi disini gak sembarangan
orang bisa masuk”
“aku cuma mau nganterin pizza pak,
ini pesanan aduh siapa lagi namanya?” karena panik, Jane lupa.
“eeh”
Jane menerobos
masuk begitu saja.
“dasar anak itu, awas aja.
Pulangnya aku cegat dia” satpam itu kesal dan menunggu di pintu gerbang.
Jane pun berlari ke dalam, tanpa
ia sangka halaman depan menuju ke rumah begitu jauh jaraknya. “apa? Ini halaman
atau perkebunan sih?” kaget, dengan lemas ia berjalan.
***
Di kamar,
Seseorang berbicara di telepon.
“maaf tuan, pizzanya pasti akan
segera datang”
“aku tidak perlu pizza lagi, sudah
berjam-jam aku menunggu. Ku rasa cacing-cacing di perutku juga sudah mati semua
karena kelaparan”
“maaf tuan, saya janji hal ini
tidak akan terjadi lagi. Saya akan memecat anak itu, dia memang kurang disiplin”
“ya sudah” ia mematikan telepon
itu.
***
Ting tong,
Jane membunyikan bel, “permisi”
Kamera pengintai bergerak dan
membidik ke arahnya.
“permisi” Jane menekan belnya
lagi.
***
“tuan, ada pengantar pizza”
“suruh masuk saja”
“baik”
***
“permi…, eh?”
Jane kaget pintu tiba-tiba terbuka. Siapa yang membukanya? Ia bingung
dan menoleh ke segala arah, tapi memang tidak ada orang.
Ya Tuhan…
apakah ada setan di siang hari? Lindungi aku Tuhan…
Jane masuk dengan ragu,
“permisi, aku mau mengantar pizza”
Bruk,
Tiba-tiba pintu tertutup sendiri.
“selamat datang di rumah keluarga
Downey”
“ah siapa itu yang bicara?” Jane
sangat kaget.
“aku Roger, salam kenal”
“ah?” Jane semakin panik, disini
kan gak ada orang. Jangan-jangan… ”setan!!!!!”
Jane langsung melepas pizza itu dan berlari ke arah pintu.
Tapi pintunya terkunci.
“tolong-tolong”
“kau kenapa? Aku bukan hantu”
“ah” Jane pingsan.
***
Di kedai pizza,
“ bos, apa Jane sudah kembali?”
“belum, aku rasa dia sudah tau
kalau akan dipecat. Jadi dia tidak kesini lagi”
“dipecat? Tapi kenapa?”
“eh Jim, kamu itu mau ngurus
kerjaan atau ngurus dia?”
“maaf bos” Jim pergi dengan
hawatir.
***
Pagi itu,
”emh…” Jane membuka
matanya.
Seorang pria tersenyum padanya, ”
kau sudah sadar?”
Jane kaget melihat dia, ditambah
lagi Jane baru bangun di sebuah kamar. “aaaa!!!” ia berteriak.
“eeh kau kenapa?” pria itu kaget,
“Roger Roger” ia panik karena Jane melemparinya dengan bantal guling.
“ada apa tuan?” sebuah robot masuk
membawa segelas air.
“robot? Aah” Jane pingsan lagi
“eeh, kenapa dia?” orang itu
semakin kaget.
“mungkin dia masih shock tuan”
“kau tau? Aku rasa dia sedikit
kampungan, bahkan sangat” orang itu mendekat dan menatap wajah Jane, ia pun
tersenyum.
Jane membuka matanya lagi dan
melihat orang itu begitu dekat. “eeeh, mau apa kau?” Jane langsung bangun dan
mau memukulnya.
“hey, tenang. Kau itu harusnya
berterima kasih padaku”
“terima kasih?” Jane melihat ke
sekitar, “kenapa aku ada di kamar? Apa yang kau lakukan padaku? Kau jangan
macam-macam ya”
“eh, parno banget sih? Aku
gak ngapa-ngapain kok, ini kamar tamu. Kamar ku ada di atas”
“kenapa aku harus percaya?”
Roger mendekat lagi, ”karena tuan
tidak bohong”
“hah?”
“eeh jangan pingsan” orang itu
takut.
“siapa yang mau pingsan? Jadi
suara aneh kemarin itu suara robot ini? Kalian mau mengerjaiku
ya?”
“ah? PD sekali kau, untuk apa aku
mengerjaimu. Kenal saja tidak” orang itu so tidak perduli.
“kau menyebalkan sekali” Jane
kesal.
Kriiing…
Telpon berbunyi.
“silahkan tuan Robert” Roger
memberikan telpon.
“terima kasih” Robert mengangkatnya,
“halo"
Jane kaget, Robert? Dia bilang
Robert? Si pengusaha kaya itu, ah mana mungkin. Dari wajahnya si tidak
meyakinkan, lebih cocok jadi badut ulang tahun.
“baik-baik aku akan segera kesana,
tunggu 3 jam lagi ya”
“tapi tuan, tuan. Halo tuan
Robert”
Robert mematikan teleponnya, ia
melempar telepon begitu saja dan Roger dengan sigap menangkapnya.
“terima kasih Roger”
“sama-sama tuan” Roger pergi.
“o iya, jadi kau itu siapa?” Robert
menatap Jane.
“tukang antar pizza”
“maksudku, namamu”
“aku Jane, apa kau Robert?”
“hah?” aneh.
“maksudku kau benar-benar Robert
si bilyuner itu?”
“iya, memangnya kenapa?” orang itu
tersenyum, “apa aku terlihat tidak meyakinkan di matamu?” Robert natap Jane
begitu dekat.
“e..eh” Jane takut,
“bukan begitu, aku hanya tidak percaya bisa bertemu denganmu secara langsung”
“oh begitu? Apa kau salah satu
fans setiaku?”
“eu?” aneh.
Hp Jane berbunyi,
“maaf sebentar” Jane mengangkat
teleponnya.
“Jane kamu dimana?”
“Jim? Ya ampun aku harus kerja”
“tapi Jane, kamu udah dipecat sama
bos”
“apa? Kenapa?”
“nanti aja ceritanya, eh kamu
dimana? Aku cari dikostan gak ada, Aku tunggu di taman ya”
“emh, ok. Tunggu sebentar ya” Jane
mematikan hpnya.
“siapa Jim? Apa dia pacarmu?” Robert mendekat.
“bukan, dia teman baikku” Jane
menatap Robert, “emangnya kenapa kamu nanya-nanya?”
“galak amat”
“udah ah, aku mau pergi”
“hey, tamu macam apa kau? Tidak
sopan sekali”
“kau juga, kenapa menemui tamu
dengan kolor seperti itu?!”
“hey?!” Robert kesal.
Jane pergi, “aduh apa lagi ini?
Dimana tangganya?”
“disini cuma ada lift nona”
“Roger? Kau dimana? Tunjukan
dirimu? Jangan menakuti aku”
“Roger itu system kemanan rumah
ini, kecuali aku dalam keadaan darurat. Dia akan datang menyerupai robot”
Robert mendekat.
“jadi Roger bukan robot
sembarangan? Tunggu, itu berarti kau tinggal sendirian?”
“ya, begitulah. Ayo, ku antar
sampai pintu” Robert menunjukan lift.
“kenapa sih pake lift segala?
orang kaya emang belagu”
“kau itu bicara apa? Kalau pake
tangga kita bisa gempor”
“gempor? Emangnya berapa lantai
rumah ini?”
“10, lebih tepatnya ini seperti
gedung”
“a..apa?? 10?”
“silahkan tuan” lift
terbuka.
Mereka masuk lift.
“Roger antarkan kami ke lantai 1”
“baik tuan” lift langsung
bergerak.
“enak sekali kau, sedikit-sedikit
Roger. Segalanya otomatis”
“aku memang tidak boleh beraktifitas
yang berat-berat sendiri Jane”
“kenapa?”
Lift terbuka, ”silakan tuan”
“terima kasih Roger”
Mereka pun berjalan.
“eh, kamu mau kemana? Perlu aku
antar?”
“gak usah, aku mau kerja”
“bukannya kamu udah dipecat?”
Jane terdiam, lalu ia menatap Robert.
“darimana kau tau? Jangan-jangan..”
“e..eh…”
Jane mencekik Robert, “kau yang
membuat aku dipecatkan?”
“enak saja, untuk apa aku
melakukan itu?”
“alasan” Jane
semakin kesal.
“Roger, Roger… tolong aku”
“maaf tuan, orang ini tidak
mengancam”
“Roger, apa kau tidak lihat? Dia
mencekikku”
Jane pun melepaskan cekikannya.
“e..eh mau kemana?”
“pergi dari sini, terima kasih
Roger” Jane pergi.
“sama-sama nona”
Jane keluar.
Robet kesal, “kenapa
kau membiarkannya Roger?”
“karena tuan suka padanya”
“apa? Menyesal aku memberimu
perasaan”
“tapi aku bisa merasakan apa yang
tidak tuan rasakan”
“diam” Robert pergi.
“baik tuan, aku minta maaf”
***
Di benteng,
Satpam sudah stand by, “hey kau”
“ya ampun satpam gila itu” Jane bingung.
“hey kau panggil aku apa?”
“eh, tidak-tidak pak. Aku bilang
kau sangat keren dan gagah”
“benarkah?”
“iya-iya, sudah ya. Dah” Jane
lari.
“eeh, ah kabur dia” satpam itu
kesal.
***
Di taman,
“menyebalkan sekali cowok itu, aku
kira orang seperti Robert Downey Jr. akan memperlakukan wanita dengan baik”
“hey Jane”
“apa?!” Jane kesal, tapi saat
menoleh. ”Jim? Maaf, aku kira..”
“siapa?”
“Robert” aduh kenapa aku malah
mikirin dia sih?
“Robert? Siapa Robert? Apa itu
teman barumu, yang pasti bukan si bilyuner itu kan?”
“itu bener Jim”
“what? Robert Downey Jr. dia teman
barumu?” Jim kaget setengah mati.
“Jim, jangan berlebihan seperti itu
donk”
“maaf, aku terbawa suasana”
“ah kamu mulai ngaco lagi”
Jim tersenyum, tapi terlihat sedikit
sedih. “o iya Jane, apa kau menyukai Robert?”
“nggak, dia kaya orang tua”
“tapikan dia kaya, banyak cewek yang
suka sama dia”
“iya sih, jaman sekarang kita emang harus matre,
tapi buat apa kaya kalau ngorbanin perasaan”
“syukur deh”
“apa?” Jane kurang jelas mendengarnya.
“eu, enggak-enggak. Kamu seriuskan ngomong gitu?”
“emangnya kenapa? Kok kamu nanyanya gitu
sih?”
“enggak, gak kenapa-kenapa” Jim
tersenyum polos.
“ah kamu ini, selalu aja ngasih
keanehan”
“eh coba tebak, aku bawa apa?”
“apa?”
“tada!!!”
“tiket konser The Beatles?”
“yupz, Paul McCartney si idolamu itu
akan datang ke sini”
“yang bener?”
“ya benerlah, orang ini tiketnya”
“akhirnya, pangeran Inggrisku akan datang. Bayangkan, dia
jauh-jauh datang dari Inggris ke Amerika hanya untuk aku” Jane senyum-senyum
sendiri.
“sekarang kamu yang mulai ngaco”
“Jim kapan konsernya? Kapan?” saking
senangnya Jane menarik-narik kerah baju Jim. “Jim ayo bilang dong”
“aah, gimana aku ngomong kalau kamu
menyeramkan kaya gini”
“maaf, aku kan senang” Jane tersenyum
polos dan melepas kerah baju Jim.
“senang si senang, tapi jangan membunuh
orang dong”
“Jim?!”
“iya-iya, dia datang besok. Lihat aja di
tiket, waktunya ada kok”
“oh, iya ya. Lupa, heheh”
“nenek lampir”
“eh, embah jambrong. Enak aja kamu yah”
Mereka pun kejar-kejaran.
***
Malamnya,
Hp Jane bunyi.
“siapa sih? Nomornya gak kenal, tapi
kayanya ini telepon rumah” Jane mengangkatnya, “halo”
“hey Jane”
“iya, siapa ini?”
“ini aku, Robert”
“Roro..Robert?”
“eh, aku bukan Roro..Robert”
“iya aku tau, mau apa kamu nelepon jam
segini? Tunggu, dari mana kamu tau nomor hpku? Nah mulai lagi ya, jangan-jangan
waktu aku pingsan kamu ngutak-atik hp aku. Ayo ngaku!”
“enggak”
“eh, jangan bohong ya. Kalau enggak,
kamu tau dari mana?”
“aku ini orang yang paling mudah
mengakses apa pun, aku tau data rahasia semua orang di kota ini. Termasuk kau”
“apa? Curang sekali, kalau begitu aku akan
ke luar negeri”
“silahkan, aku tetap akan menemukanmu”
“apa?”
“aku kan juga punya akses di seluruh
dunia”
“baik, aku tes. Sekarang Paul sedang
apa?”
“Paul? Siapa Paul? Apa dia pacarmu?”
“iya, Paul McCartney pacarku”
Mendengar itu Robert tertawa.
“eh, emang ada yang lucu?”
“ya aneh aja kalau seorang Paul
McCartney punya pacar seperti kamu”
“kau menghina aku?”
“eeh Jane, jangan marah donk. Aku akan
mencarinya” Robert mengotak-atik komputernya. “aku mendapatkannya”
“yang bener?”
“ya, Paul sedang dalam perjalanan. Aku akan cari lebih detail
lagi,
aku
rasa dia akan ke bandara”
“tepat, Paul memang akan konser disini”
“kau benar-benar menyukainya?”
“tentu, pria tampan berwajah bayi. Tidak
sepertimu pria berwajah tua dan…”
“hey, apa ini balasan untuk orang yang
mencarikan info tentang idolamu?”
“iya deh, maaf. Makasih ya” Jane malas.
“hey, itu terdengan seperti tidak
ikhlas”
“terserah kau, apa aku boleh mematikan
teleponnya sekarang?”
“Jane, jangan dulu dong. Besok kamu ke
rumahku ya”
“ngapain? Gak penting”
“Jane, please. Aku janji gak akan
macam-macam”
“ogah ah, kamu tau gak? Jarak dari
benteng ke pintu gerbang terus ke rumah kamu yang super duper itu jauh banget.
Aku gempor kemarin”
“ya udah, aku jemput gimana? Jane? Jane,
halo. Ah dia matiin telponnya”
***
Besoknya,
Jane sedang duduk di taman.
Jim datang, “hey Jane”
“Jim” Jane tersenyum.
“nih, aku bawa pizza buat kamu”
“makasih ya”
“ada apa si? Ko murung lagi? Kan entar
malem ada idolamu”
“iya, aku tau. Tapi ibu kost udah
ngomel-ngomel”
“soal bayaran bulanan?”
“iya”
“kamu tenang aja, aku akan bantu kamu.
Mulai dari cari kerja sampai bayar kostan”
“gak usah Jim”
“gak apa-apa, kita kan teman”
“makasih ya, kamu emang baik”
Jim tersenyum.
“Jane” seseorang memanggilnya.
“kamu?” Jane kaget Robert disana, ”ngapain kamu disini?”
“jemput kamu, hey siapa itu? Pacarmu?”
“bu..bukan ini Jim, Jim ayo kenalan”
Jim natap Robert dan Robert tersenyum
sinis.
“James Carrey, kau bisa memanggilku Jim”
“Robert Downey Jr. O iya, kau pasti
sudah kenal aku kan? Pengusaha tersukses se-Amerika atau mungkin dunia. Kau
bisa panggil aku tuan, maksudku Robert” dengan terpaksa, Robert tersenyum.
Mereka berjabat tangan dan saling
meremas jari satu sama lain.
Pria kaya ini agak
menyebalkan, Jim terus menatap Robert.
Sepertinya pria aneh ini begitu
dekat dengan Jane, Robert juga menatapnya.
Mereka terus saling tatap, sepertinya
Jane mulai merasakan ketegangan diantara mereka.
“hey kalian ko diem aja?”
“eh? Eu.. nggak Jane” Jim tersenyum. “
iya kan Robek?”
Robert terlihat kesal, “apa? Robek? Baiklah
keri (sejenis mobil untuk angkutan umum), atau aku bisa memanggilmu Angkot?
Angkutan Umum mungkin?”
Hey apa itu? Jim
semakin kesal.
Kau pasti kesal, salah siapa
memanggilku Robek. Robert menatap Jane, “ ayo Jane”
“kemana?”
“ke rumahku”
“apa? aku gak mau”
“aku memaksa”
“eh” Jim mulai emosi.
“Jim, Jim jangan Jim” Jane meredakan
emosinya.
Jim terlihat tidak suka pada Robert.
“ok, aku ikut denganmu” Jane pergi
dengan Robert.
Robert menatap Jim dan melambai.
Jim kesal, awas kau Robek.
***
“silahkan tuan nona” supir membukakan
pintu limousin milik Robert.
“terima kasih pak” Jane tersenyum.
Robert duduk disampingnya, “kau tau, kau
sangat cantik kalau tersenyum”
Mendengar itu, Jane terdiam. Apa lagi
Robert tersenyum.
“Jane, kau terpesona padaku ya?”
“eh? Apa? Enak saja, itu tidak mungkin.
Sana, jangan dekat-dekat” Jane jutek lagi.
“ya ampun, kamu sadar gak ini mobil
siapa? Kenapa so nyuruh-nyuruh?”
“what? Ok, aku turun”
“eeh Jane, jangan” Robert megang tangan
Jane.
Mereka terdiam dan saling tatap.
Tiba-tiba di layar GPS mobil ada yang
berubah.
“maaf tuan, ini aku Roger. Aku hanya
ingin memberi tau kalau obat tuan hab..”
“Roger, Roger…” Robert langsung memotong
omongan Roger, “tolong jangan bahas itu, kau urus dulu rumah ok? Jane akan
datang ke istanaku”
“tapi tuan, itu sangat penting untukmu”
“Roger?!”
“ba..baik tuan, maaf” GPS kembali aktif.
“Robert, obat apa yang dimaksud Roger?”
“ah itu cuma persedian P3K rumah saja”
“kamu gak bohong kan?”
“apa aku terlihat bohong?”
Mereka pun sampai,
“ah, Jane kita sampai” Robert
mengalihkan perhatian.
“kau memang aneh Robert, kau benar-benar
sakit. Sakit jiwa” Jane terlihat kesal padanya.
“kamu ko marah terus sih? Apa salahku?”
“kamu menyebalkan, tua dan..”
“eh, tunggu. Kau bilang aku tua. Aku
masih 27 tahun, mengerti?”
“ya terserah, kau tetap tua bagiku”
“emangnya umur kamu berapa?”
“22, sebentar lagi 23”
“bagus”
“bagus apa?”
“bukankah jika menikah, akan bagus jika
pasangan jaraknya beda 5 tahun”
“siapa bilang? Kamu ngarang terus ya,
lagi pula siapa yang mau nikah sama orang kaya kamu?”
“why? Aku kan keren”
“kamu itu aneh, gak jelas. Aku gak
ngerti seperti apa kau dibentuk”
“o ya? Baik, kita mulai kenalan lagi.
Namaku Robert Downey Jr. anak tunggal dari keluarga Downey. Aku juga pemilik
tunggal perusahan besar yang punya cabang di seluruh dunia, hampir. Aku adalah
orang yang jenius, biliyuner, playboy dan dermawan” Robert tersenyum.
“tepat sekali, kau memang sudah di
program seperti benda-benda ciptaanmu”
Robert diam, ”dari mana kau tau Jane?”
“eh? Apa ini lelucon? Jangan-jangan jika
batraimu habis kau harus di charger juga”
“iya, itu benar”
“apa?”
“sudahlah lupakan, aku akan mengajakmu menemui
Paul”
“benarkah? Kau tidak bohongkan?”
“aku akan bersiap dulu” Robert masuk
lift.
Jane duduk di ruang tamu, Robert kok tiba-tiba aneh si? Apa dia
baik-baik saja?
“minumnya nona” Roger membawa segelas
air.
“Roger? Pantas kau tidak mengagetiku,
kau sedang berubah untuk membuatkan minum. Terima kasih ya” Jane tersenyum.
“sama-sama nona”
***
Di kamar,
Jam tangan Robert berbunyi, itu menunjukan
detak jantungnya sedang tidak baik.
“tidak, aku mohon jangan sekarang”
Robert menahannya dan berusaha tenang.
***
Di ruang tamu,
“o iya Roger, apa benar kau dibuat oleh
Robert?”
“iya”
“terus tugas kamu kan banyak, kenapa
Robert gak mau nyewa pembantu?”
“tuan Robert memang tidak suka terlalu
banyak orang di rumah, bisa kau bayangkan jika seluruh kawasan ini diisi
pembantu dari benteng sampai dalam rumah. Mungkin ada seratus atau lebih”
“kau benar, jika dia menyewa 1 pembantu
saja. Pembantu itu bisa mati kecapean” Jane tertawa, “o iya Roger, tadi kamu
menghubungi GPS mobilkan? ada apa sih? Kamu terdengar khawatir”
“e.. itu, sebenarnya tuan…”
“Roger” Robert datang.
“tuan” Roger pergi dan kembali jadi
sistem rumah.
“kau sudah siap?” Robert tersenyum.
“iya, aku menunggumu lumayan lama. Hey,
mana jam tangan kerenmu?”
“ah, tidak perlu. Aku sedang malas
memakainya” jika aku memakainya, pasti jam itu akan berbunyi terus.
“Robert kau baik-baik saja kan? Kau
agak pucat”
“tenang, aku dalam keadaan sangat baik”
Robert tersenyum.
“baiklah”
Mereka keluar.
“sekarang kita kemana?”
“garasiku, tepatnya tempat penyimpanan
koleksi mobilku”
“apa itu jauh juga?”
“emh, baiklah. Kita pakai monitorku
saja” Robert mengeluarkan sebuah tablet, “ayo pilih mobilnya”
“aku?”
“ya, tentu saja. Siapa lagi? Cepatlah!”
“ini semua mobilmu?”
“bukan” ekspresi Robert datar, “tentu saja
iya”
“baik, sepertinya mobil ini keren”
“mana? Bagus mobil spot merah tanpa atap
dengan hanya dua kursi, pintar juga pilihanmu. Tapi sayangnya kita akan sampai
malam, jadi lebih baik ini. Mobil spot hitam yang bersistem hybrid”
“kenapa kau menyuruhku memilih jika
akhirnya kau sendiri yang memilih?”
“maaf, aku janji. Kapan-kapan kita naik
mobil itu” Robert menyentuh sebuah tombol di pinggir layar, “Roger, tolong
bawakan L***s hybrid
ku”
“baik tuan” mobil pun berjalan keluar
garasi dan menghampiri mereka.
“apa ini? Mobil berjalan sendiri?”
“please, jangan pingsan” Robert menatap
Jane.
“siapa yang mau pingsan, aku sudah
terbiasa dengan
kegilaanmu”
“syukurlah”
Brak,
Pintu mobil tiba-tiba terbuka.
Robert tersenyum pada Jane dan Jane...
“ah” pingsan.
“Jane?”
***
Mereka pun pergi dan sampai ke sebuah
resort mewah.
“apa ini resort milikmu?”
“bukan, ini resort Paul McCartney. Tapi
aku juga punya di ujung sana dan tidak kalah bagus”
“o ya?”
“hey kau meragukanku?” Robert membukakan
pintu Jane.
“terima kasih”
“yupz, tumben kau mengucapkan itu dengan
tulus?”
“terserah” Jane gak perduli, tapi saat
melihat ke sekitar. ”indah sekali”
“eh? Ngapain muter-muter? Entar pusing, ayo”
“kemana?”
“menemui Paul”
“apa? Yang benar?!”
“kau ini, kalau aku bohong. Untuk apa
kita disini?”
“Robert ternyata dibalik kegilaanmu, kau
benar-benar baik” Jane yang senang memeluknya erat.
“hey-hey, aku tidak bisa bernafas”
“maaf”
“tidak masalah” Robert menelepon
seseorang dengan hpnya, “halo, Paul ini aku. Kau dimana? Baik kami akan segera
kesana”
Hah? Robert punya nomor
pribadi Paul, emh wajar aja. Dia kan punya apa pun yang dia inginkan. Jane berexpresi aneh.
“hey Jane, kenapa kau pasang muka jelek?
Kau tidak sedang menghinaku dalam hatimukan?”
Dari mana dia tau? Jane kaget, “apa? Tidak, GR sekali kau”
“baiklah kita ke café vegetarian, Paul sedang makan siang
disana”
“benarkah? Kalau begitu ayo” Jane
memegang tangan Robert dan berlari.
Sial, nafasku mulai berat. “Jane,
Jane berhenti”
“kenapa? Baru segitu aja ko udah
keringetan, kita baru lari 50 meter”
“kau duluan saja, aku ini pengusaha kaya.
Masa harus lari-larian gak jelas”
“ok, terserah kau. Sombong! Aku duluan”
Jane terlihat bahagia, ia belari jauh
meninggalkan Robert.
“ahh...” Robert memegang dadanya, “sakit
sekali, dia hampir membunuhku” Robert
bersandar ke batu besar dan nafasnya masih agak berat, ia pun membuat pesan
singkat pada Roger.
***
Jane sampai, “mana sih si Robert? Lama banget dia, ih sebel. Kalau Paul keburu pergi gimana?”
“hey Jane, Jane maafkan aku” Robert
berjalan sempoyongan dan begitu lelah.
“kau baik-baik saja?”
“aku? Tentu saja” Robert so kuat lagi
dan senyum-senyum.
Apa-apaan dia? Dasar
menyebalkan!
“ayo masuk”
Jane mengangguk.
“tuan Robert? Silahkan” para pelayan
begitu ramah padanya.
Robert tersenyum dan memegang tangan Jane saat
masuk.
“lepaskan aku”
“jaga tingkahmu, kita akan menemui Paul”
“iya tapi gak usah pegang-pegang segala”
saat Jane melihat ke depan, ia terdiam. “P..paa...Paul McCartney?”
Paul tersenyum kepadanya.
“heh, jangan bengong kaya gitu. Ayo
temui dia!”
“iya-iya, siapa yang bengong?”
Robert memandang aneh pada Jane.
Jane kesal pada Robert, “Paul, aku
mencintaimu” ia teriak dan berlari.
Paul kaget.
Sementara Robert, dasar cewek payah.
Dia mempermalukan aku di depan banyak orang dan Paul. Ia agak kesal.
“Paul” Jane langsung memeluknya begitu
saja.
Sementara Paul tersenyum bingung, “hey,
aw”
“maaf pacarku ini agak sedikit gila”
Robert mendekati mereka.
“gila?” Paul kaget.
“apa? Siapa yang gila? Siapa yang
pacar?” Jane kesal.
“kau lihatkan, dia sedikit hilang
ingatan”
“Robert?!” Jane menatapnya marah.
Paul tersenyum dan melepas pelukan Jane,
“cepat sembuh ya!” ia tersenyum dan mengelus Jane.
Ya Tuhan... Paul McCartney
mengelusku, tunggu! Apa dia bilang? Cepat sembuh? Jane agak kesal, dasar si
Robert. Dia selalu menyebalkan, awas aja entar.
“Paul aku tidak sakit, sebaliknya. Si
Robert ini lah yang gila” Jane menunjuk ke arah Robert.
“kalian jangan bertengkar dong”
“maaf Paul, lagian Robert sih”
“sudah-sudah” Paul tersenyum, “kemarin
Robert bilang kalau kau sangat ngefans padaku, apa itu benar?”
“iya, aku sangat menyukaimu”
“baiklah, ini untukmu”
“album baru The Beatles?”
Paul tersenyum dan mengangguk, “terima
kasih ya Jane”
“ke..kenapa kau berterima kasih padaku?
Harusnya aku yang berterima kasih”
“ya karena kau ngefans padaku, jika kau
ingin berterima kasih ucapkan saja pada pacarmu”
“apa?” Jane kaget.
“itu benar” Robert terseyum senang,
“jika bukan karena aku, kau tidak akan bertemu dengan Paul seperti ini”
“apa?”
“iya Jane itu benar, Robert lah yang
menyuruhku untuk menemuimu”
“apa kau tidak tau? Harusnya, dia jumpa
pers sore ini” Robert so.
“apa aku tidak mengganggumu Paul?”
“oh, tidak. Tentu saja tidak” Paul
tersenyum.
Robert melihat ke arah lain, tentu
saja tidak apa-apa. Aku membayar mahal untuk ini.
“hey Robert, sedang apa kau?”
“eh? Aku? Tidak” Robert polos.
“dasar kau, tolong fotoin aku sama Paul
ya”
“apa? E, maksudku iya” sialan,
emangnya aku tukang foto keliling? Masa orang hebat seperti aku harus melakukan
ini. “ok siap, 1 2 3”
“terima kasih Paul”
“sama-sama”
“hey, kenapa dia tidak berterima kasih
padaku?”
“maaf kau bicara apa?” Jane menatap
Robert.
“eh? Tidak-tidak, kau selalu benar dan
aku salah”
“apa kau marah padaku?”
“tidak, sama sekali tidak”
“bagus” Jane tetap jutek.
Robert duduk dan menatap mereka.
Seorang pelayan mendekat, “tuan, apa
anda mau memesan sesuatu?”
“eh, tidak. Nanti saja”
“permisi tuan”
“yap” Robert tersenyum dan kembali
menatap Jane.
Aku senang kau bahagia Jane, aku akan melakukan apa pun untukmu.
“ah” dada Robert kembali sakit, “a..”
“tuan apa kau baik-baik saja?” pelayan
itu agak khawatir.
“i..iiya, tentu saja. Aku hanya sedang
berekting” Robert tersenyum.
“baiklah tuan, permisi” pelayan itu
pergi sambil merasa aneh, aku rasa dia terlalu jenius sehingga mendekati
gila.
***
Sorenya,
“sampai jumpa nanti malam Paul” Jane
melambai.
“ya, hati-hati”
Mereka pergi.
***
Di perjalanan,
“Robert”
“apa?”
“kau agak pucat”
“aku baik-baik saja”
“kau tidak berbohong kan?”
“kita sudah pernah membahas ini Jane”
“kau marah?”
“marah?” Robert natap Jane, “tentu saja
tidak, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga”
“apa itu benar?”
“benar? Tentu saja tidak” Robert melihat ke arah lain.
“Robert kau yakin baik-baik saja?” Jane
khawatir.
“Jane, sudah beberapa kali aku bilang bahwa
aku baik-baik saja” Robert menatapnya.
“maaf” Jane diam.
“aku baik-baik saja Jane” Robert
tersenyum, untuk pertama kalinya ia melihat sisi lembut Jane.
***
Malam itu,
Malam itu,
Di dekat gedung pertunjukan.
Jim yang memegang tiket konser sedang
mencari Jane, Jane dimana ya? Apa
dia masih bersama si Robek itu? Jim duduk dan menunggu.
***
Di mobil,
“Robert sepertinya aku harus pulang, kau
juga harus istirahat”
“apa? Sebentar lagi The Beatles akan
konser, jika kau pulang. Kau tidak bisa menonton Paul”
“kau ini memang keras kepala, aku
menghawatirkanmu”
“benarkah?” Robert tersenyum. “dengar
Jane, tadi kau sudah mau datang ke rumahku. Jadi izinkan aku membalas budi”
Robert menunjukan sesuatu.
“tiket konser VIP?”
“bukan itu saja, aku sudah pesan yang
terbaik dari yang terbaik”
***
Waktunya tiba, konser dimulai.
Dengan kecewa Jim masuk sendirian ke
dalam.
“ladies and gentlemen, here there are.
The beatles”
“wa” semua penonton berteriak ramai.
Oh yeah I tell you something
I’ll think you understand
When I tell you something I
wanna hold your hand
I wanna hold your hand I
wanna hold your hand
(song by : The Beatles – I
wanna hold your hand)
Setelah lagu selesai,
Penonton pun bersorak sambil bertepuk
tangan.
Paul tersenyum, “terima kasih semuanya,
kami senang bisa kembali konser disini dan kami juga mengucapkan selamat datang
kepada Robert dan pacarnya”
“apa? Robert dan pacarnya?” Jim kaget
mendengar itu, ia berdiri dan saat melihat ke depan.
Robert sedang bersama Jane, mereka mendapat tempat duduk paling
depan dan begitu dekat dengan panggung. Bahkan penonton VIP pun jauh di belakang mereka.
“jadi ini yang kau lakukan Jane?” Jim
sangat kecewa, ia pergi dengan kesal.
***
Setelah konser selesai,
Robert mengantar Jane pulang.
“makasih ya”
“sama-sama” Robert tersenyum.
Jane mau pergi.
“em, Jane”
“iya?”
“kapan-kapan aku boleh ketemu kamu lagi
kan?”
Jane tersenyum, “tentu saja, besok juga
boleh kok”
“beneran?” Robert sangat senang
mendengar itu. “yes yes yes” girang.
“Robert kamu kenapa?” Jane kaget.
“eh? Enggak Jane, aku cuma seneng aja.
Itu tandanya kita berteman kan?”
“berteman?”
“kenapa? Kau tidak mau?”
“ih, enggak kok. Aku senang kalau kita
jadi teman baik”
“ok, kalau begitu sering-seringlah kau
datang ke rumahku” Robert tersenyum.
“hati-hati Robert”
Jane melambai dan mobil Robert pergi.
Saat Jane mau masuk kostan.
“jadi kau lebih memilih tiket super VIP
itu dari pada tiket kelas 3 milikku?”
Jane kaget dan menoleh, “Jim?”
“apa? Aku gak nyangka ya Jane, kamu
setega itu sama aku. Baru kemarin kamu bilang kalau kamu gak matre, ternyata
itu semua bohongkan? Kamu lebih memilih dia dari pada aku”
“Jim…”
“kita udah janjian duluan, tapi
gara-gara tiket dia. Kau tidak memperdulikan tiketku, ini ambil tiket
murahanku” Jim melempar tiket itu, “menyesal aku membelinya untukmu”
“Jim maafkan aku, aku tidak…”
“udahlah, mulai sekarang jangan panggil
aku Jim lagi. Namaku James dan kita sudah tidak berteman lagi” Jim pergi.
“Jim, tunggu Jim. Kamu harus denger
penjelasanku dulu, Jim…”
Tapi Jim sudah jauh.
Jane menangis, “maafkan aku Jim, kau
satu-satunya teman terbaikku”
Jane ingat, mereka berteman sejak kecil.
Meski saat itu Jane baru kelas satu SD dan Jim sudah kelas tiga, tapi Jim
selalu melindungi Jane. Sampai saat ini dan sekarang semuanya sudah berakhir.
“kau adalah kakak bagiku Jim” Jane masuk
rumah.
“heh, mana bayaran yang kau janjikan?”
ibu kost sudah stand by.
“maaf bu, hari ini aku belum dapat uang”
“Jane kamu nangis?”
“aku gak apa-apa kok” Jane masuk kamar.
Ibu kost agak khawatir, tapi karena Jane
belum bayar uang bulanan. Masa bodoh ah…
***
Di kamar,
Apa yang harus aku lakukan?
Aku memang bersalah pada Jim, aku tidak datang ke konser bersamanya. Tapi aku
juga gak enak sama Robert, dia udah cape-cape nganter aku untuk menemui Paul.
Jane pun memegang hp, ia ingat pada
Robert.
“jadi kita teman kan?” Robert tersenyum.
Robert, apa aku telepon dia
ya?
***
Besoknya,
Di kedai pizza.
“Jim, Jim!”
“iya bos”
“ini, antarkan pizza ini ke alamat ini”
“tapi bos, aku kan hari ini bagian
masak”
“tapi dia ingin kamu yang mengantarnya”
“ah? Ada-ada aja, baiklah. Aku akan
pergi” Jim keluar.
Siapa sih? Aneh–aneh aja
pingin aku yang nganterin, jangan-jangan penggemar rahasia. Jim
senyum-senyum.
***
“wah apa ini alamatnya? Ko mirip benteng
ya?”
“selamat pagi” satpam mendekat.
“pagi” Jim tersenyum, “maaf pak, saya
mau mengantar pizza. Ini benar alamatnya kan?”
“baik, silahkan masuk”
Pintu benteng dibuka.
“terima kasih” saat Jim masuk, “busyet, ini taman atau kebun
raya?”
“maaf, sebelah sana gerbangnya dan
rumahnya kira-kira 1 km dari gerbang”
“apa? Jadi ini belum sampai halaman
rumah?” ya ampun ini rumah atau apa? Jim berjalan lesu.
***
Di rumah,
Robert melihatnya dari monitor tablet
dan tersenyum.
“maaf tuan, saatnya di charger”
“ok” Robert memakai jam tangan dan Roger
memasang kabel ke jam itu.
“terima kasih Roger”
“sama-sama tuan”
***
***
Setelah terus berjalan, Jim sampai ke
depan pintu dengan merangkak. “permisi”
***
Di rumah,
Robert tertawa melihat itu, “suruh dia
masuk Roger, aku ingin tau apa dia akan seperti Jane”
***
Saat Jim sedang kelelahan, pintu
terbuka.
“hah?” Jim kaget, ia pun berdiri dan
masuk. “permisi” menoleh kanan-kiri, tapi gak ada siapa-siapa. Ya ampun,
jangan-jangan setan.
“duduklah Jim”
“Robek?” Jim kaget.
Robert yang sedang duduk tersenyum.
“jadi kau sengaja menyuruhku kesini
dengan pura-pura memesan pizza?”
“pura-pura? Aku memang sedang lapar kok”
“ok, ambil pizzamu. Aku akan pergi
sekarang juga”
“hemh?” coba saja kalau bisa, Robert
tersenyum.
Saat Jim mau membuka pintu, “hey, kenapa
pintunya gak bisa dibuka? Apa kau melakukan sabotase terhadapku?”
“santai dulu Jim, temani aku makan”
Robert memakan pizza itu.
“kau benar-benar..” Jim mendekat dan
marah.
“kau mau memukulku?” Robert bertanya
polos.
“tolong buka pintunya”
“aku tidak mau”
“cepat buka pintunya atau aku akan
menghajarmu”
“orang sepertimu tidak akan melakukan
itu”
“oh, kau menganggap sepele aku?” saat
Jim mendekat, ia tidak sengaja menginjak kabel yang terhubung ke jam tangan
Robert.
“ah” Robert memegang dadanya.
“kau kenapa?” Jim kaget.
“tidak, duduklah Jim. Aku ingin memberi
taukan sebuah rahasia padamu”
“rahasia?”
Robert tersenyum, “apa kau mencintai
Jane?”
“sudahlah, aku tidak mau membahas itu”
“Jim, jika kau mencintainya. Temuilah
dia”
“untuk apa? Kau terlalu hebat, aku bukan
tandinganmu”
“Jim, aku tidak akan pernah bisa jadi
pacar Jane” Robert menatapnya, “ aku sakit Jim, hidupku tidak lama lagi”
“hehm.. kamu bercandakan?” Jim
menetapnya.
Robert menggeleng dan memperlihankan
bekas oprasi di dadanya, “aku hidup dengan jantung buatan”
Jim terdiam.
“saat berumur 14 tahun, aku dan keluargaku pergi
berlibur dengan menaiki sebuah mobil. Kami hanya bertiga, karena kami sangat
bosan dengan kehidupan kota yang selalu menyorot kami. Tapi hal buruk terjadi,
mobil kami jatuh ke jurang. Ayah dan ibu meninggal di tempat kejadian, hanya
aku yang selamat. Tapi jantungku bocor
dan harus diangkat, sejak saat itu aku membuat jantung untuk ditanam di tubuhku
sendiri”
“Robert, aku turut berduka”
“tidak masalah, itu memang takdir. Tapi
jangan beri tau hal ini pada siapa pun”
“aku mengerti”
Robert tersenyum, “Jane itu sangat menyayangimu Jim,
semalam dia menelponku. Dia terus menangis, kau sangat berharga untuknya. Aku
tidak akan pernah merebut Jane darimu, aku hanya ingin melihatnya bahagia. Apa
kau mengerti?”
“iya, aku mengerti. Tapi..”
“apa soal tiket itu? Aku yang memaksanya
menonton bersamaku, aku gak tau kalau kalian sudah punya janji sebelumnya.
Maafkanlah dia Jim, karena yang salah itu aku”
“baiklah, aku akan menemuinya sekarang”
Jim pergi.
Robert tersenyum, ia bangun dari tempat
duduk. Tapi tiba-tiba, Robert merasa pusing.
Brak…
Robert jatuh.
“tuan? Tuan Robert?!” Roger panik.
***
Di taman,
Jane masih menangis dan seseorang mendekatinya.
“apa kau mau pizza?”
“Jim? Maksudku James”
“hey, panggil saja aku Jim. Kamu jangan
nangis lagi ya” Jim menghapus air mata Jane.
“Jim, aku minta maaf”
“udah-udah, lupain kejadian tadi malam.
Anggap aja itu gak pernah terjadi”
“kamu gak marah lagi sama aku?”
Jim mengangguk, “maafin aku ya Jane,
karena aku udah kasar sama kamu”
Mereka pun berpelukan.
Jane sangat senang bisa kembali berteman
dengan Jim.
“Jane aku punya sesuatu untukmu”
“apa?”
“udah ikut aja” mereka pergi.
***
Sementara itu di Rumah Sakit,
Robert belum juga sadar.
“periksa tekanan darahnya sus”
“baik dokter”
***
Di pinggir jalan,
“Jim, makasih ya” Jane memakan kembang
gula.
“sama-sama”
Aku kok inget Robert sih? Iya
juga ya, dia harus dikasih tau kabar gembira ini. Kalau aku udah baikan sama
Jim.
“Jane ko kamu diem aja?”
“eh, enggak” Jane tersenyum.
Ini benar-benar hari yang membahagiaan
untuk Jane.
Aku mau ngabarin Robert dulu
ah.
Jane menelpon ke rumah Robert, “hallo,
Roger ini aku Jane. Robert mana? Apa? Aku akan kesana” Jane terdiam.
***
Mereka pun langsung pergi ke Rumah
Sakit.
“Robert” Jane masuk ke salah satu ruang
VIP.
“Jane?” Robert kaget.
“kamu gak apa-apakan?” Jane memeluknya.
Robert senang di peluk Jane, “hey ada
apa? Aku baik-baik saja kok”
“Roger bilang kamu pingsan di rumah”
“iya, tapi sekarang aku gak apa-apa”
Robert tersenyum, lalu ia melihat ke arah Jim. “hey Jim, apa kabar?” seperti
tidak terjadi apa-apa pada mereka.
Jim yang diam tersenyum, “hey Robek apa
kau bosan tidur di rumah?”
Mereka tertawa.
Jane senang hubungan mereka menjadi
lebih baik.
“Robert kamu sakit apa? Kenapa harus
dipasang alat deteksi jantung dan tekanan darah? Apa sakitmu parah?”
“aku? Aku..” Robert menatap Jim dan
berharap dia tidak memberi tau apa-apa pada Jane, “aku tidak apa-apa Jane, kau
tau kan? Aku ini orang hebat, jadi terkadang pelayanannya terlalu berlebihan”
“dasar kau, tukang pamer” Jane
tersenyum.
“kapan kau pulang Robek?”
“mungkin nanti pagi Jim”
“syukurlah, aku senang kalian akur”
“Aku tidak yakin, iyakan keri?”
“Robek” Jim kesal.
Mereka saling tatap.
“ah, kalian ini memang sama-sama keras
kepala”
“Jane, bolehkah aku meminta sesuatu
darimu?”
“maksudmu?”
“kamu mau kan tinggal di rumahku? Emh..
untuk menjagaku”
“apa?” Jane kaget
“maaf, sepertinya aku menunggu di luar
saja” Jim keluar dengan agak kesal.
“kau mau kan Jane?” Robert memegang
tangan Jane.
“maaf Robert, lebih baik kau istirahat.
Ini sudah malam” Jane melepas tangan Robert dan pergi.
Robert diam.
***
Di luar,
Jim kesal, apa-apaan dia? Baru aja
aku anggap dia pria yang dewasa, tapi si Robek itu memang musuh dalam selimut.
Dia tetap mengajakku bersaing untuk mendapatkan Jane.
“Jim”
“hey Jane, apa sudah selesai?”
Jane mengangguk.
“apa kau menerima tawarannya?”
“tawaran apa?”
“tinggal serumah dengannya”
“aku gak jawab”
“kenapa? Kan enak tinggal dalam rumah
mewah”
“kayanya enggak deh Jim” mereka pulang.
***
Di ruang perawatan,
Tuhan... apa aku salah jika
mencintai Jane? Robert melamun, aku tau harusnya aku sadar. Jane akan
lebih bahagia dengan Jim, tapi aku sangat mencintainya Tuhan...
***
Pagi itu,
Jane dan Jim ke Rumah Sakit untuk
menjemput Robert.
Robert sedang bersiap dan bercermin. “oh begitu
tampannya aku” ia senyum-senyum sendiri.
***
Di ruang dokter,
“dok, Robert sudah boleh pulangkan?”
“iya nona, tapi tetap harus istirahat
total”
“istirahat total?” Jane tersenyum, ia
ingat kata-kata Robert kemarin.
“karena aku orang hebat, pelayanannya berlebihan” Robert
tersenyum.
“nona saya serius, tuan Robert itu punya
masalah di jantungnya. Jangan dianggap sepele”
“jantung?” Jane kaget.
“iya nona”
Jane langsung berlari ke kamar perawatan
Robert.
Jim yang menunggu di luar melihatnya,
“hey Jane, Jane?” Jim mengikutinya.
Jane masuk ke kamar Robert, “Robert”
“Jane? Kau membuatku kaget saja” Robert
tersenyum.
Plak,
Jane menampar Robert.
“hey, kenapa kau menamparku?” Robert
kaget.
“aku benci padamu, aku benci” tapi Jane
memeluk Robert sambil menangis.
“Jane, ada apa?” Robert tidak mengerti.
Jim masuk, “dokter memberitau kami
tentang keadaanmu”
“keadaanku?”
“kenapa kamu gak bilang kalau kamu sakit? Kamu bilang kita
teman kan?”
“maafkan aku Jane, aku takut kamu sedih”
“takut aku sedih? Tapi sekarang aku
benar-benar sedih karena kamu menutupi keadaanmu dariku”
“Jane, jangan menangis” Robert
mengelusnya.
Jim hanya diam.
“aku akan tinggal di rumahmu”
Mendengar kata-kata itu hati Jim hancur,
tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
***
Hari pertama di rumah Robert.
“Robert, bagaimana caranya menanak
nasi?”, “Robert benda apa ini?”, “Robert bagaimana cara membuang air?”, “Robert
tisunya mana?”, “Robert”, “Robert”, ”Robert!!!!” tidak ada kegiatan tanpa
Robert.
“kau ini, kenapa aku merasa jadi
pembantu di rumahku sendiri” sungguh ironis, dalam hatinya.
“Robert”
“apa lagi?”
“minum obatmu”
“baik suster”
“Robert”
“apa?”
“jangan panggil aku suster, ini kan demi
kau juga”
“iya-iya” Robert minum obat dengan
malas.
“kau ini seperti anak kecil, susah
sekali disuruh minum obat. Apa kau ingin obat rasa stoberi?”
“tuan cuma tidak suka diatur, Jane” Roger bicara.
“oh begitu?” Jane menatap Robert.
“hey Roger, jangan ngomong sembarangan”
Robert kesal.
“eh, jangan pernah salahkan Roger. Jika
kau ingin aku tinggal disini, kau harus menurutiku. Minum obat yang teratur,
mengerti?”
“kau bahkan lebih galak dari dokter”
“Robert?!!” Jane menatapnya kesal.
“iya-iya maaf”
Jane tersenyum, “bagus” ia pergi.
“huh, selamet-selamet” Robert mengelus
dada.
“hey, apa kau bilang?”
“eh, tidak-tidak” Robert panik.
“huh”
Saat Jane tidak ada.
“kenapa aku jadi takut padanya? Ini kan
rumah ku” Robert melamun, sungguh ironis.
***
Ting tong…
Bell rumah berbunyi.
“tuan, direktur pabrik cabang New York
datang”
“suruh dia masuk ke ruang kerjaku”
“baik tuan”
Robert masuk ke sebuah ruangan.
Orang itu masuk.
“silahkan tuan” Roger membukakan pintu.
“hey tuan Robert” ia mendekati Robert.
“hey, eu.. siapa namamu? Aku lupa”
Robert memperlihatkan wajah tanpa dosanya.
“John tuan” orang itu tersenyum dengan agak kesal, tapi begitulah
Robert.
“jadi ada apa kau kesini?”
“u..untuk menanyakan alat baru yang tuan
janjikan” agak takut.
“maksudmu apa? Kau kira aku berbohong
padamu?”
“bbu..bukan begitu tuan”
“dengar, aku bukan penipu. Lagipula
perusahaan itu kan milikku, mana mungkin aku menghancurkannya?” Robert
menatapnya kesal.
“i..iya tuan, aku tau. Apa lagi kemarin
tuan baru pulang dari Rumah Sakit”
“lalu apa?” Robert marah.
“maaf tuan” ia mengalihkan pembicaraan,
“oh iya, alat yang tuan buat tahun lalu juga masih bagus” ia pun memperagakan
cara kerjanya.
Robert hanya menatapnya dengan kesal,
“apa kau sudah selesai?”
“e, maafkan aku tuan” orang itu diam karena
malu.
“bisakah kau tinggalkan aku sekarang?”
Robert menatapnya.
“i..iya tuan, maaf sudah menggangumu”
“pergilah”
“i..iya” orang itu pergi.
“tuan kau baik-baik saja?” Roger
khawatir.
“bagaimana kelihatannya Roger?” Robert
menatap CCTV.
“maaf” Roger diam.
“jadi dia ingin aku bekerja? Baik, akan
aku lakukan” Robert memasang kacamatanya.
***
Saat Jane sedang memasak, terdengar
suara musik Rock N’ Roll yang begitu kencang.
“ya ampun guncangan darimana ini?” Jane
kesal dan menutup telingannya. “Roger Roger”
“iya nona Jane?”
“ribut-ribut apa ini?”
“itu suara dari musik Rock N’ Roll yang
ada di ruang kerja tuan Robert”
“apa? Tunjukan tempatnya padaku”
“baik”
Jane masuk lift dan sampai, ia melihat
Robert sedang bekerja dari pintu kaca. “Robert Robert, buka pintunya. Robert”
Tapi sekencang apa pun Jane berteriak,
Robert tetap tidak mendengarnya.
“Robert buka pintunya” Jane kesal,
“Roger bagaimana cara mematikan musik ini?”
“kenapa nona tidak menanyakan itu dari
tadi?”
Saat musik berhenti.
“hey siapa yang mematikannya?” Robert
membuka kacamata dan menoleh, “Jane?” kaget.
“apa yang kau lakukan?” Jane terlihat
kesal.
Mengerikan sekali dia, Robert
takut “a..aku…”
“aku bilang apa yang sedang kau lakukan, Robert?”
“aku bekerja” pasrah.
“kau ini, baru juga keluar dari Rumah
Sakit udah..”
“aku baik-baik saja Jane”
”baik-baik saja? Meski dokter bilang
kamu harus istirahat total?”
“Jane, aku…”
“apa? Aku seperti ini karena aku perduli
padamu Robert, aku gak mau kamu kenapa-kenapa. Aku gak mau kamu sakit lagi”
“aku tidak akan pernah sembuh” Robert
menatapnya.
“baik, terserah kau” Jane pergi dengan
mata yang berkaca-kaca.
Robert diam.
“tuan, kejar dia. Tuan, tuan Robert?”
Robert menarik nafas, “biarkan saja dia,
orang lain lebih dia butuhkan sekarang” ia pun kembali bekerja.
***
Di luar,
“nona Jane?” supir kaget melihat Jane
menangis.
“aku ingin ke taman pinggir kota pak”
“baik nona” supir pun mengantarnya.
***
Di taman,
“ah, akhirnya selesai juga” Jim senang.
Tapi langkahnya terhenti, “itu kan
Jane?” ia melihat Jane menangis, pasti ada yang gak beres.
Jane merasakan kehadiran seseorang, ia
menoleh. “Jim?”
Jim duduk disampingnya, “kenapa kamu
nangis?”
“gak kenapa-kenapa kok” Jane menghapus
air matanya.
“kamu jangan bohong, kita sudah berteman
sangat lama Jane” Jim menatapnya, “apa ini ada hubungannya dengan Robert?”
Jane mengangguk.
“ceritakan padaku”
***
Di rumah Robert,
“Jane, Jane.. kau dimana?” Robert
mencarinya di dalam rumah.
“tuan, nona Jane pergi keluar”
“keluar?”
“iya, tadi pak supir mengantarnya”
“ah, sudahku duga” Robert langsung
memakai baju bagus dan pergi.
***
Di taman,
“aku cuma pingin dia baik-baik aja Jim”
“iya-iya, aku mengerti” Jim memeluknya,
“kamu jangan nangis lagi ya”
Dan saat hal itu terjadi,
Robert yang datang dan baru melangkah
terdiam, ia melihat mereka berpelukan. Robert mengepalkan tangannya dan pergi
dengan rasa kesal dan kecewa.
Disana, Jim melakukan sesuatu yang
membuat Jane tersenyum.
Mereka tertawa bersama.
“nah gitu donk, kamu itu gak boleh
sedih”
“makasih ya Jim, aku bersukur banget
punya sahabat seperti kamu”
Jim tersenyum, tapi sebenarnya ia sedih
mendengar itu.
“ada apa Jim?”
“eu, tidak” Jim tetap tersenyum, sebenarnya
aku berharap hubungan kita lebih dari itu Jane.
“kau ini memang aneh”
“Jane, apa kau mencintai Robert?”
Jane terdiam.
“hey, kok diem? Apa kau mencintainya?”
“aku…” Jane bingung.
“pergilah, dia pasti menghawatirkanmu”
“ya udah, aku pergi ya Jim”
Jim tersenyum, tapi saat Jane sudah
pergi.
Aku tidak bisa berharap lebih
karena kau lebih memilih Robert.
***
Di rumah,
Robert hanya diam dan melamun di
kamarnya, kenapa
kau melakukan ini padaku Jane?
“tuan, ada apa?” Roger khawatir, “tuan?”
“aku sedang kesal Roger”
Tanpa bicara lagi, Roger langsung diam.
***
Jane pun sampai di rumah, “Roger aku pulang,
mana Robert?”
“di kamarnya, nona”
“baiklah, aku akan kesana”
“jangan”
“kenapa?” aneh.
“tuan sedang ingin sendiri”
“sendiri?”
“iya nona, sepertinya tuan sedang kesal”
“kesal? Kenapa?”
“saya tidak tau, tadi tuan pergi.
Katannya mau menyusul nona, tapi tiba-tiba pulang dengan keadaan seperti itu”
“menyusulku?” Jane langsung berlari ke
lift.
“nona tolong jangan pergi ke kamarnya”
“Roger jangan halangi aku, cepat buka
liftnya”
“tidak nona”
“Roger?!”
“baik, aku menyerah”
Jane masuk ke lift dan Roger mengantarnya
ke kamar Robert.
Jane sampai, ia pun masuk ke kamar
Robert dan melihatnya melamun di balkon. “Robert?”
“siapa yang menyuruhmu masuk?” tanya
Robert tanpa melihat ke arah Jane.
“Robert aku..”
“aku ingin sendiri”
“Robert kamu kenapa?”
“keluar”
“Robert jika ada sesuatu, lebih baik kau
cerita padaku” Jane mendekat.
“aku bilang keluar!” Robert menoleh
sambil membentaknya.
Jane kaget, matanya mulai berkaca-kaca.
“baik, aku minta maaf karena sudah mengganggumu”
Robert menarik nafas, “Jane” ia memegang
tangan Jane, “maafkan aku”
“lepas”
“Jane, aku tidak bermaksud untuk…”
“lepaskan aku Robert”
“baik, aku akan melepaskanmu. Lalu aku
tau yang akan kau lakukan, kau akan kembali ke taman untuk menemui si Angkutan
Umum dan
berpelukan dengannya. Iya kan?”
“berpelukan?” Jane menatap Robert.
“iya, itu yang aku lihat” Robert
memalingkan wajahnya.
“kau marah karena aku berpelukan?”
Robert diam.
“apa kau cemburu pada Jim?”
“apa? Cemburu?” Robert tertawa, “yang
benar saja”
Jane kesal, “baik, bagus kalau kau tidak
cemburu. Aku lupa kalau seorang Robert itu tidak mempunyai perasaan” Jane mau
keluar.
“baiklah, aku cemburu. Kau puas?” Robert
teriak.
Jane terdiam mendengar itu, jadi dia beneran cemburu? Tanpa menoleh, Jane tersenyum. Lalu ia pergi.
“ah sial, aku baru saja mempermalukan
diriku sendiri di depan Jane”
***
Di kamar Jane,
Jane begitu senang, ya ampun… dia baru aja bilang
cemburu sama aku. Itu berarti selama ini aku gak bertepuk sebelah tangan,
Jane pun menelpon Jim.
“halo Jane, kebetulan kau menelpon. Aku punya
kabar baik”
“o yah? Aku juga Jim”
“benarkah? Kalau begitu, kau duluan”
“Robert baru bilang cemburu sama aku,
gara-gara dia ngeliat kita pelukan di taman” Jane tertawa bahagia.
Jim terdiam mendengar itu, tapi dia
berusaha senang mendengarnya. “benarkah? Baguslah Jane”
“o iya, kabar apa yang akan kau sampai
kan?”
“eh.. tentang penyakit Robert, katanya
sakit jantung bisa sedikit diredakan dengan pelukan”
“benarkah? Terima kasih Jim sayang”
“iya Jane” Jim diam agak lama.
“halo Jim, Jim?” Jane merasa aneh dan
mematikan telponnya.
Jane juga harus tau
perasaanku, “Jane, sebenarnya aku juga cemburu pada Robert”
Tut tut tut…
Tapi sayangnya telpon sudah ditutup.
“sial” Jim tidur.
***
Besoknya,
“pemalas, ayo bangun. Hey Robert,
bangun”
“em.. aku masih ngantuk”
“Robert” Jane menarik selimut Robert.
Tapi Robert menariknya lagi.
“i..ih…” Jane menariknya lagi.
Mereka pun saling tarik-menarik selimut.
“Robert bangun”
“iya-iya” dengan malas ia bangun.
“aku punya kabar baik untukmu”
“apa?” Robert menggosok-gosok matanya.
“tapi, ini mungkin terdengar agak gila”
“ya sebutkan saja, lagi pula kau sudah
gila”
“Robert?!”
“aku bercanda”
“Jim bilang sakit jantungmu bisa sedikit
diredakan dengan… dengan… pelukan” Jane malu.
“benarkah?” Robert tersenyum dan menatap
Jane.
Jane mengangguk.
“bagus, kalau begitu peluk aku sekarang”
“se..sekarang?” Jane kaget.
“iya, kau tidak keberatankan?”
“ti..tidak” Jane memeluknya dan merasa
senang.
Robert tersenyum, dasar cewek polos.
Jane Jane, Robert mengelusnya.
“Robert aku udah masak loh, ayo makan”
“apa? sepagi ini?”
“kamu kan harus minum obat”
“ah, entar aja” Robert tidur lagi.
“Robert” Jane menarik kaki Robert.
“eeh.. iya-iya aku bangun, kejam sekali
kau”
“kamu sih, suka gak nurut” Jane agak
kesal.
“iya maaf” Robert bangun.
“ayo” Jane memegang tangan Robert.
Robert pun tersenyum lagi dan
mengikutinya.
“selamat pagi tuan” Roger menyiapkan
meja makannya.
“pagi Roger” Robert duduk.
“ayo dimakan” Jane tersenyum.
“baik bu”
“kenapa kamu manggil aku ibu?”
“karena kamu cerewet kaya ibu-ibu”
“apa? Dasar nyebelin”
“o iya, satu lagi. Jangan suka marah,
nanti cepet tua”
“Robert?!!!” Jane kesal.
***
Keesokan paginya,
“Bob, Bob kau dimana?” seorang perempuan
masuk ke rumah Robert.
“selamat pagi nona”
“pagi Roger, mana tuanmu?”
“di kamarnya”
“ok” perempuan itu pergi ke kamar
Robert.
Robert masih bermalas-malasan di kasur.
“Bob kau masih tidur?”
Mata Robert terbuka, ia kaget. Siapa
yang memanggilku Bob? Robert bangun, “Gwen?”
“hey Bob kau masih tidur?”
“jangan panggil aku Bob, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi”
“hey, apa kau marah? Well, gak semua
orang tau kan kalau panggilan akrabmu Bob”
“cukup Gwen, aku lebih suka dipanggil
Robert” Robert menatapnya agak kesal.
“hey, kau benar-benar berubah sekarang.
Jangan-jangan ada cewek baru ya?” Gwen duduk di kasur Robert.
Jane masuk ke kamar Robert, “Robert makanannya sudah..”
ia terdiam melihat mereka.
“Jane?” Robert kaget.
“maaf aku mengganggu, permisi” Jane
pergi.
“J..Jane, tunggu” Robert mau
mengejarnya.
“Bob, siapa dia?” Gwen memegang tangan
Robert.
“sudahku bilang aku tidak suka dipanggil
Bob” ia melepas tangan Gwen. “Jane” Robert mengejar Jane keluar kamar.
***
Jane sudah masuk ke lift.
Robert pun sampai di depan lift, “Roger”
“iya tuan”
“Jane dimana?”
“ada di lift lantai 3, sebentar lagi
akan turun ke ruang tamu”
“naikan lagi liftnya”
“tapi tuan, nona Jane ingin..”
“tuanmu aku atau dia?”
“ba..baik tuan” Roger yang takut
menaikan kembali Jane ke atas.
***
Jane menangis di lift.
Saat pintu terbuka,
Di depan Jane ada Robert, Jane kaget dan
mau menutup kembali liftnya.
Tapi Robert langsung masuk, “kau menangis?” Robert
menatapnya.
“aku gak apa-apa, nganpain kamu disini?”
Jane agak kesal.
“maksudmu apa?”
“kalau kau disini, wanita itu
bagaimana?”
“apa peduliku padanya?”
“dia pacarmu kan?”
“bukan, dia mantanku”
Jane memalingkan mukanya.
“hey, kau tidak percaya padaku?”
“maaf tuan kita mau ke lantai berapa?”
Roger bingung karena lift hanya diam di tempat.
“diam Roger, aku sedang bicara dengan
Jane”
“maaf tuan”
“Jane, aku sudah tidak punya hubungan apa-apa
lagi dengannya. Serius, sekarang dia hanya sekretarisku”
“semua orang juga tau kalau kau seorang
playboy”
Robert tau Jane masih kesal, “ Jane” ia
memegang tangan Jane.
“lepaskan aku Robert, lepas” Jane
semakin kesal.
Tapi Robert menariknya.
***
Gwen yang kesal berjalan menuju lift,
saat ia menekan tombol. Pintu lift terbuka dan Gwen terdiam, ia melihat Robert
berciuman dengan Jane.
“lepaskan aku” Jane mendorong Robert dan
berlari keluar lift.
Saat Robert menoleh, disana ada Gwen.
“Robert kau?”
“masa bodoh, pergi sana” Robert
meninggalkan Gwen dan mengejar Jane.
“ah sial, siapa cewek itu sebenarnya?
Kenapa Robert bisa seperti itu?” Gwen kesal dan masuk lift, ia sangat marah.
***
“Jane, Jane” Robert berjalan cepat
mengikuti Jane yang berlari.
Jane masuk kamar Robert dan mengunci
pintunya, ia tidak punya tempat lagi untuk mengurung diri.
“Jane buka pintunya” Robert mengetuk,
“Jane”
“aku ingin sendiri” air mata Jane
menetes, “Roger tolong jangan biarkan dia masuk”
“baik nona”
“Jane aku minta maaf, apa kau marah
karena aku menciummu? Jane buka pintunya, aku janji tidak akan bersikap kurang
ajar lagi”
Jane diam, sebenarnya aku tidak marah kau menciumku. Tapi aku marah karena cewek
itu.
“Jane” Robert diam, “baiklah, kau boleh
menyendiri sesukamu. Di kamarku” Robert pergi.
***
Setelah menangis dan kesedihannya
sedikit reda, Jane melihat ke sekitar.
“Aku belum pernah melihat kamar Robert
sedetail ini, hebat sekali kamarnya” Jane pun menemukan kumpulan koran
bergambar Robert, dari ia kecil sampai dewasa.
Jane membacanya satu persatu.
Robert Downey Sr. Menikah, “jadi ini
ayah dan ibu Robert” Jane tersenyum. Istri Robert Downey Sr. Hamil, “wah,
sepertinya aku akan melihat wajah si tua itu. Kita lihat, apa dari bayi
wajahnya memang sudah tua”
Jane semakin penasaran.
Istri Robert Downey Sr. Melahirkan anak
laki-laki yang diberi nama Robert Downey Jr., “wah, jadi ini wajah Robert saat
bayi” Robert Downey Jr membuat motor saat TK, “apa?” Robert Downey Jr. membuat
mobil saat SD, membuat robotik saat SMP. “hebat sekali dia, si muka tua itu
memang jenius. Tunggu, nama panggilannya Bob? Aku baru tau, tapi ko jauh ya Robert
jadi Bob” Jane tertawa.
Tapi saat membuka halaman berikutnya,
Kecelakaan maut menimpa keluarga Downey? Jane terdiam, orang tua Robert meninggal di
tempat dan Robert harus kehilangan jantungnya. “ya ampun” saat SMA Robert
membuat jantung untuk dimasukan ke tubuhnya. “‘aku tidak tau akan bertahan
sampai kapan, tapi selama aku hidup. Aku akan mensejahterakan negara ini’ kata
Robert Downey Jr.” Jane menyimpan koran itu dan keluar, ”Robert kau dimana?”
“tuan ada di ruang makan nona” Roger
memberitau Jane
“terima kasih Roger” Jane menyusulnya.
***
Di ruang makan,
Robert yang sedang duduk melihat Jane,
“hey Jane, apa kau sudah siap untuk sarapan?”
Jane melihat ke arah jam, ini sudah
jam 9? “maafkan aku Robert, kau pasti sudah lapar” Jane duduk dan mengambil
makanan yang ada di meja.
“hey, kau kenapa?”
“aku? Tidak, lebih baik kau makan. Kau
sudah terlambat minum obat” Jane memberikan piring itu pada Robert.
“baik sekali”
“sudah, makan saja”
“baiklah” Robert memakannya.
Jane menatap Robert.
Robert berhenti makan, “hey, kenapa
melihatku seperti itu?”
“eh, tidak”
“kamu juga harus makan, aku gak mau kamu
sakit” Robert mengambilkan makanan untuk Jane.
“Robert, gak usah. Biar aku sendiri yang
ambil”
“gak apa-apa Jane”
“wah kalian mesra sekali” Roger jail.
“Roger!!!” Robert dan Jane sama-sama
berteriak, mereka saling tatap dan malu.
Robert pun langsung menunjukan muka
polosnya, “eh Jane, jangan di dengarkan robotku itu”
“siapa juga yang perduli” Jane pura-pura
jutek.
“o iya Jane, aku harus pergi hari ini”
“kau akan bekerja?”
“ya.. aku sudah lama cuti”
“tapi kan kamu yang punya perusahaan”
“ya, meski begitu kita harus tetap
bertanggung jawab kan?”
“kau benar, hati-hati ya. Jangan lupa
minum obat, kabari aku jika ada apa-apa. Ok?”
Robert mengangguk.
Jane memeluknya, “aku akan menunggumu
pulang”
“eh?” Robert tersenyum.
“aku bolehkan bertemu dengan Jim?”
“em… tentu, supir akan mengantarmu”
“terima kasih Robert”
Robert tersenyum dan pergi, “Roger
siapkan mobil”
“tapi tuan belum mandi kan?”
“aku akan mandi di kantor, hey peduli
apa kau aku mandi atau tidak? Kau kan hanya sistem”
“maaf tuan”
***
To be continued...
___
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat
diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar