Rabu, 11 Juni 2014

Fix You



Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Crime, Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Suatu hari,
Di sebuah Rumah Sakit Jiwa.
“baiklah Sarah, selamat bekerja disini. Semoga kau betah”
“terima kasih dokter Jeremy”
Jeremy pun pergi.
Sarah berjalan melewati lorong dan kamar-kamar pasien, beberapa pasien terlihat masih tidur dari jendela teralis di pintu. Tapi saat melewati sebuah kamar,
“tidak, lepaskan aku” seorang pria mengamuk.
Beberapa perawat memeganginya.
“lepaskan aku”
Sarah agak takut melihat itu, tapi dia harus kuat. Karena sekarang tempat ini adalah tempat ia bekerja. Sarah terus melihatnya.
“lepaskan”
“ayo minum obatmu”
“tidak, aku tau kalian akan membunuhku. Iya kan?”
“kau itu bicara apa, ayo cepat minum. Ini obat, bukan racun”
“sudahlah, pria ini kan gila”
“aku tidak gila”
Mereka mencekoki pria itu.
“ya Tuhan” Sarah begitu takut, tapi ia tidak tega melihatnya.

***

Siang itu,
Sarah sedang menyiapkan piring untuk makan siang.
“kebetulan sekali, tolong kau antarkan makanan ini ke kamar pasien nomor 4”
“emh, nomor 4?” Sarah bingung.
“ya ampun, kamu anak baru ya?”
Sarah mengangguk.
“pantas saja, kau tau lorong disebelah sana?”
“ya, tadi pagi aku melewatinya”
“nah, disana kamar para pasien. Kau cari saja yang nomor 4”
“tapi, bukannya para pasien makan bersama di ruang makan? Lagi pula, yang aku tau makanannya belum matang”
“ini makanan yang berbeda, kau tidak tau ya? Pasien yang dianggap berbahaya sering dikunci di kamar dan jika lebih parah lagi, dia akan disetrum di ruang bawah tanah”
“apa?” Sarah ngeri.
“sudahlah, sana antarkan. Aku sibuk nih”
“baiklah”
“tunggu”
Sarah menoleh, “ada apa?”
“kau harus berhati-hati dengan pasien itu”
“memangnya kenapa?”
“kau tidak tau ya? Dia itu Robert, anak dari salah seorang pengusaha kaya. Tapi sayangnya, setelah ayahnya meninggal. Dia jadi gila, bahkan ia membunuh kakaknya sendiri. Untungnya ibu tiri Robert langsung menelpon kami. Kalau tidak, pasti dia juga akan ikut dibunuh”
“separah itu kah?” Sarah khawatir.
“iya, pokoknya kamu hati-hati aja deh”
Sarah pun mulai berjalan melewati lorong, semua kamar terlihat kosong dan ia sampai ke kamar nomor 4 itu. Sarah sedikit ragu, tapi ia harus mengantarkan makanan itu. Sarah mulai membuka kunci pintu tersebut, “selamat siang” ia masuk.
Robert menatapnya dengan waspada.
Sarah yang sebenarnya takut, berusaha tenang. “saatnya makan siang Robert” ia tersenyum.
“siapa kau?” Robert terus menatapnya sambil duduk di sudut ruangan sempit itu.
“aku perawat baru disini, kenalkan namaku Sarah”
“Sarah? Apa kau akan meracuniku juga? Di dalam makan siang itu ada racunnya kan?”
“Robert, kau itu bicara apa? Kau harus percaya padaku, mana mungkin aku meracunimu. Jika kau tidak percaya, aku akan mencicipinya terlebih dahulu” Sarah mulai mengambil sesendok makanan itu.
“jangan, sepertinya kau tidak tau apa-apa” Robert mengambilnya, “kau orang yang tidak berdosa, aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu” Robert memakannya.
Dasar orang gila, kelakuannya sangat aneh. Sarah menatap Robert dengan cemas.
“kenapa kau menatapku seperti itu? Kau tidak percaya ini beracun?” Robert melihat seekor tikus dan menangkapnya, “aku akan menyuapi tikus ini, dalam beberapa hari dia akan mati karena racun ini” Robert memberikan suapan terakhirnya untuk tikus itu, “aku menghabiskan makanan ini demi kau, jika mereka melihat makanan ini tidak habis. Kau akan dimarahin”
“begitukah?”
Robert sedikit kesal, “aku tau yang ada di pikiranmu, kau pasti menganggapku gilakan?”
Kau memang benar-benar gila, Sarah berkata dalam hatinya.
“sudahlah, bagimu aku memang orang gila. Pergilah, tim penyiksa sebentar lagi akan kesini”
“apa maksudmu?” Sarah tidak mengerti.
Tiba-tiba beberapa orang pemberi obat yang Sarah lihat tadi, datang lagi.
“saatnya minum obat Robert”
Salah seorang dari mereka melihat piring yang dipegang Sarah bersih, “wah, Robert menghabiskannya? Bagus sekali”
“ini dia obatmu Robert” mereka mulai memegangi Robert.
“ayo buka mulutmu”
Robert tetap menutup rapat mulutnya.
“aku bilang, buka mulutmu”
Robert tetap menutup mulutnya rapat-rapat.
“buka mulutmu”
Mereka memaksa Robert untuk makan obat dengan susah payah.
Melihat itu, Sarah begitu ngeri.
Setelah minum obat, Robert menatap Sarah dengan lemas dan ia pun terbaring tak sadarkan diri.
Mereka menatap Sarah, “lebih baik kau mengurus pasien yang lain”
“ta..tapi dia bagaimana?”
“itu hanya efek dari obat, kau tenang saja. Ayo kita pergi”
“baiklah”
Pintu kamar Robert pun kembali dikunci.
Ya Tuhan... semoga semuanya akan berjalan dengan baik, lindungi aku Tuhan. Sarah berdo’a dalam hatinya.

***

Malam itu,
“Sarah”
“iya?”
“tolong berikan obat ini ke pasien di kamar 21 ya”
“baik” Sarah pun pergi.
Saat melewati kamar Robert, lagi-lagi Robert sedang dipaksa minum obat. Ya Tuhan... Sarah selalu ngeri melihat itu, ia pun pergi ke kamar nomor 21.
Setelah memberikan obat, Sarah kembali melewati kamar Robert, tapi kamar itu dibiarkan terbuka. Sarah kaget dan bertanya ke salah satu perawat yang lewat, “pasien yang dikamar ini kemana?”
“dia sedang dibawa ke ruang bawah tanah”
“ruang bawah tanah?” Sarah ingat dengan ruang listrik itu, “kenapa?”
“tadi dia melawan saat disuruh minum obat, pasien nomor 4 ini memang sering dihukum disana”
“apa?”
“iya, aku kan sering kerja lembur. Dia pasti sedang disetrum”
“ya Tuhan, kasihan sekali”

***

Besoknya,
“Sarah” Jeremy mendekat.
“iya dok?”
“bagaimana? Pasien-pasien disini tidak menyeramkan bukan?”
Sarah tersenyum.
“aku tau, awalnya kau pasti berpikir buruk tentang tempat ini”
“dok, aku ingin bertanya. Apa tidak apa-apa jika pasien disetrum?”
“kau memikirkan tempat di bawah tanah kan?” Jeremy tersenyum, “ya, jika pasien dalam keadaan bahaya. Dia baru akan mendapat hukuman itu, tapi itu tidak seburuk yang kau bayangkan. Tegangannya rendah, tujuannya hanya ingin membuat dia tenang. Tapi aku sudah menyarankan agar hal itu dilakukan jika dalam keadaan terpaksa saja”
Tapi, kenapa Robert sering disetrum? Sarah merasa aneh.
“ada apa Sarah?”
“eh...” Saat Sarah mau bicara, Jeremy dipanggil oleh dokter lain.
“maaf Sarah, aku harus pergi”
“i..iya dok” Sarah hanya diam melihat Jeremy pergi.

***

Sore itu,
“Sarah”
“iya?”
“kau ditugaskan untuk merawat pasien nomor 4 itu, sekarang dia dalam pengawasan karena sering mengamuk. Beberapa orang bilang, dia bisa tenang saat kau menghadapinya. Buktinya, dia memakan habis makanan yang kau bawa. Selama hampir 2 tahun kami kewalahan dengan dia, untungnya sekarang kami punya kau. Kau mau kan?”
“aku...” Sarah bingung, ini penghargaan atas prestasi atau sebuah ujian?
“bagaimana Sarah? Kau siap?”
“i..iya dok”
“bagus” Dokter itu pergi.
“baiklah Sarah, semoga kau bisa bertahan menghadapi Robert” seorang perawat memegang pundak Sarah dan pergi.

***

Malam itu,
Ya Tuhan... ini saatnya aku memberi Robert obat, semoga dia tidak mencelakaiku. Sarah mulai membuka kunci kamar Robert.
Robert menatap ke pintu.
“selamat malam Robert” Saat Sarah melihat Robert, kaki dan tangannya diikat di ranjang.
Robert menatap Sarah.
“ini saatnya kau minum obat”
“aku tidak mau”
“Robert, jangan begitu. Kau ingin sembuhkan?”
“aku tidak sakit”
“i..iya, aku tau kau tidak sakit”
“kalau begitu, buang saja obat itu”
“Robert, aku mohon. Jangan seperti ini, aku tau kau orang baik. Jika kau tidak meminum obatnya, kau akan disetrum lagi”
“jadi sekarang kau antek-antek mereka?”
“apa maksudmu?”
“aku sudah bilang padamu kan? Semua yang mereka berikan padaku mengandung racun dan perlahan-lahan racun itu akan membunuhku”
“Robert, mana mungkin mereka melakukan itu. Semua perawat disini ingin pasiennya sembuh, begitu juga dengan aku. Aku ingin kau sembuh”  Sarah mendekat, “aku akan melepaskan tali ini”
Robert diam.
Sarah tersenyum dan melepaskan Robert, “sekarang kamu minum obat ya”
“tidak” Robert melemparkan obat dan segelas air yang dipegang Sarah, “aku sudah bilang padamu, aku tidak mau minum obat”
Gelas pun pecah dan obat berserakan di lantai.
Sarah melihat itu dan ketakutan, ia terdiam dan gemetaran. Sarah hanya bisa diam dan bersandar di dinding tembok. Robert menatapnya kesal, beberapa orang yang biasa memberi obat pun masuk ke kamar Robert.
“ah, lagi-lagi kamu” salah satu dari mereka kesal.
“padahal kami kira dengan perempuan ini kau akan luluh”
“baiklah Robert, sepertinya kau harus kami beri pelajaran lagi”
Mereka memegangi Robert.
“tidak, tidak. Lepaskan aku”
Mereka membawa Robert keluar dari sana.
Sarah yang masih kaget tetap diam disana. Setelah reda, Sarah pun keluar dari kamar itu dan melihat ruang bawah tanah. Apa sebaiknya aku melihat Robert? Sarah penasaran. Akhirnya Sarah pun turun, ia melihat ruang bawah tanah yang gelap dan menyeramkan. Dimana Robert?
Disana terdapat beberapa kamar dan salah satu pintunya terbuka, Sarah mendekat dan mengintip ke dalam. Ternyata disana hanya ada Robert yang terbaring lemah.
Ya Tuhan... kasihan sekali, Sarah masuk.
Robert yang lemas hanya menatap Sarah.
“Robert, kamu tidak apa-apakan? Ayo, aku akan membantumu ke kamar” Sarah melepaskan ikatan di tangan dan kaki Robert, “ini, pakai bajumu”
Robert ingin bicara, tapi ia begitu sulit untuk mengucapkannya.
“sudahlah, kau harus tenang. Aku tidak akan melukaimu” Sarah membantu Robert bangun.
Robert hampir jatuh.
“Robert, ayo aku papah. Pelan-pelan saja, ok?”
Robert hanya menatap Sarah.

***

Besoknya,
Sarah yang membawa makanan untuk Robert, melihat para perawat yang mengurus Robert sedang bicara.
“Robert sudah ada di kamarnya?”
“ya ampun, aku lupa. Kemarin aku membiarkan pintunya terbuka”
“pasti ada orang yang membantunya ke kamar”
“siapa dia?”
“aku juga tidak tau, yang jelas kita harus lebih berhati-hati lagi”
Sarah kaget mendengat itu, apa yang sedang mereka katakan?
“tunggu teman-teman, aku rasa ada mata-mata disini” salah satu dari mereka sedikit curiga dan menatap pintu.
Sarah yang mendengar itu, langsung pergi.
“sst, tenang” saat orang itu melihat ke balik pintu, disana tidak ada siapa-siapa.
“ah, kamu ngagetin kita aja”
“tapi tadi beneran, kaya ada orang disini”
“udahlah, mungkin itu karena kamu takut rahasia kita terbongkar”
Sarah mulai berjalan di lorong, tapi ia terdiam. Sarah melihat seekor tikus mati di hadapannya, ya Tuhan... ini kan tikus yang waktu itu. Sarah ingat, padahal saat itu tikusnya hanya diberi satu sendok makanan ini. Sarah menatap makanannya, berarti benar. Makanan ini ada racunya, Robert tidak boleh memakan ini. Sarah pun kembali ke dapur dan mengganti makanannya dengan makanan yang baru. Ia kembali ke lorong.
“Sarah” salah satu dari orang yang menyetrum Robert memanggilnya.
Sarah sangat kaget, ada apa dia memanggilku? Jangan-jangan dia tau aku mengganti makanan Robert, Sarah menoleh dan tersenyum. “iya?”
“ini, jangan lupa beri dia obat. Kau akan pergi ke kamar nomor 4 kan?”
“iya” Sarah pun mengambil obat itu dan kembali berjalan, syukurlah dia tidak curiga. Ia pun segera berjalan ke kamar Robert.

***

Di kamar,
Robert melihat ada yang membuka pintu, ternyata itu Sarah. Tapi Sarah tidak terlihat seperti biasanya.
“Robert” Sarah cemas.
Robert menatapnya, “kau terlihat panik”
“maafkan aku Robert, sekarang aku percaya padamu. Makanan itu ada racunnya, aku melihat tikus itu mati”
“tenanglah”
Sarah menyimpan makanan dan obat Robert, “tapi sekarang aku sudah mengganti makananmu dengan makanan yang sama dengan pasien lain”
“benarkah? Terima kasih Sarah”
“bagaimana keadaanmu?”
“tak pernah sebaik ini” Robert tersenyum.
“makanlah” Sarah memberikan makanan itu pada Robert.
Robert pun mulai memakannya, “rasanya enak sekali, biasanya makanan yang ku makan rasanya pahit”
Sarah jadi ingat dengan obat Robert, ia pun melihat obat tersebut. Ternyata obat itu juga berbeda dengan obat yang pernah ia berikan pada pasien lain. “kenapa mereka berbuat ini padamu?”
Robert tersenyum, “aku sudah bilang padamu kan? Mereka ingin aku mati”
“tapi apa salahmu?”
“karena aku satu-satunya pewaris resmi ayah yang hidup”
“maksudmu?”
“ayah bilang, ibuku meninggal saat melahirkanku. Sejak saat itu, aku hidup bersama ayah dan seorang kakak perempuan. Tapi saat aku beranjak dewasa, ayah menikah dengan seorang perempuan”
“maksudmu ibu tiri?”
“ya, aku dan kakak tidak menyukai dia. Setelah ayah meninggal, pengacara ayah bilang. Jika warisannya jatuh ke tanganku dan kakakku, ibu tiriku tidak dapat apa-apa. Suatu malam, dia diluar kendali. Dia memegang senjata, aku dan kakak panik” Robert menyimpan piringnya.
“lalu?” Sarah mendekat.
“kakak menelpon polisi dan saat menutup telponnya, wanita itu menembak kakak di depan mataku”
Sarah ikut sedih mendengar itu.
“aku...” mata Robert mulai berkaca-kaca, “aku takut, lalu aku berusaha melawan sebisaku. Akhirnya aku berhasil merebut senjata dari tangannya, yang ada di pikiranku saat itu. Aku ingin membunuhnya karena dia telah membunuh kakakku”
Sarah memegang tangan Robert, “Robert”
Robert tersenyum pada Sarah, “tapi sayangnya, saat aku mau menembaknya. Polisi datang, wanita itu pun memutar balikan fakta. Dia bilang jiwaku sedikit terganggu karena ayah meninggal dan lebih parahnya lagi, dia bilang aku membunuh kakak dan akan membunuhnya juga”
“dia tega sekali”
“ya, sejak saat itu. Aku dibawa kesini, aku selalu diberi makanan pahit itu. Dicekoki obat beracun itu dan disetrum setiap malam, aku tau mereka ingin membunuhku secara perlahan”
“seandainya aku bisa mengeluarkanmu dari sini”
“sudahlah, tidak apa-apa. Mungkin ini memang sudah nasibku”
Sarah memeluk Robert, “aku sayang padamu Robert, aku janji akan menjagamu dari mereka”
“terima kasih”

***

Di luar,
Para pasien mulai berbaris.
Sarah kaget, “ada apa ini?”
“pemeriksaan kesehatan oleh dokter Jeremy” Robert tersenyum.
“bagus, aku akan bicara padanya”
“tidak”
“Robert, tenang saja. Siapa tau dokter Jeremy bisa membantumu”
Seseorang masuk ke kamar Robert, “ayo cepat, kau juga harus diperiksa”
Robert pun keluar dan ikut berbaris dengan pasien lain.

***

Di ruang pemeriksaan,
Robert dipanggil, ia pun masuk dan melihat Sarah di dekat Jeremy.
“buka bajumu” seorang perawat menyuruhnya.
Robert membuka bajunya.
“celanamu juga”
“aku tidak mau”
Jeremy kaget karena pasien lainnya tidak bersikap seperti itu.
“kenapa?” perawat itu menatap Robert.
“aku tidak mau membukanya, aku masih punya harga diri. Aku tidak mau hanya memakai dalaman, sedangkan disini ada wanita”
Jeremy tersenyum, “aku bawa celana pendek, Sarah tolong berikan celana ini padanya”
“baik dok” Sarah pun mengambil celana itu dan memberikannya pada Robert, lalu ia berbisik. “kau tenang saja, orang-orang yang sering menyakitimu tidak ada disini”
Robert tersenyum.
Setelah pemeriksaan selesai,
“dokter”
“iya Sarah, ada apa?”
“ini dok, aku rasa ada kejanggalah dengan para perawat yang biasa merawat Robert”
“maksudmu, pasien di kamar nomor 4 itu?”
“iya dok, aku membawa sampel makanan dan obat yang mereka berikan pada Robert. Aku juga ingin memberitaumu jika mereka selalu menyetrum Robert”
“benarkah?”
“iya dok, setiap malam”
Jeremy kaget, “kalau begitu, aku akan memeriksa sampel ini dan melihat data mereka. Besok kita bertemu lagi”
“temika kasih dok”
Saat Sarah kembali ke kamar Robert, Robert tidak ada disana. Ya Tuhan... jangan-jangan... Sarah langsung berlari ke ruang bawah tanah.
Disana,
Sarah mengintip ke dalam.
Orang-orang itu memegangi Robert dan mulai mengikatnya.
“lepaskan aku”
“diam, sekarang saatnya bersenang-senang tuan”
“lepaskan aku, aku tidak mau disetrum”
“ah, dia berisik sekali”
Mereka menyumpal mulut Robert.
“emhhh” Robert sulit bicara.
“ayo buka bajunya”
Salah satu dari mereka mulai mumbuka baju Robert.
“kau, tambahkan dayanya dari yang kemarin”
“siap” orang itu menambah daya listrik.
“kau siap Robert?”
“emhhh” Robert tidak bisa melakukan apa-apa.
Ia mulai menyetrum tubuh Robert.
“emhhhh” Robert ingin berteriak.
“bagaimana? Menyenangkan bukan? Sekarang kami juga disuruh untuk menyetrum otakmu, ibu tirimu bilang. Jika kau mati dengan cepat, maka itu akan menjadi baik baginya. Dia akan kaya dan kami mendapat  imbalan setimpal, tambah dayanya”
“baik” orang itu kembali menambah daya.
Ya Tuhan... lindungilah Robert. Sarah sangat cemas.
“kau siap?” orang itu pun menyetrum kepala Robert.
“emmhhhh” Robert kesakitan dan akhirnya, Robert tidak bergerak lagi.
“jangan-jangan dia beneran mati”
“coba kau periksa”
Salah satu dari mereka pun memeriksa Robert, “denyut nadinya lemah, mungkin dia sekarat”

***

Di luar,
Sarah begitu khawatir, mereka pun keluar dari sana dan Sarah bersembunyi.
Setelah mereka pergi,
Sarah masuk, “Robert” Sarah mendekati Robert dan mengancingkan bajunya, “Robert, bangun Robert. Kamu harus bertahan, Robert. Buka matamu, aku mohon”
“Sa...rah”
“Ayo kita pergi dari sini” Sarah melepaskan ikatan dari tangan dan kaki Robert, lalu ia memapahnya keluar.
Robert masih sangat lemas.
“kamu tenang saja, aku akan mengeluarkanmu dari tempat mengerikan ini”
Saat mereka keluar dari ruang bawah tanah.
Para perawat itu datang lagi.
“hey Sarah, apa yang kau lakukan?”
“a..aku... aku hanya”
“apa?”
“aku kebetulan lewat dan melihat Robert terbaring sendirian disana, jadi aku.. aku bermaksud untuk membawa Robert ke kamarnya”
“benarkah?”
“iya, aku tidak bohong” Sarah begitu cemas, apalagi Robert masih belum kuat.
“oh, aku rasa ada aroma kebohongan disini. Iya kan Sarah?”
“tidak, tidak. Aku tidak bohong”
“ah, aku juga mencium aroma kebohongan disekitar sini” orang itu mendekati Sarah dan melepaskan tangan Sarah dari Robert.
“mau apa kau?” Sarah panik.
Orang itu menjatuhkan Robert dan memegangi Sarah.
“lepaskan aku, lepaskan”
“tadinya kau akan kami manfaatkan, tapi sayangnya. Kau sudah terlanjur jauh terlibat dan berada disisi yang tidak kami inginkan”
“lepaskan aku”
Robert sedikit sadar dan melihat itu, mereka langsung membawa Robert ke kamar nomor 4.
Brak...
Mereka menjatuhkan Robert, “saatnya minum obat sayang”
Robert menatap mereka dan melihat Sarah dibawa oleh dua orang diantara mereka.
“Robert” Sarah berteriak.
Robert menatap mereka dengan kesal, “apa yang akan kalian lakukan padanya?”
“ah, sudahlah. Itu kan kosekuensi yang harus dia dapatkan karena berusaha melepaskanmu dari kami” orang itu berteriak.
Salah satu dari mereka membawa obat, “ayo minum”
Robert menutup mulutnya.
“ayo minum” mereka memaksa Robert.
“tidak” Robert berteriak.
Mereka pun berhasil mencekoki Robert, Robert langsung menutup matanya dan tak bergerak lagi.
“bagus, obatnya sudah bekerja. Ayo kita lihat perempuan itu”
Saat mereka membuka pintu.
Robert membuka matanya dan membuang obat dari mulutnya, ia bangun dan menyerang mereka berdua.
Dak...
Robert mengunci mereka di kamar itu.
“Robert keluarkan kami, Robert” mereka berteriak.
Robert langsung berlari mencari Sarah.

***

Di sebuah tempat,
“tidak, lepaskan aku”
“maaf cantik, kami terpaksa harus membunuhmu. Karena kau sudah mengetahui semuanya, jika rahasia ini bocor. Maka kami akan tamat, jadi lebih baik kau mati”  orang itu mengeluarkan pisau.
“tidak” Sarah menangis.
Seseorang datang dan menyerang orang yang memegang pisau itu.
“Robert” Sarah senang Robert datang.
“ayo kita pergi” Robert melepaskan Sarah.
“bagaimana dengan yang lain?”
“aku sudah menangani dua orang di pintu itu dan dua orang di kamar nomor 4”
“dan kau juga sudah menangani pria ini”
“ya, berarti masih ada satu orang lagi. Kita harus cepat keluar dari sini”
Sarah mengangguk.
Mereka pun kabur dari Rumah Sakit Jiwa itu.

***

Di jalan,
Robert memegang kepalanya, “ah”
“Robert, kamu kenapa?”
“kepalaku” Robert langsung tak sadarkan diri.
“Robert?”
Di rumah Jeremy,
Jeremy memeriksa semua yang diberikan Sarah, ia juga mengingat kata-kata Sarah dan mencari data tentang orang-orang itu. Ternyata semuanya benar, seorang dokter dan enam orang perawat itu memang mempunyai data yang janggal. Obat dan makanan itu pun mengandung racun.
“gawat, besok aku harus kesana”
Pagi itu,
Robert terbangun, kepalanya masih agak pusing. “dimana ini?” Robert agak cemas, ia bangun dari tempat tidur.
Sarah membuka pintu, “selamat pagi Robert” ia membawa makanan dan obat.
“tidak” Robert langsung panik dan duduk di sudut kamar.
“Robert?”
“jangan mendekat, kau mau meracuniku kan?”
“Robert, aku Sarah. Tenanglah, kau ada di rumahku sekarang. Aku tidak akan meracunimu, ini hanya bubur biasa dan obat untuk memulihkan tenagamu”
“bohong”
“Robert, aku tidak bohong” Sarah sangat cemas dan mendekat, “lihatlah”
Robert menatap makanan dan obat yang ada di nampan, Sarah tersenyum. Robert menatap Sarah dan mengambil sesendok bubur.
“ayo dimakan” Sarah tersenyum, “aku membuatnya khusus untukmu”
Tapi expresi Robert berubah, “kau saja yang makan” Robert memaksa Sarah untuk memakannya dan juga memberikan obat itu, “ayo makan”
“Robert” Sarah panik dengan sikap Robert.
“minum” Robert memberikan segelas air, “bagaimana, enakan?”
Sarah menangis dan memuntahkan semua isi di mulutnya, “kenapa kau lakukan ini padaku?” Sarah langsung keluar dari kamar.
Robert terdiam dan mulai mereda.

***

Di Rumah Sakit,
Jeremy mencari Sarah, tapi Jeremy hanya mendapatkan berita bahwa Sarah membawa kabur Robert tadi malam.

***

Siang itu,
Sarah membuka pintu kamar Robert, ia melihat Robert tertidur di sudut. “ya ampun” Sarah masuk dan ia melihat mangkuk bubur yang kosong, Sarah tersenyum. Ia juga melihat bekas obat yang sudah diminum Robert. “Robert” Sarah membangunkan Robert pelan-pelan, “Robert”
“emh...” Robert membuka matanya.
“kamu tidur di kasur ya, jangan disini”
“kamu gimana?”
“sudah, jangan pikirkan aku. Ayo bangun”
Mereka pun duduk di ranjang.
“aku minta maaf atas perlakuanku tadi pagi”
“sudahlah, jangan dipikirkan. Yang penting kamu cepet pulih”
“aku baik-baik saja kok, mungkin aku mulai gila sekarang”
“jangan bilang begitu, aku ngerti kok. Banyak hal berat yang sudah kau lewati, mungkin kau hanya sedikit trauma. Tapi kau tenang saja, sekarang kau sudah bebas dari tempat itu”
Robert tersenyum dan mencium pipi Sarah, “terima kasih banyak ya”
Sarah yang kaget pun tersenyum, “aku juga, terima kasih karena kau telah menyelamatkanku dari mereka” ia mengelus Robert, lebih baik kau istirahat lagi.
Robert mengangguk, ia pun tidur.
Sarah keluar dari kamar itu.
Tok... tok... tok...
“iya sebentar” Sarah membuka pintu, “dokter?” Sarah kaget melihat Jeremy.
“aku ingin melihat Robert”
“tidak”
“kau tenang saja, aku ada di pihak kalian”
“tapi Robert baru saja tidur”
“baiklah, bisa kita bicara?”
Mereka pun duduk.
“obat dan makanan itu memang ada racunnya, apa gejala-gejalanya sudah muncul?”
“tadi malam, saat kami kabur. Kepala Robert tiba-tiba sakit dan ia pingsan, lalu tadi pagi. Dia tiba-tiba bersikap aneh, mengamuk seperti tak sadar dengan yang dia lakukan. Expresinya seperti ketakutan, cemas dan ya.. begitulah dok”
“obatnya sudah mulai bekerja, obat itu di desain untuk mengganggu sistem kerja otak dan merusak syaraf Robert secara perlahan. Bagaimana keadaannya sekarang?”
“dia sudah membaik dok, apa Robert masih bisa sembuh?”
“aku akan berusaha membantunya dengan terapi dan beberapa obat”

***

Sore itu,
Jeremy masuk ke kamar Robert.
“dokter?”
“selamat sore Robert”
“kau akan membawaku kembali ke tempat itu?”
“tidak” Jeremy tersenyum, “aku sudah mengetahui semuanya”
Robert diam.
“aku ada dipihakmu, aku akan membantumu memperbaiki semuanya”
“terima kasih dok”

***

Setelah beberapa lama,
Robert melakukan terapi dan meminum obat dari Jeremy, keadaannya pun mulai stabil. “aku rasa, aku akan segera sembuh dari kegilaan ini” Robert bercermin dan memakai dasi.
“kau kan memang tidak gila” Sarah menarik Robert dan membetulkan dasinya, “kau sudah siap untuk persidangan?”
“ya dan aku mencium aroma kemenangan”
“waw, sungguh bersemangat”
Persidangan pun dimulai,
Robert menggugat ibu tirinya dan Jeremy pun membawa bukti-bukti, akhirnya ibu tiri Robert dipenjara bersama seorang dokter dan enam orang perawat yang selalu mencekoki Robert.
Konvensi pers pun dilakukan untuk memperbaiki nama baik Robert dan Robert pun mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya.

***

Besoknya,
Di rumah Sarah,
“terima kasih banyak kau telah menolongku, entah bagaimana nasibku jika kau tidak ada disana” Robert tersenyum pada Sarah.
“sama-sama tuan” Sarah tersenyum, “semoga tuan bisa merasakan kebahagiaan sekarang”
“baiklah, aku harus pergi. Sebentar lagi aku akan melakukan konvensi yang kesekian kalinya, lalu aku harus ke perusahaan dan blah.. blah.. blah”
“aku mengerti”
Robert masuk ke mobil.
“hati-hati tuan” Sarah melambai.
Setelah Robert pergi,
Sarah masuk ke rumah dengan sedih, sekarang Robert benar-benar berubah. Bahkan Sarah pun sedikit canggung jika bicara dengan Robert, ya... Robert memang orang berada. Mungkin Sarah harus mulai belajar untuk melupakannya, orang seperti Robert pasti dapat dengan mudah melupakan Sarah.

***

Hari itu,
Sarah menonton konvensi pers Robert di tv, disana Robert duduk bersama Jeremy dan seorang perempuan cantik. Akhir-akhir ini media memang sering membicarakan mereka.
Apa itu pacar Robert? Tapi mungkin itu benar, dia kan cantik. Apa lagi dia seorang model, cocok untuk Robert. Jika dibandingkan denganku, aku tidak ada apa-apanya. Sarah sedih.

***

Satu bulan kemudian,
“bagaimana dok?” Robert menatap Jeremy.
“kau sudah sembuh seratus persen, tidak usah datang lagi kesini”
“hey, orang lain sangat menginginkan aku datang ke rumah mereka. Kenapa kau tidak?”
“bukan begitu maksudku”
“aku mengerti kok” Robert tersenyum.
“o iya, bagaimana kabar Sarah?”
“kenapa kau menanyakan dia padaku? Dia kan bekerja di Rumah Sakit yang sama denganmu”
“apa maksudmu? Setelah kejadian itu, dia keluar dari sana”
“kalau begitu, aku tidak tau. Aku sudah lama tidak melihatnya”
“semudah itu kah?”
Robert yang tidak mengerti, menatap Jeremy.
“kau melupakan Sarah begitu saja? Ya Tuhan... kau memang sudah benar-benar berubah sekarang”
Robert tersenyum dengan aneh.
“Robert, dia itu sangat berjasa untuk kehidupanmu. Tanpa dia, kau tidak akan seperti ini”
“aku tau, aku sudah berterima kasih padanya”
“apa itu saja sudah cukup? Oh iya, aku lupa. Kau kan sedang pacaran dengan model cantik yang waktu itu”
”dia hanya teman” Robert tersenyum.
“lalu kenapa media berkata seperti itu?”
“mungkin karena mereka selalu melihat kami bersama”
“kalau begitu, harusnya kau tau apa yang harus kau lakukan”
Robert terdiam.

***

Malamnya,
Robert memikirkan perkataan Jeremy, dia benar. Tidak seharusnya aku melupakan Sarah begitu saja, dia begitu baik padaku. Sarah banyak berkorban untukku, bodohnya aku jika tidak memperdulikannya. Robert pun menelpon seseorang.

***

Di sebuah Restaurant.
“aku senang, akhirnya kau mengajakku kencan”
Robert menatap model itu, “ini bukan kencan, ini hanya makan malam biasa”
“apa?”
“ya, aku tidak mau kau salah menafsirkan hubungan kita”
Model itu kesal, “aku tidak mengerti”
“maafkan aku, tapi aku tidak mencintaimu”
Model itu menyiram Robert dengan minuman, “aku benci padamu” ia pergi.
Robert hanya diam.

***

Pagi itu,
Tok... tok... tok...
“iya sebentar” Sarah membuka pintu.
“selamat siang” Robert menatapnya.
“Robert?” Sarah tersenyum senang, “maksudku, tuan”
Robert tersenyum, “aku lebih suka kau memanggilku Robert” ia memberikan bunga pada Sarah.
“ya ampun, bagus sekali. Terima kasih” Sarah mencium wangi bunga itu, “padahal kau tidak usah repot-repot membawa ini”
“itu tidak ada apa-apanya untuk seseorang yang spesial, boleh aku masuk?”
“tentu saja, aku akan membuatkan minum untukmu”
“terima kasih” Robert duduk.
Sarah kembali membawa segelas air.
“bagaimana kabarmu?”
“aku baik-baik saja” Sarah duduk.
“pekerjaanmu?”
Sarah mengeleng, “aku tidak mau kembali kesana, banyak kenangan yang membuatku sedih” ia menunduk, aku selalu ingat padamu Robert.
Robert menatap Sarah, “maafkan aku”
“apa maksudmu?”
“ini semua salahku”
“tidak Robert, jangan bicara seperti itu. Hey bagaimana dengan perempuan cantik itu?”
“perempuan?”
“iya, model cantik yang suka ada di berita itu. Katanya kalian pacaran, aku boleh kenalankan?” sebenarnya hati Sarah sakit mengatakan itu.
“itu hanya gosip”
“benarkah?”
“ya, buktinya tadi malam aku bilang padanya kalau kami hanya teman biasa”
“apa?” Sarah tersenyum aneh.
“ya, dia menyiramku dengan air”
“itu tandanya dia menyukaimu” Sarah diam.
“Sarah, dengarkan aku” Robert memegang tangan Sarah.
Sarah  kaget dan menatap Robert.
“banyak hal yang telah kita lalui bersama, maafkan aku telah melupakan semuanya begitu saja” Robert mengambil sesuatu dari sakunya, “ijinkan aku untuk memperbaiki semuanya” ia memperlihatkan sebuah cincin, “aku mencintaimu”
“R..Robert, a...aku..”
Robert tersenyum, “iya atau tidak?”
Sarah tersenyum dan memeluk Robert, “tentu saja aku mau, aku sangat mencintaimu. Tapi selama ini aku tidak bisa mengatakannya”
“kenapa?”
“karena kau seorang... seorang yang hebat, pengusaha sukses. Semua orang kenal padamu”
Robert tersenyum, “dan sekarang, kau telah mengatakannyakan?”
Sarah mengangguk.
“aku sadar bahwa aku mencintaimu, saat pertama kita bertemu. Aku merasakan sesuatu, aku tidak ingin menyakitimu. Tapi aku malah melupakanmu begitu saja, orang yang paling berjasa untuk hidupku. Dan sekarang, aku janji akan selalu berusahaan untuk memberikan yang terbaik dan membahagiakanmu. Aku akan memperbaiki semuanya”
Sarah tersenyum dan mengelus Robert, “bukan kau, tapi kita. Kita akan memperbaiki semuanya bersama-sama”
Robert tersenyum dan memeluk Sarah, “terika kasih karena kau begitu baik padaku”
Sarah pun tersenyum dan memeluk Robert dengan erat.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar