
Author:
Sherly Holmes
Penyunting
: Erin_Adler
Genre: Crime,
Romance
Cerita
ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Suatu
hari,
Di
sebuah Rumah Sakit Jiwa.
“baiklah
Sarah, selamat bekerja disini. Semoga kau betah”
“terima
kasih dokter Jeremy”
Jeremy
pun pergi.
Sarah
berjalan melewati lorong dan kamar-kamar pasien, beberapa pasien terlihat masih
tidur dari jendela teralis di pintu. Tapi saat melewati sebuah kamar,
“tidak,
lepaskan aku” seorang pria mengamuk.
Beberapa
perawat memeganginya.
“lepaskan
aku”
Sarah
agak takut melihat itu, tapi dia harus kuat. Karena sekarang tempat ini adalah
tempat ia bekerja. Sarah terus melihatnya.
“lepaskan”
“ayo
minum obatmu”
“tidak,
aku tau kalian akan membunuhku. Iya kan?”
“kau
itu bicara apa, ayo cepat minum. Ini obat, bukan racun”
“sudahlah,
pria ini kan gila”
“aku
tidak gila”
Mereka
mencekoki pria itu.
“ya
Tuhan” Sarah begitu takut, tapi ia tidak tega melihatnya.
***
Siang
itu,
Sarah
sedang menyiapkan piring untuk makan siang.
“kebetulan
sekali, tolong kau antarkan makanan ini ke kamar pasien nomor 4”
“emh,
nomor 4?” Sarah bingung.
“ya
ampun, kamu anak baru ya?”
Sarah
mengangguk.
“pantas
saja, kau tau lorong disebelah sana?”
“ya,
tadi pagi aku melewatinya”
“nah,
disana kamar para pasien. Kau cari saja yang nomor 4”
“tapi,
bukannya para pasien makan bersama di ruang makan? Lagi pula, yang aku tau
makanannya belum matang”
“ini
makanan yang berbeda, kau tidak tau ya? Pasien yang dianggap berbahaya sering
dikunci di kamar dan jika lebih parah lagi, dia akan disetrum di ruang bawah
tanah”
“apa?”
Sarah ngeri.
“sudahlah,
sana antarkan. Aku sibuk nih”
“baiklah”
“tunggu”
Sarah
menoleh, “ada apa?”
“kau
harus berhati-hati dengan pasien itu”
“memangnya
kenapa?”
“kau
tidak tau ya? Dia itu Robert, anak dari salah seorang pengusaha kaya. Tapi
sayangnya, setelah ayahnya meninggal. Dia jadi gila, bahkan ia membunuh
kakaknya sendiri. Untungnya ibu tiri Robert langsung menelpon kami. Kalau
tidak, pasti dia juga akan ikut dibunuh”
“separah
itu kah?” Sarah khawatir.
“iya,
pokoknya kamu hati-hati aja deh”
Sarah
pun mulai berjalan melewati lorong, semua kamar terlihat kosong dan ia sampai
ke kamar nomor 4 itu. Sarah sedikit ragu, tapi ia harus mengantarkan makanan
itu. Sarah mulai membuka kunci pintu tersebut, “selamat siang” ia masuk.
Robert
menatapnya dengan waspada.
Sarah
yang sebenarnya takut, berusaha tenang. “saatnya makan siang Robert” ia
tersenyum.
“siapa
kau?” Robert terus menatapnya sambil duduk di sudut ruangan sempit itu.
“aku
perawat baru disini, kenalkan namaku Sarah”
“Sarah?
Apa kau akan meracuniku juga? Di dalam makan siang itu ada racunnya kan?”
“Robert,
kau itu bicara apa? Kau harus percaya padaku, mana mungkin aku meracunimu. Jika
kau tidak percaya, aku akan mencicipinya terlebih dahulu” Sarah mulai mengambil
sesendok makanan itu.
“jangan,
sepertinya kau tidak tau apa-apa” Robert mengambilnya, “kau orang yang tidak
berdosa, aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu” Robert memakannya.
Dasar
orang gila, kelakuannya sangat aneh. Sarah
menatap Robert dengan cemas.
“kenapa
kau menatapku seperti itu? Kau tidak percaya ini beracun?” Robert melihat
seekor tikus dan menangkapnya, “aku akan menyuapi tikus ini, dalam beberapa
hari dia akan mati karena racun ini” Robert memberikan suapan terakhirnya untuk
tikus itu, “aku menghabiskan makanan ini demi kau, jika mereka melihat makanan
ini tidak habis. Kau akan dimarahin”
“begitukah?”
Robert
sedikit kesal, “aku tau yang ada di pikiranmu, kau pasti menganggapku gilakan?”
Kau
memang benar-benar gila, Sarah berkata dalam hatinya.
“sudahlah,
bagimu aku memang orang gila. Pergilah, tim penyiksa sebentar lagi akan kesini”
“apa
maksudmu?” Sarah tidak mengerti.
Tiba-tiba
beberapa orang pemberi obat yang Sarah lihat tadi, datang lagi.
“saatnya
minum obat Robert”
Salah
seorang dari mereka melihat piring yang dipegang Sarah bersih, “wah, Robert
menghabiskannya? Bagus sekali”
“ini
dia obatmu Robert” mereka mulai memegangi Robert.
“ayo
buka mulutmu”
Robert
tetap menutup rapat mulutnya.
“aku
bilang, buka mulutmu”
Robert
tetap menutup mulutnya rapat-rapat.
“buka
mulutmu”
Mereka
memaksa Robert untuk makan obat dengan susah payah.
Melihat
itu, Sarah begitu ngeri.
Setelah
minum obat, Robert menatap Sarah dengan lemas dan ia pun terbaring tak sadarkan
diri.
Mereka
menatap Sarah, “lebih baik kau mengurus pasien yang lain”
“ta..tapi
dia bagaimana?”
“itu
hanya efek dari obat, kau tenang saja. Ayo kita pergi”
“baiklah”
Pintu
kamar Robert pun kembali dikunci.
Ya
Tuhan... semoga semuanya akan berjalan dengan baik, lindungi aku Tuhan. Sarah
berdo’a dalam hatinya.
***
Malam
itu,
“Sarah”
“iya?”
“tolong
berikan obat ini ke pasien di kamar 21 ya”
“baik”
Sarah pun pergi.
Saat
melewati kamar Robert, lagi-lagi Robert sedang dipaksa minum obat. Ya Tuhan... Sarah selalu ngeri melihat itu, ia pun
pergi ke kamar nomor 21.
Setelah
memberikan obat, Sarah kembali melewati kamar Robert, tapi kamar itu dibiarkan
terbuka. Sarah kaget dan bertanya ke salah satu perawat yang lewat, “pasien
yang dikamar ini kemana?”
“dia
sedang dibawa ke ruang bawah tanah”
“ruang
bawah tanah?” Sarah ingat dengan ruang listrik itu, “kenapa?”
“tadi
dia melawan saat disuruh minum obat, pasien nomor 4 ini memang sering dihukum
disana”
“apa?”
“iya,
aku kan sering kerja lembur. Dia pasti sedang disetrum”
“ya
Tuhan, kasihan sekali”
***
Besoknya,
“Sarah”
Jeremy mendekat.
“iya
dok?”
“bagaimana?
Pasien-pasien disini tidak menyeramkan bukan?”
Sarah
tersenyum.
“aku
tau, awalnya kau pasti berpikir buruk tentang tempat ini”
“dok,
aku ingin bertanya. Apa tidak apa-apa jika pasien disetrum?”
“kau
memikirkan tempat di bawah tanah kan?” Jeremy tersenyum, “ya, jika pasien dalam
keadaan bahaya. Dia baru akan mendapat hukuman itu, tapi itu tidak seburuk yang
kau bayangkan. Tegangannya rendah, tujuannya hanya ingin membuat dia tenang.
Tapi aku sudah menyarankan agar hal itu dilakukan jika dalam keadaan terpaksa
saja”
Tapi,
kenapa Robert sering disetrum? Sarah merasa aneh.
“ada
apa Sarah?”
“eh...”
Saat Sarah mau bicara, Jeremy dipanggil oleh dokter lain.
“maaf
Sarah, aku harus pergi”
“i..iya
dok” Sarah hanya diam melihat Jeremy pergi.
***
Sore
itu,
“Sarah”
“iya?”
“kau
ditugaskan untuk merawat pasien nomor 4 itu, sekarang dia dalam pengawasan
karena sering mengamuk. Beberapa orang bilang, dia bisa tenang saat kau
menghadapinya. Buktinya, dia memakan habis makanan yang kau bawa. Selama hampir
2 tahun kami kewalahan dengan dia, untungnya sekarang kami punya kau. Kau mau
kan?”
“aku...”
Sarah bingung, ini penghargaan atas prestasi atau sebuah ujian?
“bagaimana
Sarah? Kau siap?”
“i..iya
dok”
“bagus”
Dokter itu pergi.
“baiklah
Sarah, semoga kau bisa bertahan menghadapi Robert” seorang perawat memegang
pundak Sarah dan pergi.
***
Malam
itu,
Ya
Tuhan... ini saatnya aku memberi Robert obat, semoga dia tidak mencelakaiku. Sarah
mulai membuka kunci kamar Robert.
Robert
menatap ke pintu.
“selamat
malam Robert” Saat Sarah melihat Robert, kaki dan tangannya diikat di ranjang.
Robert
menatap Sarah.
“ini
saatnya kau minum obat”
“aku
tidak mau”
“Robert,
jangan begitu. Kau ingin sembuhkan?”
“aku
tidak sakit”
“i..iya,
aku tau kau tidak sakit”
“kalau
begitu, buang saja obat itu”
“Robert,
aku mohon. Jangan seperti ini, aku tau kau orang baik. Jika kau tidak meminum
obatnya, kau akan disetrum lagi”
“jadi
sekarang kau antek-antek mereka?”
“apa
maksudmu?”
“aku
sudah bilang padamu kan? Semua yang mereka berikan padaku mengandung racun dan
perlahan-lahan racun itu akan membunuhku”
“Robert,
mana mungkin mereka melakukan itu. Semua perawat disini ingin pasiennya sembuh,
begitu juga dengan aku. Aku ingin kau sembuh” Sarah mendekat, “aku akan melepaskan
tali ini”
Robert
diam.
Sarah
tersenyum dan melepaskan Robert, “sekarang kamu minum obat ya”
“tidak”
Robert melemparkan obat dan segelas air yang dipegang Sarah, “aku sudah bilang
padamu, aku tidak mau minum obat”
Gelas
pun pecah dan obat berserakan di lantai.
Sarah
melihat itu dan ketakutan, ia terdiam dan gemetaran. Sarah hanya bisa diam dan
bersandar di dinding tembok. Robert menatapnya kesal, beberapa orang yang biasa
memberi obat pun masuk ke kamar Robert.
“ah,
lagi-lagi kamu” salah satu dari mereka kesal.
“padahal
kami kira dengan perempuan ini kau akan luluh”
“baiklah
Robert, sepertinya kau harus kami beri pelajaran lagi”
Mereka
memegangi Robert.
“tidak,
tidak. Lepaskan aku”
Mereka
membawa Robert keluar dari sana.
Sarah
yang masih kaget tetap diam disana. Setelah reda, Sarah pun keluar dari kamar
itu dan melihat ruang bawah tanah. Apa sebaiknya aku
melihat Robert? Sarah
penasaran. Akhirnya Sarah pun turun, ia melihat ruang bawah tanah yang gelap
dan menyeramkan. Dimana Robert?
Disana
terdapat beberapa kamar dan salah satu pintunya terbuka, Sarah mendekat dan
mengintip ke dalam. Ternyata disana hanya ada Robert yang terbaring lemah.
Ya
Tuhan... kasihan sekali, Sarah masuk.
Robert
yang lemas hanya menatap Sarah.
“Robert,
kamu tidak apa-apakan? Ayo, aku akan membantumu ke kamar” Sarah melepaskan
ikatan di tangan dan kaki Robert, “ini, pakai bajumu”
Robert
ingin bicara, tapi ia begitu sulit untuk mengucapkannya.
“sudahlah,
kau harus tenang. Aku tidak akan melukaimu” Sarah membantu Robert bangun.
Robert
hampir jatuh.
“Robert,
ayo aku papah. Pelan-pelan saja, ok?”
Robert
hanya menatap Sarah.
***
Besoknya,
Sarah
yang membawa makanan untuk Robert, melihat para perawat yang mengurus Robert
sedang bicara.
“Robert
sudah ada di kamarnya?”
“ya
ampun, aku lupa. Kemarin aku membiarkan pintunya terbuka”
“pasti
ada orang yang membantunya ke kamar”
“siapa
dia?”
“aku
juga tidak tau, yang jelas kita harus lebih berhati-hati lagi”
Sarah
kaget mendengat itu, apa yang sedang
mereka katakan?
“tunggu
teman-teman, aku rasa ada mata-mata disini” salah satu dari mereka sedikit
curiga dan menatap pintu.
Sarah
yang mendengar itu, langsung pergi.
“sst,
tenang” saat orang itu melihat ke balik pintu, disana tidak ada siapa-siapa.
“ah,
kamu ngagetin kita aja”
“tapi
tadi beneran, kaya ada orang disini”
“udahlah,
mungkin itu karena kamu takut rahasia kita terbongkar”
Sarah
mulai berjalan di lorong, tapi ia terdiam. Sarah melihat seekor tikus mati di
hadapannya, ya Tuhan... ini kan
tikus yang waktu itu. Sarah
ingat, padahal saat itu tikusnya hanya diberi satu sendok makanan ini. Sarah
menatap makanannya, berarti benar.
Makanan ini ada racunya, Robert tidak boleh memakan ini. Sarah pun kembali ke dapur dan
mengganti makanannya dengan makanan yang baru. Ia kembali ke lorong.
“Sarah”
salah satu dari orang yang menyetrum Robert memanggilnya.
Sarah
sangat kaget, ada apa dia
memanggilku? Jangan-jangan dia tau
aku mengganti makanan Robert, Sarah
menoleh dan tersenyum. “iya?”
“ini,
jangan lupa beri dia obat. Kau akan pergi ke kamar nomor 4 kan?”
“iya”
Sarah pun mengambil obat itu dan kembali berjalan, syukurlah dia tidak
curiga. Ia pun segera
berjalan ke kamar Robert.
***
Di
kamar,
Robert
melihat ada yang membuka pintu, ternyata itu Sarah. Tapi Sarah tidak terlihat
seperti biasanya.
“Robert”
Sarah cemas.
Robert
menatapnya, “kau terlihat panik”
“maafkan
aku Robert, sekarang aku percaya padamu. Makanan itu ada racunnya, aku melihat
tikus itu mati”
“tenanglah”
Sarah
menyimpan makanan dan obat Robert, “tapi sekarang aku sudah mengganti makananmu
dengan makanan yang sama dengan pasien lain”
“benarkah?
Terima kasih Sarah”
“bagaimana
keadaanmu?”
“tak
pernah sebaik ini” Robert tersenyum.
“makanlah”
Sarah memberikan makanan itu pada Robert.
Robert
pun mulai memakannya, “rasanya enak sekali, biasanya makanan yang ku makan
rasanya pahit”
Sarah
jadi ingat dengan obat Robert, ia pun melihat obat tersebut. Ternyata obat itu
juga berbeda dengan obat yang pernah ia berikan pada pasien lain. “kenapa
mereka berbuat ini padamu?”
Robert
tersenyum, “aku sudah bilang padamu kan? Mereka ingin aku mati”
“tapi
apa salahmu?”
“karena
aku satu-satunya pewaris resmi ayah yang hidup”
“maksudmu?”
“ayah
bilang, ibuku meninggal saat melahirkanku. Sejak saat itu, aku hidup bersama
ayah dan seorang kakak perempuan. Tapi saat aku beranjak dewasa, ayah menikah
dengan seorang perempuan”
“maksudmu
ibu tiri?”
“ya,
aku dan kakak tidak menyukai dia. Setelah ayah meninggal, pengacara ayah
bilang. Jika warisannya jatuh ke tanganku dan kakakku, ibu tiriku tidak dapat
apa-apa. Suatu malam, dia diluar kendali. Dia memegang senjata, aku dan kakak
panik” Robert menyimpan piringnya.
“lalu?”
Sarah mendekat.
“kakak
menelpon polisi dan saat menutup telponnya, wanita itu menembak kakak di depan
mataku”
Sarah
ikut sedih mendengar itu.
“aku...”
mata Robert mulai berkaca-kaca, “aku takut, lalu aku berusaha melawan sebisaku.
Akhirnya aku berhasil merebut senjata dari tangannya, yang ada di pikiranku
saat itu. Aku ingin membunuhnya karena dia telah membunuh kakakku”
Sarah
memegang tangan Robert, “Robert”
Robert
tersenyum pada Sarah, “tapi sayangnya, saat aku mau menembaknya. Polisi datang,
wanita itu pun memutar balikan fakta. Dia bilang jiwaku sedikit terganggu
karena ayah meninggal dan lebih parahnya lagi, dia bilang aku membunuh kakak
dan akan membunuhnya juga”
“dia
tega sekali”
“ya,
sejak saat itu. Aku dibawa kesini, aku selalu diberi makanan pahit itu.
Dicekoki obat beracun itu dan disetrum setiap malam, aku tau mereka ingin
membunuhku secara perlahan”
“seandainya
aku bisa mengeluarkanmu dari sini”
“sudahlah,
tidak apa-apa. Mungkin ini memang sudah nasibku”
Sarah
memeluk Robert, “aku sayang padamu Robert, aku janji akan menjagamu dari
mereka”
“terima
kasih”
***
Di
luar,
Para
pasien mulai berbaris.
Sarah
kaget, “ada apa ini?”
“pemeriksaan
kesehatan oleh dokter Jeremy” Robert tersenyum.
“bagus,
aku akan bicara padanya”
“tidak”
“Robert,
tenang saja. Siapa tau dokter Jeremy bisa membantumu”
Seseorang
masuk ke kamar Robert, “ayo cepat, kau juga harus diperiksa”
Robert
pun keluar dan ikut berbaris dengan pasien lain.
***
Di
ruang pemeriksaan,
Robert
dipanggil, ia pun masuk dan melihat Sarah di dekat Jeremy.
“buka
bajumu” seorang perawat menyuruhnya.
Robert
membuka bajunya.
“celanamu
juga”
“aku
tidak mau”
Jeremy
kaget karena pasien lainnya tidak bersikap seperti itu.
“kenapa?”
perawat itu menatap Robert.
“aku
tidak mau membukanya, aku masih punya harga diri. Aku tidak mau hanya memakai
dalaman, sedangkan disini ada wanita”
Jeremy
tersenyum, “aku bawa celana pendek, Sarah tolong berikan celana ini padanya”
“baik
dok” Sarah pun mengambil celana itu dan memberikannya pada Robert, lalu ia
berbisik. “kau tenang saja, orang-orang yang sering menyakitimu tidak ada
disini”
Robert
tersenyum.
Setelah
pemeriksaan selesai,
“dokter”
“iya
Sarah, ada apa?”
“ini
dok, aku rasa ada kejanggalah dengan para perawat yang biasa merawat Robert”
“maksudmu,
pasien di kamar nomor 4 itu?”
“iya
dok, aku membawa sampel makanan dan obat yang mereka berikan pada Robert. Aku
juga ingin memberitaumu jika mereka selalu menyetrum Robert”
“benarkah?”
“iya
dok, setiap malam”
Jeremy
kaget, “kalau begitu, aku akan memeriksa sampel ini dan melihat data mereka.
Besok kita bertemu lagi”
“temika
kasih dok”
Saat
Sarah kembali ke kamar Robert, Robert tidak ada disana. Ya Tuhan...
jangan-jangan... Sarah
langsung berlari ke ruang bawah tanah.
Disana,
Sarah
mengintip ke dalam.
Orang-orang
itu memegangi Robert dan mulai mengikatnya.
“lepaskan
aku”
“diam,
sekarang saatnya bersenang-senang tuan”
“lepaskan
aku, aku tidak mau disetrum”
“ah,
dia berisik sekali”
Mereka
menyumpal mulut Robert.
“emhhh”
Robert sulit bicara.
“ayo
buka bajunya”
Salah
satu dari mereka mulai mumbuka baju Robert.
“kau,
tambahkan dayanya dari yang kemarin”
“siap”
orang itu menambah daya listrik.
“kau
siap Robert?”
“emhhh”
Robert tidak bisa melakukan apa-apa.
Ia
mulai menyetrum tubuh Robert.
“emhhhh”
Robert ingin berteriak.
“bagaimana?
Menyenangkan bukan? Sekarang kami juga disuruh untuk menyetrum otakmu, ibu
tirimu bilang. Jika kau mati dengan cepat, maka itu akan menjadi baik baginya.
Dia akan kaya dan kami mendapat imbalan
setimpal, tambah dayanya”
“baik”
orang itu kembali menambah daya.
Ya
Tuhan... lindungilah Robert. Sarah sangat cemas.
“kau
siap?” orang itu pun menyetrum kepala Robert.
“emmhhhh”
Robert kesakitan dan akhirnya, Robert tidak bergerak lagi.
“jangan-jangan
dia beneran mati”
“coba
kau periksa”
Salah
satu dari mereka pun memeriksa Robert, “denyut nadinya lemah, mungkin dia
sekarat”
***
Di
luar,
Sarah
begitu khawatir, mereka pun keluar dari sana dan Sarah bersembunyi.
Setelah
mereka pergi,
Sarah
masuk, “Robert” Sarah mendekati Robert dan mengancingkan bajunya, “Robert,
bangun Robert. Kamu harus bertahan, Robert. Buka matamu, aku mohon”
“Sa...rah”
“Ayo
kita pergi dari sini” Sarah melepaskan ikatan dari tangan dan kaki Robert, lalu
ia memapahnya keluar.
Robert
masih sangat lemas.
“kamu
tenang saja, aku akan mengeluarkanmu dari tempat mengerikan ini”
Saat
mereka keluar dari ruang bawah tanah.
Para
perawat itu datang lagi.
“hey
Sarah, apa yang kau lakukan?”
“a..aku...
aku hanya”
“apa?”
“aku
kebetulan lewat dan melihat Robert terbaring sendirian disana, jadi aku.. aku
bermaksud untuk membawa Robert ke kamarnya”
“benarkah?”
“iya,
aku tidak bohong” Sarah begitu cemas, apalagi Robert masih belum kuat.
“oh,
aku rasa ada aroma kebohongan disini. Iya kan Sarah?”
“tidak,
tidak. Aku tidak bohong”
“ah,
aku juga mencium aroma kebohongan disekitar sini” orang itu mendekati Sarah dan
melepaskan tangan Sarah dari Robert.
“mau
apa kau?” Sarah panik.
Orang
itu menjatuhkan Robert dan memegangi Sarah.
“lepaskan
aku, lepaskan”
“tadinya
kau akan kami manfaatkan, tapi sayangnya. Kau sudah terlanjur jauh terlibat dan
berada disisi yang tidak kami inginkan”
“lepaskan
aku”
Robert
sedikit sadar dan melihat itu, mereka langsung membawa Robert ke kamar nomor 4.
Brak...
Mereka
menjatuhkan Robert, “saatnya minum obat sayang”
Robert
menatap mereka dan melihat Sarah dibawa oleh dua orang diantara mereka.
“Robert”
Sarah berteriak.
Robert
menatap mereka dengan kesal, “apa yang akan kalian lakukan padanya?”
“ah,
sudahlah. Itu kan kosekuensi yang harus dia dapatkan karena berusaha
melepaskanmu dari kami” orang itu berteriak.
Salah
satu dari mereka membawa obat, “ayo minum”
Robert
menutup mulutnya.
“ayo
minum” mereka memaksa Robert.
“tidak”
Robert berteriak.
Mereka
pun berhasil mencekoki Robert, Robert langsung menutup matanya dan tak bergerak
lagi.
“bagus,
obatnya sudah bekerja. Ayo kita lihat perempuan itu”
Saat
mereka membuka pintu.
Robert
membuka matanya dan membuang obat dari mulutnya, ia bangun dan menyerang mereka
berdua.
Dak...
Robert
mengunci mereka di kamar itu.
“Robert
keluarkan kami, Robert” mereka berteriak.
Robert
langsung berlari mencari Sarah.
***
Di
sebuah tempat,
“tidak,
lepaskan aku”
“maaf
cantik, kami terpaksa harus membunuhmu. Karena kau sudah mengetahui semuanya,
jika rahasia ini bocor. Maka kami akan tamat, jadi lebih baik kau mati” orang itu mengeluarkan pisau.
“tidak”
Sarah menangis.
Seseorang
datang dan menyerang orang yang memegang pisau itu.
“Robert”
Sarah senang Robert datang.
“ayo
kita pergi” Robert melepaskan Sarah.
“bagaimana
dengan yang lain?”
“aku
sudah menangani dua orang di pintu itu dan dua orang di kamar nomor 4”
“dan
kau juga sudah menangani pria ini”
“ya,
berarti masih ada satu orang lagi. Kita harus cepat keluar dari sini”
Sarah
mengangguk.
Mereka
pun kabur dari Rumah Sakit Jiwa itu.
***
Di
jalan,
Robert
memegang kepalanya, “ah”
“Robert,
kamu kenapa?”
“kepalaku”
Robert langsung tak sadarkan diri.
“Robert?”
Di
rumah Jeremy,
Jeremy
memeriksa semua yang diberikan Sarah, ia juga mengingat kata-kata Sarah dan
mencari data tentang orang-orang itu. Ternyata semuanya benar, seorang dokter
dan enam orang perawat itu memang mempunyai data yang janggal. Obat dan makanan
itu pun mengandung racun.
“gawat,
besok aku harus kesana”
Pagi
itu,
Robert
terbangun, kepalanya masih agak pusing. “dimana ini?” Robert agak cemas, ia
bangun dari tempat tidur.
Sarah
membuka pintu, “selamat pagi Robert” ia membawa makanan dan obat.
“tidak”
Robert langsung panik dan duduk di sudut kamar.
“Robert?”
“jangan
mendekat, kau mau meracuniku kan?”
“Robert,
aku Sarah. Tenanglah, kau ada di rumahku sekarang. Aku tidak akan meracunimu,
ini hanya bubur biasa dan obat untuk memulihkan tenagamu”
“bohong”
“Robert,
aku tidak bohong” Sarah sangat cemas dan mendekat, “lihatlah”
Robert
menatap makanan dan obat yang ada di nampan, Sarah tersenyum. Robert menatap
Sarah dan mengambil sesendok bubur.
“ayo
dimakan” Sarah tersenyum, “aku membuatnya khusus untukmu”
Tapi
expresi Robert berubah, “kau saja yang makan” Robert memaksa Sarah untuk
memakannya dan juga memberikan obat itu, “ayo makan”
“Robert”
Sarah panik dengan sikap Robert.
“minum”
Robert memberikan segelas air, “bagaimana, enakan?”
Sarah
menangis dan memuntahkan semua isi di mulutnya, “kenapa kau lakukan ini
padaku?” Sarah langsung keluar dari kamar.
Robert
terdiam dan mulai mereda.
***
Di
Rumah Sakit,
Jeremy
mencari Sarah, tapi Jeremy hanya mendapatkan berita bahwa Sarah membawa kabur
Robert tadi malam.
***
Siang
itu,
Sarah
membuka pintu kamar Robert, ia melihat Robert tertidur di sudut. “ya ampun”
Sarah masuk dan ia melihat mangkuk bubur yang kosong, Sarah tersenyum. Ia juga
melihat bekas obat yang sudah diminum Robert. “Robert” Sarah membangunkan
Robert pelan-pelan, “Robert”
“emh...”
Robert membuka matanya.
“kamu
tidur di kasur ya, jangan disini”
“kamu
gimana?”
“sudah,
jangan pikirkan aku. Ayo bangun”
Mereka
pun duduk di ranjang.
“aku
minta maaf atas perlakuanku tadi pagi”
“sudahlah,
jangan dipikirkan. Yang penting kamu cepet pulih”
“aku
baik-baik saja kok, mungkin aku mulai gila sekarang”
“jangan
bilang begitu, aku ngerti kok. Banyak hal berat yang sudah kau lewati, mungkin
kau hanya sedikit trauma. Tapi kau tenang saja, sekarang kau sudah bebas dari
tempat itu”
Robert
tersenyum dan mencium pipi Sarah, “terima kasih banyak ya”
Sarah
yang kaget pun tersenyum, “aku juga, terima kasih karena kau telah
menyelamatkanku dari mereka” ia mengelus Robert, lebih baik kau istirahat lagi.
Robert
mengangguk, ia pun tidur.
Sarah
keluar dari kamar itu.
Tok...
tok... tok...
“iya
sebentar” Sarah membuka pintu, “dokter?” Sarah kaget melihat Jeremy.
“aku
ingin melihat Robert”
“tidak”
“kau
tenang saja, aku ada di pihak kalian”
“tapi
Robert baru saja tidur”
“baiklah,
bisa kita bicara?”
Mereka
pun duduk.
“obat
dan makanan itu memang ada racunnya, apa gejala-gejalanya sudah muncul?”
“tadi
malam, saat kami kabur. Kepala Robert tiba-tiba sakit dan ia pingsan, lalu tadi
pagi. Dia tiba-tiba bersikap aneh, mengamuk seperti tak sadar dengan yang dia
lakukan. Expresinya seperti ketakutan, cemas dan ya.. begitulah dok”
“obatnya
sudah mulai bekerja, obat itu di desain untuk mengganggu sistem kerja otak dan
merusak syaraf Robert secara perlahan. Bagaimana keadaannya sekarang?”
“dia
sudah membaik dok, apa Robert masih bisa sembuh?”
“aku
akan berusaha membantunya dengan terapi dan beberapa obat”
***
Sore
itu,
Jeremy
masuk ke kamar Robert.
“dokter?”
“selamat
sore Robert”
“kau
akan membawaku kembali ke tempat itu?”
“tidak”
Jeremy tersenyum, “aku sudah mengetahui semuanya”
Robert
diam.
“aku
ada dipihakmu, aku akan membantumu memperbaiki semuanya”
“terima
kasih dok”
***
Setelah
beberapa lama,
Robert
melakukan terapi dan meminum obat dari Jeremy, keadaannya pun mulai stabil.
“aku rasa, aku akan segera sembuh dari kegilaan ini” Robert bercermin dan
memakai dasi.
“kau
kan memang tidak gila” Sarah menarik Robert dan membetulkan dasinya, “kau sudah
siap untuk persidangan?”
“ya
dan aku mencium aroma kemenangan”
“waw,
sungguh bersemangat”
Persidangan
pun dimulai,
Robert
menggugat ibu tirinya dan Jeremy pun membawa bukti-bukti, akhirnya ibu tiri
Robert dipenjara bersama seorang dokter dan enam orang perawat yang selalu
mencekoki Robert.
Konvensi
pers pun dilakukan untuk memperbaiki nama baik Robert dan Robert pun
mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya.
***
Besoknya,
Di
rumah Sarah,
“terima
kasih banyak kau telah menolongku, entah bagaimana nasibku jika kau tidak ada
disana” Robert tersenyum pada Sarah.
“sama-sama
tuan” Sarah tersenyum, “semoga tuan bisa merasakan kebahagiaan sekarang”
“baiklah,
aku harus pergi. Sebentar lagi aku akan melakukan konvensi yang kesekian
kalinya, lalu aku harus ke perusahaan dan blah.. blah.. blah”
“aku
mengerti”
Robert
masuk ke mobil.
“hati-hati
tuan” Sarah melambai.
Setelah
Robert pergi,
Sarah
masuk ke rumah dengan sedih, sekarang Robert benar-benar berubah. Bahkan Sarah
pun sedikit canggung jika bicara dengan Robert, ya... Robert memang orang
berada. Mungkin Sarah harus mulai belajar untuk melupakannya, orang seperti
Robert pasti dapat dengan mudah melupakan Sarah.
***
Hari
itu,
Sarah
menonton konvensi pers Robert di tv, disana Robert duduk bersama Jeremy dan
seorang perempuan cantik. Akhir-akhir ini media memang sering membicarakan
mereka.
Apa
itu pacar Robert? Tapi mungkin itu benar, dia kan cantik. Apa lagi dia seorang
model, cocok untuk Robert. Jika dibandingkan denganku, aku tidak ada
apa-apanya. Sarah sedih.
***
Satu
bulan kemudian,
“bagaimana
dok?” Robert menatap Jeremy.
“kau
sudah sembuh seratus persen, tidak usah datang lagi kesini”
“hey,
orang lain sangat menginginkan aku datang ke rumah mereka. Kenapa kau tidak?”
“bukan
begitu maksudku”
“aku
mengerti kok” Robert tersenyum.
“o
iya, bagaimana kabar Sarah?”
“kenapa
kau menanyakan dia padaku? Dia kan bekerja di Rumah Sakit yang sama denganmu”
“apa
maksudmu? Setelah kejadian itu, dia keluar dari sana”
“kalau
begitu, aku tidak tau. Aku sudah lama tidak melihatnya”
“semudah
itu kah?”
Robert
yang tidak mengerti, menatap Jeremy.
“kau
melupakan Sarah begitu saja? Ya Tuhan... kau memang sudah benar-benar berubah
sekarang”
Robert
tersenyum dengan aneh.
“Robert,
dia itu sangat berjasa untuk kehidupanmu. Tanpa dia, kau tidak akan seperti
ini”
“aku
tau, aku sudah berterima kasih padanya”
“apa
itu saja sudah cukup? Oh iya, aku lupa. Kau kan sedang pacaran dengan model
cantik yang waktu itu”
”dia
hanya teman” Robert tersenyum.
“lalu
kenapa media berkata seperti itu?”
“mungkin
karena mereka selalu melihat kami bersama”
“kalau
begitu, harusnya kau tau apa yang harus kau lakukan”
Robert
terdiam.
***
Malamnya,
Robert
memikirkan perkataan Jeremy, dia benar. Tidak
seharusnya aku melupakan Sarah begitu saja, dia begitu baik padaku. Sarah
banyak berkorban untukku, bodohnya aku jika tidak memperdulikannya. Robert pun menelpon seseorang.
***
Di
sebuah Restaurant.
“aku
senang, akhirnya kau mengajakku kencan”
Robert
menatap model itu, “ini bukan kencan, ini hanya makan malam biasa”
“apa?”
“ya,
aku tidak mau kau salah menafsirkan hubungan kita”
Model
itu kesal, “aku tidak mengerti”
“maafkan
aku, tapi aku tidak mencintaimu”
Model
itu menyiram Robert dengan minuman, “aku benci padamu” ia pergi.
Robert
hanya diam.
***
Pagi
itu,
“iya
sebentar” Sarah membuka pintu.
“selamat
siang” Robert menatapnya.
“Robert?”
Sarah tersenyum senang, “maksudku, tuan”
Robert
tersenyum, “aku lebih suka kau memanggilku Robert” ia memberikan bunga pada
Sarah.
“ya
ampun, bagus sekali. Terima kasih” Sarah mencium wangi bunga itu, “padahal kau
tidak usah repot-repot membawa ini”
“itu
tidak ada apa-apanya untuk seseorang yang spesial, boleh aku masuk?”
“tentu
saja, aku akan membuatkan minum untukmu”
“terima
kasih” Robert duduk.
Sarah
kembali membawa segelas air.
“bagaimana
kabarmu?”
“aku
baik-baik saja” Sarah duduk.
“pekerjaanmu?”
Sarah
mengeleng, “aku tidak mau kembali kesana, banyak kenangan yang membuatku sedih”
ia menunduk, aku selalu ingat
padamu Robert.
Robert
menatap Sarah, “maafkan aku”
“apa
maksudmu?”
“ini
semua salahku”
“tidak
Robert, jangan bicara seperti itu. Hey bagaimana dengan perempuan cantik itu?”
“perempuan?”
“iya,
model cantik yang suka ada di berita itu. Katanya kalian pacaran, aku boleh
kenalankan?” sebenarnya hati Sarah sakit mengatakan itu.
“itu
hanya gosip”
“benarkah?”
“ya,
buktinya tadi malam aku bilang padanya kalau kami hanya teman biasa”
“apa?”
Sarah tersenyum aneh.
“ya,
dia menyiramku dengan air”
“itu
tandanya dia menyukaimu” Sarah diam.
“Sarah,
dengarkan aku” Robert memegang tangan Sarah.
Sarah kaget dan menatap Robert.
“banyak
hal yang telah kita lalui bersama, maafkan aku telah melupakan semuanya begitu
saja” Robert mengambil sesuatu dari sakunya, “ijinkan aku untuk memperbaiki
semuanya” ia memperlihatkan sebuah cincin, “aku mencintaimu”
“R..Robert,
a...aku..”
Robert
tersenyum, “iya atau tidak?”
Sarah
tersenyum dan memeluk Robert, “tentu saja aku mau, aku sangat mencintaimu. Tapi
selama ini aku tidak bisa mengatakannya”
“kenapa?”
“karena
kau seorang... seorang yang hebat, pengusaha sukses. Semua orang kenal padamu”
Robert
tersenyum, “dan sekarang, kau telah mengatakannyakan?”
Sarah
mengangguk.
“aku
sadar bahwa aku mencintaimu, saat pertama kita bertemu. Aku merasakan sesuatu,
aku tidak ingin menyakitimu. Tapi aku malah melupakanmu begitu saja, orang yang
paling berjasa untuk hidupku. Dan sekarang, aku janji akan selalu berusahaan
untuk memberikan yang terbaik dan membahagiakanmu. Aku akan memperbaiki
semuanya”
Sarah
tersenyum dan mengelus Robert, “bukan kau, tapi kita. Kita akan memperbaiki
semuanya bersama-sama”
Robert
tersenyum dan memeluk Sarah, “terika kasih karena kau begitu baik padaku”
Sarah
pun tersenyum dan memeluk Robert dengan erat.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat
diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar