Rabu, 11 Juni 2014

You, The Promise and A Necklace


Author : Irene_Adler
Editor : Sherly Holmes
Genre : Romance
___
“Aku akan menjadi suamimu suatu saat nanti, melindungimu dan hidup bahagia selamanya seperti cerita putri – putri yang kau ceritakan. kita akan mempunyai 2 anak, seorang perempuan dan seorang laki-laki. Aku akan menjadi suami dan ayah yang hebat sedunia”
“Eh? Benarkah?”
“Ya. Aku janji”
“Janji?”
“hm. Janji”

***
”You, The Promise and A Necklace”
***
Sinar matahari pagi menembus jendela kaca sebuah kamar, menerangi wajah seorang pemuda yang sedang tidur dengan nyenyaknya, mengerang saat sinar matahari mengenai matanya. Pemuda yang bernama Robert –Robert Downey Jr lengkapnya- itu mengangkat bantal untuk menutupi wajahnya, berniat untuk tidur kembali. Namun sepertinya niatnya harus tertunda karena jamnya berdering menandakan waktunya untuk bangun. Menghela nafas, Robert menyingkirkan bantal yang ada di atas kepalanya, lalu melirik jam yang berada di meja kecil sebelah tempat tidurnya. Jam 7 pagi. Menyadari jarak sekolah dan tempat tinggalnya jauh, Robert bangun dan segera menuju ke kamar mandi, setelah sebelumnya mengambil handuk dan baju seragam sekolahnya.
Robert tinggal sendiri di sebuah apartemen mewah miliknya. Saat Robert meminta izin untuk tinggal sendiri di kota yang tak pernah tidur ini –New York- orang tuanya yang tinggal di Manhattan, tempat lahir Robert, mengizinkannya karena menganggap Robert sudah bisa tinggal sendiri dan mendapatkan uang sendiri. Bahkan apartemen yang  ditinggalinya merupakan pembeliaan uangnya sendiri. Walaupun Robert masih Junior di salah satu High School elit di New York, tapi Robert sudah bisa mencari uang sendiri, berterimakasihlah pada otaknya yang bisa dibilang jenius.
Setelah mengambil apel sebagai sarapan, Robert langsung keluar dan mengunci pintu apartemennya. Kemudian ia berjalan ke arah lift, menekan tanda kebawah. Tak memerlukan waktu yang lama lift pun terbuka. Untunglah hari ini di dalam lift hanya ada dirinya, tak seperti hari kemarin, ia harus berduaan dengan seorang wanita yang mendekatinya dan merayunya, meminta alamat dan nomor teleponnya. Setelah keluar dari lift, ia segera pergi ke tempat parkir menuju mobil audi terbarunya, yang sekali lagi hasil pembeliannya sendiri.
_Time Skip_
Diruangan kelas 342, terlihat banyak murid yang masih mengobrol dan bercanda bersama teman masing-masing, menunggu guru sejarah mereka yang bernama Samuel L. Jackson. Guru yang menurut muridnya merupakan guru killer berwajah garang dengan penutup mata sebelahnya, oh… dan jangan lupakan jenggot dan kumisnya. #botak lagi, Kkkk. Guru yang tak pernah terlambat satu detik pun masuk ke kelas, entah kenapa hari ini walaupun bel masuk sudah berbunyi 15 menit yang lalu tak muncul-muncul. Hal ini membuat murid – murid di kelas ini setengah was – was, berpikir bahwa ini adalah tanda akhir dunia. Dan setelah 30 menit berlalu, anak-anak kelas mulai panik meyakini bahwa ini benar-benar akhir dunia, namun kepanikan mereka berakhir setelah terdengar pintu kelas terbuka, guru Samuel masuk dengan wajah datarnya bersama seorang gadis  berambut pirang.
“Ok, anak-anak. Mungkin kalian heran kenapa saya yang mempunyai reputasi guru yang selalu on-time ini terlambat masuk kelas. Dan jangan berpikir bahwa hari ini adalah akhir dunia”. Murid-murid sweatdrop mendengar penjelasan gurunya itu. “saya mempunyai alasan kenapa hari ini terlambat. Hari ini kalian mendapat teman baru pindahan dari seattle. Ayo kamu perkenalkan diri!” guru samuel memberi tanda pada murid baru tersebut untuk memperkenalkan diri.
Setelah mengangguk, murid baru tersebut maju satu langkah, cahaya matahari dari luar masuk lewat jendela dan sesuatu di leher anak baru tersebut bersinar _walaupun tidak ada yang melihatnya_ , tersenyum, ia pun memperkenalkan diri, “Hi, my name is Gwyneth Paltrow. But you can just call me Gwen. As you know, I’m from Seattle. Because my father job, we, me and family has to moved to new york. Okay, I think that’s enough and nice to meet you all".
Robert yang duduk di bangku belakang, hanya melihat kearah jendela tidak peduli apa yang sedang terjadi. Robert sedang bingung karena akhir-akhir ini ia sering memimpikan masa lalunya tentang cinta pertamanya. Robert berpikir apakah benar itu cinta, karena waktu itu ia baru berumur 8 tahun saat ia merasakannya. Tapi bayangan wajah cinta pertamanya dan kenangan kenangan saat mereka bersama tak pernah ia lupakan, bahkan kadang terbawa sampai mimpi, seperti akhir-akhir ini. Dan janji itu. Ini menggelikan, kenapa aku memikirkannya. Itu sudah menjadi masa lalu. Dan lagi… mungkin dia juga sudah melupankanku. Pikir Robert.

***
Di Kantin
“Hey, menurut kalian bagaimana tentang anak baru itu?. Kupikir dia cantik, bisa kujadikan teman kencanku untuk minggu depan. Dia pasti tidak akan menolak keagungan rambut pirangku yang berkilau ini.” Kata pemuda berambur pirang itu pasti sambil meengibarkan rambutnya yang panjangnya hampir sebahu lebih. Pemuda ini bernama Chris Hemsworth, atau dipanggil Chris H. pemuda yang menyayangi rambutnya melebihi dirinya sendiri ini merupakan salah satu teman Robert. Pemuda yang tak pernah absen di salah satu perawatan rambut terkenal di kota ini pun salah satu anak kolongmerat, orangtuanya merupakan pengusaha kaya raya, mereka memiliki perusahaan yang membuat alat-alat bangunan yang lebih canggih dan mudah di gunakan. Itu mungkin juga alasan Chris H selalu membawa palu kemana-mana, mungkin untuk promosi produk-produk ciptaan  perusaan keluarganya. Membawa palu ke sekolah memang aneh, tapi tak seaneh palu itu sendiri yang mempunyai sengatan listrik, dan bisa digunakan sebagai charger Hp atau laptop (author sendiri melihat promosinya di iklan tv. *plakkk).
“Tidakkah kau bosan gonta-ganti perempuan?. Sebagai warga negara yang baik sebaiknya kita hanya mempunyai perempuan untuk satu kali seumur hidup. Karena menurut peraturan cinta no. 654, seorang warga negara harus…. Akh!” pidato kewarganegaraan pemuda berambut hitam kecoklatan terpaksa harus di hentikan karena sebuah palu telah mengenai keningnya dengan keras, yang bisa diketahui Chris H ialah pelakunya. Chris Evan, nama pemuda yang sekarang tergeletak di lantai kantin, adalah seorang yang sangat cinta negara dan bercita-cita sebagai seorang tentara supaya bisa membela negaranya. Semua pakaian, peralatan sekolah, dan semua yang dimilikinya pasti bergambar bendera Amerika Serikat, bahkan lantai kamarnya pun begambar bendera merah putih biru tersebut.
Robert menghela nafas, memandang dua temannya yang sekarang sedang berkelahi dan berkata : “kenapa aku harus mempunyai teman bodoh seperti mereka.”
“Karena kamu terlalu bodoh untuk memilih teman,” Mark Rufallo menanggapi perkataan Robert. Teman Robert yang satu ini memang jarang berbicara, hanya saat dirasa perlu maka dia baru bicara. Pemuda berkacamata ini sangat gila dengan sains dan sering sekali melakukan eksperimen-eksperimen aneh. Pemuda yang pendiam dan calm ini memiliki fansgirl sendiri yang terpikat akan sosoknya yang terlihat cool. Namun dibalik sifat pendiamnya itu tersembunyi sifatnya yang lain yaitu disaat marah Mark sangatlah menakutkan, bagaikan melihat hulk marah karena menghapus warna hijau ditubuhnya.
“hey, aku tidak bodoh!” Chris H yang kebetulan mendengarkan perkataan Robert menghentikan pertarungannya dengan Evan. “Yang bodoh tuh si Evan dengan peraturan buatannya yang konyol!.”.
“Tapi yang dikatakan Chris benar, gadis itu memang cantik. Bagaimana menurutmu?” Tanya Mark, menghiraukan protesan Chris.
“eh, siapa yang kamu maksud?. Gadis mana?” tanya Robert, dengan tatapan _apa-yang-kamu-maksud.
“Hah… tipikal Robert. I know that you’re smartest person that I ever meet, but you sould paying more attention in class sometime you know.” Apakah dia akan berubah?, itulah pikiran yang ada di kepala ketiga teman Robert. Menghela nafas, Mark lalu menambahkan, “Ada murid baru di kelas, pindahan dari Seattle. Dia yang kami maksud, dan dia adalah gadis yang menarik.”
“eh.. Really?. Aku tidak… ehm… memperhatikan mungkin. Aku bahkan tidak ingat pak Samuel masuk.” Kata Robert sambil cengengesan. Teman Robert hanya bisa menggeleng. Belum sempat Robert protes karena dipandang dengan pandangan he-is-so-hopeless-look oleh temannya. Chris berteriak dan menunjuk kearah pintu kantin, “There she is!”
Semua mata berpaling ke arah pintu kantin, dan melihat anak baru yang mereka diskusikan datang bersama teman perempuannya. DEG!. Dan entah kenapa jantung Robert berdetak sangat kencang sampai – sampai Robert panik berpikir ia terkena serangan jantung. Apa aku sekarang terkena penyakit jantung? Tapi minggu kemarin saat check-up, menurut dokter jantungku baik-baik saja. Apa aku harus ganti dokter? Mungkin dokter yang memeriksaku salah memeriksa? Dan lagi aku tak pernah memiliki pengalaman terserang penyakit, paling-paling hanya flu biasa saja,…, panik dengan pikirannya sendiri, Robert tidak menyadari Gwen dan temannya duduk di meja yang sama, karena meja yang lainnya sudah penuh dengan murid lainnya. Teman Robert dan Gwen sudah selesai berkenalan, sampai akhirnya bagian Robert untuk berkenalan, tapi karena masih sibuk dengan pikirannya sendiri Robert hanya bisa diam dengan wajah panik, mengingat nomor telepon dokter pribadinya untuk melakukan check-up sekali lagi. Saat memikirkan jam berapa ia akan pergi ke dokter pribadi, Evan memukul lengannya untuk mengembalikannya ke dunia nyata(?). “Aw… Apa yang kau lakukan? Ngomong-ngomong tanganmu kuat juga yang, kirain cuman aksesoris doang tuh otot. I swear man that’s really hurt!”
Hanya menghela nafas, Evan berkata : “oh come on, aku hanya memukulmu sedikit. Dan lagi jangan melamun di siang bolong. Oh.. dan kenalkan Gwyneth Paltrow, anak baru yang aku ceritakan tadi.”
Evan menunjuk kearah seorang gadis yang dirasa Robert familiar, serasa pernah bertemu dengannya dan seorang gadis, classmate yang tidak diketahui namanya oleh Robert (entah lupa atau memang tidak niat ingat). Tiba-tiba mata Robert terbelalak, dia kenal gadis ini. Gadis yang selama beberapa lama ini selalu muncul dalam mimpinya, dan dia mengenal kalung yang ada pada leher gadis tersebut. Kalung dengan gem biru sapphire berbentuk segitiga pemberian darinya, yang akan bersinar jika terkena matahari, seperti saat ini. Tanpa terasa nama panggilan gadis cinta pertamanya terucap dari bibirnya yang terasa kelu dan kering, “Pepper…?”
“hah..?” Semua teman Robert bengong, kenapa Robert malah meminta lada (pepper=lada). Beda dengan Gwen yang sedikit terkejut, berpikir kenapa pemuda didepannya mengetahui panggilan kecil dari Robert teman kecilnya, tidak mengetahui bahwa pemuda didepannya adalah teman masa kecil Gwen.
“Sorry, are you just calling me ‘Pepper’?”
“apa kamu tidak ingat dengan teman masa kecilmu ini?”
“apa kamu … Robert, teman masa kecilku?”
“Iya. Apa kamu masih ingat janjiku padamu?” Robert bertanya sambil tersenyum, mengingat masa lalunya. Robert melihat Gwen yang tiba-tiba mukanya berubah merah dan jadi salah tingkah, sebelum akhirnya mengangguk.
“ya. Tentunya aku ingat. Itu adalah kenangan yang tak akan pernah aku lupakan.” Gwen menjawab dengan suara kecil, kalimat terakhir ia ucapkan setengah berbisik karena malu.
Tersenyum, Robert memegang tangan kanan Gwen dan membawanya kearah bibirnya, minciumnya. “so, will you marry me?”
Masih dengan wajah merah ditambah mulut yang terbuka sedikit karena kaget, Gwen merasa pikirannya kosong. “I… I…”. Belum sempat menjawab, Robert sudah memajukan badannya dan mencium Gwen tetap dibibir. Aku rasa aku akan pingsan, pikir Gwen..
Teman Robert dan Teman Gwen yang dari tadi diabaikan, hanya bisa terbengong, bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Kejadiannya begitu cepat, pertama mereka merasa bingung kenapa Robert bisa mengenal Gwen, kedua mereka terkejut karena secara tiba-tiba Robert melamar Gwen. Dan tahu-tahu mereka melihat Robert mencium Gwen didepan mereka. Indeed, What just Happened?
~ End~
___
Hehe, maaf ceritanya lebay. Diseling bhs.Inggris buat nambah kesan amerikanya. Hehe ^^. Mf, kalau ada kata yang salah, author masih beljar. N mf untuk ceritanya yg boring.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar