Kamis, 21 Agustus 2014

Carla


Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Comedy garing, Crime

Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Seorang pria berjalan di tempat yang gelap dan masuk ke sebuah ruangan.
Di dalam banyak orang berjaga.
Seseorang yang duduk di kursi tersenyum, “akhirnya kau datang juga”
“selamat malam bos”
Bos mafia itu tersenyum, “kau tau tugasmu saat ini?” ia melempar sebuah foto ke meja.
Orang itu menatap foto seorang gadis yang dilemparkan ke meja, “kau ingin aku membunuh anak ini?” pria itu menatap bosnya.
“tidak, aku ingin kau menculiknya dan membawanya padaku”

***

Di sebuah taman,
Perempuan yang berada di foto tersebut sedang duduk di rerumputan, ia bernama Carla. Seorang gadis yang usianya belum menginjak 17 tahun ini, sedang menikmati keindahan alam disekitarnya.
Seseorang datang dengan menunggangi kuda putih, dia adalah pangeran yang mencari seorang putri.
Pangeran itu turun dari kuda dan menghampiri Carla, sambil tersenyum ia memegang tangan Carla dan membangunkan Carla dari duduknya. Lalu pangeran itu menciumnya.
Carla terdiam menatap sang pangeran, Pangeran itu tampan tapi terlihat lebih tua darinya.

***

“non, non Carla bangun non. Non” Danang membangunkan Carla.
“emh..” Carla membuka matanya, “apaan sih mas Danang?”
“aduh non, ini udah siang. Entar kalau telat masuk sekolah gimana?”
“ah, kenapa sih cepet banget siangnya?” Carla bangun dari tempat tidurnya.
“yaelah non, emang mimpi apa sih?”
“idih, mas Danang pingin tau aja deh” Carla tersenyum dengan pipi yang memerah.
“cieh cieh, pasti non mimpi pacaran ya?”
“ih, bukan. Aku mimpi ketemu pangeran”
“waduh, ayo non buruan. Mas Darto udah nungguin di mobil tuh”
“iya iya, tapi mas keluar dulu dong dari kamarku”
“iya non” Danang keluar dengan malu.

***

Di luar,
Darto sedang memanaskan mesin mobil.
“pak” Danang mendekati Darto lewat jendela mobil.
“aduh, lama banget sih Nang? Liat nih, udah hampir jam setengah delapan. Mana non Carla?”
“itu, lagi siap-siap. Dia abis mimpi ketemu pangeran, hah wk wk wk” Danang tertawa.
“yaelah” Darto heran.
“selamat pagi” Carla mendekat.
“mari non, masuk ke mobil” Danang membukakan pintu mobil.
Darto pun menjalankan mobilnya.

***

Di perjalan,
“kenapa sih kalau kemana-mana aku harus sama kalian?” Carla yang duduk di belakang menatap Danang dan Darto.
Danang menoleh, “yaelah non, kan kita ditugasin buat jagain enon sama tuan besar”
“sekalian jadi supir juga” Darto menambahkan.
“gak seru ah, aku kan udah gede”
“tapi non belum bisa dapet SIM kan?” Darto tersenyum.
“ah, mas Darto”

***

Sesampainya di sekolah,
Danang membukakan pintu mobil untuk Carla, “non mau dianterin ke kelas?”
“gak usah mas, aku bisa sendiri”
“kita bakal tungguin enon disini ya” Darto tersenyum.
“gak usah, hari ini aku ada ekskul. Pulangnya sore”
“oke deh, kalau gitu jangan lupa aktifin GPS khusus DanangDarto ya, biar kita bisa ngelacak enon”
“iya iya, mas Danang cerewet banget si”
“yaelah non, kan ini demi kebaikan enon juga”
“ya udah deh, aku masuk dulu ya. Dah mas Danang, dah mas Darto” Carla masuk ke sekolah sambil menon-aktifkan GPS aneh itu.
Darto tersenyum, “Nang, non Carla makin gede makin cantik ya”
“iyalah pak, masa ganteng?”
“???”
“hehe, hah wk wk wk”
Mereka pun pergi.

***

Hari mulai menjelang malam,
Carla keluar dari sekolah, “ya ampun, sepi banget” ia mulai cemas, Carla pun mengeluarkan Hp-nya dan menelpon Danang.
Belum sempat tersambung, tiba-tiba seseorang membekamnya dari belakang.
“emh...” Carla pingsan.

***

Saat Carla terbangun, ia kaget karena berada di tempat asing dan ia terikat di sebuah kursi.
“selamat datang, nona Highman” seorang pria yang wajahnya terhalang topeng ski menatap Carla.
“emh...” Carla tidak bisa bicara karena mulutnya di lakban, “emh”
“jangan menangis, aku hanya meminjammu sebentar” pria itu mendekat, “aku janji akan melepaskanmu, jika mendapat tebusan yang pantas. Tapi” pria itu mengeluarkan pistol dan mendekatkannya ke kepala Carla.
“emh...” Carla semakin takut.
“jika ayahmu yang kaya itu tidak menebusmu, jangan harap kau bisa lulus dari sekolahmu. Karena kau akan mati di tanganku”
Carla semakin menangis.
Pria itu menyimpan pistolnya dan mengambil sebotol minuman, ia duduk di depan Carla.
Carla terus menatapnya.
Pria itu mendekat dan membuka topeng yang menutupi wajahnya, “kenapa kau menatapku seperti itu?”
Carla terdiam melihat pria itu, karena wajahnya mirip dengan seseorang di mimpi Carla. Pangeran?
“hey, kenapa malah bengong?”
“emh..”
“aku lupa, mulutmu kan di lakban ya” pria itu membuka lakban di mulut Carla dengan kasar.
“aw, sakit tau” Carla kesal.
“terus, kamu mau apa?”
Carla menatap pria itu dan berteriak, “tolong, tolong. Aku diculik, tolong”
“anak bodoh, disini tidak akan ada yang mendengarmu. Ini persembunyianku, tidak ada yang pernah mengetahui tempat ini kecuali bosku”
“kamu jahat” Carla menangis dan terus berteriak.
Lama-kelamaan, pria itu tidak tahan dengan teriakan Carla.
“cukup” pria itu membentaknya, “kamu ini, nangis sambil teriak-teriak. Ini sudah hampir dua jam, kepalaku pusing tau”
“aku tidak akan berhenti berteriak karena kamu jahat” Carla terus teriak.
“cukup” pria itu kesal.
Tapi Carla malah semakin kencang.
“baik-baik, aku menyerah. Tolong jangan berteriak lagi”
Carla tersenyum, “kalau gitu, kamu harus lepasin aku”
“enak saja” pria itu minum.
“kok kamu minum yang gitu terus sih? Alkohol itu gak bagus buat kesehatan”
“peduli apa kau?”
Carla menunduk sedih, “kamu kan pangeran yang ada di mimpiku, aku gak mau pangeranku suka mabuk”
“pangeran?” pria itu tertawa.
Carla menangis, dia sangat mempercayai mimpi itu. Tapi ternyata pangeran itu adalah seorang penjahat yang menculiknya dan tidak berperasaan. “kenapa harus kamu yang nyulik aku?” ia sangat sedih.
Pria itu menatap Carla dengan aneh, “kenapa kau menangis lagi?”
“aku sedih, soalnya kamu gak sebaik di mimpi aku”
“jadi kamu beneran mimpiin aku?”
“semenjak kelas tiga SMA, aku selalu memimpikanmu. Pangeran yang datang dengan sebuah kuda putih dan melamarku di taman yang indah”
Pria itu tertawa lagi.
“aku serius”
Dengan terpaksa, pria itu mendengarkan semua cerita Carla sampai selesai.

***

Tiga jam kemudian,
“udah selesai ceritanya?”
“udah” Carla polos.
“bagus, kita kembali ke posisi kita semula. Aku adalah penjahat kejam dan kau adalah seorang sandra, jadi takutlah padaku”
“aku gak takut”
“apa?”
“aku kan udah bilang, kamu itu pangeranku. Masa aku takut? Emang sih, tadinya takut. Tapi sekarang enggak, lepasin aku dong” Carla tersenyum dan memperlihatkan mata berkilaunya, “ya pangeran ya, please”
Pria itu menutup wajah Carla dengan telapak tangannya, “kau pikir aku akan tergoda oleh pancaran matamu itu?”
“pangeran kok gitu sih? Kamu jahat” Carla mau menangis.
“e..eh.. stop, jangan menangis” pria itu takut Carla berteriak lagi.
“kalau gitu, lepasin aku”
“gak akan, kita baru bertemu dan aku yakin. Kamu akan kabur jika aku melepaskanmu”
“kalau gitu, kita kenalan aja yu”
Pria itu merasa semakin aneh dengan tingkah Carla.
“ayo kenalan”
“iya iya” pria itu dengan terpaksa mengikuti kemauan Carla.
“namaku Carla, kamu siapa?”
“Robert, kau tau salah satu penjahat yang tidak pernah diketahui wajah dan persembunyiannya? Itu adalah aku”
“jadi kau anak buah seorang mafia?”
“ya, begitulah” Robert minum lagi.
“Robert, jangan minum terus”
“kau bukan siapa-siapaku, tidak usah mengaturku”
“Robert jahat”
“ok, aku tidak akan minum ini” Robert melempar botol minuman itu ke sudut.
Preng..
Botol pun pecah.
“Robert kok kasar sih?”
Anak ini menyebalkan sekali, jika dia bukan anak orang kaya. Sudahku bunuh dia sejak tadi, Robert kesal.
“Robert, aku ngantuk. Pengen tidur”
“ya udah, tidur”
“masa di kursi? Diiket lagi, aku kan pengen bobo di kasur” Carla menatap sebuah tempat tidur.
“enak saja, itu tempat tidurku”
“kalau aku sakit gimana? Disini dingin banget, aku harus pake selimut”
“jelas disini dingin, ini kan di tengah hutan di atas gunung di...”
“jangan bicara berlebihan begitu” Carla cemberut, “ya udah, aku ikutin kamu aja” Carla pun mulai menutup matanya.
Ah.. syukurlah anak aneh itu tidur juga, Robert agak kewalahan.

***

Di rumah Carla,
Semua panik.
Darto duduk di sofa dengan wajah seriusnya dan Danang mondar-mandir di depan Darto.
“aduh gimana ini pak? Non Carla belum pulang juga” Danang cemas.
“iya, kita harus bilang apa sama tuan besar?” Darto pun bingung.
“pak, kenapa susah-susah pak? Kan kita punya program Hp bikinan kita pak, yang super canggih”
“iya juga”
“ini saatnya kita memakai”
“GPS Danang-Darto” dengan kompak mereka mengeluarkan HP.
Darto pun mulai mengaktifkannya dan mencari keberadaan Carla.
“pak, gimana pak?”
“aduh Nang, aduh. Gak ada”
“aphaaah?”

***

Pagi itu,
Di rumah Robert,
Robert bangun dari tempat tidurnya dan melihat Carla masih tertidur di kursi, “dasar cewek manja, pemalas” Robert mendekat, “hey bangun, hey” Robert kesal karena Carla terus tidur, “hey, bangun” Robert memegang kedua pipi Carla, tapi ia terdiam. Robert kaget karena Carla panas, Robert memegang kening Carla, “aduh, kenapa pake deman segala sih?” Robert membuka ikatan Carla dan mengangkatnya ke kasur, “kamu itu bener-bener ngerepotin ya, pantesan belum pernah ada penjahat yang nyulik kamu” Robert menatap Carla dengan kesal.
“Ro..bert...”
“yah, dia ngigo lagi. Jangan-jangan dia masih menganggap aku pangeran, bener-bener cewek aneh” Robert pergi.
“Robert...”
Robert pun kembali sambil membawa kompresan, lalu ia mengompres kening Carla.
“Robert...”
Robert menatap Carla, “eh, kenapa kamu manggil aku terus sih? Emang aku siapanya kamu?” dengan terpaksa Robert mengelusnya, Robert menatap Carla dan menarik nafas. “kamu harus cepet sembuh, aku repon kalau kamu sakit”
Hp Robert berbunyi.
“hallo” Robert mengangkatnya.
“bagaimana dengan tugasmu?”
“aku berhasil, anak itu ada padaku”
“bagus, kapan kau akan membawanya kemari?”
Robert menatap Carla, “aku tidak bisa membawanya sekarang, dia sakit”
“sakit?”
“keadaannya lemah, jika dia mati kita juga yang repot kan?”
“ok, sikapmu aneh. Tapi alasannya agak masuk akal”
Robert menutup telponnya, tiba-tiba ia merasa tidak tega pada Carla. Ada apa denganku?

***

Kabar hilangnya Carla pun sampai ke telinga ayah Carla, ia langsung pulang dari luar negeri demi mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Di rumah, ayah Carla marah besar.
“maaf tuan, itu memang salah kami” Danang takut.
“iya tuan, maaf beribu-ribu maaf” Darto menunduk.
“kalian itu bagaimana sih? Kan aku sudah bilang, jaga Carla baik-baik”
“kami sangat menyesal tuan”
“pokoknya, kalian harus mencari Carla sampai ketemu. Bila perlu, beritau seluruh dunia jika anakku hilang”
“siap tuan”

***

Sore itu,
Di rumah Robert.
Carla membuka matanya, ia melihat Robert sedang duduk disampingnya. Carla sangat senang, “Robert?” ia tersenyum.
“ngapain senyum-senyum? Serem tau gak?”
“kamu kok gitu terus sih sama aku?”
“emangnya aku harus gimana?” Robert membalikan kompresan di kening Carla.
“ya ampun, kamu so sweet banget sih?” Carla tersenyum.
“eh, ini tuh terpaksa. Kalau kamu mati, aku gak akan dapet duit”
“Robert kok gitu?”
“mulai lagi dia”
“mulai apa? Robert, kepalaku sakit”
“ya jelas sakit, orang kamu demam”
“kamu kok kasar terus? Kamu gak sayang sama aku?”
“aku tidak perlu menjawab itu kan?”
“Robert, aku lapar”
“kamu pikir aku mau nyariin kamu makan?”
“Robert jahat” Carla menangis.
“e..eh, iya iya. Aku ambil makanan dulu” Robert pergi dan kembali membawa sebungkus makanan.
“suapin ya”
“enak aja, makan sendiri”
“kalau gitu, aku gak mau makan”
“ya udah, mendingan aku aja yang makan” Robert membuka bungkus makanannya.
Carla sedih dan diam.
Robert menatapnya, “baiklah, ayo buka mulutmu”
“jangan gede-gede dong”
“kan biar cepet abis, jadi aku gak usah lama-lama nyuapin kamu” Robert menahan emosinya, anak ini menyebalkan sekali. Lama-lama aku bisa gila menghadapinya, lebih baik aku berkelahi dengan sepuluh orang daripada harus menghadapi dia.

***

Di kantor polisi,
Pak polisi memeriksa berkas yang ada di mejanya, “kami rasa, anak tuan diculik oleh mafia”
“mafia?” ayah Carla yang sedang duduk kaget.
“ya ampun” Darto yang berdiri cemas.
“aduh gimana ini pak? Gimana pak?” Danang yang cemas menarik-narik baju Darto.
“ih, kamu ngapain sih Nang?” Darto menatap Danang.

***

Malamnya,
Robert membuka bajunya.
“ih.. Robert, kamu ngapain sih?”
“ngapain-ngapain, aku mau tidur” Robert mengambil baju dari lemari.
Carla melihat tatoo di tubuh Robert, “kok kamu pake tatoo sih?”
“emangnya kenapa?” Robert mulai kesal.
“entar tatoonya dilaser ya, biar ilang”
“terserah” Robert yang kesal memakai bajunya dan tidur di sofa.
“Robert, kok kamu tidur sih? Aku kan gak ada teman”
Robert tidak menghiraukan Carla dan tetap menutup matanya.
“Robert” Carla kesal dan memaksakan diri untuk tidur.

***

Besoknya,
Darto sedang asyik mengotak-atik Hp-nya di sofa.
“pak Ato, lagi apa sih pak Ato?” Danang melihat Darto.
“ini Nang, aku lagi nyoba nyari non Carla pake GPS kita”
“terus hasilnya gimana pak?”
“belum ada Nang, nih liat”
“jangan-jangan non Carla gak ngaktifin GPS kita pak”
“iya juga ya”
“gawat”
Mereka saling tatap.

***

Di rumah Robert,
Carla bangun dari tempat tidurnya, ia melihat Robert sedang duduk sambil menghisap Rokok. “Robert”
Robert menatap Carla dan kembali tidak memperdulikannya.
Carla berdiri dan mendekati Robert, ia duduk disamping Robert. “kamu kok ngerokok sih?”
Robert menatap Carla, “kamu itu banyak komentar ya? Aku gak boleh minumlah, aku gak boleh pake tatoo. Gak boleh ngerokok, apa lagi?”
“aku kan cuma pingin..”
“apa? Nyiksa aku?”
“maaf” Carla melihat sebuah foto, “ini siapa?” Carla memegang foto itu.
“jangan sentuh” Robert merebutnya dengan kasar.
“aku kan cuma nanya” Carla menunduk.
Robert menahan emosinya, “ini foto ibuku, mereka bilang. Ibuku meninggal saat melahirkanku”
“ayahmu?”
“aku tidak tau”
“terus kamu tinggal sama siapa?”
“itu bukan urusanmu kan?”
“kamu sendirian ya?” Carla memeluk Robert, “jangan sedih ya, sekarangkan aku ada disini”
Robert melepas pelukan Carla, “siapa yang sedih?”
“jangan bohong”
“siapa yang bohong?”
“berarti kamu belum pernah ngerayain ulang tahun kamu dong?”
“untuk apa dirayakan? Aku tidak punya siapa-siapa”
Carla sedih, “aku sayang padamu, aku mau ngerayain ulang tahun kamu”
“apa?” Robert kaget, anak ini benar-benar aneh. “eh, kamu itu gila ya? Aku ini penjahat yang nyulik kamu”
“tapikan kamu pangeranku”
“ah, terserahlah” Robert berdiri.
“Robert” Carla memegang tangan Robert.
Robert menatapnya.
“apa tulisan dibelakang foto itu adalah tanggal lahirmu?”
Hp Robert berbunyi.
Robert mengangkatnya dan sedikit menjauh dari Carla, “hallo”
“bagaimana dengan anak itu?”
Robert menatap Carla, “aku akan kesana bos” Robert menyimpan hp-nya ke saku.
“Robert, kamu mau kemana?”
“aku ada misi, kamu jangan kemana-mana ya” Robert menatap Carla dengan tatapan yang berbeda.
Carla terdiam.
“heh, kamu denger gak?”
“iya aku denger, lagian tadi tatapanmu aneh. Kaya agak sedikit khawatir, aku kan jadi deg-degan”
“yang aneh itu kamu” Robert keluar dan mengunci pintunya.
Carla ingat, “ya ampun, hp-ku dimana ya?”

***

Di sebuah gedung,
Robert menghadap bosnya.
“mana anak itu? Aku kan memintamu untuk membawanya” bos yang duduk menatap Robert dengan kesal.
“maaf bos, dia..”
“alasan, jangan-jangan selama ini kau bohong padaku?”
“bos, aku benar-benar sudah menculiknya”
“lalu kenapa kau tidak membawanya kemari?”
“dia masih sakit”
“begitukah?” bos bangun dari tempat duduknya dan mendekati Robert.
“benar bos”
Bos mengeluarkan sebuah pistol.
Dak..
Bos memukul kening kiri Robert dengan pistolnya.
Robert menahan sakit dan keningnya membiru.
“kau itu yang terbaik, jangan kecewakan aku. Apa kau lupa? Sejak kau masih menjadi bayi yang tidak berdaya, aku yang merawatmu. Ingat itu Robert” bos pergi.
Robert berbalik dan keluar dari sana, tapi salah satu anak buah bos menghadangnya.
“kau mau apa?” Robert menatapnya.
Orang tiba-tiba menyerang Robert.
Robert memegang tangan orang itu dan memelintirnya lalu menarik tangan orang itu ke belakang.
“aw”
Robert berbisik, “aku diam karena aku menghargai bos, tapi jangan harap aku diam jika menghadapi orang seperti kau” Robert melepaskan orang itu dan pergi.

***

Saat kembali ke rumah,
Robert membuka pintu.
“Robert, kamu udah pulang?” Carla senang, tapi ia kaget melihat kening Robert. “kamu kenapa?”
“gak apa-apa”
“Robert” Carla menangis.
“sudahlah, aku pusing. Jangan ganggu aku, aku ingin tidur” Robert melempar topinya dan berbaring di sofa.
Carla mendekat.
“mau apa kamu?”
“mengobatimu”
Melihat Carla yang sedih, Robert bangun. “udah, jangan nangis”
Carla memeluk Robert, “aku sayang sama kamu”
Robert mau melepas pelukan Carla, tapi dia memilih untuk diam.

***

Di rumah Carla,
Darto masih mengutak-atik Hp-nya di kasur.
“jangan-jangan program GPS bikinan kita rusak pak” Danang yang sedang mengelap kaca matanya, menatap Darto.
“Nang liat Nang, Nang cepetan” Darto histeris.
“apaan sih pak?” Danang penasaran.
“ini, ada film baru di bioskop”
“yah si bapak, dikirain ada berita tentang non Carla”

***

Malam itu,
Robert yang tidur di sofa membuka matanya, ia melihat Carla tidur di kursi yang ada di dekatnya. “Carla?” Robert bangun.
Carla terbangun, “Robert, ada apa? Kepalamu sakit?”
“kamu kok tidur disini?”
“aku kan pingin jagain kamu”
“enggak, nanti kamu sakit lagi kaya waktu itu”
“tapi..”
“Carla, tidur di kasur”

***

Pagi itu,
Robert sedang duduk sambil menghisap rokok.
“Robert, rokoknya buang ya” Carla mendekat.
Robert menatap Carla dan mematikan rokoknya, “ada apa?”
Carla tersenyum dan duduk disamping Robert, “kenapa sih kamu suka ngelamun?”
Robert tersenyum, “emangnya kenapa?”
“aku itu khawatir banget sama kamu, jangan jadi penjahat lagi ya”
“permintaan macam apa itu?”
“tidak ada orang yang terlahir untuk menjadi jahatkan? Lagi pula, aku takut kamu terluka”
“Carla, hidup itu dekat dengan kematian”
“jadi bagimu, hidup itu tidak berarti?”
“ibuku meninggal saat melahirkanku dan aku tidak mengetahui siapa ayahku, apa hidup seperti itu indah?”
“tapi sekarangkan ada aku”
Robert tersenyum.
“aku juga punya 2 bodyguard yang merangkap jadi supir, namanya mas Danang dan mas Darto. Mereka itu baik, kocak banget”
“ayahmu?”
“ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya dan kau tau sendiri kalau ibuku sudah meninggal”
“seluruh dunia tau itu” Robert mengelus Carla.
Carla terdiam menatap Robert.

***

Di gedung,
Bos mafia itu sangat marah dan menendang sebuah guci besar yang ada di dekatnya, “apa-apaan dia? Sudah hampir dua minggu dia tidak memberi kabar, bahkan kita tidak tau bagaimana anak si Highman itu”
“bos, aku rasa terjadi sesuatu diantara mereka”
“maksudmu?”
“mungkin ada hubungan spesial, bagaimana kalau kita datangi saja persembunyian Robert?”
“ya, kita serang rumahnya” bos tersenyum.

***

Di rumah Robert,
“selamat ulang tahun” Carla membawa makanan ke meja makan.
Robert tersenyum, “aku gak nyangka, anak manja seperti kamu bisa masak”
“ih, Robert jahat”
“aku bercanda”
Mereka makan bersama.
Robert menatap Carla, ada apa ini? Apa aku menyayanginya? Tapi dia itu sandraku, aku tidak boleh terbawa.
Carla kaget melihat Robert, “Robert, ada apa? Makanannya gak enak ya?”
“enak kok”
“sekarang Robert udah tua dong”
“enak aja, aku baru 29 tahun”
“aku belum 17 tahun”
“empat bulan lagi juga kamu 17 tahun”
Tapi terdengar suara gaduh yang semakin mendekat.
Robert kaget ia bangun dari tempat duduknya dan mengintip lewat jendela, ia melihat 5 mobil mendekat ke rumahnya. “gawat” Robert menatap Carla, “ayo ikut aku”
“kemana?”
“ayo” Robert menarik tangan Carla lalu ia membuka karpet, ternyata di bawah karpet itu terdapat sebuah pintu. Robert membuka pintu dan ruang bawah tanah pun terlihat, “masuklah”
“tapi kamu...”
“cepat masuk, kita tidak punya waktu lagi”
“Robert”
“cepat” Robert mendorong Carla dan menguncinya disana.
“Robert, buka. Robert” Carla mengetuk-ngetuk.
Robert segera menutupnya dengan karpet.
Brak...
Anak buah mafia itu mendobrak pintu rumah Robert.
“selamat siang bos” Robert berbalik dan menatap bosnya.
“mana anak itu?” bos kesal.
“dia kabur”
“benarkah?” bos mendekati Robert, “kau tidak menyembunyikannya kan?” bos melihat ada dua piring yang masih berisi makanan di meja makan.
“dia kabur, aku membuka ikatannya dan mengajak dia makan. Lalu meninggalkannya dan saat aku kembali, dia sudah tidak ada”
Bos tersenyum, “kau pasti bohong” bos menarik kerah baju Robert, “aku mengenalmu sejak kau kecil, mana mungkin kau sebodoh itu” bos melepaskan baju Robert dan berjalan menjauhinya, bos berbalik dan menatap Robert. “kau tidak mencintai anak itu kan?”
“tidak mungkin bos, dia hanya anak kecil”
“ah, tapi bagaimana jika itu benar? Jangan-jangan selama ini kau membohongiku untuk melindunginya”
“tidak bos, sama sekali tidak”
“kau pasti bohongkan?” bos mengeluarkan sebuah pistol dan menembak Robert.
Dor... dor...
Carla mendengar suara itu, “Robert?” Carla panik, “Robert buka pintunya, Robert”
Tapi sekeras apa pun Carla berteriak, tidak akan ada yang bisa mendengarnya. Karena di tempat itu terpasang peredam suara.
Robert jatuh terduduk dan mulutnya mengeluarkan darah, “maafkan aku bos”
“kau memang anak buah kesayanganku, tapi sekarang. Kau tidak berguna lagi bagiku” bos memukul Robert.
Robert tergeletak dan darahnya mulai terlihat di lantai.
Bos tersenyum, “kau sudah tidak berguna lagi sekarang, ayo kita tinggalkan tempat ini”
Mereka pun pergi.
Robert hanya diam tak berdaya.

***

Setelah merasa aman,
Robert membuka matanya, “Carla..” Robert mencoba menggapai karpet dengan cara merangkak, “Carla..” Robert membuka karpet dan ia berusaha membuka kunci.
Carla mendorong pintu itu dan akhirnya pintu terbuka.
Brak...
Carla keluar, “Robert?” Carla kaget melihat keadaan Robert, ia mendekat, “Robert”
“jangan menangis, aku baik-baik saja” Robert yang duduk berusaha tersenyum.
“aku tau kamu bohong” Carla panik melihat darah.
“aku minta maaf”
“kamu gak usah minta maaf” Carla memeluk Robert, “aku sayang padamu”
Robert memberikan Hp Carla, “pergilah, aku tidak mau mereka mendapatkanmu”
“aku tidak akan meninggalkanmu” Carla menangis.
“jangan bodoh”
“aku tidak bodoh, nilaiku selalu bagus di rapot”
Robert tersenyum, “aku sedikit ngantuk, aku ingin tidur” Robert menutup matanya dan kepalanya tersandar ke pundak Carla.
“Robert, Robert?” Carla panik karena Robert tidak bergerak sedikit pun, “Robert” Carla memeluknya erat, “jangan tinggalkan aku Robert” Carla pun teringat pada GPS Danang-Darto, “aku harus mengaktifkannya”

***

Di rumah Carla,
“yaelah pak, kenapa sih bisa masuk angin?” Danang ngerokin Darto.
“aduh Nang, aku kan kecapean. Semalaman aku ngotak-atik GPS kita, kayanya GPS kita emang rusak deh” Darto memperlihatkan Hp-nya kepada Danang.
“ya ampun pak, itu sinyal dari non Carla”
“yang bener Nang?” Darto melihatnya.
Danang juga mengaktifkan GPS-nya, “hore, di aku juga ada. Happy kan? Happy kan pak?”
“ini bukan saatnya happy, cepet hubungi non Carla pake GPS kita”
“emang bisa pak?”
“bisa, GPS kita kan bisa ngapain aja”
“luar biasa”
“biasa diluar, udah cepet”
Mereka menghubungi Carla.
“mas Darto, mas Danang”
“hallo non, non dimana?”
“mas, aku gak tau ada dimana. Cepet kesini mas, temenku luka parah. Dia udah gak sadar, aku takut dia kenapa-kenapa mas”
“iya non, tenang aja. Kami akan segera kesana”

***

Helikopter pribadi tuan Highman pun datang ke rumah Robert, lalu helikoter polisi dan ambulan menyusul.
“non Carla” Danang dan Darto berlari.
Polisi memeriksa TKP dan Robert dibawa ke heli ambulan.
Darto mengajak Carla naik ke helikopter, “ayo non”
“enggak, aku mau ke heli itu sama Robert”
“non, nanti kita akan bertemu dia di rumah sakit. Mendingan non pulang dulu”
“tapi mas”
“udahlah non, ayo. Nanti ayah non marah” Danang merangkul Carla.
“gak mau”
“ya udah, kita langsung ke rumah sakit. Tapi non naik heli yang ini, ok?”
Carla mengangguk.

***
Di rumah sakit,
Carla duduk cemas di ruang tunggu.
“non, dia itu siapa sih?” Danang penasaran, “kok kaya James Bond”
“jaga mesjid sama kebon? Dia itu penjahat Nang” Darto menunjukan identitas Robert lewat Hp-nya.
“Robert bukan penjahat” Carla mau menangis.
“non” mereka cemas.
“percaya padaku”
Mereka diam.

***

Pagi itu,
Robert membuka matanya dan ia tersenyum melihat Carla yang duduk disampingnya.
Carla menangis, “Robert”
“udah, jangan nangis”
“aku kan cemas” Carla memeluk Robert.
“aku kan udah bilang, aku gak apa-apa. Aku cuma tidur”
“cuma tidur? Mas Danang ama mas Darto itu ngedonorin darah buat kamu”
“benarkah?” Robert menatap Carla, “kalau begitu, sampaikan terima kasihku untuk mereka”
Danang dan Darto mengintip dari pintu.
“Nang, apa bener dia penjahat yang sangar?”
“gak tau pak, kok dia ngemanjain non Carla ya?”
Mereka heran.
Carla mengelus Robert, “kamu janjikan gak akan jadi jahat lagi?”
“emangnya aku jahat? Buktinya, aku menyelamatkanmu dari bosku” Robert tersenyum.
“Robert” Carla memeluknya.
Ayah Carla datang, “Carla”
“ayah?” Carla kaget dan melepas pelukannya, ia berdiri.
“ayah senang kamu sudah kembali nak” ayah memeluk Carla.
“aku rindu ayah”
“ayah juga rindu padamu nak”
Robert hanya diam melihat itu.
“bolehkah ayah bicara dengan dia?”
Carla mengangguk dan keluar dengan rasa cemas.
Ayah Carla menatap Robert, “jadi kau yang menculik anakku? Kau kah penjahat yang terkenal itu? Aku melihat Carla begitu dekat denganmu, apa yang kau lakukan pada anakku?”
“aku tidak melakukan apa-apa”
“dengarkan aku, aku tidak suka kau dekat-dekat dengan anakku. Sadarkah kau siapa dirimu?”
“aku tau maksudmu, aku memang bukan orang hebat dan kaya sepertimu”
“ya, bagus jika kau sudah mengerti. Lagi pula Carla itu masih kecil, sadarkah kau Carla terlalu muda bagimu?”
“aku mengerti, kau ingin aku menjauhi Carla kan?”
“bagus, ternyata kau memang pintar. Sebenarnya aku ingin sekali memenjarakanmu, tapi Carla pasti membelamu” ayah Carla pergi.
Robert agak kesal, dasar sombong.

***

Di ruang tunggu,
Carla duduk bersama Danang dan Darto.
Ayah yang baru keluar dari ruang perawatan Robert menatap Carla, “ayo kita pulang”
“tapi ayah, aku mau jagain Robert”
“dia itu penjahat, pasti bisa menjaga dirinya”
“tapi ayah”
“Carla, ikuti perintah ayah” ayah menarik tangan Carla.
Carla menangis, dengan terpaksa ia ikut bersama ayahnya.
Danang dan Darto kasihan melihat Carla, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa.
Mereka pun pergi.

***

Malam itu,
Robert sedang tidur.
Beberapa orang masuk ke ruang perawatannya.
Seseorang meremas infusan Robert, Robert yang merasa sakit, membuka matanya. Ternyata bos mafia dan antek-anteknya ada disana.
“bos?” Robert kaget.
Bos mendekat, “setelah menghianatiku, kau masih berani memanggilku bos?”
“aku tidak..”
Bos memegang luka Robert, “dengar, aku tau kau bohong. Kabar tentang penyelamatan di hutan terdengar diseluruh dunia. Anak itu menangisimu saat kau sekarat” bos melepaskan tangannya dan berjalan menjauh.
Robert menahan sakit pada lukanya.
Dua orang anak buah mafia itu mendekati Robert, salah satu dari mereka menjambak rambut Robert.
“ah” Robert menatapnya.
“katakan dimana anak itu?”
“iya, ayo katakan!”
“aku tidak tau”
“jangan bohong” orang itu memegang luka di pundak kanan Robert.
“iya, jangan bohong. Kau tidak mau matikan?”
“a..aku tidak tau, dia tidak datang kemari”
“oh, kau sekarang sudah berani mengelak?” orang itu terus memegang erat luka di pundak Robert dan menekannya.
Darah mulai terlihat di baju Robert.
“ah, aku sangat senang. Biasanya kau sangat ditakuti oleh anak buah yang lain, tapi sekarang. Aku bisa melukaimu dengan mudah”
“lepaskan dia” bos menatap anak buahnya dan kembali menatap Robert, “sayang sekali kau sangat mengecewakan, kami akan terus mengawasimu. Anak itu pasti akan kemari, sampaikan salamku padanya. Bilang aku akan segera menjemputnya” bos pergi
Anak buahnya pun mengikutinya pergi.
Robert yang kesakitan, mulai cemas.

***

Besoknya,
Carla masuk ke mobil.
“selamat pagi non” Danang masuk dan menutup pintu mobil.
Darto menyalakan mesin.

***

Di jalan,
“mas, jangan ke sekolah dulu ya”
“lho, kenapa non?” Darto yang kaget menatap Carla lewat spion.
“iya non, kenapa?” Danang juga kaget.
“aku ingin melihat Robert”
“tapi non harus sekolah kan?”
“tapi ayah tidak akan mengijinkan aku menemui Robert”
“gimana ini pak?” Danang bingung.
“ya udahlah, kacian”
Mereka pun pergi ke rumah sakit.

***

Di rumah sakit,
Carla masuk ke ruang perawatan Robert, ia kaget melihat Robert duduk di kursi roda dan disana ada dokter. “Robert? Dokter?”
“selamat siang nona” dokter tersenyum.
Robert menatap Carla, “kau tidak sekolah?”
“aku pingin ketemu kamu” Carla memeluk Robert.
“lepaskan aku”
Carla kaget dengan sikap Robert.
“Carla, jika waktunya sekolah. Kau harus sekolah, mengerti?”
“tapi ayah melarang aku menjengukmu, jadi aku terpaksa bolos”
“cepat pergi, kau harus sekolah”
“tapi Robert, sebentar saja”
“aku bilang pergi!” Robert membentaknya.
Carla sedih, “baiklah, aku akan pergi” Carla mencium kening Robert, “aku sayang padamu” ia pun pergi.
Dokter menatap Robert, “kenapa kau bersikap seperti itu?”
“aku takut mereka mengincar Carla” Robert menunduk.
Dokter tau, sebenarnya Robert tidak ingin berbuat seperti itu. “ternyata kau orang yang baik”
Robert menatap dokter dan tersenyum.
“aku tidak mengerti kenapa para mafia itu bisa masuk ke ruang perawatanmu dan membuat lukamu terbuka lagi”
“mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan” Robert menatap dokter, “tidak usah cemas dok, mereka hanya mafia bodoh”
“benarkah? O iya, kau jangan banyak bergerak dulu. Lukamu belum kering”
“aku mengerti, terima kasih banyak”
Dokter meninggalkan Robert.

***

Di sekolah,
Carla sedih dengan apa yang terjadi di rumah sakit, ia pun melamun di dekat gerbang. Kenapa Robert bersikap seperti itu? Apa ini gara-gara ayah? Atau dia menyembunyikan sesuatu dariku?
“non, non Carla” Danang memanggil Carla.
Carla tersenyum dan berlari ke arah mobil.
“mari non” Danang membukakan pintu.
Darto pun menyalakan mesin.

**

Di jalan sepi,
Sebuah mobil menyalip dan berhenti di depan mobil mereka dan ada 2 buah mobil menghimpin di belakang mobil mereka.
Danang dan Darto kaget.
“mas, gimana ini?” Carla takut.
Beberapa orang keluar dari mobil dan mendekat ke mobil mereka, “hey, keluar kalian”
Mereka memaksa Danang dan Darto untuk keluar.
“ampun mas, ampun” Darto takut.
“iya mas-mas yang baik, ampun. Kami gak jahat kok” Danang pasrah.
Beberapa orang mengeluarkan Carla secara paksa dari mobil dan membawanya ke mobil mereka.
“mas Danang, mas Darto. Tolong” Carla berteriak.
Mobil yang membawa Carla pun pergi.
“aduh, non Carla” Darto panik.
“diam kalian, atau akan kami bunuh”
“aduh mas, ampun-ampun” Danang memohon.
Mereka pun naik ke mobil dan meninggalkan Danang dan Darto.
“gimana ini pak? Non Carla diculik” Danang duduk lemas di rumput.
“iya, aku tau. Mana ban mobil kita dikempesin” Darto berbaring pasrah.
“aduh pak, gimana?”
“kita berpencar aja” Darto bangun.
“ok, aku lapor polisi. Pak Ato yang lapor sama tuan Highman”
“enggak ah, kamu yang bilang sama tuan. Aku lapor sama Robert”
“Robert? Tapi kan kakak Robert-nya lagi sakit pak”
“tapi dia pasti tau dimana mereka berada”
“ya udah deh”
Mereka pun pergi meninggalkan mobil.

***

Di sebuah gedung,
Bos mafia itu tersenyum, “akhirnya aku mendapatkanmu”
Carla yang diikat di kursi menangis, “lepaskan aku”
“anak cantik, jangan menangis. Nanti jika ayahmu menebusmu, kau boleh pulang kok”
“tolong”
“diam, jangan menangis terus” bos menjambak Carla.
“ampun, sakit”
“dasar anak bodoh”
Dor...
Seseorang yang datang, menembak salah satu anak buah bos mafia itu.
Mereka kaget.
“Robert?” Carla menatap Robert.
“lepaskan dia” Robert menatap bosnya.
“beraninya kau” bos kesal.
“aku tidak main-main, aku akan menembak kepalamu”
“serang dia”
Beberapa orang mulai menyerang Robert.
Robert tersenyum, ia melepaskan topi dan dasinya. Mereka berkelahi, Robert menjatuhkan mereka dan mengarahkan pistol ke kepala bosnya.
Bos pun mengangkat tangan, “baik aku menyerah, silahkan. Lepaskan sendiri ikatannya” bos menjauhi Carla.
Robert sedikit curiga dan menatap semua anak buah mafia itu.
“kenapa? Kau takut?” bos menatap Robert.
“aku tidak pernah takut padamu” Robert mendekati Carla dan membuka ikatannya.
“Robert”
Mereka berpelukan.
“tenang, aku janji akan membawamu pergi dari sini”
Tapi seseorang memukul luka di pundak Robert.
“ah” Robert jatuh dan pistolnya terlepas.
“hajar dia” bos memberi perintah.
Robert bangun dan langsung fokus untuk melawan mereka.
Carla menyembunyikan pistol Robert yang jatuh agar mereka tidak membawanya dan ia juga mengambil senjata para mafia yang jatuh disekitarnya.
Robert menjatuhkan mereka, “ronde kedua tidak ada apa-apanya” ia merokok.
“kau memang sombong” bos kesal.
Beberapa anak buah mafia itu menembak ke arah Robert.
Robert terus berusaha menghindar dan membawa Carla bersembunyi di balik tembok.
“Robert, kamu gak apa-apa?”
“aku gak apa-apa, diam disini”
“Robert” Carla memberikan pistol-pistol itu kepada Robert, “tadi aku menyembunyikannya dari mereka, bahkan aku mengambil beberapa pistol yang jatuh”
“bagus sekali, kau memang pintar” Robert mencium kening Carla, “pegang satu, aku akan mengambil yang lainnya”
“tapi..”
“kau pasti bisa Carla, diam disini. Jika mereka mendekat, tembak saja” Robert pergi meninggalkan Carla.
Tuhan... lindungi Robert, Carla cemas.
Robert menyerang mereka dengan pistol di kedua tangannya.
Setiap pistol kehabisan peluru, Robert membuangnya dan mengambil yang baru.
Semua jatuh tertembak, tapi Robert tidak menemukan bos mafia itu. “kemana dia?” Robert melihat ke segala arah”
“kau memang hebat Robert, kau telah membunuh mereka semua”
Robert menoleh, ia melihat bos mafia itu memegangi Carla sambil mengarahkan pistol ke kepala Carla.
“Robert” Carla takut.
“lepaskan dia!” Robert kesal.
“lepaskan senjata itu dan aku akan melepaskan anak ini”
“jangan Robert, dia bohong. Dia akan menembakmu”
“diam, apa kau tidak sayang pada nyawamu?” bos menarik pelatuk pistolnya dan tangan kirinya menutupi mulut Carla.
Robert ingat, ia masih menyimpan satu pistol di sakunya. “ok, aku menyerah” Robert menjatuhkan pistol yang ia pegang.
“bagus sekali” bos langsung mengarahkan pistolnya ke kepala Robert dan akan menembaknya.
Carla menggigit tangan kiri bos mafia itu.
“aw” bos melepaskan tangannya dari Carla dan kesal. Ia mengarahkan pistolnya ke arah Carla.
Dor...
Carla menutup matanya.
Brak...
Bos mafia itu jatuh dengan luka tembak tepat di kepalanya.
Carla membuka matanya dan menoleh ke arah Robert.
Robert yang masih mengarahkan pistolnya pun merasa tenang karena ia masih lebih cepat dari bos, jika ia terlambat sedikit saja. Mungkin Carla sudah ditembak.
Carla menangis.
Robert berlari dan memeluk Carla, “sudah, tidak ada yang akan menyakitimu lagi”
“aku takut”
Robert mengerti, Carla tidak terbiasa dengan keadaan seperti itu. “tidak apa-apa, semuanya sudah berakhir” Robert mengelus Carla, “aku janji akan selalu menjagamu”
Para polisi pun datang dan melihat mayat-mayat yang tergeletak.
Danang dan Darto datang.
“ya ampun” Darto langsung menutup matanya.
“ih atut pak, atut” Danang bersembunyi di belakang Darto.
“ih, kamu apa-apaan sih Nang? Aku juga atut” Darto mendorong Danang.
“atut-atut-atut” Danang dan Darto pun berpelukan.
Ayah Carla pun datang, “tangkap dia pak”
Carla kaget mendengar perintah ayahnya itu.
Para polisi pun mengamankan tempat itu dan menangkap Robert.
“ayah, apa yang ayah lakukan?”
“dia itu penjahat, kau tidak cocok dengannya”
Polisi menarik tangan Robert ke belakang dan memborgolnya.
“Robert” Carla memegangi Robert.
“tidak apa-apa, jangan cemaskan aku” Robert tersenyum.
“tapi Robert, Robert” Carla sedih karena polisi membawa Robert.

***

Di rumah,
“aku benci ayah, ayah jahat” Carla berlari ke kamar dan mengunci pintu.
Ayah berteriak di depan kamar Carla, “ayah tidak perduli, yang penting kamu tidak bertemu dengan penjahat itu lagi”
“Robert bukan penjahat”
“benarkan? Dia itu mafia yang sudah membunuh banyak orang”

***

Malamnya,
Danang dan Darto nonton bola di ruang tv.
“pak, kasihan ya non Carla. Pasti sekarang lagi nangis”
“iya Nang, gimana kalau kita samperin?”
“ayo pak”
Danang dan Darto mengetuk pintu kamar Carla.
“non, udah tidur belum?”
“non ini kita, Danang ama Darto”
Carla membuka pintu, “mas Danang, mas Darto” Carla memeluk mereka.
“udah non, jangan nangis terus”
“iya non, kami sayang banget sama non. Kalau non sedih, kami juga sedih”
“mas, ayah gak ada?”
“iya non, tadi udah berangkat ke bandara. Katanya mau ke luar kota pake jet kita”
“jet kita?” Danang kaget, “pak, itu jetnya non Carla. Bukan punya kita”
“ah iya, maaf non”
“gak apa-apa mas” Carla tersenyum, “kalau gitu, besok anter aku ke penjara ya”
“non mau apa?”
“non mau nengok kakak Robert ya?”
Carla mengangguk.
Danang dan Darto bingung.

***

Siang itu,
Di penjara.
“Robert, ada yang ingin bertemu denganmu” pak polisi membuka teralis dan membawa Robert ke sebuah ruangan.
Robert melihat sebuah telepon disampingnya dan kaca didepannya.
Carla yang memegang gagang telepon tersenyum dan menatap Robert dari balik kaca.
Robert mengangkat telpon itu.
“Robert, aku senang bisa melihatmu lagi”
“kenapa kau kemari? Jika ayahmu tau, dia akan memarahimu”
“kamu takut sama ayah?”
“aku tidak takut padanya, aku hanya menghawatirkanmu”
“bagaimana lukamu?”
“lukaku sudah kering, kamu tenang saja”
“aku sayang padamu Robert, aku akan menunggumu bebas”
Robert tersenyum, “kau tidak usah menungguku” Robert ingat tuntutan yang diajukan ayah Carla, yaitu penjara seumur hidup atau hukuman mati.
“kenapa?” Carla sedih, “emangnya kamu gak sayang sama aku?”
Robert menatap Carla, “ikutilah kemauan ayahmu, kau harus jadi anak yang baik”
“tapi Robert”
“aku ini penjahat, apa kau tidak mengerti? Mau jadi apa kau jika bersamaku?”
“tapi bersamamu saja aku sudah senang”
“itu pemikiran yang bodoh, kapan kamu bisa dewasa?”
Air mata Carla menetes.
“jangan temui aku lagi, aku tidak ingin melihat keluarga Highman lagi. Terutama kau!” Robert menutup telponnya dan meminta pak polisi untuk membawanya kembali.
Carla yang masih terdiam, menangis.

***

Beberapa hari kemudian,
Robert sedang melamun, ia memikirkan Carla. Semenjak kejadian itu, mereka memang tidak pernah bertemu lagi.
“Robert” seseorang memanggilnya.
Robert menoleh dan melihat ayah Carla dibalik teralis, Robert kaget.
Polisi pun membukakan teralis dan menyuruh Robert keluar.
“apa aku akan diadili sekarang?”
Pak polisi menjawab, “kau bebas”
“bebas?” Robert menatap ayah Carla, “ada apa?”
“Carla sakit”
“sakit? Apa penyakitnya parah?”
“penyakit Carla berbeda dengan penyakit biasa, dia butuh kamu sekarang. Makanya aku membebaskanmu, kau mau menolongnya kan?”

***

Sesampainya di rumah Carla,
Ayah Carla mengantar Robert ke kamar Carla, “itu Carla”
Robert kaget dan mendekat, “Carla, kamu kenapa?” ia duduk diranjang.
Carla tetap diam dengan tatapan yang kosong.
“Carla” Robert memeluknya, “apa yang terjadi? Kenapa kau jadi seperti ini?”
Ayah Carla menangis dan keluar dari kamar, ia menyesal dengan apa yang telah ia lakukan.
Robert mengelus Carla, “Carla, aku mohon tatap aku”
Carla pingsan.
“Carla” Robert cemas.

***

Setelah di periksa dokter,
“bagaimana dok?”
“jika nona Carla tidak mendapatkan asupan untuk tubuhnya, dia harus di infus. Keadaannya sangat lemah”
Ayah Carla pun keluar dari kamar Carla bersama dokter dan membicarakan tentang kondisi Carla.
Robert duduk dan memegang tangan Carla, “kamu tidak boleh seperti ini, aku tidak mau kehilanganmu”
Air mata Carla menetes.
“aku akan menjagamu disini, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku sayang padamu Carla, maafkan aku” air mata Robert menetes, untuk pertama kalinya ia menangisi seseorang yang berarti untuknya.

***

Pagi itu,
Carla membuka matanya.
“Carla?” Robert tersenyum.
Carla tetap diam dengan tatapan kosongnya.
Robert membangunkan Carla perlahan, “makan dulu ya, kamu gak mau di infuskan? Aku tau kamu takut jarum” Robert membuat duduk Carla nyaman dan mau menyuapinya.
Carla tetap diam.
“Carla, buka mulutmu. Sedikit saja” Robert mendekatkan sendok berisi makanan ke bibir Carla.
Mulut Carla sedikit terbuka.
“bagus” Robert tersenyum, “ayo lagi, kamu harus sembuh”
Danang dan Darto yang mengintip pun menangis.
“kacian non Carla”
“iya pak, mudah-mudahan non Carla cepet sembuh ya”
“amin”
Carla tersedak.
Robert langsung memberi Carla air dan memeluknya, “aku disini Carla, cepatlah sembuh. Aku sedih jika kau begini terus”
“Robert...” Carla menangis.
Robert melepas pelukannnya dan memegang pundak Carla, “aku disini sayang, tatap aku”
Carla yang lemas hanya bisa menangis.
“kenapa kau tidak mau menatapku?” Robert memeluk Carla, “apa kau tidak merasakan kehadiranku? Aku mencintaimu Carla, aku tidak akan memaafkan dirimu jika sesuatu terjadi padamu”
Tapi tatapan Carla tetap kosong.
Robert memberikan obat pada Carla, “minum dulu sayang, biar cepet sembuh”
Carla pun tertidur setelah meminum obat itu.
“sampai kapan kamu seperti ini? Aku sayang padamu, aku akan selalu disampingmu” Robert pun tidur di kursi.

***

Malam itu,
Carla membuka matanya, ia melihat Robert yang tertidur. Carla mengangkat tangannya perlahan dan mengelus kepala Robert, “Robert...”
Robert membuka matanya dan menatap Carla, “Carla?” ia senang Carla menatapnya.
Carla tersenyum.
“Carla” Robert memeluk Carla, “maafkan aku, aku mencintaimu Carla. Aku akan berubah, aku janji aku tidak akan membunuh orang lagi. Aku tidak akan menjadi jahat lagi”
Air mata Carla menetes, “Robert”
“kamu harus cepat sembuh ya, berjanjilah padaku”

***

Beberapa hari kemudian,
Carla bersiap untuk sekolah, ia keluar dari kamar.
“non, udah siap non?” Danang tersenyum.
“iya mas”
“ya udah, mas Darto udah nungguin di mobil”
Carla melihat Robert yang sudah rapi, “Robert, kamu mau kemana?”
“aku mau mencari ayahku”
Sebenarnya Carla sedih kalau Robert akan pergi, tapi dia tidak mau menahan Robert. Karena Carla tau kalau Robert sangat ingin melakukan itu, “hati-hati ya”
Robert tersenyum, “terima kasih kau mau mengerti”
Carla memeluk Robert, “aku sayang padamu”
“aku juga sayang padamu, aku janji. Aku akan kembali setelah aku menemukan ayah”

***

Tiga hari pun berlalu tanpa Robert disamping Carla.
Di sebuah taman, Carla duduk di rerumputan.
“maaf non, saya jemputnya telat” Danang berlari mendekat.
“mas Darto mana?”
“mas Darto sakit non, dia kan tua dan lelah”
“ih mas Danang jahat”
“itu kan fakta non”
“mas beliin es krim ya”
“ok deh” Danang meninggalkan Carla.
Carla tersenyum dan menatap bunga di sekitarnya.
Dua orang asing mendekat.
“hey cantik, sendirian aja”
“kita temenin ya”
“enggak, pergi kalian” Carla takut.
“benari banget kamu” orang itu memegang tangan Carla.
“aduh, sakit”
Danang datang, “lepasin non Carla”
“kamu berani sama kita?” salah satu dari mereka menatap Danang dan mengeluarkan pisau.
“aa..ampun bang, ampun” Danang mengangkat tangannya dan es krim pun jatuh.
“lepaskan tanganmu dari pacarku” Robert datang.
Penjahat itu kaget.
Carla tersenyum, “Robert?”
Danang senang, “ayo lho ada kakak Robert disini, mau apa lho? Berani enggak?”
“tentukan pilihan kalian, pergi atau mati?” Robert menatap para menjahat itu.
Penjahat itu melepaskan tangan Carla, “ampun” ia pergi.
Penjahat yang memegang pisau pun menjatuhkan pisaunya dan lari.
“memalukan sekali, jadi penjahat kok nyalinya kecil” Robert tersenyum dan mendekati Carla, “kamu gak apa-apa sayang?” ia membantu Carla berdiri.
“kamu gak seriuskan?”
“membunuh mereka? Aku kan sudah berjanji padamu untuk menjadi orang baik”
Carla tersenyum dan memeluk Robert, “aku senang kau kembali”
Danang mendekat, “gimana? Ayahnya udah ketemu kakak?”
Robert menggeleng.
Carla cemas, “terus, kamu mau mencarinya kemana? Aku akan membantumu”
“tidak usah, ayahku sudah meninggal. Bos mafia yang ku bunuh itu adalah ayahku”
Carla dan Danang kaget.
Carla mengelus Robert, “kamu yang sabar ya”
“aku gak apa-apa kok, lagian juga aku kan udah punya kamu. Jadi aku yakin semuanya akan lebih baik” Robert merangkul Carla.
“ya udah kakak, ayo kita pulang. Mari non” Danang mengajak mereka ke mobil.
Mereka pun pergi.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar