Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Comedy garing, Crime
Cerita ini hanya
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Seorang pria
berjalan di tempat yang gelap dan masuk ke sebuah ruangan.
Di dalam banyak
orang berjaga.
Seseorang yang duduk
di kursi tersenyum, “akhirnya kau datang juga”
“selamat malam bos”
Bos mafia itu
tersenyum, “kau tau tugasmu saat ini?” ia melempar sebuah foto ke meja.
Orang itu menatap
foto seorang gadis yang dilemparkan ke meja, “kau ingin aku membunuh anak ini?”
pria itu menatap bosnya.
“tidak, aku ingin
kau menculiknya dan membawanya padaku”
***
Di sebuah taman,
Perempuan yang
berada di foto tersebut sedang duduk di rerumputan, ia bernama Carla. Seorang
gadis yang usianya belum menginjak 17 tahun ini, sedang menikmati keindahan
alam disekitarnya.
Seseorang datang
dengan menunggangi kuda putih, dia adalah pangeran yang mencari seorang putri.
Pangeran itu turun
dari kuda dan menghampiri Carla, sambil tersenyum ia memegang tangan Carla dan
membangunkan Carla dari duduknya. Lalu pangeran itu menciumnya.
Carla terdiam
menatap sang pangeran, Pangeran itu tampan tapi terlihat lebih tua darinya.
***
“non, non Carla
bangun non. Non” Danang membangunkan Carla.
“emh..” Carla
membuka matanya, “apaan sih mas Danang?”
“aduh non, ini udah
siang. Entar kalau telat masuk sekolah gimana?”
“ah, kenapa sih
cepet banget siangnya?” Carla bangun dari tempat tidurnya.
“yaelah non, emang
mimpi apa sih?”
“idih, mas Danang
pingin tau aja deh” Carla tersenyum dengan pipi yang memerah.
“cieh cieh, pasti
non mimpi pacaran ya?”
“ih, bukan. Aku
mimpi ketemu pangeran”
“waduh, ayo non
buruan. Mas Darto udah nungguin di mobil tuh”
“iya iya, tapi mas
keluar dulu dong dari kamarku”
“iya non” Danang
keluar dengan malu.
***
Di luar,
Darto sedang memanaskan
mesin mobil.
“pak” Danang
mendekati Darto lewat jendela mobil.
“aduh, lama banget
sih Nang? Liat nih, udah hampir jam setengah delapan. Mana non Carla?”
“itu, lagi
siap-siap. Dia abis mimpi ketemu pangeran, hah wk wk wk” Danang tertawa.
“yaelah” Darto
heran.
“selamat pagi”
Carla mendekat.
“mari non, masuk ke
mobil” Danang membukakan pintu mobil.
Darto pun
menjalankan mobilnya.
***
Di perjalan,
“kenapa sih kalau
kemana-mana aku harus sama kalian?” Carla yang duduk di belakang menatap Danang
dan Darto.
Danang menoleh, “yaelah
non, kan kita ditugasin buat jagain enon sama tuan besar”
“sekalian jadi
supir juga” Darto menambahkan.
“gak seru ah, aku
kan udah gede”
“tapi non belum
bisa dapet SIM kan?” Darto tersenyum.
“ah, mas Darto”
***
Sesampainya di
sekolah,
Danang membukakan
pintu mobil untuk Carla, “non mau dianterin ke kelas?”
“gak usah mas, aku
bisa sendiri”
“kita bakal
tungguin enon disini ya” Darto tersenyum.
“gak usah, hari ini
aku ada ekskul. Pulangnya sore”
“oke deh, kalau
gitu jangan lupa aktifin GPS khusus DanangDarto ya, biar kita bisa ngelacak
enon”
“iya iya, mas
Danang cerewet banget si”
“yaelah non, kan
ini demi kebaikan enon juga”
“ya udah deh, aku
masuk dulu ya. Dah mas Danang, dah mas Darto” Carla masuk ke sekolah sambil
menon-aktifkan GPS aneh itu.
Darto tersenyum,
“Nang, non Carla makin gede makin cantik ya”
“iyalah pak, masa
ganteng?”
“???”
“hehe, hah wk wk wk”
Mereka pun pergi.
***
Hari mulai
menjelang malam,
Carla keluar dari
sekolah, “ya ampun, sepi banget” ia mulai cemas, Carla pun mengeluarkan Hp-nya
dan menelpon Danang.
Belum sempat
tersambung, tiba-tiba seseorang membekamnya dari belakang.
“emh...” Carla
pingsan.
***
Saat Carla terbangun,
ia kaget karena berada di tempat asing dan ia terikat di sebuah kursi.
“selamat datang,
nona Highman” seorang pria yang wajahnya terhalang topeng ski menatap Carla.
“emh...” Carla
tidak bisa bicara karena mulutnya di lakban, “emh”
“jangan menangis,
aku hanya meminjammu sebentar” pria itu mendekat, “aku janji akan melepaskanmu,
jika mendapat tebusan yang pantas. Tapi” pria itu mengeluarkan pistol dan
mendekatkannya ke kepala Carla.
“emh...” Carla
semakin takut.
“jika ayahmu yang
kaya itu tidak menebusmu, jangan harap kau bisa lulus dari sekolahmu. Karena
kau akan mati di tanganku”
Carla semakin
menangis.
Pria itu menyimpan
pistolnya dan mengambil sebotol minuman, ia duduk di depan Carla.
Carla terus
menatapnya.
Pria itu mendekat
dan membuka topeng yang menutupi wajahnya, “kenapa kau menatapku seperti itu?”
Carla terdiam
melihat pria itu, karena wajahnya mirip dengan seseorang di mimpi Carla. Pangeran?
“hey, kenapa malah
bengong?”
“emh..”
“aku lupa, mulutmu
kan di lakban ya” pria itu membuka lakban di mulut Carla dengan kasar.
“aw, sakit tau”
Carla kesal.
“terus, kamu mau
apa?”
Carla menatap pria
itu dan berteriak, “tolong, tolong. Aku diculik, tolong”
“anak bodoh, disini
tidak akan ada yang mendengarmu. Ini persembunyianku, tidak ada yang pernah
mengetahui tempat ini kecuali bosku”
“kamu jahat” Carla
menangis dan terus berteriak.
Lama-kelamaan, pria
itu tidak tahan dengan teriakan Carla.
“cukup” pria itu
membentaknya, “kamu ini, nangis sambil teriak-teriak. Ini sudah hampir dua jam,
kepalaku pusing tau”
“aku tidak akan
berhenti berteriak karena kamu jahat” Carla terus teriak.
“cukup” pria itu
kesal.
Tapi Carla malah
semakin kencang.
“baik-baik, aku
menyerah. Tolong jangan berteriak lagi”
Carla tersenyum,
“kalau gitu, kamu harus lepasin aku”
“enak saja” pria
itu minum.
“kok kamu minum
yang gitu terus sih? Alkohol itu gak bagus buat kesehatan”
“peduli apa kau?”
Carla menunduk
sedih, “kamu kan pangeran yang ada di mimpiku, aku gak mau pangeranku suka
mabuk”
“pangeran?” pria
itu tertawa.
Carla menangis, dia
sangat mempercayai mimpi itu. Tapi ternyata pangeran itu adalah seorang
penjahat yang menculiknya dan tidak berperasaan. “kenapa harus kamu yang nyulik
aku?” ia sangat sedih.
Pria itu menatap
Carla dengan aneh, “kenapa kau menangis lagi?”
“aku sedih, soalnya
kamu gak sebaik di mimpi aku”
“jadi kamu beneran
mimpiin aku?”
“semenjak kelas
tiga SMA, aku selalu memimpikanmu. Pangeran yang datang dengan sebuah kuda
putih dan melamarku di taman yang indah”
Pria itu tertawa
lagi.
“aku serius”
Dengan terpaksa, pria
itu mendengarkan semua cerita Carla sampai selesai.
***
Tiga jam kemudian,
“udah selesai
ceritanya?”
“udah” Carla polos.
“bagus, kita
kembali ke posisi kita semula. Aku adalah penjahat kejam dan kau adalah seorang
sandra, jadi takutlah padaku”
“aku gak takut”
“apa?”
“aku kan udah
bilang, kamu itu pangeranku. Masa aku takut? Emang sih, tadinya takut. Tapi
sekarang enggak, lepasin aku dong” Carla tersenyum dan memperlihatkan mata
berkilaunya, “ya pangeran ya, please”
Pria itu menutup
wajah Carla dengan telapak tangannya, “kau pikir aku akan tergoda oleh pancaran
matamu itu?”
“pangeran kok gitu
sih? Kamu jahat” Carla mau menangis.
“e..eh.. stop, jangan
menangis” pria itu takut Carla berteriak lagi.
“kalau gitu,
lepasin aku”
“gak akan, kita
baru bertemu dan aku yakin. Kamu akan kabur jika aku melepaskanmu”
“kalau gitu, kita
kenalan aja yu”
Pria itu merasa semakin
aneh dengan tingkah Carla.
“ayo kenalan”
“iya iya” pria itu
dengan terpaksa mengikuti kemauan Carla.
“namaku Carla, kamu
siapa?”
“Robert, kau tau
salah satu penjahat yang tidak pernah diketahui wajah dan persembunyiannya? Itu
adalah aku”
“jadi kau anak buah
seorang mafia?”
“ya, begitulah”
Robert minum lagi.
“Robert, jangan
minum terus”
“kau bukan
siapa-siapaku, tidak usah mengaturku”
“Robert jahat”
“ok, aku tidak akan
minum ini” Robert melempar botol minuman itu ke sudut.
Preng..
Botol pun pecah.
“Robert kok kasar
sih?”
Anak ini menyebalkan sekali, jika dia bukan anak
orang kaya. Sudahku bunuh dia sejak tadi,
Robert kesal.
“Robert, aku
ngantuk. Pengen tidur”
“ya udah, tidur”
“masa di kursi?
Diiket lagi, aku kan pengen bobo di kasur” Carla menatap sebuah tempat tidur.
“enak saja, itu
tempat tidurku”
“kalau aku sakit
gimana? Disini dingin banget, aku harus pake selimut”
“jelas disini
dingin, ini kan di tengah hutan di atas gunung di...”
“jangan bicara berlebihan
begitu” Carla cemberut, “ya udah, aku ikutin kamu aja” Carla pun mulai menutup
matanya.
Ah.. syukurlah anak aneh itu tidur juga,
Robert agak kewalahan.
***
Di rumah Carla,
Semua panik.
Darto duduk di sofa
dengan wajah seriusnya dan Danang mondar-mandir di depan Darto.
“aduh gimana ini
pak? Non Carla belum pulang juga” Danang cemas.
“iya, kita harus
bilang apa sama tuan besar?” Darto pun bingung.
“pak, kenapa
susah-susah pak? Kan kita punya program Hp bikinan kita pak, yang super
canggih”
“iya juga”
“ini saatnya kita
memakai”
“GPS Danang-Darto”
dengan kompak mereka mengeluarkan HP.
Darto pun mulai
mengaktifkannya dan mencari keberadaan Carla.
“pak, gimana pak?”
“aduh Nang, aduh.
Gak ada”
“aphaaah?”
***
Pagi itu,
Di rumah Robert,
Robert bangun dari
tempat tidurnya dan melihat Carla masih tertidur di kursi, “dasar cewek manja,
pemalas” Robert mendekat, “hey bangun, hey” Robert kesal karena Carla terus
tidur, “hey, bangun” Robert memegang kedua pipi Carla, tapi ia terdiam. Robert
kaget karena Carla panas, Robert memegang kening Carla, “aduh, kenapa pake
deman segala sih?” Robert membuka ikatan Carla dan mengangkatnya ke kasur,
“kamu itu bener-bener ngerepotin ya, pantesan belum pernah ada penjahat yang
nyulik kamu” Robert menatap Carla dengan kesal.
“Ro..bert...”
“yah, dia ngigo
lagi. Jangan-jangan dia masih menganggap aku pangeran, bener-bener cewek aneh”
Robert pergi.
“Robert...”
Robert pun kembali sambil
membawa kompresan, lalu ia mengompres kening Carla.
“Robert...”
Robert menatap Carla,
“eh, kenapa kamu manggil aku terus sih? Emang aku siapanya kamu?” dengan
terpaksa Robert mengelusnya, Robert menatap Carla dan menarik nafas. “kamu
harus cepet sembuh, aku repon kalau kamu sakit”
Hp Robert berbunyi.
“hallo” Robert
mengangkatnya.
“bagaimana dengan
tugasmu?”
“aku berhasil, anak
itu ada padaku”
“bagus, kapan kau
akan membawanya kemari?”
Robert menatap
Carla, “aku tidak bisa membawanya sekarang, dia sakit”
“sakit?”
“keadaannya lemah,
jika dia mati kita juga yang repot kan?”
“ok, sikapmu aneh.
Tapi alasannya agak masuk akal”
Robert menutup
telponnya, tiba-tiba ia merasa tidak tega pada Carla. Ada apa denganku?
***
Kabar hilangnya
Carla pun sampai ke telinga ayah Carla, ia langsung pulang dari luar negeri
demi mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Di rumah, ayah
Carla marah besar.
“maaf tuan, itu
memang salah kami” Danang takut.
“iya tuan, maaf
beribu-ribu maaf” Darto menunduk.
“kalian itu
bagaimana sih? Kan aku sudah bilang, jaga Carla baik-baik”
“kami sangat
menyesal tuan”
“pokoknya, kalian
harus mencari Carla sampai ketemu. Bila perlu, beritau seluruh dunia jika
anakku hilang”
“siap tuan”
***
Sore itu,
Di rumah Robert.
Carla membuka
matanya, ia melihat Robert sedang duduk disampingnya. Carla sangat senang,
“Robert?” ia tersenyum.
“ngapain
senyum-senyum? Serem tau gak?”
“kamu kok gitu
terus sih sama aku?”
“emangnya aku harus
gimana?” Robert membalikan kompresan di kening Carla.
“ya ampun, kamu so
sweet banget sih?” Carla tersenyum.
“eh, ini tuh
terpaksa. Kalau kamu mati, aku gak akan dapet duit”
“Robert kok gitu?”
“mulai lagi dia”
“mulai apa? Robert,
kepalaku sakit”
“ya jelas sakit,
orang kamu demam”
“kamu kok kasar
terus? Kamu gak sayang sama aku?”
“aku tidak perlu
menjawab itu kan?”
“Robert, aku lapar”
“kamu pikir aku mau
nyariin kamu makan?”
“Robert jahat”
Carla menangis.
“e..eh, iya iya.
Aku ambil makanan dulu” Robert pergi dan kembali membawa sebungkus makanan.
“suapin ya”
“enak aja, makan
sendiri”
“kalau gitu, aku
gak mau makan”
“ya udah, mendingan
aku aja yang makan” Robert membuka bungkus makanannya.
Carla sedih dan
diam.
Robert menatapnya,
“baiklah, ayo buka mulutmu”
“jangan gede-gede
dong”
“kan biar cepet
abis, jadi aku gak usah lama-lama nyuapin kamu” Robert menahan emosinya, anak ini menyebalkan sekali. Lama-lama aku
bisa gila menghadapinya, lebih baik aku berkelahi dengan sepuluh orang daripada
harus menghadapi dia.
***
Di kantor polisi,
Pak polisi
memeriksa berkas yang ada di mejanya, “kami rasa, anak tuan diculik oleh mafia”
“mafia?” ayah Carla
yang sedang duduk kaget.
“ya ampun” Darto yang
berdiri cemas.
“aduh gimana ini
pak? Gimana pak?” Danang yang cemas menarik-narik baju Darto.
“ih, kamu ngapain
sih Nang?” Darto menatap Danang.
***
Malamnya,
Robert membuka
bajunya.
“ih.. Robert, kamu
ngapain sih?”
“ngapain-ngapain,
aku mau tidur” Robert mengambil baju dari lemari.
Carla melihat tatoo
di tubuh Robert, “kok kamu pake tatoo sih?”
“emangnya kenapa?”
Robert mulai kesal.
“entar tatoonya
dilaser ya, biar ilang”
“terserah” Robert
yang kesal memakai bajunya dan tidur di sofa.
“Robert, kok kamu
tidur sih? Aku kan gak ada teman”
Robert tidak menghiraukan
Carla dan tetap menutup matanya.
“Robert” Carla
kesal dan memaksakan diri untuk tidur.
***
Besoknya,
Darto sedang asyik
mengotak-atik Hp-nya di sofa.
“pak Ato, lagi apa
sih pak Ato?” Danang melihat Darto.
“ini Nang, aku lagi
nyoba nyari non Carla pake GPS kita”
“terus hasilnya
gimana pak?”
“belum ada Nang,
nih liat”
“jangan-jangan non
Carla gak ngaktifin GPS kita pak”
“iya juga ya”
“gawat”
Mereka saling
tatap.
***
Di rumah Robert,
Carla bangun dari
tempat tidurnya, ia melihat Robert sedang duduk sambil menghisap Rokok.
“Robert”
Robert menatap
Carla dan kembali tidak memperdulikannya.
Carla berdiri dan
mendekati Robert, ia duduk disamping Robert. “kamu kok ngerokok sih?”
Robert menatap
Carla, “kamu itu banyak komentar ya? Aku gak boleh minumlah, aku gak boleh pake
tatoo. Gak boleh ngerokok, apa lagi?”
“aku kan cuma
pingin..”
“apa? Nyiksa aku?”
“maaf” Carla
melihat sebuah foto, “ini siapa?” Carla memegang foto itu.
“jangan sentuh” Robert
merebutnya dengan kasar.
“aku kan cuma
nanya” Carla menunduk.
Robert menahan
emosinya, “ini foto ibuku, mereka bilang. Ibuku meninggal saat melahirkanku”
“ayahmu?”
“aku tidak tau”
“terus kamu tinggal
sama siapa?”
“itu bukan urusanmu
kan?”
“kamu sendirian
ya?” Carla memeluk Robert, “jangan sedih ya, sekarangkan aku ada disini”
Robert melepas
pelukan Carla, “siapa yang sedih?”
“jangan bohong”
“siapa yang bohong?”
“berarti kamu belum
pernah ngerayain ulang tahun kamu dong?”
“untuk apa
dirayakan? Aku tidak punya siapa-siapa”
Carla sedih, “aku
sayang padamu, aku mau ngerayain ulang tahun kamu”
“apa?” Robert
kaget, anak ini benar-benar aneh. “eh, kamu itu gila ya? Aku ini
penjahat yang nyulik kamu”
“tapikan kamu
pangeranku”
“ah, terserahlah”
Robert berdiri.
“Robert” Carla
memegang tangan Robert.
Robert menatapnya.
“apa tulisan
dibelakang foto itu adalah tanggal lahirmu?”
Hp Robert berbunyi.
Robert
mengangkatnya dan sedikit menjauh dari Carla, “hallo”
“bagaimana dengan
anak itu?”
Robert menatap
Carla, “aku akan kesana bos” Robert menyimpan hp-nya ke saku.
“Robert, kamu mau
kemana?”
“aku ada misi, kamu
jangan kemana-mana ya” Robert menatap Carla dengan tatapan yang berbeda.
Carla terdiam.
“heh, kamu denger
gak?”
“iya aku denger,
lagian tadi tatapanmu aneh. Kaya agak sedikit khawatir, aku kan jadi deg-degan”
“yang aneh itu
kamu” Robert keluar dan mengunci pintunya.
Carla ingat, “ya
ampun, hp-ku dimana ya?”
***
Di sebuah gedung,
Robert menghadap
bosnya.
“mana anak itu? Aku
kan memintamu untuk membawanya” bos yang duduk menatap Robert dengan kesal.
“maaf bos, dia..”
“alasan,
jangan-jangan selama ini kau bohong padaku?”
“bos, aku
benar-benar sudah menculiknya”
“lalu kenapa kau
tidak membawanya kemari?”
“dia masih sakit”
“begitukah?” bos bangun
dari tempat duduknya dan mendekati Robert.
“benar bos”
Bos mengeluarkan
sebuah pistol.
Dak..
Bos memukul kening
kiri Robert dengan pistolnya.
Robert menahan
sakit dan keningnya membiru.
“kau itu yang
terbaik, jangan kecewakan aku. Apa kau lupa? Sejak kau masih menjadi bayi yang
tidak berdaya, aku yang merawatmu. Ingat itu Robert” bos pergi.
Robert berbalik dan
keluar dari sana, tapi salah satu anak buah bos menghadangnya.
“kau mau apa?” Robert
menatapnya.
Orang tiba-tiba
menyerang Robert.
Robert memegang
tangan orang itu dan memelintirnya lalu menarik tangan orang itu ke belakang.
“aw”
Robert berbisik,
“aku diam karena aku menghargai bos, tapi jangan harap aku diam jika menghadapi
orang seperti kau” Robert melepaskan orang itu dan pergi.
***
Saat kembali ke
rumah,
Robert membuka
pintu.
“Robert, kamu udah
pulang?” Carla senang, tapi ia kaget melihat kening Robert. “kamu kenapa?”
“gak apa-apa”
“Robert” Carla
menangis.
“sudahlah, aku
pusing. Jangan ganggu aku, aku ingin tidur” Robert melempar topinya dan
berbaring di sofa.
Carla mendekat.
“mau apa kamu?”
“mengobatimu”
Melihat Carla yang
sedih, Robert bangun. “udah, jangan nangis”
Carla memeluk
Robert, “aku sayang sama kamu”
Robert mau melepas
pelukan Carla, tapi dia memilih untuk diam.
***
Di rumah Carla,
Darto masih
mengutak-atik Hp-nya di kasur.
“jangan-jangan
program GPS bikinan kita rusak pak” Danang yang sedang mengelap kaca matanya, menatap
Darto.
“Nang liat Nang,
Nang cepetan” Darto histeris.
“apaan sih pak?”
Danang penasaran.
“ini, ada film baru
di bioskop”
“yah si bapak,
dikirain ada berita tentang non Carla”
***
Malam itu,
Robert yang tidur
di sofa membuka matanya, ia melihat Carla tidur di kursi yang ada di dekatnya.
“Carla?” Robert bangun.
Carla terbangun, “Robert,
ada apa? Kepalamu sakit?”
“kamu kok tidur
disini?”
“aku kan pingin
jagain kamu”
“enggak, nanti kamu
sakit lagi kaya waktu itu”
“tapi..”
“Carla, tidur di
kasur”
***
Pagi itu,
Robert sedang duduk
sambil menghisap rokok.
“Robert, rokoknya
buang ya” Carla mendekat.
Robert menatap
Carla dan mematikan rokoknya, “ada apa?”
Carla tersenyum dan
duduk disamping Robert, “kenapa sih kamu suka ngelamun?”
Robert tersenyum,
“emangnya kenapa?”
“aku itu khawatir
banget sama kamu, jangan jadi penjahat lagi ya”
“permintaan macam
apa itu?”
“tidak ada orang
yang terlahir untuk menjadi jahatkan? Lagi pula, aku takut kamu terluka”
“Carla, hidup itu
dekat dengan kematian”
“jadi bagimu, hidup
itu tidak berarti?”
“ibuku meninggal
saat melahirkanku dan aku tidak mengetahui siapa ayahku, apa hidup seperti itu
indah?”
“tapi sekarangkan
ada aku”
Robert tersenyum.
“aku juga punya 2
bodyguard yang merangkap jadi supir, namanya mas Danang dan mas Darto. Mereka
itu baik, kocak banget”
“ayahmu?”
“ayah selalu sibuk
dengan pekerjaannya dan kau tau sendiri kalau ibuku sudah meninggal”
“seluruh dunia tau
itu” Robert mengelus Carla.
Carla terdiam
menatap Robert.
***
Di gedung,
Bos mafia itu
sangat marah dan menendang sebuah guci besar yang ada di dekatnya, “apa-apaan
dia? Sudah hampir dua minggu dia tidak memberi kabar, bahkan kita tidak tau
bagaimana anak si Highman itu”
“bos, aku rasa
terjadi sesuatu diantara mereka”
“maksudmu?”
“mungkin ada
hubungan spesial, bagaimana kalau kita datangi saja persembunyian Robert?”
“ya, kita serang
rumahnya” bos tersenyum.
***
Di rumah Robert,
“selamat ulang
tahun” Carla membawa makanan ke meja makan.
Robert tersenyum,
“aku gak nyangka, anak manja seperti kamu bisa masak”
“ih, Robert jahat”
“aku bercanda”
Mereka makan
bersama.
Robert menatap
Carla, ada apa ini? Apa aku
menyayanginya? Tapi dia itu sandraku, aku tidak boleh terbawa.
Carla kaget melihat
Robert, “Robert, ada apa? Makanannya gak enak ya?”
“enak kok”
“sekarang Robert
udah tua dong”
“enak aja, aku baru
29 tahun”
“aku belum 17
tahun”
“empat bulan lagi
juga kamu 17 tahun”
Tapi terdengar
suara gaduh yang semakin mendekat.
Robert kaget ia
bangun dari tempat duduknya dan mengintip lewat jendela, ia melihat 5 mobil
mendekat ke rumahnya. “gawat” Robert menatap Carla, “ayo ikut aku”
“kemana?”
“ayo” Robert
menarik tangan Carla lalu ia membuka karpet, ternyata di bawah karpet itu
terdapat sebuah pintu. Robert membuka pintu dan ruang bawah tanah pun terlihat,
“masuklah”
“tapi kamu...”
“cepat masuk, kita
tidak punya waktu lagi”
“Robert”
“cepat” Robert
mendorong Carla dan menguncinya disana.
“Robert, buka.
Robert” Carla mengetuk-ngetuk.
Robert segera
menutupnya dengan karpet.
Brak...
Anak buah mafia itu
mendobrak pintu rumah Robert.
“selamat siang bos”
Robert berbalik dan menatap bosnya.
“mana anak itu?”
bos kesal.
“dia kabur”
“benarkah?” bos
mendekati Robert, “kau tidak menyembunyikannya kan?” bos melihat ada dua piring
yang masih berisi makanan di meja makan.
“dia kabur, aku
membuka ikatannya dan mengajak dia makan. Lalu meninggalkannya dan saat aku
kembali, dia sudah tidak ada”
Bos tersenyum, “kau
pasti bohong” bos menarik kerah baju Robert, “aku mengenalmu sejak kau kecil,
mana mungkin kau sebodoh itu” bos melepaskan baju Robert dan berjalan
menjauhinya, bos berbalik dan menatap Robert. “kau tidak mencintai anak itu
kan?”
“tidak mungkin bos,
dia hanya anak kecil”
“ah, tapi bagaimana
jika itu benar? Jangan-jangan selama ini kau membohongiku untuk melindunginya”
“tidak bos, sama
sekali tidak”
“kau pasti
bohongkan?” bos mengeluarkan sebuah pistol dan menembak Robert.
Dor... dor...
Carla mendengar
suara itu, “Robert?” Carla panik, “Robert buka pintunya, Robert”
Tapi sekeras apa
pun Carla berteriak, tidak akan ada yang bisa mendengarnya. Karena di tempat
itu terpasang peredam suara.
Robert jatuh
terduduk dan mulutnya mengeluarkan darah, “maafkan aku bos”
“kau memang anak
buah kesayanganku, tapi sekarang. Kau tidak berguna lagi bagiku” bos memukul
Robert.
Robert tergeletak
dan darahnya mulai terlihat di lantai.
Bos tersenyum, “kau
sudah tidak berguna lagi sekarang, ayo kita tinggalkan tempat ini”
Mereka pun pergi.
Robert hanya diam
tak berdaya.
***
Setelah merasa aman,
Robert membuka
matanya, “Carla..” Robert mencoba menggapai karpet dengan cara merangkak,
“Carla..” Robert membuka karpet dan ia berusaha membuka kunci.
Carla mendorong
pintu itu dan akhirnya pintu terbuka.
Brak...
Carla keluar,
“Robert?” Carla kaget melihat keadaan Robert, ia mendekat, “Robert”
“jangan menangis,
aku baik-baik saja” Robert yang duduk berusaha tersenyum.
“aku tau kamu
bohong” Carla panik melihat darah.
“aku minta maaf”
“kamu gak usah
minta maaf” Carla memeluk Robert, “aku sayang padamu”
Robert memberikan
Hp Carla, “pergilah, aku tidak mau mereka mendapatkanmu”
“aku tidak akan
meninggalkanmu” Carla menangis.
“jangan bodoh”
“aku tidak bodoh,
nilaiku selalu bagus di rapot”
Robert tersenyum, “aku
sedikit ngantuk, aku ingin tidur” Robert menutup matanya dan kepalanya
tersandar ke pundak Carla.
“Robert, Robert?”
Carla panik karena Robert tidak bergerak sedikit pun, “Robert” Carla memeluknya
erat, “jangan tinggalkan aku Robert” Carla pun teringat pada GPS Danang-Darto,
“aku harus mengaktifkannya”
***
Di rumah Carla,
“yaelah pak, kenapa
sih bisa masuk angin?” Danang ngerokin Darto.
“aduh Nang, aku kan
kecapean. Semalaman aku ngotak-atik GPS kita, kayanya GPS kita emang rusak deh”
Darto memperlihatkan Hp-nya kepada Danang.
“ya ampun pak, itu
sinyal dari non Carla”
“yang bener Nang?”
Darto melihatnya.
Danang juga
mengaktifkan GPS-nya, “hore, di aku juga ada. Happy kan? Happy kan pak?”
“ini bukan saatnya
happy, cepet hubungi non Carla pake GPS kita”
“emang bisa pak?”
“bisa, GPS kita kan
bisa ngapain aja”
“luar biasa”
“biasa diluar, udah
cepet”
Mereka menghubungi
Carla.
“mas Darto, mas
Danang”
“hallo non, non
dimana?”
“mas, aku gak tau
ada dimana. Cepet kesini mas, temenku luka parah. Dia udah gak sadar, aku takut
dia kenapa-kenapa mas”
“iya non, tenang
aja. Kami akan segera kesana”
***
Helikopter pribadi
tuan Highman pun datang ke rumah Robert, lalu helikoter polisi dan ambulan
menyusul.
“non Carla” Danang
dan Darto berlari.
Polisi memeriksa
TKP dan Robert dibawa ke heli ambulan.
Darto mengajak
Carla naik ke helikopter, “ayo non”
“enggak, aku mau ke
heli itu sama Robert”
“non, nanti kita
akan bertemu dia di rumah sakit. Mendingan non pulang dulu”
“tapi mas”
“udahlah non, ayo.
Nanti ayah non marah” Danang merangkul Carla.
“gak mau”
“ya udah, kita
langsung ke rumah sakit. Tapi non naik heli yang ini, ok?”
Carla mengangguk.
***
Di rumah sakit,
Carla duduk cemas
di ruang tunggu.
“non, dia itu siapa
sih?” Danang penasaran, “kok kaya James Bond”
“jaga mesjid sama
kebon? Dia itu penjahat Nang” Darto menunjukan identitas Robert lewat Hp-nya.
“Robert bukan
penjahat” Carla mau menangis.
“non” mereka cemas.
“percaya padaku”
Mereka diam.
***
Pagi itu,
Robert membuka
matanya dan ia tersenyum melihat Carla yang duduk disampingnya.
Carla menangis,
“Robert”
“udah, jangan
nangis”
“aku kan cemas”
Carla memeluk Robert.
“aku kan udah
bilang, aku gak apa-apa. Aku cuma tidur”
“cuma tidur? Mas
Danang ama mas Darto itu ngedonorin darah buat kamu”
“benarkah?” Robert
menatap Carla, “kalau begitu, sampaikan terima kasihku untuk mereka”
Danang dan Darto
mengintip dari pintu.
“Nang, apa bener
dia penjahat yang sangar?”
“gak tau pak, kok
dia ngemanjain non Carla ya?”
Mereka heran.
Carla mengelus
Robert, “kamu janjikan gak akan jadi jahat lagi?”
“emangnya aku
jahat? Buktinya, aku menyelamatkanmu dari bosku” Robert tersenyum.
“Robert” Carla
memeluknya.
Ayah Carla datang,
“Carla”
“ayah?” Carla kaget
dan melepas pelukannya, ia berdiri.
“ayah senang kamu
sudah kembali nak” ayah memeluk Carla.
“aku rindu ayah”
“ayah juga rindu
padamu nak”
Robert hanya diam
melihat itu.
“bolehkah ayah
bicara dengan dia?”
Carla mengangguk
dan keluar dengan rasa cemas.
Ayah Carla menatap
Robert, “jadi kau yang menculik anakku? Kau kah penjahat yang terkenal itu? Aku
melihat Carla begitu dekat denganmu, apa yang kau lakukan pada anakku?”
“aku tidak
melakukan apa-apa”
“dengarkan aku, aku
tidak suka kau dekat-dekat dengan anakku. Sadarkah kau siapa dirimu?”
“aku tau maksudmu,
aku memang bukan orang hebat dan kaya sepertimu”
“ya, bagus jika kau
sudah mengerti. Lagi pula Carla itu masih kecil, sadarkah kau Carla terlalu
muda bagimu?”
“aku mengerti, kau
ingin aku menjauhi Carla kan?”
“bagus, ternyata
kau memang pintar. Sebenarnya aku ingin sekali memenjarakanmu, tapi Carla pasti
membelamu” ayah Carla pergi.
Robert agak kesal, dasar sombong.
***
Di ruang tunggu,
Carla duduk bersama
Danang dan Darto.
Ayah yang baru
keluar dari ruang perawatan Robert menatap Carla, “ayo kita pulang”
“tapi ayah, aku mau
jagain Robert”
“dia itu penjahat,
pasti bisa menjaga dirinya”
“tapi ayah”
“Carla, ikuti
perintah ayah” ayah menarik tangan Carla.
Carla menangis,
dengan terpaksa ia ikut bersama ayahnya.
Danang dan Darto
kasihan melihat Carla, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa.
Mereka pun pergi.
***
Malam itu,
Robert sedang
tidur.
Beberapa orang
masuk ke ruang perawatannya.
Seseorang meremas
infusan Robert, Robert yang merasa sakit, membuka matanya. Ternyata bos mafia
dan antek-anteknya ada disana.
“bos?” Robert
kaget.
Bos mendekat, “setelah
menghianatiku, kau masih berani memanggilku bos?”
“aku tidak..”
Bos memegang luka
Robert, “dengar, aku tau kau bohong. Kabar tentang penyelamatan di hutan
terdengar diseluruh dunia. Anak itu menangisimu saat kau sekarat” bos
melepaskan tangannya dan berjalan menjauh.
Robert menahan
sakit pada lukanya.
Dua orang anak buah
mafia itu mendekati Robert, salah satu dari mereka menjambak rambut Robert.
“ah” Robert
menatapnya.
“katakan dimana
anak itu?”
“iya, ayo katakan!”
“aku tidak tau”
“jangan bohong”
orang itu memegang luka di pundak kanan Robert.
“iya, jangan
bohong. Kau tidak mau matikan?”
“a..aku tidak tau,
dia tidak datang kemari”
“oh, kau sekarang
sudah berani mengelak?” orang itu terus memegang erat luka di pundak Robert dan
menekannya.
Darah mulai
terlihat di baju Robert.
“ah, aku sangat
senang. Biasanya kau sangat ditakuti oleh anak buah yang lain, tapi sekarang.
Aku bisa melukaimu dengan mudah”
“lepaskan dia” bos
menatap anak buahnya dan kembali menatap Robert, “sayang sekali kau sangat
mengecewakan, kami akan terus mengawasimu. Anak itu pasti akan kemari,
sampaikan salamku padanya. Bilang aku akan segera menjemputnya” bos pergi
Anak buahnya pun
mengikutinya pergi.
Robert yang kesakitan,
mulai cemas.
***
Besoknya,
Carla masuk ke
mobil.
“selamat pagi non”
Danang masuk dan menutup pintu mobil.
Darto menyalakan
mesin.
***
Di jalan,
“mas, jangan ke
sekolah dulu ya”
“lho, kenapa non?”
Darto yang kaget menatap Carla lewat spion.
“iya non, kenapa?”
Danang juga kaget.
“aku ingin melihat
Robert”
“tapi non harus
sekolah kan?”
“tapi ayah tidak
akan mengijinkan aku menemui Robert”
“gimana ini pak?”
Danang bingung.
“ya udahlah, kacian”
Mereka pun pergi ke
rumah sakit.
***
Di rumah sakit,
Carla masuk ke
ruang perawatan Robert, ia kaget melihat Robert duduk di kursi roda dan disana
ada dokter. “Robert? Dokter?”
“selamat siang
nona” dokter tersenyum.
Robert menatap
Carla, “kau tidak sekolah?”
“aku pingin ketemu
kamu” Carla memeluk Robert.
“lepaskan aku”
Carla kaget dengan
sikap Robert.
“Carla, jika
waktunya sekolah. Kau harus sekolah, mengerti?”
“tapi ayah melarang
aku menjengukmu, jadi aku terpaksa bolos”
“cepat pergi, kau
harus sekolah”
“tapi Robert,
sebentar saja”
“aku bilang pergi!”
Robert membentaknya.
Carla sedih,
“baiklah, aku akan pergi” Carla mencium kening Robert, “aku sayang padamu” ia
pun pergi.
Dokter menatap
Robert, “kenapa kau bersikap seperti itu?”
“aku takut mereka
mengincar Carla” Robert menunduk.
Dokter tau,
sebenarnya Robert tidak ingin berbuat seperti itu. “ternyata kau orang yang
baik”
Robert menatap
dokter dan tersenyum.
“aku tidak mengerti
kenapa para mafia itu bisa masuk ke ruang perawatanmu dan membuat lukamu terbuka
lagi”
“mereka bisa
melakukan apa saja yang mereka inginkan” Robert menatap dokter, “tidak usah
cemas dok, mereka hanya mafia bodoh”
“benarkah? O iya,
kau jangan banyak bergerak dulu. Lukamu belum kering”
“aku mengerti,
terima kasih banyak”
Dokter meninggalkan
Robert.
***
Di sekolah,
Carla sedih dengan
apa yang terjadi di rumah sakit, ia pun melamun di dekat gerbang. Kenapa Robert bersikap seperti itu? Apa ini
gara-gara ayah? Atau dia menyembunyikan sesuatu dariku?
“non, non Carla”
Danang memanggil Carla.
Carla tersenyum dan
berlari ke arah mobil.
“mari non” Danang
membukakan pintu.
Darto pun
menyalakan mesin.
**
Di jalan sepi,
Sebuah mobil
menyalip dan berhenti di depan mobil mereka dan ada 2 buah mobil menghimpin di
belakang mobil mereka.
Danang dan Darto
kaget.
“mas, gimana ini?”
Carla takut.
Beberapa orang
keluar dari mobil dan mendekat ke mobil mereka, “hey, keluar kalian”
Mereka memaksa
Danang dan Darto untuk keluar.
“ampun mas, ampun”
Darto takut.
“iya mas-mas yang
baik, ampun. Kami gak jahat kok” Danang pasrah.
Beberapa orang
mengeluarkan Carla secara paksa dari mobil dan membawanya ke mobil mereka.
“mas Danang, mas
Darto. Tolong” Carla berteriak.
Mobil yang membawa
Carla pun pergi.
“aduh, non Carla”
Darto panik.
“diam kalian, atau
akan kami bunuh”
“aduh mas,
ampun-ampun” Danang memohon.
Mereka pun naik ke
mobil dan meninggalkan Danang dan Darto.
“gimana ini pak?
Non Carla diculik” Danang duduk lemas di rumput.
“iya, aku tau. Mana
ban mobil kita dikempesin” Darto berbaring pasrah.
“aduh pak, gimana?”
“kita berpencar
aja” Darto bangun.
“ok, aku lapor
polisi. Pak Ato yang lapor sama tuan Highman”
“enggak ah, kamu
yang bilang sama tuan. Aku lapor sama Robert”
“Robert? Tapi kan
kakak Robert-nya lagi sakit pak”
“tapi dia pasti tau
dimana mereka berada”
“ya udah deh”
Mereka pun pergi
meninggalkan mobil.
***
Di sebuah gedung,
Bos mafia itu
tersenyum, “akhirnya aku mendapatkanmu”
Carla yang diikat
di kursi menangis, “lepaskan aku”
“anak cantik,
jangan menangis. Nanti jika ayahmu menebusmu, kau boleh pulang kok”
“tolong”
“diam, jangan
menangis terus” bos menjambak Carla.
“ampun, sakit”
“dasar anak bodoh”
Dor...
Seseorang yang
datang, menembak salah satu anak buah bos mafia itu.
Mereka kaget.
“Robert?” Carla
menatap Robert.
“lepaskan dia”
Robert menatap bosnya.
“beraninya kau” bos
kesal.
“aku tidak
main-main, aku akan menembak kepalamu”
“serang dia”
Beberapa orang
mulai menyerang Robert.
Robert tersenyum,
ia melepaskan topi dan dasinya. Mereka berkelahi, Robert menjatuhkan mereka dan
mengarahkan pistol ke kepala bosnya.
Bos pun mengangkat
tangan, “baik aku menyerah, silahkan. Lepaskan sendiri ikatannya” bos menjauhi
Carla.
Robert sedikit
curiga dan menatap semua anak buah mafia itu.
“kenapa? Kau
takut?” bos menatap Robert.
“aku tidak pernah
takut padamu” Robert mendekati Carla dan membuka ikatannya.
“Robert”
Mereka berpelukan.
“tenang, aku janji
akan membawamu pergi dari sini”
Tapi seseorang
memukul luka di pundak Robert.
“ah” Robert jatuh
dan pistolnya terlepas.
“hajar dia” bos
memberi perintah.
Robert bangun dan
langsung fokus untuk melawan mereka.
Carla
menyembunyikan pistol Robert yang jatuh agar mereka tidak membawanya dan ia
juga mengambil senjata para mafia yang jatuh disekitarnya.
Robert menjatuhkan
mereka, “ronde kedua tidak ada apa-apanya” ia merokok.
“kau memang
sombong” bos kesal.
Beberapa anak buah
mafia itu menembak ke arah Robert.
Robert terus
berusaha menghindar dan membawa Carla bersembunyi di balik tembok.
“Robert, kamu gak
apa-apa?”
“aku gak apa-apa,
diam disini”
“Robert” Carla
memberikan pistol-pistol itu kepada Robert, “tadi aku menyembunyikannya dari
mereka, bahkan aku mengambil beberapa pistol yang jatuh”
“bagus sekali, kau
memang pintar” Robert mencium kening Carla, “pegang satu, aku akan mengambil
yang lainnya”
“tapi..”
“kau pasti bisa
Carla, diam disini. Jika mereka mendekat, tembak saja” Robert pergi
meninggalkan Carla.
Tuhan... lindungi Robert, Carla
cemas.
Robert menyerang
mereka dengan pistol di kedua tangannya.
Setiap pistol
kehabisan peluru, Robert membuangnya dan mengambil yang baru.
Semua jatuh
tertembak, tapi Robert tidak menemukan bos mafia itu. “kemana dia?” Robert
melihat ke segala arah”
“kau memang hebat
Robert, kau telah membunuh mereka semua”
Robert menoleh, ia
melihat bos mafia itu memegangi Carla sambil mengarahkan pistol ke kepala
Carla.
“Robert” Carla
takut.
“lepaskan dia!”
Robert kesal.
“lepaskan senjata
itu dan aku akan melepaskan anak ini”
“jangan Robert, dia
bohong. Dia akan menembakmu”
“diam, apa kau
tidak sayang pada nyawamu?” bos menarik pelatuk pistolnya dan tangan kirinya
menutupi mulut Carla.
Robert ingat, ia
masih menyimpan satu pistol di sakunya. “ok, aku menyerah” Robert menjatuhkan
pistol yang ia pegang.
“bagus sekali” bos
langsung mengarahkan pistolnya ke kepala Robert dan akan menembaknya.
Carla menggigit
tangan kiri bos mafia itu.
“aw” bos melepaskan
tangannya dari Carla dan kesal. Ia mengarahkan pistolnya ke arah Carla.
Dor...
Carla menutup
matanya.
Brak...
Bos mafia itu jatuh
dengan luka tembak tepat di kepalanya.
Carla membuka
matanya dan menoleh ke arah Robert.
Robert yang masih
mengarahkan pistolnya pun merasa tenang karena ia masih lebih cepat dari bos,
jika ia terlambat sedikit saja. Mungkin Carla sudah ditembak.
Carla menangis.
Robert berlari dan
memeluk Carla, “sudah, tidak ada yang akan menyakitimu lagi”
“aku takut”
Robert mengerti,
Carla tidak terbiasa dengan keadaan seperti itu. “tidak apa-apa, semuanya sudah
berakhir” Robert mengelus Carla, “aku janji akan selalu menjagamu”
Para polisi pun
datang dan melihat mayat-mayat yang tergeletak.
Danang dan Darto
datang.
“ya ampun” Darto
langsung menutup matanya.
“ih atut pak, atut”
Danang bersembunyi di belakang Darto.
“ih, kamu apa-apaan
sih Nang? Aku juga atut” Darto mendorong Danang.
“atut-atut-atut”
Danang dan Darto pun berpelukan.
Ayah Carla pun
datang, “tangkap dia pak”
Carla kaget
mendengar perintah ayahnya itu.
Para polisi pun
mengamankan tempat itu dan menangkap Robert.
“ayah, apa yang
ayah lakukan?”
“dia itu penjahat,
kau tidak cocok dengannya”
Polisi menarik
tangan Robert ke belakang dan memborgolnya.
“Robert” Carla
memegangi Robert.
“tidak apa-apa,
jangan cemaskan aku” Robert tersenyum.
“tapi Robert,
Robert” Carla sedih karena polisi membawa Robert.
***
Di rumah,
“aku benci ayah,
ayah jahat” Carla berlari ke kamar dan mengunci pintu.
Ayah berteriak di
depan kamar Carla, “ayah tidak perduli, yang penting kamu tidak bertemu dengan
penjahat itu lagi”
“Robert bukan
penjahat”
“benarkan? Dia itu
mafia yang sudah membunuh banyak orang”
***
Malamnya,
Danang dan Darto
nonton bola di ruang tv.
“pak, kasihan ya
non Carla. Pasti sekarang lagi nangis”
“iya Nang, gimana
kalau kita samperin?”
“ayo pak”
Danang dan Darto
mengetuk pintu kamar Carla.
“non, udah tidur
belum?”
“non ini kita,
Danang ama Darto”
Carla membuka
pintu, “mas Danang, mas Darto” Carla memeluk mereka.
“udah non, jangan
nangis terus”
“iya non, kami
sayang banget sama non. Kalau non sedih, kami juga sedih”
“mas, ayah gak
ada?”
“iya non, tadi udah
berangkat ke bandara. Katanya mau ke luar kota pake jet kita”
“jet kita?” Danang
kaget, “pak, itu jetnya non Carla. Bukan punya kita”
“ah iya, maaf non”
“gak apa-apa mas”
Carla tersenyum, “kalau gitu, besok anter aku ke penjara ya”
“non mau apa?”
“non mau nengok kakak
Robert ya?”
Carla mengangguk.
Danang dan Darto
bingung.
***
Siang itu,
Di penjara.
“Robert, ada yang
ingin bertemu denganmu” pak polisi membuka teralis dan membawa Robert ke sebuah
ruangan.
Robert melihat
sebuah telepon disampingnya dan kaca didepannya.
Carla yang memegang
gagang telepon tersenyum dan menatap Robert dari balik kaca.
Robert mengangkat
telpon itu.
“Robert, aku senang
bisa melihatmu lagi”
“kenapa kau kemari?
Jika ayahmu tau, dia akan memarahimu”
“kamu takut sama
ayah?”
“aku tidak takut
padanya, aku hanya menghawatirkanmu”
“bagaimana lukamu?”
“lukaku sudah
kering, kamu tenang saja”
“aku sayang padamu
Robert, aku akan menunggumu bebas”
Robert tersenyum,
“kau tidak usah menungguku” Robert ingat tuntutan yang diajukan ayah Carla,
yaitu penjara seumur hidup atau hukuman mati.
“kenapa?” Carla
sedih, “emangnya kamu gak sayang sama aku?”
Robert menatap
Carla, “ikutilah kemauan ayahmu, kau harus jadi anak yang baik”
“tapi Robert”
“aku ini penjahat,
apa kau tidak mengerti? Mau jadi apa kau jika bersamaku?”
“tapi bersamamu
saja aku sudah senang”
“itu pemikiran yang
bodoh, kapan kamu bisa dewasa?”
Air mata Carla
menetes.
“jangan temui aku
lagi, aku tidak ingin melihat keluarga Highman lagi. Terutama kau!” Robert
menutup telponnya dan meminta pak polisi untuk membawanya kembali.
Carla yang masih
terdiam, menangis.
***
Beberapa hari
kemudian,
Robert sedang
melamun, ia memikirkan Carla. Semenjak kejadian itu, mereka memang tidak pernah
bertemu lagi.
“Robert” seseorang
memanggilnya.
Robert menoleh dan
melihat ayah Carla dibalik teralis, Robert kaget.
Polisi pun
membukakan teralis dan menyuruh Robert keluar.
“apa aku akan
diadili sekarang?”
Pak polisi
menjawab, “kau bebas”
“bebas?” Robert
menatap ayah Carla, “ada apa?”
“Carla sakit”
“sakit? Apa
penyakitnya parah?”
“penyakit Carla
berbeda dengan penyakit biasa, dia butuh kamu sekarang. Makanya aku
membebaskanmu, kau mau menolongnya kan?”
***
Sesampainya di
rumah Carla,
Ayah Carla
mengantar Robert ke kamar Carla, “itu Carla”
Robert kaget dan
mendekat, “Carla, kamu kenapa?” ia duduk diranjang.
Carla tetap diam
dengan tatapan yang kosong.
“Carla” Robert
memeluknya, “apa yang terjadi? Kenapa kau jadi seperti ini?”
Ayah Carla menangis
dan keluar dari kamar, ia menyesal dengan apa yang telah ia lakukan.
Robert mengelus
Carla, “Carla, aku mohon tatap aku”
Carla pingsan.
“Carla” Robert
cemas.
***
Setelah di periksa
dokter,
“bagaimana dok?”
“jika nona Carla
tidak mendapatkan asupan untuk tubuhnya, dia harus di infus. Keadaannya sangat
lemah”
Ayah Carla pun
keluar dari kamar Carla bersama dokter dan membicarakan tentang kondisi Carla.
Robert duduk dan
memegang tangan Carla, “kamu tidak boleh seperti ini, aku tidak mau
kehilanganmu”
Air mata Carla
menetes.
“aku akan menjagamu
disini, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku sayang padamu Carla, maafkan aku”
air mata Robert menetes, untuk pertama kalinya ia menangisi seseorang yang
berarti untuknya.
***
Pagi itu,
Carla membuka
matanya.
“Carla?” Robert
tersenyum.
Carla tetap diam
dengan tatapan kosongnya.
Robert membangunkan
Carla perlahan, “makan dulu ya, kamu gak mau di infuskan? Aku tau kamu takut jarum”
Robert membuat duduk Carla nyaman dan mau menyuapinya.
Carla tetap diam.
“Carla, buka
mulutmu. Sedikit saja” Robert mendekatkan sendok berisi makanan ke bibir Carla.
Mulut Carla sedikit
terbuka.
“bagus” Robert
tersenyum, “ayo lagi, kamu harus sembuh”
Danang dan Darto
yang mengintip pun menangis.
“kacian non Carla”
“iya pak,
mudah-mudahan non Carla cepet sembuh ya”
“amin”
Carla tersedak.
Robert langsung
memberi Carla air dan memeluknya, “aku disini Carla, cepatlah sembuh. Aku sedih
jika kau begini terus”
“Robert...” Carla
menangis.
Robert melepas
pelukannnya dan memegang pundak Carla, “aku disini sayang, tatap aku”
Carla yang lemas
hanya bisa menangis.
“kenapa kau tidak
mau menatapku?” Robert memeluk Carla, “apa kau tidak merasakan kehadiranku? Aku
mencintaimu Carla, aku tidak akan memaafkan dirimu jika sesuatu terjadi padamu”
Tapi tatapan Carla
tetap kosong.
Robert memberikan
obat pada Carla, “minum dulu sayang, biar cepet sembuh”
Carla pun tertidur
setelah meminum obat itu.
“sampai kapan kamu
seperti ini? Aku sayang padamu, aku akan selalu disampingmu” Robert pun tidur
di kursi.
***
Malam itu,
Carla membuka
matanya, ia melihat Robert yang tertidur. Carla mengangkat tangannya perlahan
dan mengelus kepala Robert, “Robert...”
Robert membuka
matanya dan menatap Carla, “Carla?” ia senang Carla menatapnya.
Carla tersenyum.
“Carla” Robert
memeluk Carla, “maafkan aku, aku mencintaimu Carla. Aku akan berubah, aku janji
aku tidak akan membunuh orang lagi. Aku tidak akan menjadi jahat lagi”
Air mata Carla menetes,
“Robert”
“kamu harus cepat
sembuh ya, berjanjilah padaku”
***
Beberapa hari
kemudian,
Carla bersiap untuk
sekolah, ia keluar dari kamar.
“non, udah siap
non?” Danang tersenyum.
“iya mas”
“ya udah, mas Darto
udah nungguin di mobil”
Carla melihat Robert
yang sudah rapi, “Robert, kamu mau kemana?”
“aku mau mencari
ayahku”
Sebenarnya Carla
sedih kalau Robert akan pergi, tapi dia tidak mau menahan Robert. Karena Carla
tau kalau Robert sangat ingin melakukan itu, “hati-hati ya”
Robert tersenyum, “terima
kasih kau mau mengerti”
Carla memeluk
Robert, “aku sayang padamu”
“aku juga sayang
padamu, aku janji. Aku akan kembali setelah aku menemukan ayah”
***
Tiga hari pun
berlalu tanpa Robert disamping Carla.
Di sebuah taman,
Carla duduk di rerumputan.
“maaf non, saya
jemputnya telat” Danang berlari mendekat.
“mas Darto mana?”
“mas Darto sakit
non, dia kan tua dan lelah”
“ih mas Danang
jahat”
“itu kan fakta non”
“mas beliin es krim
ya”
“ok deh” Danang
meninggalkan Carla.
Carla tersenyum dan
menatap bunga di sekitarnya.
Dua orang asing
mendekat.
“hey cantik,
sendirian aja”
“kita temenin ya”
“enggak, pergi
kalian” Carla takut.
“benari banget
kamu” orang itu memegang tangan Carla.
“aduh, sakit”
Danang datang,
“lepasin non Carla”
“kamu berani sama
kita?” salah satu dari mereka menatap Danang dan mengeluarkan pisau.
“aa..ampun bang,
ampun” Danang mengangkat tangannya dan es krim pun jatuh.
“lepaskan tanganmu
dari pacarku” Robert datang.
Penjahat itu kaget.
Carla tersenyum,
“Robert?”
Danang senang, “ayo
lho ada kakak Robert disini, mau apa lho? Berani enggak?”
“tentukan pilihan
kalian, pergi atau mati?” Robert menatap para menjahat itu.
Penjahat itu
melepaskan tangan Carla, “ampun” ia pergi.
Penjahat yang
memegang pisau pun menjatuhkan pisaunya dan lari.
“memalukan sekali,
jadi penjahat kok nyalinya kecil” Robert tersenyum dan mendekati Carla, “kamu
gak apa-apa sayang?” ia membantu Carla berdiri.
“kamu gak
seriuskan?”
“membunuh mereka?
Aku kan sudah berjanji padamu untuk menjadi orang baik”
Carla tersenyum dan
memeluk Robert, “aku senang kau kembali”
Danang mendekat,
“gimana? Ayahnya udah ketemu kakak?”
Robert menggeleng.
Carla cemas,
“terus, kamu mau mencarinya kemana? Aku akan membantumu”
“tidak usah, ayahku
sudah meninggal. Bos mafia yang ku bunuh itu adalah ayahku”
Carla dan Danang
kaget.
Carla mengelus
Robert, “kamu yang sabar ya”
“aku gak apa-apa
kok, lagian juga aku kan udah punya kamu. Jadi aku yakin semuanya akan lebih
baik” Robert merangkul Carla.
“ya udah kakak, ayo
kita pulang. Mari non” Danang mengajak mereka ke mobil.
Mereka pun pergi.
The End
___
Thank’s for
reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar