Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre:
Supranatural, Romance
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Suatu malam,
Seorang pria berdiri di
atas gedung tinggi, ia menatap ke bawah. Pria itu melihat kendaraan yang berlalu
lalang di jalan, ia menutup matanya dan melompat.
***
Di sebuah rumah sakit
jiwa,
“dokter Gyu”
Sunggyu menoleh.
“anda yakin akan menemui
perempuan itu?”
“ya, sebagai dokter jiwa,
Itu sudah kewajibanku”
“tapi dia punya kekuatan
aneh dok, perempuan itu berkali-kali melukai orang lain”
“percayalah padaku,
hal-hal seperti itu tidak ada di dunia nyata. Aku akan buktikan padamu, dia
hanya seorang wanita yang terganggu jiwanya” Sunggyu tersenyum.
Pagi itu,
Sunggyu datang ke sebuah
rumah, ia pun mulai mengetuk pintu. “permisi”
“ya, sebentar” seorang
perempuan membuka pintunya.
“nona Elisa?”
Elisa terdiam, “siapa
kau?”
“a..aku Sunggyu, dokter
jiwa”
“kau fikir aku gila?”
“maaf nona, dengarkan aku.
Mungkin orang lain mengira kau punya kekuatan magis atau semacamnya sehingga
mereka menjauhimu, tapi aku datang kesini untuk membantumu”
“bohong, kau menganggapku
gila sehingga kau datang kemari”
“nona, tolong”
Tiba-tiba, sebuah pot
bungga melayang di belakang Sunggyu. Sunggyu merasakan ada yang aneh, ia
menoleh dan kaget melihat itu.
“pergilah, sebelum kau
berakhir sama seperti yang lain”
“kau... kau benar-benar?”
“pergi kataku!” Elisa
berteriak.
Sunggyu pun langsung
berlari ke mobil dan pergi.
Elisa menutup pintunya.
Pot bunga itu jatuh dan
pecah berantakan.
Di dalam rumah,
Elisa menangis, “Tuhan...
kenapa kau berikan kutukan ini padaku?”
Di mobil,
Sunggyu benar-benar masih
tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Bertahun-tahun menjadi dokter jiwa,
Sunggyu tidak pernah percaya hal-hal diluar nalar. Ia hanya percaya hal-hal
yang logis. Namun sekarang, dia menyaksikan sendiri bahwa hal seperti itu
memanglah nyata.
“ya Tuhan...” Sunggyu
masih binggung.
Besoknya,
Elisa sedang berjalan
melewati taman, semua orang menjauhinya. Para ibu menarik anaknya dan memeluk
mereka.
Elisa merasa terasing
dengan hal itu, ia melihat ke sekitar dengan bingung dan sedih.
Seorang pria berteriak,
“pergilah penyihir”
“aku bukan penyihir” Elisa
menatap pria itu.
Tiba-tiba, sebuah pohon
tumbang dan mau menimpa pria itu.
“argh” pria itu berteriak
dan lari, tapi sayangnya ia terlambat dan kakinya tertimpa. “ah”
Elisa kaget dan takut, ia
pun berlari.
“awas kau penyihir”
Di rumah Elisa,
Elisa menutup pintu dan
duduk dengan lelah, “ya Tuhan... kenapa semua ini harus terjadi?”
Preng...
Sebuah batu membuat kaca
jendela pecah.
Elisa kaget, ia berdiri
dan mengintip. Ternyata orang-orang sudah berkumpul di depan rumah Elisa.
“penyihir, keluar kau!”
“cepat keluar, monster!”
“usir dia, usir!”
Elisa bingung harus
bagaimana.
“keluar kau Elisa, atau
kami bakar rumahmu”
Elisa menatap foto seorang
pria dan mengambilnya ke dalam saku, ia pun keluar dengan pasrah.
“serang!”
Beberapa orang mendekat ke
arah Elisa.
Elisa panik, apa lagi ia
melihat ada orang yang memegang obor untuk membakarnya bersama rumahnya.
Tapi tiba-tiba, selang air
di halaman Elisa bergerak dan menyemburkan air sehingga obor yang mereka pegang
padam.
“ya Tuhan...” orang-orang
yang berada disana kaget.
Elisa pun tidak percaya
dengan apa yang terjadi, selang itu mengikat orang-orang yang akan menyerang
Elisa.
“pergi kalian, aku tidak
mau ada yang terluka” Elisa menatap orang-orang itu.
“dia memang benar-benar
penyihir, ayo usir dia” mereka semakin ramai.
Elisa masuk ke rumah dan
mereka pun membakar rumah Elisa, api mulai menyala.
“api akan membakar
penyihir itu, ayo kita pergi” mereka pun meninggalkan rumah Elisa.
Di dalam rumah,
Elisa mulai sesak, “ya
Tuhan... apa aku akan mati sekarang?”
Tiba-tiba, sebagian api
padam dan membuat jalan ke arah pintu belakang.
Elisa kaget, tapi ia tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu dan berlari keluar.
Setelah Elisa pergi, rumah
itu pun hangus terbakar.
“ya Tuhan...” Elisa
benar-benar tidak percaya dengan yang baru saja terjadi.
Polisi dan pemadam
kebakaran pun datang, Elisa pergi meninggalkan tempat itu.
Di rumah Sunggyu,
Sunggyu terdiam mendengar
kabar jika rumah Elisa dibakar massa, mereka tidak menemukan jasad Elisa tapi
mereka yakin, Elisa sudah mati. Karena penyihir takut terhadap api.
“ya Tuhan...” Sunggyu
mematikan tv-nya dan pergi.
***
Di jalan,
“aku harus kemana
sekarang?” Elisa duduk di pinggir jalan dan melihat foto pria yang ia bawa di
sakunya, “Robert, aku rindu padamu. Kapan kita bisa bertemu lagi? Sedang apa
kau disana?”
Tiba-tiba, lampu jalan
yang mati menjadi terang dan menerangi Elisa.
Elisa tersenyum, “terima
kasih Tuhan...”
Sebuah mobil berhenti di
dekat Elisa, Elisa kaget dan menyimpan foto itu kembali ke sakunya.
Sunggyu keluar dari mobil
itu, “Elisa”
“kau?”
Lampu jalan meledak dan
kembali padam.
“tenang, jangan marah”
Sunggyu khawatir.
“mau apa kau?”
“aku kira kau benar-benar
sudah mati”
“apa kau juga menginginkan
itu?”
“tidak tidak, tenanglah
Elisa. Aku kesini untuk membantumu, ok?”
Elisa menatap Sunggyu.
“dengar, aku percaya kau
tidak gila. Aku berterima kasih padamu telah membuatku sadar tentang...”
“tentang apa?”
“sudahlah, pokoknya aku
kesini untuk membantumu. Ok?”
Elisa mengangguk.
“bagus, ayo”
Mereka masuk ke mobil.
Di rumah Sunggyu,
“ini kamarmu,
beristirahatlah”
Elisa menatap Sunggyu.
“tenang, aku tidak akan
macam-macam. Jika kau butuh sesuatu, kamarku ada di atas”
“terima kasih” Elisa
menutup pintu kamarnya.
“ok” Sunggyu pun pergi,
tapi ia tiba-tiba jatuh. “aduh” ia menoleh, “sejak kapan skateboard-ku ada
disini?”
Sunggyu pun menyimpan
skateboard itu ke tempat semula.
Besoknya,
Elisa melamun, ia ingat
saat orang tua Robert memisahkan mereka.
“tidak
bu, aku mencintainya”
Para
pengawal memegangi Robert dan membawanya masuk ke mobil.
“tidak”
Robert berteriak, “Elisa” ia menatap Elisa dengan sedih. Robert berusaha
melepaskan diri, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Robert”
Elisa berteriak.
Ibu
Robert mendekati Elisa, “kamu itu gak pantes buat Robert. Aku punya calon yang
jauh lebih baik, lebih cantik dan sederajat” ibu Robert masuk ke mobil.
Mobil
mereka pun pergi.
Sejak saat itu, Elisa tidak
pernah melihat Robert lagi.
Menjalin hubungan dengan
Robert memanglah sulit, mereka harus backstreet selama di SMA. Namun rasa cinta
yang ada pada diri mereka, membuat semuanya menjadi mudah dan indah. Sampai
akhirnya, mereka harus dipisahkan oleh orang tua Robert.
Air mata Elisa menetes.
“Elisa” Sunggyu masuk.
Elisa kaget dan menoleh.
Tiba-tiba, sebuah bola
basket jatuh menimpa kepala Sunggyu.
“aduh”
“kenapa kamu gak ketuk
pintu dulu?”
“maaf, apa gara-gara ini
kamu jatuhin bola ke kepalaku?”
“aku disini, lagian bola
itu kan dari atas”
Sebuah vas bunga sudah
mulai bergerak.
“ok ok, aku minta maaf.
Aku cuma mau ngasih tau kalau sarapan sudah siap, gak ada yang lain”
“ok” Elisa mendekati
Sunggyu.
Sunggyu sedikit takut.
Vas bunga itu pun tak
bergerak lagi.
Di ruang makan,
“kepala kamu gak apa-apa
kan?” Elisa menatap Sunggyu.
“enggak-enggak, kamu
tenang aja” Sunggyu tersenyum, tapi di dalam hatinya. Enggak apa-apa gimana? Orang benjol juga, dasar cewek aneh.
“kamu gak berfikir yang
macam-macam kan?”
Beberapa pisau mulai
bergerak dan mengarah ke arah Sunggyu.
“e..engak, beneran”
Sunggyu panik.
Elisa kembali makan.
Tapi pisau-pisau itu masih
mengarah pada Sunggyu.
“E..Elisa”
“ada apa?”
“apa kau bisa menolongku?”
“menolong apa? Tidak ada
apa-apa disini”
“pisau-pisau itu”
“pisau?” Elisa menoleh ke
arah pisau.
Pisau-pisau itu langsung
tak bergerak.
Elisa kembali menatap
Sunggyu dan tersenyum.
***
Malamnya,
“Elisa” Sunggyu mendekati
Elisa yang duduk di sofa.
“hey” Elisa tersenyum,
“kau sudah pulang?”
“ya, untunglah hari ini
aku tidak lembur”
Elisa kembali menunduk.
“kamu kenapa?”
Elisa menatap Sunggyu.
“a..aku tidak bermaksud
ikut campur, aku hanya...”
Elisa kembali menunduk,
“aku rindu pacarku”
“pacarmu? Apa dia juga
memiliki kekuatan sepertimu?”
“tidak, kami sama-sama
orang normal” Elisa menatap Sunggyu dengan tajam.
“maaf-maaf, aku tidak
bermaksud seperti itu”
“kami berpisah setelah
lulus SMA”
Sunggyu menatap Elisa,
“jadi, sudah berapa lama kalian berpisah?”
“satu tahun, Robert kuliah
ke Kanada”
“Kanada?” Sunggyu kaget.
“ada apa?”
“dulu aku kuliah di Kanada
juga”
“benarkah?”
“ya, setelah lulus, aku
pernah bekerja dua tahun disana. Mungkin aku bisa membantumu, besok aku akan
menghubungi beberapa universitas yang ada disana”
“sungguh?”
“ya” Sunggyu tersenyum, “aku
sudah bilang jika aku akan membantumu kan? Sekarang kita adalah teman, karena
bagiku, kau bukanlah orang yang bermasalah dan membutuhkan dokter jiwa”
“terima kasih”
Di kamar,
Elisa kembali teringat
pada Robert.
Di
taman sekolah,
Elisa
sedang duduk berdua bersama Robert.
“Elisa,
mungkin aku akan kuliah di Kanada setelah lulus nanti”
“apa?”
Elisa menatap Robert.
“iya,
maafkan aku”
“tapi
Robert, apa kau mau meninggalkan aku begitu saja?”
“jika
bisa memilih, aku akan memilih bersamamu. Tapi ibu sudah mulai curiga dengan
hubungan kita, ibu selalu melarangku untuk bertemu denganmu. Aku
sungguh-sungguh minta maaf”
Elisa
menangis, “tapi kita masih bisa bertemu jika kau pulang kemari, kita juga bisa
menggunakan video call kan?”
“ibu
akan ikut pindah kesana”
“jadi?”
“aku
tidak akan pernah kembali kesini”
Elisa
semakin sedih.
Robert
memeluk Elisa, “maafkan aku sayang, aku juga tidak mau berpisah. Tapi aku tidak
bisa berbuat apa-apa”
“jangan
pergi Robert” Elisa memeluk Robert erat.
Air mata Elisa kembali
menetes, ia melihat foto Robert dan menciumnya.
Besoknya,
Sunggyu pergi ke rumah
sakit center yang ada di kota, ia masuk dan berjalan ke ruang kepala rumah
sakit. Disana begitu banyak pasien yang ia lewati.
“ya Tuhan... rumah sakit
ini benar-benar sibuk”
Di ruang kepala rumah
sakit,
“jadi aku sudah menjadi
dokter tetap di rumah sakit jiwa itu? Terima kasih pak”
“tidak usah berterima
kasih, kau memang dokter yang baik. Pekerjaanmu bagus”
Sunggyu keluar dengan
bahagia, “syukurlah”
***
Di rumah,
Elisa menatap foto Robert,
“semoga Sunggyu mendapatkan alamatmu di Kanada”
Sunggyu datang.
Elisa menyimpan foto
Robert ke sakunya.
“selamat malam Elisa”
Sunggyu duduk di sofa.
“bagaimana Gyu?”
“aku tidak menemukannya,
aku rasa, dia tidak ada di Kanada”
Elisa terdiam dan menunduk,
ia sudah berharap banyak tentang Robert.
“Elisa” Sunggyu mendekati
Elisa, “maafkan aku”
“itu bukan salahmu, justru
aku berterima kasih karena kau sudah menolongku sejauh ini” Elisa menangis.
Sunggyu memeluk Elisa,
“jangan menangis”
Tiba-tiba, barang-barang
disekitar mereka berjatuhan dan pecah.
“ya Tuhan... apa yang
terjadi?” Sunggyu melepas pelukannya.
Elisa pun kaget.
Sebuah pecahan botol yang
tajam melayang ke arah Sunggyu.
“awas” Elisa mendorong
Sunggyu.
Preng...
Pecahan botol itu jatuh ke
lantai.
Sunggyu jatuh dan menatap
Elisa, “apa yang kau lakukan?”
“aku menolongmu dari
pecahan botol itu”
“kau bisa menghentikan hal
ini kan?”
“tidak”
“apa maksudnya tidak?”
“aku tidak pernah
mengendalikan benda-benda”
“jadi selama ini, hal-hal
aneh itu bukan kau yang melakukannya?”
Elisa mengangguk.
“gawat” Sunggyu berdiri
dan mengajak Elisa berlari.
Tiba-tiba, sebuah kotak
melayang. Kepala Sunggyu terbertur dan ia jatuh.
“ah” Sunggyu merasa pusing
dan sakit di kepalanya.
Sebuah pisau pun mengarah
ke arah Sunggyu.
“emh...” Sunggyu yang
masih tidak berdaya pun pingsan.
Pisau itu terus melayang.
“tidak” Elisa berlari ke
arah Sunggyu untuk melindunginya.
Tapi pisau itu langsung
jatuh begitu saja.
Elisa jatuh terduduk dan
menangis, “ya Tuhan... aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua ini, tolong
aku Tuhan...”
Lampu pun padam.
“Sunggyu, bangun” Elisa
mengoyang-goyang tubuh Sunggyu.
Elisa panik, “Robert?” ia
memegang sakunya dan foto Robert hilang, “ya Tuhan... dimana foto itu?” Elisa
meraba lantai di sekitarnya, tapi foto itu tetap tidak ada. Elisa terus meraba
ke tempat yang sudah ia lalui sebelumnya.
***
Sunggyu membuka matanya,
ia melihat begitu gelap disekitarnya. “Elisa?” Sunggyu sadar, Elisa tidak ada
disana. Ia bangun dengan panik, “Elisa, kamu dimana?”
Seseorang memukul Sunggyu.
“ah” Sunggyu jatuh.
Orang itu berdiri di
hadapan Sunggyu dan menatapnya.
Sunggyu terdiam melihat
orang itu.
Lampu kembali terang dan
Elisa datang.
“Elisa” Sunggyu yang
ketakutan begitu senang Elisa datang, tapi ia tiba-tiba kaget karena orang yang
berdiri di hadapanya menghilang.
“Sunggyu, sukurlah kau
sudah siuman”
“Elisa” Sunggyu gemetaran,
sebelumnya ia bukanlah orang yang penakut. Tapi saat melihat hal aneh seperti
tadi, Sunggyu begitu panik.
“Sunggyu kamu kenapa?”
“Elisa”
Elisa memeluk Sunggyu,
“tenanglah”
“jangan tinggalkan aku”
“iya, kamu tenang ya. Aku
akan mengantarmu ke kamar”
“tidak-tidak, kita tidur
di ruang tamu saja malam ini”
“o..ok” Elisa kaget dengan
sikap Sunggyu.
Pagi itu,
Sunggyu bangun, ia melihat
Elisa sedang melamun.
Sunggyu mendekati Elisa,
“Elisa”
“ya?” Elisa menoleh.
“tadi malam aku..., aku
melihat hantu”
“hantu?”
“iya, dia adalah hantu
yang selama ini menyerangku. Tadi malam, dia menampakan dirinya”
“Sunggyu” Elisa cemas,
sebelumnya Sunggyu adalah pria yang rasional.
“aku serius, aku yakin itu
hantu, karena dia menghilang saat kau datang”
“benarkah?”
“ya, aku serius Elisa. Aku
rasa, dia ada hubungannya dengan semua yang terjadi padamu”
“apa maksudmu?”
“mungkin saja itu pacarmu”
“gak mungkin, Robert pergi
ke Kanada. Dia gak mungkin jadi hantu dan merusak hidupku”
“Elisa, itu bisa saja
terjadi”
“tidak, Robert baik-baik
saja di Kanada” mata Elisa berkaca-kaca.
“Elisa”
“cukup Gyu” Elisa menangis
dan pergi ke kamar.
Preng...
Sebuah guci di dekat
Sunggyu pecah.
Sunggyu kaget, “ah?”
Pria yang Sunggyu lihat,
kembali muncul.
“ah?” Sunggyu mulai takut.
“beraninya kau membuat
Elisa menangis” pria itu menatap Sunggyu.
“ma..maafkan aku”
“kau harus mati, sama
seperti orang-orang yang terus menyakitinya”
“tidak” Sunggyu mundur dan
jatuh dari sofa, ia terus mundur ke belakang. “aku mohon jangan lukai aku”
“kau memendam rasa pada
Elisa kan? Dia itu pacarku, tidak ada yang boleh mendekatinya”
“kau membuat dia dibenci
semua orang”
“diam!” pria itu melempar
vas bunga ke dekat Sunggyu.
“ampun”
“aku akan menghabisimu
hari ini juga” pria itu memegang pisau dan mulai mendekati Sunggyu.
Sunggyu yang sudah
tersudut ke dinding, begitu panik. Namun ia pasrah karena sudah tidak bisa
berbuat apa-apa.
“ha” pria itu berteriak
dan mulai mengambil ancang-ancang untuk menusuk Sunggyu.
“Robert, hentikan!”
Pria itu menoleh, “Elisa?”
Sunggyu yang lemas, begitu
lega.
“apa yang kau lakukan?”
Elisa menangis.
“aku...” Robert diam.
“kau mau membunuhnya? Kau
mau melukai dia seperti korban lainnya?” Elisa sangat kecewa, “cukup Robert,
apa kau tidak sadar aku begitu menderita? Kau telah membuat aku dibenci
orang-orang. Mereka kira, aku penyihir yang berbahaya. Kau puas?”
“Elisa...” Robert
melepaskan pisau yang ia pegang dan pisau itu pun jatuh.
Elisa mendekati Robert,
“kenapa kau melakukan itu?”
“karena aku mencintaimu”
Elisa menggeleng, “ini
bukan cinta”
“aku ingin melindungimu
dari orang-orang yang jahat, orang-orang yang melukaimu”
“dan orang-orang yang
menyayangiku?”
“tidak Elisa”
“kau benar, di dunia ini
tidak ada seorang pun yang menyayangiku”
“Elisa”
“aku sangat kecewa padamu
Robert”
“kenapa? Karena aku mau
membunuh pria itu? Apa kau mencintainya? Kau sudah melupakan aku sekarang?”
“Robert, bukan begitu”
“sudahlah” Robert menatap
Elisa dengan kecewa, “aku sadar, harusnya aku membiarkanmu bahagia. Aku tidak
akan pernah mengganggumu lagi, Elisa” Robert menatap Sunggyu, “berjanjilah kau
akan membahagiakan dia”
Sunggyu yang panik pun
mengangguk.
“Robert” Elisa sedih dan
memeluk Robert.
Robert terdiam, ia sadar bahwa
yang ia lakukan selama ini memanglah salah. Robert mengelus Elisa, “maafkan aku
Elisa”
Elisa menangis, “apa yang
terjadi padamu? Kenapa kau jadi seperti ini?”
“aku tidak bisa hidup
tanpamu. Malam itu, aku benar-benar putus asa. Aku melompat dari atap
apartemenku”
Elisa terdiam, ia tidak
percaya dengan semua itu. “Robert...?”
Robert tersenyum, “aku
hanyalah arwah”
“tidak, katakan jika itu
semua tidak benar. katakan Robert, katakan jika kau baik-baik saja”
“maafkan aku” Robert
menatap Elisa dan mengelusnya, “selamat tinggal”
“Robert...”
Perlahan, Robert
menghilang.
“Robert!” Elisa berteriak.
Sunggyu bangun dan memeluk
Elisa, “sudah Elisa”
“aku mencintainya, Gyu”
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar