Kamis, 26 Maret 2015

Can't Life Without You


Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Supranatural, Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Suatu malam,
Seorang pria berdiri di atas gedung tinggi, ia menatap ke bawah. Pria itu melihat kendaraan yang berlalu lalang di jalan, ia menutup matanya dan melompat.
***
Di sebuah rumah sakit jiwa,
“dokter Gyu”
Sunggyu menoleh.
“anda yakin akan menemui perempuan itu?”
“ya, sebagai dokter jiwa, Itu sudah kewajibanku”
“tapi dia punya kekuatan aneh dok, perempuan itu berkali-kali melukai orang lain”
“percayalah padaku, hal-hal seperti itu tidak ada di dunia nyata. Aku akan buktikan padamu, dia hanya seorang wanita yang terganggu jiwanya” Sunggyu tersenyum.
Pagi itu,
Sunggyu datang ke sebuah rumah, ia pun mulai mengetuk pintu. “permisi”
“ya, sebentar” seorang perempuan membuka pintunya.
“nona Elisa?”
Elisa terdiam, “siapa kau?”
“a..aku Sunggyu, dokter jiwa”
“kau fikir aku gila?”
“maaf nona, dengarkan aku. Mungkin orang lain mengira kau punya kekuatan magis atau semacamnya sehingga mereka menjauhimu, tapi aku datang kesini untuk membantumu”
“bohong, kau menganggapku gila sehingga kau datang kemari”
“nona, tolong”
Tiba-tiba, sebuah pot bungga melayang di belakang Sunggyu. Sunggyu merasakan ada yang aneh, ia menoleh  dan kaget melihat itu.
“pergilah, sebelum kau berakhir sama seperti yang lain”
“kau... kau benar-benar?”
“pergi kataku!” Elisa berteriak.
Sunggyu pun langsung berlari ke mobil dan pergi.
Elisa menutup pintunya.
Pot bunga itu jatuh dan pecah berantakan.
Di dalam rumah,
Elisa menangis, “Tuhan... kenapa kau berikan kutukan ini padaku?”
Di mobil,
Sunggyu benar-benar masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Bertahun-tahun menjadi dokter jiwa, Sunggyu tidak pernah percaya hal-hal diluar nalar. Ia hanya percaya hal-hal yang logis. Namun sekarang, dia menyaksikan sendiri bahwa hal seperti itu memanglah nyata.
“ya Tuhan...” Sunggyu masih binggung.
Besoknya,
Elisa sedang berjalan melewati taman, semua orang menjauhinya. Para ibu menarik anaknya dan memeluk mereka.
Elisa merasa terasing dengan hal itu, ia melihat ke sekitar dengan bingung dan sedih.
Seorang pria berteriak, “pergilah penyihir”
“aku bukan penyihir” Elisa menatap pria itu.
Tiba-tiba, sebuah pohon tumbang dan mau menimpa pria itu.
“argh” pria itu berteriak dan lari, tapi sayangnya ia terlambat dan kakinya tertimpa. “ah”
Elisa kaget dan takut, ia pun berlari.
“awas kau penyihir”
Di rumah Elisa,
Elisa menutup pintu dan duduk dengan lelah, “ya Tuhan... kenapa semua ini harus terjadi?”
Preng...
Sebuah batu membuat kaca jendela pecah.
Elisa kaget, ia berdiri dan mengintip. Ternyata orang-orang sudah berkumpul di depan rumah Elisa.
“penyihir, keluar kau!”
“cepat keluar, monster!”
“usir dia, usir!”
Elisa bingung harus bagaimana.
“keluar kau Elisa, atau kami bakar rumahmu”
Elisa menatap foto seorang pria dan mengambilnya ke dalam saku, ia pun keluar dengan pasrah.
“serang!”
Beberapa orang mendekat ke arah Elisa.
Elisa panik, apa lagi ia melihat ada orang yang memegang obor untuk membakarnya bersama rumahnya.
Tapi tiba-tiba, selang air di halaman Elisa bergerak dan menyemburkan air sehingga obor yang mereka pegang padam.
“ya Tuhan...” orang-orang yang berada disana kaget.
Elisa pun tidak percaya dengan apa yang terjadi, selang itu mengikat orang-orang yang akan menyerang Elisa.
“pergi kalian, aku tidak mau ada yang terluka” Elisa menatap orang-orang itu.
“dia memang benar-benar penyihir, ayo usir dia” mereka semakin ramai.
Elisa masuk ke rumah dan mereka pun membakar rumah Elisa, api mulai menyala.
“api akan membakar penyihir itu, ayo kita pergi” mereka pun meninggalkan rumah Elisa.
Di dalam rumah,
Elisa mulai sesak, “ya Tuhan... apa aku akan mati sekarang?”
Tiba-tiba, sebagian api padam dan membuat jalan ke arah pintu belakang.
Elisa kaget, tapi ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan berlari keluar.
Setelah Elisa pergi, rumah itu pun hangus terbakar.
“ya Tuhan...” Elisa benar-benar tidak percaya dengan yang baru saja terjadi.
Polisi dan pemadam kebakaran pun datang, Elisa pergi meninggalkan tempat itu.
Di rumah Sunggyu,
Sunggyu terdiam mendengar kabar jika rumah Elisa dibakar massa, mereka tidak menemukan jasad Elisa tapi mereka yakin, Elisa sudah mati. Karena penyihir takut terhadap api.
“ya Tuhan...” Sunggyu mematikan tv-nya dan pergi.
***
Di jalan,
“aku harus kemana sekarang?” Elisa duduk di pinggir jalan dan melihat foto pria yang ia bawa di sakunya, “Robert, aku rindu padamu. Kapan kita bisa bertemu lagi? Sedang apa kau disana?”
Tiba-tiba, lampu jalan yang mati menjadi terang dan menerangi Elisa.
Elisa tersenyum, “terima kasih Tuhan...”
Sebuah mobil berhenti di dekat Elisa, Elisa kaget dan menyimpan foto itu kembali ke sakunya.
Sunggyu keluar dari mobil itu, “Elisa”
“kau?”
Lampu jalan meledak dan kembali padam.
“tenang, jangan marah” Sunggyu khawatir.
“mau apa kau?”
“aku kira kau benar-benar sudah mati”
“apa kau juga menginginkan itu?”
“tidak tidak, tenanglah Elisa. Aku kesini untuk membantumu, ok?”
Elisa menatap Sunggyu.
“dengar, aku percaya kau tidak gila. Aku berterima kasih padamu telah membuatku sadar tentang...”
“tentang apa?”
“sudahlah, pokoknya aku kesini untuk membantumu. Ok?”
Elisa mengangguk.
“bagus, ayo”
Mereka masuk ke mobil.
Di rumah Sunggyu,
“ini kamarmu, beristirahatlah”
Elisa menatap Sunggyu.
“tenang, aku tidak akan macam-macam. Jika kau butuh sesuatu, kamarku ada di atas”
“terima kasih” Elisa menutup pintu kamarnya.
“ok” Sunggyu pun pergi, tapi ia tiba-tiba jatuh. “aduh” ia menoleh, “sejak kapan skateboard-ku ada disini?”
Sunggyu pun menyimpan skateboard itu ke tempat semula.
Besoknya,
Elisa melamun, ia ingat saat orang tua Robert memisahkan mereka.
“tidak bu, aku mencintainya”
Para pengawal memegangi Robert dan membawanya masuk ke mobil.
“tidak” Robert berteriak, “Elisa” ia menatap Elisa dengan sedih. Robert berusaha melepaskan diri, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Robert” Elisa berteriak.
Ibu Robert mendekati Elisa, “kamu itu gak pantes buat Robert. Aku punya calon yang jauh lebih baik, lebih cantik dan sederajat” ibu Robert masuk ke mobil.
Mobil mereka pun pergi.
Sejak saat itu, Elisa tidak pernah melihat Robert lagi.
Menjalin hubungan dengan Robert memanglah sulit, mereka harus backstreet selama di SMA. Namun rasa cinta yang ada pada diri mereka, membuat semuanya menjadi mudah dan indah. Sampai akhirnya, mereka harus dipisahkan oleh orang tua Robert.
Air mata Elisa menetes.
“Elisa” Sunggyu masuk.
Elisa kaget dan menoleh.
Tiba-tiba, sebuah bola basket jatuh menimpa kepala Sunggyu.
“aduh”
“kenapa kamu gak ketuk pintu dulu?”
“maaf, apa gara-gara ini kamu jatuhin bola ke kepalaku?”
“aku disini, lagian bola itu kan dari atas”
Sebuah vas bunga sudah mulai bergerak.
“ok ok, aku minta maaf. Aku cuma mau ngasih tau kalau sarapan sudah siap, gak ada yang lain”
“ok” Elisa mendekati Sunggyu.
Sunggyu sedikit takut.
Vas bunga itu pun tak bergerak lagi.
Di ruang makan,
“kepala kamu gak apa-apa kan?” Elisa menatap Sunggyu.
“enggak-enggak, kamu tenang aja” Sunggyu tersenyum, tapi di dalam hatinya. Enggak apa-apa gimana? Orang benjol juga, dasar cewek aneh.
“kamu gak berfikir yang macam-macam kan?”
Beberapa pisau mulai bergerak dan mengarah ke arah Sunggyu.
“e..engak, beneran” Sunggyu panik.
Elisa kembali makan.
Tapi pisau-pisau itu masih mengarah pada Sunggyu.
“E..Elisa”
“ada apa?”
“apa kau bisa menolongku?”
“menolong apa? Tidak ada apa-apa disini”
“pisau-pisau itu”
“pisau?” Elisa menoleh ke arah pisau.
Pisau-pisau itu langsung tak bergerak.
Elisa kembali menatap Sunggyu dan tersenyum.
***
Malamnya,
“Elisa” Sunggyu mendekati Elisa yang duduk di sofa.
“hey” Elisa tersenyum, “kau sudah pulang?”
“ya, untunglah hari ini aku tidak lembur”
Elisa kembali menunduk.
“kamu kenapa?”
Elisa menatap Sunggyu.
“a..aku tidak bermaksud ikut campur, aku hanya...”
Elisa kembali menunduk, “aku rindu pacarku”
“pacarmu? Apa dia juga memiliki kekuatan sepertimu?”
“tidak, kami sama-sama orang normal” Elisa menatap Sunggyu dengan tajam.
“maaf-maaf, aku tidak bermaksud seperti itu”
“kami berpisah setelah lulus SMA”
Sunggyu menatap Elisa, “jadi, sudah berapa lama kalian berpisah?”
“satu tahun, Robert kuliah ke Kanada”
“Kanada?” Sunggyu kaget.
“ada apa?”
“dulu aku kuliah di Kanada juga”
“benarkah?”
“ya, setelah lulus, aku pernah bekerja dua tahun disana. Mungkin aku bisa membantumu, besok aku akan menghubungi beberapa universitas yang ada disana”
“sungguh?”
“ya” Sunggyu tersenyum, “aku sudah bilang jika aku akan membantumu kan? Sekarang kita adalah teman, karena bagiku, kau bukanlah orang yang bermasalah dan membutuhkan dokter jiwa”
“terima kasih”
Di kamar,
Elisa kembali teringat pada Robert.
Di taman sekolah,
Elisa sedang duduk berdua bersama Robert.
“Elisa, mungkin aku akan kuliah di Kanada setelah lulus nanti”
“apa?” Elisa menatap Robert.
“iya, maafkan aku”
“tapi Robert, apa kau mau meninggalkan aku begitu saja?”
“jika bisa memilih, aku akan memilih bersamamu. Tapi ibu sudah mulai curiga dengan hubungan kita, ibu selalu melarangku untuk bertemu denganmu. Aku sungguh-sungguh minta maaf”
Elisa menangis, “tapi kita masih bisa bertemu jika kau pulang kemari, kita juga bisa menggunakan video call kan?”
“ibu akan ikut pindah kesana”
“jadi?”
“aku tidak akan pernah kembali kesini”
Elisa semakin sedih.
Robert memeluk Elisa, “maafkan aku sayang, aku juga tidak mau berpisah. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa”
“jangan pergi Robert” Elisa memeluk Robert erat.
Air mata Elisa kembali menetes, ia melihat foto Robert dan menciumnya.
Besoknya,
Sunggyu pergi ke rumah sakit center yang ada di kota, ia masuk dan berjalan ke ruang kepala rumah sakit. Disana begitu banyak pasien yang ia lewati.
“ya Tuhan... rumah sakit ini benar-benar sibuk”
Di ruang kepala rumah sakit,
“jadi aku sudah menjadi dokter tetap di rumah sakit jiwa itu? Terima kasih pak”
“tidak usah berterima kasih, kau memang dokter yang baik. Pekerjaanmu bagus”
Sunggyu keluar dengan bahagia, “syukurlah”
***
Di rumah,
Elisa menatap foto Robert, “semoga Sunggyu mendapatkan alamatmu di Kanada”
Sunggyu datang.
Elisa menyimpan foto Robert ke sakunya.
“selamat malam Elisa” Sunggyu duduk di sofa.
“bagaimana Gyu?”
“aku tidak menemukannya, aku rasa, dia tidak ada di Kanada”
Elisa terdiam dan menunduk, ia sudah berharap banyak tentang Robert.
“Elisa” Sunggyu mendekati Elisa, “maafkan aku”
“itu bukan salahmu, justru aku berterima kasih karena kau sudah menolongku sejauh ini” Elisa menangis.
Sunggyu memeluk Elisa, “jangan menangis”
Tiba-tiba, barang-barang disekitar mereka berjatuhan dan pecah.
“ya Tuhan... apa yang terjadi?” Sunggyu melepas pelukannya.
Elisa pun kaget.
Sebuah pecahan botol yang tajam melayang ke arah Sunggyu.
“awas” Elisa mendorong Sunggyu.
Preng...
Pecahan botol itu jatuh ke lantai.
Sunggyu jatuh dan menatap Elisa, “apa yang kau lakukan?”
“aku menolongmu dari pecahan botol itu”
“kau bisa menghentikan hal ini kan?”
“tidak”
“apa maksudnya tidak?”
“aku tidak pernah mengendalikan benda-benda”
“jadi selama ini, hal-hal aneh itu bukan kau yang melakukannya?”
Elisa mengangguk.
“gawat” Sunggyu berdiri dan mengajak Elisa berlari.
Tiba-tiba, sebuah kotak melayang. Kepala Sunggyu terbertur dan ia jatuh.
“ah” Sunggyu merasa pusing dan sakit di kepalanya.
Sebuah pisau pun mengarah ke arah Sunggyu.
“emh...” Sunggyu yang masih tidak berdaya pun pingsan.
Pisau itu terus melayang.
“tidak” Elisa berlari ke arah Sunggyu untuk melindunginya.
Tapi pisau itu langsung jatuh begitu saja.
Elisa jatuh terduduk dan menangis, “ya Tuhan... aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua ini, tolong aku Tuhan...”
Lampu pun padam.
“Sunggyu, bangun” Elisa mengoyang-goyang tubuh Sunggyu.
Elisa panik, “Robert?” ia memegang sakunya dan foto Robert hilang, “ya Tuhan... dimana foto itu?” Elisa meraba lantai di sekitarnya, tapi foto itu tetap tidak ada. Elisa terus meraba ke tempat yang sudah ia lalui sebelumnya.
***
Sunggyu membuka matanya, ia melihat begitu gelap disekitarnya. “Elisa?” Sunggyu sadar, Elisa tidak ada disana. Ia bangun dengan panik, “Elisa, kamu dimana?”
Seseorang memukul Sunggyu.
“ah” Sunggyu jatuh.
Orang itu berdiri di hadapan Sunggyu dan menatapnya.
Sunggyu terdiam melihat orang itu.
Lampu kembali terang dan Elisa datang.
“Elisa” Sunggyu yang ketakutan begitu senang Elisa datang, tapi ia tiba-tiba kaget karena orang yang berdiri di hadapanya menghilang.
“Sunggyu, sukurlah kau sudah siuman”
“Elisa” Sunggyu gemetaran, sebelumnya ia bukanlah orang yang penakut. Tapi saat melihat hal aneh seperti tadi, Sunggyu begitu panik.
“Sunggyu kamu kenapa?”
“Elisa”
Elisa memeluk Sunggyu, “tenanglah”
“jangan tinggalkan aku”
“iya, kamu tenang ya. Aku akan mengantarmu ke kamar”
“tidak-tidak, kita tidur di ruang tamu saja malam ini”
“o..ok” Elisa kaget dengan sikap Sunggyu.
Pagi itu,
Sunggyu bangun, ia melihat Elisa sedang melamun.
Sunggyu mendekati Elisa, “Elisa”
“ya?” Elisa menoleh.
“tadi malam aku..., aku melihat hantu”
“hantu?”
“iya, dia adalah hantu yang selama ini menyerangku. Tadi malam, dia menampakan dirinya”
“Sunggyu” Elisa cemas, sebelumnya Sunggyu adalah pria yang rasional.
“aku serius, aku yakin itu hantu, karena dia menghilang saat kau datang”
“benarkah?”
“ya, aku serius Elisa. Aku rasa, dia ada hubungannya dengan semua yang terjadi padamu”
“apa maksudmu?”
“mungkin saja itu pacarmu”
“gak mungkin, Robert pergi ke Kanada. Dia gak mungkin jadi hantu dan merusak hidupku”
“Elisa, itu bisa saja terjadi”
“tidak, Robert baik-baik saja di Kanada” mata Elisa berkaca-kaca.
“Elisa”
“cukup Gyu” Elisa menangis dan pergi ke kamar.
Preng...
Sebuah guci di dekat Sunggyu pecah.
Sunggyu kaget, “ah?”
Pria yang Sunggyu lihat, kembali muncul.
“ah?” Sunggyu mulai takut.
“beraninya kau membuat Elisa menangis” pria itu menatap Sunggyu.
“ma..maafkan aku”
“kau harus mati, sama seperti orang-orang yang terus menyakitinya”
“tidak” Sunggyu mundur dan jatuh dari sofa, ia terus mundur ke belakang. “aku mohon jangan lukai aku”
“kau memendam rasa pada Elisa kan? Dia itu pacarku, tidak ada yang boleh mendekatinya”
“kau membuat dia dibenci semua orang”
“diam!” pria itu melempar vas bunga ke dekat Sunggyu.
“ampun”
“aku akan menghabisimu hari ini juga” pria itu memegang pisau dan mulai mendekati Sunggyu.
Sunggyu yang sudah tersudut ke dinding, begitu panik. Namun ia pasrah karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
“ha” pria itu berteriak dan mulai mengambil ancang-ancang untuk menusuk Sunggyu.
“Robert, hentikan!”
Pria itu menoleh, “Elisa?”
Sunggyu yang lemas, begitu lega.
“apa yang kau lakukan?” Elisa menangis.
“aku...” Robert diam.
“kau mau membunuhnya? Kau mau melukai dia seperti korban lainnya?” Elisa sangat kecewa, “cukup Robert, apa kau tidak sadar aku begitu menderita? Kau telah membuat aku dibenci orang-orang. Mereka kira, aku penyihir yang berbahaya. Kau puas?”
“Elisa...” Robert melepaskan pisau yang ia pegang dan pisau itu pun jatuh.
Elisa mendekati Robert, “kenapa kau melakukan itu?”
“karena aku mencintaimu”
Elisa menggeleng, “ini bukan cinta”
“aku ingin melindungimu dari orang-orang yang jahat, orang-orang yang melukaimu”
“dan orang-orang yang menyayangiku?”
“tidak Elisa”
“kau benar, di dunia ini tidak ada seorang pun yang menyayangiku”
“Elisa”
“aku sangat kecewa padamu Robert”
“kenapa? Karena aku mau membunuh pria itu? Apa kau mencintainya? Kau sudah melupakan aku sekarang?”
“Robert, bukan begitu”
“sudahlah” Robert menatap Elisa dengan kecewa, “aku sadar, harusnya aku membiarkanmu bahagia. Aku tidak akan pernah mengganggumu lagi, Elisa” Robert menatap Sunggyu, “berjanjilah kau akan membahagiakan dia”
Sunggyu yang panik pun mengangguk.
“Robert” Elisa sedih dan memeluk Robert.
Robert terdiam, ia sadar bahwa yang ia lakukan selama ini memanglah salah. Robert mengelus Elisa, “maafkan aku Elisa”
Elisa menangis, “apa yang terjadi padamu? Kenapa kau jadi seperti ini?”
“aku tidak bisa hidup tanpamu. Malam itu, aku benar-benar putus asa. Aku melompat dari atap apartemenku”
Elisa terdiam, ia tidak percaya dengan semua itu. “Robert...?”
Robert tersenyum, “aku hanyalah arwah”
“tidak, katakan jika itu semua tidak benar. katakan Robert, katakan jika kau baik-baik saja”
“maafkan aku” Robert menatap Elisa dan mengelusnya, “selamat tinggal”
“Robert...”
Perlahan, Robert menghilang.
“Robert!” Elisa berteriak.
Sunggyu bangun dan memeluk Elisa, “sudah Elisa”
“aku mencintainya, Gyu”
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar