Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre:
Crime, Romance
Cerita
ini hanya fiktif belaka
dan hanya untuk hiburan semata.
Seorang perempuan membuka
pintu kamarnya,
“selamat siang nona”
seorang pelayan menyambut perempuan itu.
“siang paman” perempuan
itu tersenyum.
“mari nona, saya antar ke
depan”
Mereka turun dari tangga.
“saya ikut senang nona mau
liburan ke luar negeri”
“ya, tapi ayah aneh. Masa
aku pake dijaga bodyguard segala”
“itu kan demi keselamatan
nona, nona itu anak pengusaha besar. Pasti banyak diincar”
“jika boleh memilih, aku
ingin hidup normal saja paman”
Mereka keluar.
Seorang pria sudah
menunggu di depan mobil, ia tersenyum melihat perempuan itu. “nona Sally?
Selamat siang”
Sally menatap orang itu
dengan sedikit curiga, kenapa tatapannya
seperti itu? Jangan-jangan dia bukan orang baik-baik.
“nona?” pria itu menatap
Sally dengan aneh.
“ah, iya. Selamat siang”
“kenalkan, aku Robert. Aku
akan menjaga nona selama nona liburan di AS”
“kita hanya berdua saja?”
“ya, apa nona tidak suka?
Kita bisa mengajak pembantu nona untuk pergi”
“tidak tidak, itu bukan
masalah”
“ok” Robert tersenyum,
“mari nona”
Mereka masuk ke mobil,
pelayan pun menyimpan koper Sally ke bagasi mobil.
Mereka pergi.
Tak lama kemudian,
Sebuah mobil datang,
seorang pria keluar dari mobil itu.
“maaf pak, apa nona Sally
sudah siap?”
“maaf, anda siapa ya?”
pelayan bingung.
“saya bodyguard yang
disuruh oleh tuan Damian untuk menjaga nona Sally”
“apa? Tapi tadi, nona
Sally sudah berangkat dengan...”
***
Di jalan,
Sally sedikit cemas.
“apa ini pertama kalinya
kau pergi?” Robert menatap Sally.
“ya, aku tidak pernah ke
luar negeri”
“benarkah?” Robert
tersenyum, “aku kira orang sepertimu...”
“jika dengan keluarga aku
pernah, tapi jika sendiri... ini pertama kalinya”
“kau jangan merasa takut,
aku akan melindungimu”
Sally mengangguk.
Mereka pun sampai bandara.
Di pesawat,
Robert duduk disamping
Sally, “kau pasti merasa canggung ya?”
Sally mengangguk.
“kau mau ke toilet?”
Robert menatap Sally.
Sally takut, “i..iya,
permisi” ia pergi ke belakang.
Robert melihatnya pergi
dan tersenyum, dua orang pria mengikuti Sally. Tapi Robert yang melihat itu
malah membaca sebuah majalah dengan santai.
Di toilet,
“ya Tuhan... dia
menyeramkan sekali, tatapannya. Gerak-geriknya, kata-katanya. Aku seperti akan
mati di dekatnya” Sally pun keluar dari toilet.
“hey cantik”
“siapa kalian?” Sally
menatap dua orang pria dihadapannya, ia menoleh dan kaget melihat beberapa
pramugari yang diikat disana.
***
Robert masih membaca
majalah, tapi ia melihat pramugari yang mulai panik di depan. Apa mereka akan menelpon keamanan?
Robert menoleh ke belakang
dan ia yakin ada yang tidak beres, Robert bangun dari tempat duduknya dan
berjalan ke belakang. Tapi pintunya terkunci, ia mengintip.
Robert berusaha mendobrak,
tapi pintu yang terbuat dari besi membuatnya sulit mendobrak. Ia mencari alat
dan menemukan sebuah linggis, Robert merusak pintu dan menendangnya.
Brak...
Sally kaget dan melihat
Robert.
“jangan ganggu dia” Robert
menatap mereka
“kau mau apa?” orang itu
menatap Robert.
Robert membuang linggisnya
dan menatap mereka, “maju kalian”
“kau menantang kami?”
Mereka menyerang Robert,
tapi dengan mudah Robert mengalahkan mereka.
“ampun” mereka menyerah.
Robert menatap Sally, “kau
tidak apa-apa?”
“i..ya...” Sally masih
panik.
Robert memeluk Sally,
“tenanglah” ia merangkul Sally, “ayo kembali ke tempat duduk kita”
Mereka pergi, Robert
menoleh dan berkedip kepada dua orang tadi dan dua orang itu pun diamankan.
Di tempat duduk,
Sally masih diam.
“nona, kami minta maaf”
para pramugari mendekati tempat duduk Sally.
Robert menatap mereka,
“lain kali periksa dulu penumpang kalian”
“maaf tuan”
Sesampainya di bandara,
“kau baik-baik saja kan?”
Robert berjalan disamping Sally.
Sally mengangguk “terima
kasih”
“itu memang tugasku”
Robert tersenyum, “ayo masuk ke mobil”
Di apartemen,
“apa aku harus sekamar
denganmu?”
“tenang saja, aku tidur di
sofa. Hanya kau yang tidur di kamar ini” Robert tersenyum dan membuka jass-nya.
Sally melihat senjata api
di saku Robert, ia kaget.
Robert menatap Sally, “kau
kenapa?”
“kamu bawa pistol?”
“ini... ini hanya dipakai
disaat terdesak”
“ok” Sally merasa takut,
“em.. aku ke luar dulu ya”
“kamu mau kemana?” Robert
menghalangi pintu kamar.
Sally terdiam melihat
tatapan Robert, ya Tuhan... kenapa setiap
dia menatapku aku merasa seperti buruannya?
“kau harus istirahat, ok?”
“ok” Sally pun berbaring
di ranjang dan menutup matanya.
Robert yang melihat itu
keluar dari kamar Sally, Hp Robert berbunyi.
“hallo, sudah bos. Dia
bersamaku sekarang” Robert menyimpan Hp-nya, saat menoleh. Ia melihat Sally
berlari ke luar, Robert tersenyum.
Di luar apartemen,
“syukurlah, aku bisa
menjauh dari pria itu” Sally berlari, “kenapa ayah memilihnya untuk menjadi
bodyguardku? Dia sangat menyeramkan seperti pembunuh berdarah dingin”
Hari mulai larut,
Sally makan es krim di
taman, “enak sekali es krim disini, sayang dulu aku tak sempat membelinya”
“hey Sally, aku mencarimu
kemana-mana”
Sally kaget melihat
Robert, Robert mendekat dan memakan bagian atas es krim Sally. Robert tersenyum
dan duduk disamping Sally.
Sally menatap Robert, “apa
yang kau lakukan?”
“aku? Tidak” Robert yang
mulutnya belepotan menatap Sally.
“kau memakan es krimku”
“maaf” Robert menghapus
bibirnya, “aku juga kan mau es krim”
“aku bingung kenapa ayah
memilih orang sepertimu sebagai bodyguardku”
“kau tidak suka?”
“aku tidak mau bodyguard
sepertimu, kau menyeramkan. Kau seperti tidak menghargai aku”
“oh, begitukah? Aku juga
tidak mau menjaga perempuan manja sepertimu, apa kau ingin aku berlutut
dihadapanmu nona Sally?” Robert menatap Sally.
Sally menangis dan
melempar es krimnya ke muka Robert, “aku benci padamu” ia pergi sambil
menangis.
Robert diam dan memakan es
krim yang ada di bibirnya, “emh... not bad”
Di apartemen,
Sally menutup pintunya
dengan kesal, “aku gak mau ketemu dia lagi” saat ia menoleh, ada seorang pria
asing tersenyum padanya.
“hallo Sally”
“ma..mau apa kau?”
“aku ingin kau” pria itu
menangkap Sally dan memeganginya.
“lepaskan aku”
“diam!” pria itu
mengeluarkan pisau.
Sally diam, ia takut.
“jika kau macam-macam, aku
akan membunuhmu”
“a..apa yang kau ingin
kan?”
“aku hanya ingin uang,
tebusan dari ayahmu pasti besar jika aku menculikmu”
“bodyguardku akan datang,
kau akan kalah melawannya”
“oh benarkah? Tapi aku
melihatmu datang sendirian kesini”
“aku mohon lepaskan aku,
aku akan melakukan apa pun yang kau mau”
“benahkah? Kau pasti
bohong kan?”
Air mata Sally menetes.
Robert masuk, “Sally aku
minta maaf” saat ia menoleh, ia melihat Sally yang dipegangi oleh seorang pria
dengan sebuah pisau yang berada di dekat leher Sally. “Sally?”
“Robert...” Sally
menangis.
“jangan mendekat atau aku
bunuh dia”
“aku tidak takut kau
membunuhnya, lakukan saja” Robert menatap pria itu.
“aku tidak main-main”
“lakukan” Robert malah
terus mendekat.
“Robert, apa yang kau
lakukan?” Sally panik.
“ayo tusuk dia, bunuh
kalau kau berani”
Orang itu kesal dan
menodongkan pisaunya ke arah Robert. Robert memegang tangan pria itu dengan
tangan kanannya.
“lepaskan dia”
“tidak akan”
Pisau kembali mendekati
leher Sally.
“Robert...”
Robert kesal dan tangan
kirinya memegang mata pisau, darah mulai menetes dari tangan Robert dan ia
memutar tangan pria itu.
Pria itu terguling dan
Sally terlepas, Sally berputar dan Robert memeluknya.
“ini seperti dansa kan
Sally?” Robert tersenyum menatap Sally, ia melepas Sally dan menginjak tangan
kanan pria itu, Robert mengambil pisaunya. “lumayan juga, bolehkah pisau ini
jadi milikku?”
“a..ampun”
Robert melepaskannya dan
pria itu pergi, Sally masih menangis.
Robert mendekat dan
memeluk Sally, “sudah Sally, kau harus tenang”
“tanganmu berdarah”
“ini hanya luka kecil,
lain kali jangan pergi sendirian lagi. Ok?”
Di sofa,
Mereka duduk.
Sally mengobati luka
Robert, “terima kasih banyak”
“itu tugasku kan?”
“padahal aku sudah
mengatakan hal buruk padamu”
“aku juga” Robert
tersenyum.
“Robert, apa kau sudah
lama menjadi bodyguard?”
Robert menggeleng, “aku
seorang pembunuh bayaran”
Sally menatap Robert.
“kau takut ya?”
Sally menunduk.
“jika aku masih jadi
pembunuh, aku pasti sudah membunuhmu sejak tadi”
Sally menatap Robert, “aku
mau tidur”
“ok”
“terima kasih kau sudah
menyelamatkanku sebanyak dua kali hari ini” Sally tersenyum dan masuk ke kamar.
Robert pun tidur di sofa.
Besoknya,
“halo” Robert mengangkat
telpon, “aku tau, itu soal mudah. Dia sudah mulai percaya padaku sekarang”
Robert menyimpan hp-nya dan mengambil sebuah botol berisi minyak, ia menuangkan
sedikit minyak di tangga. “kau akan jatuh, terguling dan mati” ia tersenyum dan
kembali menyimpan minyak ke dapur.
Sally keluar dari kamar
dan mulai menuruni tangga, “ah” Sally terpeleset dan terlempar.
Robert baru keluar dari
dapur dan Sally tiba-tiba menimpanya.
Bruk...
“aduh” Robert yang
tertindih dibagian pinggang merasa sakit.
“Robert? Maaf” Sally yang
duduk di pinggang Robert pun bangun.
“o..ok” Robert bangun dan
memegang pinggangnya, kenapa aku yang
malah kena sih?
“ya ampun, aku
sungguh-sungguh minta maaf ya” Sally khawatir, ia mendekati tangga. “ya ampun,
ini kan minyak?!”
Robert masih kesal karena
rencananya gagal.
“aku mau bersihin ini dulu
ya, pinggang kamu gak apa-apa kan?”
“enggak” Robert masih
memegang pinggangnya dan duduk di sofa, sial...
kenapa dia malah terjun segala sih? Mana duduk di pinggangku segala, harusnya
dia jatuh terguling-guling. Robert kesal.
“Robert, ini sarapan
untukmu” Sally yang kembali dari dapur membawa sepiring makanan.
Robert kaget dan menatap
Sally, “kau memasak ini untukku?”
“iya, selama ini aku salah
menilaimu. Kau pria yang baik” Sally duduk disamping Robert, “kemarin tanganmu
terluka dan sekarang, kau kembali menyelamatkan nyawaku. Jika kau tidak ada,
pasti saat aku jatuh tadi. Bisa fatal akibatnya”
“tadi itu kau terjun
bebas” Robert tersenyum memakan makanan itu.
“mulai sekarang, kamu jadi
wonderwall-ku”
“wonderwall?”
“iya, soalnya kamu udah
jagain aku berkali-kali, seperti tembok pembatas dari kecelakaan”
“jadi bagimu aku adalah
tembok?”
“tembok yang keren, kuat
dan kokoh” Sally tersenyum dan pergi.
Robert menyimpan
makanannya, dia tidak tau aku yang
merencanakan semua ini. Biar saja, yang penting dia percaya kalau aku benar-benar
seorang bodyguard.
Pagi itu,
Robert pergi ke garasi, ia
mendekati mobil dan memutuskan rem mobilnya. Kau akan mati sekarang, Robert tersenyum.
Saat Robert kembali ke
apartemen,
“Robert, kamu dari mana?”
“ah? Aku abis meriksa
mobil, kamu kan akan pergi. Aku takut mobilnya bermasalah”
“aku kan pergi sama kamu”
Sally tersenyum.
“denganku?” Robert kaget.
“iya, aku tidak bisa
mengemudi. Jadi kau harus mengantarku”
“tapi tadi malam kamu
bilang mau pergi sendiri kan?” Robert sedikit aneh.
“itu hanya bercanda, kamu
kan bodyguardku”
“o..ok” Robert yang
bingung pun terpaksa mengikuti keinginan Sally, ia tidak mau Sally curiga.
Di mobil,
Robert memakai sabuk
pengamannya.
“Robert, kamu kenapa sih?
Kok kaya yang tegang?”
“enggak, aku gak apa-apa
kok” gimana gak tegang? Aku sudah
memutuskan remnya, mudah-mudahan aku
baik-baik saja.
“Robert, kok kamu diem
aja?”
“ah? Iya, aku minta maaf”
Robert mulai menyalakan mesin.
Di jalan,
“kenapa pelan amat sih?
Gak biasanya deh”
“kamu itu ngomen melulu,
yang pentingkan nyampe”
“ok, tapi tempat sarapan
yang aku inginkan akan tutup setengah jam lagi”
Robert menatap Sally,
“memangnya dimana kau ingin makan?”
“ini” Sally menunjukan
alamatnya.
“ya ampun, bisakah kau
mencari tempat makan yang dekat saja? Itu jauh”
“tempat ini tidak akan
jauh jika mobil yang kau kendarai tidak selambat kura-kura”
Robert kesal dan menginjak
gasnya.
“Robert awas, sebentar
lagi lampu merah”
Robert melihat ke depan,
lampu merah sudah menyala. Ia menginjak rem, tapi remnya tidak berfungsi. Gawat!
Robert membanting stir dan
melihat tembok di hadapan mereka.
“argh” Sally menjerit.
Robert menatap Sally, ia
ingat kata-kata Sally.
“kamu
itu wonderwall-ku” Sally tersenyum.
Wonderwall..,
Robert melepas sabuk pengamannya dan memeluk Sally.
Brak...
Airbag keluar, Robert
terpental dan kaca mobil bagian depan pecah.
Saat Sally membuka
matanya, ia melihat Robert terbaring di bagian depan mobilnya dengan pecahan
kaca yang berserakan disekitarnya. “Robert?”
“Sally...” Robert menutup
matanya.
***
Robert membuka matanya,
“Robert, bagaimana
keadaanmu sekarang? Apa kepalamu sakit?”
“emh...” Robert bangun
sambil memegang kepalanya.
“untungnya pecahan kaca
itu tidak menancap di kepalamu, jadi kau tidak usah dibawa ke rumah sakit”
“apa aku ada di kamarmu?”
Sally mengangguk.
“aku akan keluar”
“jangan” Sally memegang
tangan Robert, “tidur saja disini, kau harus istirahat”
“aku bisa istirahat di
sofa”
“jangan, kamu harus tidur
disini”
“lalu kau akan tidur di
sofa?”
“iya”
“hey Sally” Robert menarik
tangan Sally.
Sally duduk disamping
Robert.
Robert tersenyum, “aku
baru sadar”
“apa?” Sally menatap
Robert.
“ternyata kau sangat
cantik dan... baik”
Sally terdiam.
Besoknya,
Polisi datang ke
apartemen, Robert sedikit panik.
“ada apa pak?” Sally
kaget.
“begini nona, hasil
penyelidikan kami. Ini adalah pembunuhan berencana”
“pembunuhan berencana?
Mana mungkin” Sally kaget.
Robert semakin panik.
Di kantor polisi,
Sally sedang bicara di
sebuah ruangan bersama para polisi dan sheriff.
“tapi pak, sebelum kami
pergi. Robert sudah memeriksa keadaan mobil”
“kalau begitu, mungkin
saja ini perbuatannya”
Sally terdiam, Robert ingin membunuhku? Gak mungkin. “tapi pak, bukankah dia
juga korban? Lagi pula Robert melindungiku saat kecelakaan terjadi, buktinya
dia terluka di bagian kepalanya”
Di ruang tunggu,
Robert menunggu dengan
sedikit resah.
“Robert”
“ah?” Robert kaget.
“kamu kenapa sih?” Sally
merasa aneh.
“aku.. aku hanya merasa
menyesal, kau tau kan? Sebelum kita kecelakaan, akulah orang yang memeriksa
mobil itu”
“sudahlah, kamu itu kan
wonderwall-ku. Mana mungkin kamu pelakukanya, lagi pula luka di kepala
belakangmu membuktikan itu” Sally tersenyum.
“ya, syukurlah kalau
begitu” Robert berdiri lega.
“ayo kita pulang” Sally
memegang tangan Robert.
Robert tersenyum dan
mereka pergi.
Di apartemen,
“malam ini ada pesta di
gedung sebelah sana, kita pergi yu”
“aku malu Sally, aku bukan
siapa-siapa”
“ayolah, kamu bisa
pura-pura jadi pacarku kan?”
“ok, aku suka itu”
Mereka pun pergi.
Di gedung,
Robert diam, ia menatap
Sally yang sedang bicara dengan anak pengusaha lainnya.
Kenapa
aku selalu menolongnya? Kenapa aku selalu kena batunya saat berniat
menghabisinya? Harusnya aku segera membunuh perempuan itu, agar bos puas dan
aku tidak terjebak dalam perasaan aneh ini.
“Robert” Sally mendekat.
“ya?” Robert kaget.
“ayo kita dansa”
“ok” Robert memegang
tangan Sally dan menatapnya, “mari nona cantik, aku ingin tau sejauh mana
kehebatanmu”
Sally tersenyum.
Mereka berdansa.
Robert tersenyum menatap
Sally dan Sally terdiam, Robert pun memeluknya dan Sally tetap diam.
“kau janji kan akan selalu
menjagaku?”
“apa yang telah kita alami
belum cukup untuk membuktikannya?”
“ayo berjanji”
Robert bingung, “i..iya,
aku janji”
“wonderwall...” Sally
tersenyum dan memeluk Robert erat.
Robert mencium kening
Sally.
Beberapa hari kemudian,
Robert duduk di kursi
sebuah bar, ia melamun. Ia tau perasaannya semakin menyukai Sally, tapi ia
ingat tugasnya. Dia harus membunuh Sally, Robert merasa berat dengan semua itu.
“silahkan tuan” seorang
bartender menuangkan minuman ke gelas.
“terima kasih” Robert
minum.
Setelah itu,
Robert kembali ke
apartemen, ia yakin Sally sudah tidur. Robert masuk, tapi ia melihat bosnya
disana bersama para anak buahnya.
“Robert, tolong aku” Sally
yang dipegangin bos panik.
“bos?” Robert kaget.
“kau selalu gagal
menghabisinya, aku sudah muak” bos kesal.
“maafkan aku bos” Robert
menunduk.
“Robert, apa maksud semua
ini?” Sally kecewa mendengar itu.
“aku akan membawa anak ini
dan membunuhnya, lalu aku akan mengirimkan vidionya pada Damian”
Robert hanya diam.
“ayo kita pergi”
“Robert...” Sally
menangis.
Mereka membawa Sally.
Maafkan
aku Sally, Robert merasa bersalah.
Besoknya,
Di sebuah gedung tua yang
belum jadi, Sally disekap. Ia diikat di sebuah kursi.
Bos tersenyum melihat
Sally menangis, ia menelpon Damian.
“hallo”
“Damian, ini aku Marco”
“Marco?”
“ya, saat ini anakmu ada
padaku”
“apa?”
“yap, anak buahku
berpura-pura menjadi bodyguard yang kau pesan dan ini berhasil”
“teganya kau, jangan
lakukan apa pun pada anakku”
“oh, tentu tidak bisa.
Nyawa harus dibayar nyawa, kau ingat saat anakku sakit? Aku memohon-mohon
padamu untuk meminta bantuan, tapi karena aku hanya karyawan kecil. Kau tidak
memperdulikanku, kau malah memecatku” Marco menangis, “dan saat aku pulang,
anakku sudah meninggal”
“Marco aku minta maaf,
tolong jangan bunuh anakku”
“maaf katamu? Semua itu
sudah terlambat, tapi aku akan berbaik hati. Kau boleh mendengar suara anakmu
untuk yang terakhir kalinya” Marco mendekatkan Hp-nya ke telinga Sally.
“ayah” Sally menangis.
“nak, kamu tenang ya. Ayah
pasti akan menolongmu nak”
“ayah, aku takut”
Marco tertawa, “bagaimana?
Suara anakmu merdu kan?”
Di bawah gedung,
Robert mengintip dari
belakang pohon, aku yakin ini tempatnya.
Ia menelpon polisi, “halo, iya pak. Aku yakin mereka disini”
Di gedung,
“aku akan membawamu ke
atas dan menjatuhkanmu, aku jamin kau akan mati” Marco menatap Sally.
Sally hanya menangis, ia
tidak bisa berbuat apa-apa karena tangannya diikat.
Robert datang, “bos”
“hey Robert, bagaimana
jika kau tunjukan kesetiaanmu padaku?”
Robert menatap Sally dan
mengeluarkan pistolnya.
“Robert jangan, aku akan
melakukan apa pun. Tapi tolong jangan tembak aku, aku mohon”
Robert mengarahkan
pistolnya ke arah Sally.
“wonderwall...” Sally
menangis.
“ayo tembak dia!” Marco
berteriak.
Robert menutup matanya, aku mencintaimu Sally. Tapi ini tugasku,
ia menarik nafas dan berbalik. Dengan cepat, Robert menembak Marco.
“kurang ajar kau” Marco
memijit sebuah tombol dan sirine menyala, ia pun roboh.
Robert melepaskan ikatan
Sally, “ayo, kita harus cepat. Mereka akan datang” Robert memegang tangan Sally
dan membawanya ke atas.
Dari bawah, para anak buah
Marco masuk.
Robert yang melihat itu
terus mengajak Sally naik ke tangga, mereka sudah sampai di lantai tujuh dan
dinding gedung sudah tidak ada.
“lepaskan aku” Sally
kesal.
“Sally?” Robert kaget.
“dasar penjahat, kau harus
bertangung jawab”
“aku akan bertanggung
jawab, aku akan membebaskanmu dari mereka”
“kau bohong, sebentar lagi
mereka datang. Di atas adalah jalan buntu, kau ingin aku mati kan?”
“jika aku di pihak mereka,
mana mungkin aku menembak bosku”
Sally diam.
“aku tau aku salah, tapi
aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu”
Suara kaki anak buah Marco
mulai terdengar.
Robert melihat mobil
polisi yang mulai mendekat, “kita akan selamat”
Sally menatap Robert.
Robert menarik Sally ke
ujung, “kau lihat? Polisi sedang menuju kemari” Robert mengikat tubuh Sally
dengan tali yang ada disana.
“apa yang kau lakukan?”
“melindungimu” Robert
memeluk Sally dan melompat.
Sally kaget, mereka pun
tergantung.
Para anak buah Marco
berlari melewati lantai itu.
“kau lihat? Kita selamat
sayang” Robert memeluk Sally agar ia tidak jatuh.
“Robert, aku takut”
“kau tenang saja, tali ini
kuat”
Tapi tali mereka mulai
turun.
“o..ow” Robert melihat ke
atas, “talinya akan putus” Robert menatap Sally.
“apa yang akan kau
lakukan?”
“tali ini tidak cukup kuat
untuk kita”
“tidak, jangan Robert”
“aku harus melakukan ini
demi keselamatanmu”
“tidak” Sally menangis.
Di bawah,
Polisi mulai masuk ke
gedung, dan beberapa dari mereka melihat Sally yang tergantung bersama Robert.
“panggil pemadam sekarang”
Suara tembakan pun
terdengar.
“itu seperti perang ya”
Robert tersenyum, “jangan menangis Sally, sebentar lagi kau akan bertemu
ayahmu” Robert melihat tali semakin tipis, “Sally aku harus melakukan ini”
“tidak”
Robert menatap Sally,
“dengarkan aku, aku melakukan ini karena aku sayang padamu. Ok? Aku tidak mau
terjadi sesuatu padamu dan ini memang jalan satu-satunya”
“tidak Robert, mereka akan
menolong kita”
“tidak akan sempat sayang”
Sally menangis, “aku tidak
mau kehilanganmu”
“Sally ini semua demi
kebaikanmu, aku mencintaimu Sally”
Sally diam dan menunduk.
Robert mencium Sally dan
ia pun melepaskan pelukannya, Robert jatuh.
“Robert...”
Pemadam datang dan
menolong Sally, para penjahat pun ditangkap oleh polisi.
Di dalam ambulan,
Sally menangis, ia melihat
Robert yang terbaring dengan luka-lukanya. “kamu harus kuat, wonderwall-ku
harus kuat”
Para petugas medis
berusaha menolong Robert.
“Sally...” Robert membuka
matanya.
“Robert?” Sally senang.
“maafkan aku...”
“sudah, jangan bicarakan
itu lagi. Aku juga mencintaimu Robert, jika keadaanmu mulai membaik. Aku akan
membawamu pulang, aku yakin kau bisa sembuh disana” Sally memeluk Robert, “kamu
mau kan? Polisi tidak akan menangkapmu, aku sudah bilang jika kau adalah
pahlawanku. Kamu kan wonderwall-ku, pasti semuanya akan baik-baik saja. Iya
kan?” Sally tersenyum, “Robert, Robert?”
Saat Sally melihat Robert,
mata Robert sudah tertutup. “Robert” air mata Sally menetes, “Robert...” Sally
menangis.
Para petugas itu diam.
“kenapa kalian diam saja?”
“maaf nona, dia sudah
meninggal”
“enggak, jangan tinggalin
aku Robert” Sally memeluk Robert, “kenapa kamu pergi? Wonderwall...”
Beberapa hari kemudian,
Sally datang ke makam
Robert di temani ayahnya, ia menatap nisan Robert. “hari ini aku akan pulang,
terima kasih kau sudah berkali-kali menyelamatkanku. Meski terkadang itu semua
sudah kau rencanakan, tapi kau tetap menyelamatkanku. Aku mencintaimu Robert,
maafkan jika selama ini aku membuatmu jengkel. Semoga kau tenang disana,
Selamanya... kau adalah wonderwall-ku” Sally menyimpan bungganya.
Damian membantu Sally
berdiri, “sudah nak, kamu harus tegar” ia merangkul Sally.
Sally tersenyum dan
mengangguk, Selamat tinggal Wonderwall...
“ayo” Damian tersenyum.
Mereka pun pergi.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar