Rabu, 04 Maret 2015

Wonderwall


Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Crime, Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Seorang perempuan membuka pintu kamarnya,
“selamat siang nona” seorang pelayan menyambut perempuan itu.
“siang paman” perempuan itu tersenyum.
“mari nona, saya antar ke depan”
Mereka turun dari tangga.
“saya ikut senang nona mau liburan ke luar negeri”
“ya, tapi ayah aneh. Masa aku pake dijaga bodyguard segala”
“itu kan demi keselamatan nona, nona itu anak pengusaha besar. Pasti banyak diincar”
“jika boleh memilih, aku ingin hidup normal saja paman”
Mereka keluar.
Seorang pria sudah menunggu di depan mobil, ia tersenyum melihat perempuan itu. “nona Sally? Selamat siang”
Sally menatap orang itu dengan sedikit curiga, kenapa tatapannya seperti itu? Jangan-jangan dia bukan orang baik-baik.
“nona?” pria itu menatap Sally dengan aneh.
“ah, iya. Selamat siang”
“kenalkan, aku Robert. Aku akan menjaga nona selama nona liburan di AS”
“kita hanya berdua saja?”
“ya, apa nona tidak suka? Kita bisa mengajak pembantu nona untuk pergi”
“tidak tidak, itu bukan masalah”
“ok” Robert tersenyum, “mari nona”
Mereka masuk ke mobil, pelayan pun menyimpan koper Sally ke bagasi mobil.
Mereka pergi.
Tak lama kemudian,
Sebuah mobil datang, seorang pria keluar dari mobil itu.
“maaf pak, apa nona Sally sudah siap?”
“maaf, anda siapa ya?” pelayan bingung.
“saya bodyguard yang disuruh oleh tuan Damian untuk menjaga nona Sally”
“apa? Tapi tadi, nona Sally sudah berangkat dengan...”

***

Di jalan,
Sally sedikit cemas.
“apa ini pertama kalinya kau pergi?” Robert menatap Sally.
“ya, aku tidak pernah ke luar negeri”
“benarkah?” Robert tersenyum, “aku kira orang sepertimu...”
“jika dengan keluarga aku pernah, tapi jika sendiri... ini pertama kalinya”
“kau jangan merasa takut, aku akan melindungimu”
Sally mengangguk.
Mereka pun sampai bandara.
Di pesawat,
Robert duduk disamping Sally, “kau pasti merasa canggung ya?”
Sally mengangguk.
“kau mau ke toilet?” Robert menatap Sally.
Sally takut, “i..iya, permisi” ia pergi ke belakang.
Robert melihatnya pergi dan tersenyum, dua orang pria mengikuti Sally. Tapi Robert yang melihat itu malah membaca sebuah majalah dengan santai.
Di toilet,
“ya Tuhan... dia menyeramkan sekali, tatapannya. Gerak-geriknya, kata-katanya. Aku seperti akan mati di dekatnya” Sally pun keluar dari toilet.
“hey cantik”
“siapa kalian?” Sally menatap dua orang pria dihadapannya, ia menoleh dan kaget melihat beberapa pramugari yang diikat disana.

***

Robert masih membaca majalah, tapi ia melihat pramugari yang mulai panik di depan. Apa mereka akan menelpon keamanan?
Robert menoleh ke belakang dan ia yakin ada yang tidak beres, Robert bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke belakang. Tapi pintunya terkunci, ia mengintip.
Robert berusaha mendobrak, tapi pintu yang terbuat dari besi membuatnya sulit mendobrak. Ia mencari alat dan menemukan sebuah linggis, Robert merusak pintu dan menendangnya.
Brak...
Sally kaget dan melihat Robert.
“jangan ganggu dia” Robert menatap mereka
“kau mau apa?” orang itu menatap Robert.
Robert membuang linggisnya dan menatap mereka, “maju kalian”
“kau menantang kami?”
Mereka menyerang Robert, tapi dengan mudah Robert mengalahkan mereka.
“ampun” mereka menyerah.
Robert menatap Sally, “kau tidak apa-apa?”
“i..ya...” Sally masih panik.
Robert memeluk Sally, “tenanglah” ia merangkul Sally, “ayo kembali ke tempat duduk kita”
Mereka pergi, Robert menoleh dan berkedip kepada dua orang tadi dan dua orang itu pun diamankan.
Di tempat duduk,
Sally masih diam.
“nona, kami minta maaf” para pramugari mendekati tempat duduk Sally.
Robert menatap mereka, “lain kali periksa dulu penumpang kalian”
“maaf tuan”
Sesampainya di bandara,
“kau baik-baik saja kan?” Robert berjalan disamping Sally.
Sally mengangguk “terima kasih”
“itu memang tugasku” Robert tersenyum, “ayo masuk ke mobil”
Di apartemen,
“apa aku harus sekamar denganmu?”
“tenang saja, aku tidur di sofa. Hanya kau yang tidur di kamar ini” Robert tersenyum dan membuka jass-nya.
Sally melihat senjata api di saku Robert, ia kaget.
Robert menatap Sally, “kau kenapa?”
“kamu bawa pistol?”
“ini... ini hanya dipakai disaat terdesak”
“ok” Sally merasa takut, “em.. aku ke luar dulu ya”
“kamu mau kemana?” Robert menghalangi pintu kamar.
Sally terdiam melihat tatapan Robert, ya Tuhan... kenapa setiap dia menatapku aku merasa seperti buruannya?
“kau harus istirahat, ok?”
“ok” Sally pun berbaring di ranjang dan menutup matanya.
Robert yang melihat itu keluar dari kamar Sally, Hp Robert berbunyi.
“hallo, sudah bos. Dia bersamaku sekarang” Robert menyimpan Hp-nya, saat menoleh. Ia melihat Sally berlari ke luar, Robert tersenyum.
Di luar apartemen,
“syukurlah, aku bisa menjauh dari pria itu” Sally berlari, “kenapa ayah memilihnya untuk menjadi bodyguardku? Dia sangat menyeramkan seperti pembunuh berdarah dingin”
Hari mulai larut,
Sally makan es krim di taman, “enak sekali es krim disini, sayang dulu aku tak sempat membelinya”
“hey Sally, aku mencarimu kemana-mana”
Sally kaget melihat Robert, Robert mendekat dan memakan bagian atas es krim Sally. Robert tersenyum dan duduk disamping Sally.
Sally menatap Robert, “apa yang kau lakukan?”
“aku? Tidak” Robert yang mulutnya belepotan menatap Sally.
“kau memakan es krimku”
“maaf” Robert menghapus bibirnya, “aku juga kan mau es krim”
“aku bingung kenapa ayah memilih orang sepertimu sebagai bodyguardku”
“kau tidak suka?”
“aku tidak mau bodyguard sepertimu, kau menyeramkan. Kau seperti tidak menghargai aku”
“oh, begitukah? Aku juga tidak mau menjaga perempuan manja sepertimu, apa kau ingin aku berlutut dihadapanmu nona Sally?” Robert menatap Sally.
Sally menangis dan melempar es krimnya ke muka Robert, “aku benci padamu” ia pergi sambil menangis.
Robert diam dan memakan es krim yang ada di bibirnya, “emh... not bad”
Di apartemen,
Sally menutup pintunya dengan kesal, “aku gak mau ketemu dia lagi” saat ia menoleh, ada seorang pria asing tersenyum padanya.
“hallo Sally”
“ma..mau apa kau?”
“aku ingin kau” pria itu menangkap Sally dan memeganginya.
“lepaskan aku”
“diam!” pria itu mengeluarkan pisau.
Sally diam, ia takut.
“jika kau macam-macam, aku akan membunuhmu”
“a..apa yang kau ingin kan?”
“aku hanya ingin uang, tebusan dari ayahmu pasti besar jika aku menculikmu”
“bodyguardku akan datang, kau akan kalah melawannya”
“oh benarkah? Tapi aku melihatmu datang sendirian kesini”
“aku mohon lepaskan aku, aku akan melakukan apa pun yang kau mau”
“benahkah? Kau pasti bohong kan?”
Air mata Sally menetes.
Robert masuk, “Sally aku minta maaf” saat ia menoleh, ia melihat Sally yang dipegangi oleh seorang pria dengan sebuah pisau yang berada di dekat leher Sally. “Sally?”
“Robert...” Sally menangis.
“jangan mendekat atau aku bunuh dia”
“aku tidak takut kau membunuhnya, lakukan saja” Robert menatap pria itu.
“aku tidak main-main”
“lakukan” Robert malah terus mendekat.
“Robert, apa yang kau lakukan?” Sally panik.
“ayo tusuk dia, bunuh kalau kau berani”
Orang itu kesal dan menodongkan pisaunya ke arah Robert. Robert memegang tangan pria itu dengan tangan kanannya.
“lepaskan dia”
“tidak akan”
Pisau kembali mendekati leher Sally.
“Robert...”
Robert kesal dan tangan kirinya memegang mata pisau, darah mulai menetes dari tangan Robert dan ia memutar tangan pria itu.
Pria itu terguling dan Sally terlepas, Sally berputar dan Robert memeluknya.
“ini seperti dansa kan Sally?” Robert tersenyum menatap Sally, ia melepas Sally dan menginjak tangan kanan pria itu, Robert mengambil pisaunya. “lumayan juga, bolehkah pisau ini jadi milikku?”
“a..ampun”
Robert melepaskannya dan pria itu pergi, Sally masih menangis.
Robert mendekat dan memeluk Sally, “sudah Sally, kau harus tenang”
“tanganmu berdarah”
“ini hanya luka kecil, lain kali jangan pergi sendirian lagi. Ok?”
Di sofa,
Mereka duduk.
Sally mengobati luka Robert, “terima kasih banyak”
“itu tugasku kan?”
“padahal aku sudah mengatakan hal buruk padamu”
“aku juga” Robert tersenyum.
“Robert, apa kau sudah lama menjadi bodyguard?”
Robert menggeleng, “aku seorang pembunuh bayaran”
Sally menatap Robert.
“kau takut ya?”
Sally menunduk.
“jika aku masih jadi pembunuh, aku pasti sudah membunuhmu sejak tadi”
Sally menatap Robert, “aku mau tidur”
“ok”
“terima kasih kau sudah menyelamatkanku sebanyak dua kali hari ini” Sally tersenyum dan masuk ke kamar.
Robert pun tidur di sofa.
Besoknya,
“halo” Robert mengangkat telpon, “aku tau, itu soal mudah. Dia sudah mulai percaya padaku sekarang” Robert menyimpan hp-nya dan mengambil sebuah botol berisi minyak, ia menuangkan sedikit minyak di tangga. “kau akan jatuh, terguling dan mati” ia tersenyum dan kembali menyimpan minyak ke dapur.
Sally keluar dari kamar dan mulai menuruni tangga, “ah” Sally terpeleset dan terlempar.
Robert baru keluar dari dapur dan Sally tiba-tiba menimpanya.
Bruk...
“aduh” Robert yang tertindih dibagian pinggang merasa sakit.
“Robert? Maaf” Sally yang duduk di pinggang Robert pun bangun.
“o..ok” Robert bangun dan memegang pinggangnya, kenapa aku yang malah kena sih?
“ya ampun, aku sungguh-sungguh minta maaf ya” Sally khawatir, ia mendekati tangga. “ya ampun, ini kan minyak?!”
Robert masih kesal karena rencananya gagal.
“aku mau bersihin ini dulu ya, pinggang kamu gak apa-apa kan?”
“enggak” Robert masih memegang pinggangnya dan duduk di sofa, sial... kenapa dia malah terjun segala sih? Mana duduk di pinggangku segala, harusnya dia jatuh terguling-guling. Robert kesal.
“Robert, ini sarapan untukmu” Sally yang kembali dari dapur membawa sepiring makanan.
Robert kaget dan menatap Sally, “kau memasak ini untukku?”
“iya, selama ini aku salah menilaimu. Kau pria yang baik” Sally duduk disamping Robert, “kemarin tanganmu terluka dan sekarang, kau kembali menyelamatkan nyawaku. Jika kau tidak ada, pasti saat aku jatuh tadi. Bisa fatal akibatnya”
“tadi itu kau terjun bebas” Robert tersenyum memakan makanan itu.
“mulai sekarang, kamu jadi wonderwall-ku”
“wonderwall?”
“iya, soalnya kamu udah jagain aku berkali-kali, seperti tembok pembatas dari kecelakaan”
“jadi bagimu aku adalah tembok?”
“tembok yang keren, kuat dan kokoh” Sally tersenyum dan pergi.
Robert menyimpan makanannya, dia tidak tau aku yang merencanakan semua ini. Biar saja, yang penting dia percaya kalau aku benar-benar seorang bodyguard.
Pagi itu,
Robert pergi ke garasi, ia mendekati mobil dan memutuskan rem mobilnya. Kau akan mati sekarang, Robert tersenyum.
Saat Robert kembali ke apartemen,
“Robert, kamu dari mana?”
“ah? Aku abis meriksa mobil, kamu kan akan pergi. Aku takut mobilnya bermasalah”
“aku kan pergi sama kamu” Sally tersenyum.
“denganku?” Robert kaget.
“iya, aku tidak bisa mengemudi. Jadi kau harus mengantarku”
“tapi tadi malam kamu bilang mau pergi sendiri kan?” Robert sedikit aneh.
“itu hanya bercanda, kamu kan bodyguardku”
“o..ok” Robert yang bingung pun terpaksa mengikuti keinginan Sally, ia tidak mau Sally curiga.
Di mobil,
Robert memakai sabuk pengamannya.
“Robert, kamu kenapa sih? Kok kaya yang tegang?”
“enggak, aku gak apa-apa kok” gimana gak tegang? Aku sudah memutuskan  remnya, mudah-mudahan aku baik-baik saja.
“Robert, kok kamu diem aja?”
“ah? Iya, aku minta maaf” Robert mulai menyalakan mesin.
Di jalan,
“kenapa pelan amat sih? Gak biasanya deh”
“kamu itu ngomen melulu, yang pentingkan nyampe”
“ok, tapi tempat sarapan yang aku inginkan akan tutup setengah jam lagi”
Robert menatap Sally, “memangnya dimana kau ingin makan?”
“ini” Sally menunjukan alamatnya.
“ya ampun, bisakah kau mencari tempat makan yang dekat saja? Itu jauh”
“tempat ini tidak akan jauh jika mobil yang kau kendarai tidak selambat kura-kura”
Robert kesal dan menginjak gasnya.
“Robert awas, sebentar lagi lampu merah”
Robert melihat ke depan, lampu merah sudah menyala. Ia menginjak rem, tapi remnya tidak berfungsi. Gawat!
Robert membanting stir dan melihat tembok di hadapan mereka.
“argh” Sally menjerit.
Robert menatap Sally, ia ingat kata-kata Sally.
“kamu itu wonderwall-ku” Sally tersenyum.
Wonderwall.., Robert melepas sabuk pengamannya dan memeluk Sally.
Brak...
Airbag keluar, Robert terpental dan kaca mobil bagian depan pecah.
Saat Sally membuka matanya, ia melihat Robert terbaring di bagian depan mobilnya dengan pecahan kaca yang berserakan disekitarnya. “Robert?”
“Sally...” Robert menutup matanya.

***

Robert membuka matanya,
“Robert, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kepalamu sakit?”
“emh...” Robert bangun sambil memegang kepalanya.
“untungnya pecahan kaca itu tidak menancap di kepalamu, jadi kau tidak usah dibawa ke rumah sakit”
“apa aku ada di kamarmu?”
Sally mengangguk.
“aku akan keluar”
“jangan” Sally memegang tangan Robert, “tidur saja disini, kau harus istirahat”
“aku bisa istirahat di sofa”
“jangan, kamu harus tidur disini”
“lalu kau akan tidur di sofa?”
“iya”
“hey Sally” Robert menarik tangan Sally.
Sally duduk disamping Robert.
Robert tersenyum, “aku baru sadar”
“apa?” Sally menatap Robert.
“ternyata kau sangat cantik dan... baik”
Sally terdiam.
Besoknya,
Polisi datang ke apartemen, Robert sedikit panik.
“ada apa pak?” Sally kaget.
“begini nona, hasil penyelidikan kami. Ini adalah pembunuhan berencana”
“pembunuhan berencana? Mana mungkin” Sally kaget.
Robert semakin panik.
Di kantor polisi,
Sally sedang bicara di sebuah ruangan bersama para polisi dan sheriff.
“tapi pak, sebelum kami pergi. Robert sudah memeriksa keadaan mobil”
“kalau begitu, mungkin saja ini perbuatannya”
Sally terdiam, Robert ingin membunuhku? Gak mungkin. “tapi pak, bukankah dia juga korban? Lagi pula Robert melindungiku saat kecelakaan terjadi, buktinya dia terluka di bagian kepalanya”
Di ruang tunggu,
Robert menunggu dengan sedikit resah.
“Robert”
“ah?” Robert kaget.
“kamu kenapa sih?” Sally merasa aneh.
“aku.. aku hanya merasa menyesal, kau tau kan? Sebelum kita kecelakaan, akulah orang yang memeriksa mobil itu”
“sudahlah, kamu itu kan wonderwall-ku. Mana mungkin kamu pelakukanya, lagi pula luka di kepala belakangmu membuktikan itu” Sally tersenyum.
“ya, syukurlah kalau begitu” Robert berdiri lega.
“ayo kita pulang” Sally memegang tangan Robert.
Robert tersenyum dan mereka pergi.
Di apartemen,
“malam ini ada pesta di gedung sebelah sana, kita pergi yu”
“aku malu Sally, aku bukan siapa-siapa”
“ayolah, kamu bisa pura-pura jadi pacarku kan?”
“ok, aku suka itu”
Mereka pun pergi.
Di gedung,
Robert diam, ia menatap Sally yang sedang bicara dengan anak pengusaha lainnya.
Kenapa aku selalu menolongnya? Kenapa aku selalu kena batunya saat berniat menghabisinya? Harusnya aku segera membunuh perempuan itu, agar bos puas dan aku tidak terjebak dalam perasaan aneh ini.
“Robert” Sally mendekat.
“ya?” Robert kaget.
“ayo kita dansa”
“ok” Robert memegang tangan Sally dan menatapnya, “mari nona cantik, aku ingin tau sejauh mana kehebatanmu”
Sally tersenyum.
Mereka berdansa.
Robert tersenyum menatap Sally dan Sally terdiam, Robert pun memeluknya dan Sally tetap diam.
“kau janji kan akan selalu menjagaku?”
“apa yang telah kita alami belum cukup untuk membuktikannya?”
“ayo berjanji”
Robert bingung, “i..iya, aku janji”
“wonderwall...” Sally tersenyum dan memeluk Robert erat.
Robert mencium kening Sally.
Beberapa hari kemudian,
Robert duduk di kursi sebuah bar, ia melamun. Ia tau perasaannya semakin menyukai Sally, tapi ia ingat tugasnya. Dia harus membunuh Sally, Robert merasa berat dengan semua itu.
“silahkan tuan” seorang bartender menuangkan minuman ke gelas.
“terima kasih” Robert minum.
Setelah itu,
Robert kembali ke apartemen, ia yakin Sally sudah tidur. Robert masuk, tapi ia melihat bosnya disana bersama para anak buahnya.
“Robert, tolong aku” Sally yang dipegangin bos panik.
“bos?” Robert kaget.
“kau selalu gagal menghabisinya, aku sudah muak” bos kesal.
“maafkan aku bos” Robert menunduk.
“Robert, apa maksud semua ini?” Sally kecewa mendengar itu.
“aku akan membawa anak ini dan membunuhnya, lalu aku akan mengirimkan vidionya pada Damian”
Robert hanya diam.
“ayo kita pergi”
“Robert...” Sally menangis.
Mereka membawa Sally.
Maafkan aku Sally, Robert merasa bersalah.
Besoknya,
Di sebuah gedung tua yang belum jadi, Sally disekap. Ia diikat di sebuah kursi.
Bos tersenyum melihat Sally menangis, ia menelpon Damian.
“hallo”
“Damian, ini aku Marco”
“Marco?”
“ya, saat ini anakmu ada padaku”
“apa?”
“yap, anak buahku berpura-pura menjadi bodyguard yang kau pesan dan ini berhasil”
“teganya kau, jangan lakukan apa pun pada anakku”
“oh, tentu tidak bisa. Nyawa harus dibayar nyawa, kau ingat saat anakku sakit? Aku memohon-mohon padamu untuk meminta bantuan, tapi karena aku hanya karyawan kecil. Kau tidak memperdulikanku, kau malah memecatku” Marco menangis, “dan saat aku pulang, anakku sudah meninggal”
“Marco aku minta maaf, tolong jangan bunuh anakku”
“maaf katamu? Semua itu sudah terlambat, tapi aku akan berbaik hati. Kau boleh mendengar suara anakmu untuk yang terakhir kalinya” Marco mendekatkan Hp-nya ke telinga Sally.
“ayah” Sally menangis.
“nak, kamu tenang ya. Ayah pasti akan menolongmu nak”
“ayah, aku takut”
Marco tertawa, “bagaimana? Suara anakmu merdu kan?”
Di bawah gedung,
Robert mengintip dari belakang pohon, aku yakin ini tempatnya. Ia menelpon polisi, “halo, iya pak. Aku yakin mereka disini”
Di gedung,
“aku akan membawamu ke atas dan menjatuhkanmu, aku jamin kau akan mati” Marco menatap Sally.
Sally hanya menangis, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tangannya diikat.
Robert datang, “bos”
“hey Robert, bagaimana jika kau tunjukan kesetiaanmu padaku?”
Robert menatap Sally dan mengeluarkan pistolnya.
“Robert jangan, aku akan melakukan apa pun. Tapi tolong jangan tembak aku, aku mohon”
Robert mengarahkan pistolnya ke arah Sally.
“wonderwall...” Sally menangis.
“ayo tembak dia!” Marco berteriak.
Robert menutup matanya, aku mencintaimu Sally. Tapi ini tugasku, ia menarik nafas dan berbalik. Dengan cepat, Robert menembak Marco.
“kurang ajar kau” Marco memijit sebuah tombol dan sirine menyala, ia pun roboh.
Robert melepaskan ikatan Sally, “ayo, kita harus cepat. Mereka akan datang” Robert memegang tangan Sally dan membawanya ke atas.
Dari bawah, para anak buah Marco masuk.
Robert yang melihat itu terus mengajak Sally naik ke tangga, mereka sudah sampai di lantai tujuh dan dinding gedung sudah tidak ada.
“lepaskan aku” Sally kesal.
“Sally?” Robert kaget.
“dasar penjahat, kau harus bertangung jawab”
“aku akan bertanggung jawab, aku akan membebaskanmu dari mereka”
“kau bohong, sebentar lagi mereka datang. Di atas adalah jalan buntu, kau ingin aku mati kan?”
“jika aku di pihak mereka, mana mungkin aku menembak bosku”
Sally diam.
“aku tau aku salah, tapi aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu”
Suara kaki anak buah Marco mulai terdengar.
Robert melihat mobil polisi yang mulai mendekat, “kita akan selamat”
Sally menatap Robert.
Robert menarik Sally ke ujung, “kau lihat? Polisi sedang menuju kemari” Robert mengikat tubuh Sally dengan tali yang ada disana.
“apa yang kau lakukan?”
“melindungimu” Robert memeluk Sally dan melompat.
Sally kaget, mereka pun tergantung.
Para anak buah Marco berlari melewati lantai itu.
“kau lihat? Kita selamat sayang” Robert memeluk Sally agar ia tidak jatuh.
“Robert, aku takut”
“kau tenang saja, tali ini kuat”
Tapi tali mereka mulai turun.
“o..ow” Robert melihat ke atas, “talinya akan putus” Robert menatap Sally.
“apa yang akan kau lakukan?”
“tali ini tidak cukup kuat untuk kita”
“tidak, jangan Robert”
“aku harus melakukan ini demi keselamatanmu”
“tidak” Sally menangis.
Di bawah,
Polisi mulai masuk ke gedung, dan beberapa dari mereka melihat Sally yang tergantung bersama Robert.
“panggil pemadam sekarang”
Suara tembakan pun terdengar.
“itu seperti perang ya” Robert tersenyum, “jangan menangis Sally, sebentar lagi kau akan bertemu ayahmu” Robert melihat tali semakin tipis, “Sally aku harus melakukan ini”
“tidak”
Robert menatap Sally, “dengarkan aku, aku melakukan ini karena aku sayang padamu. Ok? Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu dan ini memang jalan satu-satunya”
“tidak Robert, mereka akan menolong kita”
“tidak akan sempat sayang”
Sally menangis, “aku tidak mau kehilanganmu”
“Sally ini semua demi kebaikanmu, aku mencintaimu Sally”
Sally diam dan menunduk.
Robert mencium Sally dan ia pun melepaskan pelukannya, Robert jatuh.
“Robert...”
Pemadam datang dan menolong Sally, para penjahat pun ditangkap oleh polisi.
Di dalam ambulan,
Sally menangis, ia melihat Robert yang terbaring dengan luka-lukanya. “kamu harus kuat, wonderwall-ku harus kuat”
Para petugas medis berusaha menolong Robert.
“Sally...” Robert membuka matanya.
“Robert?” Sally senang.
“maafkan aku...”
“sudah, jangan bicarakan itu lagi. Aku juga mencintaimu Robert, jika keadaanmu mulai membaik. Aku akan membawamu pulang, aku yakin kau bisa sembuh disana” Sally memeluk Robert, “kamu mau kan? Polisi tidak akan menangkapmu, aku sudah bilang jika kau adalah pahlawanku. Kamu kan wonderwall-ku, pasti semuanya akan baik-baik saja. Iya kan?” Sally tersenyum, “Robert, Robert?”
Saat Sally melihat Robert, mata Robert sudah tertutup. “Robert” air mata Sally menetes, “Robert...” Sally menangis.
Para petugas itu diam.
“kenapa kalian diam saja?”
“maaf nona, dia sudah meninggal”
“enggak, jangan tinggalin aku Robert” Sally memeluk Robert, “kenapa kamu pergi? Wonderwall...”
Beberapa hari kemudian,
Sally datang ke makam Robert di temani ayahnya, ia menatap nisan Robert. “hari ini aku akan pulang, terima kasih kau sudah berkali-kali menyelamatkanku. Meski terkadang itu semua sudah kau rencanakan, tapi kau tetap menyelamatkanku. Aku mencintaimu Robert, maafkan jika selama ini aku membuatmu jengkel. Semoga kau tenang disana, Selamanya... kau adalah wonderwall-ku” Sally menyimpan bungganya.
Damian membantu Sally berdiri, “sudah nak, kamu harus tegar” ia merangkul Sally.
Sally tersenyum dan mengangguk, Selamat tinggal Wonderwall...
“ayo” Damian tersenyum.
Mereka pun pergi.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar