Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance, Drama
Cerita ini adalah
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Pagi itu,
“nyonya, tuan sudah
datang” seorang pelayan memberitau perempuan yang sedang berdandan di kamarnya.
“benarkah?”
perempuan itu begitu senang, ia berjalan ke balkon luar kamarnya dan melihat
suaminya keluar dari mobil sambil memegang setangkai bunga mawar merah.
Pria itu tersenyum
menatap istrinya.
“Robert” perempuan
itu sangat bahagia dan langsung berlari masuk ke kamar, ia pun menuruni tangga
dan keluar dari rumahnya.
“hey, sayang”
Robert menatap istrinya.
Perempuan itu
tersenyum dan memeluk Robert, “aku senang, akhirnya kau pulang”
“kau bicara,
seolah-olah aku tidak pernah pulang”
“aku rindu padamu,
kau hanya pulang seminggu sekali. Aku...”
“sst...” Robert
memberikan mawarnya.
“terima kasih,
sayang” perempuan itu mencium pipi Robert dan kembali memeluknya.
Robert merangkul
istrinya ke dalam rumah.
Di dalam,
“kau betah disini?”
“tentu, pelayanmu
baik. Mereka selalu ada setiap aku membutuhkan”
“bagus”
Mereka duduk.
Perempuan itu
bersandar ke pundak Robert dan memeluknya dengan manja.
Robert pun mencium
kening perempuan itu, “Melisha, kau tidak menyesal menikah denganku, kan?”
“kenapa kau
bertanya seperti itu?” Melisha kaget dan menatap Robert.
“kita jarang
bertemu dan aku...”
“sudah, jangan
dibahas. Aku tidak pernah benci dengan pekerjaanmu, aku hanya rindu”
Robert tersenyum
dan memeluk Melisha.
Besoknya,
Robert sudah
bersiap dan bercermin kamarnya, Melisha masuk ke kamar.
“kau akan pergi
sekarang?” Melisha menatap Robert.
Robert menoleh dan
tersenyum, “yap”
Melisha menunduk.
“kau bilang, kau
tidak benci dengan pekerjaanku?” Robert mendekati Melisha dan menatapnya.
Melisha pun memeluk
Robert dengan erat, “mungkin aku hanya..., aku...” ia sangat sedih, “aku belum
terbiasa”
“sayang”
“kau satu-satunya
pria yang aku cintai, Robert”
“tentu saja,
suamimu hanya aku kan?”
“ih..., nakal”
Robert tersenyum.
***
Suatu siang,
Mobil Robert
berhenti di depan toko bunga, seorang pelayan toko bunga pun mendekati mobil
Robert sambil memberikan dua tangkai mawar merah.
Robert kaget, “wah,
kau sudah tau?”
“tentu, tuan. Anda
kan pelanggan tetap saya” pelayan itu tersenyum, “jika dua hari yang lalu anda
membeli setangkai bunga, maka hari ini anda akan membeli dua tangkai. Lalu dua
hari berikutnya anda akan membeli tiga tangkai, itu akan terulang”
“pintar” Robert
tersenyum, “kalau begitu, kau harus selalu menyiapkan mawar merah untukku”
“siap, tuan”
***
Di sebuah rumah,
Seorang perempuan
seksi sedang berenang, lalu ia menepi dan meminum jus yang sudah disiapkan oleh
pelayan.
“emh... berenang
lalu minum jus, selalu membuatku segar”
Tiba-tiba seseorang
memeluknya dari belakang.
“argh...” perempuan
itu kaget.
“ssst...”
Perempuan itu
menoleh, “Robert?”
“kenapa kau ketakutan
sekali?”
“tentu saja aku
takut, aku kan kaget” perempuan itu menatap Robert.
Robert memberikan
dua tangkai mawar pada perempuan itu sambil menatapnya, perempuan itu tersenyum
dan memeluk Robert. Mereka pun terus berpelukan di kolam itu.
Malamnya,
Makan malam
romantis disiapkan di rumah itu.
Perempuan tadi
mengambil sebotol wine dan menyimpannya di meja, lalu ia menatap Robert dengan
sedikit kesal.
“Sasha” Robert
menatap perempuan itu, “ada apa, sayang?” ia berdiri dan mengambil wine itu.
“setelah malam ini,
kau akan pergi kan?”
“aku harus pergi”
Sasha merebut wine
itu dan menuangkannya ke gelas.
“hey” Robert
menyentuh pipi Sasha.
Sasha menunduk.
“sayang” Robert
mencium Sasha dan wine yang dituangkan pun terbuang habis dari botolnya.
Botol itu pun terlepas
dan Sasha memeluk Robert.
“aku mencintaimu”
“aku tau” Robert
tersenyum.
***
Pagi itu,
Seorang perempuan
mendengar ketukan pintu, “iya, sebentar” ia membuka pintu dan melihat Robert
tersenyum sambil memberikan tiga tangkai bunga mawar merah, “Robert?”
“hey”
Perempuan itu
tersenyum.
“pelayan bilang,
kau sakit”
“aku...”
“ada apa, sayang”
Robert mengelus perempuan itu.
“aku cuma gak enak
badan”
“emh..” Robert
memeluk perempuan itu sambil terus menatapnya.
“Robert” perempuan
itu tersenyum.
“katakan Emma”
“beneran, aku gak
apa-apa” dengan sedikit sedih.
Robert menatap
tajam pada Emma, “sini” ia memegang tangan Emma dan mengajaknya duduk di kursi
yang ada di teras.
Emma menatap Robert
dengan sedikit khawatir.
Robert menunjukan
sebuah kalung di depan mata Emma.
Emma kaget dan
menatap Robert.
“selamat ulang
tahun”
“aku kira, kau
lupa” Emma tersenyum.
“mana mungkin aku
lupa” Robert memasangkan kalung tersebut ke leher Emma, “kau cantik sekali” ia
tersenyum.
Emma senang, ia
memeluk Robert dan mencium pipinya.
“Emma, aku tidak
mau hal ini terjadi lagi. Aku tidak mau kau sakit”
“maafkan aku”
“kamu gak boleh
banyak pikiran, ok?”
Emma mengangguk dan
terus memeluk Robert.
“jadi kau sangat
merindukanku?”
“iiih.., kamu?”
Emma malu.
Robert tersenyum.
Selama ini, Emma memang
merasa jika Robert memiliki wanita lain selain dirinya. Tapi ia tetap mencintai
Robert apa adanya dan bagaimana pun posisinya, karena hanya Robert yang bisa
membuatnya nyaman.
Malamnya,
Robert masuk ke
kamar dan melihat Emma di balik tirai ranjangnya, “kau belum tidur?”
“aku tidak mau
tidur, karena jika aku bangun nanti, kau akan pergi”
“tidak tidur pun,
aku tetap akan pergi”
Emma menatap Robert
dan Robert memeluknya dengan mesra.
“aku tau apa yang
kau pikirkan” bisik Robert.
Emma terdiam.
Robert menatap
Emma.
“aku mencintaimu,
Robert”
Robert tersenyum
dan Emma pun terdiam di pelukannya.
Hal itu terus
berlanjut, sudah lama Robert hidup dengan tiga wanita. Bahkan sebelum ia
menikah dengan Melisha.
***
Suatu hari,
Melisha melewati
sebuah toko bunga, ia melihat bunga mawar merah. Bunga yang selalu Robert
berikan padanya, Melisha pun tersenyum. Robert memang sosok pria yang romantis,
dan selalu terlihat sexy di mata Melisha. Cinta mereka bagaikan mawar dengan
warna merah yang menyala, bunga itu memang sangat cocok untuk mengungkapkan
perasaan mereka.
“selamat siang,
nyonya. Ada yang bisa saya bantu?” seorang penjaga toko, tersenyum.
“eh...” Melisha
tersenyum, “aku cuma liat mawar itu, mas. Maaf”
“emh..., apa suami
anda termasuk pria romantis yang selalu memberi anda bunga itu?”
“ya”
“ah...” pelayan itu
tersenyum, “pelanggan saya pun selalu membeli bunga mawar itu, ia bisa membeli
tiga kali dalam seminggu dengan jumlah tangkai yang berbeda”
“dia romantis
sekali”
“ya, jika hari ini
dia membeli satu tangkai. Maka ia akan kembali dengan membeli dua tangkai, lalu
tiga”
“suamiku selalu
memberiku satu tangkai”
“ya” pelayan itu
tersenyum, “banyak orang yang menganggap mawar itu tanda cinta yang romantis,
seakan-akan mereka lupa jika durinya sangatlah menyakitkan”
Melisha terdiam.
“ada apa, nyonya?”
“tidak” Melisha
tersenyum dan melihat mawar putih.
“mawar putih adalah
tanda kesetiaan”
Melisha menatap
pelayan itu.
***
Di rumah Sasha,
Robert berciuman
dengan Sasha, dan dua tangkai mawar yang Sasha pegang pun terlepas karena ia
memeluk Robert.
“kau rindu padaku?”
“tentu saja, aku
sudah menyiapkan makan malam untuk kita”
“waw, aku senang”
“setiap kau pulang,
kita selalu membuat makan malam romantis di ruah, kan?”
“yap, dan aku
selalu senang”
“kau bawa
wine-nya?”
“tentu saja”
Mereka tersenyum
dan kembali berpelukan.
***
Di rumah Emma,
Emma sedang duduk
dan menatap tiga tangkai mawar yang ada di vas meja kamarnya, Emma tau jika
selama ini Robert memiliki perempuan lain selain dirinya. Emma memegang
perutnya, bagaimana nasib anak ini?
Seandainya aku memang bukan satu-satunya wanita yang kau cintai? Tapi aku tidak
bisa melepaskanmu karena aku begitu mencintaimu. Air mata Emma menetes.
Dua hari kemudian,
Robert sedang
bersandar di kamar Emma, Emma yang bersandar ke pundak Robert pun terus Robert
elus rambutnya.
“Robert”
“emh...?”
“aku...”
“kenapa?”
“aku... aku hamil”
Robert terdiam.
“apa kau akan
menikahiku?”
“ah... aku” Robert
bingung.
“apa kau belum siap
menikah?”
“Emma” Robert
khawatir.
“aku akan menunggu
sampai kau siap, aku mencintaimu”
Robert mencium
kening Emma dan memeluknya dengan penuh perasaan. Emma tersenyum dan sangat
merasakan kasih sayang dari Robert.
Malamnya,
Emma sudah tidur
nyenyak, Robert masih membuka matanya dan menatap Emma. Ia mengelus Emma,
Robert merasa bersalah dan amat bersalah. Tapi cintanya memang tidak bisa ia lepaskan,
karena Robert sangat mencintai ketiga wanita dalam hidupnya itu.
“maafkan aku, Emma”
Robert mencium kening Emma.
***
Sampai suatu
hari...
Melisha yang
membawa sebuket mawar putih, berlari masuk ke dalam rumah sakit. Beberapa hari
yang lalu, Robert terkena serangan jantung di kantornya. Melisha menemui dokter
yang baru saja keluar dari salah satu ruang perawatan.
“dokter”
“nyonya Melisha?”
“bagaimana keadaan
suami saya, dok?”
“tuan Robert sudah
siuman, hanya saja..”
“kenapa dok?”
“beliau terkena stroke”
Melisha terdiam dan
air matanya menetes.
“tuan akan sulit
bicara dan bergerak”
“apa dia bisa
sembuh, dok?”
“keadaan jantungnya
masih belum baik”
Melisha sedih
mendengar itu.
“nyonya harus
optimis”
“boleh aku
melihatnya?”
“silahkan”
Melisha pun tersenyum
dan pergi ke ruang perawatan Robert. Tapi saat ia membuka pintu, Melisha
melihat seorang perempuan sexy yang sedang menemani Robert.
“siapa kamu?”
Melisha kesal melihat perempuan itu memeluk Robert dengan mesra.
“aku Sasha,
pacarnya Robert. Kamu siapa?”
“pacar?” rasa sakit
bercampur sedih pun merobek hati Melisha, “aku istrinya” mata Melisha memerah.
Sasha kaget, ia
baru tau jika Robert sudah menikah. Ia menatap Robert, “enggak, ini gak
mungkin” ia kembali menatap Melisha, “kamu bohong, kan?”
“aku tidak bohong,
dia suamiku” Melisha kesal dan menatap Robert yang hanya diam karena tidak bisa
melakukan apa-apa.
Sasha menangis,
“kenapa?” ia menatap Robert lalu menatap Melisha, Sasha pun berlari keluar.
Robert bingung, ia
ingin sekali berbuat sesuatu. Tapi Robert tidak bisa, ia hanya bisa menggerakan
bola matanya.
Melisha menatap
Robert, “inikah balasan dari kesetiaanku padamu?”
Robert menatap
Melisha, ia tau telah membuat hati Melisha hancur.
“apa salahku,
Robert?” air mata Melisha menetes, “apa kekuranganku?” ia menangis, “selama ini
aku selalu setia padamu, aku percaya dan...” air mata Melisha semakin menetes,
“kau melakukan ini” Melisha membuang bunganya dan pergi.
Robert semakin
sedih, ia ingin mengejar Melisha. Namun Robert tidak bisa berbuat apa-apa, mata
Robert pun memerah.
Di ruang tunggu,
Emma sudah bersiap
untuk masuk ke ruang perawatan Robert, tapi ia terdiam melihat Melisha.
“siapa lagi kamu?”
Melisha menatap Emma yang perutnya mulai membesar.
“a..aku...”
“jangan bilang
jika itu anak Robert”
Emma mengangguk.
“ya Tuhan...”
Melisha semakin hancur, “berapa usia kandungannya?”
“7 bulan” Emma
menunduk dengan rasa bersalah.
“apa ada lagi
wanita yang dekat dengan suamiku? Jangan-jangan sebentar lagi akan datang
wanita yang membawa cucu” Melisha pergi dengan kesal.
Emma masih diam,
firasatnya selama ini benar, Robert memang memiliki wanita lain. Melisha, ia
adalah istri sah Robert. Emma sedih, ia memikirkan nasib anaknya nanti.
Di dalam,
Robert melihat Emma
yang datang, ia juga melihat perut Emma yang semakin membesar.
“Robert...” Emma
mendekat.
Robert menatap Emma
dengan sedih.
“aku tidak bisa
menyalahkanmu atas semua ini, karena aku juga mencintaimu. Tapi...” air mata
Emma menetes, “aku hanya meminta satu hal, tolong jangan lepaskan anak kita.
Aku ingin dia kenal ayahnya, aku ingin...” Emma tak sanggup bicara lagi dan
memeluk Robert.
Air mata Robert
menetes, ia merasa sangat tidak berguna saat ini. Dan semua wanita yang ia
cintai, mereka kecewa atas sikap Robert yang dengan begitu tega membagi cinta.
Di rumah Sasha,
Sasha menangis dan
membuang semua wine ke kolam renang, “kamu jahat, Robert. Kamu jahat!” ia
berteriak mengenang semua yang telah terjadi.
***
Emma pulang ke
rumahnya dan masuk kamar, ia duduk di kasur dan kembali menangis. Emma sangat
terpukul, “aku mencintaimu, Robert. Aku tidak siap untuk berpisah sekarang, aku
masih membutuhkanmu” ia mengenang semua yang telah terjadi bersama Robert.
Di rumah sakit,
Robert sesak, ia
berusaha untuk bicara. Robertmelihat ke sekitarnya, “a... ha...., a...”
Malamnya,
Melisha membuang
semua mawar yang pernah Robert berikan, mawar yang sudah layu dan yang segar
pun tercampur. Ia membakar semua itu di halaman belakang rumahnya.
“kamu jahat,
Robert!” ia membuang semua foto pernikahannya, “aku benci kamu, kamu jahat!”
Melisha berteriak sambil menangis.
Seorang pelayan
mendekat, “nyonya...”
“ada apa?”
“ada telpon dari
rumah sakit”
Melisha terdiam, ia
pun mengambil telpon itu.
“permisi, nyonya”
pelayan pergi.
“hallo?” Melisha
mengangkat telponnya.
“nyonya, suami anda
drop”
Melisha terdiam.
“saya harap, anda
bisa segera datang kemari”
“baik, dok”
***
Emma dan Sasha
duduk bersama di sebuah kedai.
“jadi, kau
juga...?” Sasha menatap Emma.
Emma mengangguk.
“kau sedang hamil?”
“7 bulan”
“apa dia juga
selalu memberimu mawar?”
“tiga tangkai mawar
merah setiap datang”
“aku selalu diberi
dua tangkai, apa itu adalah pertanda?”
“mungkin”
“ya, karena aku
selalu diberi setangkai mawar merah” Melisha datang dan menatap mereka.
Mereka diam.
Melisha duduk dan
menatap mereka, “aku tidak tau harus bicara apa? Hatiku sakit, tapi aku juga
tau jika kalian pun begitu. Aku hanya ingin kita bertemu dengan Robert
bersama-sama, saat ini keadaannya semakin memburuk. Mungkin dia seperti itu
karena memikirkan kita semua”
“aku minta maaf,
Mel” Sasha menatap Melisha.
“tidak ada yang
perlu dimaafkan, kalian juga tidak tau hal ini kan? Mungkin jika kalian tau
kami sudah menikah, kalian juga tidak akan mau dengan Robert”
Emma menunduk.
“jangan khawatir,
Robert akan bertanggung jawab penuh atas anakmu” Melisha menatap Emma.
“aku minta maaf”
Emma sangat sedih.
Siang itu,
Mereka masuk ke
ruang perawatan Robert.
Melisha mendekati
Robert yang belum siuman, ia mengelus Robert.
Emma dan Sasha
hanya diam melihat itu, mereka ingin sekali mendekat dan menyentuh pria yang
mereka cintai. Namun, istri Robert adalah Melisha.
Melisha berbisik ke
telinga Robert, “sayang, aku datang bersama Emma dan Sasha. Kami ada disini
untukmu, kami akan selalu menemanimu. Kau harus kuat, kamu pasti cepat sembuh”
ia mencium kening Robert.
Emma dan Sasha pun
menunduk.
Melisha menatap
mereka dan menyuruhnya mendekat.
Emma dan Sasha pun
mendekat dan mereka memegang tangan Robert.
Melisha masih
mengelus Robert dan kembali berbisik, “apa kau merasakannya? Emma menggenggam
tangan kananmu, dan Sasha mengenggam tangan kirimu” Melisha bersandar ke dekat
kepala Robert dan masih berbisik, “aku mencintaimu, kami mencintaimu”
Air mata pun
menetes dari ujung mata Robert yang tertutup.
Mereka semakin
sedih dan mata mereka mulai memerah, namun mereka harus kuat di depan Robert.
Mereka harus membangkitkan semangat Robert untuk sembuh.
Malamnya,
Sasha dan Emma
sudah pulang, sementara Melisha masih disana untuk menemani Robert.
“Melisha...”
Melisha kaget dan
menatap Robert, “Robert?” ia tersenyum.
“aku... minta maaf”
“sudahlah, lupakan
semuanya” air mata Melisha menetes.
Robert menatap
Melisha, “aku tidak bisa memilih diantara kalian, aku mencintai kalian. Tidak
ada yang kurang atau yang lebih aku cintai, kalian...”
“sudah, sudah...”
Melisha mengelus Robert, “yang penting, kamu cepet sembuh”
“aku minta maaf”
“sudah” Melisha
mencium kening Robert.
Robert yang sedih,
tersenyum dan menutup matanya. Melisha memeluk Robert dengan rasa sedih, namun
ia senang bisa memeluk suaminya.
“aku mencintaimu”
“aku pun” Melisha
tersenyum.
***
Di pemakaman,
Melisha, Emma, dan
Sasha berdiri di hadapan makam Robert. Mereka berjanji akan selalu berhubungan
baik dan saling menjaga demi Robert. Dan sampai kapan pun, cinta Robert akan
selalu ada dalam hati mereka. Cinta yang tidak akan pernah tergantikan oleh
siapa pun. Meski kenyataannya, Robert telah membagi cinta pada mereka.
Emma dan Sasha pun
pergi meninggalkan Melisha sendirian.
Melisha mendekati
nisan Robert yang dikelilingi oleh mawar putih, ia tersenyum dengan air mata
yang menetes. Melisha berbicara pelan, “aku mengandung anak kita, usianya sudah
dua bulan” ia pun mencium nisan itu dan pergi.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar