Rabu, 31 Agustus 2016

The Red Rose


Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Drama
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
“nyonya, tuan sudah datang” seorang pelayan memberitau perempuan yang sedang berdandan di kamarnya.
“benarkah?” perempuan itu begitu senang, ia berjalan ke balkon luar kamarnya dan melihat suaminya keluar dari mobil sambil memegang setangkai bunga mawar merah.
Pria itu tersenyum menatap istrinya.
“Robert” perempuan itu sangat bahagia dan langsung berlari masuk ke kamar, ia pun menuruni tangga dan keluar dari rumahnya.
“hey, sayang” Robert menatap istrinya.
Perempuan itu tersenyum dan memeluk Robert, “aku senang, akhirnya kau pulang”
“kau bicara, seolah-olah aku tidak pernah pulang”
“aku rindu padamu, kau hanya pulang seminggu sekali. Aku...”
“sst...” Robert memberikan mawarnya.
“terima kasih, sayang” perempuan itu mencium pipi Robert dan kembali memeluknya.
Robert merangkul istrinya ke dalam rumah.
Di dalam,
“kau betah disini?”
“tentu, pelayanmu baik. Mereka selalu ada setiap aku membutuhkan”
“bagus”
Mereka duduk.
Perempuan itu bersandar ke pundak Robert dan memeluknya dengan manja.
Robert pun mencium kening perempuan itu, “Melisha, kau tidak menyesal menikah denganku, kan?”
“kenapa kau bertanya seperti itu?” Melisha kaget dan menatap Robert.
“kita jarang bertemu dan aku...”
“sudah, jangan dibahas. Aku tidak pernah benci dengan pekerjaanmu, aku hanya rindu”
Robert tersenyum dan memeluk Melisha.
Besoknya,
Robert sudah bersiap dan bercermin kamarnya, Melisha masuk ke kamar.
“kau akan pergi sekarang?” Melisha menatap Robert.
Robert menoleh dan tersenyum, “yap”
Melisha menunduk.
“kau bilang, kau tidak benci dengan pekerjaanku?” Robert mendekati Melisha dan menatapnya.
Melisha pun memeluk Robert dengan erat, “mungkin aku hanya..., aku...” ia sangat sedih, “aku belum terbiasa”
“sayang”
“kau satu-satunya pria yang aku cintai, Robert”
“tentu saja, suamimu hanya aku kan?”
“ih..., nakal”
Robert tersenyum.
***
Suatu siang,
Mobil Robert berhenti di depan toko bunga, seorang pelayan toko bunga pun mendekati mobil Robert sambil memberikan dua tangkai mawar merah.
Robert kaget, “wah, kau sudah tau?”
“tentu, tuan. Anda kan pelanggan tetap saya” pelayan itu tersenyum, “jika dua hari yang lalu anda membeli setangkai bunga, maka hari ini anda akan membeli dua tangkai. Lalu dua hari berikutnya anda akan membeli tiga tangkai, itu akan terulang”
“pintar” Robert tersenyum, “kalau begitu, kau harus selalu menyiapkan mawar merah untukku”
“siap, tuan”
***
Di sebuah rumah,
Seorang perempuan seksi sedang berenang, lalu ia menepi dan meminum jus yang sudah disiapkan oleh pelayan.
“emh... berenang lalu minum jus, selalu membuatku segar”
Tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.
“argh...” perempuan itu kaget.
“ssst...”
Perempuan itu menoleh, “Robert?”
“kenapa kau ketakutan sekali?”
“tentu saja aku takut, aku kan kaget” perempuan itu menatap Robert.
Robert memberikan dua tangkai mawar pada perempuan itu sambil menatapnya, perempuan itu tersenyum dan memeluk Robert. Mereka pun terus berpelukan di kolam itu.
Malamnya,
Makan malam romantis disiapkan di rumah itu.
Perempuan tadi mengambil sebotol wine dan menyimpannya di meja, lalu ia menatap Robert dengan sedikit kesal.
“Sasha” Robert menatap perempuan itu, “ada apa, sayang?” ia berdiri dan mengambil wine itu.
“setelah malam ini, kau akan pergi kan?”
“aku harus pergi”
Sasha merebut wine itu dan menuangkannya ke gelas.
“hey” Robert menyentuh pipi Sasha.
Sasha menunduk.
“sayang” Robert mencium Sasha dan wine yang dituangkan pun terbuang habis dari botolnya.
Botol itu pun terlepas dan Sasha memeluk Robert.
“aku mencintaimu”
“aku tau” Robert tersenyum.
***
Pagi itu,
Seorang perempuan mendengar ketukan pintu, “iya, sebentar” ia membuka pintu dan melihat Robert tersenyum sambil memberikan tiga tangkai bunga mawar merah, “Robert?”
“hey”
Perempuan itu tersenyum.
“pelayan bilang, kau sakit”
“aku...”
“ada apa, sayang” Robert mengelus perempuan itu.
“aku cuma gak enak badan”
“emh..” Robert memeluk perempuan itu sambil terus menatapnya.
“Robert” perempuan itu tersenyum.
“katakan Emma”
“beneran, aku gak apa-apa” dengan sedikit sedih.
Robert menatap tajam pada Emma, “sini” ia memegang tangan Emma dan mengajaknya duduk di kursi yang ada di teras.
Emma menatap Robert dengan sedikit khawatir.
Robert menunjukan sebuah kalung di depan mata Emma.
Emma kaget dan menatap Robert.
“selamat ulang tahun”
“aku kira, kau lupa” Emma tersenyum.
“mana mungkin aku lupa” Robert memasangkan kalung tersebut ke leher Emma, “kau cantik sekali” ia tersenyum.
Emma senang, ia memeluk Robert dan mencium pipinya.
“Emma, aku tidak mau hal ini terjadi lagi. Aku tidak mau kau sakit”
“maafkan aku”
“kamu gak boleh banyak pikiran, ok?”
Emma mengangguk dan terus memeluk Robert.
“jadi kau sangat merindukanku?”
“iiih.., kamu?” Emma malu.
Robert tersenyum.
Selama ini, Emma memang merasa jika Robert memiliki wanita lain selain dirinya. Tapi ia tetap mencintai Robert apa adanya dan bagaimana pun posisinya, karena hanya Robert yang bisa membuatnya nyaman.
Malamnya,
Robert masuk ke kamar dan melihat Emma di balik tirai ranjangnya, “kau belum tidur?”
“aku tidak mau tidur, karena jika aku bangun nanti, kau akan pergi”
“tidak tidur pun, aku tetap akan pergi”
Emma menatap Robert dan Robert memeluknya dengan mesra.
“aku tau apa yang kau pikirkan” bisik Robert.
Emma terdiam.
Robert menatap Emma.
“aku mencintaimu, Robert”
Robert tersenyum dan Emma pun terdiam di pelukannya.
Hal itu terus berlanjut, sudah lama Robert hidup dengan tiga wanita. Bahkan sebelum ia menikah dengan Melisha.
***
Suatu hari,
Melisha melewati sebuah toko bunga, ia melihat bunga mawar merah. Bunga yang selalu Robert berikan padanya, Melisha pun tersenyum. Robert memang sosok pria yang romantis, dan selalu terlihat sexy di mata Melisha. Cinta mereka bagaikan mawar dengan warna merah yang menyala, bunga itu memang sangat cocok untuk mengungkapkan perasaan mereka.
“selamat siang, nyonya. Ada yang bisa saya bantu?” seorang penjaga toko, tersenyum.
“eh...” Melisha tersenyum, “aku cuma liat mawar itu, mas. Maaf”
“emh..., apa suami anda termasuk pria romantis yang selalu memberi anda bunga itu?”
“ya”
“ah...” pelayan itu tersenyum, “pelanggan saya pun selalu membeli bunga mawar itu, ia bisa membeli tiga kali dalam seminggu dengan jumlah tangkai yang berbeda”
“dia romantis sekali”
“ya, jika hari ini dia membeli satu tangkai. Maka ia akan kembali dengan membeli dua tangkai, lalu tiga”
“suamiku selalu memberiku satu tangkai”
“ya” pelayan itu tersenyum, “banyak orang yang menganggap mawar itu tanda cinta yang romantis, seakan-akan mereka lupa jika durinya sangatlah menyakitkan”
Melisha terdiam.
“ada apa, nyonya?”
“tidak” Melisha tersenyum dan melihat mawar putih.
“mawar putih adalah tanda kesetiaan”
Melisha menatap pelayan itu.
***
Di rumah Sasha,
Robert berciuman dengan Sasha, dan dua tangkai mawar yang Sasha pegang pun terlepas karena ia memeluk Robert.
“kau rindu padaku?”
“tentu saja, aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita”
“waw, aku senang”
“setiap kau pulang, kita selalu membuat makan malam romantis di ruah, kan?”
“yap, dan aku selalu senang”
“kau bawa wine-nya?”
“tentu saja”
Mereka tersenyum dan kembali berpelukan.
***
Di rumah Emma,
Emma sedang duduk dan menatap tiga tangkai mawar yang ada di vas meja kamarnya, Emma tau jika selama ini Robert memiliki perempuan lain selain dirinya. Emma memegang perutnya, bagaimana nasib anak ini? Seandainya aku memang bukan satu-satunya wanita yang kau cintai? Tapi aku tidak bisa melepaskanmu karena aku begitu mencintaimu. Air mata Emma menetes.
Dua hari kemudian,
Robert sedang bersandar di kamar Emma, Emma yang bersandar ke pundak Robert pun terus Robert elus rambutnya.
“Robert”
“emh...?”
“aku...”
“kenapa?”
“aku... aku hamil”
Robert terdiam.
“apa kau akan menikahiku?”
“ah... aku” Robert bingung.
“apa kau belum siap menikah?”
“Emma” Robert khawatir.
“aku akan menunggu sampai kau siap, aku mencintaimu”
Robert mencium kening Emma dan memeluknya dengan penuh perasaan. Emma tersenyum dan sangat merasakan kasih sayang dari Robert.
Malamnya,
Emma sudah tidur nyenyak, Robert masih membuka matanya dan menatap Emma. Ia mengelus Emma, Robert merasa bersalah dan amat bersalah. Tapi cintanya memang tidak bisa ia lepaskan, karena Robert sangat mencintai ketiga wanita dalam hidupnya itu.
“maafkan aku, Emma” Robert mencium kening Emma.
***
Sampai suatu hari...
Melisha yang membawa sebuket mawar putih, berlari masuk ke dalam rumah sakit. Beberapa hari yang lalu, Robert terkena serangan jantung di kantornya. Melisha menemui dokter yang baru saja keluar dari salah satu ruang perawatan.
“dokter”
“nyonya Melisha?”
“bagaimana keadaan suami saya, dok?”
“tuan Robert sudah siuman, hanya saja..”
“kenapa dok?”
“beliau terkena stroke”
Melisha terdiam dan air matanya menetes.
“tuan akan sulit bicara dan bergerak”
“apa dia bisa sembuh, dok?”
“keadaan jantungnya masih belum baik”
Melisha sedih mendengar itu.
“nyonya harus optimis”
“boleh aku melihatnya?”
“silahkan”
Melisha pun tersenyum dan pergi ke ruang perawatan Robert. Tapi saat ia membuka pintu, Melisha melihat seorang perempuan sexy yang sedang menemani Robert.
“siapa kamu?” Melisha kesal melihat perempuan itu memeluk Robert dengan mesra.
“aku Sasha, pacarnya Robert. Kamu siapa?”
“pacar?” rasa sakit bercampur sedih pun merobek hati Melisha, “aku istrinya” mata Melisha memerah.
Sasha kaget, ia baru tau jika Robert sudah menikah. Ia menatap Robert, “enggak, ini gak mungkin” ia kembali menatap Melisha, “kamu bohong, kan?”
“aku tidak bohong, dia suamiku” Melisha kesal dan menatap Robert yang hanya diam karena tidak bisa melakukan apa-apa.
Sasha menangis, “kenapa?” ia menatap Robert lalu menatap Melisha, Sasha pun berlari keluar.
Robert bingung, ia ingin sekali berbuat sesuatu. Tapi Robert tidak bisa, ia hanya bisa menggerakan bola matanya.
Melisha menatap Robert, “inikah balasan dari kesetiaanku padamu?”
Robert menatap Melisha, ia tau telah membuat hati Melisha hancur.
“apa salahku, Robert?” air mata Melisha menetes, “apa kekuranganku?” ia menangis, “selama ini aku selalu setia padamu, aku percaya dan...” air mata Melisha semakin menetes, “kau melakukan ini” Melisha membuang bunganya dan pergi.
Robert semakin sedih, ia ingin mengejar Melisha. Namun Robert tidak bisa berbuat apa-apa, mata Robert pun memerah.
Di ruang tunggu,
Emma sudah bersiap untuk masuk ke ruang perawatan Robert, tapi ia terdiam melihat Melisha.
“siapa lagi kamu?” Melisha menatap Emma yang perutnya mulai membesar.
“a..aku...”
“jangan bilang jika  itu anak Robert”
Emma mengangguk.
“ya Tuhan...” Melisha semakin hancur, “berapa usia kandungannya?”
“7 bulan” Emma menunduk dengan rasa bersalah.
“apa ada lagi wanita yang dekat dengan suamiku? Jangan-jangan sebentar lagi akan datang wanita yang membawa cucu” Melisha pergi dengan kesal.
Emma masih diam, firasatnya selama ini benar, Robert memang memiliki wanita lain. Melisha, ia adalah istri sah Robert. Emma sedih, ia memikirkan nasib anaknya nanti.
Di dalam,
Robert melihat Emma yang datang, ia juga melihat perut Emma yang semakin membesar.
“Robert...” Emma mendekat.
Robert menatap Emma dengan sedih.
“aku tidak bisa menyalahkanmu atas semua ini, karena aku juga mencintaimu. Tapi...” air mata Emma menetes, “aku hanya meminta satu hal, tolong jangan lepaskan anak kita. Aku ingin dia kenal ayahnya, aku ingin...” Emma tak sanggup bicara lagi dan memeluk Robert.
Air mata Robert menetes, ia merasa sangat tidak berguna saat ini. Dan semua wanita yang ia cintai, mereka kecewa atas sikap Robert yang dengan begitu tega membagi cinta.
Di rumah Sasha,
Sasha menangis dan membuang semua wine ke kolam renang, “kamu jahat, Robert. Kamu jahat!” ia berteriak mengenang semua yang telah terjadi.
***
Emma pulang ke rumahnya dan masuk kamar, ia duduk di kasur dan kembali menangis. Emma sangat terpukul, “aku mencintaimu, Robert. Aku tidak siap untuk berpisah sekarang, aku masih membutuhkanmu” ia mengenang semua yang telah terjadi bersama Robert.
Di rumah sakit,
Robert sesak, ia berusaha untuk bicara. Robertmelihat ke sekitarnya, “a... ha...., a...”
Malamnya,
Melisha membuang semua mawar yang pernah Robert berikan, mawar yang sudah layu dan yang segar pun tercampur. Ia membakar semua itu di halaman belakang rumahnya.
“kamu jahat, Robert!” ia membuang semua foto pernikahannya, “aku benci kamu, kamu jahat!” Melisha berteriak sambil menangis.
Seorang pelayan mendekat, “nyonya...”
“ada apa?”
“ada telpon dari rumah sakit”
Melisha terdiam, ia pun mengambil telpon itu.
“permisi, nyonya” pelayan pergi.
“hallo?” Melisha mengangkat telponnya.
“nyonya, suami anda drop”
Melisha terdiam.
“saya harap, anda bisa segera datang kemari”
“baik, dok”
***
Emma dan Sasha duduk bersama di sebuah kedai.
“jadi, kau juga...?” Sasha menatap Emma.
Emma mengangguk.
“kau sedang hamil?”
“7 bulan”
“apa dia juga selalu memberimu mawar?”
“tiga tangkai mawar merah setiap datang”
“aku selalu diberi dua tangkai, apa itu adalah pertanda?”
“mungkin”
“ya, karena aku selalu diberi setangkai mawar merah” Melisha datang dan menatap mereka.
Mereka diam.
Melisha duduk dan menatap mereka, “aku tidak tau harus bicara apa? Hatiku sakit, tapi aku juga tau jika kalian pun begitu. Aku hanya ingin kita bertemu dengan Robert bersama-sama, saat ini keadaannya semakin memburuk. Mungkin dia seperti itu karena memikirkan kita semua”
“aku minta maaf, Mel” Sasha menatap Melisha.
“tidak ada yang perlu dimaafkan, kalian juga tidak tau hal ini kan? Mungkin jika kalian tau kami sudah menikah, kalian juga tidak akan mau dengan Robert”
Emma menunduk.
“jangan khawatir, Robert akan bertanggung jawab penuh atas anakmu” Melisha menatap Emma.
“aku minta maaf” Emma sangat sedih.
Siang itu,
Mereka masuk ke ruang perawatan Robert.
Melisha mendekati Robert yang belum siuman, ia mengelus Robert.
Emma dan Sasha hanya diam melihat itu, mereka ingin sekali mendekat dan menyentuh pria yang mereka cintai. Namun, istri Robert adalah Melisha.
Melisha berbisik ke telinga Robert, “sayang, aku datang bersama Emma dan Sasha. Kami ada disini untukmu, kami akan selalu menemanimu. Kau harus kuat, kamu pasti cepat sembuh” ia mencium kening Robert.
Emma dan Sasha pun menunduk.
Melisha menatap mereka dan menyuruhnya mendekat.
Emma dan Sasha pun mendekat dan mereka memegang tangan Robert.
Melisha masih mengelus Robert dan kembali berbisik, “apa kau merasakannya? Emma menggenggam tangan kananmu, dan Sasha mengenggam tangan kirimu” Melisha bersandar ke dekat kepala Robert dan masih berbisik, “aku mencintaimu, kami mencintaimu”
Air mata pun menetes dari ujung mata Robert yang tertutup.
Mereka semakin sedih dan mata mereka mulai memerah, namun mereka harus kuat di depan Robert. Mereka harus membangkitkan semangat Robert untuk sembuh.
Malamnya,
Sasha dan Emma sudah pulang, sementara Melisha masih disana untuk menemani Robert.
“Melisha...”
Melisha kaget dan menatap Robert, “Robert?” ia tersenyum.
“aku... minta maaf”
“sudahlah, lupakan semuanya” air mata Melisha menetes.
Robert menatap Melisha, “aku tidak bisa memilih diantara kalian, aku mencintai kalian. Tidak ada yang kurang atau yang lebih aku cintai, kalian...”
“sudah, sudah...” Melisha mengelus Robert, “yang penting, kamu cepet sembuh”
“aku minta maaf”
“sudah” Melisha mencium kening Robert.
Robert yang sedih, tersenyum dan menutup matanya. Melisha memeluk Robert dengan rasa sedih, namun ia senang bisa memeluk suaminya.
“aku mencintaimu”
“aku pun” Melisha tersenyum.
***
Di pemakaman,
Melisha, Emma, dan Sasha berdiri di hadapan makam Robert. Mereka berjanji akan selalu berhubungan baik dan saling menjaga demi Robert. Dan sampai kapan pun, cinta Robert akan selalu ada dalam hati mereka. Cinta yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapa pun. Meski kenyataannya, Robert telah membagi cinta pada mereka.
Emma dan Sasha pun pergi meninggalkan Melisha sendirian.
Melisha mendekati nisan Robert yang dikelilingi oleh mawar putih, ia tersenyum dengan air mata yang menetes. Melisha berbicara pelan, “aku mengandung anak kita, usianya sudah dua bulan” ia pun mencium nisan itu dan pergi.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar