Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance, Friendship
Cerita ini adalah
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Di sebuah
universitas,
Seorang perempuan
keluar dari kelas dan berlari menuju kantin, disana ia memasuki sebuah cafe.
“Laras, dari mana aja
sih? Tuh, si Tio marah-marah dari tadi” perempuan yang sebaya dengannya menatap
Laras.
“maaf, Vin. Tadi
aku ada tugas tambahan” Laras menatap Vina dengan sedikit menyesal.
“woy, jangan
bengong aja dong. Cepet kerja” Tio yang melihat mereka, marah-marah.
“iya, aku juga lagi
kerja kok” Vina kembali mengelap meja.
“biasa aja kali,
aku juga gak bakalan kabur kok” Laras kesal pada Tio.
Tio cuek dan
kembali menyiapkan minuman.
Laras mulai menyapu
lantai.
Vina mendekati
Laras, “udah jangan diambil hati, Tio kan emang gitu”
“aku tau kok,
makanya aku suka males sama dia. Tapi kenapa ya, banyak cewek yang suka sama
dia?”
Vina tersenyum dan
kembali membersihkan meja.
Malamnya,
Vina pulang bersama
Laras, mereka berjalan keluar dari universitas.
“kira-kira, buat
kedepannya kita bikin cafe di luar atau terus stay di kampus ini ya?”
“gak tau Ras, tapi
kan kita bentar lagi Tio lulus”
“itu dia, Vin. Aku
males nanyain nya”
“biar aku yang
tanya sama Tio”
Laras tersenyum,
Vina memang teman yang baik. Bahkan dia selalu sabar menghadapi Tio yang bagi
Laras sangat menyebalkan.
Mereka pun berpisah
di perempatan dekat perumahan.
Tio yang menaiki
motor mengukuti mereka dan setelah mereka berpisah, ia pun pergi sambil melaju
kencang.
Besoknya,
Laras sudah datang
ke cafe kampus, Vina sedang menyiapkan meja dan kursi.
“hey, Vin” Laras
membantu Vina.
“Laras, kamu kok
udah ada disini?”
“kamu lupa ya? Hari
ini kan aku libur”
“oh iya” Vina
tersenyum, “hari ini Tio masuk pagi”
“itu berarti, nanti
siang kamu ke kelas terus aku berduaan sama Tio?”
“maaf, lagian
jadwalnya emang gitu”
“aduh...”
Seorang pria
datang, “hey, Ras”
Laras menoleh,
“Song Jung Ki?” ia tersenyum.
“seneng banget cafe
udah buka pagi-pagi begini, kebetulan aku belum sarapan”
“oh, ok” Vina
membawa buku menu, “kamu mau makan apa?”ia mendekati Jung Ki.
Laras tersenyum dan
bersiap untuk memasak.
***
Siangnya,
“aduh.. kok Tio
belum datang juga sih?” Laras mengeluh karena pekerjaan yang banyak harus ia
tangani sendiri.
Saat sedang mencuci
piring, Laras merasa aneh karena tidak ada satupun pelanggan yang membunyikan
bell.
“apa hari ini
orang-orang pada masuk siang?” Laras merasa aneh dan membawa piring bersih ke
luar.
Di luar,
Laras terdiam,Tio
sedang sibuk mengurus pesanan, makanan, dan juga minuman.
“ya ampun” Laras
langsung memimpan piring bersih ke tempatnya dan membantu Tio.
“makanya, kalau
nyuci piring jangan kebanyakan ngelamun” Tio yang sedang membuat sebuah squash,
menyindir Laras.
“siapa yang
ngelamun?” Laras kesal dan mulai memasak.
Tio kembali cuek
dan mengantarkan minuman.
Laras masih kesal
karena hari ini ia harus berduaan dengan Tio.
“hey, Laras. Hey”
“iya, apa sih?”
Laras menoleh dan terdiam, “Jung Ki?” ia tersenyum, “maaf, aku kira kamu...”
“ehy, awas-awas!
Selain karyawan, gak boleh masuk sini” Tio mengusir Jung Ki dengan kasar.
Jung Ki kesal, “aku
tunggu di luar ya” ia tersenyum pada Laras dan pergi.
Tio masih menatap
Jung Ki.
“kamu tuh kenapa
sih? Nyebelin banget, tau gak?” Laras menatap Tio.
“ngobrol terus sama
si Juki bikin masakan gosong, tau?” Tio kembali meracik minuman pesanan
pelanggan.
“tau gini, aku gak
bakalan kesini hari ini” Laras mengantarkan pesanan.
Vina datang, dan
kaget melihat mereka. Ia membaca pesanan baru, “kalian aneh deh, setiap hari
gak pernah akur” ia menatap Tio.
***
Jung Ki duduk
menunggu Laras.
“hey, kamu udah
pesen?” Laras mendekat.
“udah sama Vina”
“ok” Laras
tersenyum.
Tio datang
membawakan pesan Jung Ki, tapi tiba-tiba minuman itu tersiram ke baju Jung Ki.
“aduh” Jung Ki
kaget.
Laras menatap Tio
yang begitu cuek, “kamu apa-apaan sih”
“sorry, aku gak
sengaja. Mau diganti?”
“gak perlu” Jung Ki
kesal dan pergi.
Laras menatap Tio,
“kamu tuh nyebelin banget sih?”
“kerja, kerja.
Ngobrol, ngobrol” Tio pergi.
Laras sangat kesal.
Malamnya,
Laras pun pergi ke
sebuah cafe bersama Jung Ki.
“maaf atas sikap
Tio”
“sudahlah, dia kan
emang begitu”
“iya, aku juga gak
ngerti kenapa awalnya aku bisa bikin bisnis bareng dia”
“udahlah, aku tuh
sebenernya kagum banget sama kamu. Disaat yang lain cuma sibuk minta uang orang
tua, nongkrong-nongkrong dan makan ke cafe-cafe sama teman-temannya. Kamu lebih
memilih buka cafe di kampus”
“itu karena aku
tidak seberuntung mereka”
“iya, tapi kan
kalau liat manfaatnya. Tentu aja yang kamu lakuin lebih berguna dari mereka.
Rajin iya, pinter juga iya”
Laras tersenyum
mendengar pujian Jung Ki.
Besoknya,
Vina mendekati Tio
yang sedang beres-beres.
“mana si Laras?”
“hari ini dia gak
bisa kerja”
“pacaran sama si
Juki kan?”
“kamu marah?”
“kita itu cuma
bertiga, kalau dia gak ada, kita bisa repot”
“hari ini kamu
masuk siang ya?”
Tio kembali
beres-beres.
“aku gak apa-apa
kok sendirian” Vina tersenyum.
Seorang pria masuk
dan duduk.
Vina melihatnya,
“siapa dia? Kayanya aku baru liat”
“itu Robert,
pindahan dari luar kota”
“oh”
“udah sana” Tio
menatap Vina.
“iya iya” Vina
mendekati Robert dan mulai menanyakan pesanannya.
***
Sore itu,
Di depan rumah
Laras, Laras turun dari mobil Jung Ki dan melambai. Jung Ki pun pergi dengan
mobilnya.
Laras senang,
sekarang mereka sudah mulai semakin dekat. Ia pun masuk ke rumah sambil
menelpon Vina.
“hallo?”
“Vin, aku udah
jadian sama Jung Ki”
“wah, selamat ya”
Vina ikut senang.
“maaf tadi aku gak
bantuin di cafe”
“gak apa-apa kok,
Ras. Lagian juga aku ditemenin Tio, dia bolos tadi”
Laras terdiam, dia
mengorbankan orang lain untuk kesenangannya. Tio yang menyebalkan saja mau
berkorban untuk teman, kenapa dirinya malah memilih bersenang-senang dengan
Jung Ki?
“hallo, Ras?”
“i..iya, Vin. Maaf”
“kok minta maaf
lagi?”
“aku jadi gak enak
sama kalian”
“udahlah, gak
apa-apa. Kan kalau kamu ke cafe, kamu gak abakalan jadian sama si Jung Ki”
Laras tersenyum.
Besoknya di cafe
kampus,
Laras datang dan
melihat seorang dosen sedang marah pada Tio.
“kamu itu gimana
sih? Kamu mahasiswa semester akhir, kamu bolos cuma gara-gara cafe ini. Kalau
kamu gak lulus, mau jadi apa kamu?”
“saya minta maaf,
pak”
“kamu itu mahasiswa
berprestasi bagi kampus ini, tolong jangan kecewakan kami lagi”
Tio menatap Laras,
lalu diam.
Setelah dosen itu
pergi,
Laras mendekat,
“Tio...”
“udah kerja sana”
“iya iya, dasar”
Laras yang awalnya merasa kasihan, kembali kesal.
Vina datang, “ya
ampun, kalian udah pada disini. Maaf aku telat”
Tio tidak bicara
dan terlihat kesal.
Vina mendekati
Laras dan berbisik, “dia kenapa?”
“abis dimarahin
dosen”
Vina khawatir dan
kembali melihat ke arah Tio.
Siangnya,
Robert kembali
datang ke cafe, Vina mendekat dan menerima pesanannya.
Laras yang akan
mengantarkan pesanan, melihat Robert. Dia
siapa? Ia merasa asing, karena belum pernah bertemu Robert sebelumnya.
Vina mendekati
Laras, “kok diliatin aja sih? Dia cakep ya?” ia tersenyum.
“woy, kerja woy!”
Tio menatap mereka.
“iya tuan” Laras
kesal.
Vina kembali
mengambil pesanan sambil senyum-senyum.
Saat Laras dan Vina
sedang sibuk di dapur, Tio pun mengambil pesanan. Tapi ia bertemu dengan Jung
Ki.
“hey, Larasnya ada?”
Tio cuek tidak
peduli.
“Larasnya ada?”
Jung Ki kembali bertanya.
Tapi Tio tetap
tidak peduli dan mengambil pesanan.
“eh, aku nanya.
Mana Laras?” Jung Ki memegang pundak Tio.
Tio langsung
melepasnya dan menatap Jung Ki.
“denger ya, aku
cuma nanya dimana Laras?”
Tio kembali cuek
dan mendekati pembeli lain.
“sialan” Jung Ki
kesal, ia mau masuk ke dapur.
“woy, itu khusus
karyawan” Tio marah dan mendekati Jung Ki.
Saat mereka mau
bertengkar, Robert melerai mereka.
“udah udah, kalian
kenapa sih?”
Jung Ki menatap
Robert, “ini bukan urusan kamu ya”
“iya, tapi gak usah
bikin keributan kan?” Robert menatap mereka.
Tio mendorong Jung
Ki dan masuk ke dapur.
Jung Ki pun pergi
dan Robert kembali duduk.
Di dapur,
Brak...
Tio memukul pintu.
“Tio, kamu kenapa?”
Vina kaget.
“gak apa-apa” Tio
duduk dengan kesal.
Vina menatap Laras,
Laras menyuruh Vina untuk mendekatinya.
Vina mengambil
segelas air dan mendekati Tio, “minum dulu”
“makasih” Tio tetap
diam.
Laras mengambil
makanan dan keluar, ia memberikan makanan itu ke meja Robert.
“ini pesanannya”
“makasih” Robert
tersenyum, “oh iya, kamu yang namanya Laras ya? Tadi ada yang nyariin”
“Jung Ki?”
“e... iya, tapi dia
hampir berantem sama eh...”
“Tio?”
Robert mengangguk
bingung.
“makasih ya” Laras
kesal dan masuk ke dapur.
Disana,
Laras marah besar
pada Tio, “Tio?!”
Tio menatap Laras
dan Vina kaget.
“maksud kamu apa
sih? Setiap ada cowok yang deket sama aku, kamu selalu ganggu”
“aku cuma gak suka
kalau dia ganggu kerjaan”
“jangan bawa-bawa
cafe sebagai alasan” Laras semakin kesal.
“kita itu cuma
bertiga, kalau ada yang gak disiplin...”
“maksud kamu, aku
gak mentingin cafe. Gitu?”
“Ras, udah Ras”
Vina bingung.
“diem, Vin. Dia itu
udah kelewatan, tau?” Laras menunjuk Tio.
Vina diam,
sementara Tio hanya menatap Laras.
“aku keluar dari
cafe ini” Laras pergi.
Vina sangat
menyayangkan keputusan Laras, “gimana ini?” ia menatap Tio.
“mungkin ini yang
terbaik buat dia” Tio berdiri dan kembali bekerja.
Vina masih diam, ia
sedih karena sekarang hanya tinggal mereka berdua yang mengelola cafe.
“eh Vin, mau kerja
atau ngelamun?” Tio menatap Vina.
“iya iya” Vina
kembali berdiri dan tersenyum.
Di luar,
Laras yang kesal,
mengambil tas nya dan pergi dari cafe. Robert yang melihat itu, kaget dan terus
menatap Laras yang sudah jauh.
***
Promnight pun tiba,
Vina melihat Laras
yang baru datang, “hey”
“hey, Vin. Kamu
sendirian?”
Vina mengangguk,
“mana Jung Ki?”
“aku juga belum
ketemu, aku nyari dia dulu ya” Laras pergi.
Vina melihat Tio
yang sedang minum, ia mendekatinya.
Tio masih minum
dengan cueknya.
“kamu sendiri?”
“enggak” Tio
menatap Vina, “kamu gak liat disini banyak orang?”
“eh...”
“ada apa?”
“enggak, aku
cuma...”
“kamu sendiri?
Nanti gak bisa dansa dong” Tio minum dan pergi.
Vina diam, ia tau
jika dansa akan segera dimulai.
“hey Vin”
Vina menoleh,
“Robert?”
“dansa yu”
Vina tersenyum dan
mengangguk.
Mereka pun
berdansa.
Di dekat toilet,
Jung Ki sedang
bersama seorang perempuan, “kamu cantik banget hari ini”
“kamu juga cakep,
selamat ya atas ke lulusannya”
“makasih”
“oh iya, gimana
hubungan kamu sama Laras?”
“ah, itu sih
seru-seruan aja. Dia anaknya polos banget, gampang ditipu-tipu. Dia kira, aku
suka banget sama dia. Padahal dia cuma aku jadiin taruhan doang sama
temen-temen”
“terus, aku
gimana?”
“ya, kamu beda lah”
Mereka saling tatap
dan berciuman.
“Jung Ki” Laras
yang sudah berada disana cukup lama, sangat kesal.
“Laras?” Jung Ki
kaget.
“kamu jahat” Laras
menangis, “aku udah ngorbanin semuanya demi kamu. Aku ninggalin cafe, aku
ninggalin temen-temen aku demi kamu”
“Laras” Jung Ki
melepas perempuan itu dan mendekati Laras.
“aku gak mau
ngeliat kamu lagi” Laras pergi meninggalkan Jung Ki.
“Laras” Jung mau
mengejar Laras tapi perempuan itu memegangi tanganya.
“jadi kamu masih
mau sama Laras kan? Dasar cowok playboy”
Plak...
Perempuan itu menampar
Jung Ki dan pergi.
Di tempat pakir,
Laras menangis,
pria yang selama ini ia cintai ternyata hanya mempermainkannya.
Robert yang melihat
Laras, mendekatinya. Laras menghapus air matanya karena melihat Robert.
“kamu kenapa?”
“bukan urusan kamu”
“hey, kita kan
teman”
“teman?” Laras
tersenyum.
“ok, aku emang
bukan temen kamu tapi...”
“gak apa-apa kok,
aku senang berteman” Laras sedih, “tapi terakhir kali aku berteman, aku
mengecewakan dua temanku sekaligus”
“aku rasa, semuanya
belum terlambat” Vina mendekat dan tersenyum.
“Vina” Laras senang
melihat Vina.
Mereka berpelukan
dan menangis, Robert hanya diam melihat itu.
“maafin aku ya,
Vin”
Robert tersenyum
melihat mereka.
“Ras, kamu liat Tio
gak?”
“eh...” Laras
mengingat-ingat, “enggak”
“dia kemana ya?” Vina
merasa aneh.
“udahlah, paling si
‘tuan Senang’ lagi party” Laras menatap Vina.
Vina tersenyum.
Besoknya,
Tio sedang
membereskan barang-barang yang ada di cafe kampus.
“Tio” Laras
mendekat.
Tio menoleh dan
menatap Laras.
“aku...” Laras
menunduk, “aku minta maaf”
Tio kembali
membereskan barang-barang.
Laras menatap Tio.
“kalau mau kerja,
kerja” Tio bicara tanpa menatap Laras.
Laras tersenyum dan
membantu Tio.
Vina datang dan
tersenyum melihat kedua temannya kembali bekerjasama diantara para pengangkut barang.
Tio menatap Vina,
“ngapain diem aja disitu?”
“siap, bos” Vina
mendekat dan membantu mereka.
Robert datang, “mau
pindah kemana?”
Tio sama sekali
tidak peduli. Vina dan Laras saling tatap, mereka bingung untuk menjawab.
Robert masih
menatap dengan penasaran.
“Tio, kok gak
dijawab?” Laras menatap Tio.
“emang perlu?” Tio
menatap Laras.
“dasar” Laras kesal
dan mendekati Robert.
Vina tersenyum,
melihat tingkah mereka. Baru saja akur, sudah bertengkar lagi.
Tio menatap Vina.
Vina kaget dan
sedikit takut, ia langsung serius bekerja.
“gak usah pura-pura
gitu deh”
Vina semakin merasa
beku.
Tio menarik ujung
bibir kanannya.
Ya ampun, dia senyum?
Vina terdiam melihat itu.
Tio kembali menatap
Vina.
“ah” Vina kaget dan
semakin salah tingkah.
Tapi Tio kembali
cuek.
Robert pun membantu
mereka beres-beres barang.
“eh, kita gak punya
jatah buat bayar kamu” Tio menatap Robert.
Robert tersenyum,
“aku ikhlas kok”
Laras tersenyum, ia
baru bertemu orang yang sabar menghadapi Tio selain Vina.
Tio diam dan
kembali beres-beres.
Setelah
barang-barang diangkat truk,
Laras memberikan
tisu untuk Robert.
“makasih” Robert
tersenyum menatap Laras.
“sama-sama” Laras
tersenyum.
“emangnya cuma dia
yang berkeringat?” Tio yang juga berkeringat, menatap Laras.
“aduh, maaf. Tisuku
abis” Laras tersenyum.
Tio yang memang
berkeringat lebih banyak, merasa panas karena keringatnya bercucuran.
“biar aku yang
beliin tisu, ok?” Vina membuka dompetnya.
“gak perlu” Tio
membuka bajunya dan mengelap keringat di tubuhnya, “aku duluan ke cafe baru
kita” ia menaiki motornya.
“Tio, nanti kamu
masuk angin” Vina memberikan jaketnya pada Tio.
“kamu pikir, aku
mau pake jaket perempuan?”
Vina diam.
“ya udah, pake
jaketku aja” Robert membuka pintu mobilnya dan memberikan sebuah jaket pada
Tio.
Tio menatap Robert.
“udah, pake” Laras
mengambilnya dan memaksa Tio memakainya.
Tio pun memakainya
dan mulai menyalakan motor besarnya.
Vina masih diam.
“eh, Vin” Tio
menatap Vina, “ikut gak?”
“aku?” Vina kaget.
“ya iyalah, siapa
lagi?” Tio memakai helm, “cepet pake jaketnya” Tio pun memberikan sebuah helm
untuk Vina.
Vina mengambilnya,
“iya iya” ia juga memakai jaket dan naik ke motor.
“pegangan”
“ah?” Vina kaget.
“kamu mau jatuh,
apa?” Tio menoleh.
“iya iya” Vina
memeluk Tio sambil tersenyum.
Tio menatap Laras,
lalu ia menatap sinis pada Robert. Robert hanya diam dan mereka pun pergi.
“maafin dia ya”
Laras menatap Robert.
“gak apa-apa, kok.
Tio emang gitu kan?”
Laras tersenyum.
Mereka pun masuk ke
mobil.
Sorenya,
Cafe sudah mulai
buka, Vina menatap jendela dan melihat banyak kendaraan hilir mudik.
“kamu kenap sih,
Vin?” Laras mendekat.
“aku lagi nikmatin
suasana baru”
“emh?” Laras
menatap Vina.
“biasanya, kalau
liat ke jendela cafe itu. Kita cuma liat lapangan parkir, kendaan para
mahasiswa, taman kampus. Tapi sekarang, kendaraan yang berlalu lalang dan taman
kota yang ramai”
“aku juga seneng
liat cafe kita berkembang dan jadi lebih besar”
“woy, kerja!” Tio
menatap mereka dari belakang, “jangan mentang-mentang punya pegawai tambahan
terus kalian jadi males ya”
“iya iya, pak Tio
ini marah-marah terus kerjanya. Nanti cepet tua lho” Laras tersenyum.
“hihi...” Vina juga
tersenyum.
Tio hanya menatap
mereka.
Tak lama kemudian,
Robert datang
dengan mobil sport-nya, ia masuk ke cafe dan tersenyum pada mereka.
Tio masuk ke dapur.
“Robert” Laras
terssenyum.
“hey Robert” Vina
tersenyum.
“hey” Robert
mendekat, “aku boleh pinjem Laras-nya, kan?”
“eh..” Vina
bingung, “ok deh, lagian sekarang ada lima pegawai yang bantuin kita. Jadi kita
gak terlalu kerepotan kaya dulu” ia tersenyum.
“makasih ya, Vin”
Laras tersenyum.
Mereka pun pergi.
Tio melihat itu
dari jendela.
Vina mendekat,
“Tio...?”
Tio menatap Vina
tanpa bicara dan pergi.
“Tio, kamu marah?”
Vina mengikutinya.
“meningan kamu
kerja dari pada ngepo-in orang”
“ok” Vina pun
membantu pegawai cafe.
Tio kesal.
Malam pun tiba,
Robert kembali
mengantarkan Laras ke cafe.
“makasih ya”
“sama-sama” Robert
tersenyum dan pergi.
Laras tersenyum
melihat mobil Robert yang sudah jauh.
Saat masuk ke cafe,
Tio sedang memukuli
salah satu pegawainya.
“Tio, kamu
apa-apaan?” Laras mendekat.
“diem” Tio menatap
Laras, “aku gak suka ada yang mabuk di cafe-ku” ia kembali memukul pegawainya
yang mabuk.
“iya aku tau, tapi
kamu gak boleh mukulin orang sembarangan”
Tio tidak
mempedulikan Laras.
“Tio?!” Laras berteriak.
Tio menatap Laras
dan pergi ke belakang.
Laras pun menyuruh
pegawai lain untuk membawa pegawai itu pergi.
Di belakang,
Vina mendekati Tio
sambil membawakan segelas air.
Tio menatap air
yang Vina bawa, lalu memalingkan wajahnya.
“aku tau kamu
kesal”
Tio tetap diam.
“tapi melampiaskan
kemarahan pada orang lain itu, tidak baik”
“aku mau kerja” Tio
memakai bandananya dan pergi.
Vina diam.
Besoknya,
Tio membuka
cafe-nya, “ah” ia agak lelah karena bekerja sendiri.
Mobil Robert
berhenti di depan cafe.
Robert membuka kaca
jendela mobilnya, “Tio, Laras-nya belum datang ya?”
Tio menatap Robert.
Robert tersenyum.
Tapi Tio mendekat
dan membuka pintu mobil Robert.
Robert kaget.
“keluar!”
Robert yang
bingung, keluar dari mobilnya.
Tio langsung
menarik kerah kemeja Robert, “aku tau kamu lagi deketin Laras, tapi kalau kamu
macem-macem kaya si Juki. Kamu berurusan dengan saya”
Robert diam.
Tio menatap Robert
dengan penuh emosi.
“kamu tenang aja,
aku gak kaya Jung Ki kok. Lagian, kami udah jadian tadi malem”
Tio melepaskan
Robert dan kembali membereskan cafe.
Robert diam dan
kembali masuk ke mobil, ia pun pergi.
Para pegawai sudah
mulai datang bersama Vina.
Vina kaget melihat
mobil Robert, ia pun mendekati Tio.
Tio menatap Vina.
“tadi ada Robert,
ya?”
“dia nyariin Laras”
“aneh, masa Robert
gak tau jadwal ngampus pacarnya sendiri?” Vina tersenyum.
Tio masuk ke cafe.
“Tio” Vina
mengejarnya.
Sorenya,
Laras datang ke
cafe dan melihat Tio, “Vina mana?”
“dia ke kampus”
“oh, iya. Aku lupa
kalau Vina ada jadwal siang” Laras tersenyum, “jadi setiap hari, cuma kamu dong
yang stay sama pegawai”
“denger ya, aku gak
mau kamu samain jadwal kuliah sama jadwal pacaran”
“kok kamu
ngomongnya gitu?”
“jangan
mentang-mentang kita punya pegawai, terus kamu pergi-pergian seenaknya”
“tuh kan, mulai
lagi. Kamu kenapa sih? Aku punya pacar, itu hak aku”
“kamu lupa gimana
mereka nyakitin kamu?”
“cukup!” Laras
menatap Tio, “denger ya, kamu itu bukan siapa-siapanya aku”
“ok” Tio kembali
bekerja.
Laras pun mengambil
seragam cafe-nya yang ada di tas, “selama ini aku sabar karena Vina”
Tio tidak peduli.
Laras masuk ke
dapur.
Tio masih bekerja
tanpa bicara.
Robert datang,
“selamat sore”
“Robert” Laras
senang.
Tio tiba-tiba
mendekat dan memukul Robert hingga jatuh.
“Tio, kamu
apa-apaan sih?” Laras kesal dan menatap Tio.
“denger ya, Laras
itu lagi kerja” Tio menatap Robert.
“Tio?!” Laras
berdiri di hadapan Tio, “kamu jangan macem-macem”
Tio tidak
memperdulikan Laras dan mau menyerang Robert lagi.
“Tio, cukup?!”
Laras menampar Tio.
Tio diam dan
menatap Laras.
“jangan ganggu
pacarku” Laras sangat kesal.
Wajah Tio memerah
karena menahan emosi, ia meninggalkan mereka dan memukul kaca hingga pecah.
Semua orang yang
ada disana, hanya diam.
Laras menatap
khawatir pada Robert yang sedang memegang bibirnya, “kamu gak apa-apa kan?”
Laras melihat bibir Robert yang agak biru.
“aku gak apa-apa
kok”
“ayo kita pergi”
mata Laras memerah.
“tapi Tio...”
“Robert, dia itu
udah mukul kamu. Kamu itu pacarku”
Robert diam.
“ayo” air mata
Laras menetes.
“ok”
Mereka pun pergi.
Di luar,
Vina yang yang baru
datang, kaget melihat Laras dan Robert. Ia mendekat, “Laras, ada apa? Kenapa
kamu nangis?”
“Tio” Laras menatap
Vina.
“ok ok” Vina
mengerti, pasti ada masalah diantar mereka.
“Vin, kita pergi
dulu ya” Robert merangkut Laras.
“iya, hati-hati”
Vina khawatir.
Setelah mereka
pergi, Vina masuk ke cafe dan mencari Tio.
Di dalam,
Tio sedang duduk
sendiri.
“Tio” Vina
mendekat.
“kerja sana”
“kok kamu gitu
terus sih? Kita bertiga kan teman” Vina duduk disamping Tio.
Tio hanya diam.
“meski terkadang
Laras suka marah dan kesal, tapi sebenarnya dia sayang sama kamu. Dan aku juga
yakin, meski kamu terkadang suka bikin dai jengkel, tapi kamu juga sayang sama
dia” Vina tersenyum, “kita saling menyayangi kan?”
Tio tetap diam.
“dan aku juga” Vina
bingung, “sayang sama kamu...”
Tio menatap Vina.
Vina menunduk.
“ayo kerja” Tio
berdiri dan meninggalkan Vina.
Vina mengangguk dan
mengikuti Tio.
***
Di rumah Robert,
Robert sedang
menelpon, “pokonya kamu beresin aja” ia memegang luka di bibirnya.
“siap bos”
Robert tersenyum.
Laras yang membawa
kotak P3K, mendekat. Ia melihat expresi Robert yang aneh, “Robert?”
“ah?” Robert kaget
dan langsung menutup telponnya, “Laras?”
“kamu kenapa? Kok
kaya yang...?” Laras merasa ada sesuatu yang disembunyikan Robert.
“enggak, aku
cuma... eh...” Robert bingung.
Di cafe,
“Tio mana sih?
Katanya cuma buang sampah ke depan, kok lama banget ya? Mana aku sendirian
lagi, jangan-janga dia udah pulang duluan. Dasar Tio” Vina kesal dan mengunci
cafe, ia pun mulai berjalan.
Tapi saat melewati
gang sempit,
Vina melihat Tio
sedang dikeroyok, “Tio?!” Vina berteriak.
Orang-orang itu pun
pergi karena melihat Vina.
“Tio” Vina berlari
ke gang itu dan mendekati Tio, “Tio?”
Tio menatap Vina,
“Vi...”
“Tio” Vina menangis
dan memeluk Tio.
***
Robert mengantar
Laras ke depan rumahnya.
“makasih banyak ya”
Laras tersenyum, “maafin Tio yang udah kasar sama kamu”
“gak apa-apa kok”
Robert tersenyum.
“kamu hati-hati ya”
Laras membuka pintu mobil, tapi Hp-nya berbunyi. Laras kaget, “Vina? Ngapain
dia nelpon malam-malam begini?” ia menatap Robert dan mengangkat telponnya,
“hallo?”
“Ras, Tio...” Vina
menangis.
“kenapa, Vin?”
Laras kaget mendengar suara Vina.
“Tio dikeroyok
orang”
“apa? Sekarang
kalian di mana?” Laras semakin kaget.
“di rumah Tio, dia
lagi diobatin sama dokter”
“ok ok, aku kesana
sekarang” ia menutup telponnya.
“ada apa, Ras?”
Robert penasaran.
“Tio...” Laras
menatap Robert dan merasa ada yang tidak beres.
“Tio kenapa?”
“kamu yang nyuruh
orang buat ngeroyok Tio, kan?”
“lho, kok kamu
tiba-tiba ngomong gitu?”
“udahlah, kamu gak
usah bohong. Kamu dendam kan? Karena dia udah mukul kamu”
“Laras...”
“ok. Kalau gitu,
jelasin. Tadi kamu nelpon siapa?”
Robert diam.
“kamu gak bisa
jawab kan?” Laras kesal, “harusnya aku dengerin Tio, kalau setiap cowok yang
deketin aku tuh emang bukan cowok yang baik” ia keluar dari mobil Robert.
“Ras?” Robert
kaget, “Laras” ia keluar dari mobil, “tunggu” Robert mengejar Laras.
“berhenti disitu”
Laras berbalik dan menatap Robert, “mulai sekarang, kita putus. Aku nyesel banget,
aku emang bodoh. Kamu ternyata gak lebih baik dari Jung Ki”
Robert diam dan
menunduk.
Laras pun mencari
taxi dan meninggalkan Robert.
“sial” Robert kesal
dan menendang ban mobilnya.
Di rumah Tio,
Laras masuk dan
mendekati Vina yang sudah menunggunya.
“Vin, gimana Tio?”
“dia di kamar,
lukanya lumayan. Dokter juga masih ada di dalam”
“gimana ceeritanya
sih?”
“aku juga gak tau,
Ras. Tadi, sebelum ngunci cafe, Tio mau buang sampah. Tapi dia gak balik-balik,
terus aku cari dia. Ternyata dia dikeroyok orang”
“aku tau siapa
pelakunya”
“maksud kamu?”
“orang yang nyuruh
mereka ngeroyok Tio” Laras menatap Vina, “itu Robert”
“Robert?” Vina
kaget.
“aku juga gak
nyangka, Vin. Aku kira, Robert orang baik”
“sabar ya, Ras”
Laras tersenyum,
“gak apa-apa kok, aku lebih baik putus daripada kehilangan teman-temanku”
Mereka pelukan.
“o iya, aku mau
ngomong sesuatu sama kamu”
“apa, Vin?”
“Tio... sebenarnya,
sebenarnya dia... cinta sama kamu, Ras. Selama ini, Tio menyukaimu” mata Vina
memerah, “tapi dia gak pernah jujur, dia cuma bisa jaga kamu dari jauh”
Laras kaget.
“aku gak tau,
mungkin itu cara Tio untuk melindungi perempuan yang ia cintai” Vina tersenyum,
“kamu ingat, kan? Tiap ada cowok yang ngedeketin kamu, Tio suka agak marah.
Bahkan dia gak segan untuk menghajar cowok yang udah nyakitin kamu”
Laras diam dan
menunduk.
“meski terlihat
cuek dan menyebalkan, tapi sebenarnya, Tio itu cowok yang baik, Ras”
“Vin...” Laras
memeluk Vina, ia tau jika selama ini Vina menyukai Tio.
“aku harap, Tio gak
apa-apa, Ras”
Dokter keluar dari
kamar Tio, “nona Vina”
“iya dok?”
Laras menatap
dokter.
“saya sudah
mengobati luka tuan Tio, ini ada resep yang harus ditebus”
“baik dok, terima
kasih” Vina tersenyum.
“sama-sama” dokter
pun tersenyum, “kalau begitu, saya permisi”
Laras tersenyum
pada dokter yang pergi, lalu ia meantap Vina.
“aku akan menebus
obat dulu”
“Vin, biar aku aja”
“enggak Ras, kamu
harus ngomong sama Tio”
“tapi...”
Vina menatap Laras
dan berharap ia mau menemui Tio.
“ok”
Vina tersenyum dan
pergi, sebenarnya Vina sangat sedih melakukan ini. Ia harus mengikhlaskan pria
yang cintai untuk orang lain yang dicintai oleh pria itu.
Laras pun masuk ke
kamar Tio.
Di kamar,
Tio sedang menahan
sakit, ia melihat Laras dan pura-ura kuat.
“Tio, kamu gak
apa-apa, kan?”
“kamu gak liat
banyak perban nempel di badan aku?”
“kamu itu bodoh,
aku udah pernah bilang kan? Kalau ada apa-apa, jangan pake otot dulu. Jadinya
kaya gini kan? Robert balas dendam sama kamu”
“bukan dia yang
ngelakuin ini” Tio tersenyum.
“apa?” Laras kaget.
Tio pun mulai
bercerita,
Saat
promenight, Tio melihat Laras menangis karena ulah Jung Ki. Ia pun kesal dan
mengikuti Jung Ki, lalu mengahajarnya di tempat sepi.
Dak...
“ampun...
maafin aku, Tio”
“eh,
Juki. Denger ya, kamu itu harus nya minta maaf sama Laras. Bukan sama aku, tapi
kalau aku ngeliat kamu deketin Laras lagi”
Brak...
Tio
memukul Jung Ki.
“ah”
Jung Ki tak berdaya.
Tio
menarik kerah kemeja Jung Ki, “aku gak segan untuk menghajarmu lebih dari ini”
Tio menatap Laras,
“ini dendam Juki”
“ya ampun, aku
salah” Laras menyesal.
Tio menatap Laras,
“Robert pria yang baik, dia pantes buat kamu”
Laras terdiam, pria
yang selama ini mencintainya berani mengatakan itu padanya.
“kenapa diam?”
“aku...”
“kita teman kan?”
Tio melihat ke arah lain, “gak usah mikirin yang aneh-aneh, aku ikut bahagia
kalau kamu bahagia”
Laras langsung
memeluk Tio.
Tio terdiam, ia
tidak menyangka jika Laras akan melakukan ini dan Tio pun memeluk Laras.
Vina yang datang,
melihat itu dari luar pintu kamar Tio. Ia pun langsung bersembunyi dan
menangis.
Tio tersenyum,
“udah”
Laras menangis,
“Tio, aku sayang sama kamu”
“aku tau, mending
kamu temui Robert sana”
Laras mengangguk
dan tersenyum.
“sampaikan salamku
untuknya”
“siap” Laras pun
pergi.
Setelah Laras
keluar, Vina pun masuk ke kamar Tio.
“kamu kenapa?” Tio menatap
Vina karena matanya merah.
“aku...” Vina
tersenyum dan menahan agak air matanya tidak jatuh, “tadi aku kelilipan”
“emh... sini, aku
tiupin”
“e, gak usah”
“sini”
“iya” Vina
mendekati.
Tio tersenyum,
“duduk”
“disitu?” Vina
menatap Tio.
“eh, aku juga gak
bakalan macem-macem kok”
Vina pun duduk di
ranjang, Tio yang ada di sampingnya tersenyum dan merangkulnya.
Vina kaget,
“Tio..?”
“aku cuma mau
bilang makasih, kalau gak ada kamu, mungkin aku udah lewat”
Vina tersenyum,
“kita kan teman”
“kalau aku mengharap
lebih?” Tio menatap Vina.
“maksud kamu apa?”
Vina melepaskan tangan Tio.
“lho, kok
expresinya gitu?”
“aku tau kalau kamu
suka sama Laras”
“terus?”
“karena aku suka
sama kamu, terus kami jadiin aku...”
Tio tersenyum.
Vina terdiam, ia
sadar. Secara tidak langsung, ia baru saja memberitau Tio jika ia menyukainya.
Tio masih menatap
Vina.
Vina meliaht ke
arah lain, “aku gak mau jadi pelampiasan” ia berdiri.
“Vin” Tio memegang
tangan Vina.
“lepasin aku” air
mata Vina menetes.
“Laras bilang, aku
bodoh dan aku mengakui itu dihadapanmu”
Vina menatap Tio.
“selama ini, kau
begitu baik padaku. Dan aku akan sangat menyesal jika menyia-nyiakan kamu”
Vina menunduk.
“percaya padaku,
kau bukan pelampiasan. Aku akan membuktikannya, aku akan menjadi yang terbaik
untuk kamu”
Vina melepas tangan
Tio dan menangis.
“percaya sama aku,
Vin”
Vina kembali
menatap Tio dan Tio memeluknya, Vina pun memeluk Tio dan menangis di
pelukannya.
Tio mengelus Vina,
“udah” ia menatap Vina dan menciumnya.
Di luar,
Laras mencari taxi,
“semoga Robert gak marah sama aku”
Tapi mobil Robert
muncul dan berhenti di depan Laras.
Robert keluar dari
mobilnya dan menatap Laras.
“Robert” Laras
mendekat.
Robert tersenyum
dan memeluk Laras.
“maafin aku, aku
udah nuduh kamu yang enggak-enggak”
Besoknya,
Laras datang ke
cafe, tapi ia kaget karena cafe belum buka dan tidak ada siapa-siapa disana.
Laras mengambil kunci dari tasnya, “aneh, kok belum ada siapa-siapa ya? Apa
Vina masih nemenin Tio?”
Setelah pintu
terbuka,
“surprise!”
Robert, Vina, Tio
dan para pegawai ada disana untuk merayakan ulang tahun Laras.
Laras tersenyum
lebar, ia tidak menyangka jika ini akan terjadi.
Robert mendekati
Laras, “selama ulang tahun ya, sebenernya waktu itu telpon dari orang yang
ngedekor tempat ini”
Laras tersenyum
melihat ke sekitar dan kue ulang tahun yang cukup besar, “makasih”
Mereka pelukan.
Vina memapah Tio
untuk mendekati mereka.
“udah dong, disini
kan banyak orang. Bukan kalian doang” Tio tersenyum sambil merangkul Vina.
Mereka pun
tersenyum.
Sementara Jung Ki,
ia dibawa ke kantor polisi karena kasus pengeroyokan yang ia rencanakan.
***
Laras begitu
senang, akhirnya persahabatannya semakin erat dengan Tio dan Vina. Dan
sekarang, ia sudah menemukan cintanya yaitu Robert. Tio dan Vina pun berniat
untuk segera menikah setelah Vina lulus nanti. Dan cafe, mereka berencana untuk
melebarkan sayap, Robert pun ikut mengelola cafe sejak sekarang.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar