Jumat, 02 September 2016

Your Love

Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Friendship
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah universitas,
Seorang perempuan keluar dari kelas dan berlari menuju kantin, disana ia memasuki sebuah cafe.
“Laras, dari mana aja sih? Tuh, si Tio marah-marah dari tadi” perempuan yang sebaya dengannya menatap Laras.
“maaf, Vin. Tadi aku ada tugas tambahan” Laras menatap Vina dengan sedikit menyesal.
“woy, jangan bengong aja dong. Cepet kerja” Tio yang melihat mereka, marah-marah.
“iya, aku juga lagi kerja kok” Vina kembali mengelap meja.
“biasa aja kali, aku juga gak bakalan kabur kok” Laras kesal pada Tio.
Tio cuek dan kembali menyiapkan minuman.
Laras mulai menyapu lantai.
Vina mendekati Laras, “udah jangan diambil hati, Tio kan emang gitu”
“aku tau kok, makanya aku suka males sama dia. Tapi kenapa ya, banyak cewek yang suka sama dia?”
Vina tersenyum dan kembali membersihkan meja.
Malamnya,
Vina pulang bersama Laras, mereka berjalan keluar dari universitas.
“kira-kira, buat kedepannya kita bikin cafe di luar atau terus stay di kampus ini ya?”
“gak tau Ras, tapi kan kita bentar lagi Tio lulus”
“itu dia, Vin. Aku males nanyain nya”
“biar aku yang tanya sama Tio”
Laras tersenyum, Vina memang teman yang baik. Bahkan dia selalu sabar menghadapi Tio yang bagi Laras sangat menyebalkan.
Mereka pun berpisah di perempatan dekat perumahan.
Tio yang menaiki motor mengukuti mereka dan setelah mereka berpisah, ia pun pergi sambil melaju kencang.
Besoknya,
Laras sudah datang ke cafe kampus, Vina sedang menyiapkan meja dan kursi.
“hey, Vin” Laras membantu Vina.
“Laras, kamu kok udah ada disini?”
“kamu lupa ya? Hari ini kan aku libur”
“oh iya” Vina tersenyum, “hari ini Tio masuk pagi”
“itu berarti, nanti siang kamu ke kelas terus aku berduaan sama Tio?”
“maaf, lagian jadwalnya emang gitu”
“aduh...”
Seorang pria datang, “hey, Ras”
Laras menoleh, “Song Jung Ki?” ia tersenyum.
“seneng banget cafe udah buka pagi-pagi begini, kebetulan aku belum sarapan”
“oh, ok” Vina membawa buku menu, “kamu mau makan apa?”ia mendekati Jung Ki.
Laras tersenyum dan bersiap untuk memasak.
***
Siangnya,
“aduh.. kok Tio belum datang juga sih?” Laras mengeluh karena pekerjaan yang banyak harus ia tangani sendiri.
Saat sedang mencuci piring, Laras merasa aneh karena tidak ada satupun pelanggan yang membunyikan bell.
“apa hari ini orang-orang pada masuk siang?” Laras merasa aneh dan membawa piring bersih ke luar.
Di luar,
Laras terdiam,Tio sedang sibuk mengurus pesanan, makanan, dan juga minuman.
“ya ampun” Laras langsung memimpan piring bersih ke tempatnya dan membantu Tio.
“makanya, kalau nyuci piring jangan kebanyakan ngelamun” Tio yang sedang membuat sebuah squash, menyindir Laras.
“siapa yang ngelamun?” Laras kesal dan mulai memasak.
Tio kembali cuek dan mengantarkan minuman.
Laras masih kesal karena hari ini ia harus berduaan dengan Tio.
“hey, Laras. Hey”
“iya, apa sih?” Laras menoleh dan terdiam, “Jung Ki?” ia tersenyum, “maaf, aku kira kamu...”
“ehy, awas-awas! Selain karyawan, gak boleh masuk sini” Tio mengusir Jung Ki dengan kasar.
Jung Ki kesal, “aku tunggu di luar ya” ia tersenyum pada Laras dan pergi.
Tio masih menatap Jung Ki.
“kamu tuh kenapa sih? Nyebelin banget, tau gak?” Laras menatap Tio.
“ngobrol terus sama si Juki bikin masakan gosong, tau?” Tio kembali meracik minuman pesanan pelanggan.
“tau gini, aku gak bakalan kesini hari ini” Laras mengantarkan pesanan.
Vina datang, dan kaget melihat mereka. Ia membaca pesanan baru, “kalian aneh deh, setiap hari gak pernah akur” ia menatap Tio.
***
Jung Ki duduk menunggu Laras.
“hey, kamu udah pesen?” Laras mendekat.
“udah sama Vina”
“ok” Laras tersenyum.
Tio datang membawakan pesan Jung Ki, tapi tiba-tiba minuman itu tersiram ke baju Jung Ki.
“aduh” Jung Ki kaget.
Laras menatap Tio yang begitu cuek, “kamu apa-apaan sih”
“sorry, aku gak sengaja. Mau diganti?”
“gak perlu” Jung Ki kesal dan pergi.
Laras menatap Tio, “kamu tuh nyebelin banget sih?”
“kerja, kerja. Ngobrol, ngobrol” Tio pergi.
Laras sangat kesal.
Malamnya,
Laras pun pergi ke sebuah cafe bersama Jung Ki.
“maaf atas sikap Tio”
“sudahlah, dia kan emang begitu”
“iya, aku juga gak ngerti kenapa awalnya aku bisa bikin bisnis bareng dia”
“udahlah, aku tuh sebenernya kagum banget sama kamu. Disaat yang lain cuma sibuk minta uang orang tua, nongkrong-nongkrong dan makan ke cafe-cafe sama teman-temannya. Kamu lebih memilih buka cafe di kampus”
“itu karena aku tidak seberuntung mereka”
“iya, tapi kan kalau liat manfaatnya. Tentu aja yang kamu lakuin lebih berguna dari mereka. Rajin iya, pinter juga iya”
Laras tersenyum mendengar pujian Jung Ki.
Besoknya,
Vina mendekati Tio yang sedang beres-beres.
“mana si Laras?”
“hari ini dia gak bisa kerja”
“pacaran sama si Juki kan?”
“kamu marah?”
“kita itu cuma bertiga, kalau dia gak ada, kita bisa repot”
“hari ini kamu masuk siang ya?”
Tio kembali beres-beres.
“aku gak apa-apa kok sendirian” Vina tersenyum.
Seorang pria masuk dan duduk.
Vina melihatnya, “siapa dia? Kayanya aku baru liat”
“itu Robert, pindahan dari luar kota”
“oh”
“udah sana” Tio menatap Vina.
“iya iya” Vina mendekati Robert dan mulai menanyakan pesanannya.
***
Sore itu,
Di depan rumah Laras, Laras turun dari mobil Jung Ki dan melambai. Jung Ki pun pergi dengan mobilnya.
Laras senang, sekarang mereka sudah mulai semakin dekat. Ia pun masuk ke rumah sambil menelpon Vina.
“hallo?”
“Vin, aku udah jadian sama Jung Ki”
“wah, selamat ya” Vina ikut senang.
“maaf tadi aku gak bantuin di cafe”
“gak apa-apa kok, Ras. Lagian juga aku ditemenin Tio, dia bolos tadi”
Laras terdiam, dia mengorbankan orang lain untuk kesenangannya. Tio yang menyebalkan saja mau berkorban untuk teman, kenapa dirinya malah memilih bersenang-senang dengan Jung Ki?
“hallo, Ras?”
“i..iya, Vin. Maaf”
“kok minta maaf lagi?”
“aku jadi gak enak sama kalian”
“udahlah, gak apa-apa. Kan kalau kamu ke cafe, kamu gak abakalan jadian sama si Jung Ki”
Laras tersenyum.
Besoknya di cafe kampus,
Laras datang dan melihat seorang dosen sedang marah pada Tio.
“kamu itu gimana sih? Kamu mahasiswa semester akhir, kamu bolos cuma gara-gara cafe ini. Kalau kamu gak lulus, mau jadi apa kamu?”
“saya minta maaf, pak”
“kamu itu mahasiswa berprestasi bagi kampus ini, tolong jangan kecewakan kami lagi”
Tio menatap Laras, lalu diam.
Setelah dosen itu pergi,
Laras mendekat, “Tio...”
“udah kerja sana”
“iya iya, dasar” Laras yang awalnya merasa kasihan, kembali kesal.
Vina datang, “ya ampun, kalian udah pada disini. Maaf aku telat”
Tio tidak bicara dan terlihat kesal.
Vina mendekati Laras dan berbisik, “dia kenapa?”
“abis dimarahin dosen”
Vina khawatir dan kembali melihat ke arah Tio.
Siangnya,
Robert kembali datang ke cafe, Vina mendekat dan menerima pesanannya.
Laras yang akan mengantarkan pesanan, melihat Robert. Dia siapa? Ia merasa asing, karena belum pernah bertemu Robert sebelumnya.
Vina mendekati Laras, “kok diliatin aja sih? Dia cakep ya?” ia tersenyum.
“woy, kerja woy!” Tio menatap mereka.
“iya tuan” Laras kesal.
Vina kembali mengambil pesanan sambil senyum-senyum.
Saat Laras dan Vina sedang sibuk di dapur, Tio pun mengambil pesanan. Tapi ia bertemu dengan Jung Ki.
“hey, Larasnya ada?”
Tio cuek tidak peduli.
“Larasnya ada?” Jung Ki kembali bertanya.
Tapi Tio tetap tidak peduli dan mengambil pesanan.
“eh, aku nanya. Mana Laras?” Jung Ki memegang pundak Tio.
Tio langsung melepasnya dan menatap Jung Ki.
“denger ya, aku cuma nanya dimana Laras?”
Tio kembali cuek dan mendekati pembeli lain.
“sialan” Jung Ki kesal, ia mau masuk ke dapur.
“woy, itu khusus karyawan” Tio marah dan mendekati Jung Ki.
Saat mereka mau bertengkar, Robert melerai mereka.
“udah udah, kalian kenapa sih?”
Jung Ki menatap Robert, “ini bukan urusan kamu ya”
“iya, tapi gak usah bikin keributan kan?” Robert menatap mereka.
Tio mendorong Jung Ki dan masuk ke dapur.
Jung Ki pun pergi dan Robert kembali duduk.
Di dapur,
Brak...
Tio memukul pintu.
“Tio, kamu kenapa?” Vina kaget.
“gak apa-apa” Tio duduk dengan kesal.
Vina menatap Laras, Laras menyuruh Vina untuk mendekatinya.
Vina mengambil segelas air dan mendekati Tio, “minum dulu”
“makasih” Tio tetap diam.
Laras mengambil makanan dan keluar, ia memberikan makanan itu ke meja Robert.
“ini pesanannya”
“makasih” Robert tersenyum, “oh iya, kamu yang namanya Laras ya? Tadi ada yang nyariin”
“Jung Ki?”
“e... iya, tapi dia hampir berantem sama eh...”
“Tio?”
Robert mengangguk bingung.
“makasih ya” Laras kesal dan masuk ke dapur.
Disana,
Laras marah besar pada Tio, “Tio?!”
Tio menatap Laras dan Vina kaget.
“maksud kamu apa sih? Setiap ada cowok yang deket sama aku, kamu selalu ganggu”
“aku cuma gak suka kalau dia ganggu kerjaan”
“jangan bawa-bawa cafe sebagai alasan” Laras semakin kesal.
“kita itu cuma bertiga, kalau ada yang gak disiplin...”
“maksud kamu, aku gak mentingin cafe. Gitu?”
“Ras, udah Ras” Vina bingung.
“diem, Vin. Dia itu udah kelewatan, tau?” Laras menunjuk Tio.
Vina diam, sementara Tio hanya menatap Laras.
“aku keluar dari cafe ini” Laras pergi.
Vina sangat menyayangkan keputusan Laras, “gimana ini?” ia menatap Tio.
“mungkin ini yang terbaik buat dia” Tio berdiri dan kembali bekerja.
Vina masih diam, ia sedih karena sekarang hanya tinggal mereka berdua yang mengelola cafe.
“eh Vin, mau kerja atau ngelamun?” Tio menatap Vina.
“iya iya” Vina kembali berdiri dan tersenyum.
Di luar,
Laras yang kesal, mengambil tas nya dan pergi dari cafe. Robert yang melihat itu, kaget dan terus menatap Laras yang sudah jauh.
***
Promnight pun tiba,
Vina melihat Laras yang baru datang, “hey”
“hey, Vin. Kamu sendirian?”
Vina mengangguk, “mana Jung Ki?”
“aku juga belum ketemu, aku nyari dia dulu ya” Laras pergi.
Vina melihat Tio yang sedang minum, ia mendekatinya.
Tio masih minum dengan cueknya.
“kamu sendiri?”
“enggak” Tio menatap Vina, “kamu gak liat disini banyak orang?”
“eh...”
“ada apa?”
“enggak, aku cuma...”
“kamu sendiri? Nanti gak bisa dansa dong” Tio minum dan pergi.
Vina diam, ia tau jika dansa akan segera dimulai.
“hey Vin”
Vina menoleh, “Robert?”
“dansa yu”
Vina tersenyum dan mengangguk.
Mereka pun berdansa.
Di dekat toilet,
Jung Ki sedang bersama seorang perempuan, “kamu cantik banget hari ini”
“kamu juga cakep, selamat ya atas ke lulusannya”
“makasih”
“oh iya, gimana hubungan kamu sama Laras?”
“ah, itu sih seru-seruan aja. Dia anaknya polos banget, gampang ditipu-tipu. Dia kira, aku suka banget sama dia. Padahal dia cuma aku jadiin taruhan doang sama temen-temen”
“terus, aku gimana?”
“ya, kamu beda lah”
Mereka saling tatap dan berciuman.
“Jung Ki” Laras yang sudah berada disana cukup lama, sangat kesal.
“Laras?” Jung Ki kaget.
“kamu jahat” Laras menangis, “aku udah ngorbanin semuanya demi kamu. Aku ninggalin cafe, aku ninggalin temen-temen aku demi kamu”
“Laras” Jung Ki melepas perempuan itu dan mendekati Laras.
“aku gak mau ngeliat kamu lagi” Laras pergi meninggalkan Jung Ki.
“Laras” Jung mau mengejar Laras tapi perempuan itu memegangi tanganya.
“jadi kamu masih mau sama Laras kan? Dasar cowok playboy”
Plak...
Perempuan itu menampar Jung Ki dan pergi.
Di tempat pakir,
Laras menangis, pria yang selama ini ia cintai ternyata hanya mempermainkannya.
Robert yang melihat Laras, mendekatinya. Laras menghapus air matanya karena melihat Robert.
“kamu kenapa?”
“bukan urusan kamu”
“hey, kita kan teman”
“teman?” Laras tersenyum.
“ok, aku emang bukan temen kamu tapi...”
“gak apa-apa kok, aku senang berteman” Laras sedih, “tapi terakhir kali aku berteman, aku mengecewakan dua temanku sekaligus”
“aku rasa, semuanya belum terlambat” Vina mendekat dan tersenyum.
“Vina” Laras senang melihat Vina.
Mereka berpelukan dan menangis, Robert hanya diam melihat itu.
“maafin aku ya, Vin”
Robert tersenyum melihat mereka.
“Ras, kamu liat Tio gak?”
“eh...” Laras mengingat-ingat, “enggak”
“dia kemana ya?” Vina merasa aneh.
“udahlah, paling si ‘tuan Senang’ lagi party” Laras menatap Vina.
Vina tersenyum.
Besoknya,
Tio sedang membereskan barang-barang yang ada di cafe kampus.
“Tio” Laras mendekat.
Tio menoleh dan menatap Laras.
“aku...” Laras menunduk, “aku minta maaf”
Tio kembali membereskan barang-barang.
Laras menatap Tio.
“kalau mau kerja, kerja” Tio bicara tanpa menatap Laras.
Laras tersenyum dan membantu Tio.
Vina datang dan tersenyum melihat kedua temannya kembali bekerjasama diantara para pengangkut barang.
Tio menatap Vina, “ngapain diem aja disitu?”
“siap, bos” Vina mendekat dan membantu mereka.
Robert datang, “mau pindah kemana?”
Tio sama sekali tidak peduli. Vina dan Laras saling tatap, mereka bingung untuk menjawab.
Robert masih menatap dengan penasaran.
“Tio, kok gak dijawab?” Laras menatap Tio.
“emang perlu?” Tio menatap Laras.
“dasar” Laras kesal dan mendekati Robert.
Vina tersenyum, melihat tingkah mereka. Baru saja akur, sudah bertengkar lagi.
Tio menatap Vina.
Vina kaget dan sedikit takut, ia langsung serius bekerja.
“gak usah pura-pura gitu deh”
Vina semakin merasa beku.
Tio menarik ujung bibir kanannya.
Ya ampun, dia senyum? Vina terdiam melihat itu.
Tio kembali menatap Vina.
“ah” Vina kaget dan semakin salah tingkah.
Tapi Tio kembali cuek.
Robert pun membantu mereka beres-beres barang.
“eh, kita gak punya jatah buat bayar kamu” Tio menatap Robert.
Robert tersenyum, “aku ikhlas kok”
Laras tersenyum, ia baru bertemu orang yang sabar menghadapi Tio selain Vina.
Tio diam dan kembali beres-beres.
Setelah barang-barang diangkat truk,
Laras memberikan tisu untuk Robert.
“makasih” Robert tersenyum menatap Laras.
“sama-sama” Laras tersenyum.
“emangnya cuma dia yang berkeringat?” Tio yang juga berkeringat, menatap Laras.
“aduh, maaf. Tisuku abis” Laras tersenyum.
Tio yang memang berkeringat lebih banyak, merasa panas karena keringatnya bercucuran.
“biar aku yang beliin tisu, ok?” Vina membuka dompetnya.
“gak perlu” Tio membuka bajunya dan mengelap keringat di tubuhnya, “aku duluan ke cafe baru kita” ia menaiki  motornya.
“Tio, nanti kamu masuk angin” Vina memberikan jaketnya pada Tio.
“kamu pikir, aku mau pake jaket perempuan?”
Vina diam.
“ya udah, pake jaketku aja” Robert membuka pintu mobilnya dan memberikan sebuah jaket pada Tio.
Tio menatap Robert.
“udah, pake” Laras mengambilnya dan memaksa Tio memakainya.
Tio pun memakainya dan mulai menyalakan motor besarnya.
Vina masih diam.
“eh, Vin” Tio menatap Vina, “ikut gak?”
“aku?” Vina kaget.
“ya iyalah, siapa lagi?” Tio memakai helm, “cepet pake jaketnya” Tio pun memberikan sebuah helm untuk Vina.
Vina mengambilnya, “iya iya” ia juga memakai jaket dan naik ke motor.
“pegangan”
“ah?” Vina kaget.
“kamu mau jatuh, apa?” Tio menoleh.
“iya iya” Vina memeluk Tio sambil tersenyum.
Tio menatap Laras, lalu ia menatap sinis pada Robert. Robert hanya diam dan mereka pun pergi.
“maafin dia ya” Laras menatap Robert.
“gak apa-apa, kok. Tio emang gitu kan?”
Laras tersenyum.
Mereka pun masuk ke mobil.
Sorenya,
Cafe sudah mulai buka, Vina menatap jendela dan melihat banyak kendaraan hilir mudik.
“kamu kenap sih, Vin?” Laras mendekat.
“aku lagi nikmatin suasana baru”
“emh?” Laras menatap Vina.
“biasanya, kalau liat ke jendela cafe itu. Kita cuma liat lapangan parkir, kendaan para mahasiswa, taman kampus. Tapi sekarang, kendaraan yang berlalu lalang dan taman kota yang ramai”
“aku juga seneng liat cafe kita berkembang dan jadi lebih besar”
“woy, kerja!” Tio menatap mereka dari belakang, “jangan mentang-mentang punya pegawai tambahan terus kalian jadi males ya”
“iya iya, pak Tio ini marah-marah terus kerjanya. Nanti cepet tua lho” Laras tersenyum.
“hihi...” Vina juga tersenyum.
Tio hanya menatap mereka.
Tak lama kemudian,
Robert datang dengan mobil sport-nya, ia masuk ke cafe dan tersenyum pada mereka.
Tio masuk ke dapur.
“Robert” Laras terssenyum.
“hey Robert” Vina tersenyum.
“hey” Robert mendekat, “aku boleh pinjem Laras-nya, kan?”
“eh..” Vina bingung, “ok deh, lagian sekarang ada lima pegawai yang bantuin kita. Jadi kita gak terlalu kerepotan kaya dulu” ia tersenyum.
“makasih ya, Vin” Laras tersenyum.
Mereka pun pergi.
Tio melihat itu dari jendela.
Vina mendekat, “Tio...?”
Tio menatap Vina tanpa bicara dan pergi.
“Tio, kamu marah?” Vina mengikutinya.
“meningan kamu kerja dari pada ngepo-in orang”
“ok” Vina pun membantu pegawai cafe.
Tio kesal.
Malam pun tiba,
Robert kembali mengantarkan Laras ke cafe.
“makasih ya”
“sama-sama” Robert tersenyum dan pergi.
Laras tersenyum melihat mobil Robert yang sudah jauh.
Saat masuk ke cafe,
Tio sedang memukuli salah satu pegawainya.
“Tio, kamu apa-apaan?” Laras mendekat.
“diem” Tio menatap Laras, “aku gak suka ada yang mabuk di cafe-ku” ia kembali memukul pegawainya yang mabuk.
“iya aku tau, tapi kamu gak boleh mukulin orang sembarangan”
Tio tidak mempedulikan Laras.
“Tio?!” Laras berteriak.
Tio menatap Laras dan pergi ke belakang.
Laras pun menyuruh pegawai lain untuk membawa pegawai itu pergi.
Di belakang,
Vina mendekati Tio sambil membawakan segelas air.
Tio menatap air yang Vina bawa, lalu memalingkan wajahnya.
“aku tau kamu kesal”
Tio tetap diam.
“tapi melampiaskan kemarahan pada orang lain itu, tidak baik”
“aku mau kerja” Tio memakai bandananya dan pergi.
Vina diam.
Besoknya,
Tio membuka cafe-nya, “ah” ia agak lelah karena bekerja sendiri.
Mobil Robert berhenti di depan cafe.
Robert membuka kaca jendela mobilnya, “Tio, Laras-nya belum datang ya?”
Tio menatap Robert.
Robert tersenyum.
Tapi Tio mendekat dan membuka pintu mobil Robert.
Robert kaget.
“keluar!”
Robert yang bingung, keluar dari mobilnya.
Tio langsung menarik kerah kemeja Robert, “aku tau kamu lagi deketin Laras, tapi kalau kamu macem-macem kaya si Juki. Kamu berurusan dengan saya”
Robert diam.
Tio menatap Robert dengan penuh emosi.
“kamu tenang aja, aku gak kaya Jung Ki kok. Lagian, kami udah jadian tadi malem”
Tio melepaskan Robert dan kembali membereskan cafe.
Robert diam dan kembali masuk ke mobil, ia pun pergi.
Para pegawai sudah mulai datang bersama Vina.
Vina kaget melihat mobil Robert, ia pun mendekati Tio.
Tio menatap Vina.
“tadi ada Robert, ya?”
“dia nyariin Laras”
“aneh, masa Robert gak tau jadwal ngampus pacarnya sendiri?” Vina tersenyum.
Tio masuk ke cafe.
“Tio” Vina mengejarnya.
Sorenya,
Laras datang ke cafe dan melihat Tio, “Vina mana?”
“dia ke kampus”
“oh, iya. Aku lupa kalau Vina ada jadwal siang” Laras tersenyum, “jadi setiap hari, cuma kamu dong yang stay sama pegawai”
“denger ya, aku gak mau kamu samain jadwal kuliah sama jadwal pacaran”
“kok kamu ngomongnya gitu?”
“jangan mentang-mentang kita punya pegawai, terus kamu pergi-pergian seenaknya”
“tuh kan, mulai lagi. Kamu kenapa sih? Aku punya pacar, itu hak aku”
“kamu lupa gimana mereka nyakitin kamu?”
“cukup!” Laras menatap Tio, “denger ya, kamu itu bukan siapa-siapanya aku”
“ok” Tio kembali bekerja.
Laras pun mengambil seragam cafe-nya yang ada di tas, “selama ini aku sabar karena Vina”
Tio tidak peduli.
Laras masuk ke dapur.
Tio masih bekerja tanpa bicara.
Robert datang, “selamat sore”
“Robert” Laras senang.
Tio tiba-tiba mendekat dan memukul Robert hingga jatuh.
“Tio, kamu apa-apaan sih?” Laras kesal dan menatap Tio.
“denger ya, Laras itu lagi kerja” Tio menatap Robert.
“Tio?!” Laras berdiri di hadapan Tio, “kamu jangan macem-macem”
Tio tidak memperdulikan Laras dan mau menyerang Robert lagi.
“Tio, cukup?!” Laras menampar Tio.
Tio diam dan menatap Laras.
“jangan ganggu pacarku” Laras sangat kesal.
Wajah Tio memerah karena menahan emosi, ia meninggalkan mereka dan memukul kaca hingga pecah.
Semua orang yang ada disana, hanya diam.
Laras menatap khawatir pada Robert yang sedang memegang bibirnya, “kamu gak apa-apa kan?” Laras melihat bibir Robert yang agak biru.
“aku gak apa-apa kok”
“ayo kita pergi” mata Laras memerah.
“tapi Tio...”
“Robert, dia itu udah mukul kamu. Kamu itu pacarku”
Robert diam.
“ayo” air mata Laras menetes.
“ok”
Mereka pun pergi.
Di luar,
Vina yang yang baru datang, kaget melihat Laras dan Robert. Ia mendekat, “Laras, ada apa? Kenapa kamu nangis?”
“Tio” Laras menatap Vina.
“ok ok” Vina mengerti, pasti ada masalah diantar mereka.
“Vin, kita pergi dulu ya” Robert merangkut Laras.
“iya, hati-hati” Vina khawatir.
Setelah mereka pergi, Vina masuk ke cafe dan mencari Tio.
Di dalam,
Tio sedang duduk sendiri.
“Tio” Vina mendekat.
“kerja sana”
“kok kamu gitu terus sih? Kita bertiga kan teman” Vina duduk disamping Tio.
Tio hanya diam.
“meski terkadang Laras suka marah dan kesal, tapi sebenarnya dia sayang sama kamu. Dan aku juga yakin, meski kamu terkadang suka bikin dai jengkel, tapi kamu juga sayang sama dia” Vina tersenyum, “kita saling menyayangi kan?”
Tio tetap diam.
“dan aku juga” Vina bingung, “sayang sama kamu...”
Tio menatap Vina.
Vina menunduk.
“ayo kerja” Tio berdiri dan meninggalkan Vina.
Vina mengangguk dan mengikuti Tio.
***
Di rumah Robert,
Robert sedang menelpon, “pokonya kamu beresin aja” ia memegang luka di bibirnya.
“siap bos”
Robert tersenyum.
Laras yang membawa kotak P3K, mendekat. Ia melihat expresi Robert yang aneh, “Robert?”
“ah?” Robert kaget dan langsung menutup telponnya, “Laras?”
“kamu kenapa? Kok kaya yang...?” Laras merasa ada sesuatu yang disembunyikan Robert.
“enggak, aku cuma... eh...” Robert bingung.
Di cafe,
“Tio mana sih? Katanya cuma buang sampah ke depan, kok lama banget ya? Mana aku sendirian lagi, jangan-janga dia udah pulang duluan. Dasar Tio” Vina kesal dan mengunci cafe, ia pun mulai berjalan.
Tapi saat melewati gang sempit,
Vina melihat Tio sedang dikeroyok, “Tio?!” Vina berteriak.
Orang-orang itu pun pergi karena melihat Vina.
“Tio” Vina berlari ke gang itu dan mendekati Tio, “Tio?”
Tio menatap Vina, “Vi...”
“Tio” Vina menangis dan memeluk Tio.
***
Robert mengantar Laras ke depan rumahnya.
“makasih banyak ya” Laras tersenyum, “maafin Tio yang udah kasar sama kamu”
“gak apa-apa kok” Robert tersenyum.
“kamu hati-hati ya” Laras membuka pintu mobil, tapi Hp-nya berbunyi. Laras kaget, “Vina? Ngapain dia nelpon malam-malam begini?” ia menatap Robert dan mengangkat telponnya, “hallo?”
“Ras, Tio...” Vina menangis.
“kenapa, Vin?” Laras kaget mendengar suara Vina.
“Tio dikeroyok orang”
“apa? Sekarang kalian di mana?” Laras semakin kaget.
“di rumah Tio, dia lagi diobatin sama dokter”
“ok ok, aku kesana sekarang” ia menutup telponnya.
“ada apa, Ras?” Robert penasaran.
“Tio...” Laras menatap Robert dan merasa ada yang tidak beres.
“Tio kenapa?”
“kamu yang nyuruh orang buat ngeroyok Tio, kan?”
“lho, kok kamu tiba-tiba ngomong gitu?”
“udahlah, kamu gak usah bohong. Kamu dendam kan? Karena dia udah mukul kamu”
“Laras...”
“ok. Kalau gitu, jelasin. Tadi kamu nelpon siapa?”
Robert diam.
“kamu gak bisa jawab kan?” Laras kesal, “harusnya aku dengerin Tio, kalau setiap cowok yang deketin aku tuh emang bukan cowok yang baik” ia keluar dari mobil Robert.
“Ras?” Robert kaget, “Laras” ia keluar dari mobil, “tunggu” Robert mengejar Laras.
“berhenti disitu” Laras berbalik dan menatap Robert, “mulai sekarang, kita putus. Aku nyesel banget, aku emang bodoh. Kamu ternyata gak lebih baik dari Jung Ki”
Robert diam dan menunduk.
Laras pun mencari taxi dan meninggalkan Robert.
“sial” Robert kesal dan menendang ban mobilnya.
Di rumah Tio,
Laras masuk dan mendekati Vina yang sudah menunggunya.
“Vin, gimana Tio?”
“dia di kamar, lukanya lumayan. Dokter juga masih ada di dalam”
“gimana ceeritanya sih?”
“aku juga gak tau, Ras. Tadi, sebelum ngunci cafe, Tio mau buang sampah. Tapi dia gak balik-balik, terus aku cari dia. Ternyata dia dikeroyok orang”
“aku tau siapa pelakunya”
“maksud kamu?”
“orang yang nyuruh mereka ngeroyok Tio” Laras menatap Vina, “itu Robert”
“Robert?” Vina kaget.
“aku juga gak nyangka, Vin. Aku kira, Robert orang baik”
“sabar ya, Ras”
Laras tersenyum, “gak apa-apa kok, aku lebih baik putus daripada kehilangan teman-temanku”
Mereka pelukan.
“o iya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
“apa, Vin?”
“Tio... sebenarnya, sebenarnya dia... cinta sama kamu, Ras. Selama ini, Tio menyukaimu” mata Vina memerah, “tapi dia gak pernah jujur, dia cuma bisa jaga kamu dari jauh”
Laras kaget.
“aku gak tau, mungkin itu cara Tio untuk melindungi perempuan yang ia cintai” Vina tersenyum, “kamu ingat, kan? Tiap ada cowok yang ngedeketin kamu, Tio suka agak marah. Bahkan dia gak segan untuk menghajar cowok yang udah nyakitin kamu”
Laras diam dan menunduk.
“meski terlihat cuek dan menyebalkan, tapi sebenarnya, Tio itu cowok yang baik, Ras”
“Vin...” Laras memeluk Vina, ia tau jika selama ini Vina menyukai Tio.
“aku harap, Tio gak apa-apa, Ras”
Dokter keluar dari kamar Tio, “nona Vina”
“iya dok?”
Laras menatap dokter.
“saya sudah mengobati luka tuan Tio, ini ada resep yang harus ditebus”
“baik dok, terima kasih” Vina tersenyum.
“sama-sama” dokter pun tersenyum, “kalau begitu, saya permisi”
Laras tersenyum pada dokter yang pergi, lalu ia meantap Vina.
“aku akan menebus obat dulu”
“Vin, biar aku aja”
“enggak Ras, kamu harus ngomong sama Tio”
“tapi...”
Vina menatap Laras dan berharap ia mau menemui Tio.
“ok”
Vina tersenyum dan pergi, sebenarnya Vina sangat sedih melakukan ini. Ia harus mengikhlaskan pria yang cintai untuk orang lain yang dicintai oleh pria itu.
Laras pun masuk ke kamar Tio.
Di kamar,
Tio sedang menahan sakit, ia melihat Laras dan pura-ura kuat.
“Tio, kamu gak apa-apa, kan?”
“kamu gak liat banyak perban nempel di badan aku?”
“kamu itu bodoh, aku udah pernah bilang kan? Kalau ada apa-apa, jangan pake otot dulu. Jadinya kaya gini kan? Robert balas dendam sama kamu”
“bukan dia yang ngelakuin ini” Tio tersenyum.
“apa?” Laras kaget.
Tio pun mulai bercerita,
Saat promenight, Tio melihat Laras menangis karena ulah Jung Ki. Ia pun kesal dan mengikuti Jung Ki, lalu mengahajarnya di tempat sepi.
Dak...
“ampun... maafin aku, Tio”
“eh, Juki. Denger ya, kamu itu harus nya minta maaf sama Laras. Bukan sama aku, tapi kalau aku ngeliat kamu deketin Laras lagi”
Brak...
Tio memukul Jung Ki.
“ah” Jung Ki tak berdaya.
Tio menarik kerah kemeja Jung Ki, “aku gak segan untuk menghajarmu lebih dari ini”
Tio menatap Laras, “ini dendam Juki”
“ya ampun, aku salah” Laras menyesal.
Tio menatap Laras, “Robert pria yang baik, dia pantes buat kamu”
Laras terdiam, pria yang selama ini mencintainya berani mengatakan itu padanya.
“kenapa diam?”
“aku...”
“kita teman kan?” Tio melihat ke arah lain, “gak usah mikirin yang aneh-aneh, aku ikut bahagia kalau kamu bahagia”
Laras langsung memeluk Tio.
Tio terdiam, ia tidak menyangka jika Laras akan melakukan ini dan Tio pun memeluk Laras.
Vina yang datang, melihat itu dari luar pintu kamar Tio. Ia pun langsung bersembunyi dan menangis.
Tio tersenyum, “udah”
Laras menangis, “Tio, aku sayang sama kamu”
“aku tau, mending kamu temui Robert sana”
Laras mengangguk dan tersenyum.
“sampaikan salamku untuknya”
“siap” Laras pun pergi.
Setelah Laras keluar, Vina pun masuk ke kamar Tio.
“kamu kenapa?” Tio menatap Vina karena matanya merah.
“aku...” Vina tersenyum dan menahan agak air matanya tidak jatuh, “tadi aku kelilipan”
“emh... sini, aku tiupin”
“e, gak usah”
“sini”
“iya” Vina mendekati.
Tio tersenyum, “duduk”
“disitu?” Vina menatap Tio.
“eh, aku juga gak bakalan macem-macem kok”
Vina pun duduk di ranjang, Tio yang ada di sampingnya tersenyum dan merangkulnya.
Vina kaget, “Tio..?”
“aku cuma mau bilang makasih, kalau gak ada kamu, mungkin aku udah lewat”
Vina tersenyum, “kita kan teman”
“kalau aku mengharap lebih?” Tio menatap Vina.
“maksud kamu apa?” Vina melepaskan tangan Tio.
“lho, kok expresinya gitu?”
“aku tau kalau kamu suka sama Laras”
“terus?”
“karena aku suka sama kamu, terus kami jadiin aku...”
Tio tersenyum.
Vina terdiam, ia sadar. Secara tidak langsung, ia baru saja memberitau Tio jika ia menyukainya.
Tio masih menatap Vina.
Vina meliaht ke arah lain, “aku gak mau jadi pelampiasan” ia berdiri.
“Vin” Tio memegang tangan Vina.
“lepasin aku” air mata Vina menetes.
“Laras bilang, aku bodoh dan aku mengakui itu dihadapanmu”
Vina menatap Tio.
“selama ini, kau begitu baik padaku. Dan aku akan sangat menyesal jika menyia-nyiakan kamu”
Vina menunduk.
“percaya padaku, kau bukan pelampiasan. Aku akan membuktikannya, aku akan menjadi yang terbaik untuk kamu”
Vina melepas tangan Tio dan menangis.
“percaya sama aku, Vin”
Vina kembali menatap Tio dan Tio memeluknya, Vina pun memeluk Tio dan menangis di pelukannya.
Tio mengelus Vina, “udah” ia menatap Vina dan menciumnya.
Di luar,
Laras mencari taxi, “semoga Robert gak marah sama aku”
Tapi mobil Robert muncul dan berhenti di depan Laras.
Robert keluar dari mobilnya dan menatap Laras.
“Robert” Laras mendekat.
Robert tersenyum dan memeluk Laras.
“maafin aku, aku udah nuduh kamu yang enggak-enggak”
Besoknya,
Laras datang ke cafe, tapi ia kaget karena cafe belum buka dan tidak ada siapa-siapa disana. Laras mengambil kunci dari tasnya, “aneh, kok belum ada siapa-siapa ya? Apa Vina masih nemenin Tio?”
Setelah pintu terbuka,
“surprise!”
Robert, Vina, Tio dan para pegawai ada disana untuk merayakan ulang tahun Laras.
Laras tersenyum lebar, ia tidak menyangka jika ini akan terjadi.
Robert mendekati Laras, “selama ulang tahun ya, sebenernya waktu itu telpon dari orang yang ngedekor tempat ini”
Laras tersenyum melihat ke sekitar dan kue ulang tahun yang cukup besar, “makasih”
Mereka pelukan.
Vina memapah Tio untuk mendekati mereka.
“udah dong, disini kan banyak orang. Bukan kalian doang” Tio tersenyum sambil merangkul Vina.
Mereka pun tersenyum.
Sementara Jung Ki, ia dibawa ke kantor polisi karena kasus pengeroyokan yang ia rencanakan.
***
Laras begitu senang, akhirnya persahabatannya semakin erat dengan Tio dan Vina. Dan sekarang, ia sudah menemukan cintanya yaitu Robert. Tio dan Vina pun berniat untuk segera menikah setelah Vina lulus nanti. Dan cafe, mereka berencana untuk melebarkan sayap, Robert pun ikut mengelola cafe sejak sekarang.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar