Selasa, 13 September 2016

Sorry, I Love You


Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Family
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Suatu siang,
Seorang perempuan keluar dari gerbang SMA bersama anak-anak lain.
“Lala” seorang pria paruh baya, memanggil perempuan itu.
Perempuan itu menatap pria yang memanggilnya dan mendekat, om Irwan. Dia udah disini aja...
“ayo pulang” Irwan tersenyum dan masuk ke sebuah mobil MVP.
Perempuan itu pun masuk dan mobil pun pergi.
Seorang laki-laki melihat itu, ngapain sih Kemala sama om-om itu? Perasaan udah sering banget deh dianter jemput dia.
“eh, Robert, kamu kenapa?”
“enggak”
“alah, aku tau kok. Pasti ngintipin Kemala kan? Kamu sih udah jauh kalah sama om-om itu” orang itu menatap keadaan Robert yang biasa dan mengingat Irwan yang terlihat serba mewah.
“ngomong apa sih?” Robert kesal dan pergi.
“idih, gitu aja marah”
***
Di jalan,
“La, kok diem terus sih?” Irwan tersenyum, “kamu lagi marah ya?”
Kemala menatap pria itu.
“ok, om gak bakalan nanya macem-macem deh”
“ibu mana?”
“ibu bilang, dia ada rapat mendadak. Makanya om datang buat jemput kamu”
Kemala diam.
“kamu gak suka ya, dijemput sama om?”
Kemala memalingkan wajahnya.
Hp Irwan berbunyi,
“nih, ibu kamu nelpon” Irwan mengangkatnya, “hallo?”
“sayang, Kemala udah pulang?”
“iya, Sulastri sayang. Kamu tenang aja, sekarang Lala lagi sama aku” pria itu tersenyum pada Kemala.
Kemala tetap diam.
“kamu mau ngomong sama ibumu?” Irwan menatap Kemala.
Kemala mengambil hp Irwan, “hallo, bu”
“iya sayang?”
“ibu bakalan cepet pulang, kan?”
“lho, emang kenapa?”
“aku gak mau kalau gak ada ibu, aku gak suka...” Kemala terdiam melihat Irwan yang masih melihatnya, ia pun memberikan hp-nya pada Irwan.
Irwan kembali bicara dengan Sulastri dan menutup telponnya.
Kemala masih diam.
“kamu gak suka ya, kalau ada om?” Irwan menatap Kemala.
Kemala bingung dan tidak mau menatap Irwan.
“om cuma mau nganter kamu pulang kok” Irwan tersenyum, “o iya, kamu belum makan kan? Kita makan siang dulu ya? Soalnya om udah laper”
Kemala menatap Irwan dan kembali diam.
Mereka pun sampai di sebuah restoran.
“kamu mau pesan apa?” Irwan tersenyum dan memberikan buku menu pada Kemala.
“aku gak lapar” Kemala memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat daftar menu.
“ya udah, kamu makan es krim aja ya?” Irwan tersenyum.
Setelah beberapa saat,
Es krim pun datang ke meja mereka.
“silahkan” pelayan yang ramah itu pergi.
Kemala menatap es krimnya, “katanya lapar, kok makan es krim?”
“kan kamu gak lapar, masa om makan sendiri sih?” Irwan tersenyum.
Kemala diam.
“udah, ayo dimakan. Nanti keburu cair”
Kemala mengangguk.
Setelah itu,
Irwan mengantar Kemala pulang, ia tersenyum melihat Kemala yang keluar dari mobil. Tapi Kemala tidak bicara dan langsung pergi, Irwan pun menatap Kemala sampai masuk ke rumah. Lalu ia pergi meninggalkan rumah itu.
Di rumah,
Kemala masuk ke kamar dan diam. Selama ini, yang Kemala tau tentang laki-laki adalah menyakitkan. Saat Kemala kecil, ia ingat betapa buruknya sang ayah. Ayah begitu kasar dan ringan tangan, yang paling menyedihkan adalah ketika ayah memiliki perempuan lain selain ibu. Dan orang tua Kemala pun bercerai saat ia masih sekolah dasar. Sejak saat itu pula, Kemala tidak pernah memiliki sosok ayah dalam hidupnya. Dan saat masuk SMA, sang ibu tiba-tiba memperkenalkan Irwan padanya. Seorang pengusaha kaya yang juga sedang dekat dengan ibunya.
Kemala menunduk, namun Hp-nya tiba-tiba berbunyi.
“Hallo?” Kemala mengangkatnya.
“hey, La. Ini aku, Robert”
“aku tau, ada apa?”
“besok kamu dianter, gak?”
“emangnya kenapa?”
“kita berangkat bareng yu?”
“rumah kita itu gak searah”
“aku tau, tapi...”
“apa?”
“apa kamu lebih seneng sama...”
“apa?”
“enggak, aku cuma...”
“apaan?”
“kamu tau kan? Akhir-akhir ini, kamu suka dianter jemput sama om-om”
“terus kenapa?”
“dia bukan pacar kamu, kan?”
“kamu gila ya?”
“e..h, La?”
Kemala kesal dan menutup telponnya, “ini semua gara-gara ibu. Ngapain coba, ibu pake deket sama om Irwan?” ia pun berbaring di kasur dan menutup matanya.
Malam itu,
Di sebuah restoran, Sulastri sedang makan malam bersama Irwan.
“jadi, gimana Kemala sekarang?”
“masih seperti biasanya, dia masih bersikap dingin padaku”
“Irwan, aku minta maaf. Selama ini, dia memang tidak pernah mendapatkan sosok...”
“sudahlah sayang, tidak perlu minta maaf. Aku sangat mengerti, mungkin Lala butuh waktu”
“aku bahagia memilikimu”
Irwan tersenyum menatap wanita yang ia cintai itu.
Setelah makan bersama, mereka pun pulang ke rumah Sulastri.
Di rumah,
“Kemala?”
“iya bu” Kemala turun dari tangga dan berjalan ke ruang tamu, ia terdiam melihat ibu datang bersama Irwan.
Irwan tersenyum, “hey, sayang. Nih, om bawa oleh-oleh buat kamu” ia memperlihatkan sebungkus makanan.
Kemala kesal, “jadi ibu udah makan sama dia?” ia pun pergi ke dalam.
“Kemala?” Sulastri kaget dengan sikap Kemala.
“udah-udah, biar aku yang bicara” Irwan masuk sambil membawa makanan itu.
Di ruang makan,
Kemala duduk dengan kesal.
“Lala” Irwan mendekat dan duduk disamping Kemala.
“ngapain om kesini?”
“ngasihin makanan ini buat kamu” Irwan membuka wadah makanan itu.
“aku gak laper” Kelama memalingkan wajahnya.
“lho, kenapa? Lala belum makan, kan? Nih liat, ini enak lho. Mau om suapin?”
“om pikir dengan ngebaikin aku, aku bisa nerima om?” Kemala menatap Irwan.
Irwan diam dan kembali menatap Kemala, “sayang, om gak mengharapkan apapun dari kamu. Semua itu ada prosesnya, dan om..., om akan selalu menghargai kamu, keputusan kamu” ia tersenyum, “om gak akan merebut ibumu dari kamu”
Kemala diam.
“makan ya?”
Kemala menatap Irwan yang tidak pernah marah padanya, ia bingung dan hanya diam. Merasa tak enak pada Irwan karena sikapnya yang terkadang lancang dan kasar.
“hey, kok diem sih? Nih, cobain” Irwan menyuapi Kemala.
Dan Kemala pun terdiam dengan perhatian Irwan, ia memakan suapan itu sambil masih menatap Irwan tanpa bicara.
Irwan tetap tersenyum pada Kemala, “enak, kan?”
Kemala mengangguk.
“ini makanan kesukaan om, ibu kamu juga suka. Jadi om yakin, kalau kamu bakalan suka” Irwan mengelus Kemala yang hanya diam.
Sulastri mengintip dan tersenyum, meski sedih, tapi ia senang melihat itu. Karena ia yakin, jauh di lubuk hati Kemala, Kemala pasti sangat merindukan sosok seorang ayah.
Besoknya,
Kemala dan sulastri sedang sarapan.
“hari ini ibu lembur lagi?”
“gak tau, nak. Kalau misalnya ada rapat mendadak, ibu lembur. Kalau gak ada, ibu pasti cepet pulang kok buat kamu”
Irwan datang, “selamat pagi”
“pagi sayang” Sulastri tersenyum.
“pagi om” Kemala tiba-tiba senang saat Irwan datang.
Irwan mengelus kepala Kemala dan mencium pipi Sulastri.
Kemala masih memakan rotinya.
“Lala mau sekalian dianter om?”
Kemal mengangguk.
“ok, kalau gitu, kita pergi sama-sama ya”
Setelah makan,
Mereka pun bersiap untuk berangkat.
Kemala dan Sulastri sudah masuk ke mobil Irwan dan mereka pergi.
Robert yang datang, terdiam. Lagi lagi, Kemala pergi dengan om itu. Ia kesal, “sial, aku telat” ia pun pergi.
Di sekolah,
Saat istirahat, Robert mendekati Kemala.
“La, La. Tunggu”
Kemala menatap Robert, “ada apa?”
“aku cuma..., aku cuma mau ngomong”
“apa?”
“entar, kamu gak dijemput, kan?”
“emangnya kenapa sih? Setiap hari, kamu nanyanya gitu. Bosen, tau?”
“aku kan cuma mau...”
Kemala menatap Robert.
“aku pingin pulang bareng sama kamu”
Kemala kesal dan meninggalkan Robert.
“La, tunggu dong. Kok pergi sih?” Robert memegang tangan Kemala.
“lepasin”
“La, aku cuma pingin pulang bareng. Apa itu salah?”
“kalau maksain kehendak ke orang lain, itu salah gak?”
Robert melepaskan tangan Kemala dan diam.
“kamu tuh nyebelin, tau?”
“maaf, La”
Kemala meninggalkan Robert.
Robert tau, selama ini Kemala begitu dingin pada laki-laki karena traumanya terhadap sang ayah. Tapi ia yakin, suatu hari nanti, Kemala akan melihat ketulusannya.
“aku cinta sama kamu, La” Robert bicara sendiri dan melihat Kemala yang sudah jauh, ia pun pergi.
***
Saat bubar,
Kemala keluar dari gerbang sekolah.
“La, Kemala” Robert mengejar Kemala sambil membawa sepedanya.
“Lala” Irwan yang sudah menunggu di depan mobilnya, tersenyum pada Kemala.
Kemala mendekati Irwan sambil tersenyum.
“ayo kita pulang” Irwan merangkul Kemala dan membukakan pintu mobil untuknya.
Robert kesal melihat itu.
Di jalan,
Irwan melihat Kemala yang hanya diam, “ada apa sih?”
“kalau lagi nyetir, nyetir aja”
“ok” Irwan tersenyum.
Kemala menatap Irwan.
Irwan menoleh ke arah Kemala, “ada apa?”
“kenapa om deketin ibu saya?”
“kok nanyanya gitu sih?”
“denger ya om, selama ini kami hidup berdua dan baik-baik aja. Kami udah cukup bahagia dengan itu”
“om tau, ibumu orang yang kuat. Kamu juga anak yang mandiri, tapi setiap manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia itu membutuhkan orang lain”
“makhluk sosial maksudnya?”
Irwan tersenyum, “eh, kamu mau makan siang dulu gak?”
“gak usah, tadi aku udah makan di kantin sekolah”
“ok” Irwan kembali konsentrasi menyetir.
Kemala menatap Irwan, meski tidak suka, tapi ia merasakan ketulusan Irwan. Irwan selalu baik dan mendengarkan apapun yang keluar dari mulutnya, meski terkadang menyakitkan. Tapi Irwan tetap sabar dan tersenyum untuknya.
“eh, iya. Om lupa, kemarin ada toko permen baru di sebelah sana. Kamu mau nyobain?”
“aku bukan anak kecil” Kemala memalingkan wajahnya.
“om tau, lagi pula permen kan bukan buat anak kecil doang. Orang dewasa juga suka” Irwan tersenyum, “kaya om, om suka permen karet”
Kemala diam.
“kata orang, permen disana enak lho. Kita coba ya?” Irwan tersenyum.
***
Mereka sampai di rumah.
“sayang” Sulastri keluar dari rumah dan tersenyum pada Kemala.
Kemala senang melihat ibunya sudah pulang.
Irwan tersenyum, “sayang, kamu udah pulang?” ia keluar dari mobil dan mendekati Sulastri.
“Irwan”
Irwan mencium kening Sulastri, “aku harus kembali ke kantor”
“aku kira, kau akan makan malam disini”
“akan aku usahakan”
“hati-hati ya”
Irwan tersenyum lalu mengelus Kemala, “om pergi dulu ya”
Kemala tetap diam.
Setelah Irwan pergi,
“kamu kok gak bilang makasih sama om Irwan?” Sulastri menatap Kemala.
“kenapa harus bilang? Itu kan keinginannya, aku gak pernah bilang pingin dianter jemput sama dia”
“sayang, kok kamu gitu sih?” Sulastri merangkul Kemala ke dalam rumah, “liat, om Irwan beliin lolly kan buat kamu?”
Kemala diam.
Di kamar,
Kemala berbaring sambil menatap lolly pemberian Irwan. Aku kira, dia hanya menganggapku anak kecil. Ternyata tidak, om Irwan bilang, aku udah gede kok. Bahkan dia mau ngerti hak-hakku, gak berbuat seenaknya. Dia mau denger semua yang aku bilang, Kemala tersenyum dan memeluk lolly yang masih terbungkus itu.
Besoknya,
Kemala sudah menunggu Irwan di depan rumah.
Mobil Irwan datang dan menghampiri Kemala, Irwan pun keluar dari mobilnya.
“Lala, kamu kok udah di luar?” Irwan kaget.
“aku nungguin om dari tadi” Kemala tersenyum.
“tapi kamu udah sarapan, kan?”
Kemala mengangguk.
“ya udah, ayo masuk”
Mereka pun masuk ke mobil dan pergi.
Dari dalam rumah, Sulastri tersenyum melihat Kemala yang mulai ramah pada Irwan.
Di sekolah,
Mobil Irwan berhenti di dekat gerbang sekolah.
Kemala turun, “makasih ya, om”
“iya” Irwan tersenyum.
Kemala tersenyum dan pergi.
Robert yang melihat itu, kesal. Ia mengejar Kemala dan memegang tanganya, “La..”
“apaan sih?” Kemala menatap Robert, “lepasin aku”
“aku gak akan lepasin kamu” Robert menatap Kemala.
“Robert, aku bakalan teriak nih”
“aku gak takut”
Kemala memalingkan wajahnya.
“La, kasih aku kesempatan dong. Aku cuma pengen pulang bareng sama kamu”
“kamu tuh maksa banget sih? Aku kan udah berkali-kali bilang, kalau aku gak mau”
“aku suka sama kamu, La” Robert melepaskan tangannya.
Kemala terdiam.
“serius, aku gak main-main”
“kamu itu gak ngerti apa-apa soal cinta”
“La...”
Air mata Kemala menetes, “tolong jangan ganggu aku lagi”
Robert diam dan Kemala pun pergi.
Sulit bagi Kemala untuk percaya pada laki-laki, baginya laki-laki hanya pemberi harapan palsu dan pembohong besar. Kecuali jika Kemala melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana ketulusan seseorang. Baginya pria setia dan cinta sejati itu hanya 1 per 1000 di dunia ini.
***
Di sebuah kedai,
“jadi, menurut kamu, dia sudah membuka hatinya?” Irwan menatap Sulastri.
“sepertinya begitu. Saat selesai sarapan, dia bilang, ingin menunggumu di luar”
“oh...” Irwan senang, “itu tandanya, dia akan segera menjadi anakku”
“emh... dasar ‘Om Senang’” Sulastri tersenyum.
“‘Om Senang’? maksud kamu apa?”
“masa sih kamu gak ngerti?” Sulastri merayu.
“sayang, itu kan masa lalu. Aku janji, kamu itu selamanya di hati aku”
“emh...” Sulastri tersenyum.
“lho, kamu gak percaya?”
Mereka pun tertawa.
Sore pun tiba,
Kemala keluar dari gerbang sekolah.
Robert mengintipnya dari dekat pohon.
Mobil Irwan datang, jendela sedikit dibuka dan terlihat jika di dalam ada ibu Kemala selain Irwan. Kemala pun masuk dan mobil pergi meninggalkan sekolah itu.
Robert keluar dan menatap mobil itu, “mereka kemana ya?”
Di mobil,
Irwan sedang menceritakan masa lalunya.
“ya, aku sangat mencintai istriku. Karena selama ini, aku begitu menjunjung tinggi wanita. Ibu, bagiku, ibu sangatlah berarti. Jasanya pada kita begitu besar, sampai-sampai sebesar apapun kita membalasnya. Semua kebaikan ibu tidak akan pernah terbalas”
Sulastri tersenyum mendengar itu, “lalu?”
“ya, aku sangat menghargai istriku. Sampai suatu hari, dia selingkuh dan membuat hatiku begitu sakit”
Kemala hanya diam mendengar itu.
“aku dendam” Irwan menatap Sulastri.
“dan kau berubah jadi playboy?” Sulastri pun menatap Irwan
Irwan tersenyum, “sampai suatu hari, aku tersadar karena bertemu seseorang” ia menatap Sulastri dengan bahagia.
“dan ‘Om Senang’ pun insyaf?” Sulastri tersenyum.
“ya, begitulah”
Mereka berciuman di depan Kemala.
Kemal terdiam dan menunduk, dan ia sedikit tersadar jika pria baik-baik memang masih ada. Namun sanyangnya, begitu langka. Sehingga ia merasa, hanya Irwan lah pria yang baik di dunia ini.
Malamnya,
Kemala berbaring di kasur dan teringat pada Irwan, ia tersenyum. Ya ampun, om Irwan kok beda banget ya? Dia keliatannya sayang banget dan hormat sama perempuan, kayanya om Irwan tipe setia deh. Aku pengen punya pacar kaya om Irwan.
***
Irwan mengantar Kemala ke sekolah, Kemala keluar dari mobil dan masuk gerbang. Irwan masih tersenyum dan mulai menyalakan mobilnya, tapi Robert tiba-tiba mendekati Irwan.
“om, boleh bicara sebentar?” Robert menatap Irwan.
“ada apa?” Irwan kaget karena sama sekali tidak kenal pada Robert.
“denger ya om, aku gak suka kalau om deketin Kemala”
“lho, maksud kamu apa?”
“om, Kemala iu terlalu muda buat om”
Irwan tersenyum, “kamu itu aneh deh” ia menatap Robert, “om ngerti, kamu pasti suka sama Lala, kan?”
Robert diam.
Irwan tersenyum, “kalau kamu suka, harusnya kamu berjuang dong”
“mana mungkin aku bisa bersaing sama om? Om itu kaya, keren, punya segalanya. Sementara aku?”
“gak semua orang ganteng itu kaya, kan? Lagian menurut om, Lala juga gak keberatan kalau naik sepeda itu” Irwan menatap sepeda Robert.
“om jangan ngehina deh, om pikir, aku takut sama om?”
“eh eh, stop. Kayanya kamu salah sangka deh” Irwan keluar dari mobil, “dengar ya, e..?”
“Robert, nama saya Robert” Robert yang kesal, memalingkan wajahnya.
Irwan memegang pundak Robert, “om itu pacar ibunya Lala, bukan pacar Lala. Jadi, om ngedukung sepenuhnya kalau kamu emang suka sama Lala”
“beneran, om?” wajah Robert berubah senang.
“tapi inget, jangan pernah mainin dia”
“siap om” Robert mencium tangan Irwan, “makasih ya om”
“ok ok” Irwan tersenyum bingung.
Di kelas,
“Kemala” Robert masuk dan mendekati Kemala.
“mau apa?”
“entar kita makan bareng yu, di kantin”
Kemala menatap Robert.
“aku janji gak akan macem-macem”
“ok”
Robert tersenyum mendengar itu.
***
Sore itu,
Di rumah, Kemala mendekati piano yang sudah lama tidak ia mainkan. Dulu, sang ayah sering mengajarinya piano saat kecil. Tapi setelah sang ibu bercerai dengan ayah, Kemala tidak pernah memainkannya.
Kemala menyentuh tuts pianonya, ia menutup mata dan mengenang kepedihan.
“Lala” Irwan mendekat.
“om?” Kemala menoleh.
“kamu lagi apa? Ibumu mana?”
“ibu ada rapat, mungkin sebentar lagi pulang” Kemala tersenyum, “aku cuma inget waktu belajar piano”
“kamu bisa main piano?” Irwan duduk.
Kemala menggeleng dan duduk, “kayanya aku lupa lagi deh, om” ia ingat, “cuma ayah yang bisa main piano, ibu gak bisa. Makanya aku gak pernah main piano lagi setelah mereka berpisah”
“ingatan itu tidak perlu disortir, mau baik atau buruk, semuanya ada hikmahnya”
Kemala diam.
“ayo, om ajarin”
Kemal terdiam mendengar alunan piano lembut yang Irwan mainkan, dan tanpa ia sangka, suara Irwan dapat menggetarkan hatinya.
“ayo nyanyi bareng om”
Mereka menyanyi bersama sambil memainkan piano, dan tanpa Irwan sangka, Kemala bersandar ke pundak Irwan.
Irwan kaget, tapi ia tetap bernyanyi bersama Kemala. Ia senang, dengan begini, ia tidak usah canggung lagi pada Kemala yang akan segera menjadi anaknya. Namun berbeda dengan perasaan Kemala, ternyata ia mulai jatuh cinta pada Irwan, pacar sang ibu.
Sulastri pulang, “selamat sore”
Irwan berhenti bermain piano dan menoleh, “sayang?” ia bangun dari tempat duduk.
Kemala pun menoleh, “ibu?” ia tersenyum.
Irwan mendekati Sulastri dan menciumnya, “kamu cape, sayang?”
Sulastri menggeleng dan memeluk Irwan, “terima kasih sudah mau menjaga Kemala”
“gak masalah” Irwan tersenyum dan menatap Kemala.
Kemala pun tersenyum pada Irwan.
Malamnya,
Kemala yang berbaring di kasur, terus memikirkan Irwan. Ia tersenyum, “kok aku inget om Irwan terus, ya? Dia baik sih, ramah, penyayang. Kalau dipikir-pikir, om Irwan itu ganteng juga, meski usianya sudah terlalu matang untukku. Terus dia itu kayanya cowok paling gagah yang pernah aku temuin deh, ngeliat dia pake kaos tanpa lengan dan tatto di tangannya. Emh... om Irwan...”
“Kemala, kamu udah tidur belum?” Sulastri berteriak dari balik pintu kamar Kemala.
“iya bu, sebentar lagi aku tidur. Kemala abis ngerain PR buat besok”
“ok, selamat tidur ya sayang”
“selamat tidur, bu”
Kemala pun tersenyum dan kembali ingat pada Irwan, “hampir aja ketauan, bobo dulu ah...” ia menutup matanya dan mulai memimpikan Irwan.
Ya... tanpa pernah Kemala sangka, Irwan adalah cinta pertamanya. Mungkin ini cinta terlarang, karena Irwan seorang duda dan terlalu tua untuknya. Tapi lebih tepatnya, Irwan adalah pacar ibu Kemala sendiri, yaitu Sulastri.
***
Di sekolah,
“Kemala” Robert mendekati Kemala yang sedang duduk di kelas.
Kemala menatap Robert.
“selamat ulang tahun” Robert memberikan sebuah kado kecil.
Kemala menatap kado itu, “kenapa kamu ngasih ini?”
“aku tau ini kecil, mungkin terlalu jauh dari kata mewah. Tapi...”
“maksud aku, kenapa kamu ngasih aku kado segala?”
“karena kita teman” Robert tersenyum dan duduk di samping Kemala, “karena aku care sama kamu, karena aku sayang sama kamu”
Kemala tersenyum, “sayang? Emang kamu ngerti apa artinya sayang?” matanya memerah, “bahkan ayahku saja tidak mengerti kata itu, ia selalu mengatakan itu tapi kenyataannya...”
“La, tolong jangan anggap kalau semua laki-laki itu seperti ayahmu” Robert menatap Kemala, “aku tulus sama kamu”
“makasih, tapi lebih baik kalau kado ini kamu bawa lagi”
“tapi La...”
Kemala memberikan kado itu kembali pada Robert.
“ok” Robert agak kecewa, “aku minta maaf” ia pergi.
Kemala pun diam.
Saat bubar,
“jadi om gak bisa jemput aku?” Kemala yang sedang menelpon, agak kecewa.
“maafin om, sayang. Om sibuk hari ini”
“ya udah, gak apa-apa” Kemala menutup telponnya.
Robert mendekati Kemala, “om-nya mana?”
“bukan urusan kamu”
“La..”
“dia gak bisa jemput, puas?”
Robert tersenyum, “aku anter ya?”
“itu sih kepingin kamu dari dulu”
Robert menatap Kemala dan mereka tersenyum, Kemala pun naik ke sepeda Robert dan mereka pulang bersama.
Sesampainya di depan rumah Kemala,
“makasih ya” Kemala tersenyum.
“La, tunggu”
“ada apa?”
“ini...” Robert kembali kemberikan kadonya.
“ok ok, aku terima kadonya. Makasih ya”
Robert tersenyum senang, ia pun pergi.
Kemala merasa aneh dengan Robert, ia pun masuk ke rumah sambil memegang kado kecil itu.
Di rumah,
“surprise!” Irwan dan Sulastri sudah menunggu Kemala.
Kemala kaget.
Irwan pun meliup terompet.
Kemala tersenyum dan memeluk Sulastri.
“selamat ulang tahun ya, sayang”
“makasih bu” Kemala menatap Irwan, “om”
“sini sayang” Irwan memeluk Kemala dan mencium keningnya.
Ya ampun... Kemala sangat senang, ia memeluk Irwan.
“ayo dimakan kuenya” Sulastri tersenyum dan memperikan pisau untuk memotong kue pada Kemala.
Hari itu sangat menyenangkan untuk Kemala, ia memberinya sebuah kalung dan Irwan memberinya boneka beruang besar dan lucu.
Malamnya,
Kemala menaruh kado pemberian Robert di atas laci meja kamarnya, ia berbaring di kasur dan memeluk boneka pemberian Irwan. Tanpa Sulastri ketahui, Kemala memberi nama boneka itu Irwan. Sama seperti pemberinya, agar saat Kemala memeluk boneka itu ia bisa merasakan Irwan disana.
Kemala pun semakin memantapkan hati, jika Irwan adalah pilihan hatinya. Sekarang usianya sudah 17 tahun, dan ia rasa, ia sudah sangat layak berpacaran.
Kemala menutup matanya sambil tersenyum, tak lupa ia terus memeluk boneka yang sekarang menggantikan gulingnya.
Besoknya,
Kemala masuk ke mobil Irwan, “pagi om”
Irwan tersenyum, “udah sarapannya?”
“udah dong, pokoknya hari ini aku semangat belajar”
“emh... yang udah 17 tahun”
“ih... om apaan sih?” Kemala tersenyum, “o iya om, menurut om, aku udah boleh pacaran kan?”
“kok nanyanya gitu? Dari dulu juga, om gak pernah larang kamu kan? Emang ibu masih larang?”
“enggak sih, tapi...”
“kenapa?”
“kalau aku suka sama om, gimana?”
Irwan terdiam mendengar itu, ia tersenyum dan menatap Kemala.
“om, aku serius”
“Lala, jangan asal ngomong ah. Om itu kan pacar ibumu, calon ayahmu”
“jadi om gak suka sama aku?”
“bukan gitu...”
“terus apa? Karena aku bukan tipe om? Apa yang gak aku miliki dari ibu?”
“sayang” Irwan menghentikan mobilnya di pinggir jalan, “kenapa kamu tiba-tiba bicara kaya gini?”
“emang kenapa? Setiap orang berhak mencintaikan?”
“yap”
“terus, kenapa saat aku jujur sama om...?”
Irwan menatap Kemala.
Kemala menunduk, “aku beneran suka sama om, aku gak tau awalnya gimana. Tapi...” Kemala menatap Irwan, “aku merasa, om adalah pria terbaik dalam hidup aku”
Irwan terdiam.
“kenapa om diam? Om, meski aku gak sedewasa ibu. Tapi aku janji, aku akan jadi istri yang baik buat om”
“sayang” Irwan menatap Kemala, “udah, jangan ngomong gitu lagi. Buat om, kamu itu...”
“anak kecil?”
“bukan sayang”
“terus apa? Aku gak pantes buat om? Aku jelek? Aku bukan tipe om?”
“Lala, kamu itu cantik, sangat cantik. Anak baik...” Irwan melihat ke arah lain, “tapi buat om, kamu itu anak om” ia kembali menatap Kemala, “om sayang padamu, sebagai ayah. Gak lebih dari itu, ya?”
Air mata Kemala menetes, ternyata ditolak pria yang kita cintai amatlah pedih. Apalagi bagi Kemala, hanya Irwan satu-satunya cinta dalam hidupnya.
“sayang, jangan nangis” Irwan mengelusnya.
“aku benci om” Kemala membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobil, “aku gak mau ketemu om lagi” ia keluar dari mobil.
“La?”
Kemala berlari sambil menangis.
Irwan diam, ia bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Meski kasihan dengan Kemala, tapi mana mungkin ia menjadi pacar Kemala? Kemala adalah anak dari Sulastri, kekasihnya.
Di jalan,
Kemala masih berlari.
“La, Kemala” seseorang mendekat dengan sepedanya.
Kemala menoleh, “Robert?”
“kamu kenapa, La? Kok nangis?”
“bukan urusan kamu”
“ok ok, aku minta maaf. Mending, sekolahnya bareng aku yu?”
Kemala diam.
“janji gak ngomong apa-apa”
Kemala tersenyum dan mereka pun pergi bersama.
Di sekolah,
“makasih ya” Kemala tersenyum.
“sama-sama, La” Robert begitu senang.
Sorenya,
Irwan sudah menunggu Kemala di depan gerbang sekolah dan Kemala keluar.
“La?” Irwan mendekat.
“mending om pulang, aku gak mau ketemu om lagi” Kemala dingin.
“Lala...”
“om gak denger?” Kemala menatap Irwan, “aku benci sama om, jangan ganggu aku lagi” ia melihat Robert yang keluar dengan sepedanya, “Robert”
Robert menoleh.
“anterin aku pulang, ya?” Kemala berlari ke arah Robert.
“eh...” Robert menatap Irwan dengan bingung, “iya...”
Kemala menatap Irwan dengan kesal dan ia menaiki sepeda Robert sambil menangis.
Irwan diam, ia tau jika saat ini Kemala membutuhkan ketenangan.
Di jalan,
“La, kok kamau gak mau pulang sama om Irwan?”
“emangnya kenapa?”
“ya, aku kan cuma nanya”
“aku gak bisa bilang”
“ok” Robert tersenyum, “o iya, kado dariku udah dibuka?”
“belum, kemarin aku cape. Ibu sama om Irwan ternyata ngasih surprise di rumah”
“oh...” Robert agak kecewa karena kadonya tidak begitu dipedulikan, tapi ia tetap senang karena bisa pulang bersama Kemala.
“eh, aku turun di sini aja”
“lho, kenapa?” Robert kaget, Kemala ingin berhenti di taman.
“udah, disini aja. Gak usah banyak nanya”
“ok ok” Robert menghentikan sepedanya.
Kemala pun turun, “makasih ya” ia pergi ke taman.
Robert masih diam menatap Kemala.
Di taman,
Kemala duduk dan menangis, ia sangat sedih dan kecewa pada Irwan. Meski pun cintanya masih besar, tapi saat ini ia tidak mau melihat Irwan.
“Kemala...”
Kemala menoleh, “ngapain kamu disini?” ia kesal melihat Robert.
“minum dulu”
“gak usah”
“ayo dong La, biar agak tenang”
“tau apa kamu?”
“aku emang gak tau kamu ada masalah apa, tapi aku tau kalau kamu lagi sedih” Robert duduk disamping Kemala.
Kemala diam.
“La, aku gak tau selama ini kamu anggap aku apa. Tapi buat aku, kamu itu seorang teman. Dan aku siap melakukan apa pun untuk temanku ini”
Kemala menatap Robert, “makasih ya, maaf selama ini aku jahat sama kamu”
“gak apa-apa kok, ayo minum dulu”
Kemala pun mengambil air mineral pemberian Robert dan meminumnya.
“mendingan?”
Kemala mengangguk, ia pun mulai bercerita pada Robert.
“aku ngerti kok, La. Aku salut padamu, kamu termasuk orang yang kuat. Biasanya seorang anak menjadikan masalah itu sebagai kelemahannya, tapi kamu lain”
“buat aku, broken home itu bukan perusak utama anak. Asalkan kita masih mendapatkan kasih sayang orang tua, aku kuat-kuat aja. Meski kenyataannya ayah hanya seorang pengecut yang tidak tau kemana perginya, tapi aku bersyukur masih punya seorang ibu yang sayang sama aku”
“jadi?”
“aku...”
Robert menatap Kemala.
“aku tetep gak bisa liat ibu nikah sama om Irwan”
“lho, kenapa? Bukannya kamu bilang, kalau ibumu...”
“iya, aku sayang ibu. Tapi aku gak bisa liat ibu nikah sama om Irwan, aku cinta sama om Irwan”
“La, kamu jangan egois dong”
“egois? Terus kalau mereka nikah di atas penderitaanku, itu gak egois?”
“tapi La, mereka emang saling mencintai dari dulu. Jauh sebelum kamu suka sama om Irwan”
“udahlah, aku juga tau kalau dari dulu kamu gak suka liat aku sama om Irwan. Makanya kamu lebih mihak mereka kan?”
“bukan gitu, La”
“cukup” Kemala berdiri dan menatap Robert, “kamu sama om Irwan, sama aja. Semua laki-laki itu sama aja, kaya ayahku” Kemala pergi.
“La” Robert berlari mengejar Kemala.
“jangan ikutin aku”
“aku gak akan biarin kamu pulang sendirian”
Tapi Kemala tiba-tiba berhenti, ia melihat Irwan ada di hadapannya.
“Lala” Irwan menatap Kemala.
“om ngapain disini?” mata Kemala memerah.
“om khawatir, kamu belum pulang. Kasian ibumu, dia panik di rumah”
“makasih infonya, tapi aku bisa pulang sendiri. Om tenang aja, aku udah gede kok”
“Lala” Irwan memegang tangan Kemala.
“lepasin aku, om” Kemala menangis.
“sayang, kamu harus pulang”
“lepasin dia, om” Robert menatap Irwan.
“kamu gak usah ikut campur, ini urusan om sama Lala” Irwan menatap Robert.
“tapi saya temennya Kemala, om”
“ayo pulang, La” Irwan tidak peduli pada Robert.
Robert kesal dan menyerang Irwan.
Irwan pun dapat menahan tangan Robert, “kamu gak ngerti juga?” ia menatap Robert.
“cukup” Kemala melerai mereka dan memeluk Irwan, “lebih baik kamu pulang, aku akan pergi dengan om Irwan” ia menatap Robert.
“tapi La...?”
“udah sana” Kemala masih menatap Robert.
“ok” Robert pergi dengan kecewa.
Meski sedih, Robert sadar. Kemala pasti lebih memilih Irwan dalam keadaan apapun, karena Kemala mencintai Irwan. Sedangkan dirinya, mungkin Kemala hanya menganggap Robert teman biasa.
“kenapa sih, La? Kenapa kamu gak pernah bisa liat ketulusanku?” Robert bicara sendiri sambil mengayuh sepedanya.
Di jalan,
“La, kamu udah gak marah lagi kan sama om?” Irwan yang menyetir, menatap Kemala.
“om pikir, aku main-main? Aku beneran suka sama om” Kemala menatap Irwan.
“La, om juga suka kok sama kamu. Tapi hanya sebatas...”
“ayah dan anak? Aku udah denger itu berkali-kali dari mulut om” Kemala kesal.
“jadi?”
“kalau aku gak bisa dapetin om, ibu juga gak boleh”
“lho, kok kamu gitu sih?”
“tanya sama diri om sendiri, om juga lebih memikirkan perasaan om kan? Perasaan ibu juga, tapi aku? Om gak mau ngertiin perasaanku”
“Lala, bukan gitu sayang”
“terus apa?” Kemala memalingkan wajahnya.
Irwan menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia menatap Kemala.
Kemala masih kesal dan tiak mau menatap Irwan.
“sayang, liat om”
Kemala menatap Irwan yang mendekat.
“om sayang sama kamu, tapi om gak bisa jadi pasangan kamu nak” Irwan masih menatap Kemala, “om tau ini cinta pertamamu, om ngerti. Tapi ini mungkin keputusan yang kau ambil secara tergesa-gesa”
“apa maksud, om?”
“dengerin dulu om, sayang” Irwan mengelus Kemala, “om ngerti, kamu punya masa lalu yang buruk dengan ayahmu. Begitu juga om yang punya kenangan buruk dengan mantan istri om, tapi semua manusia itu perlu belajar dari pengalaman kan?”
“pengalaman buruk itu gak ada pelajarannya, mendingan dilupain aja”
“kamu inget kan, om pernah bilang kalau masa lalu itu gak perlu disortir? Kenapa coba? Karena semuanya bisa jadi pelajaran buat kita, agar kita gak berbuat salah atau melakukan hal buruk lagi. Ada hikmah d baik semua itu, nak. Kita bisa menjadi lebih baik karena adanya suatu pengalaman”
“apa hubungannya antara kita?”
“begini, dulu om pernah bilang kan? Om itu sakit hati pada mantan istri om, lalu om kesal dan dendam. Om berubah menjadi playboy karena itu, tapi lama kelamaan, om sadar jika itu salah. Lalu ibumu merubah om untuk kembali dan menjadi lebih baik”
Kemala menatap Irwan.
“sama denganmu, kau mungkin trauma pada laki-laki karena ayahmu. Lalu setelah lama hanya hidup dengan ibumu, tiba-tiba om datang ke kehidupan kalian. Mungkin kau sedikit belajar dari itu, jika tidak semua laki-laki seburuk itu. Dan rasa cintamu pada om, mungkin itu hanya kesalah fahaman saja”
“salah faham?” Kemala kesal.
“maksud om, itu keputusan yang kau ambil dengan tergesa-gesa. Tanpa mengetahui atau menyadari apa yang sebenarnya”
“maksud om, cintaku palsu? Gak beneran?”
“bukan, sayang. Tapi ada kalanya, manusia harus menunggu beberapa lama saat mengambil keputusan”
Kemala memalingkan wajahnya.
“mungkin saat ini kamu belum bisa menerimanya, tapi nanti, kau pasti mengerti. Om gak apa-apa kok, om akan tunggu sampai kamu ngerti”
“pokoknya sampai kapanpun, aku gak bakalan setuju kalau om nikah sama ibu”
“ok” Irwan diam, ia tau jika Kemala sedang emosi.
Mereka pun sampai di rumah.
Kemala kesal dan masuk ke dalam.
Irwan mengikutinya masuk.
“sayang, akhirnya kamu pulang juga” Sulastri senang.
Tapi Kemala tidak bicara sedikitpun dan masuk ke kamarnya.
“lho, Kemala kenapa?” Sulastri menatap Irwan.
“sayang, kita harus bicara. Ini penting” Irwan menatap Sulastri dengan begitu serius.
“kenapa?” Sulastri kaget.
Di kamar,
Kemala menangis, ia masih tidak rela jika Irwan menikah dengan ibunya. Tapi Kemala terdiam melihat kado dari Robert, ia pun mengambilnya dan mulai membuka kado tersebut.
Ternyata isinya hanyalah sebuah origami dan selembar kertas, ia mulai mulai membaca tulisan di kertas itu.
Selamat ulang tahun ya La, aku tau ini hadiah yang kurang penting. Tapi bagiku, ini sangat bermakna. Origami burung bangau, aku memberinya agar kau tidak sedih lagi dan selalu bahagia. Dan surat ini, mungkin ini surat tentang perasaanku selama ini.
Jujur, saat pertama masuk SMA, aku langsung suka sama kamu. Tapi sikap kamu yang tertutup dan dingin pada laki-laki membuatku bingung untuk mengungkapkannya. Sampai suatu hari ada seorang om-om yang selalu antar jemput kamu dan membuat aku cemburu. Apalagi dia om-om keren dan kaya, sedangkan aku cuma orang bisa.
Sejak saat itu, aku selalu berusaha jujur padamu tentang perasaanku. Tapi sayangnya, kamu gak pernah nanggepin itu. Aku tau, kamu punya masa lalu yang berat. Terutama tentang laki-laki di hidupmu, aku ngerti kok. Tapi aku pingin kamu tau, kalau aku gak main-main. Aku selalu berharap, jika suatu saat kamu membuka sedikit hatimu dan melihat ketulusanku yang selalu mencintaimu.
Seandainya kamu gak nerima aku karena satu atau banyak hal, aku tidak apa-apa kok. Yang penting kamu gak benci sama aku. Semoga kamu selalu bahagia.
Robert.
Kemala terdiam, ia ingat dengan Irwan.
Di mobil,
Kemala masih kesal dan tidak mau menatap Irwan.
“sayang” Irwan mengelus Kemala, “suatu saat kamu pasti akan menemukan cinta sejatimu, dan itu bukan om”
“maksud om?”
“sama seperti saat om mencari cinta sejati om, om butuh waktu untuk menemukan ibumu”
Kemala diam.
“mungkin saat ini kamu masih berpikir cintamu itu om, tapi nanti, semuanya akan mulai terlihat. Jika om bukan cinta sejatimu, dan rasa itu hanya cinta biasa. Seperti kekaguman atau kerinduan dari sosok yang hilang dari hidupmu”
Air mata Kemala menetes, mungkin Irwan benar. Cinta sejatinya bukanlah seorang om yang selama ini ia anggap laki-laki sempurna. Cinta sejatinya adalah seseorang yang selalu ia abaikan selama ini, orang biasa yang tidak begitu penting dalam kehidupan Kemala sebelumnya. Namun laki-laki itu selalu memperhatikannya dan menyayanginya dengan tulus, tanpa ia sadari sedikitpun.
“Robert...” dan Kemala pun sadar, siapa orang itu. Orang terbaik yang Tuhan kirimkan untuknya.
Kemala pun keluar dari kamar dan melihat Sulastri menangis.
“ibu?” Kemala kaget.
“tega kamu, nak. Apa salah ibu padamu?”
“maksud ibu, apa?”
“Irwan baru saja mengundurkan diri, dia mutusin ibu karena kamu”
Kemala terdiam dan menunduk.
“kamu itu kenapa sih? Apa salah jika ibu punya pacar? Apa salah jika ibu ingin menikah lagi? Ibu gak bisa terus-terusan kaya gini nak, ibu butuh sosok seorang laki-laki di hidup ibu”
“maafin aku, bu”
“ambil ini” Sulastri memberikan cincin pertunangan mereka pada Kemala, “selama ini ibu hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, dan jika ini yang terbaik, ibu rela. Ambil ini agak kamu puas” Sulastri masuk ke kamarnya.
“bu, maafin Kemala, bu. Kemala nyesel” Kemala mendekati pintu kamar Sulastri, “aku seneng kalau ibu sama om Irwan, aku bahagia punya ayah baru kaya om Irwan”
***
Di sebuah apartemen,
“permisi” Kemala mengetuk pintu, “om, ini Lala, om”
Robert yang mengantar Kemala, hanya diam.
Seorang perempuan lewat dan bertanya, “kamu nyari siapa, dek?”
“om Irwan, ini bener apartemennya kan?”
“iya, tapi Irwan udah dua hari gak pulang kesini dek. Mungkin dia sedang sibuk, kamu tau kan? Dia orang penting di perusahaan, suka pergi ke luar negeri”
“oh” Kemala kecewa mendengar itu,”makasih, bu”
“sama-sama, dek” orang itu pergi.
“gimana nih?” Kemala menatap Robert.
“kita tanya sama receptionist aja yu”
Kemala menangguk.
Di ruang receptionist,
“ada apa dek?”
“aku mau nanyain om Irwan, apa bener udah dua hari gak pulang kesini?”
“tuan Irwan memang belum kembali, tapi saya juga dengar jika tuan Irwan akan pindah”
“pindah? Kemana?” Kemala kaget.
“saya kurang tau, dek”
Kemala sedih dan Robert memeluknya.
“tenang sayang, kita pasti bisa ketemu sama om Irwan”
“itu tuan Irwan” receptionist tersenyum.
Kemal menoleh dan melihat Irwan yang baru datang, “om Irwan”
“Lala?” Irwan kaget.
Kemala berlari dan memeluk Irwan, “jangan pergi, om. Maafin Lala”
“sayang, kamu kenapa? Kok nangis?”
“aku nyesel, semua yang om bilang itu bener. Aku emang keras kepala, aku...”
“sst..., udah. Gak usah dilanjutin” Irwan menghapus air mata Kemala.
“aku mohon om, kembali sama ibu”
Irwan tersenyum.
Kemala kembali memeluk Irwan.
Robert mendekat dan tersenyum, “om”
“hey”
“aku sayang om, aku mau om jadi ayahku”
“ya, kalau udah kaya gini” Irwan melihat ke arah lain, “om jadi pindah”
Robert kaget.
“kemana om?” Kemala menyesal, mungkin Irwan sudah sangat kecewa padanya.
“tentu saja pinda ke rumah kamu, Kemala Dahayu” Irwan tersenyum dan menyentuh hidung Kemala.
“ih... om Irwan” Kemala kembali memeluk Irwan.
Irwan tersenyum dan mengelus Kemala, ia juga memegang pundak Robert. Irwan melihat kedekatan Kemala dan Robert, ia tau jika mereka punya hubungan spesial sekarang.
***
Akhirnya Irwan dan Sulastri menikah, sekarang Kemala kembali memiliki keluarga yang utuh. Ayah baru yang jelas lebih baik untuknya dan juga pacar yang baik yang selalu ada untuknya.
Irwan menatap Sulastri, “kau bahagia?”
“tentu saja, sejak pertama kita bertemu, aku selalu yakin, jika kamu adalah yang terbaik”
“terima kasih”
Mereka berciuman.
Kemal tersenyum melihat itu.
“La, kamu mau kaya gitu?” Robert yag duduk disamping Kemala, menatapnya.
“maksud kamu, nikah?” Kemala menatap Robert, “enggak ah, kita kan masih sekolah”
“ya entar lah, kalau udah cukup umur” Robert tersenyum.
“emang kamu bakal setia sama aku?”
“idih, kamu masih gak percaya. Aku kan udah janji, akan jadi yang terbaik untuk kamu”
“oh, gitu?” Kemala kembali melihat ke arah kedua orang tuanya.
“ih... dingin banget sih?”
Kemala tersenyum dan memeluk Robert.
Robert terdiam, ia kaget dengan yang Kemala lakukan. Tapi ia sangat senang dengan itu, tandanya Kemala memang sudah benar-benar menerimanya.
“aku cinta kamu, La” Robert juga memeluk Kemala.
“Kemala Dahayu, jangan lama-lama. Belum muhrim” Irwan yang mendekati mereka, tersenyum.
“ayah?” Kemala menoleh dan tersenyum.
“maaf, om” Robert malu.
“tuh liat, setelah jadi ayahmu, om Irwan mulai over protective kan?” Sulastri yang merangkul lengan Irwan pun tersenyum.
“sayang” Irwan menatap Sulastri.
Mereka pun tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar