Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance, Family
Cerita ini adalah
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Suatu siang,
Seorang perempuan
keluar dari gerbang SMA bersama anak-anak lain.
“Lala” seorang pria
paruh baya, memanggil perempuan itu.
Perempuan itu
menatap pria yang memanggilnya dan mendekat, om Irwan. Dia udah disini aja...
“ayo pulang” Irwan
tersenyum dan masuk ke sebuah mobil MVP.
Perempuan itu pun
masuk dan mobil pun pergi.
Seorang laki-laki
melihat itu, ngapain sih Kemala sama om-om
itu? Perasaan udah sering banget deh dianter jemput dia.
“eh, Robert, kamu
kenapa?”
“enggak”
“alah, aku tau kok.
Pasti ngintipin Kemala kan? Kamu sih udah jauh kalah sama om-om itu” orang itu
menatap keadaan Robert yang biasa dan mengingat Irwan yang terlihat serba
mewah.
“ngomong apa sih?”
Robert kesal dan pergi.
“idih, gitu aja
marah”
***
Di jalan,
“La, kok diem terus
sih?” Irwan tersenyum, “kamu lagi marah ya?”
Kemala menatap pria
itu.
“ok, om gak bakalan
nanya macem-macem deh”
“ibu mana?”
“ibu bilang, dia
ada rapat mendadak. Makanya om datang buat jemput kamu”
Kemala diam.
“kamu gak suka ya,
dijemput sama om?”
Kemala memalingkan
wajahnya.
Hp Irwan berbunyi,
“nih, ibu kamu
nelpon” Irwan mengangkatnya, “hallo?”
“sayang, Kemala
udah pulang?”
“iya, Sulastri
sayang. Kamu tenang aja, sekarang Lala lagi sama aku” pria itu tersenyum pada
Kemala.
Kemala tetap diam.
“kamu mau ngomong
sama ibumu?” Irwan menatap Kemala.
Kemala mengambil hp
Irwan, “hallo, bu”
“iya sayang?”
“ibu bakalan cepet
pulang, kan?”
“lho, emang
kenapa?”
“aku gak mau kalau
gak ada ibu, aku gak suka...” Kemala terdiam melihat Irwan yang masih
melihatnya, ia pun memberikan hp-nya pada Irwan.
Irwan kembali
bicara dengan Sulastri dan menutup telponnya.
Kemala masih diam.
“kamu gak suka ya,
kalau ada om?” Irwan menatap Kemala.
Kemala bingung dan
tidak mau menatap Irwan.
“om cuma mau
nganter kamu pulang kok” Irwan tersenyum, “o iya, kamu belum makan kan? Kita
makan siang dulu ya? Soalnya om udah laper”
Kemala menatap
Irwan dan kembali diam.
Mereka pun sampai
di sebuah restoran.
“kamu mau pesan
apa?” Irwan tersenyum dan memberikan buku menu pada Kemala.
“aku gak lapar”
Kemala memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat daftar menu.
“ya udah, kamu
makan es krim aja ya?” Irwan tersenyum.
Setelah beberapa
saat,
Es krim pun datang
ke meja mereka.
“silahkan” pelayan
yang ramah itu pergi.
Kemala menatap es
krimnya, “katanya lapar, kok makan es krim?”
“kan kamu gak
lapar, masa om makan sendiri sih?” Irwan tersenyum.
Kemala diam.
“udah, ayo dimakan.
Nanti keburu cair”
Kemala mengangguk.
Setelah itu,
Irwan mengantar
Kemala pulang, ia tersenyum melihat Kemala yang keluar dari mobil. Tapi Kemala
tidak bicara dan langsung pergi, Irwan pun menatap Kemala sampai masuk ke
rumah. Lalu ia pergi meninggalkan rumah itu.
Di rumah,
Kemala masuk ke
kamar dan diam. Selama ini, yang Kemala tau tentang laki-laki adalah
menyakitkan. Saat Kemala kecil, ia ingat betapa buruknya sang ayah. Ayah begitu
kasar dan ringan tangan, yang paling menyedihkan adalah ketika ayah memiliki
perempuan lain selain ibu. Dan orang tua Kemala pun bercerai saat ia masih
sekolah dasar. Sejak saat itu pula, Kemala tidak pernah memiliki sosok ayah
dalam hidupnya. Dan saat masuk SMA, sang ibu tiba-tiba memperkenalkan Irwan
padanya. Seorang pengusaha kaya yang juga sedang dekat dengan ibunya.
Kemala menunduk,
namun Hp-nya tiba-tiba berbunyi.
“Hallo?” Kemala
mengangkatnya.
“hey, La. Ini aku,
Robert”
“aku tau, ada apa?”
“besok kamu
dianter, gak?”
“emangnya kenapa?”
“kita berangkat
bareng yu?”
“rumah kita itu gak
searah”
“aku tau, tapi...”
“apa?”
“apa kamu lebih
seneng sama...”
“apa?”
“enggak, aku
cuma...”
“apaan?”
“kamu tau kan?
Akhir-akhir ini, kamu suka dianter jemput sama om-om”
“terus kenapa?”
“dia bukan pacar
kamu, kan?”
“kamu gila ya?”
“e..h, La?”
Kemala kesal dan
menutup telponnya, “ini semua gara-gara ibu. Ngapain coba, ibu pake deket sama
om Irwan?” ia pun berbaring di kasur dan menutup matanya.
Malam itu,
Di sebuah restoran,
Sulastri sedang makan malam bersama Irwan.
“jadi, gimana
Kemala sekarang?”
“masih seperti
biasanya, dia masih bersikap dingin padaku”
“Irwan, aku minta
maaf. Selama ini, dia memang tidak pernah mendapatkan sosok...”
“sudahlah sayang,
tidak perlu minta maaf. Aku sangat mengerti, mungkin Lala butuh waktu”
“aku bahagia
memilikimu”
Irwan tersenyum
menatap wanita yang ia cintai itu.
Setelah makan
bersama, mereka pun pulang ke rumah Sulastri.
Di rumah,
“Kemala?”
“iya bu” Kemala
turun dari tangga dan berjalan ke ruang tamu, ia terdiam melihat ibu datang
bersama Irwan.
Irwan tersenyum, “hey,
sayang. Nih, om bawa oleh-oleh buat kamu” ia memperlihatkan sebungkus makanan.
Kemala kesal, “jadi
ibu udah makan sama dia?” ia pun pergi ke dalam.
“Kemala?” Sulastri
kaget dengan sikap Kemala.
“udah-udah, biar
aku yang bicara” Irwan masuk sambil membawa makanan itu.
Di ruang makan,
Kemala duduk dengan
kesal.
“Lala” Irwan
mendekat dan duduk disamping Kemala.
“ngapain om
kesini?”
“ngasihin makanan
ini buat kamu” Irwan membuka wadah makanan itu.
“aku gak laper”
Kelama memalingkan wajahnya.
“lho, kenapa? Lala
belum makan, kan? Nih liat, ini enak lho. Mau om suapin?”
“om pikir dengan
ngebaikin aku, aku bisa nerima om?” Kemala menatap Irwan.
Irwan diam dan
kembali menatap Kemala, “sayang, om gak mengharapkan apapun dari kamu. Semua
itu ada prosesnya, dan om..., om akan selalu menghargai kamu, keputusan kamu”
ia tersenyum, “om gak akan merebut ibumu dari kamu”
Kemala diam.
“makan ya?”
Kemala menatap
Irwan yang tidak pernah marah padanya, ia bingung dan hanya diam. Merasa tak
enak pada Irwan karena sikapnya yang terkadang lancang dan kasar.
“hey, kok diem sih?
Nih, cobain” Irwan menyuapi Kemala.
Dan Kemala pun
terdiam dengan perhatian Irwan, ia memakan suapan itu sambil masih menatap
Irwan tanpa bicara.
Irwan tetap
tersenyum pada Kemala, “enak, kan?”
Kemala mengangguk.
“ini makanan
kesukaan om, ibu kamu juga suka. Jadi om yakin, kalau kamu bakalan suka” Irwan
mengelus Kemala yang hanya diam.
Sulastri mengintip
dan tersenyum, meski sedih, tapi ia senang melihat itu. Karena ia yakin, jauh
di lubuk hati Kemala, Kemala pasti sangat merindukan sosok seorang ayah.
Besoknya,
Kemala dan sulastri
sedang sarapan.
“hari ini ibu
lembur lagi?”
“gak tau, nak.
Kalau misalnya ada rapat mendadak, ibu lembur. Kalau gak ada, ibu pasti cepet
pulang kok buat kamu”
Irwan datang, “selamat
pagi”
“pagi sayang”
Sulastri tersenyum.
“pagi om” Kemala
tiba-tiba senang saat Irwan datang.
Irwan mengelus
kepala Kemala dan mencium pipi Sulastri.
Kemala masih
memakan rotinya.
“Lala mau sekalian
dianter om?”
Kemal mengangguk.
“ok, kalau gitu,
kita pergi sama-sama ya”
Setelah makan,
Mereka pun bersiap
untuk berangkat.
Kemala dan Sulastri
sudah masuk ke mobil Irwan dan mereka pergi.
Robert yang datang,
terdiam. Lagi lagi, Kemala pergi dengan om itu. Ia kesal, “sial, aku telat” ia
pun pergi.
Di sekolah,
Saat istirahat,
Robert mendekati Kemala.
“La, La. Tunggu”
Kemala menatap
Robert, “ada apa?”
“aku cuma..., aku
cuma mau ngomong”
“apa?”
“entar, kamu gak
dijemput, kan?”
“emangnya kenapa
sih? Setiap hari, kamu nanyanya gitu. Bosen, tau?”
“aku kan cuma mau...”
Kemala menatap
Robert.
“aku pingin pulang
bareng sama kamu”
Kemala kesal dan
meninggalkan Robert.
“La, tunggu dong.
Kok pergi sih?” Robert memegang tangan Kemala.
“lepasin”
“La, aku cuma
pingin pulang bareng. Apa itu salah?”
“kalau maksain
kehendak ke orang lain, itu salah gak?”
Robert melepaskan
tangan Kemala dan diam.
“kamu tuh nyebelin,
tau?”
“maaf, La”
Kemala meninggalkan
Robert.
Robert tau, selama
ini Kemala begitu dingin pada laki-laki karena traumanya terhadap sang ayah.
Tapi ia yakin, suatu hari nanti, Kemala akan melihat ketulusannya.
“aku cinta sama
kamu, La” Robert bicara sendiri dan melihat Kemala yang sudah jauh, ia pun
pergi.
***
Saat bubar,
Kemala keluar dari
gerbang sekolah.
“La, Kemala” Robert
mengejar Kemala sambil membawa sepedanya.
“Lala” Irwan yang
sudah menunggu di depan mobilnya, tersenyum pada Kemala.
Kemala mendekati
Irwan sambil tersenyum.
“ayo kita pulang”
Irwan merangkul Kemala dan membukakan pintu mobil untuknya.
Robert kesal
melihat itu.
Di jalan,
Irwan melihat
Kemala yang hanya diam, “ada apa sih?”
“kalau lagi nyetir,
nyetir aja”
“ok” Irwan
tersenyum.
Kemala menatap
Irwan.
Irwan menoleh ke
arah Kemala, “ada apa?”
“kenapa om deketin
ibu saya?”
“kok nanyanya gitu
sih?”
“denger ya om,
selama ini kami hidup berdua dan baik-baik aja. Kami udah cukup bahagia dengan
itu”
“om tau, ibumu
orang yang kuat. Kamu juga anak yang mandiri, tapi setiap manusia tidak bisa
hidup sendiri. Manusia itu membutuhkan orang lain”
“makhluk sosial
maksudnya?”
Irwan tersenyum,
“eh, kamu mau makan siang dulu gak?”
“gak usah, tadi aku
udah makan di kantin sekolah”
“ok” Irwan kembali
konsentrasi menyetir.
Kemala menatap
Irwan, meski tidak suka, tapi ia merasakan ketulusan Irwan. Irwan selalu baik
dan mendengarkan apapun yang keluar dari mulutnya, meski terkadang menyakitkan.
Tapi Irwan tetap sabar dan tersenyum untuknya.
“eh, iya. Om lupa,
kemarin ada toko permen baru di sebelah sana. Kamu mau nyobain?”
“aku bukan anak
kecil” Kemala memalingkan wajahnya.
“om tau, lagi pula
permen kan bukan buat anak kecil doang. Orang dewasa juga suka” Irwan
tersenyum, “kaya om, om suka permen karet”
Kemala diam.
“kata orang, permen
disana enak lho. Kita coba ya?” Irwan tersenyum.
***
Mereka sampai di
rumah.
“sayang” Sulastri
keluar dari rumah dan tersenyum pada Kemala.
Kemala senang
melihat ibunya sudah pulang.
Irwan tersenyum,
“sayang, kamu udah pulang?” ia keluar dari mobil dan mendekati Sulastri.
“Irwan”
Irwan mencium
kening Sulastri, “aku harus kembali ke kantor”
“aku kira, kau akan
makan malam disini”
“akan aku usahakan”
“hati-hati ya”
Irwan tersenyum
lalu mengelus Kemala, “om pergi dulu ya”
Kemala tetap diam.
Setelah Irwan
pergi,
“kamu kok gak
bilang makasih sama om Irwan?” Sulastri menatap Kemala.
“kenapa harus
bilang? Itu kan keinginannya, aku gak pernah bilang pingin dianter jemput sama
dia”
“sayang, kok kamu
gitu sih?” Sulastri merangkul Kemala ke dalam rumah, “liat, om Irwan beliin
lolly kan buat kamu?”
Kemala diam.
Di kamar,
Kemala berbaring
sambil menatap lolly pemberian Irwan. Aku
kira, dia hanya menganggapku anak kecil. Ternyata tidak, om Irwan bilang, aku
udah gede kok. Bahkan dia mau ngerti hak-hakku, gak berbuat seenaknya. Dia mau
denger semua yang aku bilang, Kemala tersenyum dan memeluk lolly yang masih
terbungkus itu.
Besoknya,
Kemala sudah menunggu
Irwan di depan rumah.
Mobil Irwan datang
dan menghampiri Kemala, Irwan pun keluar dari mobilnya.
“Lala, kamu kok
udah di luar?” Irwan kaget.
“aku nungguin om
dari tadi” Kemala tersenyum.
“tapi kamu udah
sarapan, kan?”
Kemala mengangguk.
“ya udah, ayo
masuk”
Mereka pun masuk ke
mobil dan pergi.
Dari dalam rumah,
Sulastri tersenyum melihat Kemala yang mulai ramah pada Irwan.
Di sekolah,
Mobil Irwan
berhenti di dekat gerbang sekolah.
Kemala turun,
“makasih ya, om”
“iya” Irwan
tersenyum.
Kemala tersenyum
dan pergi.
Robert yang melihat
itu, kesal. Ia mengejar Kemala dan memegang tanganya, “La..”
“apaan sih?” Kemala
menatap Robert, “lepasin aku”
“aku gak akan
lepasin kamu” Robert menatap Kemala.
“Robert, aku
bakalan teriak nih”
“aku gak takut”
Kemala memalingkan
wajahnya.
“La, kasih aku
kesempatan dong. Aku cuma pengen pulang bareng sama kamu”
“kamu tuh maksa
banget sih? Aku kan udah berkali-kali bilang, kalau aku gak mau”
“aku suka sama
kamu, La” Robert melepaskan tangannya.
Kemala terdiam.
“serius, aku gak
main-main”
“kamu itu gak
ngerti apa-apa soal cinta”
“La...”
Air mata Kemala
menetes, “tolong jangan ganggu aku lagi”
Robert diam dan
Kemala pun pergi.
Sulit bagi Kemala
untuk percaya pada laki-laki, baginya laki-laki hanya pemberi harapan palsu dan
pembohong besar. Kecuali jika Kemala melihat dengan mata kepala sendiri
bagaimana ketulusan seseorang. Baginya pria setia dan cinta sejati itu hanya 1
per 1000 di dunia ini.
***
Di sebuah kedai,
“jadi, menurut
kamu, dia sudah membuka hatinya?” Irwan menatap Sulastri.
“sepertinya begitu.
Saat selesai sarapan, dia bilang, ingin menunggumu di luar”
“oh...” Irwan
senang, “itu tandanya, dia akan segera menjadi anakku”
“emh... dasar ‘Om
Senang’” Sulastri tersenyum.
“‘Om Senang’?
maksud kamu apa?”
“masa sih kamu gak ngerti?”
Sulastri merayu.
“sayang, itu kan
masa lalu. Aku janji, kamu itu selamanya di hati aku”
“emh...” Sulastri
tersenyum.
“lho, kamu gak
percaya?”
Mereka pun tertawa.
Sore pun tiba,
Kemala keluar dari
gerbang sekolah.
Robert mengintipnya
dari dekat pohon.
Mobil Irwan datang,
jendela sedikit dibuka dan terlihat jika di dalam ada ibu Kemala selain Irwan.
Kemala pun masuk dan mobil pergi meninggalkan sekolah itu.
Robert keluar dan
menatap mobil itu, “mereka kemana ya?”
Di mobil,
Irwan sedang
menceritakan masa lalunya.
“ya, aku sangat
mencintai istriku. Karena selama ini, aku begitu menjunjung tinggi wanita. Ibu,
bagiku, ibu sangatlah berarti. Jasanya pada kita begitu besar, sampai-sampai
sebesar apapun kita membalasnya. Semua kebaikan ibu tidak akan pernah terbalas”
Sulastri tersenyum
mendengar itu, “lalu?”
“ya, aku sangat
menghargai istriku. Sampai suatu hari, dia selingkuh dan membuat hatiku begitu
sakit”
Kemala hanya diam
mendengar itu.
“aku dendam” Irwan
menatap Sulastri.
“dan kau berubah
jadi playboy?” Sulastri pun menatap Irwan
Irwan tersenyum,
“sampai suatu hari, aku tersadar karena bertemu seseorang” ia menatap Sulastri
dengan bahagia.
“dan ‘Om Senang’
pun insyaf?” Sulastri tersenyum.
“ya, begitulah”
Mereka berciuman di
depan Kemala.
Kemal terdiam dan
menunduk, dan ia sedikit tersadar jika pria baik-baik memang masih ada. Namun
sanyangnya, begitu langka. Sehingga ia merasa, hanya Irwan lah pria yang baik
di dunia ini.
Malamnya,
Kemala berbaring di
kasur dan teringat pada Irwan, ia tersenyum. Ya ampun, om Irwan kok beda banget ya? Dia keliatannya sayang banget
dan hormat sama perempuan, kayanya om Irwan tipe setia deh. Aku pengen punya
pacar kaya om Irwan.
***
Irwan mengantar
Kemala ke sekolah, Kemala keluar dari mobil dan masuk gerbang. Irwan masih tersenyum
dan mulai menyalakan mobilnya, tapi Robert tiba-tiba mendekati Irwan.
“om, boleh bicara
sebentar?” Robert menatap Irwan.
“ada apa?” Irwan
kaget karena sama sekali tidak kenal pada Robert.
“denger ya om, aku
gak suka kalau om deketin Kemala”
“lho, maksud kamu
apa?”
“om, Kemala iu
terlalu muda buat om”
Irwan tersenyum,
“kamu itu aneh deh” ia menatap Robert, “om ngerti, kamu pasti suka sama Lala,
kan?”
Robert diam.
Irwan tersenyum,
“kalau kamu suka, harusnya kamu berjuang dong”
“mana mungkin aku
bisa bersaing sama om? Om itu kaya, keren, punya segalanya. Sementara aku?”
“gak semua orang
ganteng itu kaya, kan? Lagian menurut om, Lala juga gak keberatan kalau naik
sepeda itu” Irwan menatap sepeda Robert.
“om jangan ngehina
deh, om pikir, aku takut sama om?”
“eh eh, stop.
Kayanya kamu salah sangka deh” Irwan keluar dari mobil, “dengar ya, e..?”
“Robert, nama saya
Robert” Robert yang kesal, memalingkan wajahnya.
Irwan memegang
pundak Robert, “om itu pacar ibunya Lala, bukan pacar Lala. Jadi, om ngedukung
sepenuhnya kalau kamu emang suka sama Lala”
“beneran, om?”
wajah Robert berubah senang.
“tapi inget, jangan
pernah mainin dia”
“siap om” Robert
mencium tangan Irwan, “makasih ya om”
“ok ok” Irwan
tersenyum bingung.
Di kelas,
“Kemala” Robert
masuk dan mendekati Kemala.
“mau apa?”
“entar kita makan
bareng yu, di kantin”
Kemala menatap
Robert.
“aku janji gak akan
macem-macem”
“ok”
Robert tersenyum
mendengar itu.
***
Sore itu,
Di rumah, Kemala
mendekati piano yang sudah lama tidak ia mainkan. Dulu, sang ayah sering mengajarinya
piano saat kecil. Tapi setelah sang ibu bercerai dengan ayah, Kemala tidak
pernah memainkannya.
Kemala menyentuh
tuts pianonya, ia menutup mata dan mengenang kepedihan.
“Lala” Irwan
mendekat.
“om?” Kemala
menoleh.
“kamu lagi apa?
Ibumu mana?”
“ibu ada rapat,
mungkin sebentar lagi pulang” Kemala tersenyum, “aku cuma inget waktu belajar
piano”
“kamu bisa main
piano?” Irwan duduk.
Kemala menggeleng
dan duduk, “kayanya aku lupa lagi deh, om” ia ingat, “cuma ayah yang bisa main
piano, ibu gak bisa. Makanya aku gak pernah main piano lagi setelah mereka
berpisah”
“ingatan itu tidak
perlu disortir, mau baik atau buruk, semuanya ada hikmahnya”
Kemala diam.
“ayo, om ajarin”
Kemal terdiam
mendengar alunan piano lembut yang Irwan mainkan, dan tanpa ia sangka, suara
Irwan dapat menggetarkan hatinya.
“ayo nyanyi bareng
om”
Mereka menyanyi
bersama sambil memainkan piano, dan tanpa Irwan sangka, Kemala bersandar ke
pundak Irwan.
Irwan kaget, tapi
ia tetap bernyanyi bersama Kemala. Ia senang, dengan begini, ia tidak usah
canggung lagi pada Kemala yang akan segera menjadi anaknya. Namun berbeda
dengan perasaan Kemala, ternyata ia mulai jatuh cinta pada Irwan, pacar sang
ibu.
Sulastri pulang,
“selamat sore”
Irwan berhenti
bermain piano dan menoleh, “sayang?” ia bangun dari tempat duduk.
Kemala pun menoleh,
“ibu?” ia tersenyum.
Irwan mendekati
Sulastri dan menciumnya, “kamu cape, sayang?”
Sulastri menggeleng
dan memeluk Irwan, “terima kasih sudah mau menjaga Kemala”
“gak masalah” Irwan
tersenyum dan menatap Kemala.
Kemala pun
tersenyum pada Irwan.
Malamnya,
Kemala yang
berbaring di kasur, terus memikirkan Irwan. Ia tersenyum, “kok aku inget om
Irwan terus, ya? Dia baik sih, ramah, penyayang. Kalau dipikir-pikir, om Irwan
itu ganteng juga, meski usianya sudah terlalu matang untukku. Terus dia itu
kayanya cowok paling gagah yang pernah aku temuin deh, ngeliat dia pake kaos
tanpa lengan dan tatto di tangannya. Emh... om Irwan...”
“Kemala, kamu udah
tidur belum?” Sulastri berteriak dari balik pintu kamar Kemala.
“iya bu, sebentar
lagi aku tidur. Kemala abis ngerain PR buat besok”
“ok, selamat tidur
ya sayang”
“selamat tidur, bu”
Kemala pun
tersenyum dan kembali ingat pada Irwan, “hampir aja ketauan, bobo dulu ah...”
ia menutup matanya dan mulai memimpikan Irwan.
Ya... tanpa pernah
Kemala sangka, Irwan adalah cinta pertamanya. Mungkin ini cinta terlarang,
karena Irwan seorang duda dan terlalu tua untuknya. Tapi lebih tepatnya, Irwan
adalah pacar ibu Kemala sendiri, yaitu Sulastri.
***
Di sekolah,
“Kemala” Robert
mendekati Kemala yang sedang duduk di kelas.
Kemala menatap
Robert.
“selamat ulang
tahun” Robert memberikan sebuah kado kecil.
Kemala menatap kado
itu, “kenapa kamu ngasih ini?”
“aku tau ini kecil,
mungkin terlalu jauh dari kata mewah. Tapi...”
“maksud aku, kenapa
kamu ngasih aku kado segala?”
“karena kita teman”
Robert tersenyum dan duduk di samping Kemala, “karena aku care sama kamu,
karena aku sayang sama kamu”
Kemala tersenyum,
“sayang? Emang kamu ngerti apa artinya sayang?” matanya memerah, “bahkan ayahku
saja tidak mengerti kata itu, ia selalu mengatakan itu tapi kenyataannya...”
“La, tolong jangan
anggap kalau semua laki-laki itu seperti ayahmu” Robert menatap Kemala, “aku
tulus sama kamu”
“makasih, tapi
lebih baik kalau kado ini kamu bawa lagi”
“tapi La...”
Kemala memberikan
kado itu kembali pada Robert.
“ok” Robert agak
kecewa, “aku minta maaf” ia pergi.
Kemala pun diam.
Saat bubar,
“jadi om gak bisa
jemput aku?” Kemala yang sedang menelpon, agak kecewa.
“maafin om, sayang.
Om sibuk hari ini”
“ya udah, gak apa-apa”
Kemala menutup telponnya.
Robert mendekati
Kemala, “om-nya mana?”
“bukan urusan kamu”
“La..”
“dia gak bisa
jemput, puas?”
Robert tersenyum,
“aku anter ya?”
“itu sih kepingin
kamu dari dulu”
Robert menatap
Kemala dan mereka tersenyum, Kemala pun naik ke sepeda Robert dan mereka pulang
bersama.
Sesampainya di
depan rumah Kemala,
“makasih ya” Kemala
tersenyum.
“La, tunggu”
“ada apa?”
“ini...” Robert
kembali kemberikan kadonya.
“ok ok, aku terima
kadonya. Makasih ya”
Robert tersenyum
senang, ia pun pergi.
Kemala merasa aneh
dengan Robert, ia pun masuk ke rumah sambil memegang kado kecil itu.
Di rumah,
“surprise!” Irwan
dan Sulastri sudah menunggu Kemala.
Kemala kaget.
Irwan pun meliup
terompet.
Kemala tersenyum
dan memeluk Sulastri.
“selamat ulang
tahun ya, sayang”
“makasih bu” Kemala
menatap Irwan, “om”
“sini sayang” Irwan
memeluk Kemala dan mencium keningnya.
Ya ampun... Kemala sangat
senang, ia memeluk Irwan.
“ayo dimakan
kuenya” Sulastri tersenyum dan memperikan pisau untuk memotong kue pada Kemala.
Hari itu sangat
menyenangkan untuk Kemala, ia memberinya sebuah kalung dan Irwan memberinya
boneka beruang besar dan lucu.
Malamnya,
Kemala menaruh kado
pemberian Robert di atas laci meja kamarnya, ia berbaring di kasur dan memeluk
boneka pemberian Irwan. Tanpa Sulastri ketahui, Kemala memberi nama boneka itu
Irwan. Sama seperti pemberinya, agar saat Kemala memeluk boneka itu ia bisa
merasakan Irwan disana.
Kemala pun semakin
memantapkan hati, jika Irwan adalah pilihan hatinya. Sekarang usianya sudah 17
tahun, dan ia rasa, ia sudah sangat layak berpacaran.
Kemala menutup
matanya sambil tersenyum, tak lupa ia terus memeluk boneka yang sekarang
menggantikan gulingnya.
Besoknya,
Kemala masuk ke
mobil Irwan, “pagi om”
Irwan tersenyum,
“udah sarapannya?”
“udah dong,
pokoknya hari ini aku semangat belajar”
“emh... yang udah
17 tahun”
“ih... om apaan
sih?” Kemala tersenyum, “o iya om, menurut om, aku udah boleh pacaran kan?”
“kok nanyanya gitu?
Dari dulu juga, om gak pernah larang kamu kan? Emang ibu masih larang?”
“enggak sih,
tapi...”
“kenapa?”
“kalau aku suka
sama om, gimana?”
Irwan terdiam
mendengar itu, ia tersenyum dan menatap Kemala.
“om, aku serius”
“Lala, jangan asal
ngomong ah. Om itu kan pacar ibumu, calon ayahmu”
“jadi om gak suka
sama aku?”
“bukan gitu...”
“terus apa? Karena
aku bukan tipe om? Apa yang gak aku miliki dari ibu?”
“sayang” Irwan
menghentikan mobilnya di pinggir jalan, “kenapa kamu tiba-tiba bicara kaya
gini?”
“emang kenapa?
Setiap orang berhak mencintaikan?”
“yap”
“terus, kenapa saat
aku jujur sama om...?”
Irwan menatap
Kemala.
Kemala menunduk,
“aku beneran suka sama om, aku gak tau awalnya gimana. Tapi...” Kemala menatap
Irwan, “aku merasa, om adalah pria terbaik dalam hidup aku”
Irwan terdiam.
“kenapa om diam?
Om, meski aku gak sedewasa ibu. Tapi aku janji, aku akan jadi istri yang baik
buat om”
“sayang” Irwan
menatap Kemala, “udah, jangan ngomong gitu lagi. Buat om, kamu itu...”
“anak kecil?”
“bukan sayang”
“terus apa? Aku gak
pantes buat om? Aku jelek? Aku bukan tipe om?”
“Lala, kamu itu
cantik, sangat cantik. Anak baik...” Irwan melihat ke arah lain, “tapi buat om,
kamu itu anak om” ia kembali menatap Kemala, “om sayang padamu, sebagai ayah.
Gak lebih dari itu, ya?”
Air mata Kemala
menetes, ternyata ditolak pria yang kita cintai amatlah pedih. Apalagi bagi
Kemala, hanya Irwan satu-satunya cinta dalam hidupnya.
“sayang, jangan
nangis” Irwan mengelusnya.
“aku benci om”
Kemala membuka sabuk pengaman dan membuka pintu mobil, “aku gak mau ketemu om
lagi” ia keluar dari mobil.
“La?”
Kemala berlari
sambil menangis.
Irwan diam, ia
bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Meski kasihan dengan Kemala, tapi
mana mungkin ia menjadi pacar Kemala? Kemala adalah anak dari Sulastri,
kekasihnya.
Di jalan,
Kemala masih
berlari.
“La, Kemala”
seseorang mendekat dengan sepedanya.
Kemala menoleh,
“Robert?”
“kamu kenapa, La?
Kok nangis?”
“bukan urusan kamu”
“ok ok, aku minta
maaf. Mending, sekolahnya bareng aku yu?”
Kemala diam.
“janji gak ngomong
apa-apa”
Kemala tersenyum
dan mereka pun pergi bersama.
Di sekolah,
“makasih ya” Kemala
tersenyum.
“sama-sama, La”
Robert begitu senang.
Sorenya,
Irwan sudah
menunggu Kemala di depan gerbang sekolah dan Kemala keluar.
“La?” Irwan
mendekat.
“mending om pulang,
aku gak mau ketemu om lagi” Kemala dingin.
“Lala...”
“om gak denger?”
Kemala menatap Irwan, “aku benci sama om, jangan ganggu aku lagi” ia melihat
Robert yang keluar dengan sepedanya, “Robert”
Robert menoleh.
“anterin aku
pulang, ya?” Kemala berlari ke arah Robert.
“eh...” Robert
menatap Irwan dengan bingung, “iya...”
Kemala menatap
Irwan dengan kesal dan ia menaiki sepeda Robert sambil menangis.
Irwan diam, ia tau
jika saat ini Kemala membutuhkan ketenangan.
Di jalan,
“La, kok kamau gak
mau pulang sama om Irwan?”
“emangnya kenapa?”
“ya, aku kan cuma
nanya”
“aku gak bisa
bilang”
“ok” Robert
tersenyum, “o iya, kado dariku udah dibuka?”
“belum, kemarin aku
cape. Ibu sama om Irwan ternyata ngasih surprise di rumah”
“oh...” Robert agak
kecewa karena kadonya tidak begitu dipedulikan, tapi ia tetap senang karena bisa
pulang bersama Kemala.
“eh, aku turun di
sini aja”
“lho, kenapa?”
Robert kaget, Kemala ingin berhenti di taman.
“udah, disini aja.
Gak usah banyak nanya”
“ok ok” Robert
menghentikan sepedanya.
Kemala pun turun,
“makasih ya” ia pergi ke taman.
Robert masih diam
menatap Kemala.
Di taman,
Kemala duduk dan
menangis, ia sangat sedih dan kecewa pada Irwan. Meski pun cintanya masih
besar, tapi saat ini ia tidak mau melihat Irwan.
“Kemala...”
Kemala menoleh,
“ngapain kamu disini?” ia kesal melihat Robert.
“minum dulu”
“gak usah”
“ayo dong La, biar
agak tenang”
“tau apa kamu?”
“aku emang gak tau
kamu ada masalah apa, tapi aku tau kalau kamu lagi sedih” Robert duduk
disamping Kemala.
Kemala diam.
“La, aku gak tau
selama ini kamu anggap aku apa. Tapi buat aku, kamu itu seorang teman. Dan aku
siap melakukan apa pun untuk temanku ini”
Kemala menatap
Robert, “makasih ya, maaf selama ini aku jahat sama kamu”
“gak apa-apa kok,
ayo minum dulu”
Kemala pun
mengambil air mineral pemberian Robert dan meminumnya.
“mendingan?”
Kemala mengangguk,
ia pun mulai bercerita pada Robert.
“aku ngerti kok,
La. Aku salut padamu, kamu termasuk orang yang kuat. Biasanya seorang anak
menjadikan masalah itu sebagai kelemahannya, tapi kamu lain”
“buat aku, broken
home itu bukan perusak utama anak. Asalkan kita masih mendapatkan kasih sayang
orang tua, aku kuat-kuat aja. Meski kenyataannya ayah hanya seorang pengecut
yang tidak tau kemana perginya, tapi aku bersyukur masih punya seorang ibu yang
sayang sama aku”
“jadi?”
“aku...”
Robert menatap Kemala.
“aku tetep gak bisa
liat ibu nikah sama om Irwan”
“lho, kenapa?
Bukannya kamu bilang, kalau ibumu...”
“iya, aku sayang
ibu. Tapi aku gak bisa liat ibu nikah sama om Irwan, aku cinta sama om Irwan”
“La, kamu jangan
egois dong”
“egois? Terus kalau
mereka nikah di atas penderitaanku, itu gak egois?”
“tapi La, mereka
emang saling mencintai dari dulu. Jauh sebelum kamu suka sama om Irwan”
“udahlah, aku juga
tau kalau dari dulu kamu gak suka liat aku sama om Irwan. Makanya kamu lebih
mihak mereka kan?”
“bukan gitu, La”
“cukup” Kemala
berdiri dan menatap Robert, “kamu sama om Irwan, sama aja. Semua laki-laki itu
sama aja, kaya ayahku” Kemala pergi.
“La” Robert berlari
mengejar Kemala.
“jangan ikutin aku”
“aku gak akan
biarin kamu pulang sendirian”
Tapi Kemala tiba-tiba
berhenti, ia melihat Irwan ada di hadapannya.
“Lala” Irwan
menatap Kemala.
“om ngapain
disini?” mata Kemala memerah.
“om khawatir, kamu
belum pulang. Kasian ibumu, dia panik di rumah”
“makasih infonya,
tapi aku bisa pulang sendiri. Om tenang aja, aku udah gede kok”
“Lala” Irwan
memegang tangan Kemala.
“lepasin aku, om”
Kemala menangis.
“sayang, kamu harus
pulang”
“lepasin dia, om”
Robert menatap Irwan.
“kamu gak usah ikut
campur, ini urusan om sama Lala” Irwan menatap Robert.
“tapi saya temennya
Kemala, om”
“ayo pulang, La”
Irwan tidak peduli pada Robert.
Robert kesal dan
menyerang Irwan.
Irwan pun dapat
menahan tangan Robert, “kamu gak ngerti juga?” ia menatap Robert.
“cukup” Kemala
melerai mereka dan memeluk Irwan, “lebih baik kamu pulang, aku akan pergi
dengan om Irwan” ia menatap Robert.
“tapi La...?”
“udah sana” Kemala
masih menatap Robert.
“ok” Robert pergi
dengan kecewa.
Meski sedih, Robert
sadar. Kemala pasti lebih memilih Irwan dalam keadaan apapun, karena Kemala
mencintai Irwan. Sedangkan dirinya, mungkin Kemala hanya menganggap Robert
teman biasa.
“kenapa sih, La?
Kenapa kamu gak pernah bisa liat ketulusanku?” Robert bicara sendiri sambil
mengayuh sepedanya.
Di jalan,
“La, kamu udah gak
marah lagi kan sama om?” Irwan yang menyetir, menatap Kemala.
“om pikir, aku
main-main? Aku beneran suka sama om” Kemala menatap Irwan.
“La, om juga suka
kok sama kamu. Tapi hanya sebatas...”
“ayah dan anak? Aku
udah denger itu berkali-kali dari mulut om” Kemala kesal.
“jadi?”
“kalau aku gak bisa
dapetin om, ibu juga gak boleh”
“lho, kok kamu gitu
sih?”
“tanya sama diri om
sendiri, om juga lebih memikirkan perasaan om kan? Perasaan ibu juga, tapi aku?
Om gak mau ngertiin perasaanku”
“Lala, bukan gitu
sayang”
“terus apa?” Kemala
memalingkan wajahnya.
Irwan menghentikan
mobilnya di pinggir jalan, ia menatap Kemala.
Kemala masih kesal
dan tiak mau menatap Irwan.
“sayang, liat om”
Kemala menatap
Irwan yang mendekat.
“om sayang sama
kamu, tapi om gak bisa jadi pasangan kamu nak” Irwan masih menatap Kemala, “om
tau ini cinta pertamamu, om ngerti. Tapi ini mungkin keputusan yang kau ambil
secara tergesa-gesa”
“apa maksud, om?”
“dengerin dulu om,
sayang” Irwan mengelus Kemala, “om ngerti, kamu punya masa lalu yang buruk
dengan ayahmu. Begitu juga om yang punya kenangan buruk dengan mantan istri om,
tapi semua manusia itu perlu belajar dari pengalaman kan?”
“pengalaman buruk
itu gak ada pelajarannya, mendingan dilupain aja”
“kamu inget kan, om
pernah bilang kalau masa lalu itu gak perlu disortir? Kenapa coba? Karena semuanya
bisa jadi pelajaran buat kita, agar kita gak berbuat salah atau melakukan hal
buruk lagi. Ada hikmah d baik semua itu, nak. Kita bisa menjadi lebih baik
karena adanya suatu pengalaman”
“apa hubungannya
antara kita?”
“begini, dulu om
pernah bilang kan? Om itu sakit hati pada mantan istri om, lalu om kesal dan
dendam. Om berubah menjadi playboy karena itu, tapi lama kelamaan, om sadar
jika itu salah. Lalu ibumu merubah om untuk kembali dan menjadi lebih baik”
Kemala menatap
Irwan.
“sama denganmu, kau
mungkin trauma pada laki-laki karena ayahmu. Lalu setelah lama hanya hidup
dengan ibumu, tiba-tiba om datang ke kehidupan kalian. Mungkin kau sedikit
belajar dari itu, jika tidak semua laki-laki seburuk itu. Dan rasa cintamu pada
om, mungkin itu hanya kesalah fahaman saja”
“salah faham?”
Kemala kesal.
“maksud om, itu
keputusan yang kau ambil dengan tergesa-gesa. Tanpa mengetahui atau menyadari
apa yang sebenarnya”
“maksud om, cintaku
palsu? Gak beneran?”
“bukan, sayang.
Tapi ada kalanya, manusia harus menunggu beberapa lama saat mengambil
keputusan”
Kemala memalingkan
wajahnya.
“mungkin saat ini
kamu belum bisa menerimanya, tapi nanti, kau pasti mengerti. Om gak apa-apa
kok, om akan tunggu sampai kamu ngerti”
“pokoknya sampai
kapanpun, aku gak bakalan setuju kalau om nikah sama ibu”
“ok” Irwan diam, ia
tau jika Kemala sedang emosi.
Mereka pun sampai
di rumah.
Kemala kesal dan
masuk ke dalam.
Irwan mengikutinya
masuk.
“sayang, akhirnya
kamu pulang juga” Sulastri senang.
Tapi Kemala tidak
bicara sedikitpun dan masuk ke kamarnya.
“lho, Kemala
kenapa?” Sulastri menatap Irwan.
“sayang, kita harus
bicara. Ini penting” Irwan menatap Sulastri dengan begitu serius.
“kenapa?” Sulastri
kaget.
Di kamar,
Kemala menangis, ia
masih tidak rela jika Irwan menikah dengan ibunya. Tapi Kemala terdiam melihat
kado dari Robert, ia pun mengambilnya dan mulai membuka kado tersebut.
Ternyata isinya
hanyalah sebuah origami dan selembar kertas, ia mulai mulai membaca tulisan di
kertas itu.
Selamat
ulang tahun ya La, aku tau ini hadiah yang kurang penting. Tapi bagiku, ini
sangat bermakna. Origami burung bangau, aku memberinya agar kau tidak sedih
lagi dan selalu bahagia. Dan surat ini, mungkin ini surat tentang perasaanku
selama ini.
Jujur,
saat pertama masuk SMA, aku langsung suka sama kamu. Tapi sikap kamu yang
tertutup dan dingin pada laki-laki membuatku bingung untuk mengungkapkannya.
Sampai suatu hari ada seorang om-om yang selalu antar jemput kamu dan membuat
aku cemburu. Apalagi dia om-om keren dan kaya, sedangkan aku cuma orang bisa.
Sejak
saat itu, aku selalu berusaha jujur padamu tentang perasaanku. Tapi sayangnya,
kamu gak pernah nanggepin itu. Aku tau, kamu punya masa lalu yang berat.
Terutama tentang laki-laki di hidupmu, aku ngerti kok. Tapi aku pingin kamu
tau, kalau aku gak main-main. Aku selalu berharap, jika suatu saat kamu membuka
sedikit hatimu dan melihat ketulusanku yang selalu mencintaimu.
Seandainya
kamu gak nerima aku karena satu atau banyak hal, aku tidak apa-apa kok. Yang
penting kamu gak benci sama aku. Semoga kamu selalu bahagia.
Robert.
Kemala terdiam, ia
ingat dengan Irwan.
Di
mobil,
Kemala
masih kesal dan tidak mau menatap Irwan.
“sayang”
Irwan mengelus Kemala, “suatu saat kamu pasti akan menemukan cinta sejatimu,
dan itu bukan om”
“maksud
om?”
“sama
seperti saat om mencari cinta sejati om, om butuh waktu untuk menemukan ibumu”
Kemala
diam.
“mungkin
saat ini kamu masih berpikir cintamu itu om, tapi nanti, semuanya akan mulai
terlihat. Jika om bukan cinta sejatimu, dan rasa itu hanya cinta biasa. Seperti
kekaguman atau kerinduan dari sosok yang hilang dari hidupmu”
Air mata Kemala
menetes, mungkin Irwan benar. Cinta sejatinya bukanlah seorang om yang selama
ini ia anggap laki-laki sempurna. Cinta sejatinya adalah seseorang yang selalu
ia abaikan selama ini, orang biasa yang tidak begitu penting dalam kehidupan
Kemala sebelumnya. Namun laki-laki itu selalu memperhatikannya dan
menyayanginya dengan tulus, tanpa ia sadari sedikitpun.
“Robert...” dan
Kemala pun sadar, siapa orang itu. Orang terbaik yang Tuhan kirimkan untuknya.
Kemala pun keluar
dari kamar dan melihat Sulastri menangis.
“ibu?” Kemala
kaget.
“tega kamu, nak.
Apa salah ibu padamu?”
“maksud ibu, apa?”
“Irwan baru saja
mengundurkan diri, dia mutusin ibu karena kamu”
Kemala terdiam dan
menunduk.
“kamu itu kenapa
sih? Apa salah jika ibu punya pacar? Apa salah jika ibu ingin menikah lagi? Ibu
gak bisa terus-terusan kaya gini nak, ibu butuh sosok seorang laki-laki di
hidup ibu”
“maafin aku, bu”
“ambil ini”
Sulastri memberikan cincin pertunangan mereka pada Kemala, “selama ini ibu
hanya ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, dan jika ini yang terbaik, ibu
rela. Ambil ini agak kamu puas” Sulastri masuk ke kamarnya.
“bu, maafin Kemala,
bu. Kemala nyesel” Kemala mendekati pintu kamar Sulastri, “aku seneng kalau ibu
sama om Irwan, aku bahagia punya ayah baru kaya om Irwan”
***
Di sebuah
apartemen,
“permisi” Kemala
mengetuk pintu, “om, ini Lala, om”
Robert yang
mengantar Kemala, hanya diam.
Seorang perempuan
lewat dan bertanya, “kamu nyari siapa, dek?”
“om Irwan, ini
bener apartemennya kan?”
“iya, tapi Irwan
udah dua hari gak pulang kesini dek. Mungkin dia sedang sibuk, kamu tau kan?
Dia orang penting di perusahaan, suka pergi ke luar negeri”
“oh” Kemala kecewa
mendengar itu,”makasih, bu”
“sama-sama, dek”
orang itu pergi.
“gimana nih?”
Kemala menatap Robert.
“kita tanya sama
receptionist aja yu”
Kemala menangguk.
Di ruang
receptionist,
“ada apa dek?”
“aku mau nanyain om
Irwan, apa bener udah dua hari gak pulang kesini?”
“tuan Irwan memang
belum kembali, tapi saya juga dengar jika tuan Irwan akan pindah”
“pindah? Kemana?”
Kemala kaget.
“saya kurang tau,
dek”
Kemala sedih dan
Robert memeluknya.
“tenang sayang,
kita pasti bisa ketemu sama om Irwan”
“itu tuan Irwan”
receptionist tersenyum.
Kemal menoleh dan
melihat Irwan yang baru datang, “om Irwan”
“Lala?” Irwan
kaget.
Kemala berlari dan
memeluk Irwan, “jangan pergi, om. Maafin Lala”
“sayang, kamu
kenapa? Kok nangis?”
“aku nyesel, semua
yang om bilang itu bener. Aku emang keras kepala, aku...”
“sst..., udah. Gak
usah dilanjutin” Irwan menghapus air mata Kemala.
“aku mohon om,
kembali sama ibu”
Irwan tersenyum.
Kemala kembali
memeluk Irwan.
Robert mendekat dan
tersenyum, “om”
“hey”
“aku sayang om, aku
mau om jadi ayahku”
“ya, kalau udah
kaya gini” Irwan melihat ke arah lain, “om jadi pindah”
Robert kaget.
“kemana om?” Kemala
menyesal, mungkin Irwan sudah sangat kecewa padanya.
“tentu saja pinda
ke rumah kamu, Kemala Dahayu” Irwan tersenyum dan menyentuh hidung Kemala.
“ih... om Irwan”
Kemala kembali memeluk Irwan.
Irwan tersenyum dan
mengelus Kemala, ia juga memegang pundak Robert. Irwan melihat kedekatan Kemala
dan Robert, ia tau jika mereka punya hubungan spesial sekarang.
***
Akhirnya Irwan dan
Sulastri menikah, sekarang Kemala kembali memiliki keluarga yang utuh. Ayah baru
yang jelas lebih baik untuknya dan juga pacar yang baik yang selalu ada
untuknya.
Irwan menatap
Sulastri, “kau bahagia?”
“tentu saja, sejak
pertama kita bertemu, aku selalu yakin, jika kamu adalah yang terbaik”
“terima kasih”
Mereka berciuman.
Kemal tersenyum
melihat itu.
“La, kamu mau kaya
gitu?” Robert yag duduk disamping Kemala, menatapnya.
“maksud kamu,
nikah?” Kemala menatap Robert, “enggak ah, kita kan masih sekolah”
“ya entar lah,
kalau udah cukup umur” Robert tersenyum.
“emang kamu bakal
setia sama aku?”
“idih, kamu masih
gak percaya. Aku kan udah janji, akan jadi yang terbaik untuk kamu”
“oh, gitu?” Kemala
kembali melihat ke arah kedua orang tuanya.
“ih... dingin
banget sih?”
Kemala tersenyum
dan memeluk Robert.
Robert terdiam, ia
kaget dengan yang Kemala lakukan. Tapi ia sangat senang dengan itu, tandanya
Kemala memang sudah benar-benar menerimanya.
“aku cinta kamu,
La” Robert juga memeluk Kemala.
“Kemala Dahayu,
jangan lama-lama. Belum muhrim” Irwan yang mendekati mereka, tersenyum.
“ayah?” Kemala
menoleh dan tersenyum.
“maaf, om” Robert
malu.
“tuh liat, setelah
jadi ayahmu, om Irwan mulai over protective kan?” Sulastri yang merangkul
lengan Irwan pun tersenyum.
“sayang” Irwan
menatap Sulastri.
Mereka pun
tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar