Senin, 10 Oktober 2016

Drowning


Author : Sherly Holmes
Genre : Family, Romance
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Suatu pagi,
Di taman sekolah, seorang pria menatap perempuan di hadapannya.
“Jullie, aku ingin kamu jadi pendamping hidupku suatu saat nanti”
Jullie tersenyum, “Robert...” ia sangat behagia.
Robert berjanji jika lulus nanti, ia ingin melanjutkan hubungan mereka ke arah yang lebih serius. Robert memberikan setangkai bunga mawar dan Jullie mengambilnya.
“cie...” teman-teman yang mengintip, keluar dan tertawa.
Mereka kaget dan ikut tertawa bersama teman-temannya.
Robert pun merangkul Jullie.
***
Pagi itu,
Jullie sedang menyiapkan sarapan, seorang anak perempuan yang memakai seragam Taman Kanak-kanak mendekatinya.
“bu”
“Luna? Kamu udah siap, sayang?”
Luna mengangguk dan duduk di ruang makan.
“pagi, bu” seorang perempuan berseragam SMP, duduk disamping Luna.
“Dania, ayahmu mana?” Jullie menaruh makanan di meja.
“aku disini” seorang pria, mendekat.
Jullie menoleh dan tersenyum melihatnya, “Tyo...”
Tyo menatap Jullie, “biasanya kau memanggilku ayah jika di depan anak-anak”
“maafkan aku” Jullie tersenyum.
Tyo mencium kening Jullie, “aku mencintaimu”
“udah ah, sarapan dulu”
“ok” Tyo duduk, “selamat pagi, sayang” Tyo mengelus Luna dan tersenyum pada Dania.
“pagi ayah” Luna dan Dania tersenyum.
Mereka pun sarapan.
“ayah”
“em?” Tyo menatap Luna.
“ayah, tau gak? Teman-teman bilang, ayah itu orang tua murid paling ganteng di TK Luna”
Tyo tertawa, “anak jaman sekarang, masih TK udah tau yang ganteng” ia menatap Jullie.
“emh...” Jullie melihat ke arah lain.
“ibu cemburu tuh, yah” Dania tersenyum pada Tyo.
“hey, kamu cemburu sama anak TK?” Tyo menatap Jullie.
“enggak, anak kecil kok dicemburuin” Jullie agak kesal.
“temen-temen kamu juga bilang ayah ganteng, kan?” Tyo tersenyum pada Dania.
“masa?” Jullie menatap Dania dengan sedikit cemas.
Tyo yang melihat expresi Jullie, tertawa.
Jullie tau jika ia terkena jebakan Tyo, Jullie kesal dengan sedikit malu.
“kau lihat? Ibumu sangat takut kehilangan ayah” Tyo tersenyum dan merangkul Jullie, “udah dong sayang, aku kan bercanda”
Dania tersenyum melihat tingkah orang tuanya, sedangkan Luna hanya diam tak mengerti.
Di TK,
“hati-hati ya sayang” Tyo membukakan pintu untuk Luna.
“ayah juga”
“cium dulu dong”
Luna mencium pipi Tyo dan Tyo mencium kening Luna.
“dah ayah, dah kakak”
Dania melambai dari dalam mobil.
Tyo melambai kepada Luna yang masuk ke sekolah, lalu ia melihat para anak TK yang menatapnya. Ia pun tersenyum dan melambai pada mereka, lalu pergi.
***
Siang itu,
“ah...” Jullie yang berada di rumah, merasa lelah. Ia sedang mencari sebuah foto, tapi sampai saat ini belum juga ia temukan.
Jullie duduk, mungkinkah ada di gudang? Sepertinya tidak disana, ya Tuhan... dimana aku simpan foto itu? Kenapa aku bisa benar-benar lupa?
Jullie bingung, “mungkin aku akan mencarinya di weekend nanti”
“selamat siang” Luna masuk ke rumah.
“sayang, kamu udah pulang?”
“iya bu, aku dianter bus sekolah”
“ya udah, ganti baju sana”
Luna pun masuk ke kamar.
Jullie masih merasa lelah dan duduk di ruang tamu.
“bu” Luna mendekat, “ibu abis beres-beres, ya? Keliatannya, cape banget”
“enggak sayang, ibu abis nyari sesuatu. Tapi ibu belum dapet”
“apaan sih, bu?”
“foto”
“foto?”
“iya, foto yang sangat berharga untuk ibu”
Luna tersenyum, “kalau gitu, kakak harus dikasih tau. Biar kita cari sama-sama, pasti cepet ketemunya”
“ok sayang, tapi kamu harus jaga rahasia ini dari ayah. Ok?”
“siap, bu”
Mereka tertawa.
Dania datang, “ada apa sih? Pada seru gitu?” ia mencium tangan ibunya dan mengelus Luna.
“kakak” Luna tersenyum.
Jullie pun mulai menceritakannya pada Dania.
“oh, kalau itu sih gampang bu. Aku pasti bisa bantuin nyari”
“aku juga, bu” Luna sangat bersemangat.
Jullie sangat bahagia dengan hidupnya, ia memiliki keluarga yang ia impikan. Anak-anak yang selalu ceria dan selalu mendukungnya, suami yang selalu ada untuknya. Ia merasa hidupnya sudah cukup diberikan kenikmatan oleh Tuhan. Ia tau, tidak semua orang mendapatkan itu. Dan sejauh ini, keluarga mereka memang jauh dari masalah yang besar.
Sorenya,
“Uun, Dania...? Ayah pulang” Tyo masuk ke rumah sambil membawa makan.
“asyik, ayah pulang” Luna berlari.
Dania tersenyum.
“hati-hati sayang, nanti jatuh” Jullie melihat Luna berlari.
“anak ayah” Tyo menangkap Luna dan mengendongnya, “cium ayah”
Luna mencium pipi Tyo.
Tyo tersenyum dan memberikan makanannya pada Dania, “bagi dua sama adikmu”
“beres, yah”
Tyo menurunkan Luna dan membiarkannya pergi ke ruang makan bersama Dania.
“sayang” Jullie membuka jass Tyo, “kamu cape, ya?”
“enggak, kok” Tyo tersenyum dan menata Jullie, ia akan menciumnya.
“Tyo”
“gak apa-apa, anak-anak kan lagi makan”
Jullie tersenyum dan mereka berciuman.
Besoknya,
Jullie, Dania, dan Luna mulai mencari foto.
“aduh, dimana ya?” Jullie benar-benar lupa menaruhnya dimana.
Luna yang merasa lelah, duduk di atas kardus yang berisikan barang-barang.
“ah, Uun payah. Masa gitu aja cape?” Dania tersenyum.
“aku kan masih kecil, kak”
“oh, iya bu. Jangan-jangan fotonya ada di kotak itu”
“kotak apa?” Jullie menatap Dania dengan penasaran.
“ya ampun, kotak kenangan ibu. Yang ibu taruh di loteng, yang ada buku harian tentang cinta pertama ibu. Yang sengaja ibu sembunyiin karena takut ayah marah”
“maksud kamu apa?” Tyo yang datang, menatap mereka.
Mereka kaget melihat Tyo yang tiba-tiba muncul.
“a..ayah...?” Dania bingung, ia tau dirinya terlalu banyak bicara.
Luna menunduk karena takut jika Tyo akan marah.
“sayang...” Jullie terdiam bingung.
“Dania, jawab ayah?!” Tyo menatap Dania dengan tajam.
Dania menunduk dan tidak mau bicara.
“Dania, ayah tidak pernah mengajarimu berbohong!” Tyo membentaknya.
Luna menangis.
Jullie tau jika Tyo marah besar, “Dania, bawa Luna ke kamar”
“iya bu” Dania menggendong Luna dan pergi.
Tyo menatap Jullie.
“s...sayang...” Jullie bungung.
Tyo langsung mengambil tongkat dan mendekati loteng.
“Tyo?” Jullie mengikutinya.
Tyo menjulurkan tongkat ke loteng dan tangga loteng pun turun secara otomatis.
“Tyo, aku bisa jelaskan semuanya”
“diam!” Tyo membentak Jullie.
Jullie pun diam.
Tyo menaiki tangga loteng dan mencari kotak yang dimaksud Dania.
Brak...
Kotak besar itu jatuh dari loteng dan mengagetkan Jullie.
Tyo turun dengan marah, “ini, foto ini kan yang kau cari?” Tyo menunjukan foto Jullie dan Robert yang memakai seragam SMA.
“Tyo...”
“udahlah” Tyo melemparkan sebuah buku harian yang sudah ia baca di loteng, “aku kecewa sama kamu”
“Tyo, dengar dulu”
“aku gak mau denger” Tyo menunjuk buku harian yang sudah ia lempar, “buku harian itu sudah mewakili semua buku harian dan barang-barang yang kamu simpan di kotak ini” ia membentak Jullie, “apa kekuranganku, Jullie? Aku sudah berusaha melakukan yang terbaik, aku sudah berusaha membahagiakanmu. Apa itu belum cukup bagimu?”
“bukan begitu” Jullie menangis.
Tyo melihat ke arah lain, “aku muak dengan semua ini” ia pergi.
“Tyo?” Jullie sangat sedih.
Jullie hanya bisa diam, ia tau, jika Tyo melihat semua ini, Tyo pasti akan sangat marah. Maka dari itu, ia selalu menyembunyikannya dari Tyo karena ia takut jika hal ini akan terjadi. Dan sekarang, semua ketakutan Jullie menjadi kenyataan. Ia duduk dan menatap semua barangnya.
Di kamar,
“Uun, udah dong. Jangan nangis” Dania mengelus Luna.
“tapi aku takut kalau ayah marah kaya gitu”
“terkadang, ayah memang galak. Tapi kamu tau sendiri, kan? Ayah itu adalah ayah terbaik yang pernah kita miliki”
Luna mengangguk.
“udah ya, jangan nangis” Dania memeluk Luna.
Malam itu,
Tyo duduk di sebuah bar, ia melamun sambil memegang segelas minuman. Pria itu... Tyo masih kesal.
Seorang perempuan mendekat, “Tyo?”
Tyo menoleh, “Aletha?”
“apa kabar? Udah lama kita gak ketemu” Aletha tersenyum.
“aku baik” Tyo tersenyum dan kembali diam.
“emh... kamu pasti ada masalah kan?”
Tyo tetap diam.
“ayo cerita, kita kan teman”
Tyo tersenyum pada Aletha yang merupakan sahabatnya sejak SMA, tapi saat lulus kuliah, mereka tak pernah bertemu lagi.
“ya udah kalau gak mau cerita” Aletha duduk disamping Tyo, “aku temenin ya, aku cemas kalau ngebiarin kamu sendiri. Bisa-bisa, kamu mukulin orang”
“kamu pikir, aku preman?”
“emang”
“dasar” Tyo tertawa.
“aku ingat siapa kamu sebelum kenal Jullie” Aletha mengenangnya, “dulu, kamu itu anak badung yang suka berantem dan super nakal di sekolah. Sampai-sampai, kamu pernah hampir di DO. Dan saat kuliah, kamu juga jadi preman kampus. Semua orang takut sama kamu, sebagai teman, aku cuma merasa enak. Karena dengan begitu, gak ada yang berani jail sama aku” ia tersenyum, “tapi saat kau kenal Jullie, kau benar-benar berubah. Si anak badung sudah tidak ada lagi, kau berusaha berubah untuk menjadi anak baik-baik demi mendapatkan hati orang tua Jullie. Dan aku, aku selalu ada bersamamu untuk melewati semuanya”
Tyo menatap Aletha, “maafkan aku, terima kasih atas semuanya, Letha”
“sudahlah, kita ini teman. Tidak usah berterimakasih”
***
Di rumah,
Luna dan Dania pergi ke ruang makan, tapi disana tidak ada makanan yang tersedia.
“aku lapar, kak” Luna sedih.
“tenang, kakak masakin ya? Uun duduk aja disitu”
Luna mengangguk dan mendekati meja makan.
Di kamar Jullie,
Julli menatap kotaknya sambil menangis, ia melihat satu per satu kenangannya.
Jullie mengambil diary yang dilemparkan Tyo, disana berisi kenangan saat pertama kali ia merasakan cinta. Robert..., Robert adalah cinta pertama Jullie. Dan..., entah ia beruntung atau tidak. Robert juga adalah kekasih pertamanya dan Robert bilang jika cinta pertamanya adalah Jullie.
Di taman,
“Robert, aku mau mengakui sesuatu padamu”
“apa?”
“sebenarnya, aku belum pernah pacaran. Jadi...”
Robert tersenyum menatap Jullie, “kamu pikir, aku udah pernah?”
“maksud kamu?”
“sama aja, Jullie”
Jullie tersenyum.
“denger ya, kamu itu cinta pertamaku. Makanya, aku beruntung banget bisa pacaran sama kamu”
“sama kok” Jullie malu, “kamu juga cinta pertamaku”
Mereka saling tatap dan tersenyum.
Foto yang membuat Tyo kesal adalah foto saat pertama kali Jullie berpacaran dengan Robert.
Jullie kembali menempelkan foto itu disamping tulisan diary-nya. Ia pun mulai membaca diary berikutnya.
Besoknya,
Jullie sedang memasak.
Dania mendekat, “bu, ayah gak pulang?”
Jullie menggeleng.
Dania ikut sedih, “apa ayah akan terus marah?”
“ibu tidak tau, nak. Sifat ayahmu itu sangat keras”
Luna mendekat, “ayah mana, bu?”
Dania dan Jullie menoleh ke arah Luna.
“Uun, ayah udah berangkat tadi. Katanya hari ini ada acara penting di kantor” Dania mencari alasan.
“kakak gak bohong, kan? Ingat, kata ayah, kita gak boleh bohong”
Dania diam.
“udah-udah, ayo sarapan dulu. Nanti telat sekolahnya” Jullie menyiapkan makanan.
Di sebuah apartement,
Tyo keluar dan mengunci pintu, tiba-tiba seorang perempuan mendekat.
“Tyo”
Tyo menoleh, “Claudie?”
“hey, sejak kapan kamu tinggal disini?”
“tadi malam”
“keluargamu, mana?”
“eh...”
“emh... aku tau” Claudie tersenyum, “kalau begitu, mampirlah ke apartementku. Pintunya ada di samping pintumu”
“oh.. ok”
“bye Tyo”
Tyo tersenyum.
Malamnya,
Tyo kembali bertemu Aletha di bar.
“jadi, Claudie tetangga kamu di apartement?” Aletha tertawa.
“kamu kenapa sih, Tha?”
“ah kamu, kaya yang lupa aja deh. Dari dulu kan, Claudie suka banget sama kamu. Dia pasti bahagia kalau cowo impiannya tiba-tiba jadi tetangga”
“itu gak lucu”
“aku tau, santailah sedikit” Aletha mengelus Tyo.
Tyo kembali minum.
“kau tau, aku sedih melihatmu begini terus”
Tyo tidak peduli.
“kau masih mencintai Jullie kan? Pulanglah”
“jika kau ingin pulang, pulang sendiri sana. Jangan suruh aku pulang”
“hey, kenapa marah?”
“aku ketemu kamu agar aku bisa merasakan sedikit ketenangan, bukan malah dibuat pusing”
“Tyo, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud begitu” Aletha bingung, “jika kau ingin sendiri malam ini, aku mengerti” ia berdiri dan mengelus Tyo, lalu Aletha pergi.
Tyo diam dan kembali minum.
***
Di rumah,
Seperti biasa, Jullie membuka diary-nya di kamar.
Suatu hari, ia bertemu dengan seorang mahasiswa. Pria itu agak  menyebalkan baginya, apalagi Jullie memang sedang berpacaran dengan Robert. Tapi mahasiswa tanpa nama itu selalu ada dimanapun ia berada, aneh sekali... siapa nama pria itu?
Sepulang sekolah,
Jullie sedang berjalan bersama teman-temannya.
“eh, Jullie” teman Jullie berbisik, “liat, cowo itu ada lagi”
Jullie menatap mahasiswa berambut gondrong itu dengan agak kesal, “kenapa mesti ketemu dia terus sih?”
“kayanya dia sengaja deh, coba kamu pikir. Masa setiap kita berangkat, setiap kita pulang sekolah, dia selalu ada disana”
“masa sih? Sekolah kita kan emang deket sama kampusnya”
“aduh, Jullie. Terus, masa bisa setiap saat gini ketemunya? Yang aku tau, jadwal mahasiswa itu gak kaya jadwal kita di SMA”
“udah ah, jangan ngaco. Mending kita pergi aja”
Mereka pun pergi.
Setiap saat, pria berambut gondrong itu selalu ada. Temanku bilang, mungkin pria itu menyukaiku. Tapi mana mungkin? Lagi pula, aku kan udah punya pacar. Aku gak mungkin ngeduain Robert, cowo yang paling aku cintai.
Air mata Jullie menetes, “Tyo, aku mohon, pulanglah...”
***
Tyo membuka matanya, “emh..” ia tau ada di sebuah kamar.
“hey” Claudie yang ada di samping Tyo, tersenyum.
“Claudie?” Tyo kaget, ia bangun dengan bingung.
“tadi kamu...”
Tyo ingat jika dirinya mabuk, “ya Tuhan...” ia mengambil jaketnya.
“kamu kenapa?”
“maaf, aku harus pergi” Tyo meninggalkan Claudie dan keluar dari apartement itu, ia merasa bingung. Tyo pun berpikir untuk pergi ke rumah Aletha.
Sesampainya di rumah Aletha,
Tyo mengetuk pintu, “Letha?”
“iya” Aletha membuka pintu, “Tyo?”
“boleh aku masuk?”
“tentu...” Aletha masih merasa aneh.
Tyo duduk.
“kamu kenapa?”
“tadi aku...”
“mabuk?” Aletha menatap Tyo.
Tyo mengangguk, “dan saat aku sadar...” ia menatap Aletha, “aku di kamar Claudie”
Aletha tertawa.
“kenapa kamu?”
“dia pasti bahagia banget”
“Aletha...”
“sorry... sorry...” Aletha tersenyum, “nginep aja dulu disini, dan besok, mending kamu pindah dari apartement itu”
“ok” Tyo menatap Aletha, “tapi gak apa-apa kan? Suami kamu...”
“aku belum punya suami”
“ah... maaf”
“gak usah minta maaf, lagian juga itu kenyataannya kok”
“ok” Tyo menatap Aletha yang tersenyum.
“kenapa kau menolak untuk bersama Claudie?”
“maksudmu? Tidur di apartementnya?”
“apa karena kau masih memikirkan Jullie?”
Tyo diam.
“aku tau, kau sangat mencintainya. Kau banyak berubah untuknya, rambutmu”
“sudahlah Letha”
“Tyo, seandainya ini hanya emosimu yang sesaat. Seandainya kau memberi kesempatan padanya untuk...”
“Letha, semuanya sudah jelas. Aku sudah membaca diary-nya”
“kau membaca diary istrimu?”
“aku...”
“Tyo”
“aku harus membacanya, karena aku penasaran. Dania bilang, di kotak itu adalah barang-barang berharga milik Jullie”
“Dania?”
“itu nama anakku”
“ya Tuhan...”
“aku punya dua anak perempuan, Dania dan Luna”
“kau sayang mereka?”
Tyo menatap Aletha.
“kau menyayanginya?”
Tyo mengangguk.
“pulanglah untuk mereka”
“aku tidak bisa”
“Tyo...”
Tyo menatap Aletha.
“baiklah, jika kau belum siap, tidak apa-apa”
“kau sendiri, kenapa kau masih sendiri?”
“karena...” Aletha melihat ke arah lain, “karena cinta pertamaku, sudah menikah dengan wanita lain”
Mereka pun saling tatap dan berciuman.
Besoknya,
Tyo yang sedang tidur, mulai membuka matanya. Ia melihat Aletha tersenyum sambil memberikan segelas kopi.
“terima kasih”
“awas, masih panas”
Mereka pun berjalan ke ruang makan.
“terima kasih kau sudah baik padaku”
“kau ini, kita kan teman”
Tyo tersenyum dan meminum kopinya.
***
Siang itu,
Dania datang ke kantor Tyo, ia masuk ke ruangan Tyo.
“ayah”
Tyo kaget, “Dania?”
Dania mendekat dan duduk, “ayah kok gak pulang?”
“ayah sibuk” Tyo kembali memeriksa berkas yang ada di mejanya.
“ayah, apa ayah tidak rindu padaku? Pada Uun, pada ibu?”
“Dania, ayah sibuk, nak”
“jangan bohong, ayah. Ayah sendiri kan yang bilang, kalau kita gak boleh bohong?”
“Dania, ini masalah ayah dan ibumu”
“aku tau, aku udah ngerti. Aku kesini cuma mau ngasih ini”
Tyo melihat sebuah diary, “itu diary ibumu kan?”
“ayah, aku mohon. Baca ini”
“membaca diary orang itu tidak baik”
“tapi nyatanya, ayah juga membaca diary pertama di kotak ibu kan? Gak ada salahnya kalau ayah membaca diary terakhir di kotak itu”
“Dania, lebih baik kamu pulang?!” Tyo marah.
“aku gak apa-apa dibentak ayah” mata Dania memerah, “tapi kalau ayah emang sayang sama aku, sama Uun. Ayah harus baca ini” Dania menyimpan diary itu di atas meja dan pergi.
Tyo diam, sebenarnya dia tidak pernah mau untuk membentak anaknya. Tapi saat ini perasaanya memang sedang tidak baik.
Sorenya,
Tyo sudah membereskan barang-barangnya yang ada di apartement.
“Tyo, kamu mau kemana?” Claudie mendekat.
“pindah”
“kenapa? Kau tidak nyaman bertetangga denganku?”
“Claudie” Tyo menatap Claudie, “kau adalah tetangga yang baik, ini semua tidak ada hubungannya denganmu. Aku memang harus pergi”
“kalau begitu, apa aku boleh...”
“tidak, kita sudah memiliki kkehidupan masing-masing. Dan aku...”
“egois sekali”
Tyo menatap Claudie.
“kau tau, sejak dulu aku mencintaimu. Tapi kau tidak pernah...”
“jika kau sudah merasa seperti itu, harusnya kau bisa melupakan aku” Tyo pergi.
“Tyo, kau pikir hanya aku yang mengalami ini? Bagaimana dengan Aletha?”
Langkah Tyo terhenti.
“sampai saat ini dia sendiri, karena kamu. Kamu cinta pertamanya saan ia SMA dan kamu malah mencintai wanita lain”
Tyo baru menyadari itu dan ia pun pergi tanpa bicara.
“pergi sana!” Claudie kesal.
Tyo pun kembali ke rumah Aletha.
***
Di rumah Aletha,
Tyo mengetuk pintu, “Aletha?”
“iya” Aletha membuka pintu, “Tyo?” ia kaget melihat Tyo membawa barang-barang.
“katakan yang sebenarnya padaku”
“maksud kamu?”
“apa kau mencintaiku?”
“a...”
“Aletha, jawab aku”
Aletha menunduk dan matanya mulai memerah, “itu...”
Tyo memeluk Aletha, “kenapa kau tidak pernah jujur padaku? Kenapa kau hanya memendamnya sampai saat ini?”
“itu karena...”
Tyo menatap Aletha, “aku minta maaf, aku tidak pernah mengerti perasaanmu”
“Tyo” Aletha menatap Tyo, “aku tidak menginginkan itu”
“apa?”
“kau ingat? Kau punya janji yang harus kau tepati pada Jullie”
Tyo diam.
“saat pacarnya meninggal, kau pernah berjanji untuk menjaga Jullie. Kau janji akan selalu ada untuknya, menggantikan Robert di hatinya”
“Robert?” Tyo ingat laki-laki itu, anak SMA yang fotonya ada di diary Jullie.
“Tyo, ada apa?”
“ya Tuhan..., aku lupa dengan semua itu”
“Tyo, tenanglah. Masuk dulu”
Mereka pun duduk di ruang tamu.
“aku begitu bodoh, aku cemburu pada orang yang sudah meninggal”
“sudah, minum dulu” Aletha memberikan segelas air.
Di rumah Jullie,
Jullie melihat Dania yang baru pulang sambil menangis, “sayang, kamu kenapa?”
“aku gak apa-apa kok, bu”
“hey, cerita sama ibu”
Dania tersenyum dan menggeleng.
“ya sudah, ganti baju sana. Bantuin ibu masak buat makan malam”
Dania pun mengangguk.
“kakak” Luna berlari menghampiri Dania, “gimana kak? Kakak udah ketemu ayah?”
Dania terdiam dan melihat ke arah Jullie.
Julli menatap Dania, lalu ia pergi ke dapur.
Dania pun menunduk.
***
Tyo hanya duduk diam di kamar rumah Aletha, ia menatap diary Jullie yang diberikan oleh Dania. Tyo pun mulai membukanya secara acak.
Jullie begitu sedih menerima kenyataan jika Robert meninggal, ia merasa hiudpnya juga berakhir disana. Tapi pria berambut gondrong itu selalu mendekati Jullie, apakah ullie harus percaya padanya?
Di taman,
Jullie sedang melamun, Tyo mendekat.
“ngapain sih ngelamun terus disini? Tiap hari, gitu melulu” Tyo duduk disamping Jullie.
Jullie menatap Tyo dan kembali diam.
“hey, aku bukan arwah lho. Kok gak dijawab sih?”
“dengan ya, aku gak kenal sama kamu.jadi jangan sok deket deh”
“masa gak kenal? Tiap hari kan kita ketemu”
“denger ya, kakak gondrong”
“hey, aku punya nama. Aku bukan kakak gondrong, aku Tyo” Tyo mengajak Jullie untuk berjabat tangan.
Tapi Jullie malah pergi dan tidak menghiraukannya.
Itu adalah pertama kalinya Jullie mengetahui nama Tyo, dan ia masih merasa ragu pada Tyo. Apalagi dengan dandanannya itu, Jullie semakin tak peduli dan merasa ia hanya pengganggu.
Tyo menutup diary itu, ia ingat setiap saat ia selalu berusaha meyakinkan Jullie jika dia bisa menjadi yang terbaik untuk Jullie. Jullie memang sangat tertutup dan begitu murung setelah Robert meninggal, tapi Aletha selalu menyemangati Tyo agar selalu berjuang demi cintanya pada Jullie.
Tyo kembali membuka diary itu secara acak.
Hari itu, merupakan hari yang paling menyeramkan untuk Jullie. Ia dihadang preman di tempat sepi, tapi Tyo tiba-tiba datang untuk menolongnya. Hanya saja, Tyo tidak bisa mengalahkan mereka sendiri. Akhirnya Tyo terluka dan membuat Jullie sangat panik.
Di rumah sakit,
Jullie terus duduk menemani Tyo yang dirawat disana, Tyo membuka matanya dan menatap Jullie.
“hey” Tyo tersenyum.
“kamu apa-apaan sih? Kalau kamu mati gimana?” Jullie kesal.
“tapi aku masih hidup, kan?”
“liat tuh, bekas luka di pinggang kamu. Kamu itu hampir mati, tau?”
“aku minta maaf udah bikin kamu khawatir”
“harusnya kamu minta bantuan orang, bukannya malah datang dan lawan mereka sendirian”
“jika aku minta bantuan orang, mungkin aku gak sempet nolongin kamu tepat waktu. Aku cinta sama kamu, aku akan ngelakuin apa pun agar kamu percaya”
“kamu selalu bicara seperti itu” air mata Jullie menetes, “cinta itu gak bisa dipaksakan” ia berdiri.
“aku gak akan maksa kamu, aku hanya ingin berusaha membuatmu melihat jika aku bisa menjadi yang terbaik”
Jullie diam, “kamu gak ngerti apa pun”
“aku ngerti” Tyo menatap Jullie, “sejak dulu, aku suka padamu. Aku sengaja diam di halte setiap pagi dan sore, meski jadwalku tidak begitu. Itu semua aku lakukan agar aku bisa melihatmu”
Jullie menatap Tyo, “jangan pernah melakukan hal bodoh lagi” ia pun pergi.
Setelah kejadian itu, Jullie merasa bersalah dan selalu memikirkan Tyo. Sampai suatu hari, ia datang ke rumah sakit. Tapi sayangnya, Tyo sudah pulang satu hari yang lalu.
Tyo terdiam, ia baru tau jika Jullie datang ke rumah sakit untuknya. Tyo ingat, saat itu ia begitu down. Ia merasa, jika Jullie tidak akan pernah peduli dan membalas cintanya. Tapi Aletha selalu menyemangatinya, dan Tyo pun mulai merubah penampilannya.
Tyo kembali membuka lembar berikutnya dengan acak pula.
Jullie merasa sedih, ia sadar jika selama ini Tyo tidak main-main. Laki-laki itu begitu serius dan peduli padanya, namun setelah kejadian itu, mereka memang tidak pernah bertemu lagi. Jullie sangat menyesal dan berharap bisa bertemu Tyo untuk sekedar mengucapkan maaf.
Pagi itu,
Jullie berangkat ke sekolah dan melewati halte, ia melihat seorang pria dengan rambut pendek dan rapi berdiri disana. Sayang sekali, ia tidak melihat Tyo.
“hey, kamu nyari siapa?” pria itu menatap Jullie.
Jullie terdiam, pria berambut pendek itu adalah Tyo.
Tyo tersenyum, “kau baik-baik saja?”
“Tyo...?” Jullie pun meneteskan air matanya, “maafkan aku”
“hey, sudahlah” Tyo mendekat dan mengelusnya, “jangan menangis”
Jullie memeluk Tyo.
“Jullie?” Tyo kaget dan memeluk Jullie.
Sejak saat itu, mereka pun mulai menjalin hubungan. Tyo berjanji pada Jullie untuk selalu menjadi yang terbaik dan ada di sampingnya dalam keadaan apa pun.
Tyo terdiam, ia melihat foto mereka saat pertama kali pacaran di akhir diary Jullie.
Dan sejak saat itu pula, Jullie memutuskan untuk tidak lagi menulis diary dan menyimpan semua kenangannya itu. Karena ia yakin, Tyo memang dapat menggantikan posisi Robert dihatinya. Tyo adalah pria terbaik yang ia miliki dan Jullie sangat bahagia bisa menikah dengan Tyo.
Tyo menutup diary itu, maafkan aku Jullie...
Di ruang makan,
Aletha sedang menyiapkan makan malam, tapi ia melihat Tyo yang membawa barang-barangnya turun dari tangga.
Tyo menatap Aletha.
“Tyo, aku bingung untuk bicara. Tapi meskipun kau sudah mengetahui perasaanku, aku tetap merasa lebih bahagia jika kau kembali pada Jullie”
“kenapa?”
“karena dia satu-satunya wanita yang bisa membuatmu lebih baik”
“terima kaish banyak, Letha. Kau memang teman terbaikku”
Mereka pun berpelukan dan Aletha menangis.
Pagi itu,
Jullie menutup pintu, anak-anak baru saja berangkat sekolah. Jullie ingat, sebentar lagi adalah ulang tahun pernikahannya dengan Tyo. Tapi foto yang ia cari, hilang. Begitu juga pria yang ia cintai, Tyo...
Tok... tok... tok...
Jullie kembali membuka pintu, “Tyo?” ia terdiam.
“sayang” Tyo tersenyum dengan sedikit menyesal.
Jullie langsung memeluk Tyo dan menangis, “aku senang, akhirnya kau pulang”
“maafkan aku, Jullie. Aku menyesal” Tyo memeluk Jullie.
Jullie hanya bisa memeluk Tyo dan menangis.
Tyo mencium kening Jullie, “aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi”
Tapi Jullie tiba-tiba pingsan.
“Jullie?”
Siangnya,
“selamat siang” Dania membuka pintu.
“bu, kami pulang” Luna berlari masuk.
“pelan-pelan, nanti kamu jatuh”
“aku lapar, kak”
Mereka berjalan ke ruang makan dan melihat Tyo sedang menyiapkan makan siang.
“ayah?” Luna senang.
“sayang” Tyo tersenyum.
“ayah...” Dania tersenyum  dan menunduk.
“hey, kalian gak kangen sama ayah?” Tyo mendekati mereka.
“kangen dong” Luna memeluk Tyo.
Tyo menatap Dania sambil tersenyum.
“ayah” Dania memeluk Tyo.
“ayah juga kangen banget sama kalian” Tyo memeluk mereka.
“ibu mana, yah?” Dania menatap Tyo.
“ibu agak gak enak badan, tapi kalian tenang aja. Ibu udah diperiksa dokter kok”
“itu pasti karena ibu terlalu mikirin ayah” Luna sedih.
Tyo diam.
“Uun, kamu gak boleh ngomong gitu” Dania menatap Luna dan menunduk.
Tyo tau, itu memang benar. Ia mengelus kedua anaknya, “ayah janji, ayah gak akan ninggalin kalian lagi”
Mereka pun memeluk Tyo.
“ya udah, kalian makan dulu ya. Ayah mau liat ibu di kamar”
“iya, yah”
Mereka pun makan dan Tyo pergi ke kamar.
Di kamar,
Tyo mendekati Jullie dan berbaring disampingnya, “sayang”
Jullie membuka matanya, “Tyo” ia memeluk Tyo.
“sudah, jangan menangis”
“tapi ini tangis bahagia”
“aku tau, tapi aku tidak bisa tenang jika kau terus menangis”
“aku minta maaf”
“tidak, semua ini salahku. Aku yang harusnya minta maaf padamu, aku terlalu mencintaimu sehingga membuatku buta akan segalanya”
Mereka pun berpelukan.
“aku sangat bersyukur pada Tuhan, akhirnya kita masih diberi kesempatan untuk bersama lagi” Jullie tersenyum.
“o iya, ini milikmu” Tyo memberikan diary terakhir Jullie, “maaf aku sudah lancang membacanya, Dania yang memberikan itu padaku”
Jullie membukanya dan melihat foto mereka, “pantas saja aku tidak pernah menemukannya, ternyata foto ini ada disini” ia senang.
Tyo tersenyum melihat foto mereka, “jadi, foto ini yang kau cari?”
“iya, aku ingin memberimu kejutan di hari pernikahan kita. Biar kamu inget, kalau dulu kamu itu kaya preman”
“tapi kamu tetep cinta, kan?”
Mereka tertawa dan berpelukan, ternyata usia pernikahan mereka yang ke 15 tahun masih bisa diselamatkan.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar