Minggu, 16 Oktober 2016

Body yang DItukar

Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Supranatural
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Note : cerita ini dibuat karena request dari Maryam Down(e)ylovers yang ingin story tentang ‘perkutaran’.

Suatu pagi,
Seorang anak laki-laki berlari di pinggir jalan.
“hati-hati, Robert” seorang ibu begitu khawatir melihatnya.
“gak apa-apa kok, bu” Robert yang berbalik, tersenyum pada ibunya sambil terus berlari.
Tapi saat Robert kembali melihat ke depan, sebuah truk melaju kencang ke arahnya.
“Robert?!”
“argh?!” Robert yang sudah remaja, terbangun dari tempat tidurnya.
“Robert, kau sudah bangun?” ibu berteriak dari luar kamar.
“ya Tuhan... syukurlah aku hanya mimpi” Robert masih terdiam karena mimpinya.
***
Di jalan,
Robert yang memakai baju SMA, berjalan sendirian.
“Robert, Robert... tunggu”
Robert berhenti berjalan dan mencari orang yang memanggilnya, “siapa sih?” ia melihat kesana kemari.
“hey Robert” seorang perempuan mendekat.
“hey” Robert tersenyum, aneh... perasaan yang manggil aku laki-laki deh, kenapa yang datang dia?
“hey, kamu kenapa?”
“gak apa-paa”
“jangan-jangan, kamu berhalusinasi lagi ya?”
“eh, Maryam, kamu itu bicara apa sih? Aku kan udah pernah bilang, sejak kecelakaan itu, aku jadi bisa liat arwah”
“ah, dasar. Yang ada juga, setelah kecelakaan itu, kamu jadi bodoh”
“ya udah kalau gak percaya”
Mereka berjalan bersama ke sekolah.
Di sekolah,
Robert dan teman-temannya sedang ujian, siswa kelas dibagi dua dan semua duduk sendiri saat ujian. Hanya yang Robert duduk berdua, tapi orang lain tidak bisa melihat seseorang yang duduk disamping Robert.
“eh, ini soal nomor dua gimana jawabannya?” Robert menatap arwah yang ada disampingnya.
“mana ku tau, aku kan udah bilang, aku cuma bisa ngerjain soal sampe kelas 3 SMP. Waktu pertama aku masuk SMA kan, aku mati”
“ih, nyebelin banget sih kamu” Robert kesal, “ya udah sana, jangan ganggu aku”
“dasar manusia gak tau balas budi, kamu lupa? Aku yang bikin kamu berprestasi di SMP”
“sekarang aku SMA, bukan SMP”
“Robert?!” guru yang melihat Robert ribut sendiri, marah.
Robert terdiam dan menatap gurunya dengan kaget.
“keluar kamu?!”
Robert pun keluar, ia pasrah jika hasil ulangannya nol lagi.
Di luar,
“Robert?” Maryam menatap Robert dengan khawatir.
“aku gak apa-apa, ini udah biasa kok” Robert tersenyum, ia pun pergi.
“Robert, kamu mau kemana?” Maryam semakin khawatir.
Di taman sekolah,
Robert melamun, ia ingat...
Saat sekolah dasar, ia pernah tertabrak truk dan hampir mati. Namun ia kembali hidup dengan beberapa hal yang berubah. Robert yang terkenal pintar di sekolah dasar, tiba-tiba bodoh. Ada yang bilang, mungkin karena luka di kepalanya yang begitu parah. Tapi hal yang paling menyiksanya adalah, dia bisa melihat arwah sejak siuman di rumah sakit.
Robert menjalani kehidupan anehnya selama sekolah, sampai suatu hari, saat ia masuk SMP, ia bertemu dengan arwah siswa baru yang meninggal saat ospek di SMA. Akhirnya Robert kembali pintar di SMP, orang tuanya pun bersyukur karena kepintaran Robert sudah kembali. Tanpa mereka ketahui, itu adalah kebohong yang Robert lakukan dengan sang arwah.
Sampai saat ini, ia kembali kebingungan dengan pelajaran di SMA. Apalagi, karena di SMP begitu pintar, ia masuk SMA terbaik di kotanya.
“ah...” Robert diam lemas memikirkan semua itu, ia berjongkok di dekat tanaman.
“Robert?”
“ah?” Robert kaget dan menoleh, ia melihat seorang pria asing.
“hey, kenalkan, namaku Susetyo”
“anda siapa? Guru baru?”
“bukan, aku datang kesini untuk menemuimu”
“menemuiku?” Robert terdiam, “tunggu, suaramu seperti...” ia ingat, “kau orang yang tadi pagi memanggilku ya?”
“iya” Susetyo duduk disamping Robert, “aku ingin meminta bantuanmu”
“bantuan..., apa?” Robert kaget, ia mulai curiga pada Susetyo.
Susetyo tersenyum, “aku mohon, hanya kau yang bisa membantuku”
“oh, aku tau” Robert menatap Susetyo, “kau arwah, kan?”
Susetyo hanya tersenyum.
“pantas saja, tadi pagi aku hanya mendengar suaramu” Robert kesal.
“aku minta maaf, tadi aku ingin bicara, tapi teman perempuanmu mendekatimu”
“hey, kau itu arwah. Dia tidak akan melihatmu”
“maaf, aku belum pernah mengalami hal ini. Apalagi, aku takut jika dia pacarmu”
“kami hanya teman, tidak ada ikatan apa pun. Mana mau dia sama cowo bodoh kaya aku” Robert tersenyum.
Susetyo hanya tersenyum.
“tunggu, kau bilang, ini pertama kalinya dan...”
“iya, dini hari tadi, aku kecelakaan. Mobilku jatuh ke jurang, aku koma di rumah sakit. Mungkin aku akan mati, tapi...” Susetyo menatap Robert, “ada seseorang yang ingin aku temui sebelum aku pergi, kau bisa membantuku kan?”
“wah ini pengalaman pertamaku, biasanya aku berinteraksi dengan orang yang sudah benar-benar mati”
“aku mohon, aku tidak akan mati dengan tenang jika belum bertemu dengannya”
“em...” Robert berpikir, “bagaimana caranya? Jika aku bertemu dengan orang itu, belum tentu juga dia bisa melihatmu”
“aku mohon Robert, aku ingin sekali bertemu dengannya”
“itu mudah, kalian bisa bertukar tubuh” arwah siswa yang selalu menemani Robert, datang.
“apaan sih kamu? Ikut campur urusan orang” Robert kesal.
“eh, aku serius. Itu cara satu-satunya, iya kan Setyo?”
“darimana kau tau namaku?” Susetyo kaget.
“ah, dasar arwah yang belum berpengalaman”
Robert menatap arwah siswa itu.
“sudahlah, ini tidak apa-apa. Kau masuk ke tubuh Robert dan arwah Robert akan masuk ke tubuhmu, setelah itu kau bisa bertemu dengan orang yang ingin kau temui. Tapi ingat, jangan terlambat untuk bertukar tubuh. Atau kau akan selamanya ada dalam tubuh Robert dan Robert akan mati di tubuhmu, kau mengerti?”
Susetyo mengangguk dan mereka menatap Robert.
“ok ok” Robert tersenyum, “kau janji hanya sebentar, kan?” aku kan masih harus lulus SMA sebelum aku mati” sambil menyindir si arwah.
***
Di rumah sakit,
Ibu Sustyo melamun di ruang tunggu,...
Di ruang tindakan,
“Setyo” ibu menangis, “Setyo, kamu harus kuat”
“sudah bu, tenangkan dirimu” ayah memeluk ibu.
“Ra...Ra...Rayya...” Susetyo yang sekarat, berusaha bicara.
“bu?” ayah mendekat.
“ayah, apa sebaiknya kita...”
“perempuan itu? Sampai kapanpun, ayah tidak akan pernah merestui mereka”
“tapi kau harus lihat keadaan Setyo, perempuan itu keinginan terakhirnya”
“bu, ibu harus tau jika kita ini keluarga yang terhormat. Apa kata orang jika Setyo bersama perempuan itu?”
Ibu menangis.
***
Susetyo yang sudah ada dalam tubuh Robert, berlari ke dekat gerbang sekolah. Ah, sial. Ada satpam yang jagain gerbang, aku harus kemana? Susetyo melihat gerbang yang agak dangkal di dekat pohon buah, itu dia. Ia senang dan berlari ke sana.
Disana,
Setyo mulai melemparkan tasnya ke luar, tapi tas itu kembali lagi.
“ah?” Setyo kaget, ia pun melemparnya lagi.
Dan tas kembali lagi.
“apa?” Setyo kesal dan meleparnya lagi dengan lebih kuat.
Tas pun tidak kembali.
“sip” Setyo mulai memanjat pohon buah itu, tapi saat ia mau loncat...
“Robert?!” kepala sekolah yang memegang tas Robert, kesal.
Oow... Susetyo kaget.
Susetyo pun dibawa ke ruang kepala sekolah lalu disuruh mengikuti ujian lagi.
Di kelas,
“Robert?” teman-teman merasa aneh karena Robert ujian lagi, “bukannya dia kloter satu?”
Setyo duduk di kursi Robert dan melihat Maryam yang begitu khawatir padanya, perempuan itu kan yang jalan bareng Robert tadi pagi? Dia kayanya khawatir banget.
“hey Robert, ini soalnya. Harus bersyukur kamu, boleh ikut ujian lagi”
“maaf, bu” Setyo terpaksa mengerjakannya dulu.
Baru seperempat jam, Setyo sudah menyelesaikan soal ujiannya.
Semua kaget, kenapa Robert tiba-tiba pintar? Ah paling juga ngisinya asal.
Setyo memberikan hasil ujiannya pada bu guru dan keluar.
Sang guru begitu kaget, Robert bisa menjawab semua soal dengan cepat dan sempurna. Kerasukan apa, dia?
***
Kali ini, Setyo berhasil kabur.
“aku harus cepat, kasihan Robert. dia pasti menderita di tubuhku...” Setyo berlari.
Di rumah sakit,
Robert membuka matanya, “aduh tubuhku sakit semua, sulit sekali untuk bergerak. Mana harus pake oksigen segala, ini apa lagi? Nempel-nempel di badanku, eh... maksudku badan Setyo”
Seorang suster yang masuk, kaget melihat Setyo siuman.
“hey suster, ambilin makanan dong. Lapar”
“argh...” suster itu pergi, ia kaget karena tidak pernah ada pasien yang siuman dalam keadaan seperti itu sebelumnya.
“kenap sih dia?” Robert kaget.
Tak lama kemudian, dokter masuk.
“tuan Setyo? Anda sudah siuman? Secepat ini kah?”
“hey, harusnya kau bersyukur aku siuman. Kau ingin aku mati?” Robert menatap dokter.
“bukan begitu tuan, hanya saja...”
“apa?” Robert berusaha bergerak, “kenapa tubuhku sakit seperti ini?”
“jangan banyak bergerak dulu, tuan. Beberapa tulang anda patah dan retak”
“apa?” Robert kaget, “oh... begitu menderitanya aku”
Ayah dan ibu Susetyo masuk.
“nak?” ibu senang.
“siapa kalian?” Robert menatap kedua orang tua Susetyo.
“apa?” ibu panik dan pingsan.
“ibu?” ayah kaget dan meminta bantuan suster.
Suster pun membawa ibu keluar.
Ayah menatap Robert, “kau pikir, dengan pura-pura hilang ingatan, aku akan merelakan semuanya?”
“hey orang tua galak, kau itu siapa? Aku ini sedang sakit, jangan ganggu aku”
“ya Tuhan...” ayah kaget, Susetyo yang begitu santun tiba-tiba berubah.
“pergi sana, aku mau tidur. Pasien itu butuh ketenangan, tau?” Robert memalingkan wajahnya.
Ayah semakin kesal dan pergi.
Dokter bingung, “tuan...?” ia menatap Robert.
“dok, mana makanannya?”
“maaf tuan, tapi pencernaan anda belum bekerja dengan baik. Anda belum bisa makan apapun”
“apa?” Robert sedih mendengar itu, “ya udah, mending dokter pergi aja deh, aku mau tidur”
“b...baik tuan”
Robert diam dengan kesal, “aduh... padahal perutku lapar banget, tapi aku gak bisa makan apa-apa”
Di luar,
Ayah ingat, sebelum Setyo kecelakaan, mereka sempat bertengkar. Selama ini, ayah memang tidak pernah merestui Setyo dan Rayya. Ayah merasa, Rayya tidak pantas mendampingi anaknya. Karena Rayya hanyalah gadis biasa, bukan anak orang kaya ataupun pembisnis sukses seperti dirinya.
Ayah sangat marah saat tau selama kuliah, Setyo tinggal bersama Rayya.
“tuan?” dokter mendekat.
“bagaimana keadaan Setyo? Apa yang sebenarnya terjadi?”
“saat ini saya belum bisa memberitahukan, masih ada yang harus saya periksa. Tapi prediksi saat ini, mungkin tuan Setyo hilang ingatan”
“apa hilang ingatan bisa membuat dia berubah 180 derajat, dok?”
“saya...”
***
Setyo yang ada di dalam tubuh Robert, tiba di depan sebuah rumah.
Ini dia, ini rumah orang tua Rayya. Setyo menatap sebuah warung kecil dan tersenyum.
Seorang perempuan keluar dari warung itu, “mau beli apa, dek?” ia tersenyum.
“Rayya...?” Setyo senang bisa melihatnya lagi.
Rayya terdiam, kenapa anak asing ini bisa mengenaliku?
“Rayya, aku senang bisa melihatmu lagi”
“emh... ah...” Rayya bingung.
“ibu...” seorang anak kecil, berjalan ke arah Rayya.
“hati-hati, Lara. Nanti kamu jatuh” ibu Rayya keluar.
Setyo terdiam melihat anak perempuan itu, ia melihat warna mata anak itu. Setyo tersenyum, hitam bercahaya. Seperti mataku, “Rayya?”
Rayya masih menatap Setyo yang ada di tubuh Robert.
“apa dia anakku? Katakan Rayya, apa dia anak kita? Dia punya warna hitam yang sama dengan mataku”
Rayya kaget, ia melihat mata Robert yang berwarna coklat muda. Ia pun malah tertawa bersama ibunya.
“Rayya, aku serius. Apa dia anakku?” Susetyo menatap Rayya.
“nak, kamu itu kenapa sih? Baru diputusin pacar? Hidup kamu masih panjang, kamu masih SMA” ibu Rayya menatap Setyo.
Setyo tau, Robert memang memakai seragam SMA. Mana mungkin mereka akan percaya jika dia Susetyo.
Tapi Lara terus menatap Setyo dan perlahan, ia mendekati Setyo. Lara memeluknya.
Setyo tersenyum dan sangat terharu, sekarang anaknya sudah bisa berjalan dan bicara. Sejak anak itu lahir, Setyo belum pernah bertemu dengannya. Setyo pun menggendong anak itu.
Rayya terdiam, biasanya Lara selalu takut dengan orang asing. Tapi, kenapa Lara mau digendong oleh anak SMA ini?
Ibu Rayya pun bingung dan menatap Rayya.
Mata Setyo memerah, anakku... ia merasa berdosa karena belum pernah melakukan apapun untuk anak itu.
Sorenya,
Rayya membereskan warung yang sebentar lagi akan tutup, lalu ia menatap kontrakan yang ada di sebrang jalan. Ia ingat...
Dulu, Rayya tinggal disana bersama Setyo. Saat itu, Setyo sedang kuliah di kota ini. Alasan awal Setyo kesini, memang untuk bersama Rayya. Saat SMA, orang tua Setyo tidak suka jika Setyo dekat dengan Rayya.
Setyo berharap, jika ia kuliah disini, ia bisa selalu bersama Rayya.
Setelah tiga tahun hidup bersama, akhirnya orang tua Setyo mengetahui apa yang terjadi.
Siang itu,
Orang tua Setyo datang ke kontrakan.
Rayya menatap Setyo, “apa ini akan baik-baik saja?”
Setyo mengangguk dan pergi ke ruang tamu.
Di ruang tamu,
“ayah sudah mengurus semuanya, mulai besok, kamu pindah universitas. Satu tahun lagi, kamu lulus. Ayah lebih senang jika kamu  bersama kami”
Setyo mengerti maksud ayah yang tidak pernah merestui hubungannya dengan Rayya.
Rayya pun muncul dan menyuguhkan air minum.
“ibu harap, kamu mengerti” ibu tersenyum pada Rayya, “kamu juga ngerti, kan?”
Rayya terdiam, ia tau yang akan terjadi setelah ini.
Setelah orang tua Setyo pergi,
Rayya melihat Setyo yang sedang mengemasi pakaian, “Setyo”
Setyo menoleh.
“apa kau akan pergi?”
“aku...”
“apa kau tidak bisa memutuskan pilihan?”
“Rayya, mereka orang tuaku. Aku tidak mungkin tidak mematuhi...”
“kau sudah dewasa, kau bisa memilih jalanmu sendiri”
“aku tau, aku minta maaf” Setyo pergi.
“jadi kau lebih memilih untuk meninggalkan aku?” Rayya menangis.
Rayya selalu sedih mengenang itu.
“Rayya, Lara mana?”
Rayya menoleh dan tersenyum pada ibunya, “Lara lagi main sama Robert”
“kamu yakin, mereka akan baik-baik saja? Robert itu orang asing, kamu harus hati-hati”
“Lara gak pernah sedekat itu dengan orang lain, bu. Aku yakin, Robert memang orang baik”
***
Di rumah sakit,
Robert yang ada di tubuh Setyo, agak kesal. Ia melihat ke sekitarnya, “aduh, si Setyo mana sih? Ini kan udah sore, kalau aku keburu mati, gimana? Mana gak bisa gerak lagi, mending keluar dulu ah bentar” Robert pun keluar dari tubuh Setyo, “ah... leganya” ia merasa senang karena bebas bergerak.
Tapi saat dokter masuk untuk memeriksa keadaan Setyo, ia kaget dengan alat deteksi jantung yang berbunyi datar. Juga tubuh Setyo yang begitu kaku.
“ya Tuhan...” dokter langsung berlari ke luar sambil berteriak, “suster, suster”
Robert yang melihat itu pun pasrah, “aduh, kenapa mesti datang dokter segala sih? Aku jadi harus masuk lagi ke badan dia” Robert pun kembali masuk ke tubuh Setyo.
Saat dokter kembali dengan para suster,
“tu..tuan Setyo?” dokter kaget melihat Setyo yang baik-baik saja.
Para suster pun menatap dokter.
Robet tersenyum dengan wajah polosnya.
Dan setelah kejadian itu, mereka pun berspekulasi jika yang ada di tubuh Setyo itu bukan Setyo.
Di ruang dokter,
“apa? Anakkku kerasukan?” ayah kaget mendengar perkataan dokter.
Ibu pun kembali pingsan.
“ii..iya, tuan. Jadi yang ada di tubuh tuan Setyo itu bukan arwahnya, tapi roh jahat yang berusaha menguasai tubuhnya”
“lalu anakku dimana?”
“mungkin saja arwahnya terjebak entah dimana, saat ini”
Ayah yang memegangi ibu, kesal. Ia marah pada dokter, “eh dokter, apa kau sudah gila? Seorang dokter itu harus berpikir logis, bukan seperti ini. Rumah sakit macam apa ini? Akan aku tuntut jika terjadi apa-apa pada anakku”
“maaf tuan, maafkan saya” dokter takut.
***
Di taman,
Setyo sedang menemani Lara bermain, ia senang bisa berduaan bersama anaknya.
Lara memberikan setangkai bunga yang ia petik pada Setyo, “ini...”
“terima kasih, Lara” mata Setyo memerah.
Lara melihat anak-anak lain yang begitu asyik dengan mainan mereka.
Setyo melihat itu, “Lara, kau juga mau main itu?”
“aku gak punya mainan”
Setyo menatap Lara.
“aku gak pernah beli mainan, ibu gak punya uang”
Air mata Setyo menetes, “nak, ayah janji, akan akan membelikanmu mainan yang banyak. Ok?” ia menangis dan memeluk Lara, “ayah janji, sayang. Kamu pasti bakal punya mainan banyak dari ayah, ayah janji”
Lara yang tidak mengerti, hanya diam di pelukan Setyo.
Di warung,
“Rayya, sebaiknya kau cari mereka. Sebentar lagi gelap, matahari sudah akan terbenam” ibu khawatir.
“baik bu” Rayya yang sudah menutup warung, membuka pintu.
Tapi Setyo dan Lara, sudah ada disana.
“Lara?” Rayya senang, “terima kasih banyak, Robert”
“sama-sama, Rayya”
“lebih baik kau segera pulang, sebentar lagi malam datang”
“aku tidak mau” Setyo menatap Rayya.
Rayya kaget, “ta..tapi, bagaimana dengan orang tuamu? Mereka pasti khawatir, kan? Aku juga begitu khawatir saat kalian belum kembali”
“tolong, aku mohon. Ijinkan aku tinggal disini” Setyo menatap Rayya, “aku janji, aku akan menjaga Lara dengan baik. Aku akan jadi ayah yang baik” Setyo memegangi Lara.
“Robert, jika kau suka pada Lara, kau bisa datang kapanpun yang kau inginkan untuk bermain dengannya. Bukan dengan cara seperti ini” Rayya menatap Setyo dengan khawatir.
“pokoknya, aku ingin bersama Lara” Setyo mengendong Lara dan berlari.
“Robert?” Rayya kaget.
“cepat kejar dia” ibu khawatir.
Di rumah sakit,
Keadaan Setyo semakin parah, Robert yang ada di tubuhnya pun semakin menderita.
Apa aku akan mati sekarang? Kenapa Setyo belum datang juga? Dia bilang, dia hanya sebentar. Aku tidak mau mati dalam tubuh ini... Robert yang semakin lemah, melihat ke sekitar.
“Setyo” ibu begitu panik dan ingin sekali mendekati anaknya.
“tenang bu, dokter sedang berusaha” ayah memegangi ibu.
“anak kita, yah. Dia anak kita satu-satunya”
“tenang bu, mereka sedang berusaha”
“Setyo”
Tubuh Setyo mulai kejang.
“dokter, tekanan darah menurut”
“detak jantung menigkat, dok”
“suplay ke otak nol”
“gawat” dokter mulai panik.
***
Di perempatan jalan,
Setyo berhenti dan menurunkan Lara, ia menatap Lara yang tidak mengerti apa-apa.
“Robert” Rayya mendekat, “aku mohon, kembalikan Lara”
“Rayya, kamu gak ngerti”
“aku ngerti, jika kita menyayangi seseorang, kita pasti ingin selalu di dekatnya”
“kau ingat saat memintaku mengambil keputusan?” Setyo menatap Rayya, “aku memang bodoh, aku terlalu patuh pada mereka. Sampai-sampai, aku harus mengorbankanmu, mengorbankan Lara. Maafkan aku, Rayya. Seandainya waktu bisa diputar, aku akan memilihmu, aku akan memilih kalian”
“Ro...Robert...?” Rayya ingat pada Setyo.
Setyo melepaskan Lara, “maaf sudah mengganggu kalian, tapi aku sangat bahagia bisa melihatmu. Aku bahagia bisa melihat anak kita, aku sangat mencintai kalian” ia pun memberikan Lara pada Rayya, “aku akan berusaha untuk hidup, aku akan kembali untuk kalian” Setyo berlari meninggalkan mereka, maafkan aku Robert... Tolong bertahan sedikit lagi....
Rayya hanya diam melihat Robert yang berlari menjauh.
***
Di rumah sakit,
“Setyo?!” ibu semakin panik.
Dokter bilang, mereka harus siap dan mengiklaskan semuanya.
Ayah hanya diam, ia tau, jika Setyo meninggal, tidak ada lagi penerusnya.
Setyo datang, ia melihat tubuhnya yang semakin lemah. Maafkan aku, Robert. Aku hampir melupakanmu.
Robert melihat Setyo yang datang bersama tubuhnya, ia senang dan keluar dari tubuh Setyo dan Setyo pun keluar dari tubuh Robert.
Alat deteksi jantung mulai berbunyi datar.
“tidak... anakku” ibu pingsan.
Arwah Setyo tersenyum, “terima kasih, Robert”
“sama-sama, aku kira, kau tidak akan kembali. Aku hampir putus asa dan akan mati”
“aku minta maaf”
“apa kau sudah tenang sekarang?”
Setyo tersenyum dengan wajah sedihnya.
“ada apa?”
“aku punya anak”
“apa?” Robert kaget.
“lebih baik kau segera pulang, agar tidak ada yang curiga padamu”
“ok” Robert khawatir, “kau akan baik-baik saja?”
“tentu” Setyo tersenyum.
Robert pun berlari keluar dari rumah sakit.
Setyo menatap tubuhnya dari luar.
Di ruang tindakan,
Dokter memakai alat pacu jantung dan berusaha untuk menyelamatkan Setyo, tapi jantungnya tetap tak berdetak. Segala cara telah dokter lakukan agar Setyo bertahan hidup.
Ayah pun hanya diam, ia sadar, selama ini selalu memaksakan kehendaknya pada Setyo. Ia tidak peduli, apakah Setyo bahagia atau tidak. Ia menyesal telah menjadi ayah yang egois untuk Setyo yang usianya sudah menginjak 25 tahun.
Arwah Setyo menunduk, “maafkan aku, Rayya...”
***
Robert pulang ke rumah.
“Robert, dari mana aja kamu?”
“a..aku”
Ibu menjewer kuping Robert.
“a..aduh, sakit bu”
“kenapa kamu pulang larut begini? Maryam bilang, kamu ngilang setelah ujian”
“aku minta maaf, bu. Aku abis bantuin temen”
“bantui temen? Dengan cara bolos sekolah, begitu?”
“maaf, bu”
Mereka ke ruang makan.
“sudahlah bu, jangan marah. Hari ini kan, Robert dapet nilai bagus” ayah tersenyum.
“nilai bagus?” Robert kaget.
“oh iya” ibu pun berubah menjadi begitu bahagia, “udah lama ibu gak liat kamu dapet nilai 100, ibu senang”
“ah? Haha” Robert tau, itu pasti hasil ujian Setyo.
“nih, ibu masakin makanan kesukaan kamu”
“asyik” Robert pun langsung memakan semuanya dengan lahap.
“kamu janji ya, mulai sekarang, kamu harus terus dapet nilai 100”
Robert berhenti makan dan menatap orang tuanya.
“kenapa?” ibu kaget.
“aku gak janji ya” Robert tersenyum dan kembali makan.
Duk...
Ibu memukul kepala Robert dengan centong nasi.
“aduh... sakit, bu” Robert memegang kepalanya.
“mulai besok kamu harus belajar bareng Maryam, supaya pinter” ibu kesal.
Ayah hanya tertawa melihat itu.
“ayah, ayah yang tegas dong. Biar anak kita gak bandel” ibu menatap ayah.
***
Beberapa hari kemudian,
Rayya mulai membuka warung karena matahari mulai terbit, namun ia terdiam. Rayya teringat pada Setyo, sudah hampir lima tahun Setyo meninggalkannya dan tak memberi kabar sedikitpun. Bahkan mungkin, Setyo tidak tau jika mereka punya anak.
“ibu” Lara mendekat.
“sayang?” Rayya tersenyum.
“apakah aku punya ayah?”
Rayya kaget mendengar itu, “tentu saja, sayang. Kamu punya ayah, namanya Susetyo”
“terus, kenapa ayah gak pernah ada disini?”
“a...ayahmu..” mata Rayya memerah, namun ia berusaha tegar. Rayya mengelus Lara, “ayahmu sedang pergi”
“apa ayah akan kembali?”
Rayya menggeleng, “suatu saat nanti, kita pasti bisa bertemu dengan ayah” ia tersenyum.
“aku ingin, di ulang tahunku nanti, aku bertemu ayah”
Sebuah mobil berhenti di dekat mereka dan seseorang turun dari sana, orang itu tersenyum pada mereka.
“Setyo?” Rayya terdiam melihat orang itu.
Lara menatap Setyo dan langsung berlari ke arah Setyo, ia memeluk ayahnya yang belum pernah ia temui selama hidupnya.
Setyo mengendong Lara dan terus memeluknya, “ayah sayang padamu, nak. Ayah minta maaf, ayah gak pernah datang kesini” air mata Setyo menetes, “lihat, ayah bawa banyak mainan buat kamu” Setyo menghapus air matanya dan memperlihatkan mainan yang begitu banyak di dalam mobilnya.
“aku sayang ayah” Lara memeluk Setyo dengan erat.
“ayah juga, nak” Setyo mendekati Rayya, “Rayya”
Rayya tersenyum dan memeluk Setyo, ia menangis dan begitu terharu dengan kedatangan Setyo.
“aku sudah bilang padamu, kan? Aku memilihmu dan kau membuatku bertahan” Setyo menurunkan Lara.
Rayya tersenyum, ia ingat dengan yang dikatakan Robert di perempatan jalan.
Setyo mencium kening Rayya, “aku janji, aku tidak akan meninggalkanmu lagi”
“jangan bilang, kalau anak berbaju SMA itu...”
“iya” Setyo tersenyum dan mencium Rayya.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar