Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance Drama
Cerita ini adalah
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Di sebuah kampus,
Seorang pria sedang
melamun di balkon depan kelasnya.
“eh, kamu kenapa?”
teman dari pria itu mendekat.
“ayahku akan
menikah lagi”
“ah?” orang itu
tertawa, “Robert, Robert... Aku kira, kau galau karena seorang wanita. Ternyata
karena ibu tiri?”
“aku tidak
bercanda” Robert menatap temannya.
“maaf” orang itu
diam.
Robert kembali
melihat ke arah lain dan terdiam, ia melihat seorang perempuan yang baru saja
datang ke kampus tersebut.
“eh, kamu kenapa?
Tadi marah-marah, sekarang malah...”
“ssst..., liat! Aku
gak pernah liat cewek itu sebelumnya”
“mana?” orang itu
pun melihatnya, “oh, itu Delisha. Dia mahasiswa baru disini”
“oh”
“kenapa? Kamu suka
ya? Nyesel ga ikut ngospek?”
“ngapain, aku tuh
cuma mikirin skripsi”
“cie yang bentar
lagi wisuda”
“udah sana, ganggu
aja”
“aduh, jadi marah
gitu sekarang”
“pergi!” Robert
menatap temannya.
“ok ok, sorry”
orang itu pergi.
Robert tersenyum
dan berniat untuk mendekati Delisha. Tapi saat ia turun tangga, seorang pria
mendekati Delisha.
“Delisha?” pria itu
tersenyum.
“Clark?” Delisha
tersenyum kaget.
“kamu kuliah disini?”
“iya, aku gak
nyangka bisa ketemu kamu disini”
Mereka tersenyum
dan terlihat begitu akrab, Robert pun mengurungkan niatnya untuk mendekati Delisha.
Ia pergi dan berharap ada kesempatan di lain waktu.
***
Robert keluar dari
ruang dosen dengan wajah bahagia, kali ini skripsinya di ACC dan dia punya
peluang untuk mengikuti wisuda tahun ini. Saat melewati kantin, ia melihat Delisha
sedang duduk sendiri. Robert tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia pun
mendekati Delisha.
“hey”
Delisha kaget,
“hey?”
“kamu Delisha,
kan?”
“ya..., ka..kamu
siapa?”
“aku Robert, boleh
aku duduk disini?”
“silahkan”
Robert duduk, “kamu
jurusan apa?”
Saat mereka sedang
bicara, tiba-tiba Clark datang.
“hey” Clark
tersenyum pada Delisha dan menatap Robert.
“ini Robert” Delisha
tersenyum, “dia mahasiswa tingkat akhir, iya kan?”
“yap” Robert agak
kesal dan menatap Clark.
“Robert, ini Clark.
Dia temanku sejak kecil, aku tidak menyangka bisa bertemu dia lagi disini” Delisha
tersenyum.
Robert terdiam,
ternyata mereka sudah begitu dekat sekarang.
Clark menatap
Robert.
“eh, maafkan aku.
Aku lupa, aku ada urusan” Robert memaksakan diri untuk tersenyum dan pergi
meninggalkan mereka.
Delisha kaget, “dia
kenapa?”
Clark duduk dengan
kesal, “dia suka sama kamu”
“ih, kamu kok
ngomong gitu?”
“aku tau, Del. Dari
tatapannya, gerak geriknya” Clark menahan emosi, “dia itu suka sama kamu”
“kok kamu kaya yang
marah gitu sih?”
“maaf”
Sorenya,
Robert pulang ke
rumah, ia masuk dengan kesal.
“selamat datang,
tuan” seorang pelayan menyambutnya, “ayah anda sudah datang”
“bilang padanya,
aku lelah” Robert menaiki tangga.
Di kamar,
Robert menyimpan
tasnya dan duduk di ranjang, “sial”
Ayah masuk,
“Robert!”
Robert menoleh,
“ayah?”
“ayah berpesan pada
pelayan agar kau menemui ayah, tapi kau malah tidur di kamar. Mereka bilang,
kau sudah seminggu tidak pulang”
“apa peduli ayah?
Ayah juga jarang pulang, kan? Ayah lebih mengurusi pacar ayah yang ada di luar
negeri itu”
Ayah menampar
Robert, “lancang kamu!”
Robert menahan
emosinya.
“dia sudah pindah
ke negara kita dan sebentar lagi kami akan menikah, kamu gak bisa menggagalkan
rencana kami dan harus menerimanya sebagai ibumu. Walau terpaksa sekalipun”
“jika ayah ingin
dia tinggal disini, berarti aku yang pergi” Robert pun meninggalkan ayahnya.
“Robert, Robert?!”
***
Delisha keluar dari
kelasnya, ia agak risih dengan Robert yang akhir-akhir ini selalu mengganggunya.
Ternyata perkataan Clark benar, Robert memang menyukainya.
“hey” Robert
mendekati Delisha.
“Robert?” Delisha
kaget.
“pulang bareng?”
“gak bisa, aku...”
“kenapa? Pulang
bareng Clark lagi? Emangnya kalian udah pacaran?”
“Robert” Delisha
menatap Robert, “mending kamu pergi deh,
aku gak suka kalau kamu ngomong gitu”
“ok ok, aku minta
maaf. Aku cuma...” Robert menatap Delisha, “aku suka sama kamu, aku tulus dan
aku gak main-main”
Delisha diam.
“aku tau, kau pasti
mendapat informasi buruk tentang aku dari mahasiswa disini. Tapi aku janji, aku
akan selalu mencintai satu wanita. Yaitu kau”
“maaf Robert, aku
tidak bisa” Delisha meninggalkan Robert.
“hey, Delisha”
Robert mengejar Delisha.
“jangan ganggu dia”
Clark menghadang Robert.
Robert menatap
Clark dan Delisha mulai panik.
“kamu jangan
coba-coba lagi ganggu dia”
“emangnya kenapa?
Dia bukan pacarmu, kan? Aku masih berhak mendekatinya”
“dia gak suka sama
kamu”
“oh, jadi kamu mau
bilang kalau dia sukanya sama kamu?” Robert kesal, “atau kau sedang
menantangku?”
“ok, ayo kita
selesaikan di lapang” Clark semakin kesal.
“sudah-sudah” Delisha
kesal, “aku gak suka kalian berantem”
“kalau gitu, kamu
mesti milih diantara kami” Robert menatap Delisha.
“lebih baik, aku
pulang sendiri” Delisha pergi.
Robert dan Clark
saling tatap.
“dengar ya, meski
kau kakak tingkat, aku tidak takut padamu”
“bagus, besok sore
ku tunggu kau di lapang belakang” Robert pergi.
***
Seorang perempuan
berlari masuk ke kelas, “Delisha, Delisha!” ia mendekati Delisha.
“ada apa?” Delisha
kaget.
“Clark, Clark
berantem sama Robert”
“apa?” Delisha pun
mengikuti perempuan itu ke lapang.
Di lapang,
Robert menghapus
darah di bibirnya dan tersenyum, “menyerah saja, Clark” ia menatap Clark yang
terkapar.
“eh...” Clark
menahan sakit, “aku gak akan pernah merelakan Delisha untukmu”
“apa-apaan kalian?”
Delisha mendekat dan membantu Clark bangun.
“Delisha” Clark
tersenyum.
“Delisha” Robert
kaget.
“kalian apa-apaan
sih? Kaya anak kecil aja!”
“maaf” Clark
menatap Delisha.
“pergilah ke klinik
kampus, aku akan menyusulmu nanti”
“tapi...”
“Clark, pergi”
“ok” Clark menatap
Robert dan pergi.
Robert mendekati Delisha,
“Del, aku bisa menjelaskan...”
“gak perlu, aku tau
semuanya. Dan satu hal lain, jangan pernah mengganggu kami. Apalagi menyakiti Clark”
Robert menyesal,
“aku minta maaf, aku janji tidak akan berkelahi lagi”
Delisha yang kesal,
mulai meninggalkan Robert.
“Del” Robert
mengejar Delisha dan memegang tangannya, “beri aku kesempatan”
Delisha menatap
Robert.
“aku mohon”
“beri aku waktu” Delisha
melepaskan tangan Robert dan pergi.
Robert pun diam.
***
Di kamar Robert,
Ayah membangunkan
Robert, “Robert, Robert!”
Robert membuka
matanya, “emh...”
“jangan kemana-mana
malam ini, ayah ingin memperkenalkanmu dengan calon ibumu”
“aku gak bisa, aku
ada janji”
“Robert, ayah tidak
mau tau”
“ok ok, tapi
setidaknya... biarkan aku kuliah hari ini”
“kuliah? Apa ayah
tidak salah dengar? Saat kamu masih belajar, kau sering bolos. Tapi setelah
skripsimu di ACC, kau jadi rajin ke kampus. Kau aneh, padahal kan tinggal
tunggu wisuda”
Robert tersenyum,
ayah tidak tau apa yang memotivasinya untuk pergi ke universitas.
Siang itu,
Delisha yang sedang
berjalan, melihat Robert tersenyum di dekat gerbang.
“hey” Robert
mendekati Delisha.
“ada apa?”
“kok nanya gitu?
Aku kan...”
“jangan ganggu dia”
Clark mendekat.
Robert tersenyum,
“dengar Clark, aku tidak mau menghajarmu lagi”
Clark kesal, “kau
pikir, aku akan terus kalah darimu?”
“tidak, Clark. Aku
hanya berusaha menjadi orang baik” Robert tersenyum pada Delisha.
Delisha melihat ke
arah lain.
Clark semakin kesal
dan mau memukul Robert.
“jangan Clark” Delisha
menahan Clark, lalu menatap Robert.
Clark kaget.
Delisha mendekati
Robert, “jika itu yang kau inginkan, aku akan memberimu kesempatan”
Robert tersenyum
senang, “terima kasih, Delisha. Aku janji, aku akan menjadi yang terbaik” ia
mencium pipi Delisha dan pergi.
Delisha terdiam.
“apa maksudmu?” Clark
menatap Delisha, “kau mau menjadi pacar laki-laki itu?”
“sejak aku disini,
dia selalu mencari perhatianku”
“Delisha, dia bukan
pria baik-baik. Dia playboy, nakal, dia...”
“aku tau, Clark.
Tapi dia pernah berjanji akan menjadi lebih baik”
“aneh, kenapa kau
mudah dirayu?”
“yang penting, dia
tidak akan menyakitimu lagi” Delisha menatap Clark, “aku tidak mau kau terluka
seperti saat itu”
Clark diam.
“aku duluan” Delisha
meninggalkan Clark.
Di rumah Robert,
Robert pulang dengan bahagia, ia masuk sambil terus
tersenyum.
“selamat datang,
tuan”
“hey” Robert
tersenyum pada pelayan.
Pelayan pun merasa
aneh.
Ayah menatap
Robert, “jangan lupa nanti malam”
“siap, ayah. Aku ke
kamar dulu ya” Robert menaiki tangga.
“ada apa dengan
anak itu?” ayah menatap pelayannya.
Di kamar,
Robert menelpon Delisha.
“hallo?”
“besok aku jemput
ya?”
“Robert, aku...”
“kau bilang, kau
mau memberiku kesempatan kan? Aku hanya ingin kita saling mengenal, agar kita
bisa lebih dekat lagi. Itu saja”
“terserah kau saja”
“ok” Robert
tersenyum dan menutup telponnya.
Robert sangat
senang, ia yakin jika kehidupannya akan mulai berbahagia karena ada Delisha
disampingnya. Robert akan berusaha agar Delisha mau percaya dan menerimanya
sebagai kekasih.
Malamnya,
Robert dan ayahnya
masuk ke sebuah restoran.
“ayo, mereka sudah
menunggu kita”
“aku di belakangmu,
ayah” Robert mengikuti ayahnya.
“ini dia” ayah
tersenyum pada seorang wanita paruh baya.
Robert menatap
perempuan itu dan terdiam, ia kaget melihat Delisha duduk disamping perempuan
itu.
“Robert, kenalkan.
Ini Mia dan ini anak perempuannya, Delisha”
Robert terdiam, itu
tandanya mereka akan menjadi saudara.
Delisha hanya
mengangguk sambil tersenyum.
Mata Robert
memerah, “a...aku permisi” ia menatap Delisha dan pergi.
Delisha kaget
melihat expresi Robert, ia tau jika Robert sangat terpukul dengan ini. Delisha
juga tidak menyangka jika selama ini pacar ibunya adalah ayah Robert.
“Robert?” ayah
kaget.
Mia pun bingung,
“apa dia baik-baik saja?”
Di pemakaman,
Robert duduk di
hadapan sebuah makam sambil menangis, “kenapa bu? Kenapa harus dia? Aku sangat
mencintai dia. Saat pertama melihat dia, aku tau jika dia adalah pilihanku.
Tapi sekarang, dia akan menjadi adik tiriku”
Robert masih begitu
sakit hati dan terpukul dengan keadian tadi. Setelah lama ia berusaha mendekati
Delisha dan Delisha mulai menerimanya, ternyata mereka tidak akan pernah bisa
bersama.
***
Pernikahan orang
tua Robert dan Delisha pun berlangsung.
Robert masih di
kamar dan menatap cermin, “jika aku tidak dapat memiliki Delisha, maka kau juga
tidak akan mendapatkannya, Clark” ia kesal.
Tok.. tok.. tok..
“kak, sebentar lagi
acaranya dimulai” Delisha mengetuk pintu kamar Robert.
Robert membuka
pintu.
Delisha tersenyum,
“ayo kak?”
“aku bisa sendiri”
Robert meninggalkan Delisha sambil menyenggol pundaknya.
Delisha kaget dan
melihat ke arah Robert yang sudah menuruni tangga, kenapa kakak jadi seperti itu?
Semenjak kejadian
itu, Robert memang sudah berubah. Ia kasar dan tak pernah bersikap baik.
Pagi itu,
Delisha sedang
sarapan bersama ayah dan ibu.
Robert yang turun
dari tangga, mendekati mereka.
“selamat pagi,
sayang” Mia tersenyum.
Robert menarik
ujung bibir kirinya dan duduk.
Ayah menatap
Robert.
Robert tersenyum
pada ayahnya, “ada apa, ayah?”
Ayah terlihat
sedikit kesal.
“ayah, ibu, kakak.
Aku duluan ya, hari ini aku masuk pagi” Delisha bangun dari tempat duduknya dan
berjalan meninggalkan ruang makan.
“berhenti” Robert
menatap Delisha.
Delisha terdiam dan
menoleh.
“aku akan
mengantarmu” Robert bangun dari tempat duduknya.
“ta..tapi kakak kan
belum makan?”
“kenapa? Kamu udah
janjian sama cowok itu?” Robert memiringkan kepalanya.
‘a..aku...” Delisha
bingung dan takut jika Robert akan marah, “aku... khawatir kalau kakak gak
sarapan”
“alasan” Robert
berjalan ke arah Delisha dan merangkul lengannya.
Setelah mereka
pergi,
Ayah menahan
emosinya, “aku harus memberinya pelajaran”
“sabar, ayah”
“bu, Robert udah
keterlaluan. Dia tidak menghormatimu, bersikap kasar pada Delisha”
“tidak apa-apa,
bukankah dulu kau bilang, bahwa dia kurang mendapatkan perhatian? Kau tenang
saja, sedikit demi sedikit dia akan mengerti jika kami menyayanginya”
“terima kasih Mia,
aku tidak akan pernah menyesal menikah denganmu. Bahkan Delisha pun sangat aku
kagumi, dia benar-benar berbeda dengan Robert”
Mereka tersenyum.
Di jalan,
Robert menyetir
mobil dengan penuh emosi.
“kak, kakak kenapa
sih? Pelan-pelan dong, kak. Jangan ngebut kaya gini”
“diam kamu, tadi
bilangnya bagian pagi dan takut terlambat”
“kak...”
“aku tau, kamu
janjian sama Clark kan? Semenjak kita jadi saudara tiri, kamu bahagia kan?”
“ya ampun, kak” Delisha
sedih, Robert memang benar-benar sudah berubah.
“pokoknya, aku gak
akan pernah merestui hubungan kalian. Sampai kapan pun, kau dengar?”
Delisha hanya diam
dan menunduk.
***
Suatu siang,
Di perusahaan
keluarga Robert, Robert baru saja keluar dari ruang meeting.
“tuan” seorang
sekretaris mendekat.
“ada apa?”
“ada telpon dari
nyonya Mia”
“bilang padanya,
nanti aku telpon”
“tuan, ini sangat
penting”
“kau?!” Robert
kesal dan mengambil telponnya, “hallo?”
“nak, ayahmu di
rumah sakit. Kau harus segera kemari”
Robert terdiam,
“a..aku akan segera kesana”
Di kampus,
Delisha berlari ke
mobil Clark, “maaf merepotkanmu”
“gak apa-apa, aku
seneng kok bisa bantu” Clark tersenyum dan menyalakan mesin mobil.
Mereka pun pergi ke
rumah sakit.
Disana,
Delisha yang
berlari bersama Clark, melihat ibu menangis.
“bu?” Delisha
mendekat.
“ayahmu” Mia
memeluk Delisha.
Delisha melihat ke
dalam ruangan dan disana, ia melihat Robert yang sedang berdiri. Delisha tau,
hal buruk telah terjadi.
Robert keluar dari
ruangan itu dan menatap Delisha juga ibunya. Dengan mata yang masih merah,
Robert berusaha untuk tetap tegar. Tapi saat melihat Clark, ia kesal.
Robert menarik
kerah kemeja Clark, “kau, pasti kau yang membuat Delisha terlambat datang kan?”
“kak, enggak gitu
kak. Justru Clark yang bantu aku untuk datang kesini”
“alasan” Robert
menatap Delisha.
“Robert, sudah nak.
Jangan begitu” Mia memegang pundak Robert.
“lepaskan aku”
Robert menatap Mia dan meninggalkan mereka.
“Robert?” Mia
begitu khawatir.
Setelah kejadian
itu,
Keadaan semakin
kacau, dan Robert semakin sulit untuk dimengerti.
***
Pagi itu,
“nak, coba panggil
kakakmu untuk sarapan. Mungkin dia sudah bangun”
“iya bu” Delisha
pun berjalan ke arah tangga dan melihat Robert yang mulai turun, “kakak” ia
tersenyum.
Robert tidak
peduli.
“kak” Delisha
memegang tangan Robert, “ayo sarapan, ibu sudah menunggu kita”
Robert melepaskan
tangan Delisha, “gak usah so peduli” ia menatap Delisha dan pergi.
Delisha pun diam,
ia bingung. Delisha selalu berusaha bersikap baik, tapi Robert tetap seperti
itu.
Di ruang makan,
Ibu khawatir karena
mereka belum juga muncul, “lebih baik aku melihatnya” dan Mia pun melihat
Robert yang akan pergi, “gak sarapan dulu, nak?”
“aku sarapan di
kantor” Robert pergi begitu saja.
Delisha mendekati
ibunya, “kakak masih saja seperti itu”
Mia tersenyum,
“kamu yang sabar ya? Robert pasti akan berubah”
“aku akan berusaha,
bu”
Malamnya,
Sebuah taxi
berhenti di depan gerbang rumah Robert, Robert pun turun dari taxi itu.
“selamat datang,
tuan” seorang pelayan membuka gerbang sambil tersenyum bingung.
“mobilku di bengkel” Robert masuk dan melihat Delisha
yang agak cemas di depan pintu, “kau rapi sekali, mau kemana?”
“a..aku...” Delisha
benar-benar kaget, ia tidak menyangka jika Robert akan pulang secepat itu.
Sebuah mobil pun
berhenti di depan gerbang dan Clark keluar dari mobil itu, Delisha semakin
cemas.
Robert menatap Clark
dan kembali menatap Delisha, “jadi ini alasannya? Inikah yang selalu kau
lakukan jika aku tidak ada?”
“kak, aku...”
Clark mendekat, “ya
Tuhan... ternyata calon kakak ipar sudah datang”
“jaga bicaramu”
Robert menatap Clark dengan kesal, “sampai kapanpun, aku tidak akan merelakan Delisha
padamu”
“oh... benarkah?” Clark
tersenyum dan menarik lengan Delisha, “maafkan aku, kak. Apapun alasanmu kali
ini, aku tetap akan membawanya pergi”
“tidak!” Robert
semakin kesal.
Mia datang, “ya
Tuhan... ada apa ini?”
Delisha bersyukur
ibunya telah datang.
Robert menatap Mia,
“inikah yang Delisha lakukan jika aku tidak ada?”
“Robert, tenangkan
dirimu. Delisha tidak pernah pergi dari rumah setiap malam, hari ini ada prom
night. Jadi mereka...”
“aku tau, kau pasti
membela mereka kan? aku sudah bisa menebaknya” Robert marah.
Clark merangkul Delisha,
“apa-apaan ini? Kau sama sekali tidak sopan pada orang tuamu” ia menatap
Robert, “ayo Delisha” mereka pergi.
“hey?!” Robert mau
menghentikan mereka.
“Robert” Mia
memegang pundak Robert.
“apa lagi?”
“sabar, nak.
Biarkan mereka pergi” Mia mengelus Robert, “Delisha adikmu, sayang. Kau boleh
membenci ibu, tapi ibu mohon jangan membenci Delisha”
Robert diam.
“ibu mohon, nak”
Robert ingat pada
ayahnya, “lepaskan aku” ia kesal dan mengambil motor yang ada di garasi.
“Robert?” Mia
khawatir melihat Robert yang pergi dengan begitu emosi.
Di jalan,
“Clark, aku gak
suka dengan sikapmu malam ini”
“kenapa?” Clark
yang menyetir, menatap Delisha.
“karena...”
“aku kasar pada
kakakmu? Ayolah, dia juga kasar padamu. Aku kesal melihatnya bersikap seperti itu
pada ibumu”
“aku tau, tapi...”
“apa?”
“apapun yang
terjadi, dia kakakku”
“dia hanya kakak
tirimu, lagipula ayahnya sudah meninggal kan?”
“cukup, Clark”
“maaf, aku janji
tidak akan membahas itu lagi” tapi Clark kaget melihat Robert yang menaiki
motor dari spion depannya.
“ada apa, Clark?”
“kakakmu, dia
mengikuti kita” Clark menambah kecepatan mobilnya.
“Clark,
pelan-pelan” Delisha cemas.
Robert terus
mengikuti mobil Clark, ia ingin menyusulnya dan membawa Delisha pulang.
Di mobil,
Clark semakin
melaju kencang.
“awas, Clark.
Sebentar lagi lampu merah”
Clark menatap angka
waktu yang beberapa Delik lagi menunjukan lampu merah, aku harus bisa... aku harus sempat...
Delisha semakin
panik dan mereka pun berhasil melewatinya.
Tanpa mereka
sadari, Robert mengalami kecelakaan disana. Ia tertabrak mobil dan terpental ke
aspal, helmnya pun melayang dan pecah. Robert yang terkapar hanya bisa melihat
mobil Clark yang semakin menjauh, perlahan penglihatannya meredup dan gelap.
Di mobil,
“yes” Clark senang,
“kakakmu pasti berhenti disana, lampunya udah merah” ia tidak tau apa yang
terjadi di lampu merah itu.
“turunin lagi dong
kecepatannya”
“iya-iya”
“aku gak mau kamu
ngebut-ngebutan kaya gini lagi”
“maaf, ini kan
terpaksa. Tapi kamu seneng kan? Akhirnya kita bisa prom night bareng?”
Delisha tersenyum.
Mereka pun sampai
di tempat prom night.
“ayo” Clark
merangkul Delisha.
“apa ini..., tidak
apa-apa?”
“kenapa kau
bertanya begitu? Lihat saja yang lain, mereka membawa pasangannya”
“maksudmu,
kita...?”
“yap” Clark
tersenyum, “aku mencintaimu, Delisha. Dan aku rasa, kau juga merasakan itu.
Jadi aku tidak usah memintamu untuk menjadi pacarku”
“apa?” Delisha
tertawa.
“kenapa?” Clark
kaget dan menatap Delisha, “tapi aku benar, kan?” Clark tersenyum.
Mereka saling
tatap.
HP Delisha
berbunyi.
“siapa?” Clark
menatap Delisha, “kakakmu?”
“bukan, ini dari
ibu”
“angkat saja”
“hallo?”
“Delisha” Mia begitu
cemas.
“ada apa, bu?” Delisha
khawatir.
“kakakmu
kecelakaan”
Delisha kaget,
“kecelakaan?”
“sepertinya dia
tertabrak saat berusaha mengejar mobil Clark”
“ya Tuhan...” Delisha
sangat kaget mendengar itu, “aku akan segera kesana bu”
“tidak usah nak,
kamu kan sedang ada acara. Biar ibu saja yang menunggu Robert disini”
“tapi bu...” Delisha
menutup telponnya dengan sedih.
“ada apa?” Clark
kaget.
“kakak kecelakaan” Delisha
menatap Clark, “...saat ia mengejar kita”
Clark kaget, “ya
Tuhan... maafkan aku, Delisha. Ini salahku” ia menyesal.
“jangan begitu, ini
semua takdir Tuhan...” Delisha menunduk.
“bagaimana
keadaannya?”
“aku tidak tau, ibu
tidak memberitauku. Aku rasa, kakak sangat marah dan tidak ingin bertemu
denganku”
“lebih baik kita
kesana sekarang”
Di rumah sakit,
Delisha masuk ke
ruang perawatan Robert, “kak...” Delisha masih merasa tidak enak dan hanya diam
di dekat pintu.
Robert hanya diam
tak bicara, bahkan menatap Delisha pun tidak.
Delisha mendekati
Robert yang kepalanya di perban, “aku minta maaf, kak”
Robert menatap Delisha
yang berdiri didekatnya.
“semoga kakak cepat
sembuh, aku akan kembali besok pagi” Delisha pun pergi.
Robert kembali
diam.
Di ruangan dokter,
“bagaimana keadaan
anak saya dok?” Mia masih cemas.
“hasil scan masih
belum keluar, mungkin besok pagi kita bisa mengetahuinya. Untuk sementara,
pasien bisa menggunakan alat bantu”
Mia diam, ia agak
sedih mendengar itu.
Paginya,
Mia melihat para
suster yang keluar dari ruang perawatan Robert, ia pun masuk ke dalam.
Robert masih diam
dan tak melakukan apa-apa.
“Robert...” Mia
mendekat, “nak...” ia memasangkan sebuah alat ke telingan kanan Robert.
Robert menatap Mia.
Mia pun memakaikan
Robert sebuah kacamata dan tersenyum.
“aku senang, bisa
melihatmu lagi” Robert tersenyum, “dan mendengar suaramu”
Mia memeluk Robert
sambil menangis.
“maafkan aku, bu”
“sudah sayang,
tidak ada yang perlu dimaafkan” Mia mengelus Robert.
“tadi malam, aku
melihat Delisha. Tapi pandanganku tidak jelas, aku juga tidak bisa mendengar
apapun. Tapi aku tau jika dia sangat sedih”
“dia sangat
khawatir padamu, nak”
“dia memang adik
yang baik”
Mia mencium kening
Robert, “kau juga kakak yang baik”
“tidak bu, aku
kakak yang buruk. Tapi aku janji, mulai sekarang aku akan menjadi yang terbaik.
Untukmu, untuk Delisha. Seperti janjiku pada ayah sebelum meninggal, ayah
memintaku untuk menjaga kalian dan aku akan melakukannya”
“sayang...”
“bu, jangan beritau
Delisha soal ini. Aku tau kondisiku”
“dokter
mengatakannya padamu?”
“yap, dia memberiku
surat” Robert menatap Mia, “tidak apa-apa, bu. Aku baik-baik saja, dan aku
menerima semuanya”
“Robert...”
“syarafku rusak dan
lambat laun, semuanya akan semakin parah”
“nak...”
“aku tidak apa-apa,
bu. Sungguh” Robert tersenyum, “aku tidak menyesal mengejar Delisha, aku tidak
menyesal dengan kecelakaan ini”
“baiklah, ibu tidak
akan memberitau apapun padanya”
“terima kasih”
Siangnya,
Delisha masuk ke
ruang perawatan Robert, “selamat siang”
“siang” Robert yang
sedang makan, tersenyum.
Delisha kaget
melihat expresi Robert.
“kenapa kau diam
saja? Ayo sini, duduk”
“iya kak” Delisha
mendekat dan duduk.
“kenapa kau
menatapku seperti itu?”
“a..aku... eh, aku
merasa aneh. Sekarang kakak pake kacamata”
“ini gaya baru, aku
hanya ingin merubah penampilan”
“begitukah?” Delisha
merasa aneh, “bagaimana dengan benda aneh di telinga kakak?”
“oh, telingaku
sedikit berdengung. Nanti juga dilepas”
“begitukah?”
“kau ini kenapa
sih? Banyak tanya”
“maaf, aku
membuatmu kesal”
“tidak, memangnya
aku terlihat marah padamu?”
“aku...” Delisha
semakin bingung, ada apa dengan kakak?
Kenapa sikapnya tiba-tiba berubah?
“hey, kenapa
melamun?”
“gak apa-apa kok
kak, aku senang jika keadaanmu membaik”
“besok aku sudah
boleh pulang kok, kamu gak usah khawatir”
Delisha tersenyum.
Robert mengelus Delisha,
“Dedel, aku janji akan menjadi kakak terbaik untukmu”
Delisha terdiam.
Robert tersenyum,
“aku akan pegang semua janjiku, aku tidak akan kasar lagi padamu. Aku janji,
seperti permintaan almarhum ayah”
“terima kasih, kak”
“mana Clark?”
Delisha kaget.
“kau tidak datang
sendiri, kan? Dia pasti mengantarmu”
“ah... dia...”
“jangan khawatir,
kakak hanya ingin bicara sebentar”
“baiklah”
Delisha memanggil Clark
dan Clark pun masuk.
“selamat siang” Clark
mendekat.
Robert tersenyum
dan meminta Delisha keluar.
Setelah Delisha
pergi,
“apa yang kau ingin
kan, Robert? Pura-pura baik pada Delisha dan ibunya?”
“aku tidak menginginkan
apapun, aku tulus pada mereka”
“mana mungkin
seseorang bisa berubah dalam semalam?”
“aku tidak peduli
jika kau tidak percaya padaku, Clark”
“oh... begitu? Asal
kau tau, ya. Delisha sudah menjadi pacarku sekarang”
“aku ikut bahagia
mendengar itu, kalian memang saling mencintai. Aku hanya ingin bilang, jika aku
merelakan dia untukmu”
“apa? Kau tidak
bercanda kan? Sepertinya kepalamu benar-benar terbentur keras ya?”
“memang, kepalaku
terbentur keras” Robert tersenyum, “kau harus berjanji untuk membahagiakan Delisha,
atau kau akan menerima konsekuensi dariku”
“kau tenang saja,
aku pasti bisa membahagiakannya. Dan aku melakukan semua itu karena tulus,
bukan karena takut padamu”
“syukurlah” Robert
sama sekali tidak terpancing emosi.
Clark merasa aneh,
padahal ia selalu bicara dengan penuh emosi.
“kau boleh
mengantar Delisha pulang”
“itu memang
rencananya” Clark keluar.
Di luar,
Apa-apaan dia? Dia pasti merencanakan sesuatu untuk
merebut hati Delisha, Clark masih kesal.
“Clark” Delisha
mendekat, “bagaimana?”
“semuanya baik-baik
saja, kau benar tentang kakakmu. Sikapnya jadi aneh”
“aku takut jika
kakak menyembunyikan sesuatu dariku”
“kau tenang saja,
itu tidak mungkin” Clark tersenyum, ia tidak mau Delisha sedih.
“semoga saja, Clark”
Delisha tersenyum.
***
Di kamar,
Robert bercermin,
penampilannya memang sudah berbeda sekarang. Robert menatap telinganya, ia
merasa alat pendengar itu terlalu menonjol. Mungkin dia akan membuat versi yang
lebih kecil agar tidak terlihat oleh orang lain.
Tok... tok...
Robert menoleh dan
melihat Mia membuka pintu, ia tersenyum.
“bagaimana
keadaanmu?”
“aku merasa lebih
baik jika sudah di rumah” Robert menatap ibunya, “apa Delisha sudah sarapan?”
“sudah, dia sudah
berangkat dengan Clark”
Robert diam.
“ada apa?”
“tidak, aku hanya
bersyukur jika dia sudah berangkat”
“kau pasti bohong
pada ibu”
Robert menunduk,
“tidak bu, aku janji padamu. Aku ikhlas jika Delisha bersama Clark”
“bagaimana
denganmu?”
“aku tidak tau”
“Robert, kau bilang
kau ikhlas?”
“ya, aku
benar-benar ikhlas bu. Aku rela jika mereka akan menikah kelak”
Mia mengelus
Robert, “ibu senang jika kau bicara begitu, selama ini ibu selalu takut jika
perasaan kalian terluka”
Robert tersenyum,
“aku akan membahagiakan ibu dan Delisha” ia mencium kening ibunya, “aku
berangkat dulu ya”
“kau tidak
sarapan?”
“aku sarapan di
kantor”
Mia tersenyum.
Di kampus,
Delisha sedang
bicara dengan Clark.
“ayolah, dia
sendiri kan yang bilang? Dia memang ingin merubah penampilannya, jangan terlalu
khawatir”
“iya, aku tau.
Kakak memakai kacamata itu untuk bergaya, tapi alat bantu yang ada di telinga
kanannya. Kenapa kakak masih memakainya sampai sekarang?”
“mungkin dia masih
dalam masa pemulihat”
“Clark, kakak itu kecelakaan.
Aku takut jika...”
“Delisha, tenang.
Bukankah ibumu bilang jika Robert baik-baik saja?”
Delisha diam.
“kau tidak usah
khawatir”
Sore itu,
Clark masih
menunggu Delisha yang mendapatkan kelas tambahan.
Robert datang, “Clark”
Clark menoleh,
“Robert?” ia melihat Robert yang memakai kacamata, namun alat pendengarnya
sudah tak terlihat.
Robert tersenyum, “Delisha
belum keluar?”
“dia ada kelas
tambahan”
“kau... kenapa
masih disini?”
Clark menatap
Robert, “maksudmu apa? Kau mau mengusirku?”
“bukan begitu, aku
hanya... aku ingin menjemput Delisha hari ini. Sudah lama kami tidak pulang
bersama”
“Robert, kami sudah
punya janji. Aku rasa, kau tidak berhak membatalkannya”
“aku kakaknya, aku
berhak. Aku adalah pengganti ayah, aku anak laki-laki tertua dan satu-satunya”
Clark kesal, ia
memukul Robert.
Robert jatuh dan
kacamatanya terlepas, kacamataku?
Robert panik dan meraba-raba daerah sekitarnya. Ia berharap dapat menemukan
kacamatanya.
“jangan bercanda,
ayo bangun. Lawan aku, Robert” Clark ingat saat ia dihajar oleh Robert.
Robert tidak
menjawab dan terus meraba.
Delisha muncul, “ya
Tuhan...” ia kaget melihat Robert, “kakak?” Delisha mengambil kacamata Robert
yang agak retak dan memberikannya pada Robert.
“terima kasih”
Robert tersenyum dan memakainya, tapi ia kaget melihat Delisha.
“apa yang terjadi?”
Delisha membantu Robert berdiri.
“kakakmu maksa mau
jemput kamu, padahal kita udah janjian duluan kan?” Clark masih kesal, apalagi
dengan sikap Robert yang terlihat pura-pura lemah.
“maafkan aku, Dedel.
Ini memang salahku, aku tidak mau janji kalian terganggu. Aku permisi” Robert
pergi.
“kak?” Delisha
khawatir.
Robert menoleh dan
tersenyum, “tidak apa-apa” ia pun pergi.
Delisha diam.
“udahlah, Robert
hanya ingin mendapat perhatian darimu”
“cukup, Clark.
Kakak baru sembuh”
“Del, kamu gak tau
sih. Tadi dia bener-bener maksa dan ngusir aku, aku yakin kalau dia akan
menghajarku jika kau tak datang”
Delisha ingat,
Robert pernah berjanji untuk tidak melukai Clark lagi. Ia menatap Clark, “tapi kenyataannya,
kau yang tadi menghajar kakak”
Clark diam.
“aku mohon, Clark.
Hentikan perselisihan ini, dia kakakku. Jika kau mencintaiku, tolong terima
dia”
“aku mengerti, aku
minta maaf”
“seandainya kakak
melakukan kesalahan, aku juga akan menegurnya. Aku tidak ingin membela
siapapun, kau mengerti”
“aku mengerti”
Delisha tersenyum,
“baiklah, ayo kita pergi. Aku sudah sangat lapar”
“aku pun” Clark
tersenyum lagi.
Mereka pergi.
Malamnya,
Delisha yang baru
datang, membuka pintu rumah.
“ibu senang kau
sudah pulang” Mia tersenyum.
“maaf aku pulang
terlambat, bu”
“tidak apa-apa,
Robert sudah memberitau ibu”
“apa yang kakak
katakan?”
“kau punya janji
untuk pergi dengan Clark”
“itu saja?”
“iya”
Mereka masuk ke
ruang makan.
Delisha melihat
kue, “bu?”
“itu kue ulang
tahun Robert, ia ingin merayakannya dengan kita hari ini. Sayangnya, kamu sudah
punya janji”
“jadi hari ini
ulang tahun kakak? Ya Tuhan... aku lupa. Kakak dimana bu? Ayo kita rayakan
sekarang”
“Robert sudah
pergi, dia baru saja berangkat. Ada rapat di luar kota”
“jika aku
membatalkan janjiku dengan Clark, mungkin kakak tidak akan pergi kan?”
“jangan bicara
begitu, semua yang sudah terjadi tidak boleh kau sesali”
“kenapa kakak tidak
memberitau sejak awal? Padahal dia ke kampus untuk menjemputku”
“mungkin dia
mengira, kau ingat jika ini hari spesialnya”
“bu, aku merasa
bersalah”
“sudahlah, lebih
baik nanti kau telpon dia. Ibu jamin, dia pasti akan bahagia”
“baiklah” Delisha tersenyum.
Mia tersenyum, ia
tau jika Robert masih memendam perasaannya pada Delisha sampai saat ini. Meski
mereka berstatus saudara tiri, tapi cinta Robert tidak pernah luntur sedikitpun.
Hal ini selalu membuat Mia khawatir, meski Robert sendiri yang bilang bahwa dia
sudah mengikhlaskan Delisha untuk Clark.
“bu, aku boleh
menanyakan sesuatu?”
“apa?”
“apa mata kakak
agak terganggu?”
“kenapa kau
bertanya seperti itu?”
“di kampus, aku
melihat kakak begitu kesulitan mencari kacamatanya yang jatuh. Padahal kacamata
itu berada di dekatnya”
“emh... ibu...” Mia
bingung, ia sudah berjanji pada Robert untuk merahasiakan semuanya.
“bu...?”
“ibu tidak tau” Mia
tersenyum, “yang ibu tau, kakakmu hanya ingin terlihat dewasa dengan kacamata
itu”
Beberapa hari
kemudian,
Di perusahaan,
Robert sedang menempelkan alat pendengarnya yang sangat kecil ke telinga. Dengan ini, mereka tidak akan melihatnya.
Tapi Delisha
tiba-tiba masuk bersama Clark dan Robert pun kaget.
“kakak” Delisha
tersenyum, “kami bawa kado spesial untuk kakak”
Robert agak
bingung, “benarkah?” ia takut jika mereka melihat dirinya sedang memasang alat
tadi.
“iya” Clark
tersenyum, “Delisha memaksaku untuk patungan beli kacamata mahal”
“ih..., kok kamu
ngasih tau kadonya sih?” Delisha menatap Clark.
“sorry” Clark
tersenyum.
“kacamata?” Robert
agak khawatir.
“iya, kak. Dicoba
ya” Delisha mendekat dan meberikannya pada Robert.
“a..., iya” Robert
menatap kacamata itu, aku tidak akan bisa
melihat jika memakainya.
“ada apa, kak?” Delisha
menatap Robert.
“mungkin dia tidak
suka modelnya” Clark duduk dan memakan kue yang ada di meja.
“ah, aku suka kok.
Modelnya bagus” Robert tersenyum, ia pun membuka kacamatanya dan mencoba hadiah
itu.
“wah, keren banget
kak. Kakak cocok pake itu” Delisha senang.
“tapi tetep cakepan
aku ya” Clark tersenyum.
Robert hanya
tersenyum, ia tidak bisa melihat Clark yang duduk di sofa. Bahkan Delisha yang
ada di dekatnya pun hanya remang-remang.
“kalau gitu, kami
pulang dulu ya kak”
“ya, hati-hati”
“bye Robert” Clark
bangun dari sofa.
“jangan lupa, jaga
adikku” Robert sama sekali tidak melihat ke arah Clark.
Malamnya,
Robert hanya diam
di ruangan kantornya, malam ini Delisha dan Clark bertunangan. Robert memang
sudah menyiapkan semua kebutuhan mereka, tapi untuk melihat mereka... Robert
lebih memilih lembur di perusahaannya.
Telpon berbunyi.
“hallo?” Robert
mengangkatnya.
“kak, kok kakak gak
pulang?”
“Delisha?” Robert
agak kaget, “m..maafkan kakak, kakak sibuk”
“tapi kan kakak tau
kalau hari ini aku tunangan”
“iya, kakak minta
maaf ya. Kakak janji akan memberikan kado yang besar untukmu”
“aku lebih senang
jika kakak datang”
“Dedel, kakak
benar-benar minta maaf. Disini banyak berkas yang harus kakak periksa, sudah
dulu ya” Robert menutup telponnya dan mata kirinya meneteskan air mata.
Robert hanya diam
di ruangannya, sama sekali tidak ada berkas disana. Yang ada hanyalah sebuah
foto keluarga, dirinya, Delisha, ayah dan Mia.
Telpon kembali
berdering.
“hallo, bu?” Robert
tau itu Mia.
“nak, lebih baik
kau pulang”
“maafkan aku, aku
lembur hari ini”
“sayang, acara
pertunangannya sudah selesai. Clark dan keluarganya sudah pulang, Delisha juga
sudah masuk ke kamarnya”
“aku tau, bu. Tadi Delisha
menelpon, tapi aku benar-benar sibuk”
“kamu gak bisa
membohongi ibu, nak. Pulanglah”
Robert diam, “beri
aku waktu, bu” ia menutup telponnya.
***
Di kamar Robert,
Robert menatap
kacamata pemberian Delisha, ia sudah mengganti kacanya sesuai dengan
kebutuhannya.
“Robert, kau sudah
siap?” Mia mendekat.
“iya bu” Robert
mengganti kacamatanya dengan kacamata pemberian Delisha.
“ayo, kita harus
segera ke gedung. Delisha pasti sudah menunggu kita”
Mereka pun pergi.
Di gedung,
Robert hanya diam
melihat Delisha yang sudah diwisuda, karena itu tandanya Delisha sebentar lagi
akan menjadi milik Clark.
Mia yang duduk
disamping Robert, memegang tangan Robert sambil tersenyum.
Robert pun
tersenyum.
Setelah acara
selesai,
Robert dan Mia
berjalan bersama menuju mobil.
“kakak, ibu” Delisha
berlari.
Robert menoleh dan
menatap Delisha.
“sayang, kok kamu?”
Mia kaget, “bukannya kamu ada acara?”
“enggak ah, aku
pengen sama kakak dan ibu aja” Delisha tersenyum.
Robert tersenyum
dan masuk ke mobil.
Di jalan,
“mana kadonya?
Katanya kalau aku lulus, kakak mau ngasih kado?”
“kamu ini, terus
aja minta kado sama kakakmu. Waktu tunangan minta kado, sekarang minta lagi”
Mia menatap Delisha.
“biarin bu, lagian
kakaknya juga gak apa-apa. Iya kan kak?”
“sayang, harusnya
kamu dan Clark yang ngasih kado buat kakakmu. Sebentar lagi kan, kalian menikah”
Robert hanya diam.
***
Pagi itu,
Di sebuah
pemakaman, Robert menatap dua makam yang ada dihadapannya. Air matanya menetes,
Robert tidak sanggup lagi bicara. Hari ini adalah pernikahan Delisha dan Clark,
untuk kedua kalinya ia tidak hadir di acara mereka.
Robert terduduk di
dekat makam, “aku mencintainya, aku sangat mencintainya. Meski aku sudah
merelakan dia untuk orang lain, tapi aku tidak sanggup melihatnya” ia menangis.
Di gedung,
Acara pernikahan
selesai, Delisha masih berharap Robert akan datang kesana.
“sayang, kamu
kenapa sih? Perasaan, dari tadi kaya yang resah terus?” Clark mendekati Delisha.
“kakak”
“udahlah, Robert
itu kan super sibuk. Entar juga kita ketemu di rumah”
“Clark” Delisha
menatap Clark, “dia itu kakakku”
“aku minta maaf”
“aku sudah bilang
berkali-kali padamu, kan? semenjak kecelakaan itu, kakak jadi berubah. Aku
takut, Clark. Aku takut jika kakak menyembunyikan sesuatu dariku”
“bagaimana dengan
ibu?”
Delisha menggeleng,
“ibu tidak mengatakan apa pun”
Malamnya,
Robert pulang ke
rumah, ia mengetuk pintu.
Clark membuka
pintunya, “selamat datang, kak”
Robert tersenyum,
“kau belum tidur?” ia masuk.
“aku kan nungguin kakak”
“benarkah? Mana ibu
dan Dedel?”
“Dedel? Maksud
kakak, Delisha?” Clark tersenyum, “mereka udah tidur duluan”
Robert menatap Clark,
“ini hadiah untuk kalian” ia memperlihatkan sebuah kado.
Clark mengambilnya,
“makasih, kak”
“jaga dia
baik-baik” Robert kembali diam.
“kakak baik-baik
saja”
“kepalaku sedikit
sakit, sepertinya aku harus ke kamar”
Clark mengangguk
dan tersenyum.
Tapi Robert
tiba-tiba jatuh pingsan.
“kakak?” Clark
kaget.
***
Di kamar,
Dokter memeriksa
Robert dan Mia terus menemaninya.
“gimana dok?”
“saya tidak bisa
menjawabnya sekarang, sepertinya kepala tuan Robert harus di scan lagi”
“baiklah kalau
begitu, terima kasih banyak dok”
“saya permisi”
dokter tersenyum dan keluar.
Di luar,
Delisha menatap dokter,
“kakak saya sakit apa dok? Kenapa kepalanya harus di scan?”
“dia...” dokter
menatap Delisha.
Di kamar,
Mia mengelus Robert
yang masih tertidur, “kamu harus kuat, ibu sayang padamu” ia mencium kening
Robert dan pergi.
Saat Mia keluar, Delisha
sudah menunggunya.
“sayang, kamu mau
ibu bikinin sarapan? Clark mana? Apa dia belum bangun?”
“kenapa ibu tidak
memberitauku soal kakak?”
“e... Robert..”
“aku ini anak ibu,
meski dia kakak tiriku tapi aku sayang padanya, bu”
“ibu tau, ibu minta
maaf”
“kenapa ibu setega
itu? Aku jadi merasa sangat bersalah padanya”
“tidak sayang, kau
tidak memiliki kesalahan apapun. Bahkan Robert tidak mengatakan itu, dia
hanya... dia ingin merahasiakan semua ini darimu. Dia meminta ibu untuk tidak
memberitaumu soal ini”
“aku ingin
melihatnya”
“masuk saja, Robert
masih tidur”
Delisha pun masuk
ke kamar Robert,
Di dalam,
Delisha melihat
kacamata pemberiannya, ia mengambilnya dan melihat kaca yang sudah diubah. Delisha
juga melihat alat bantu pendengaran yang begitu kecil, ia menatap Robert dan
duduk.
Robert membuka
matanya, “emh...”
Delisha tersenyum.
Tapi Robert hanya
diam, ia bingung dan mencoba melihat ke sekitar. Robert merasakan kehadiran
seseorang, tapi entah siapa itu.
Delisha tau, ia
mengambil alat pendengar dan membantu memasangkannya ke telinga Robert.
“ibu, apa itu kau?”
Robert masih bingung dan memegang tangan yang masih dekat dengan telinganya, ia
terdiam. Robert tau, tangan siapa itu.
Delisha pun melepas
tangan Robert dan mengabil kacamata, ia mau memasangkannya.
Robert menunduk.
“kenapa kakak
menunduk?”
“aku tau, itu kau”
Kacamata pun
terpasang.
“kenapa kakak
melakukan ini?”
“aku...”
“kakak ingin aku
merasa bersalah jika kakak...”
“jika aku mati?”
Robert menatap Delisha.
“aku tidak
bermaksud untuk mengatakan itu”
“aku hanya ingin
kamu bahagia dengan Clark”
“dengan
merahasiakan keadaan kakak dariku?”
“aku tau aku bodoh,
aku egois dan aku hanya mementingkan kebahagiaanku saja”
“dan sekarang kakak
ingin berusaha untuk jadi orang yang paling menderita?”
“apa kata maafku
tidak cukup?”
Delisha diam.
“aku mungkin bukan
kakak yang baik, aku tidak bisa menepati janjiku padamu, pada ayah...” Robert
menunduk mengingat ayahnya, “tapi aku selalu berusaha” ia menatap Delisha, “aku
sayang padamu dan aku rela melakukan apapun untukmu”
Delisha menatap
Robert dan pergi sambil menangis.
Robert diam, “apa
aku salah bicara?” ia pun bangun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar.
Saat akan menuruni
tangga, Robert melihat Delisha sedang menangis di pelukan Clark. Robert terdiam
dan ia lebih memilih untuk kembali ke dekat kamarnya dan bersandar di pintu.
Beberapa hari
kemudian,
Robert sedang
memeriksa berkas di ruangannya.
“selamat siang,
tuan CEO” Clark masuk.
“Clark” Robert
tersenyum, “bukankah kau juga wakil CEO?”
“aku senang,
perusahaanmu mau dilebur dengan perusahaan ayahku”
“dan nantinya akan
menjadi milikmu”
“tidak kak, aku
tidak terpikir untuk lakukan itu. Kau CEO terbaik dan itu yang membuat ayah mau
memberikan perusahaannya”
“aku tidak
menilaimu buruk, aku hanya mengatakan apa yang akan terjadi nanti”
“aku harap, kakak
tidak terlalu sibuk untuk acara nanti”
“resepsimu?” Robert
tersenyum dan bangun dari tempat duduknya, “aku sudah memberikan hadiahnya kan?
kenapa kau masih menungguku di pesta itu?”
“saat kami
bertunangan, kau lembur. Saat kami menikah, kau menghilang. Apa salah jika aku
ingin kau hadir di pesta kami?”
Robert diam, “jadi
kapal pesiarnya belum cukup?”
“kak, aku tau kakak
memberikan hal-hal yang sangat besar untuk kami. Tapi semuanya akan lebih
berarti jika kakak hadir disana, sejak dulu Delisha menginginkan itu kak”
“aku tidak tau”
“apa kakak masih
belum rela melihat kami?”
“jangan bodoh, aku
sangat menyesal. Saat aku sakit, kalian menunda pesta ini”
“jangan begitu kak,
kau sangat penting bagi kami”
“begitupun kalian”
Robert menatap Clark, “ada atau tidaknya aku, kalian tetap paling penting
untukku”
Clark diam,
“baiklah kalau begitu, tapi aku tetap mengharapkan kehadiranmu kak” ia
tersenyum, “sampai jumpa” Clark pergi.
“ok” Robert kembali
duduk.
Telpon pun
berdering.
“hallo?” Robert
mengangkatnya.
“nak, bisa ibu
bicara?”
“ibu mau memintaku
untuk datang ke resepi mereka kan?”
“sayang, ibu mohon.
Hari ini ibu tidak bisa datang”
“aku...”
“ayolah, Delisha
pasti senang jika kau datang”
“akan aku usahakan,
bu” Robert menutup telponnya dan diam.
Sore itu,
Kapal pesiar sedang
berlayar dan acara sudah dimulai.
“Delisha” Clark
mendekati Delisha yang sedang duduk di sofa, “semua bahagia disini, kenapa kau
diam?”
“ibu gak bisa
datang”
“ya... tadi ibu
menelponku”
“jadi tidak ada
seorang pun keluargaku yang datang?”
Seorang pelayan
mendekat, “maaf nyonya, tuan”
“ada apa?” Clark
menatap pelayan itu.
“tuan Robert sudah
datang”
“kakak? Kakakku
datang?” Delisha kaget dan berlari keluar.
Robert turun dengan
seutas tali dari helikopternya.
Delisha tersenyum,
“selamat datang, kak”
Robert tersenyum,
“terima kasih kau sudah tersenyum untuk kedatanganku”
“kakak ini bicara
apa?”
“kau tau jika ibu
tak bisa datang?”
“iya kak”
“bersenang-senanglah,
ini pestamu” Robert masuk.
Delisha mengangguk
dan masuk.
Malamnya,
Robert sedang minum
di bar dan mendengarkan lagu Wild Horses milik Rolling Stone, seorang pelayan
mengambil minuman dan menatapnya.
“ada apa?”
“anda tidak ikut
acara puncak, tuan?”
“maksudmu acara
dansa? Aku tidak membawa pasangan, aku harus dansa dengan siapa?” Robert minum.
“sayang sekali,
padahal laki-laki seperti anda pasti banyak yang mau” pelayan itu menuangkan
minuman ke gelas kosong milik Robert.
Robert tersenyum,
“aku sudah berjanji pada seseorang untuk selalu mencintainya, selamanya”
“hanya dia?”
“yap” Robert
kembali minum.
“lalu?”
“dia sudah menjadi
milik orang lain” Robert menunjukan gelasnya yang kosong.
“anda tidak akan
mencari penggantinya?” pelayan itu kembali menuangkan minumannya.
“tidak akan, karena
janji adalah janji” Robert menatap pelayan itu, “aku tidak ingin bicara lagi”
ia minum.
“kalau begitu, tuan
harus pergi ke ruang dansa dan melihat adik tuan”
“cerewet, kau”
Robert tersenyum dan pergi.
***
Delisha sedang
berdansa dengan Clark.
“ada apa? Kau masih
resah?” Clark menatap Delisha.
“kakak belum muncul
juga”
“kalau tidak salah,
dia sedang di bar”
“kakak pasti minum,
harusnya aku meminta kakak untuk berhenti minum”
“sudahlah, mungkin
dia sedang ada masalah”
“mungkin dia merasa
terbebani datang kemari”
“bukankah dia sudah
bilang jika dia bahagia melihat kita bahagia?”
Mereka tersenyum.
Tiba-tiba lampu
menjadi gelap, semua orang terdiam. Robert naik ke panggung sambil membawa
sebuah gitar, lampu pun kembali menyala.
Kakak? Delisha kaget.
Robert yang agak
mabuk, memainkan gitarnya dan mulai bernyanyi...
Please don’t see...
Just the boy caught up in dreams and fantasies
Please see me...
Reaching out for someone I can’t see
(Lost Stars – Adam Levine)
Delisha terdiam, ia
mengerti jika perasaan Robert sudah hancur sejak tau mereka akan menjadi
saudara.
Clark menatap Delisha
yang terlihat sedih, lalu ia menatap Robert yang terus bernyanyi sambil menatap
Delisha.
But are we all lost stars...
Trying to light up the dark?
Mata Robert
memerah, ia menyimpan gitarnya dan pergi.
Delisha tau Robert
akan menangis, tapi mana mungkin ia meninggalkan Clark dan mengejar Robert.
“kejar dia” Clark
menatap Delisha.
“ta..tapi...” Delisha
menatap Clark.
“kakakmu butuh
kamu, sekarang” Clark mengelus Delisha, “aku tidak akan ikut campur”
Delisha mengangguk
dan pergi mencari Robert.
Di luar,
Helikopter sudah
datang untuk menjemput Robert dan tali pun sudah dijatuhkan.
“kakak”
Robert menoleh dan
menatap Delisha.
Delisha mendekat,
“matamu merah?”
“aku kelilipan,
angin laut sangat kencang”
“berair?”
“sudah aku bilang,
aku kelilipan” Robert menatap Delisha.
Delisha mengelus
Robert, “terima kasih atas segalanya”
Robert diam.
“kakak kenapa?”
“aku tidak apa-apa”
Robert tersenyum, “aku sudah lega bisa melihatmu bahagia, itu tandanya janjiku
pada ayah telah aku tepati dan sekarang Clark yang menggantikan posisiku”
Delisha tersenyum.
“aku harus pergi
sekarang”
“hati-hati, kak”
“ingat, jangan
pernah punya rencana untuk pindah. Aku senang jika kalian tinggal di rumahku
bersama ibu”
“siap”
Mereka pun
berpisah.
Delisha senang, ia
yakin jika Robert akan baik-baik saja.
Di helikopter,
Robert menangis, ia
mengeluarkan semua perasaannya disana.
***
Di perusahaan,
Robert turun dari
helikopter, ia memutuskan untuk minum di ruang CEO. Robert duduk dan melamun
disana, tapi telponnya berdering.
“hallo?” Robert
mengangkat telpon itu.
“nak?” Mia panik,
“kamu dimana, nak?”
“aku di perusahaan,
bu. Ada apa?” Robert kaget.
“ada badai di
daerah perairan yang sedang Delisha lalui, sekarang ibu sedang di pantai dengan
tim penyelamat”
“apa?” Robert
semakin kaget, “Aku segera kesana, bu”
Di pantai,
Robert melihat tim
penyelamat yang sedang berkumpul, “bu” ia mendekati Mia, “bagaimana?”
“tidak ada
tanda-tanda dari pesiar itu, mereka menduga pesiar sudah rusak dan tenggelam”
Mia menangis.
“lalu, kenapa
mereka diam saja?”
“badainya terlalu
berbahaya, mereka tidak sanggup dan akan menunggu badai reda”
“sial” Robert
kesal, “jika tidak berani, jangan jadi tim penyelamat” ia marah.
“jangan, nak. Tahan
dirimu” Mia memegangi Robert yang mau marah pada tim tersebut.
“tapi Delisha dalam
bahaya, bu. Aku harus menolongnya”
“Robert”
Robert melepaskan
tangan Mia, “maafkan aku, bu”
Helikopter dengan
sistem auto pilot pun mendekat dan Robert menaikinya.
“aku janji, Delisha
akan baik-baik saja” Robert pun pergi.
“Robert” Mia
semakin khawatir.
Di tengah badai,
Ombak begitu besar,
Clark terombang-ambing di puing pintu pesiar yang sudah rusak.
“Clark” Robert
turun dengan seutas tali.
“kakak?” Clark yang
lemas, begitu senang melihat Robert.
“mana Delisha?”
“aku tidak tau,
kak. Saat pesiar terbelah dan hancur, kami terpisah”
“bagaimana jika dia
tenggelam?” Robert kesal.
“tidak, kak. Delisha
memakai pelampung”
“ok, aku akan
mencarinya” Robert turun ke air dan memberikan talinya pada Clark, “panjat tali
ini” ia menatap Clark, “jika aku sudah menemukan Delisha, tarik talinya.
Mengerti?”
“iya, kak. Tapi...”
“apa?”
“kakak gak pake
pelampung”
“jangan khawatirkan
aku, cepat naik”
“iya, kak”
Robert mulai berenang,
alat pendengar yang terkena air laut mulai terganggu. Namun Robert hanya
mempedulikan kacamatanya agar bisa menemukan Delisha.
Ombak begitu besar
dan air semakin deras, namun yang ada di pikiran Robert hanya Delisha. Aku akan menemukanmu, Dedel. Bertahanlah,
Robert terus berusaha berenang melawan arus.
“kakak!”
Robert melihat ke
sekitar, ia tau itu sudara Delisha. Meski alat pendengarnya semakin rusak, tapi
ia dapat merasakan dimana Delisha.
“Delisha? Apa kau
bisa mendengarku? Alat pendengarku rusak” Robert agak panik karena alat
pendengarnya semakin tidak jelas, “Dedel?”
“aku disini, kak”
Robert melihat
sebuah papan besar, apa dia disana?
Robert mendekati papan itu, ternyata itu adalah pecahan pintu pesiar.
“kakak” Delisha
yang memakai pelampung, berpegangan pada pintu tersebut.
Robert tersenyum
dan berenang ke arah Delisha, ia sama sekali tidak menghiraukan badainya.
“kakak”
Robert memeluk Delisha,
“syukurlah kau tidak apa-apa”
“kakak gak pake
pelampung?”
“aku bisa berenang,
jangan khawatir” Robert memegang tangan Delisha, “aku akan menyelamatkanmu”
“tapi Clark?”
“kau tenang saja,
Clark sudah ada di heliku”
“tapi ini badai,
kak”
“kau meragukan
helikopterku?”
Delisha tersenyum.
“ayo”
Robert pun membawa Delisha
ke arah tali, ia mengikatkan tali tersebut ke tubuh Delisha.
“kak?”
“kamu tenang saja,
Clark ada di atas. Dia akan menarik kita” Robert mengelus Delisha, “kamu siap,
kan?”
Delisha mengangguk.
Robert memeluk Delisha,
“maafkan aku, aku harus memelukmu sekarang”
“aku tidak akan
membiarkan kakak jatuh” Delisha memeluk Robert.
“terima kasih”
Robert tersenyum.
Sedikit demi
sedikit, tali pun terangkat. Tapi di pertengahan, angin yang kencang membuat
kacamata Robert terlepas.
“kacamataku?”
Robert agak cemas, karena dia tidak akan bisa melihat dengan jelas.
“kak...”
“tenang, yang
penting talinya masih bisa menopang kita”
Delisha mengangguk.
“mudah-mudahan
Clark masih kuat menarik kita” Robert melihat ke atas.
Tali semakin
bergoyang karena angin, dan mereka harus kuat bergelantung dan saling memeluk.
“jangan takut, tali
ini terikan kuat padamu” Robert tersenyum pada Delisha.
“aku takut talinya
putus, kak”
Di helikopter,
Clark yang menarik
mereka, mulai cemas. Tali yang bergesek terus-menerus membuatnya hampir putus,
“ya Tuhan” ia pun berteriak, “kak, talinya tidak kuat menahan beban kalian. Kalian
akan jatuh, bagaimana ini?”
Di bawah,
“apa yang Clark
katakan? Aku tidak jelas mendengarnya?”
“talinya akan
putus, kak. Kita akan jatuh”
“bebannya terlalu
berat? Tenang saja, kau tidak akan jatuh”
“apa maksud kakak?”
Delisha menatap Robert.
“lepaskan aku, Dedel”
“enggak, aku gak
akan melepaskan kakak” Delisha memeluk Robert dengan erat.
“Delisha, aku
mohon” Robert menatap Delisha, “percayalah padaku, ini yang terbaik”
“tapi kak, aku gak
mau kehilangan kakak”
“relakan aku,
seperti aku merelakanmu untuk Clark”
Delisha diam.
“aku minta maaf
jika aku membuatmu sedih, tapi aku tidak pernah menyesal mencintaimu” Robert
tersenyum, “aku mohon, lepaskan aku”
Delisha melepaskan
pelukannya.
Robert mencium
kening Delisha, “selamat tinggal” dan ia pun melepaskan pelukannya.
Robert jatuh ke
laut dan menghilang di telan ombak, Delisha hanya diam melihat itu. Clark yang
merasa bebannya berkurang dan tali yang mulai stabil, terus berusaha menarik Delisha
ke dalam heli.
Di heli,
Clark berhasil
mengangkat Delisha, “Delisha”
Mereka berpelukan.
“Clark, kita harus
cari kakak. Kakak jatuh”
“jatuh?”
“aku harus
menemukan kakak sekarang”
“sayang, kita gak
bisa terlalu lama disini”
“egois kamu,
pokonya aku harus menemukan kakak”
“Delisha?”
Delisha berlari ke
arah kemudi, “heli ini menggunakan sistem auto-pillot?”
“yap, sepertinya
kakakmu sudah menyiapkan semuanya”
Delisha duduk di
kursi pilot, “temukan radar kakak” ia menatap monitor.
Tapi sinar
tiba-tiba beluar dan menscan wajah Delisha, “kecocokan retina ditemukan, selama
datang nona Delisha. Mari kita mencari daratan yang aman”
“tidak, kita harus
menemukan kakak” Delisha kaget.
“maafkan saya, tapi
sistem sudah dikunci dan perintah tuan adalah menemukan anda lalu pergi ke arah pantai”
“tidak” Delisha
kesal.
***
Mia sedang melamun
di rumahnya, ia teringat pada Robert.
“bu” Clark mendekat,
“ibu baik-baik saja, kan?”
“aku tidak
menyangkan jika aku akan kehilangan Robert secepat ini”
“bu, ibu harus
ikhlas. Kita harus merelakan dia agar dia tenang disana”
“kau benar, tapi
terkadang ibu merasa jika dia...”
Delisha berlari ke
arah mereka sambil membawa hp, “bu”
Mia menoleh, “ada
apa, nak?”
“mereka menemukan
kakak” Delisha bahagia.
Mia pun tersenyum
mendengar itu.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar