Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance, Supranatural
Cerita ini adalah
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Hari itu,
Maricha sampai di
sebuah apartemen, ia membukan pintu apartemennya dan melihat keadaan sekitar. Maricha
tersenyum dan duduk di kasur, ia melihat bantal bergambar Iron Man.
Maricha kembali
tersenyum, ia memegang dan menyimpan bantal itu di pangkuannya. Ini adalah
pertama kalinya ia tinggal di apartemen, sebuah perusahaan telah menerimanya
untuk bekerja.
Tiba-tiba sebuah
kertas jatuh dari bantal.
“apa ini?” Maricha
membacanya.
Aku tidak akan menyerah untuk mencarimu
Maricha tersenyum,
“sepertinya bantal ini ditujukan untuk seseorang, mungkinkah aku salah kamar?”
Malamnya,
Maricha mulai
menulis di buku diary-nya...
Januari 2016
Kenapa mereka masih saja membicarakan kesendirianku? Sejak putus
dengan Tony, aku memang merasa belum perduli untuk mencari penggantinya. Saat
ini, aku masih ingin menata karirku. Semoga Tuhan selalu memberikan yang
terbaik untukku.
Maricha menyimpan
buku diary-nya di bawah bantal dan tidur.
Besoknya,
Di sebuah rumah
sakit, seorang dokter keluar dari ruangannya. Ia melihat salah seorang suster
mendekat.
“dokter Delisha”
“iya?”
“ada seseorang yang
ingin bertemu dengan anda, katanya dia seorang teman lama”
“dimana dia?”
“ada di luar”
“di luar?”
“dia tidak mau
masuk ke rumah sakit”
“ok, aku kesana.
Terima kasih ya”
“sama-sama dok”
suster itu pergi.
Delisha pun keluar
dari rumah sakit dan melihat seorang perempuan yang sedang berdiri di dekat
tangga masuk, ia tersenyum dan mengenali perempuan itu.
“Maricha” Delisha
memanggil perempuan itu.
Maricha menoleh dan
tersenyum, Delisha adalah teman SMA Maricha.
“sejak kapan kamu
disini?”
“baru dua minggu
yang lalu, aku diterima kerja di salah satu perusahaan disini”
“syukurlah” Delisha
tersenyum, “gimana kalau kita duduk di kedai pinggir jalan itu?”
“kamu gak sibuk?”
“ini kan jam
istirahat”
“ok”
Mereka pun berjalan
ke kedai.
Di kedai,
“kamu masih
trauma?” Delisha menatap Maricha.
“aku gak tau, aku
merasa... saat ini mencari pasangan belumlah penting”
“dulu, kau bilang
hubungan kalian mulai merenggang saat seseorang memberitaumu jika kalian akan
putus dan tony bukan pria yang baik. Kenapa kau percaya padanya? Sedangkan
kenal pun tidak”
“tapi kata-katanya
benar” Maricha agak kesal mengingat itu, “sudahlah, aku tidak mau membahasnya”
“Maricha, aku
mengerti kok. Aku tau bagaimana rasanya dihianati oleh Tony, tapi kau harus
membuka hati untuk orang lain. Tidak semua laki-laki seperti Tony”
“mungkin” Maricha
diam.
Sore itu,
Maricha kembali ke
apartemen, tapi saat mau mengambil diary yang ada di bawah bantal... Maricha
kaget, diary itu hilang.
“ya Tuhan... dimana
diary-ku?” Maricha panik karena semua rahasianya ada disana.
Maricha pun
mencarinya ke setiap ruangan, namun buku diary-nya tak dapat ia temukan.
“sial” Maricha
duduk di kasur dan mengambil bantalnya.
Selembar kertas pun
jatuh.
Maricha kaget dan
membacanya...
Januari 2014
Kenapa tiba-tiba ada diary di bawah bantalku? Sepertinya ini
milik perempuan aneh, karena dia salah menulis tanggal. Tapi, bagaimana caranya
dia menyimpan diary disini?
“surat macam apa
ini? Kenapa bisa ada di bawah bantalku?” Maricha kembali mengangkat bantalnya
dan tidak terdapat apapun disana, ia kesal. Mungkinkah
ini ulah pelayan apartemen? Maricha pun turun ke loby.
Disana, ia melapor
ke resepsionis. Lalu satpam pun menyelidikinya, namun tidak ada satupun yang
terlihat mencurigakan di CCTV. Maricha malah dianggap aneh karena melaporkan
hal yang konyol.
Maricha kembali
masuk ke apartemennya, ia kesal dan masuk ke kamar.
Di kamar,
Maricha kembali
duduk di kasur dan menatap bantalnya, ia menulis surat.
Januari 2016
Seorang pria aneh mencuri diary-ku dan menganggapku perempuan aneh,
padahal dia sendiri yang aneh. Jelas-jelas sekarang tahun 2016, kenapa dia
menulis 2014?
Maricha
menyimpannya ke bawah bantal dan diam, ia membuka bantalnya. Kertas itu masih
ada, lalu ia kembali menutupnya. Maricha membukanya lagi dan ternyata, kertas
itu berubah.
Maricha kaget dan
mengambilnya, “ya Tuhan...” ia membaca surat itu.
Nona aneh, namaku Robert. Jujur saja, aku kaget saat kertas di
bawah bantalku bisa berganti seperti ini. Entah aku mulai gila, atau apa. Tapi
yang pasti, ini benar-benar tahun 2014.
Maricha kesal dan
membalas suratnya,...
Tuan Robert yang terhormat, maaf membuatmu jengkel. Tapi aku bukan
nona aneh, namaku Maricha. Aku seorang karyawan di sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi, aku bukan orang aneh dan ini benar-benar tahun
2016.
Maricha menyimpan
kertasnya di bawah bantal dan tidur.
Besoknya,
Maricha terbangun
dan melihat surat baru yang ada di bawah bantalnya, ia pun membaca surat itu.
Maafkan aku nona Maricha, semoga anda tidak marah. Meski aneh,
tapi aku akan mencoba untuk mempercayai semua ini. Seperti yang sudah ku
beritau, namaku Robert. Aku terlahir dari keluarga seniman, meski karirku belum
sehebat adikku. Tapi nanti, aku pasti akan menyusulnya.
Maricha tersenyum
membaca itu, ternyata Robert sang pria misterius merupakan orang yang optimis.
Beberapa hari
kemudian,
Maricha kembali
bertemu dengan Delisha di kedai pinggir jalan.
“maksudmu apa, Cha?”
“kayanya aku stres
deh, apa ini tanda-tanda gangguan jiwa?” Maricha menatap Delisha dengan cemas.
Tapi tiba-tiba,
terjadi kecelakaan di depan mereka.
Brak...
“ya Tuhan...”
Delisha kaget, “Maricha, ayo bantu aku”
“enggak, Sha. Aku
takut”
“Maricha, ayo. Kita
harus menolongnya” Delisha memegang tangan Maricha dan mengajaknya berlari ke
arah kecelakaan.
“aku takut” Maricha
sangat terpaksa.
Maricha memang
penakut, ia tidak mau melihat darah atau pun hal-hal yang membuat ia lemas.
Itulah yang membuat mereka berpisah saat lulus SMA. Delisha masuk ke fakultas
kedokteran, sedangkan Maricha lebih memilih masuk jurusan IT.
Mereka mendekati
tempat kejadian.
Maricha melihat
mobil sedan yang rusak parah di bagian depan karena tertabrak oleh truk, “ya
Tuhan...” ia gemetar.
Supir truk turun
dengan luka ringannya, ia duduk lemas di pinggir jalan.
Warga sekitar
membantu mengeluarkan seorang pria dari dalam mobil tersebut.
Delisha mulai
memeriksanya, “bantu aku, Maricha”
Maricha semakin
takut melihat pria tersebut bersimbah darah, “Lisha, aku...”
“Maricha” Delisha
begitu panik.
Maricha pun
mendekat dengan terpaksa, “ya Tuhan...” ia menatap pria itu.
Para petugas medis
berdatangan, warga bersyukur karena kejadian itu dekat dengan rumah sakit.
Pria yang sekarat
itu, menatap Maricha. Maricha terdiam dan merasa kaku. Lalu tiba-tiba, pria itu
menutup matanya dan tidak bergerak lagi.
Maricha kaget,
“di..dia meninggal?” ia menatap Delisha.
Delisha agak kecewa
karena pria itu tidak dapat bertahan.
Maricha masih
terdiam meski tubuh pria itu sudah dibawa oleh ambulan.
“Maricha, maaf ya.
Aku harus ke rumah sakit” Delisha menatap Maricha yang begitu pucat.
“i...iya”
“kamu gak apa-apa,
kan?”
“a..aku rasa, aku
tidak mau datang lagi kemari” Maricha menatap Delisha dengan wajah paniknya.
Delisha tersenyum,
“pulanglah, tenangkan dirimu”
Maricha mengangguk
dan pulang ke apartemen.
Di apartemen,
Maricha menelpon ke
perusahaan karena tidak bisa masuk lagi setelah jam istirahat tadi. Ya...
kejadian di depan kedai itu masih membuatnya takut. Dan ia pun mengirim email
ke salah satu temannya yang berulang tahun hari itu, namanya Rena dan ia adalah
teman Maricha saat kuliah.
Tapi Maricha ingat
dengan surat Robert, mereka memang sering berkirim surat. Bahkan jika belum
tidur, mereka senganja saling mengirimkan surat untuk sekedar membicarakan
hal-hal yang tidak penting.
Maricha membuka
bantal dan terdapat surat baru disana, ia membacanya.
Selamat hari kasih sayang! Apa kau mendapatkan coklat dari orang
spesial disana? Seandainya kita bertemu, pasti aku akan memberikanmu coklat.
Maricha tersenyum
dan membalasnya.
Tidak ada coklat disini, yang ada hanya rasa takut karena aku baru
saja melihat kecelakaan mengerikan di depan mataku. Jika kau memang ingin
memberiku coklat, kenapa kau tidak menaruhnya di bawah bantal?
Maricha menaruh
surat itu ke bawah bantal. Dan saat ia membukannya, surat sudah berubah. Maricha
membacanya lagi.
Jadi nona cantik malah merasa ketakukan di hari ini? Kasihan
sekali... dan sayangnya coklat tidak bisa aku kirimkan. Dulu kan aku pernah
mencoba untuk mengembalikan diary-mu, tapi gagal. Bantal ini hanya peduli pada
kertas, mungkin aku harus membuat bantal yang lebih besar?
Maricha tersenyum
lagi dan membalas Robert.
Tau darimana aku cantik? Dasar tukang ngegombal! Jangan pernah
mengganti bantalnya, nanti kita tidak bisa berkirim surat lagi.
Maricha menaruh
suratnya dan membaca balasan Robert.
Jadi kau senang bisa berkirim surat denganku? Syukurlah kalau
begitu, karena aku pun senang bisa melakukan ini bersamamu. Jika boleh, aku
ingin tau alamat apartemenmu.
***
Siang itu,
Robert berjalan
sambil memegang surat dari Maricha, ia melihat alamat dalam surat itu dan
berhenti di sebuah proyek. Robert menatap sebuah papan reklame yang sangat
besar bertuliskan apartemen Stark.
Ternyata di tahun
2014 ini, apartemen itu masih dibangun dan baru akan selesai di akhir tahun
2015. Maricha memang benar-benar berasal dari masa depan, dan itu membuat
Robert semakin ingin menemuinya.
Selain itu, Robert
juga menanam pohon di pinggir jalan. Ia berharap, pohon itu bisa membuat Maricha
senang saat tinggal disana.
Setelah menanam
pohon, Robert pulang ke rumah dan masuk ke kamarnya. Ia mulai menulis surat dan
berharap Maricha segera membalasnya.
***
Pagi itu,
Maricha bangun, ia
melihat ke bawah bantal dan membaca surat Robert.
Kemarin aku berkunjung ke apartemenmu yang masih dibangun,
sepertinya di bagian depan apartemen akan sangat panas ya? Jadi aku menanam
sebuah pohon saat para pekerja sudah pergi.
Maricha terseyum
dan membalas suratnya.
Ngapain kamu datang ke tempat belum jadi? Gak ada kerjaan deh, nanam
pohon ilegal. Disana memang panas, setiap hari aku menunggu taxi dengan sedikit
kesal.
Maricha kembali
menyimpan surat itu dan bersiap untuk berangkat.
Saat Maricha keluar
dari apartemen,
Maricha kaget, ia
melihat ada pohon rindang di tempat ia biasa menunggu taxi. Robert... Maricha tersenyum. Maricha
mulai berteduh disana sambil menunggu taxi.
Di rumah sakit,
Seorang polisi
berjalan mencari Delisha.
“Angelo?” Delisha
mendekat.
Angelo tersenyum,
“sayang, apa kau lelah?”
“pertanyaan apa
itu?” Delisha tersenyum dengan aneh.
“aku kan khawatir,
istriku ini adalah dokter terbaik di kota”
“bagaimana dengan
suamiku? Apa dia polisi terbaik di kota?”
Mereka tersenyum.
“ada apa, sayang?”
Angelo menatap
Delisha, “ada yang janggal dari hasil penyelidikan TKP”
“maksudnya?”
“surat yang diduga
permintaan putus dari kekasihnya”
Delisha menatap
Angelo.
“surat itu
tersimpan selama dua tahun” Angelo menatap Delisha, “tapi produksinya baru
tahun kemarin”
“aneh, berarti
selisihnya setahun ya?” Delisha tersenyum, “aku rasa, alat-alat penyidikanmu
sudah rusak”
Angelo menggeleng,
“kami sudah menemui perusahaan yang membuat kertas itu, mereka memang
memproduksi kertas itu satu tahun yang lalu. Dengan gambar sampul yang memakai
karakter terkenal di tahun 2015”
Delisha diam.
“menurutmu,
bagaimana?”
“aku tidak
mengerti” Delisha menatap Angelo, “tapi bisa saja, hasil menyimpanannya yang
salah”
Angelo tersenyum,
“sudah kuduga, seorang dokter memang memiliki pikiran rasional yang tinggi”
“maksudmu, apa?”
Delisha tersenyum, “lebih baik, kau meneliti surat itu lagi dan fokus di bagian
penyimpanan”
“ok, nanti malam
aku akan lembur lagi”
“sepakat” Delisha
tersenyum, “kau memang harus terus berjuang untuk menyelesaikan semua ini”
“o iya, bagaimana
dengan keluarganya?”
“keluarganya ada di
luar kota”
“sayang sekali,
padahal aktor itu baru saja mendapatkan peran utama di sebuah film besar”
“jadi dia aktor?”
“hasil
penyelidikan, dia baru saja selesai syuting”
“sayang sekali”
Delisha mengingat itu.
“baiklah sayang,
aku harus pergi”
“hati-hati”
Angelo mencium pipi
Delisha dan pergi.
Beberapa hari
kemudian,
Maricha yang baru
datang ke apartemennya, masuk ke kamar. Disana, ia membuka bantal dan melihat
surat baru dari Robert.
Bagaimana jika besok kita bertemu? Aku akan memesan tempat di
salah satu restoran dekat taman kota, kau bersedia?
Maricha tersenyum,
ia pun membalas surat Robert.
Ok, tapi kita dinner aja ya? Soalnya besok tanggal 27 Maret, temanku
berulang tahun. Kau tidak keberatan, kan? Atau kita bertemu di hari lain?
Maricha
menyimpannya di bawah bantal dan menunggu sebentar, ia pun kembali membukanya.
Temanmu yang dokter itu ya? Tak masalah, pokonya aku akan
memesan tempat. Agar kita bisa segera bertemu, aku akan membawa setangkai mawar
merah agar kau dapat mengenaliku.
Maricha tersenyum,
“sepakat” ia pun menulis surat dan tidur.
***
Malam itu,
Robert masuk ke
restoran yang ada di dekat taman kota, ia pun mendekati seorang pelayan.
“maaf tuan, meja
sudah penuh. Lebih baik anda memesan dulu sehari sebelumnya agar kami bisa
menyiapkan meja anda”
“aku kesini memang
untuk memesan”
“oh, baiklah kalau
begitu” pelayan itu mengabil sebuah buku, “kapan anda akan makan disini?”
“tanggal 27”
“besok? Tapi besok
malam...”
“bukan besok malam,
tapi dua tahun lagi”
“apa? Aku tidak
salah dengar, kan?”
“sama sekali tidak”
Robert tersenyum, “aku memesan meja untuk dua tahun ke depan, aku ingin meja
itu. Meja yang paling dekat dengan jendela agar bisa melihat pemandangan taman
di malam hari”
Pelayan itu
mencatatnya, “baiklah, tanggal 27 Maret 2016” meski merasa aneh dengan pesanan
itu, tapi ia melihat keseriusan dari mata Robert.
“terima kasih ya”
Robert pun pergi.
Dan di meja dekat
jendela, Angelo sedang melamar Delisha.
“selamat, sekarang
kau sudah lulus menjadi dokter” Angelo mengeluarkan cincin, “ini hadiahmu”
Delisha tersenyum.
“kau mau menikah
denganku kan?”
Delisha pun mengangguk.
***
Di sebuah kedai,
Maricha dan Angelo
sedang merayakan ulang tahun Delisha.
“seandainya Angelo
menyanyikan lagu I Knew I Love You seperti cerita ulang tahunmu, mungkin aku
meleleh” Delisha tersenyum.
“aku juga lupa
siapa yang menyanyikannya untukku, tapi sampai saat ini...” Maricha tersenyum,
“aku masih menyukai lagu itu”
“aku jadi
penasaran, sebagus apa sih nyanyian orang itu?” Angelo menatap mereka.
“ya ampun, maafkan
aku. Aku harus pulang sekarang” Maricha menatap mereka.
“ya... kok
buru-buru amat sih?” Delisha menatap Maricha.
“maafkan aku, malam
ini aku ada janji dengan seseorang”
“ya udahlah, gak
apa-apa. Kalian kan bisa ketemu lagi besok” Angelo mengelus Delisha.
“aku duluan ya” Maricha
tersenyum dan bangun dari tempat duduknya, ia pun pergi.
Angelo tersenyum.
“kenapa?” Delisha
menatap Angelo.
“aku rasa, Maricha
sedang dekat dengan seseorang”
“maksudmu, dia
sudah bisa membuka hati untuk orang lain?”
“entahlah, itu
hanya perasaanku saja”
“semoga saja
perasaanmu benar” Delisha tersenyum.
Di apartemen,
Maricha sudah
bersiap, sebentar lagi ia akan bertemu dengan Robert. Ah... entah apa yang Maricha
rasakan saat ini, senang atau gugup. Maricha pun menatap dirinya di cermin, ia
merasa semuanya sudah siap dan Maricha pun pergi.
Di restoran,
Maricha mendekati
pelayan, “maaf”
“ada yang bisa kami
bantu, nona?”
“aku ingin
menanyakan meja atas nama Robert”
“meja atas nama
tuan Robert? Sebentar ya, saya cari dulu” pelayan itu memeriksa buku.
“ia memesannya dua
tahun yang lalu”
Pelayan itu
teringat, “ya Tuhan... aku kira ini hanya lelucon, aku selalu menanti saat-saat
ini. Mari, silahkan duduk”
Maricha tersenyum,
“terima kasih” ia pun duduk.
“tunggu sebentar
ya, nona”
“iya” Maricha diam.
Waktu menunjukan
pukul 7 malam, Maricha melihat ke arah jendela dan menantikan Robert. Robert
bilang, dia akan membawa setangkai mawar merah untuknya.
“nona, apa anda mau
memesan sekarang?” pelayan itu kembali.
“tidak, nanti saja.
Aku sedang menunggu Robert”
“baiklah”
Satu jam kemudian,
“maaf nona, ini
makanan spesial dari kami untuk anda” pelayan itu menyimpan hidangan di atas
meja.
“tapi aku belum
memesan” Maricha kaget.
“ini gratis,
spesial untuk tamu spesial seperti anda”
“oh, terima kasih”
Pelayan itu pergi.
Jam 9 malam,
Maricha memakan
hidangan itu dan Robert belum juga muncul, “kemana dia? Apa dia ada urusan?
Robert bilang, dia seorang penyanyi. Mungkinkah dia disewa mendadak di sebuah
acara?”
Pelayan kembali
mendekat, “anda mau memesan sekarang?”
“temanku belum
datang”
“baiklah kalau
begitu” pelayan itu pergi.
Jam 10 berlalu,
Meja di sekitar Maricha
sudah mulai kosong, Maricha melihat ke sekitar. Hanya ada pelayan yang sedang
melihat ke arahnya, “mungkin aku memesan sekarang”
Pelayan itu
tersenyum dan mendekat.
Saat pulang,
Maricha masuk kamar
dan melihat surat.
Semoga pertemuan kita hari ini menyenangkan.
Maricha pun
membalas.
Kau sama sekali tidak datang, aku menunggumu dari jam 7 malam sampai
restoran tutup.
Maricha menyimpan
surat itu dan tidur.
Besoknya,
Maricha melihat
balasan dari Robert.
Mana mungkin aku tidak datang? Aku sangat mengharapkan pertemuan
kita, aku sangat ingin bertemu denganmu. Aku minta maaf Maricha, mungkin saat
itu aku ada keperluan mendadak.
Maricha membuang
nafas dan mulai menulis.
Aku rasa, ini memang terlalu aneh. Kita berkirim surat lewat bawah
bantal dan hidup di tahun yang berbeda, mana mungkin kita bisa bertemu? Kita
pasti sudah memiliki hidup masing-masing di masa depan, aku rasa... lupakan saja
rencana pertemuan ini.
Maricha
menyimpannya di bawah bantal dan bersiap untuk kerja.
***
Robert menatap
surat Maricha, ia pun membalasnya.
Aku mohon, jangan katakan itu. Aku tidak akan menyerah untuk
bertemu denganmu, aku akan melakukan apapun. Bahkan jika harus mencarimu
sekarang, aku akan melakukannya.
Robert menyimpan
surat itu di bawah bantalnya.
“Robert” seorang
laki-laki memanggilnya.
“yap, aku kesana”
Robert keluar dari kamar.
“kenapa kau lama
sekali? Kau habis menuliskan imajinasimu?”
“Byun” Robert
tersenyum, “dia nyata, dia adalah perempuan dari masa depan”
“sudah ku bilang,
kan? Kau harus segera punya kekasih sebelum kau jadi gila”
“Byun, itu
benar-benar terjadi. Aku tidak bohong”
“masa bodo” Byun
menuruni tangga, “kau diundang untuk menjadi pembuka di acara konser
boyband-ku”
“benarkah? Terima
kasih, kau memang adik yang baik”
Malamnya,
Di gedung, sudah
berkumpul beberapa penonton. Robert naik ke atas panggung dan mendekati piano,
ia menatap para penonton dan mulai menyanyi.
Di pinggir panggung,
“kakakmu berbakat”
“yap, tapi dia
tidak cocok jika bergrup seperti kita”
“dia sangat
idealist, dia seniman yang benar-benar luar biasa. Itulah yang menyebabkan dia
selalu jadi soloist”
“Byun, kau yakin
akan meninggalkan kakakmu? Kau bilang, dia sakit”
“dia hanya sering
berimajinasi di kamarnya, tapi keadaan lainnya normal kok”
“baiklah jika kau
merasa begitu”
Robert selesai
bernyanyi, ia tersenyum dan turun dari panggung. Robert melihat Byun dan
boyband-nya mulai beraksi, ia pun pergi.
Di jalan,
Robert mulai
menghitung, mungkinkah saat ini Maricha masih kuliah? Aku harus bertemu dengannya, ia tersenyum.
Pagi itu,
Robert keluar dari
kamar.
“selamat ulang
tahun” Byun bersama boyband-nya sudah ada di depan Robert.
“ya Tuhan... ini
sudah tanggal 4 April?” Robert tersenyum, “terima kasih ya”
Mereka pun
merayakan ulang tahun Robert dengan sebuah kue yang sudah Byun siapkan.
Setelah itu,
Robert sudah
bersiap.
“mau kemana kak,
udah rapi kaya gitu?”
“mencari seorang
teman”
“syukurlah,
sekarang kakak sudah sadar dan memilih untuk mencari wanita sungguhan daripada
berkhayal di kamar”
“maksud kamu apa
sih? Perempuan itu nyata dan sekarang, aku akan mencarinya”
Byun diam, ia kaget
karena Robert terlihat begitu marah.
Robert menyesal
membentak Byun, tapi ia tidak bicara dan memilih untuk pergi.
Salah satu teman
Byun memegang pundaknya, “sabar, kakakmu pasti akan berubah perlahan”
“aku tidak mau dia
gila, dia satu-satunya keluarga yang aku miliki saat ini”
Di jalan,
Robert yang
berjalan, tidak sengaja menabrak seseorang.
“aduh” orang itu
jatuh.
“maafkan aku”
Robert terdiam melihat komik Marvel yang jatuh, “ini milikmu?” ia mengambilnya
dan membantu perempuan itu bangun.
“ya, terima kasih”
perempuan itu tersenyum.
“kau suka hero
Marvel?”
“tidak” perempuan
itu tersenyum lagi, “tapi temanku menyukainya, dia sangat suka dengan karakter
Iron Man”
“begitukah?”
“ya, dia memang
menyukai hal-hal aneh. Bahkan dia suka koleksi Action Figures”
“waw, aku baru tau
jika ada perempuan seperti itu”
“ya, tapi meski
begitu, dia sangat baik. Namanya Maricha dan aku berniat mendekor ruangan untuk
ulang tahunnya nanti”
“Maricha?” Robert
kaget.
“ya, apa kau
mengenalnya?”
“eh.., tidak”
Robert tersenyum, “o iya, kenalkan. Namaku Robert”
“aku Rena”
“boleh aku
membantumu mendekor?”
“ah?” Rena kaget,
“tentu... boleh...”
“tenang, aku tidak
akan macam-macam kok. Aku benar-benar berniat untuk membantu, bahkan aku siap
bernyanyi tanpa dibayar”
“benarkah?” Rena
tersenyum, “bersyukur sekali Maricha mendapatkan ini”
“kapan kita mulai?”
“bulan depan, dia
ulang tahun tanggal 13 Mei”
“ok, sampai ketemu
lagi, Ren”
Mereka pun
berpisah.
Robert senang,
sebentar lagi ia akan bertemu dengan Maricha.
Hari itu pun tiba,
Rena sudah selesai
mendekor ruangan dengan gambar heroes Marvel, ia juga menata bagian-bagian lain
agar terlihat indah. Rena mendekati Robert yang selesai melukis Iron Man di
kain panjang.
Robert tersenyum.
“waw, lukisanmu
bagus. Apa kau lulusan dari...”
“bukan” Robert
tersenyum, “aku hanya seseorang yang menyukai seni, berbeda denganmu sang
animator”
“jangan bilang
begitu”
“aku punya teman
yang suka membuat film animasi dan komik, jika kau berminat, kau bisa
menghubunginya. Ini kartu namanya, mungkin kau bisa mencobanya saat kau lulus”
“terima kasih”
“satu lagi” Robert
menatap Rena, “aku punya adik, dia suka komik. Sepertinya dia bisa nyambung
jika bicara denganmu, namanya Byun. Saat ini dia menjadi salah satu personil
boyband”
“Byun? Aku tau
boyband itu, aku tidak menyangka jika kau kakaknya”
Robert tersenyum,
“datanglah ke konsernya, aku akan memberimu tiket gratis”
“terima kasih”
Acara pun dimulai,
Maricha datang
bersama Tony, ia sangat senang dengan dekorasi ruangan itu. Teman kampus Maricha
pun mulai berdatangan.
Saat sedang makan,
Robert naik ke atas panggung. Ia menatap Maricha dan mengucapkan selamat ulang
tahun.
Maricha kaget, siapa orang asing itu?
Robert menatap Maricha
dan mulai menyanyi...
Maybe it’s intuition...
But some things you just don’t question
Like in your eyes... I see my future in an instant
And there it goes... I think I’ve found my best friend
Maricha terdiam, ia
tidak tau lagu apa itu. Tapi Maricha merasa, lagu itu begitu enak didengar.
I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
(Savage Garden – I Knew I Loved You)
Maricha tersenyum.
Tony diam melihat
expresi Maricha.
Saat acara selesai,
Maricha keluar dan
melihat Robert yang sudah menunggunya sambil memegang sebuah kado, Maricha
mendekat.
“hey, selamat ulang
tahun ya” Robert memberikan kado itu pada Maricha.
“terima kasih”
“tolong jangan buka
kado ini sampai tahun 2016”
“ah?” Maricha
kaget, ia harus menunggu 2 tahun lagi untuk membukannya.
“aku serius, ini
memang konyol. Tapi kau membutuhkannya di tahun itu, bukan sekarang”
Maricha masih bingung.
“aku tidak bisa
melakukan hal lain yang membuatmu senang, tapi aku hanya ingin mengingatkanmu
satu hal. Tony bukan pria yang baik, dia akan menduakanmu setelah ini”
“tau darimana
kamu?” Maricha agak kesal.
“aku tidak bisa
menjelaskan, aku tidak mau mengubah kehidupanmu. Aku janji, aku akan kembali
untukmu 2 tahun lagi. Agar aku bisa menjelaskan semuanya” Robert mencium Maricha,
“aku mencintaimu” ia pun pergi.
Maricha hanya diam,
ia tidak menyangka jika pria asing itu akan melakukannya.
“Maricha, siapa itu?”
Tony yang melihat mereka, begitu kesal.
“aku juga gak tau,
aku belum pernah bertemu dengannya”
***
Pagi itu,
Maricha membuka
mata dan membuka surat di bawah bantalnya.
Selamat ulang tahun, Maricha. Jika kau ingat, aku adalah pria
asing yang menemuimu di ulang tahunmu. Dan jika kau masih menyimpan kado
dariku, bukalah sekarang. Kado itu berisi diary-mu, mau kah kau memberiku
kesempatan agar kita bisa bertemu lagi? Semoga harimu menyenangkan.
Maricha terdiam, pria misterius itu Robert? Laki-laki
yang menyanyikan I Knew I love You yang membuat Maricha menyukai lagu itu,
laki-laki yang pertama kali memberitau jika Tony bukan pria yang baik.
Laki-laki yang mencium bibir Maricha dan menghilang entah kemana.
Maricha membuka
lemarinya dan masih menyimpan kado itu, ia pun membukanya. Dan benar, isinya
diary Maricha yang hilang di awal tahun akibat ia taruh dibawah bantal. Maricha
tersenyum, ternyata Robert memang tidak main-main.
Maricha membalas
surat itu.
Terima kasih atas kebaikanmu yang mau mengembalikan diary-ku dengan
susah payah, maaf atas sikapku. Aku senang, kau mau bersabar dan melakukan
semua itu demi aku. Aku siap bertemu denganmu besok di restoran yang sama,
berjanjilah kau akan meberikan kado lain untukku.
Malam itu,
Maricha kembali
datang ke restoran, ia duduk di meja yang sudah di pesan Robert dua tahun yang
lalu. Pelayan itu tersenyum lagi, karena hal konyol itu terjadi untuk kedua
kalinya.
Hp Maricha
berbunyi.
“hallo?” Maricha
mengangkatnya.
“Maricha, ini aku,
Rena”
“Rena?” Maricha
senang, “apa kabar?”
“baik, bagaimana
denganmu?”
“aku baik” Maricha
tersenyum, “kapan kamu kesini?”
“aku tidak tau,
suamiku sibuk dan aku pun masih banyak hal yang harus aku selesaikan. Animasi
buatanku juga hampir selesai, jadi aku harus buat animasi baru untuk
penggantinya”
“sayang sekali”
“tapi suamiku
bilang, tahun depan kami akan kesana. Ada hal yang harus dia selesaikan”
“baiklah, aku akan
menunggumu sampai tahun depan”
“ok, sampai jumpa”
Maricha menyimpan
Hp-nya di meja, ia kaget melihat seseorang di hadapannya.
“hey Maricha”
“Tony?”
“kau sedang apa
disini?”
“aku sedang
menunggu seseorang”
“benarkah?” Tony
duduk, “sudah berapa lama?”
“bukan urusanmu”
“hey, kenapa kau
jadi marah begitu?”
“kamu pikir, aku
bisa dengan mudah memaafkanmu? Setelah kau melakukan semuanya padaku?”
“kau sendiri,
kenapa kau berciuman dengan pria asing di ulang tahunmu saat itu?”
Maricha menatap
Tony, “jika kau tidak pergi, biar aku yang pergi” ia pun meninggalkan Tony.
Maricha menangis,
lagi-lagi Robert tidak muncul. Apalagi alasan Tony mendua karena ia sakit hati
melihat Maricha berciuman dengan Robert saat itu, bisa saja itu benar.
Mungkin selama ini,
Maricha memang salah. Dan satu hal yang benar, ia harus melupakan Robert. Pria
misterius yang berasal dari masa lalu yang mungkin menjadi sumber kekacauan
hidupnya.
Maricha masuk ke
apartemen dan menangis, ia pun menulis surat pada Robert.
Besoknya,
Maricha membuka
pintu apartemen dan melihat Tony ada di hadapannya.
“Maricha”
“mau apa kau
kemari?”
“Maricha, aku mohon
jangan bersikap seperti itu lagi. Aku mencintaimu, aku menyesal telah
menghianatimu. Tolong beri aku kesempatan, aku janji tidak akan mengecewakanmu
lagi”
Maricha terdiam.
***
Robert melihat
surat dari Maricha.
Kau tetap tidak datang ke restoran itu, aku rasa kau sudah hidup
bahagia dengan orang lain di tahun 2016 ini. Hentikanlah semua ini Robert, aku
mohon jangan diteruskan lagi. Kita sudah mencobanya berulang-ulang, tapi
hasilnya sama saja. Mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama, aku
harap, kau mau membuka lembaran baru. Dan mulai sekarang, lupakan aku. Lupankan
jika kita aku pernah hadir dalam kehidupanmu.
Robert terdiam, ia
pun membalas surat Maricha.
Aku tidak akan menyerah Maricha, meski nantinya kau menjadi
milik orang lain sekalipun. Aku hanya ingin membuktikan padamu, jika aku tidak
main-main. Aku akan selalu berusaha mencarimu meski harus bertahun-tahun
sekalipun.
Robert menyimpannya
di bawah bantal, ia berharap Maricha mau membalasnya.
Namun setelah itu, Maricha
tidak pernah membalas surat Robert. Robert sedih, ternyata Maricha benar-benar
tidak mau lagi memperjuangkan semuanya. Tapi Robert tidak akan menyerah untuk
menemukan Maricha, ia akan terus mencari Maricha meski harus menunggu dua tahun
lagi.
Robert menatap
bantal itu, ia berniat memberikan bantal tersebut pada Maricha di apartemennya.
Dan di awal Januari 2016 nanti, semoga saja mereka bisa bertemu. Robert pun
menulis surat.
Aku tidak akan menyerah untuk mencarimu
***
Di apartemen,
Maricha bersiap, ia
akan bertemu dengan teman lamanya yang bernama Rena. Sudah dua hari yang lalu,
Rena datang ke kota ini bersama suaminya. Dan di tanggal 14 februari ini, Rena
mengundang Maricha untuk datang ke rumahnya.
“permisi” Maricha
mengetuk pintu.
“Maricha” Rena yang
membuka pintu, tersenyum.
“hey” Maricha
senang dan memeluk Rena, “ini untukmu, selamat ulang tahun ya”
“terima kasih” Rena
mengambil kadonya, “ayo masuk”
Mereka masuk.
Maricha melihat
lukisan Iron Man di ruang tamu.
“ada apa?” Rena
menatap Maricha.
“ini... gambar ini,
sepertinya aku kenal” Maricha ingat jika gambar itu sama percis dengan gambar
di bantalnya.
Byun mendekat, “ini
lukisan buatan kakakku, dia sangat menyukai tokoh Iron Man. Bahkan tahun
kemarin, kakak menjadi pemeran utama filmnya”
Maricha melihat
tanda tangan di lukisan itu, “siapa nama kakakmu?”
“Robert”
Maricha kaget,
“bukankah dia seorang penyanyi? Kenapa dia berekting?”
“kakak adalah
seorang seniman”
“sekarang kakakmu
dimana?”
Byun tersenyum dan
diam sejenak, “kakak sudah meninggal setahun yang lalu, tepat di hari ini. Saat
itu, kakak baru pulang dari syuting terakhir filmnya. Lalu kecelakaan itu
terjadi, mobilnya tertabrak truk. Saksi yang ada disana bilang, mobil kakak
berbelok mendadak ke dekat kedai pinggir jalan yang ada di depan rumah sakit.
Aku tidak tau kenapa itu terjadi” Byun sedih mengingat itu, “tapi yang aku tau,
kakak selalu berusaha mencari teman khayalannya yang muncul dari masa depan”
“teman khayalan?” Maricha
menatap Byun.
“yap, semua itu
terjadi sejak tahun 2014. Kakak bilang, dia bisa berkomunikasi dengan seorang
wanita yang ada di tahun 2016”
Maricha terdiam
dengan mata yang memerah, hatinya sangat sakit.
“Maricha, kamu
kenapa?” Rena merasa aneh dengan perubahan yang ditunjukan oleh expresi Maricha.
“m..maafkan aku,
Ren. Aku harus pergi” Maricha berlari keluar.
“Maricha?” Rena
kaget, padahal ia berniat memberikan Maricha tiket gratis untuk menonton film.
Di jalan,
Maricha berlari
secepat mungkin untuk sampai ke apartemennya. Sekarang ia mengetahui alasan
kenapa Robert tidak pernah datang jika mereka ingin bertemu, ternyata Robert
memang sudah meninggal. Dan pria yang meninggal di hadapan Maricha saat bertemu
dengan Delisha, adalah Robert.
Aku mohon Robert, aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku
mohon, jangan meninggal sekarang. Itulah yang ada di
pikiran Maricha saat ini.
Di apartemen,
Maricha langsung
masuk ke kamar dan menatap suratnya yang bertuliskan...
Jangan temui aku lagi, Robert...
Maricha pun
menganti surat itu, ia berharap jika semuanya belum terlambat.
Robert,
jika kau membaca surat ini. Aku mohon, turuti permintaanku. Jika hari ini kau
melihatku di sebuah kedai dengan seorang dokter, aku mohon... aku mohon, jangan
temui aku, Robert. Fokus saja untuk pulang, lalu kau temui aku di apartemen
Stark pada tahun berikutnya. Aku mohon, bersabarlah. Tunggu sampai 14 Februari
2017 dan temui aku di apartemenku, aku mencintaimu.
Maricha langsung
menyimpannya di bawah bantal dan berharap Robert membaca itu, Maricha begitu
tegang. Aku mohon Tuhan... aku mohon,
buat dia membaca surat ini.
***
Robert yang sedang
menyetir, melihat Maricha yang sedang duduk di kedai pinggir jalan bersama
Delisha. Ia tersenyum dan bersiap untuk belok mendadak ke kiri, ia menatap
kertas yang ada disampingnya dan kembali melihat ke arah Maricha. Sebuah mobil
truk yang datang dari arah berlawanan, melaju kencang.
Suara klakson pun
terdengar.
***
Tok.. tok.. tok...
Maricha yang
menutup mata sambil berdo’a, mendengar suara. Ia tersenyum dan langsung berlari
ke arah pintu, ia membuka pintu itu dan terdiam.
“hey”
“Tony...?” Maricha
sedih karena bukan Robert yang datang untuk menemuinya.
“ada apa? Kau
baik-baik saja, kan?”
Maricha menahan air
matanya agar tidak jatuh, ia menggeleng sambil tersenyum pada Tony.
“kau yakin?”
“Tony, bisakah kau
pergi? Aku sedang ingin sendirian”
“tapi, Maricha...”
“aku tau, aku
mengerti perasaanmu. Tapi aku tidak bisa kembali padamu, maafkan aku. Pergilah
Tony, jangan temui aku lagi” Maricha menutup pintunya dan menangis.
“Maricha?” Tony
kaget, ia pun diam. Tony kembali menatap pintu dan pergi.
Di dalam,
Maricha terus
menangis, ia sangat menyesal. Seandainya waktu bisa diputar, Maricha tidak akan
menyerah untuk mencari cara agar bisa bertemu dengan Robert. Seperti semangat
Robert yang tidak pernah menyerah untuk menemukan Maricha karena ingin membuktikan
cintanya.
Maricha menangis
sekuat-kuatnya, “Robert... maafkan aku, maafkan aku...”
HP Maricha
berbunyi.
“hallo?”
“Maricha, kau
baik-baik saja?” Delisha yang mendengar suara Maricha, khawatir.
“aku gak apa-apa,
kok. Ada apa, Sha?”
“besok kita makan siang
yu, kamu bisa kan?”
“maafin aku,
kayanya aku gak bisa” Maricha menyimpan Hp-nya.
“hallo? Maricha?”
Delisha kaget.
Maricha hanya bisa
kembali menangis.
Pagi itu,
Maricha bangun dan
melihat bantalnya, surat itu sudah hilang. Maricha terdiam, tapi bisa saja
Robert memang tidak sempat membacanya. Atau mungkin ini memang bantal
satu-satunya yang sekarang sudah tidak Robert miliki.
Maricha bersiap
untuk kerja, ia membuka pintu dan keluar dari apartemen.
Di luar,
Maricha terdiam
melihat seorang pria yang sedang menatapnya.
“Maricha” pria itu
tersenyum.
Air mata Maricha
menetes, pria itu adalah Robert.
Robert mendekat dan
masih tersenyum menatap Maricha.
Maricha tersenyum,
ia terharu melihat Robert yang masih hidup. Ternyata Robert masih sempat
membaca suratnya sehingga kecelakaan itu tidak terjadi, Maricha hanya bisa
menangis.
Robert pun memeluk Maricha.
“Robert...” Maricha
terus menangis.
Robert mengelus Maricha
yang menangis di pelukannya.
“Robert, maafkan
aku. Aku mencintaimu”
Robert menatap Maricha
dan menciumnya.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar