Selasa, 07 Oktober 2014

The Reason

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Hurt, Romance, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah taman,
“jadi kamu mau kuliah di luar negeri?” seorang perempuan menatap laki-laki dihadapannya dengan sedih.
Laki-laki itu mengangguk, “aku juga akan memimpin perusahaan ayah yang ada disana setelah aku lulus nanti”
Perempuan itu menunduk.
Laki-laki itu tersenyum dan memegang kedua pundak perempuan dihadapannya, “Serra, tatap aku”
Serra menggeleng dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Serra...”
Serra menatap laki-laki itu.
“aku janji, setelah aku berhasil nanti. Aku akan kembali untukmu”
“kamu gak bohong kan?”
Laki-laki itu menggeleng, “aku serius, aku Robert Downey Jr. akan kembali dan menikahimu. Kamu mau kan nungguin aku?”
Serra tersenyum dan mengangguk, “kamu janji kan?”
“ya, aku janji”

***

Lima tahun kemudian,
Robert tidak pernah memberi kabar lagi kepada Serra, Serra sangat sedih dan cemas. Kabar terakhir dari Robert adalah dia telah lulus dari universitasnya.
Robert, bagaimana kabarmu sekarang? Kenapa kau tidak pernah menghubungiku lagi? Bahkan surat-surat dariku tidak pernah kau balas, apa kamu sudah pindah? Kenapa kau tidak memberitauku?
Serra pun berusaha mencari tau kabar Robert kepada ibunya, tapi selalu gagal. Ibu Robert tidak pernah mau bertemu dengan Serra, bahkan pintu gerbang rumahnya pun tidak pernah dibuka untuk Serra. Selama ini ibu Robert memang tidak pernah menyetujui hubungan mereka.

***

Tak terasa sudah sepuluh tahun berlalu sejak kepergian Robert dan media pun tiba-tiba heboh dengan kemunculan pengusaha muda yang saat ini sedang menjadi perhatian dunia.
Saat Serra sedang melewati sebuah toko, berita pun sedang disiarkan di tv. “Robert Downey Jr., pegusaha muda ini dikabarkan akan kembali ke negara asalnya. Berikut adalah penuturannya”
Serra berhenti melangkah dan menatap tv tersebut, “Robert?” Serra kaget dengan penampilan Robert yang berbeda.
Seorang reporter sedang mewawancara Robert.
Robert tersenyum dan berkata, “ya, aku akan segera kembali. Aku rindu dengan tanah kelahiranku dan ibuku”
Serra senang mendengar itu, “ya Tuhan... syukurlah dia akan kembali” Serra berlari ke toko majalah dan melihat sampul majalah yang semuanya bergambar Robert, “pak, aku beli majalah yang itu”
“silahkan non”

***

Di rumah,
Serra duduk di kursi dan membaca semua berita tentang Robert, tapi ia terdiam. Disana dikatakan Robert berpacaran dengan super model asal Inggris.
Gak mungkin, ini pasti cuma gosip. Aku tau, Robert tidak akan pernah mengingkari janjinya.

***

Beberapa hari kemudian,
Di bandara,
Robert turun dari jet pribadinya bersama pacarnya yang bermana Irish.
“Robert... Robert...” orang-orang disana ramai menyambutnya.
Robert tersenyum dan masuk ke mobil.
“selamat datang tuan” supir menyambutnya.
Robert tersenyum, “kau membawa barang yang ku pesan?”
“iya tuan, minumannya ada di kulkas”
Robert membuka kulkas mobil dan mengambil minumannya.
“sayang, udah dong jangan minum terus” Irish yang duduk disamping Robert, menatapnya.
“kau itu tidak tau apa-apa”
Irish diam dengan sedikit kesal.

***

Di depan rumah Robert,
Supir tiba-tiba mengerem mobilnya, kiiik...
“ada apa?” Robert kaget.
Supir menoleh, “maaf tuan, ada perempuan yang berdiri di depan gerbang”
“siapa sih? Jangan-jangan dia itu fans kamu lagi” Irish semakin kesal.
Supir membuka jendela mobil dan mengeluarkan sedikit kepalanya, ia menatap perempuan yang menghalangi jalan. “maaf nona, permisi. Saya mau masukin mobil ke dalam rumah”
Perempuan itu berteriak, “Robert, ini aku Serra. Tolong keluar dari mobil, aku ingin bicara”
Robert menatap Serra dan membuka pintu mobil, raut wajahnya berubah kesal.
“sayang” Irish memegang tangan Robert, “siapa dia?”
“tunggu saja disini” Robert melepaskan tangan Irish dan keluar dari mobil, ia mendekati Serra. “apa yang kau ingin kan?”
Serra sedih mendengar itu, “Robert, kenapa kamu bicara seperti itu? Ini aku Serra, pacarmu. Kau ingat kan? Sepuluh tahun yang lalu....”
“cukup!” Robert membentaknya, “aku itu baru datang, aku cape. Lebih baik kamu pergi, aku gak mau ngeliat kamu lagi. Atau perlu aku panggil satpam?”
Serra kaget, “b..baiklah... aku akan pergi” ia menangis dan pergi.
Robert masih menatap Serra.
Seseorang membukakan pintu gerbang dari dalam, “silahkan masuk tuan”
Robert tersenyum dan masuk.

***

Di rumah Serra,
Serra menangis di atas ranjang sambil memegang foto Robert, Robert.. kenapa kau bersikap seperti itu padaku? Apa salahku? Apakah kau sudah melupakan janjimu padaku?

***

Di rumah Robert,
Robert yang baru masuk, langsung disambut oleh ibunya.
“Robert” ibu memeluk Robert.
“hey bu” Robert mencium kedua pipi ibunya.
“nak, kenapa mulutmu bau alkohol? Kau minum?” ibu kaget.
“hanya sedikit” Robert tersenyum.
“tapi sejak kapan? Sejak kapan kau suka minum?” ibu mulai khawatir.
“aku rasa ibu mengetahuinya”
“selamat siang tante” Irish masuk.
“Irish? Ya ampun, kamu semakin cantik saja”
“terima kasih”

***

Besoknya,
Di sebuah gedung, sedang diadakan pesta besar.
Robert berdiri di panggung, “ayo semuanya, kita berpesta. Haha..” Robert tertawa sambil minum.
“yeah” semua orang disana berteriak gembira.
Di sudut,
Ibu Robert hanya berdiri diam, ia cemas melihat tingkah Robert. Ibu pun mendekati Irish, “Irish, apa kau tau sejak kapan Robert suka minum?”
“kalau gak salah, Robert pernah bilang dia mulai minum sejak lima tahun yang lalu”
“lima tahun yang lalu?” ibu kaget, jangan-jangan ini karena surat itu?
Robert tersenyum dan menatap semua orang disana, “aku suka dengan semangat kalian, ayo tepuk tangan untuk kalian semua” ia pun bertepuk tangan.
Ibu mulai kesal dan berjalan ke panggung, ia naik dan mendekati Robert, “Robert, hentikan!”
“ibu? Ada apa?” Robert kaget dan menatap ibunya, ia pun mulai mengambil segelas minuman dari meja di sampingnya.
“jika kau minum lagi, ibu akan membubarkan pestamu”
“ya ampun bu, ibu kenapa sih? Lebih baik ibu santai, tenang ok”
Preng...
Ibu melemparkan gelas yang dipegang Robert, “tenang? Mana mungkin ibu bisa tenang melihat sikap anak ibu yang seperti ini?!”
Semua orang yang berada disana terdiam melihat itu.
Irish pun mulai khawatir dan mendekati ibu Robert, “tante sebaiknya tante pulang saja”
“baiklah, lagi pula tante sudah tidak tahan disini” ibu menatap Robert dan pergi.
Irish pun menatap Robert, “kau lihat? Apa yang kau lakukan pada ibumu?” Irish turun dari panggung dan mengikuti ibu Robert pulang.
Robert terdiam, ia menunduk sedih. Tapi Robert kembali minum, ia mengambil botol yang ada di meja dan menatap semua orang. Robert tertawa. “ayo kita pesta lagi”

***

Di luar gedung,
“apa benar disini alamatnya?” Serra yang berjalan bingung mengintip ke dalam gedung, ia pun melihat Robert ada disana. “Robert” Serra tersenyum, ia memberanikan diri untuk masuk.

***

Di dalam gedung,
“yeah” Robert menari bersama orang-orang yang masih berpesta disana.
“Robert” Serra yang baru masuk langsung memanggil Robert.
Robert berhenti menari dan menatap Serra, “mau apa lagi dia?” wajahnya mulai kesal.
Serra mendekati Robert, “Robert” ia tersenyum, “kau sedang berpesta?”
“kau lagi, kau lagi. Kau itu siapa? Memangnya kita pernah saling mengenal?”
“ya Tuhan..., ini aku Serra. Coba kau ingat-ingat, saat kita SMA kita berpacaran”
“benarkah? Tapi saat ini kita bukan anak SMA, itu artinya kita tidak pacaran”
Serra terdiam.
“lagi pula, aku itu orang kaya. Mana mungkin pacaran sama orang seperti kamu” Robert menatap Serra, “jadi Se...Se..Serry, harusnya kau bercermin terlebih dahulu sebelum bicara”
Serra menahan emosinya, “namaku Serra, bukan Serry” ia pergi dengan rasa sakit hati.
Robert menatap Serra yang pergi, ia menunduk.
Seorang keamanan pun mendekati Robert, “maaf tuan, apa perempuan itu mengganggumu?”
“tidak, biarkan saja. Lagi pula dia akan pergi”
“baiklah”
Robert berbalik dan kembali minum.
Irish kembali datang ke gedung, ia naik ke panggung dan mengambil mic. “maaf semuanya, pesta telah selesai”
“ah...” orang-orang disana kecewa.
Robert naik ke panggung dan mendekati Irish, “Irish, apa maksudmu?”
“Robert, ini sudah melebihi tengah malam”
“aku tau ini dini hari”
“nah, makanya kita harus menghentikan pesta ini”
“tapi aku masih...”
“Robert sudah, kau keterlaluan jika terus melanjutkan ini. Apa kamu gak kasihan? Ibumu sangat terpukul dengan sikapmu”
“ok ok” dengan wajah yang sedikit kecewa, Robert membubarkan pestanya.

***

Pagi itu,
Robert sedang melamun di balkon luar kamarnya sambil memegang segelas minuman.
Ibu Robert masuk dan mendekati Robert ke balkon, “Robert, kamu apa-apaan? Ini masih pagi, tapi kau malah minum. Apa kau tidak ada pekerjaan lain?” ibu kesal.
Robert menoleh dan menatap ibunya, “aku tidak tau harus bagaimana, jika ibu mau aku berhenti minum. Beri saja aku pekerjaan yang banyak”
“ibu menyuruhmu pulang agar kita bisa bersama, bukan untuk membuatmu terus bekerja”
“maafkan aku bu”
Ibu memeluk Robert, “ceritakan pada ibu, apa yang menyebabkanmu menjadi seperti ini?”
“ibu tau sendiri kan? Lima tahun yang lalu, hatiku sangat hancur. Aku terpuruk bu, tapi dengan ini. Aku bisa melupakannya”
“tapi ini hanya membuatmu lupa sementara nak”
“maka dari itu aku selalu membutuhkannya”
“Robert, ini tidak baik untuk kesehatanmu”
“aku tau”
“kalau begitu, hentikan”
Robert mengeleng, “jika aku berhenti, aku tidak akan pernah bisa melupakan dia”
“nak, kau itu sudah menjadi pria mapan sekarang. Banyak wanita yang memimpikanmu untuk menjadi kekasih mereka, di dunia ini bukan hanya ada Serra. Lagi pula saat ini kau sudah punya Irish kan? Lupakan Serra”
“cukup bu, jangan sebut nama dia lagi” raut wajah Robert berubah kesal.
“ya sudah, ibu minta maaf”

***

Siangnya,
Robert masuk ke mobil.
“mau kemana tuan?” supir menatap Robert lewat spion depan.
“kita berkeliling saja, aku sudah mulai lupa ada apa saja di kota ini”
“baik tuan”
Saat melewati sebuah taman,
Robert terdiam, ia ingat akan masa lalunya bersama Serra. “bisakah kita berhenti disini?”
Supir kaget, “baik tuan”
Robert turun dari mobil, “kau tunggu disini saja, aku cuma keliling sebentar”
“siap tuan” supir pun menunggu di mobil.
Robert mulai berjalan melalui taman yang di kelilingi bunga dan ia berhenti di tengah-tengah taman. Robert melihat sebuah bangku, ia ingat. Dulu, setiap pulang sekolah. Ia dan Serra selalu kemari dan Robert pun teringat akan janjinya.
“Robert?”
Robert menoleh, ternyata Serra ada disana.
Serra tersenyum, “apa kau ingat dengan masa lalu kita?”
“kenapa kau selalu mengikutiku?” Robert menatapnya.
Serra mendekat, “aku tau kau ingat padaku, jangan bohong lagi Robert”
Robert memalingkan wajahnya dengan senyuman sinis.
“Robert, kau itu kenapa? Apa salahku?” Serra menatapnya kesal.
“apa salahmu?” Robert menatap Serra, “harusnya kau bertanya pada dirimu sendiri”
“apa maksudmu? Selama ini aku selalu menanti kabar darimu, aku selalu mengirim surat padamu. Tapi kau, kau tidak pernah membalasnya” Serra menangis, “dan sekarang, kau malah datang dengan wanita lain. Mana janjimu? Apa kau sudah melupakannya?”
Robert mengangguk dan tersenyum, “untuk apa aku menepati janji pada seorang penghianat?!”
“Robert, aku tidak mengerti”
“bukankah kau sudah menikah dengan pria lain? Lima tahun yang lalu, aku mendapat undangannya”
“ya Tuhan..., kau itu bicara apa? Aku tidak pernah menikah dengan siapa pun”
“oh benarkah?” Robert tertawa, “aku punya buktinya, sebuah surat undangan berwarna pink yang jelek itu. Besok akan ku berikan padamu”
Plak...
Serra menampar Robert, “jika kau tidak percaya, kau bisa bertanya kepada siapa pun di kota ini. Aku selalu menunggumu Robert, karena aku percaya pada janji kita. Tapi kenyataannya, kaulah yang menghianatiku. Kau menghianati cinta kita, sekarang semuanya sudah jelas. Kau memang sudah banyak berubah, kau bukan Robert yang aku kenal dulu. Jika kau memang ingin mengakhiri ini, seharusnya kau bicara sejak dulu. Agar hatiku tidak terlalu sakit, kau tidak tau betapa sedihnya aku. Aku benci padamu, aku menyesal pernah mengenalmu dan aku menyesal telah mencintaimu” Serra pergi dengan air mata yang berlinang di pipinya.
Robert terdiam, ia tidak mengerti. Apa maksud dari semua ini?

***

Di rumah Robert,
“ibu, ibu!” Robert masuk ke rumah dengan berteriak.
“ada apa nak?” ibu mendekati Robert dengan kaget.
“katakan yang sebenarnya, Serra belum menikah kan?”
Ibu takut, “ah... emh...”
“jawab aku, kenapa ibu diam saja?”
Ibu menunduk, “i..ibu minta maaf nak, sebenarnya surat undangan itu sengaja ibu buat agar...”
“cukup, semuanya sudah jelas” Robert kesal.
“dengarkan dulu nak, ibu hanya ingin yang terbaik untuk masa depanmu”
“yang terbaik untuk masa depanku? Sadarkah ibu? Ibu malah menghancurkan masa depanku” Robert semakin emosi dan matanya berkaca-kaca, “ibu telah membuat hatiku hancur dengan mengarang cerita bohong, ibu bilang Serra telah menikah dengan pria lain. Sadarkah ibu telah membuatku terpuruk?” Robert menarik nafasnya, “lebih baik aku pergi dari sini”
“Robert, kamu mau kemana nak?”
Robert masuk ke kamarnya dan mulai membereskan pakaianya.
Irish yang melihat itu pun sedih, ternyata selama ini aku hanya menjadi pelampiasanmu saja? Kenapa kau setega ini? Padahal aku begitu tulus mencintaimu Robert, air matanya menetes.

***

Malam itu di sebuah bar,
Robert yang duduk, menyandarkan kepalanya ke meja. “pelayan” dengan lemas Robert memanggil pelayang, “tambah lagi minumannya”
“cukup Robert”
Robert menoleh, ternyata itu Irish. Ia tersenyum, “Irish, apa kau membenciku sekarang?”
“tidak, aku justru sangat iba melihatmu berantakan seperti ini”
“benarkah?”
Irish menangis dan membantu Robert duduk tegak, “tidak seharusnya kau begini”
“kau tidak tau apa-apa”
“kau selalu bilang begitu padaku, aku tau Robert. Aku tau betapa hancurnya hatimu, aku tau selama ini hidupmu penuh dengan sandiwara. Tapi aku selalu diam karena aku mencintaimu” Irish mengelus Robert.
“tapi aku tidak, aku rasa ini saat yang tepat untuk kita putus”
“dan ini saat yang tepat bagimu untuk berubah”
Robert menatap Irish dan tersenyum, “aku rasa semuanya sudah berakhir”
“Robert, semua ini belum berarkhir. Kau masih bisa untuk merubahnya, Pergilah. Temui Serra, beritau dia jika kau sangat mencintainya”
“dia sudah membenciku sekarang”
Irish kesal, ia menampar Robert. “jika kau benar-benar lelaki sejati, harusnya kau bisa menyelesaikan semua ini”
Robert menatap Irish.
“ibumu bilang padaku, ia amat menyesali semua perbuatannya”
“dan dia menyuruhmu untuk menjemputku pulang, iya kan?”
“ya, itu benar. Tapi dia juga bilang, dia akan merestui hubunganmu dengan Serra”
Robert terdiam.
“ayolah Robert, semuanya tidak harus berakhir seperti ini. Setidaknya kau berjuang dulu”
“kau benar, maafkan aku Irish” Robert menunduk.
Irish pun memeluknya, “kamu harus semangat ya”

***

Hari itu,
Robert datang ke rumah Serra, ia mengetuk pintu.
Serra membuka pintunya, “mau apa lagi kamu?”
“Serra, aku minta maaf” Robert sangat menyesal atas sikapnya.
Serra tersenyum dengan kesal, “minta maaf? Setelah semua yang telah kau lakukan padaku? Apa aku tidak salah dengar?”
“Serra, tolong...”
“cukup Robert, pergilah dari sini. Aku tidak mau melihatmu lagi”
“Serra” Robert memegang tangan Serra.
“lepaskan aku” Serra semakin kesal.
“lepaskan tangan anakku” ayah Serra keluar dan menatap Robert.
Robert pun melepaskan tangan Serra, “maaf paman”
Ayah Serra mendekati Robert, “mau apa kau kemari?”
“paman, aku hanya ingin meminta maaf dan melamar anak paman”
“melamar Serra? Enak saja kau” ayah Serra tersenyum sinis, “setelah kau menyakiti hati anakku, kau ingin melamarnya?”
“paman” mata Robert mulai berkaca-kaca, “aku tau aku salah, mungkin sangat bersalah kepada Serra. Tapi aku tidak pernah ingin menyakiti hatinya, aku sangat mencintai Serra paman. Selama ini aku ditipu”
“alah” ayah Serra mendorong Robert, “kau hanya bohong kan? Orang sepertimu memang senang mempermainkan orang kecil seperti kami”
“ya Tuhan..., tidak paman. Aku  sangat tulus mencintai Serra, aku tidak bohong” Robert berlutut, “aku mohon paman, beri aku kesampatan untuk memperbaiki semuanya. Aku akan buktikan jika aku benar-benar mencintai Serra, aku akan membahagiakannya”
Serra kaget melihat itu, Robert berlutut di depan ayahku?
“aku sudah tidak percaya padamu” ayah Serra masih sangat kesal.
“tolong paman”
“pergi!”
“paman...”
“kau ini benar-benar...” ayah mengepalkan tangannya dan mau memukul Robert.
“ayah, jangan” Serra menghalangi ayah dan duduk di hadapan Robert, “apa semua yang kau katakan itu benar?”
Robert menatap Serra, “iya Serra, lima tahun yang lalu ibuku membawa sebuah undangan. Itu adalah undangan pernikahanmu, bodohnya aku. Aku langsung percaya begitu saja, maafkan aku Serra. Sekarang aku baru tau jika semua itu tidak benar”
Serra tersenyum dan air matanya menetes, “aku senang kau sudah kembali, sepuluh tahun kita berpisah dan lima tahun tanpa kabar adalah hal terburuk dalam hidupku”
“maafkan aku Serra...”
Serra memeluk Robert, “sudahlah, kita lupakan semua itu. Aku mencintaimu Robert, aku selalu menunggumu karena aku percaya kau akan menepati janji kita”
Ayah hanya diam, tapi ia tersenyum dan meninggalkan mereka.
Robert dan Serra berdiri, mereka saling tatap.
Robert mengelus Serra, “kau masih seperti dulu, cantik dan tulus. Aku selalu menyukaimu”
“ya, dan meskipun dandananmu terlihat berbeda. Tapi aku tau, kau tetaplah kau. Pria rendah hati yang tidak pernah memandang rendah orang-orang sepertiku”
“maaf aku telah kasar padamu” Robert tersenyum, “o iya, ibuku sudah merestui kita. Aku tidak ingin menunda lagi, aku akan segera menikahimu seperti janjiku dulu”
“bagaimana dengan Irish?”
“kami sudah putus, dia juga sudah mengetahui yang sebenarnya. Bahkan Irish yang memberiku semangat untuk menemuimu dan memperbaiki semuanya, maafkan aku Serra. Aku sungguh-sungguh menyesal”
Serra mengelus pipi Robert, “sudahlah, jangan pikirkan itu lagi”
Robert pun mengajak Serra ke rumahnya,
Ini adalah pertama kalinya Serra masuk ke rumah Robert, ibu Robert pun menyambutnya dengan ramah. Ia meminta maaf dan memeluk Serra. Robert senang melihat itu dan Serra pun bahagia karena akhirnya ibu Robert mau menerimanya.

***

Satu bulan kemudian,
Robert menikahi Serra, dengan pesta sederhana yang elegan. Mereka mengikat janji suci untuk selamanya.
Serra menatap Robert, “aku selalu percaya jika kau tidak akan pernah mengingkari janjimu”
Robert tersenyum dan mencium kening Serra.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar