Minggu, 16 November 2014

Carla 2

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Comedy garing, Crime
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Suatu malam,
Robert sedang berjalan sambil membawa bunga, ia berjanji untuk datang ke rumah Carla malam ini. Tapi, langkah Robert terhenti di antara kerumunan.
Sepertinya ada yang mengikutiku, matanya melihat ke sekitar dengan penuh waspada. Apa aku sedang diawasi? Atau ini hanya perasaanku saja?
Robert kembali berjalan.
Di tengah perempatan,
Banyak orang yang berjalan ke arah Robert, mereka menatap Robert sambil membawa senjata, bahkan ada juga yang membawa benda tumpul lainnya.
Robert memiliki firasat buruk, ia berbalik. Tapi dari arah lain pun mereka berdatangan, Robert terkepung.
Di rumah Carla,
“Robert mana sih? Kok belum datang juga?” Carla kesal.
“sabar non, kakak Robert kan gak pernah ingkar janji” Danang yang membawakan jus tersenyum.
“iya non, tenang aja” Darto pun meminumnya.
“e..eh.. mas Darto, itu buat non Carla” Danang kaget.
“oh, salah ya?” Darto polos, “maaf ya non”
“gak apa-apa mas” Carla tersenyum, “mas Danang juga kalau mau, bikin aja”
“ah, enon. Si Danang mah gak disuruh juga suka bikin”
“sst, bapak. Jangan ngomong gitu ah” Danang takut.
“gak apa-apa kok, kalian kan udah aku anggap keluarga”
“ah, yang bener non? Berarti kita harta yang paling berharga dong?” Danang senang.
Mereka pun bernyanyi,
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Mutiara paling indah adalah keluarga
Carla tersenyum mendengar itu.
Di perempatan jalan,
“serang” mereka semua menyerang Robert.
Seseorang yang melihat itu, hanya tersenyum dari atas.
Besoknya,
“non, mau sekolah kagak? Udah siang non” Danang mengetuk pintu kamar Carla, “non?”
“iya mas” Carla keluar dengan lemas.
“yah, kok enon gak semangat gitu sih? Pasti mikirin yang tadi malem ya? Tenang aja non, mungkin kakak Robert-nya ada urusan mendadak”
“tapi mas, sampe sekarang dia gak ngasih kabar apa-apa sama aku. Aku takut dia kenapa-kenapa”
“udahlah non, kan sekarang kakak Robert udah jadi orang baik. Dia pasti baik-baik aja”
Carla mengangguk.
Di mobil,
Darto sudah menunggu mereka.
Beberapa bulan kemudian,
“eh..” Robert membuka matanya, ia terikat dan terdapat luka di sekujur tubuhnya.
“bagaimana kabarmu Robert?” bos mereka tersenyum.
“siapa kau?” Robert menatapnya.
“aku? Kau tidak kenal aku? Berapa lama kau berada di dunia mafia?”
“aku bukan penjahat lagi”
“kau bukan penjahat? Benarkah? Hajar dia”
“ah” Robert tak berdaya.
“ok cukup, aku tidak ingin dia mati sekarang. Aku ingin dia mati secara perlahan dan menyakitkan”
Di rumah Carla,
Carla menangis sambil memegangi fotonya bersama Robert, “Robert, kamu dimana sih? Aku kan kangen banget sama kamu, kenapa sampe sekarang kamu gak ada kabar? Kamu kemana Robert?”
Danang dan Darto mengintip dari pintu.
“pak, kasihan ya non Carla”
“iya, kacian. Kita harus nolongin dia Nang”
“tapi, gimana caranya?”
“kita upgrade GPS kita, jadi makin canggih”
“setuju pak”
Besoknya,
“Nang, kamu aja ya yang nganterin non Carla. Aku masih harus benerin GPS-nya nih”
“masih belum sempurna ya pak?”
“ho’oh”
“ok lah kalau begitu”
Carla bersiap untuk sekolah.
“aduh non, maaf nunggu lama” Danang tersenyum.
“lho, mas Darto mana?”
“biasa non, ada misi rahasia”
“James Bond? Aku kira dia masuk angin lagi”
“ah, pasti yang ada di fikiran enon, mas Darto tua dan lelah kan?”
“itu sih kata mas Danang, udah yu. Bentar lagi masuk”
“siap non”
Mereka masuk ke mobil.
Tanpa mereka sadari, sebuah benda bulat dengan lampu yang berkedip-kedip menempel di bawah mobil.
Di perjalanan,
Kedipan benda itu semakin cepat.
“mas, kalau Robert kenapa-kenapa gimana ya?”
“jangan gitu non, kakak Robert kan jago bela diri. Pasti dia baik-baik aja”
“tapi perasaanku selalu gak enak, hp-nya juga gak pernah aktif. Robert itu kan mantan penjahat, aku takut dia...”
Dwar...
Mobil mereka pun meledak.
Seseorang yang merekam kejadian itu tersenyum dan masuk ke sebuah mobil, ia pun pergi.
Di sebuah tempat,
Robert yang lemas dibawa ke ruangan bos mereka.
“mau apa lagi kau?” Robert menatap orang itu.
“ada sesuatu yang ingin aku tunjukan padamu” bos tersenyum, “putar vidionya”
Robert kaget melihat mobil Carla meledak, “apa yang kalian lakukan?” ia kesal.
“ah, tentu saja membalas kematian adikku”
“jika kau ingin balas dendam, bunuh saja aku. Jangan sakiti dia” mata Robert memerah, “jika terjadi sesuatu padanya, aku akan membunuhmu”
“memangnya kau bisa?” bos mendekat, “dengar ya, gara-gara perempuan itu. Kau membunuh bosmu dan asal kau tau, bosmu adalah adikku”
“kau kakaknya?” berarti pria ini juga punya ikatan darah denganku, Robert terdiam.
“ya, dan aku ingin kau merasakan sakit seperti aku kehilangan dia” bos itu menodongkan pistolnya ke kepala Robert, “pacarmu sudah mati sekarang”
Air mata Robert menetes, ia sangat sedih mendengar itu. Carla sudah meninggal?
Bos tertawa, “kalian lihat, pria paling berbahaya ini menangis di depan kita” ia memukul kepala Robert dengan pistolnya.
“ah” Robert pingsan.
“ternyata kau tidak ada apa-apanya”
Di rumah sakit,
“Danang, Nang. Kamu gak apa-apa kan?”
“aduh, badanku sakit semua pak. Hiks..hiks...”
“yang penting kamu selamet” Darto memeluk Danang yang menangis.
“gimana keadaan non Carla?”
“non Carla masih belum siuman”
Di ruang perawatan Carla,
“sayang, bangun nak. Kamu harus kuat, jangan tinggalkan ayah” ayah Carla begitu sedih.
Polisi pun datang dan mengatakan bahwa ini adalah pembunuhan berencana.
Malamnya,
Danang sudah tidur.
Darto menatapnya, “kamu tenang aja Nang, aku pasti akan membalas mereka” Darto berdiri dan pergi.
Di gedung,
Robert sedang dihajar.
Bos menjambak rambut Robert, “jadi kau anak dari adikku?”
“i..iya..”
“kenapa kau membunuh ayahmu sendiri?”
“ah, aku..”
“apa karena wanita itu kau membunuhnya?”
“saat itu, aku tidak tau dia ayahku. Ah...”
“kurang ajar kau” bos begitu kesal, “hajar dia, lalu masukan ke sel bawah tanah” bos pergi dengan kesal.
Di rumah Carla,
Darto masuk ke kamarnya, ia menekan sebuah tombol dan tempat rahasia pun terbuka. Darto membawa beberapa peralatan, dan terakhir. Ia mendownload GPS-nya yang sudah sempurna.
“ini saatnya aku mencari Robert”
Di ruang bawah tanah,
Brak...
Robert dilempar dan mereka menguncinya.
“ayo kita tinggalkan dia” mereka pun pergi.
Robert yang tidak berdaya, hanya bisa diam terbaring. Tapi tiba-tiba, Robert mendengar sesuatu. Ia membuka matanya dan melihat ke sekitar, suara apa itu?
Seseorang membuka kunci teralis.
Robert menatapnya, “mas Darto?”
“sst...” Darto mendekat, “ya ampun mas, kok bisa luka-luka kaya gini?”
“aku, ah...”
“pelan-pelan mas” Darto membantu Robert berdiri, “wah, sekarang mas kumisan ya?”
“mana bisa aku cukuran? Setiap hari mereka menyiksaku”
“ok mas, sekarang kita harus pergi dari sini. Aku akan bawa mas ke rumah sakit” Darto memasangkan sesuatu di dinding.
“apa itu mas?”
“itu bom”
“bom?”
“iya, bom buatan Danang-Darto” Darto memapah Robert.
“sekarang aku mengerti kenapa ayah Carla memilih kalian”
“ah, gak sehebat itu kok”
“bagaimana keadaan Carla? Dia masih hidup kan?”
“non Carla masih belum siuman, Danang juga lukanya parah. Seluruh tubuhnya dibalut pake perban, kaya mumi pokoknya. Makanya aku datang kesini sekalian balas dendam”
“kamu bawa senjata?”
“tentu dong” Darto memperlihatkan senjata ciptaannya.
“bagus, ayo kita balas mereka”
“tapi mas, lukamu bagaimana?”
“mas Darto tenang aja, aku masih punya tenaga sampai gedung ini hancur”
Di rumah sakit,
“mas Darto mana ya? Kok gak ada? Perasaanku jadi gak enak lagi, mana hp-ku udah hancur. Gak bisa deh nyari lewat GPS” Danang khawatir.
Di ruang perawatan Carla,
Ayah masih setia menunggu Carla, ia berharap Carla segera siuman. “kamu harus bertahan nak”
Di gedung,
“kau siap?”
Darto mengangguk.
“ayo mulai” Robert tersenyum melihat beberapa orang yang berjaga.
Dor...
Salah satu penjaga tumbang dan membuat penjaga yang lain panik.
Tanpa ragu, Robert keluar dari persembunyian dan terjadi tembak-menembak diantara mereka.
Dor... dor... dor...
Darto masih bersembunyi, ya ampun. Mas Robert, lukanya kaya gitu juga. Masih aja semangat, Darto bingung, gimana ini? Aku gak bisa tembak-tembakan, ia cemas. Enggak, gak boleh gitu. Kalau gak shanggup, shanggupin. Aku harus membalas apa yang mereka lakukan pada Danang dan non Carla.
“hiat” Darto keluar dan menembaki mereka.
Robert kaget, dan berusaha menghindar dari peluru yang ditembakan Darto. “mas kontrol mas, jangan asal nembak”
“maaf mas, hehe” Darto tersenyum.
Setelah para penjaga tewas,
“ayo kita ke tahap berikutnya”
“siap”
Mereka terus berlari ke atas.
“mas, berapa lama lagi bomnya meledak?”
“mungkin 30 sampai 45 menit lagi mas, atau mungkin...?? eh?? Ah...”
“kok gak pasti?”
“tadi aku masangnya agak tegang”
“jadi sebenarnya mas Darto gak tau kapan bom itu meledak?”
“hehe, iya mas”
“ya ampun, ok deh. Ayo kita mulai perangnya, aku rasa mereka semua ada disana”
“tapi”
“jangan ragu mas, kita harus menyelesaikannya sebelum gedung meledak” Robert kembali menembak.
Ya ampun, itu orang. Seneng banget kayanya, udah lama dia gak beraksi kaya gini. Darto pun ikut menembaki mereka dari belakang Robert.
Mereka semakin banyak.
“mas, sini” Robert bersembunyi.
Darto pun berlari ke belakang Robert, “gimana ini mas? Banyak banget penjahatnya”
“anak buah mafia ini emang lebih banyak dari anak buah ayahku, tapi mas Darto tenang aja. Aku pasti jagain mas, pokoknya mas ikuti aku aja. Ok?”
“siap” Darto jadi berlagak lekong, “aduh makasih ya chin, udah mau jagain eke”
“mas Darto apa-apaan sih?” Robert kaget.
“maaf mas, potensi saya keluar” Darto kembali so cool.
“ok, aku rasa mereka sudah berjaga di setiap pintu. Aku akan maju duluan, mas Darto boleh nembakin mereka sambil sembunyi. Entar kalau udah aman, aku akan ngasih tanda”
“siap, kalau soal yang gitu mah gampang”
“satu lagi mas, jika ada peluang untuk lari. Mas pergi aja, tinggalin aku. Gak usah mikirin aku, ok?”
“siap eh, enggak deng. Aku jahat banget kalau ninggalin kamu chin”
“mulai lagi deh”
“maaf”
Robert langsung berlari dan menyerang mereka.
Darto menggeleng, itu orang nyawanya banyak atau gimana sih? Kayanya dia gak takut mati.
Di rumah sakit,
“ayah...”
“Carla, ini ayah sayang. Kamu gak apa-apa kan?”
“Robert mana?”
“dia gak ada nak”
“jadi, belum ada kabar?”
Ayah menggeleng, “kamu jangan banyak fikiran dulu nak”
“tapi...”
“Carla, polisi bilang apa yang terjadi pada kamu dan Danang adalah pembunuhan berencana. Ayah yakin ini semua ada hubungannya dengan Robert”
“kalau gitu, Robert dalam bahaya”
“Carla, Robert itu berbahaya. Kau lihat sendirikan? Akibat dari kedekatanmu dengannya”
“ayah kok jadi ngomong gitu? Robert itu pacarku dan sampai kapan pun itu gak akan berubah”
“dia adalah seorang mafia”
“mantan, ayah. Robert itu mantan mafia”
Di gedung,
Semua penjaga sudah tewas.
“ayo mas, kita pergi dari sini”
Saat Darto keluar dari persembunyian, ia melihat seseorang mau menembak Robert. “awas mas” Darto berlari ke arah Robert.
Dor...
“mas Darto?” Robert kaget.
Darto tertembak dan jatuh.
Robert menoleh.
Bos tersenyum menatapnya.
“kurang ajar kau” Robert berlari dan menyerang orang itu.
Bos terus menembak ke arah Robert dan Robert berusaha untuk menghindar.
“sial, kenapa harus habis” bos kesal karena peluru di pistolnya habis.
Robert yang semakin dekat, tersenyum dan memukulnya hingga jatuh. “pelurumu habis hah?”
“kenapa kau masih bisa bertahan dengan luka seperti itu?” bos berdiri.
Robert menatapnya, “hidupku sudah terbiasa dengan luka” ia tersenyum, “tapi itu masa lalu dan aku tidak ingin terjadi lagi hal serupa, maafkan aku paman” Robert menodongkan pistolnya, “aku membunuh adikmu tepat di kepalanya, jadi kau ingin ditembak dibagian mana?”
Orang itu tersenyum dan menendang Robert hingga jatuh, “terlalu banyak omong kau” orang itu mengambil pistol Robert dan menodongkannya.
Dor...
Bos jatuh.
Robert tersenyum, “begitu kah?” ternyata ia sudah memegang pistol lain saat jatuh.
Robert berdiri dan mendekati Darto, ia memapahnya. Tapi luka Robert membuatnya semakin melemah, “mas Darto harus kuat, sebentar lagi kita keluar”
Celah pun mulai terlihat.
Robert tersenyum.
Bos kembali membuka matanya dan melihat Robert meski samar, “kau harus mati” ia mengarahkan pistolnya.
Robert merasakan itu dan ia menoleh.
Dor...
Bos tersenyum.
Robert tertembak tepat di dadanya, ia terdiam dan roboh perlahan. Carla, maafkan aku. Aku telah mengingkari janjiku, aku membunuh orang. Robert tergeletak dan matanya mulai tertutup, aku sangat mencintaimu Carla...
Dwar...
Bom pun meledak.
Pagi itu,
Darto membuka matanya.
“pak Ato” Danang tersenyum, “syukur deh pak Ato udah sadar”
“sebentar, ini dimana ya?” Darto kaget.
“di rumah sakit pak, liat nih. Aku udah bisa bergerak bebas lagi, aku udah sembuh total. Kemaren, aku sama non Carla udah boleh pulang” Danang joget-joget, ia melihat luka tembak di pelut Darto. “pak Ato perutnya gak sakit kan?”
“gak sakit gimana? Sakitnya tuh disini” Darto memegang dadanya dengan wajah memelas.
“uh, tayang... tayang...” Danang mencubit pipi Darto gemas.
Carla masuk, “mas Darto, mas Danang. Mana Robert?” ia cemas.
Danang diam, ia bingung harus bicara apa.
Darto menunduk, “maafkan saya non”
“apa maksud mas Darto?” mata Carla mulai memerah, “mas Darto sama Robert kan? Kenapa cuma mas Darto doang yang ditemukan? Dimana Robert?”
Danang memberanikan diri, “maaf non, pak polisi bilang. Semua yang ada disana sudah tewas, cuma mas Darto yang selamat. Itu juga karena mas Darto terlempar saat ledakan, ya rejeki anak soleh non”
“enggak, itu gak mungkin. Robert gak mungkin meninggal” Carla menangis.
“kita turut berduka non”
“enggak” Carla menangis.
Beberapa bulan kemudian,
Carla masih menyimpan fotonya bersama Robert.
“non, udah siap belum? Mas Darto udah nungguin di mobil, hari ini kan non ujian”
Carla yang sedang memandang fotonya tersadar, “iya mas, sebentar” Carla menyimpan fotonya di saku seragam dan keluar dari kamar.
“mari non”
Malamnya,
“pak, gimana nih? Setiap pagi mata non Carla pasti bengkak”
“iya, non Carla sering nangis kalau inget mas Robert”
“kasian ya pak”
“aku juga ngerasa bersalah Nang, mungkin semua ini gara-gara bom itu. Aku gak mau lagi nyiptain barang-barang aneh kaya gitu”
“iya pak, kita jalanin hidup dengan normal aja ya”
“ya udah, aku ngantuk”
“aku juga ah, mau bobo. Huach...” Danang menguap.
Di kamar Carla,
Air mata Carla menetes, “aku janji aku akan kuat, aku juga janji akan mendapatkan nilai yang bagus. Aku ingin kamu bangga punya pacar seperti aku” Carla masih memegang fotonya bersama Robert.
Tiba-tiba, lampu mati.
Carla kaget, “mas Danang?! Mas Darto?!”
Tapi mereka tidak muncul juga, karena tidur yang begitu nyenyak.
“mas Danang, mas Darto. Aku takut”
Lampu pun kembali menyala.
“Robert?” Carla kaget Robert ada di hadapannya, “ini bener-bener kamu kan?”
“tentu saja ini aku, kamu kira aku hantu?” Robert tersenyum.
Carla langsung memeluknya, “mereka bilang kamu meninggal”
“itu bagus kan?”
“bagus apanya?”
“bagus, dengan begitu. Tidak akan ada lagi yang akan mengincarku dan mengganggu kita, karena mereka yakin. Aku sudah meninggal”
“Robert” Carla menangis, “aku itu sedih banget, kamu jahat. Kenapa kamu gak ngasih kabar?”
“aku sengaja, biar semua yakin kalau aku benar-benar meninggal” Robert mengelus Carla, “udah dong, yang penting aku gak apa-apa kan?”
Carla mengangguk.
“aku minta maaf ya” Robert mencium kening Carla.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar