Selasa, 25 November 2014

Only Love Remains

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah perusahaan,
Seorang pria sedang sibuk memeriksa berkas.
“selamat siang tuan” seorang sekretaris masuk ke ruangan itu.
“siang” pria itu menutup berkasnya, “tolong bawa berkas-berkas ini dan siapkan berkas untuk meeting sore nanti”
“baik tuan” sekretaris itu keluar sambil membawa berkasnya.
Pria itu pun melamun, ia memikirkan masalah yang menimpanya akhir-akhir ini. Tiba-tiba HP-nya berbunyi, “hallo?” pria itu mengangkatnya.
“Robert, ini aku Anna”
“Anna? Ada apa?”
“kakak kecelakaan, aku di rumah sakit sekarang”
“kakakmu pasti tidak ingin bertemu denganku”
“Robert, kamu harus datang. Aku mohon”
“o..ok” Robert terdiam aneh.
Di rumah sakit,
Anna menunggu Robert dengan cemas.
Robert pun muncul, “Anna”
“Robert” Anna mendekati Robert.
“apa yang terjadi?”
“mobil kakak menabrak tiang”
“lalu bagaimana keadaannya?”
“kakak sudah siuman, lebih baik kita masuk dulu”
“kau yakin?”
Anna mengangguk.
Di dalam,
Elsa senang melihat Robert, “Robert”
Robert yang bingung pun mendekat dan tersenyum.
Elsa memeluk Robert, “sayang”
Robert semakin aneh dengan sikap Elsa, bukankah dia membenciku?
“emh..., Elsa” Robert melepas pelukan Elsa, “maaf, aku ada meeting sore ini”
“Robert...” Elsa sedih dengan sikap Robert.
“maafkan aku, semoga kau cepat sembuh” Robert keluar dari ruangan itu.
Di luar,
Apa-apaan dia? Bukankah kemarin dia meminta cerai? Robert sedikit kesal dengan sikap Elsa.
“Robert, tunggu” Anna mengejar Robert, “Robert”
“ada apa lagi Anna? Aku tidak suka dipermainkan seperti ini”
“kakak amnesia, yang dia ingat hanya saat kalian baru menikah”
Robert diam.
“Robert, aku tau kalian akan bercerai. Tapi aku mohon, tolong bantu kakak. Kali ini saja, setidaknya sampai dia sembuh dan mengingat semuanya”
“apa maksudmu? Apa kalian sengaja mengatur ini? Kemarin dia meminta cerai dan sekarang ingin kembali dengan berpura-pura hilang ingatan, kau pikir itu lucu?”
“dia tidak berpura-pura” Anna memegang tangan Robert.
“hey?!”
“biar ku tunjukkan padamu” Anna menarik tangan Robert dan mengintip Elsa dari jendela, “kau lihat? Kakak begitu sedih dengan sikapmu tadi”
Robert melihat Elsa menangis.
“aku mohon Robert, tolong dia”
Robert menatap Anna, ia pun mengambil HP-nya dan menelpon sekretaris.
“selamat sore tuan”
“batalkan meeting, istriku sakit” Robert menyimpan HP-nya dan masuk ke ruang perawatan Elsa.
“Robert?” Elsa menatap Robert penuh harapan.
Robert tersenyum dan duduk di kursi, “jangan menangis”
Elsa memeluk Robert, “aku mencintaimu”
“iya”
Anna yang melihat itu dari luar, merasa sedih. Ia tau Robert sangat terpaksa melakukan itu, Robert dan Elsa memang sedang bertengkar hebat dan sudah sebulan mereka pisah rumah.
Siang itu,
Di ruang dokter.
Robert duduk dan menatap dokter, “jadi bagaimana keadaannya? Sampai kapan dia amnesia?”
Dokter sedikit takut dengan sikap Robert, “maaf tuan, saya tidak bisa menjanjikan kapan nyonya Elsa sembuh. Tapi yang pasti, biarkan dia sembuh perlahan. Jangan paksa dia untuk mengingat semunya, karena itu bisa membuatnya semakin parah”
Di ruang merawatan,
“ayo pelan-pelan kak” Anna membantu Elsa bangun.
“Robert mana?”
“dia sedang bicara dengan dokter”
Robert masuk, “kau sudah siap?”
Elsa tersenyum, “aku senang sudah bisa pulang”
Robert tersenyum dan mengangkat koper, “aku akan tunggu di mobil” ia keluar.
“Anna, kenapa sikap Robert seperti itu?”
“mungkin akhir-akhir ini dia sedang banyak pikiran kak”
“dia memang pekerja keras, aku selalu cemas. Aku takut dia sakit”
“sudahlah kak, kakak jangan banyak fikiran. Robert baik-baik saja kok”
Elsa mengangguk.
Sesampainya di rumah,
Robert langsung membawa koper Elsa ke dalam.
Kenapa dia tidak bicara sedikit pun padaku? Elsa kembali sedih.
“kakak, ayo masuk” Anna melihat Elsa yang hanya diam, “kakak?”
“iya” Elsa masuk, ia melihat dekorasi yang berbeda pada rumanya. Tidak ada foto pernikahan, tidak ada foto Robert. Yang ada hanya fotonya dan keluarganya, “dimana foto pernikahan kami?” Elsa menatap Anna.
Ya Tuhan... foto itu kan sudah dibakar saat kakak marah, Anna bingung.
“Anna, kenapa kamu diam saja?”
“emh... foto itu..., aku juga gak tau kak. Aku kan jarang ke rumah kakak”
Malamnya,
Anna bersiap untuk pulang, Robert mengantarnya ke depan.
“kakak dimana?”
“kakakmu ada di kamar, jangan khawatir”
“aku mohon jaga kakakku, aku tau ini sangat sulit untukmu. Tapi...”
“aku tau, aku akan menjaganya sebisaku”
“terima kasih Robert, bagiku kau tetap kakak ipar yang baik”
Robert tersenyum.
Anna pun pergi diantar supir.
Robert kembali masuk ke rumah.
Di kamar,
Robert masuk.
“sayang, Anna udah pulang?”
“iya” Robert membuka lemari dan mencari baju, ia berharap ada bajunya yang tertinggal disana.
“sayang, tadi aku beres-beres. Kok baju-baju kamu gak ada?”
Robert menoleh dan menatap Elsa, “aku kabur dari rumah”
Elsa terkejut mendengar itu.
Robert tersenyum dan mendekat, “aku hanya bercanda, waktu itu aku sangat sibuk. Jadi aku menyewa apartemen dan membawa baju-bajuku kesana agar aku bisa dekat dengan perusahaan”
“bukankah dulu kau ingin kita memiliki rumah yang jauh dari keramaian?”
“itu kan emergency”
Elsa tersenyum dan mengangguk, “lalu, foto pernikahan kita juga kau bawa kesana?”
“emh...??”
“soalnya disini gak ada satu pun”
“i...iya” Robert ingat dia juga menyimpan foto pernikahan mereka, untung aku punya cadangan.
“Robert, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
“iya”
“apa kau marah padaku?”
“apa maksudmu?”
“sejak aku siuman, kau seperti tidak peduli padaku dan...”
“sayang, jangan bicara yang aneh-aneh. Kau itu istriku, mana mungkin aku tidak peduli padamu”
Elsa tersenyum dan memeluk Robert, “maaf ya, aku udah nyangka yang enggak-enggak sama kamu”
“ya udah, kamu tidur ya”
Elsa mengangguk.
Robert tersenyum dan berdiri.
“kamu mau kemana?”
“aku mau nonton tv”
“Robert, disini juga ada tv kan?”
“aku tidak ingin mengganggumu”
“aku gak apa-apa kok, kamu boleh nonton tv saat aku tidur”
“sudahlah, kau harus istirahat” Robert keluar dan menutup pintunya.
Elsa terdiam.
Di ruang tv,
“mana mungkin aku tidur bersamanya? Bagaimana caranya agar aku bisa tidur di kamar tamu tanpa membuat dia curiga?” Robert mencari remote tv, “aduh, dimana sih remote-nya? Kenapa aku selalu sulit menemukannya?” Robert bolak-balik di sofa, ia pun duduk dengan kesal.
Elsa duduk disampingnya, “kamu cari ini kan?”
“Elsa?” Robert kaget, ya Tuhan... mudah-mudahan dia tidak mendengar kata-kataku tadi.
“kenapa? Kamu kok kaya yang ngeliat hantu gitu sih? Aku kesini buat nemenin kamu nonton”
“Elsa, kamu itu harus tidur”
“Robert” Elsa diam dan menunduk, “seandainya kamu tau, aku merasa ada yang aneh. Aku rasa, kita selama ini jauh dan tak pernah bertemu. Aku merasa sangat merindukanmu, aku gak tau kenapa. Padahal kita selalu bersamakan?”
Robert diam melihat Elsa, ia pun mengelus rambut Elsa. “itu mungkin hanya perasaanmu, mana mungkin kita berpisah. Kita saling mencintaikan?”
Elsa menatap Robert dan mengangguk, ia pun tersenyum.
“kamu mau nemenin aku nonton?”
Elsa mengangguk.
“ya udah”
Mereka pun nonton bersama.
“ternyata kebiasaanmu belum hilang ya?”
“apa?” Robert menatap Elsa.
“kamu suka lupa menaruh remote”
Robert tersenyum.
Beberapa lama kemudian,
Elsa pun tertidur dan bersandar di pundak Robert.
Robert mengangkatnya ke kamar, ia menatap wajah Elsa yang tidur nyeyak. Jika kau tidak hilang ingatan, apa kau tetap seperti ini padaku?
Robert pun meninggalkan Elsa di kamar.
Paginya,
Elsa terbangun, Robert? Saat melihat ke sekitar kamar, Robert tidak ada disana. “Robert?” Elsa bangun dan mencari Robert keluar.
Robert yang sudah rapi, keluar dari kamar tamu. “Elsa?”
“Robert, kenapa kamu tidur disitu?”
“aku...”
“kamu gak mau tidur sama aku?” mata Elsa berkaca-kaca.
“sayang”
“Robert, aku tau. Aku juga bisa ngerasain, kamu itu beda. Gak seperti biasanya, kita bersama sudah lama. Kamu ingat kan? Kita pacaran selama 5 tahun”
“sayang dengar dulu”
“aku gak mau dengar”
HP Robert berbunyi,
“ok ok, sebentar” Robert mengangkat telponnya, “hallo?”
“tuan, meeting sebentar lagi dimulai. Semua tamu sudah datang”
“ok, aku kesana sekang” Robert menyimpan HP-nya di jass, “maaf sayang, aku harus ke kantor sekarang” Robert mencium pipi Elsa dan pergi.
Elsa pun menangis, “aku tau kau menyembunyikan sesuatu dariku”
Di perusahaan,
Robert keluar dari ruang meeting.
“tuan” sekretaris Robert mamanggil.
“iya?”
“nyonya Elsa ada di ruangan anda”
“apa? Ok ok, aku ke ruangan sekarang”
Di ruangan Robert,
Robert masuk.
“Robert” Elsa senang.
“sayang, ada apa kamu kesini?”
“kamu kok nanyanya gitu? Kamu gak suka ya aku datang?”
“bukan gitu, kamu kan harus istirahat”
“aku bosen di rumah, aku mau ngajak kamu makan siang”
“aku udah makan”
Elsa terdiam.
“Elsa, kalau kamu lapar aku akan menemanimu”
“hanya menemani, aku ingin kita makan bersama. Setiap hari aku hanya diam di rumah, aku makan sendirian. Aku ingin bersamamu Robert, apa kau benar-benar tidak punya waktu untukku?”
“Elsa”
“aku mau pulang saja” Elsa mau menangis.
“sayang” Robert memegang tangan Elsa, “maafkan aku, aku janji. Nanti malam kita akan makan bersama di rumah, ok?”
“janji ya?” Elsa tersenyum dan mencium pipi Robert, “aku sayang padamu” ia pun pergi.
Robert duduk, apa yang harus aku lakukan? Mana mungkin kami harus seperti ini terus?
Malamnya,
Elsa duduk di ruang makan, “Robert mana sih? Katanya dia mau makan di rumah malam ini” ia melihat ke arah jam yang sudah menunjukan pukul 8.30 malam.
Air mata Elsa menetes, “apa yang sebenarnya terjadi? Aku tau ada yang tidak beres, pasti ada yang disembunyikan Robert dari ku”
Robert pun datang, “selamat malam”
Elsa menatap Robert dan meninggalkan ruang makan.
Robert terdiam, ia pun melihat makanan yang tersaji di meja. Elsa...
Di kamar,
Elsa menangis di tempat tidur, “kenapa kau setega ini? Biasanya kau tidak seperti ini padaku?” ia sedih.
Robert masuk ke kamar, “sayang, maafkan aku. Tadi...”
“apa?” Elsa menatap Robert, “kau selalu membuat alasan”
“alasan? Kau tau selama ini aku sibuk, kenapa kau tidak pernah mengerti aku?”
“aku selalu berusaha mengerti, tapi kau juga harus berusaha untuk mengerti perasaanku. Atau kau sudah tidak mencintaiku lagi? Kau punya perempuan lain?”
“ah, aku tau kemana arah pembicaraan kita. Kau ingin bercerai kan?”
Elsa terdiam mendengar itu, air matanya kembali menetes. “kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak pernah ingin cerai”
Ya Tuhan... aku salah bicara, Robert menahan emosinya dan mendekat. “sayang, maafkan aku”
Elsa menangis, “kenapa kamu bilang gitu? Apa kamu udah gak cinta sama aku?”
“sayang” Robert memeluk Elsa, “maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin kehilanganmu. Mungkin aku sedikit lelah, maafkan aku ya”
Elsa mengangguk.
Robert tersenyum dan mencium Elsa.
Elsa sangat bahagia dengan itu.
“ayo kita tidur, aku janji akan selalu makan bersamamu”
“benarkah?” Elsa tersenyum.
“kau seperti tidak percaya padaku”
“Mr. Sibuk kan suka gak punya waktu buat aku”
“e...hemh?”
Elsa tersenyum dan memeluk Robert, “aku selalu berharap kita terus bersama sampai tua nanti”
Robert hanya tersenyum dan bingung mau menjawab apa.
Saat Elsa sudah tidur,
Robert bangun dan menatap Elsa, ia tersenyum dan mengelus Elsa. Sebenarnya aku masih sangat mencintaimu, tapi perceraian kita sebentar lagi akan diproses oleh pengadilan.
Elsa membuka matanya, “Robert? Kamu belum tidur?”
“sebentar lagi sayang”
“kamu harus tidur, kamu kan cape di kantor”
“iya”
Elsa memeluk Robert dan kembali tidur.
Besoknya,
Elsa bangun, ia melihat Robert masih tertidur. “sayang bangun, sayang”
“emh...” Robert membuka matanya.
“bangun sayang, ini udah siang”
“siang ya? Aku mau tidur lagi saja”
“Robert, kamu gak boleh tidur lagi. Kamu udah terlambat masuk kerja”
Robert bangun dan menatap Elsa, “biarkan saja, aku ingin libur hari ini”
“kau yakin?” Elsa kaget.
“ya, aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu”
“Robert” Elsa memeluk Robert.
Di taman,
“sayang, ayo cepet” Elsa sangat bahagia.
“iya iya, sebentar” Robert yang membawa banyak barang kesulitan berjalan.
“ayo aku bantu” Elsa memebantu Robert.
“terima kasih”
Mereka pun duduk bersama di taman.
“kau suka?”
“tentu saja, sudah lama kita tidak seperti ini”
Robert tersenyum dan membaca buku.
“Robert, jangan baca terus dong. Katanya kita lagi liburan”
“iya iya” Robert menaruh bukunya dan mengelus kepala Elsa.
Elsa mengeluarkan kotak bekal berisi sandwich, “ayo kita makan”
Robert mengambilnya, “ok”
“ih, jangan semuanya dong. Masa aku gak makan?”
Robert tersenyum dan menyuapi Elsa.
Setelah itu, mereka berbaring dan melihat ke langit.
“Robert, terima kasih banyak ya. Aku sangat bahagia hari ini”
Robert menatap Elsa dan tersenyum.
Elsa memeluk Robert dan Robert mengelusnya.
Sesampainya di rumah,
“sayang, aku menyimpan barang-barang dulu ya” Robert menaiki tangga.
“iya” Elsa tersenyum.
“maaf nyonya, ada surat untuk anda”
“terima kasih”
Saat Elsa membacanya, ternyata itu adalah surat dari pengadilan.
Robert turun dari tangga.
“Robert”
“ada apa sayang?”
“katakan, apa ini?” Elsa menatap Robert sambil memperlihatkan suratnya.
“surat itu...”
“kenapa kita akan bercerai? Apa salahku?” Elsa menangis.
“sayang”
“jelaskan semuanya, aku tau selama ini ada yang aneh dengan kita. Apa yang sebenarnya terjadi?” Elsa berteriak kesal.
“ok, aku akan memberitau semuanya padamu” Robert membentak Elsa dan menatapnya. “kau fikir aku yang ingin kita cerai? Kau Elsa, kau yang menginginkannya. Kau yang melayangkan gugatan ini ke pengadilan, kau puas?”
“tidak mungkin” Elsa tidak percaya dengan apa yang telah terjadi, ia memegang kepalanya.
“sekarang kau sudah tau semuanya, lebih baik aku pergi dari sini”
“Robert, aw...” Elsa merasakan sakit pada kepalanya, “ah, kepalaku. Ah...” Elsa jatuh.
Robert sudah sampai di pintu, menoleh. “Elsa?”
“kepalaku sakit sekali, argh” Elsa berteriak.
“Elsa” Robert mendekat dan memeluknya, “bertahan sayang, aku akan membawamu ke rumah sakit”
“sakit...”
“iya, ayo kita ke rumah sakit sekarang”
“Robert” Elsa memegang tangan Robert.
Robert menatap Elsa.
“aku mencintaimu” Elsa pun menutup matanya.
“Elsa?” Robert panik.
Robert membawa Elsa ke mobil, “kamu harus kuat, kita akan ke rumah sakit sekarang” Robert menjalankan mobilnya.
Di jalan,
Robert menelpon Anna.
“hallo?”
“Anna, Elsa sakit. Aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang”
“ya Tuhan... aku akan segera kesana”
Di rumah sakit,
Robert bicara dengan dokter, “dokter, Elsa akan baik-baik saja kan dok?”
“tuan, saya sudah bilang kan. Nyonya tidak boleh berfikir terlalu keras”
“maaf dok, aku tidak menyangka semuanya akan seperti ini. Aku mohon sembuhkan dia”
“kami akan berusaha” dokter pun pergi untuk memeriksa Elsa.
Anna datang, “Robert”
“Anna”
Anna menatap Robert, “apa yang kau lakukan pada kakakku?”
“Anna, maafkan aku”
“jika terjadi apa-apa pada kakak, aku akan menuntutmu”
“kau mengancamku? Lakukan saja, aku tidak takut”
Dokter keluar dari ruang perawatan Elsa, “tuan”
“iya dok?”
“anda boleh melihat istri anda”
“terima kasih” Robert masuk.
Anna mengikutinya.
Di dalam,
Robert memegang tangan Elsa, “maafkan aku sayang, bangunlah”
“kakak” Anna sangat khawatir.
Elsa membuka matanya perlahan, ia melihat Robert yang tersenyum padanya. “Robert?” Elsa bangun, “kamu ngapain disini?” Elsa menatap Robert dengan kesal.
Robert sadar Elsa sudah mengingat semuanya, “tidak, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Aku bersyukur kau sudah siuman”
Elsa masih menatap Robert.
“kau tenang saja, aku akan pergi sekarang” Robert menjauhi Elsa, “o iya, surat dari pengadilan sudah datang. Perceraian kita akan segera di proses, selamat malam” Robert pergi.
Elsa masih menatap bingung pada Robert, ia pun menatap Anna. “apa yang terjadi?”
Anna mendekat dan duduk, “saat kecelakaan, kakak mengalami hilang ingatan”
“apa?”
“iya, kakak tidak ingat jika kakak akan bercerai. Yang kakak ingat hanyalah Robert itu suami kakak”
“lalu?”
“setelah aku meminta Robert, akhirnya dia mau menjaga kakak sampai saat ini”
“yang benar saja? Bukankah dia lebih mementingkan pekerjaannya?” Elsa masih kesal.
Dokter pun masuk, “nyonya syukurlah anda sudah sadar”
Elsa tersenyum pada dokter.
“mana tuan?”
“dia sudah pulang dok” Anna menatap dokter.
“sayang sekali”
“ada apa dok?” Elsa merasa aneh.
“sebenarnya ada kabar gembira yang ingin saya sampaikan”
“apa itu dok?”
“selamat nyonya, hasil pemeriksaan kami menyatakan anda positif hamil”
“apa?” Elsa terdiam.
Beberapa hari kemudian,
Robert masih bekerja seperti biasa, ia memeriksa berkas-berkas yang selalu menumpuk setiap harinya.
“selamat sore tuan” sekretaris Robert masuk.
“yap?”
“apa tuan tidak mau pulang?”
“aku akan lembur hari ini, lagi pula jika di apartemen... aku bosan sendirian”
“baiklah tuan” sekretaris itu keluar sambil membawa berkas yang sudah diperiksa Robert.
Robert melamun, kenapa aku ingat pada Elsa? Aku tidak boleh berharap lagi, dia sangat ingin bercerai. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, seminggu lagi kami akan memulai sidang.
“Robert”
Robert melihat Elsa membuka pintu, “Elsa?”
“aku ingin bicara” Elsa mendekat.
Robert berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Elsa, “ada apa?”
“a..aku ingin mengucapkan terima kasih kau mau menjagaku saat aku amnesia”
“sudahlah, itu bukan masalah bagiku”
“Robert” Elsa menatap Robert, “bagaimana dengan persiapan persidangan kita?”
“aku sudah siap, apa pun keputusan yang kau ambil. Itu adalah yang terbaik bagi kita, aku tidak banyak berharap. Aku hanya ingin melihat kau bahagia”
Air mata Elsa menetes, “maafkan aku Robert”
Robert menatap Elsa dengan aneh.
“maaf jika aku sangat egois, aku mencintaimu. Aku tidak mau bercerai denganmu, aku masih sangat ingin bersamamu” Elsa menangis.
Robert kaget, “tapi...”
“aku sudah mencabut tuntutanku ke pengadilan, aku harap kau mau memaafkan aku”
Robert menatap Elsa, “aku tidak mau menyakitimu lagi”
Elsa menunduk.
“aku tidak ingin bertengkar setiap hari dan membuatmu sedih”
Elsa masih menangis.
“maafkan aku Elsa, mungkin selama ini aku bukan suami yang baik”
Elsa mengerti, mungkin Robert tidak ingin kembali dengannya. “aku mengerti, maaf aku telah mengganggumu”
Robert menatap Elsa, “aku tidak merasa terganggu”
Elsa menatap Robert.
Robert tersenyum, “bagiku kau masih Elsa ku, istri yang aku cintai sampai saat ini”
“Robert...” Elsa terdiam.
“aku mencintaimu Elsa, maafkan aku”
Elsa tersenyum dan memeluk Robert.
Robert pun tersenyum dan mencium kening Elsa.
Beberapa bulan kemudian,
“sayang, perutmu semakin besar sekarang” Rrobert mengelus perut Elsa.
“kira-kira anak kita laki-laki atau perempuan ya?”
“yang penting dia tumbuh menjadi anak yang sehat”
“kau benar”
Anna mengambil kamera, “ayo cepat bergaya, aku akan memotret kalian”
“ok” Robert merangkul istrinya.
Elsa pun tersenyum dan memeluk Robert.
“chese”
“chese” Robert dan Elsa tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar