Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre:
Romance, Drama
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Di sebuah perusahaan,
Seorang pria sedang sibuk
memeriksa berkas.
“selamat siang tuan”
seorang sekretaris masuk ke ruangan itu.
“siang” pria itu menutup
berkasnya, “tolong bawa berkas-berkas ini dan siapkan berkas untuk meeting sore
nanti”
“baik tuan” sekretaris itu
keluar sambil membawa berkasnya.
Pria itu pun melamun, ia
memikirkan masalah yang menimpanya akhir-akhir ini. Tiba-tiba HP-nya berbunyi,
“hallo?” pria itu mengangkatnya.
“Robert, ini aku Anna”
“Anna? Ada apa?”
“kakak kecelakaan, aku di
rumah sakit sekarang”
“kakakmu pasti tidak ingin
bertemu denganku”
“Robert, kamu harus
datang. Aku mohon”
“o..ok” Robert terdiam
aneh.
Di rumah sakit,
Anna menunggu Robert
dengan cemas.
Robert pun muncul, “Anna”
“Robert” Anna mendekati
Robert.
“apa yang terjadi?”
“mobil kakak menabrak
tiang”
“lalu bagaimana
keadaannya?”
“kakak sudah siuman, lebih
baik kita masuk dulu”
“kau yakin?”
Anna mengangguk.
Di dalam,
Elsa senang melihat
Robert, “Robert”
Robert yang bingung pun
mendekat dan tersenyum.
Elsa memeluk Robert,
“sayang”
Robert semakin aneh dengan
sikap Elsa, bukankah dia membenciku?
“emh..., Elsa” Robert
melepas pelukan Elsa, “maaf, aku ada meeting sore ini”
“Robert...” Elsa sedih
dengan sikap Robert.
“maafkan aku, semoga kau
cepat sembuh” Robert keluar dari ruangan itu.
Di luar,
Apa-apaan
dia? Bukankah kemarin dia meminta cerai? Robert sedikit kesal
dengan sikap Elsa.
“Robert, tunggu” Anna
mengejar Robert, “Robert”
“ada apa lagi Anna? Aku
tidak suka dipermainkan seperti ini”
“kakak amnesia, yang dia
ingat hanya saat kalian baru menikah”
Robert diam.
“Robert, aku tau kalian
akan bercerai. Tapi aku mohon, tolong bantu kakak. Kali ini saja, setidaknya
sampai dia sembuh dan mengingat semuanya”
“apa maksudmu? Apa kalian
sengaja mengatur ini? Kemarin dia meminta cerai dan sekarang ingin kembali
dengan berpura-pura hilang ingatan, kau pikir itu lucu?”
“dia tidak berpura-pura”
Anna memegang tangan Robert.
“hey?!”
“biar ku tunjukkan padamu”
Anna menarik tangan Robert dan mengintip Elsa dari jendela, “kau lihat? Kakak
begitu sedih dengan sikapmu tadi”
Robert melihat Elsa
menangis.
“aku mohon Robert, tolong
dia”
Robert menatap Anna, ia
pun mengambil HP-nya dan menelpon sekretaris.
“selamat sore tuan”
“batalkan meeting, istriku
sakit” Robert menyimpan HP-nya dan masuk ke ruang perawatan Elsa.
“Robert?” Elsa menatap
Robert penuh harapan.
Robert tersenyum dan duduk
di kursi, “jangan menangis”
Elsa memeluk Robert, “aku
mencintaimu”
“iya”
Anna yang melihat itu dari
luar, merasa sedih. Ia tau Robert sangat terpaksa melakukan itu, Robert dan
Elsa memang sedang bertengkar hebat dan sudah sebulan mereka pisah rumah.
Siang itu,
Di ruang dokter.
Robert duduk dan menatap
dokter, “jadi bagaimana keadaannya? Sampai kapan dia amnesia?”
Dokter sedikit takut
dengan sikap Robert, “maaf tuan, saya tidak bisa menjanjikan kapan nyonya Elsa
sembuh. Tapi yang pasti, biarkan dia sembuh perlahan. Jangan paksa dia untuk
mengingat semunya, karena itu bisa membuatnya semakin parah”
Di ruang merawatan,
“ayo pelan-pelan kak” Anna
membantu Elsa bangun.
“Robert mana?”
“dia sedang bicara dengan
dokter”
Robert masuk, “kau sudah
siap?”
Elsa tersenyum, “aku
senang sudah bisa pulang”
Robert tersenyum dan
mengangkat koper, “aku akan tunggu di mobil” ia keluar.
“Anna, kenapa sikap Robert
seperti itu?”
“mungkin akhir-akhir ini
dia sedang banyak pikiran kak”
“dia memang pekerja keras,
aku selalu cemas. Aku takut dia sakit”
“sudahlah kak, kakak
jangan banyak fikiran. Robert baik-baik saja kok”
Elsa mengangguk.
Sesampainya di rumah,
Robert langsung membawa
koper Elsa ke dalam.
Kenapa
dia tidak bicara sedikit pun padaku? Elsa kembali sedih.
“kakak, ayo masuk” Anna
melihat Elsa yang hanya diam, “kakak?”
“iya” Elsa masuk, ia
melihat dekorasi yang berbeda pada rumanya. Tidak ada foto pernikahan, tidak
ada foto Robert. Yang ada hanya fotonya dan keluarganya, “dimana foto
pernikahan kami?” Elsa menatap Anna.
Ya
Tuhan... foto itu kan sudah dibakar saat kakak marah,
Anna bingung.
“Anna, kenapa kamu diam
saja?”
“emh... foto itu..., aku
juga gak tau kak. Aku kan jarang ke rumah kakak”
Malamnya,
Anna bersiap untuk pulang,
Robert mengantarnya ke depan.
“kakak dimana?”
“kakakmu ada di kamar,
jangan khawatir”
“aku mohon jaga kakakku,
aku tau ini sangat sulit untukmu. Tapi...”
“aku tau, aku akan
menjaganya sebisaku”
“terima kasih Robert,
bagiku kau tetap kakak ipar yang baik”
Robert tersenyum.
Anna pun pergi diantar
supir.
Robert kembali masuk ke
rumah.
Di kamar,
Robert masuk.
“sayang, Anna udah
pulang?”
“iya” Robert membuka
lemari dan mencari baju, ia berharap ada bajunya yang tertinggal disana.
“sayang, tadi aku
beres-beres. Kok baju-baju kamu gak ada?”
Robert menoleh dan menatap
Elsa, “aku kabur dari rumah”
Elsa terkejut mendengar
itu.
Robert tersenyum dan
mendekat, “aku hanya bercanda, waktu itu aku sangat sibuk. Jadi aku menyewa
apartemen dan membawa baju-bajuku kesana agar aku bisa dekat dengan perusahaan”
“bukankah dulu kau ingin
kita memiliki rumah yang jauh dari keramaian?”
“itu kan emergency”
Elsa tersenyum dan
mengangguk, “lalu, foto pernikahan kita juga kau bawa kesana?”
“emh...??”
“soalnya disini gak ada
satu pun”
“i...iya” Robert ingat dia
juga menyimpan foto pernikahan mereka, untung
aku punya cadangan.
“Robert, bolehkah aku
bertanya sesuatu padamu?”
“iya”
“apa kau marah padaku?”
“apa maksudmu?”
“sejak aku siuman, kau
seperti tidak peduli padaku dan...”
“sayang, jangan bicara
yang aneh-aneh. Kau itu istriku, mana mungkin aku tidak peduli padamu”
Elsa tersenyum dan memeluk
Robert, “maaf ya, aku udah nyangka yang enggak-enggak sama kamu”
“ya udah, kamu tidur ya”
Elsa mengangguk.
Robert tersenyum dan
berdiri.
“kamu mau kemana?”
“aku mau nonton tv”
“Robert, disini juga ada
tv kan?”
“aku tidak ingin
mengganggumu”
“aku gak apa-apa kok, kamu
boleh nonton tv saat aku tidur”
“sudahlah, kau harus
istirahat” Robert keluar dan menutup pintunya.
Elsa terdiam.
Di ruang tv,
“mana mungkin aku tidur
bersamanya? Bagaimana caranya agar aku bisa tidur di kamar tamu tanpa membuat
dia curiga?” Robert mencari remote tv, “aduh, dimana sih remote-nya? Kenapa aku
selalu sulit menemukannya?” Robert bolak-balik di sofa, ia pun duduk dengan
kesal.
Elsa duduk disampingnya,
“kamu cari ini kan?”
“Elsa?” Robert kaget, ya Tuhan... mudah-mudahan dia tidak
mendengar kata-kataku tadi.
“kenapa? Kamu kok kaya
yang ngeliat hantu gitu sih? Aku kesini buat nemenin kamu nonton”
“Elsa, kamu itu harus
tidur”
“Robert” Elsa diam dan
menunduk, “seandainya kamu tau, aku merasa ada yang aneh. Aku rasa, kita selama
ini jauh dan tak pernah bertemu. Aku merasa sangat merindukanmu, aku gak tau
kenapa. Padahal kita selalu bersamakan?”
Robert diam melihat Elsa,
ia pun mengelus rambut Elsa. “itu mungkin hanya perasaanmu, mana mungkin kita
berpisah. Kita saling mencintaikan?”
Elsa menatap Robert dan
mengangguk, ia pun tersenyum.
“kamu mau nemenin aku
nonton?”
Elsa mengangguk.
“ya udah”
Mereka pun nonton bersama.
“ternyata kebiasaanmu
belum hilang ya?”
“apa?” Robert menatap
Elsa.
“kamu suka lupa menaruh
remote”
Robert tersenyum.
Beberapa lama kemudian,
Elsa pun tertidur dan
bersandar di pundak Robert.
Robert mengangkatnya ke
kamar, ia menatap wajah Elsa yang tidur nyeyak. Jika kau tidak hilang ingatan, apa kau tetap seperti ini padaku?
Robert pun meninggalkan
Elsa di kamar.
Paginya,
Elsa terbangun, Robert? Saat melihat ke sekitar kamar,
Robert tidak ada disana. “Robert?” Elsa bangun dan mencari Robert keluar.
Robert yang sudah rapi,
keluar dari kamar tamu. “Elsa?”
“Robert, kenapa kamu tidur
disitu?”
“aku...”
“kamu gak mau tidur sama
aku?” mata Elsa berkaca-kaca.
“sayang”
“Robert, aku tau. Aku juga
bisa ngerasain, kamu itu beda. Gak seperti biasanya, kita bersama sudah lama.
Kamu ingat kan? Kita pacaran selama 5 tahun”
“sayang dengar dulu”
“aku gak mau dengar”
HP Robert berbunyi,
“ok ok, sebentar” Robert
mengangkat telponnya, “hallo?”
“tuan, meeting sebentar
lagi dimulai. Semua tamu sudah datang”
“ok, aku kesana sekang”
Robert menyimpan HP-nya di jass, “maaf sayang, aku harus ke kantor sekarang”
Robert mencium pipi Elsa dan pergi.
Elsa pun menangis, “aku
tau kau menyembunyikan sesuatu dariku”
Di perusahaan,
Robert keluar dari ruang
meeting.
“tuan” sekretaris Robert
mamanggil.
“iya?”
“nyonya Elsa ada di
ruangan anda”
“apa? Ok ok, aku ke
ruangan sekarang”
Di ruangan Robert,
Robert masuk.
“Robert” Elsa senang.
“sayang, ada apa kamu
kesini?”
“kamu kok nanyanya gitu?
Kamu gak suka ya aku datang?”
“bukan gitu, kamu kan
harus istirahat”
“aku bosen di rumah, aku
mau ngajak kamu makan siang”
“aku udah makan”
Elsa terdiam.
“Elsa, kalau kamu lapar
aku akan menemanimu”
“hanya menemani, aku ingin
kita makan bersama. Setiap hari aku hanya diam di rumah, aku makan sendirian.
Aku ingin bersamamu Robert, apa kau benar-benar tidak punya waktu untukku?”
“Elsa”
“aku mau pulang saja” Elsa
mau menangis.
“sayang” Robert memegang
tangan Elsa, “maafkan aku, aku janji. Nanti malam kita akan makan bersama di
rumah, ok?”
“janji ya?” Elsa tersenyum
dan mencium pipi Robert, “aku sayang padamu” ia pun pergi.
Robert duduk, apa yang harus aku lakukan? Mana mungkin
kami harus seperti ini terus?
Malamnya,
Elsa duduk di ruang makan,
“Robert mana sih? Katanya dia mau makan di rumah malam ini” ia melihat ke arah
jam yang sudah menunjukan pukul 8.30 malam.
Air mata Elsa menetes,
“apa yang sebenarnya terjadi? Aku tau ada yang tidak beres, pasti ada yang
disembunyikan Robert dari ku”
Robert pun datang,
“selamat malam”
Elsa menatap Robert dan
meninggalkan ruang makan.
Robert terdiam, ia pun
melihat makanan yang tersaji di meja. Elsa...
Di kamar,
Elsa menangis di tempat
tidur, “kenapa kau setega ini? Biasanya kau tidak seperti ini padaku?” ia
sedih.
Robert masuk ke kamar,
“sayang, maafkan aku. Tadi...”
“apa?” Elsa menatap
Robert, “kau selalu membuat alasan”
“alasan? Kau tau selama
ini aku sibuk, kenapa kau tidak pernah mengerti aku?”
“aku selalu berusaha
mengerti, tapi kau juga harus berusaha untuk mengerti perasaanku. Atau kau
sudah tidak mencintaiku lagi? Kau punya perempuan lain?”
“ah, aku tau kemana arah
pembicaraan kita. Kau ingin bercerai kan?”
Elsa terdiam mendengar
itu, air matanya kembali menetes. “kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak
pernah ingin cerai”
Ya
Tuhan... aku salah bicara, Robert menahan emosinya dan mendekat.
“sayang, maafkan aku”
Elsa menangis, “kenapa
kamu bilang gitu? Apa kamu udah gak cinta sama aku?”
“sayang” Robert memeluk
Elsa, “maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku sangat mencintaimu,
aku tidak ingin kehilanganmu. Mungkin aku sedikit lelah, maafkan aku ya”
Elsa mengangguk.
Robert tersenyum dan
mencium Elsa.
Elsa sangat bahagia dengan itu.
“ayo kita tidur, aku janji akan selalu makan bersamamu”
“benarkah?” Elsa tersenyum.
“kau seperti tidak percaya padaku”
“Mr. Sibuk kan suka gak punya waktu buat aku”
“e...hemh?”
Elsa tersenyum dan memeluk Robert, “aku selalu berharap kita
terus bersama sampai tua nanti”
Robert hanya tersenyum dan bingung mau menjawab apa.
Saat Elsa sudah tidur,
Robert bangun dan menatap
Elsa, ia tersenyum dan mengelus Elsa. Sebenarnya
aku masih sangat mencintaimu, tapi perceraian kita sebentar lagi akan diproses
oleh pengadilan.
Elsa membuka matanya,
“Robert? Kamu belum tidur?”
“sebentar lagi sayang”
“kamu harus tidur, kamu
kan cape di kantor”
“iya”
Elsa memeluk Robert dan
kembali tidur.
Besoknya,
Elsa bangun, ia melihat
Robert masih tertidur. “sayang bangun, sayang”
“emh...” Robert membuka
matanya.
“bangun sayang, ini udah
siang”
“siang ya? Aku mau tidur
lagi saja”
“Robert, kamu gak boleh
tidur lagi. Kamu udah terlambat masuk kerja”
Robert bangun dan menatap
Elsa, “biarkan saja, aku ingin libur hari ini”
“kau yakin?” Elsa kaget.
“ya, aku ingin
menghabiskan hari ini bersamamu”
“Robert” Elsa memeluk
Robert.
Di taman,
“sayang, ayo cepet” Elsa
sangat bahagia.
“iya iya, sebentar” Robert
yang membawa banyak barang kesulitan berjalan.
“ayo aku bantu” Elsa
memebantu Robert.
“terima kasih”
Mereka pun duduk bersama
di taman.
“kau suka?”
“tentu saja, sudah lama
kita tidak seperti ini”
Robert tersenyum dan
membaca buku.
“Robert, jangan baca terus
dong. Katanya kita lagi liburan”
“iya iya” Robert menaruh
bukunya dan mengelus kepala Elsa.
Elsa mengeluarkan kotak
bekal berisi sandwich, “ayo kita makan”
Robert mengambilnya, “ok”
“ih, jangan semuanya dong.
Masa aku gak makan?”
Robert tersenyum dan
menyuapi Elsa.
Setelah itu, mereka
berbaring dan melihat ke langit.
“Robert, terima kasih
banyak ya. Aku sangat bahagia hari ini”
Robert menatap Elsa dan
tersenyum.
Elsa memeluk Robert dan
Robert mengelusnya.
Sesampainya di rumah,
“sayang, aku menyimpan
barang-barang dulu ya” Robert menaiki tangga.
“iya” Elsa tersenyum.
“maaf nyonya, ada surat
untuk anda”
“terima kasih”
Saat Elsa membacanya,
ternyata itu adalah surat dari pengadilan.
Robert turun dari tangga.
“Robert”
“ada apa sayang?”
“katakan, apa ini?” Elsa
menatap Robert sambil memperlihatkan suratnya.
“surat itu...”
“kenapa kita akan
bercerai? Apa salahku?” Elsa menangis.
“sayang”
“jelaskan semuanya, aku
tau selama ini ada yang aneh dengan kita. Apa yang sebenarnya terjadi?” Elsa
berteriak kesal.
“ok, aku akan memberitau
semuanya padamu” Robert membentak Elsa dan menatapnya. “kau fikir aku yang
ingin kita cerai? Kau Elsa, kau yang menginginkannya. Kau yang melayangkan
gugatan ini ke pengadilan, kau puas?”
“tidak mungkin” Elsa tidak
percaya dengan apa yang telah terjadi, ia memegang kepalanya.
“sekarang kau sudah tau
semuanya, lebih baik aku pergi dari sini”
“Robert, aw...” Elsa
merasakan sakit pada kepalanya, “ah, kepalaku. Ah...” Elsa jatuh.
Robert sudah sampai di
pintu, menoleh. “Elsa?”
“kepalaku sakit sekali,
argh” Elsa berteriak.
“Elsa” Robert mendekat dan
memeluknya, “bertahan sayang, aku akan membawamu ke rumah sakit”
“sakit...”
“iya, ayo kita ke rumah
sakit sekarang”
“Robert” Elsa memegang
tangan Robert.
Robert menatap Elsa.
“aku mencintaimu” Elsa pun
menutup matanya.
“Elsa?” Robert panik.
Robert membawa Elsa ke
mobil, “kamu harus kuat, kita akan ke rumah sakit sekarang” Robert menjalankan
mobilnya.
Di jalan,
Robert menelpon Anna.
“hallo?”
“Anna, Elsa sakit. Aku
akan membawanya ke rumah sakit sekarang”
“ya Tuhan... aku akan
segera kesana”
Di rumah sakit,
Robert bicara dengan
dokter, “dokter, Elsa akan baik-baik saja kan dok?”
“tuan, saya sudah bilang
kan. Nyonya tidak boleh berfikir terlalu keras”
“maaf dok, aku tidak
menyangka semuanya akan seperti ini. Aku mohon sembuhkan dia”
“kami akan berusaha”
dokter pun pergi untuk memeriksa Elsa.
Anna datang, “Robert”
“Anna”
Anna menatap Robert, “apa
yang kau lakukan pada kakakku?”
“Anna, maafkan aku”
“jika terjadi apa-apa pada
kakak, aku akan menuntutmu”
“kau mengancamku? Lakukan
saja, aku tidak takut”
Dokter keluar dari ruang
perawatan Elsa, “tuan”
“iya dok?”
“anda boleh melihat istri
anda”
“terima kasih” Robert
masuk.
Anna mengikutinya.
Di dalam,
Robert memegang tangan
Elsa, “maafkan aku sayang, bangunlah”
“kakak” Anna sangat
khawatir.
Elsa membuka matanya
perlahan, ia melihat Robert yang tersenyum padanya. “Robert?” Elsa bangun,
“kamu ngapain disini?” Elsa menatap Robert dengan kesal.
Robert sadar Elsa sudah
mengingat semuanya, “tidak, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Aku
bersyukur kau sudah siuman”
Elsa masih menatap Robert.
“kau tenang saja, aku akan
pergi sekarang” Robert menjauhi Elsa, “o iya, surat dari pengadilan sudah
datang. Perceraian kita akan segera di proses, selamat malam” Robert pergi.
Elsa masih menatap bingung
pada Robert, ia pun menatap Anna. “apa yang terjadi?”
Anna mendekat dan duduk,
“saat kecelakaan, kakak mengalami hilang ingatan”
“apa?”
“iya, kakak tidak ingat
jika kakak akan bercerai. Yang kakak ingat hanyalah Robert itu suami kakak”
“lalu?”
“setelah aku meminta
Robert, akhirnya dia mau menjaga kakak sampai saat ini”
“yang benar saja? Bukankah
dia lebih mementingkan pekerjaannya?” Elsa masih kesal.
Dokter pun masuk, “nyonya
syukurlah anda sudah sadar”
Elsa tersenyum pada
dokter.
“mana tuan?”
“dia sudah pulang dok”
Anna menatap dokter.
“sayang sekali”
“ada apa dok?” Elsa merasa
aneh.
“sebenarnya ada kabar
gembira yang ingin saya sampaikan”
“apa itu dok?”
“selamat nyonya, hasil
pemeriksaan kami menyatakan anda positif hamil”
“apa?” Elsa terdiam.
Beberapa hari kemudian,
Robert masih bekerja
seperti biasa, ia memeriksa berkas-berkas yang selalu menumpuk setiap harinya.
“selamat sore tuan”
sekretaris Robert masuk.
“yap?”
“apa tuan tidak mau
pulang?”
“aku akan lembur hari ini,
lagi pula jika di apartemen... aku bosan sendirian”
“baiklah tuan” sekretaris
itu keluar sambil membawa berkas yang sudah diperiksa Robert.
Robert melamun, kenapa aku ingat pada Elsa? Aku tidak boleh
berharap lagi, dia sangat ingin bercerai. Aku tidak bisa berbuat apa-apa,
seminggu lagi kami akan memulai sidang.
“Robert”
Robert melihat Elsa
membuka pintu, “Elsa?”
“aku ingin bicara” Elsa
mendekat.
Robert berdiri dari tempat
duduknya dan mendekati Elsa, “ada apa?”
“a..aku ingin mengucapkan
terima kasih kau mau menjagaku saat aku amnesia”
“sudahlah, itu bukan
masalah bagiku”
“Robert” Elsa menatap
Robert, “bagaimana dengan persiapan persidangan kita?”
“aku sudah siap, apa pun
keputusan yang kau ambil. Itu adalah yang terbaik bagi kita, aku tidak banyak
berharap. Aku hanya ingin melihat kau bahagia”
Air mata Elsa menetes,
“maafkan aku Robert”
Robert menatap Elsa dengan
aneh.
“maaf jika aku sangat
egois, aku mencintaimu. Aku tidak mau bercerai denganmu, aku masih sangat ingin
bersamamu” Elsa menangis.
Robert kaget, “tapi...”
“aku sudah mencabut
tuntutanku ke pengadilan, aku harap kau mau memaafkan aku”
Robert menatap Elsa, “aku
tidak mau menyakitimu lagi”
Elsa menunduk.
“aku tidak ingin
bertengkar setiap hari dan membuatmu sedih”
Elsa masih menangis.
“maafkan aku Elsa, mungkin
selama ini aku bukan suami yang baik”
Elsa mengerti, mungkin
Robert tidak ingin kembali dengannya. “aku mengerti, maaf aku telah
mengganggumu”
Robert menatap Elsa, “aku
tidak merasa terganggu”
Elsa menatap Robert.
Robert tersenyum, “bagiku
kau masih Elsa ku, istri yang aku cintai sampai saat ini”
“Robert...” Elsa terdiam.
“aku mencintaimu Elsa,
maafkan aku”
Elsa tersenyum dan memeluk
Robert.
Robert pun tersenyum dan
mencium kening Elsa.
Beberapa bulan kemudian,
“sayang, perutmu semakin
besar sekarang” Rrobert mengelus perut Elsa.
“kira-kira anak kita
laki-laki atau perempuan ya?”
“yang penting dia tumbuh
menjadi anak yang sehat”
“kau benar”
Anna mengambil kamera,
“ayo cepat bergaya, aku akan memotret kalian”
“ok” Robert merangkul
istrinya.
Elsa pun tersenyum dan
memeluk Robert.
“chese”
“chese” Robert dan Elsa
tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar