Penyunting : Erin_Adler
Genre:
Supranatural, Romance, Comedy garing
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Pagi itu,
Robert keluar dari rumah
sambil membawa sepeda dari garasinya, ia pun mulai menaiki sepedanya.
Robert terus mengayuh
sepedanya di jalan, keadaan pagi itu masih sangat sepi seperti biasanya.
Robert mengingat kata-kata
ibunya,
“sampai
kapan kau mau seperti ini? Kau fikir hidup itu mudah? Ibu tidak akan pernah
setuju jika kau ingin menjadi seorang seniman, ibu ingin kau melanjutkan bisnis
ayahmu di luar negeri”
Kenapa
ibu tidak pernah mau mengerti? Robert masih terbawa
emosi.
Tiba-tiba,
“argh” Robert jatuh
terguling dari sepedanya, ia tergeletak dengan sebagian wajah yang berlumur
darah. Robert hanya diam tak bergerak dan matanya mulai menutup perlahan.
Tak lama kemudian,
Ambulan datang, Robert pun
dibawa masuk dan mereka mulai membersihkan luka Robert.
Robert tersadar, “dimana
ini? Apa yang terjadi?”
“tenang tuan, anda baru
saja mengalami kecelakaan”
“kecelakaan? Kenapa
semuanya gelap? Dimana aku? Apa aku buta? Katakan?! Katakan padaku!” Robert
panik.
“tenang tuan, tenang. Anda
akan kami bawa ke rumah sakit sekarang”
“katakan bahwa aku tidak
akan buta, katakan?!” Robert yang berteriak mulai lemah dan kembali tak
sadarkan diri.
Beberapa hari kemudian,
Di ruang perawatan Robert,
dokter membuka perban yang menutupi mata Robert.
“coba buka matamu”
Robert membuka matanya
perlahan, semakin lama penglihatannya semakin jelas.
“bagaimana tuan Downey?”
Robert tersenyum, “aku
bisa melihat dok”
“syukurlah”
Pagi itu,
Robert mulai bersiap untuk
pulang, ia pun keluar dari ruang perawatannya. Robert bersyukur bisa melihat
lagi, ia melihat orang-orang yang duduk di ruang tunggu. Robert tersenyum, tapi
seorang kakek tua menghentikan langkahnya.
“maaf kek, bolehkah aku
lewat?”
Orang tua itu menatap
Robert.
Robert merasa aneh, tapi
saat ia menoleh ke salah satu ruangan. Disana terbaring kakek tua yang sangat
mirip dengan kakek yang ada dihadapannya, “ah?” ia kembali menatap kakek tua
dihadapannya.
Dengan wajah pucat, kakek
itu kembali melihat dirinya yang ada di ruangan tersebut.
Robert pun langsung
berlari dengan terburu-buru, ia tidak percaya dengan yang baru saja ia lihat.
Robert berhenti di depan
lift, pintu lift terbuka. Tapi ia terdiam karena liftnya penuh.
“tuan, kenapa diam saja?
Ayo masuk, mumpung masih kosong” seorang pria yang berapa di dalam lift
tersenyum.
Apa
maksud dia? Bukankah liftnya penuh? Robert menatap
orang-orang yang menatapnya dengan dingin dan kosong.
“tuan, anda melihat apa?”
orang itu melihat ke kiri dan kanannya, “disini hanya ada aku”
Ya
Tuhan... Robert tersadar, “a..aku akan memakai tangga saja,
terima kasih” ia pergi.
Robert pun berlari ke
tangga dan ia mencari jalan agar segera keluar dari area rumah sakit.
***
“tuan, ada apa?”
“tuan?”
Setiap orang yang dilewati
Robert merasa aneh padanya, tapi Robert tidak menghiraukan mereka. Ia tidak tau
mereka manusia atau bukan.
Di luar rumah sakit,
Robert berhenti berlari,
“ah... ah...” ia lelah berlari apa lagi lehernya masih memakai penyangga.
Robert pun memanggil taxi dan taxi itu berhenti, tapi Robert melihat seorang
perempuan dan anak kecil di dalamnya.
“tuan, kenapa diam saja?
Mari masuk” supir taxi itu menatap Robert.
“bukankah di dalam ada
penumpangnya?” Robert heran.
Supir taxi itu menoleh ke
belakang, “tidak ada tuan, mari masuk”
Ya
ampun, lagi-lagi.... “a... aku fikir aku akan naik bis saja”
“ok” supir taxi itu
sedikit kesal dan ia menjalankan taxinya, “dasar orang aneh”
Robert mulai putus asa,
“ya Tuhan... kenapa semuanya jadi seperti ini?” ia berjalan.
Seorang pria menghampiri
Robert, “baru keluar dari rumah sakit?”
Robert menatap pria itu
dan mengangguk, lebih baik aku tidak usah
menghiraukannya. Mungkin dia juga bukan manusia.
“kenapa?”
“tidak”
“hey, lukamu masih
terlihat di bagian sini. Apa kau melakukan oprasi mata?”
“darimana kau tau?” Robert
menatap orang itu heran.
Tiba-tiba pria itu
menembus tiang lampu yang ada di depannya, “oops... maaf, aku tidak melihat
itu”
Robert kaget dan ia pun
berlari meninggalkan orang itu, Robert melihat ada bis dan ia menaikinya.
Di dalam bis,
Robert duduk disebelah
nenek-nenek.
“hey nak, ada apa? Kau
terlihat resah?”
Robert hanya menatap nenek
itu dan kembali tidak menghiraukannya, pasti
dia juga bukan manusia.
“hey, aku bicara padamu”
nenek itu memukul tangan Robert.
“aww...”
“anak jaman sekarang
memang tidak sopan” nenek itu kesal.
Ya
ampun dia benar-benar manusia, Robert kaget. “maaf nek,
a..aku kira..”
“apa? Hantu?!” nenek pun
mulai mengomel, “dasar anak muda jaman sekarang, terlalu banyak aktif di dunia
maya blah...blah...blah...”
Robert mulai pusing dengan
ocehan nenek tua itu, tapi ia bersyukur nenek itu manusia. Ia menoleh ke luar
lewat jendela disampingnya, Robert melihat ada kecelakaan yang menewaskan salah
satu korban dan ia pun melihat arwah sang korban diantara kerumunan orang,
arwah itu menatap Robert.
“ah?” Robert kaget dan
hampir ingin loncat.
“argh...” nenek itu
berteriak kaget karena tingkah Robert yang tiba-tiba, ia menoleh dan kembali
mengomel. “kamu itu kenapa? Kalau aku jantungan bagaimana? Aku ini sudah tua,
hormati aku sedikit. Blah..blah..blah...”
“m..maaf.. nek, maaf”
Robert masih takut dengan semua yang terjadi.
Nenek itu menatap Robert
yang pucat, “kau itu kenapa? Seperti baru saja melihat hantu” dan sang nenek
terus mengomel sampai ia turun dari bis.
Sesampainya di rumah,
Robert melamun, bagaimana ini? Aku tidak sanggup hidup
begini.
Setelah minum, Robert
berbaring di kamarnya.
Tiba-tiba HP Robert bunyi.
“ah?” Robert kaget, ia pun
mengambil HP-nya. “hallo?”
“nak, kamu gak apa-apa
kan? Ibu dengar kamu kecelakaan”
“aku gak apa-apa kok bu”
“sayang, ibu sangat sedih
saat mendengarmu masuk rumah sakit”
“aku udah keluar, ibu
tenang aja”
“pulang nak, setidaknya
disini ibu bisa merawatmu. Ibu mohon, jangan menolak lagi. Kembalilah ke rumah,
ibu rindu padamu”
Robert hanya diam.
Beberapa hari kemudian,
Robert membersihkan
wajahnya dan bercermin, “aku akan pulang bu” ia menatap dirinya dan melihat
masih ada sedikit luka di wajah bagian kanannya.
Robert pun berkemas dan
keluar dari rumah itu, ia melihat sepedanya yang rusak parah.
“selamat siang tuan”
seorang pria mendekat.
“siang” Robert tersenyum
dan memberikan kunci rumah itu, “semoga kau betah” ia pun pergi.
Di pesawat,
Robert hanya melamun dan
diam.
“maaf tuan, apa anda
memerlukan sesuatu?” salah seorang pramugari mendekat.
“tidak terima kasih”
Robert tersenyum dan menoleh ke jendela, ia melihat arwah-arwah yang sedang
terbang. “ya Tuhan...”
Robert mengambil majalah
dan mulai membaca, tapi sebenarnya ia memikirkan penglihatannya. Bagaimana ini? Aku harus terbiasa, percaya
atau tidak mereka memang benar ada.
“tuan”
“ah?” Robert kaget dan
menatap orang yang memanggilnya, ternyata itu pramugari yang tadi.
“maaf, anda terlihat
tegang. Apa ada sesuatu?”
“tidak-tidak, tidak ada
apa-apa”
“baiklah, tenang saja ya
tuan. Penerbangan pertama memang sedikit was-was untuk sebagian orang”
pramugari itu tersenyum dan pergi.
“siapa bilang ini
penerbangan pertamaku?!” Robert kesal.
Orang yang duduk disamping
Robert pun tersenyum.
Sesampainya di rumah,
“Robert” ibu menatap
Robert, “ya Tuhan... lihat wajahmu, matamu tidak apa-apa kan nak?”
“tidak apa-apa bu, ibu
tenang saja. Ini hanya luka kecil” Robert tidak mau membuat ibunya khawatir, ibu gak boleh tau kalau aku melakukan oprasi
mata.
Ibu memeluk Robert,
“syukurlah kalau begitu”
Robert tersenyum, ia
mencium kening ibunya. “maafkan aku bu”
“berjanjilah kau tidak
akan meninggalkan ibu lagi”
Robert mengangguk.
Besoknya,
Robert pergi ke taman, ia
duduk di bangku yang menghadap ke kolam ikan.
“selamat pagi” seorang
perempuan duduk disamping Robert.
“pagi” Robert cuek.
Perempuan itu tersenyum,
“kau orang baru ya?”
“bukan”
“begitukah? Aku tidak
pernah melihatmu disini”
Robert menatap perempuan
itu, “memangnya kenapa? Aku tidak boleh kesini?”
“m..maaf, aku tidak
bermaksud begitu” perempuan itu kaget dengan sikap Robert.
Robert memegang lehernya
yang sedikit sakit dan tidak memperdulikan perasaan perempuan itu.
“Alice” seorang pria
memanggil perempuan disamping Robert.
Ya
Tuhan... dia bukan hantu? Robert kaget dan melihat ke arah
Alice.
Alice tersenyum dan
menatap Robert, “permisi tuan, maaf aku telah mengganggumu” Alice berdiri dan
mulai berjalan meninggalkan Robert.
“tunggu” Robert berdiri
dan menatap Alice.
Alice berhenti melangkah
dan menoleh.
Robert mendekat, “aku
minta maaf, aku tidak bermaksud menyinggungmu”
Alice tersenyum, “tidak
apa-apa tuan, aku senang tuan tidak marah padaku”
Pria yang memanggil Alice
mendekati mereka, “hey, kau punya teman baru? Kenapa tidak mengenalkannya
padaku?”
Alice bingung, “kami
bukan...”
“aku Robert, salam kenal”
Robert tersenyum pada pria itu.
“aku Lopez, teman Alice”
Lopez menatap Robert, “ya ampun... wajahmu kenapa?”
“aku jatuh dari sepeda
seminggu yang lalu”
Alice menatap Robert, “apa
lukamu tidak mengenai matamu?”
Robert tersenyum pada
Alice, “aku oprasi mata” Robert menatap mereka, “kalau begitu aku permisi dulu”
“hey, kau tidak mau
jalan-jalan bersama kami?” Lopez menatap Robert.
“terima kasih, mungkin
lain kali aku akan ikut” Robert pun pergi.
Lopez terus menatap Robert
yang sudah jauh, “dia benar-benar bisa melihat kita?”
“ya, mungkin karena
oprasi”
***
Robert pulang,
Ibu sudah menyambutnya di
rumah, “sayang, kamu dari mana? Ibu khawatir padamu”
“aku abis jalan-jalan ke
taman bu”
“apa kau masih mau pake
sepeda?”
Robert tersenyum.
“kamu gak trauma kan nak?”
“tentu saja tidak bu, tapi
aku masih harus mengumpulkan uang untuk membelinya”
“tidak perlu, ayo ikuti
ibu”
Mereka berjalan ke garasi.
“itu untukmu”
Robert melihat sebuah
sepeda diantara mobil mewah milik keluarganya, ia senang. “terima kasih bu”
Ibu tersenyum, ibu akan memberikan apa pun untukmu nak.
Maafkan atas kesalahan ibu saat itu, walau bagaimana pun kau anak ibu
satu-satunya.
Robert memeluk ibunya,
“aku sayang ibu”
Besoknya,
Robert memulai paginya
dengan bersepeda ke taman.
Di taman,
Robert melihat Alice yang
sedang berjalan, “Alice” Robert memanggil Alice dan mendekat.
Alice berhenti berjalan
dan tersenyum melihat Robert, “selamat pagi”
“kamu sendirian aja, mana
Lopez?”
“sebentar lagi juga dia
datang”
“apa kau akan pergi ke
tempat yang kemarin?”
“ya, kau mau ikut?”
“tentu” Robert turun dari
sepedanya dan ia berjalan bersama Alice ke bangku dekat kolam.
Mereka pun duduk.
“Alice, aku minta maaf ya.
Kemarin sikapku...”
“sudahlah, kau kan sudah
mengatakan itu”
“iya, tapi aku...”
“Robert, aku gak apa-apa
kok. Tapi, bolehkah aku tau kenapa sikapmu seperti itu kemarin?”
“emh....” Robert bingung
untuk mengatakannya.
“maaf, aku tidak bermaksud
mencampuri urusanmu”
“tidak apa-apa” Robert
tersenyum, “sebenarnya, setelah oprasi mata. Aku bisa melihat makhluk lain
selain manusia”
“maksudmu arwah dan
hantu?”
Robert mengangguk dan
menatap Alice, “aku tau kau pasti tidak percaya dan menganggapku aneh”
“aku percaya”
“benarkah?”
Alice tersenyum pada
Robert, tapi sebenarnya ia sedih. Tentu
saja aku percaya, aku kan hanya arwah.
“hey, kenapa kau sedih?”
“ah? Tidak, aku baik-baik
saja kok” Alice tersenyum lagi.
“Alice, jika Lopez datang
dan melihat kita berdua seperti ini. Dia tidak akan marah kan?”
“kenapa harus marah? Kami
hanya berteman”
“o ya? Aku kira kalian
berpacaran, maaf ya”
“tidak apa-apa”
“jadi, kamu belum punya
pacar kan?”
Alice menatap Robert.
“maaf, aku...”
“aku belum punya” Alice
tersenyum pada Robert.
“oh, ok” Robert pura-pura
biasa saja.
Alice tersenyum melihat
sikap Robert yang terlihat berpura-pura, “kau sendiri?”
“emh... sudah, aku sudah
punya dua orang anak”
“oh...” Alice sedikit
kecewa mendengar itu.
“aku hanya bercanda”
Robert tersenyum, “aku belum menikah, pacar pun tidak ada”
“oh, begitu....” Alice
sedikit lega.
Lopez datang, “hey Robert,
kau terlihat keren hari ini. Ow... sepedamu juga bagus”
Robert tersenyum, “kau
ingin mencobanya?”
“tidak, aku tidak bisa”
“kau tidak bisa naik
sepeda?”
“dulu aku bisa, sekarang
tidak”
Robert merasa aneh.
“aku juga tidak bisa”
Alice menunduk.
“kau juga? Tenang, aku
akan mengajarimu jika kau mau”
Alice hanya tersenyum dengan
kesedihan di dalam hatinya, seandanya itu
bisa. Bahkan memegangmu saja aku tak akan mampu.
“Alice, kenapa kau
terlihat sedih hari ini?” Robert khawatir.
“aku gak apa-apa kok”
“hey...hey..., bagaimana
kalau kita jalan-jalan ke bukit?” Lopez mengalihkan perhatian.
“ok” Alice kembali
bersemangat.
Robert tersenyum, “ayo”
Di bukit,
Mereka berbaring di
rerumputan.
Lopez menutup matanya dan
mulai ngorok.
Robert menatap langit,
“aku tidak menyangka bisa bertemu dengan kalian disini, sebelum aku kembali.
Aku tidak punya teman di kota ini”
“memangnya teman-temanmu
kemana?” Alice yang berbaring diantara Robert dan Lopez melihat ke arah Robert.
“teman-temanku semuanya
menjadi pembisnis dan hidup di luar kota, bahkan ada yang hidup di luar negeri”
“dan kau?”
“ibuku juga menyuruh aku
melakukan hal yang sama dengan mereka, tapi aku lebih memilih untuk menjadi
seniman”
“seniman? Apa bakatmu?”
“menyanyi, melukis.
Mungkin aku bisa sedikit berakting” Robert tersenyum.
“apa karena itu kau
membiarkan kumis dan jenggotmu tumbuh? Kau tau kan, seniman-seniman itu
biasanya berambut gondrong dan...”
“berantakan?”
“a..aku tidak bermaksud
begitu”
“ya, dulu rambutku
panjang” Robert tersenyum pada Alice, “jika kamu tidak suka, aku akan bercukur
demi kamu”
Alice terdiam mendengar
itu, ya Tuhan... apa aku mencintai
Robert? Kenapa setiap dia bicara seperti itu, aku selalu tidak berdaya?
“Alice?”
“ah? Iya”
“kamu itu kenapa sih?”
“gak apa-apa”
Lopez bangun, “aduh,
bentar lagi panas nih. Mending kita balik yu”
“ok” Alice bangun.
“kalau gitu, aku duluan
ya” Robert bangun dan mengambil sepedanya.
“hati-hati Robert” Alice
melambai.
Robert tersenyum dan
pergi.
Lopez mendekati Alice,
“meski lukanya masih sedikit terlihat, tapi wajahnya boleh juga ya”
“ah?” Alice kaget.
“kau tidak mencintainya
kan Alice?”
“kamu itu bicara apa sih?”
Di rumah,
Robert bercermin di kamar
mandinya, ia menatap dirinya. “mungkin Alice lebih suka jika aku tidak
berkumis? Baiklah, ayo kita mulai”
Robert mengambil pisau
cukur dan mulai bercukur.
Setelah itu,
Robert tersenyum melihat
dirinya yang baru, “waw, kau tampan sekali Downey. Alice pasti akan jatuh cinta
padamu”
Saat ibu pulang,
Ibu kaget melihat Robert
yang begitu rapi, “ya ampun nak”
Robert tersenyum, “selamat
sore bu”
“kau tampan sekali”
“terima kasih”
“apa kau sedang jatuh
cinta?”
“ah, aku.... aku masih
ingin mengetahui dia lebih dekat lagi”
“kau harus memperkenalkannya
pada ibu”
“tentu, tapi aku belum
bisa mengajaknya kemari saat ini. Aku masih belum tau dia menyukaiku atau
tidak”
“dia pasti menyukaimu” ibu
mengelus Robert.
Robert tersenyum.
Besoknya,
Alice duduk di bangku
taman, kenapa Robert tidak datang hari
ini? Biasanya dia sudah duduk disni.
“Alice”
Alice menoleh, “Robert?”
ia kaget melihat penampilan Robert.
Robert tersenyum.
“kamu gak pake sepeda hari
ini?”
“aku bawa mobil, kamu mau
gak jalan-jalan?”
“pake mobil?”
Robert mengangguk,
“ayolah, Lopez juga boleh ikut kok”
Lopez datang, “hey Romeo
and Juliet”
“kamu itu ngomong apa
sih?” Alice menatap Lopez.
Robert tersenyum, “hey
Lopez, hari ini aku bawa mobil. Ayo kita berkeliling, aku hampir lupa dengan
keadaan kota ini”
“ah, maaf sekali. Aku ada
urusan, gimana kalau Alice aja yang nemenin kamu”
“ok” Robert tersenyum
senang.
Alice pun menunduk malu.
Robert membukakan pintu
mobil untuk Alice.
“terima kasih”
Robert tersenyum.
Mereka pun pergi, Lopez
hanya tersenyum melihat mobil Robert yang mulai menjauh.
Di jalan,
“Alice, kau suka dengan
penampilanku?”
Alice menatap Robert.
“maksudku, apa sekarang
aku terlihat lebih baik?”
“kau tampan, bagaimana pun
kau. Kau selalu keren”
“benarkah?”
Alice tersenyum, “kau
tidak percaya?”
“jadi, jika aku menyukaimu
dan memintamu untuk menjadi pacarku. Kau tidak akan menolak kan?”
Alice kaget, “kau itu
bicara apa?”
Robert menghentikan
mobilnya dan menatap Alice, “aku mencintaimu Alice, jadilah pacarku”
Alice terdiam.
Robert tersenyum dan
menunggu jawaban Alice.
“tapi aku...”
“bukankah kau belum punya
pacar? Atau Lopez memang benar pacarmu?”
“bukan itu, hanya saja”
“apa?”
“aku tidak yakin kau akan
bahagia dengan aku”
“apa maksudmu? Aku tidak
mencari kesempurnaan, kita akan saling melengkapi”
Alice menunduk, bagaimana kita akan saling melengkapi jika
aku tidak bisa menyentuhmu?
“Alice, apa aku bukan
tipemu?”
“tidak, kau adalah pria
yang baik. Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa”
Robert melihat kesedihan
di wajah Alice, “o..ok, jika kau bicara begitu. Aku...” Robert bingung dan ia
menatap Alice. “bagiku itu jawaban iya”
Ya
Tuhan... bagaimana ini? Aku tidak bisa menceritakan yang sebenarnya pada
Robert, Alice menatap Robert. Maafkan aku Robert.
Robert tersenyum, “aku
senang kita bisa bersama”
Malamnya,
Di ruang makan, Robert sedang
makan bersama ibunya.
“bagaimana? Dia
menerimamu?” ibu menatap Robert yang terlihat bahagia.
“ya, ibu tenang saja.
Cepat atau lambat, dia akan aku bawa kesini”
“ibu akan menunggu itu”
Suatu malam,
Alice duduk di bangku
taman, “bagaimana ini? Sebenarnya aku tidak tega bilang padanya”
“jadi dia belum tau siapa
kau sebenarnya?” Lopez yang berdiri dihadapan Alice, menatapnya.
Alice mengangguk, “selama
ini dia belum pernah menyentuhku, dia selalu menghormatiku sebagai wanita”
“ya ampun, syukurlah”
“tapi sebenarnya aku
sangat ingin menyentuh Robert, tanganya... wajahnya... aku ingin memeluknya.
Namun aku tidak bisa”
“jangan putus asa begitu,
suatu saat nanti kau pasti bisa”
Alice tersenyum.
Robert datang, “hey”
“hey Robert, tenang saja.
Aku tidak akan mengganggu kalian”
“Lopez, tidak apa-apa kok”
“Alice benar, duduklah
bersama kami” Robert tersenyum pada Lopez.
“sudahlah, aku tau kalian
ingin berduaan” Lopez pergi.
Mereka tersenyum.
“Alice” Robert tiba-tiba
berlutut dihadapan Alice yang sedang duduk.
“R..Robert..?”
“maukah kau menikah
denganku?”
“a..aku...”
“ada apa Alice?”
Alice tidak tahan dengan
hal itu dan ia pergi.
“Alice?” Robert kaget
dengan sikap Alice.
Lopez melihat Alice dan
mengejarnya, “Alice?”
“Lopez...”
“ada apa?”
“dia ingin menikahiku”
“itu bagus kan?”
“Lopez, apa kau tidak
sadar siapa aku?”
“aku tau siapa kau, kau
itu arwah dari tubuh yang masih hidup”
“tidak Lopez, sudah hampir
setahun aku terbaring disana. Tapi arwahku masih seperti ini, aku rasa aku
tidak akan pernah bangun lagi”
“Alice, jangan begitu. Kau
harus semangat, aku percaya kau akan bangun dan menikah dengan Robert”
Mereka berpelukan.
Dan saat hal itu terjadi,
Robert melihatnya.
Robert kesal dan
mengepalkan tangannya, jadi ini
alasannya? Ia pun pergi.
Lopez mengelus Alice,
“temui dia, bilang kau mau menikah dengannya”
Alice mengangguk dan
kembali, tapi Robert sudah tidak ada disana.
Di rumah,
Robert sangat kesal,
“sudah ku duga dia menyembunyikan sesuatu dariku, dia bilang dia mencintaiku.
Tapi kenyataannya dia menyukai Lopez”
“Robert, ada apa?”
“maaf bu, mungkin aku
salah memilih pasangan” Robert pergi ke kamarnya.
Ibu cemas.
Pagi itu,
Alice pergi ke taman dan
duduk di bangku seperti biasa, ia menanti Robert yang tidak pernah datang.
“Alice”
“hey Lopez”
“akhir-akhir ini aku tidak
pernah melihat pacarmu datang”
“mungkin dia marah padaku”
“Alice, jangan sedih. Dia
pasti datang, atau... kita akan mencarinya bersama?”
Malamnya,
Robert duduk di bangku
taman, ia mengingat saat-saat bersama Alice. “kenapa kau tega padaku?”
Dua orang pria mendekat
dan duduk disamping Robert, “hey, kau kenapa? Sepertinya sedang sedih” salah
satu dari mereka merangkul Robert.
Robert tidak peduli dan
masih memikirkan Alice.
“sudah, jangan sedih. Kamu
pasti baru saja patah hati kan?”
“kenapa kalian tau?”
“ah... kau fikir kami yang
sudah berpengalaman ini apa?”
“maaf” Robert menunduk
sedih.
“sudahlah, jadi laki-laki
itu harus kuat. Harus tegar”
“iya, dia benar. Kau harus
percaya, perempuan itu masih banyak bro”
“tapi aku hanya suka
padanya”
“ya ampun”
“eh bro, janur kuning
belum melengkung kan?”
Robert mengangguk.
“kalau gitu kejar dia,
jangan putus asa. Bagaimana jika dia juga mencintaimu?”
“iya bro”
“tapi dia...”
“ayolah, semangat”
“dia pasti mencintaimu”
Robert pun berdiri,
“terima kasih banyak paman” ia berlari.
“iya, sama-sama”
“apa dia baru saja
memanggil kita paman?”
Di bangku dekat kolam,
Alice masih duduk diam, aku mohon datanglah Robert...
“Alice”
“Robert?” Alice berdiri
dan tersenyum.
“apa kau sendirian?”
“ya, aku selalu kesini
untuk menantimu”
Robert menatap Alice, “apa
kau benar-benar mencintaiku?”
Alice terdiam, “kenapa kau
tanyakan itu? Bukankah aku sudah bilang jika aku...”
Robert mendekat dan mau
mencium Alice, tapi ternyata ia tak bisa mencium Alice. Kepalanya menembus
kepala Alice, Robert kaget. “Alice?”
“maafkan aku Robert,
sebenarnya hal ini yang membuatku takut”
Robert sangat kecewa,
“jadi kau hantu?”
“Robert, aku bisa
menjelaskan semuanya”
“tidak perlu” mata Robert
berkaca-kaca dan emosi terlihat jelas di matanya.
“Robert dengarkan dulu”
“kau hantu dan kau hanya
ingin mempermainkan aku”
“tidak Robert, aku sangat
mencintaimu. Sejak awal kita bertemu, aku merasakan sesuatu yang berbeda
padamu”
“lalu kenapa kau tidak
pernah bilang siapa dirimu yang sebenarnya?”
“aku memang ingin
menjelaskan itu padamu, tapi...”
“harusnya kau bilang sejak
awal agar aku tidak kecewa, agar aku tidak terlanjur mencintaimu”
“maafkan aku Robert”
“cukup, aku tidak mau
bertemu denganmu lagi. Kau hantu paling menyebalkan yang pernah aku temui”
Robert pergi meninggalkan Alice.
“Robert”
Di rumah,
Robert masuk ke kamar, ia
kesal. “kenapa semua ini harus terjadi padaku? Lebih baik aku buta jika
akhirnya seperti ini, aku tidak mau melihat dia lagi. Aku tidak mau”
Ibu yang mendengar itu
khawatir, ia mengetuk pintu kamar Robert. “nak, buka pintunya sayang. Ada apa?”
Robert membuka pintunya,
“bu” ia memeluk ibunya.
“nak, ada apa?”
“dia bukan manusia, dia
hanya arwah”
“apa maksudmu?”
Robert pun menceritakan
semuanya.
“jadi kau oprasi mata?”
“ya, benturan keras di
kepalaku membuat aku buta”
“ya Tuhan..., kenapa kau
tidak pernah bilang pada ibu?”
“aku tidak mau ibu sedih”
Di taman,
Alice masih menangis,
Lopez datang.
“Alice? Ada apa?”
“Robert marah padaku, dia
tidak ingin bertemu denganku lagi”
“tapi kenapa?”
“dai tau aku arwah”
Lopez terdiam.
“aku rasa, aku memang
lebih baik menyerah Lopez. Untuk apa aku mempertahankan hidupku jika aku hanya
bisa koma di rumah sakit”
“Alice jangan begitu,
jangan sia-siakan kesampatanmu. Hidup itu indah”
“tapi saat ini hanya
Robert yang membuat itu indah dan dia tidak ingin lagi melihatku”
“Alice?” Lopez kaget
melihat Alice yang menghilang perlahan.
Besoknya,
“Robert?” ibu kaget
melihat Robert sudah berkemas dan memakai pakaian rapi, “kamu mau kemana nak?”
“aku akan menyusul ayah,
bukankah aku akan menjadi penerus di perusahaan kalian?”
“tapi, kenapa mendadak
sekali?”
“maafkan aku bu”
“apa ini gara-gara gadis
itu?”
“dia hanya arwah, aku
tidak ingin menikah dengannya”
Ibu tau perasaan Robert,
ia pun memeluknya. “ya sudah, kamu hati-hati ya”
Robert pun menaiki
mobilnya dan pergi.
Ibu melambai, semoga dia baik-baik saja.
Di perjalanan,
Robert melamun, hatinya
masih sakit dengan kejadian itu.
“hey”
Robert menoleh dan melihat
Lopez berlari di sampingnya, “mau apa kau?”
“Robert, kita harus
bicara”
“aku tidak punya waktu
untuk itu, aku mengejar pesawat”
“kau mau pergi?”
“ya, aku harus pergi”
“Robert ayolah, dengarkan
dulu”
“jangan memaksa Lopez”
Robert menginjak gas.
“hey?” Lopez yang
tertinggal pun terbang menyusul Robert, “dengarkan aku, Alice membutuhkanmu”
“kalian sama-sama arwah,
kau saja yang menjadi pacar Alice”
“tidak Robert, Alice butuh
kau. Sekarang dia ada di rumah sakit dan keadaannya semakin lemah. Hanya kau
yang bisa membuatnya semangat untuk hidup”
“kenapa tidak kau saja?”
“aku sudah mati lima tahun
yang lalu, ayolah Robert. Aku mohon”
“jangan membuat lelucon”
Robert terus menancap gas.
“Robert” Lopez berusaha
mengejarnya dan ia duduk disamping Robert.
“kau?” Robert kesal dan
menatap Lopez, tapi saat menoleh ke depan. “argh?!” mobilnya masuk ke jalur
yang salah dan Robert membanting stir.
Brak...
***
Saat Robert terbangun, ia
berada di rumah sakit.
Lopez bersyukur Robert
tidak apa-apa.
“nak?”
“ibu, apa aku di rumah
sakit?”
“iya, untungnya airbag
mobil menyala”
“dia tidak bisa
melihatku?” Lopez kaget.
Robert tersenyum, “maat
membuat ibu cemas”
Ibu memeluk Robert.
“aku yakin dokter
mengijinkan aku pulang sore ini”
Lopez bingung, “bagaimana
ini? Bagaimana aku bisa membantu Alice jika Robert tidak bisa melihatku lagi?”
Sorenya,
Robert diperbolehkan pulang,
dokter bilang keadaan Robert baik-baik saja.
Saat berjalan, Robert
melihat ke sekitarnya. Tapi sekarang ia tidak melihat ada yang aneh sedikit
pun, semuanya terlihat normal. Aneh...,
apa sekarang penglihatanku sudah normal kembali? Robert senang.
“nak?”
“iya bu?”
“kamu kenapa?”
“aku gak apa-apa” Robert
tersenyum pada ibunya.
Tapi saat berbelok,
“dokter aku mohon,
selamatkan Alice dok. Dia anakku satu-satunya” seorang ibu menangis sambil
menarik-narik lengan baju dokter.
“Alice?” Robert kaget dan
ia berhenti berjalan, Robert pun teringat akan kata-kata Lopez.
“nak?” ibu menatap Robert
yang diam.
“maaf nyonya, ini sudah
hampir setahun dan tidak pernah ada perkembangan. Apa lagi sekarang keadaannya
malah semakin memburuk, kasihan dia nyonya” dokter melepaskan tangan orang itu.
Robert mendekat, “maaf,
apa anda ibunya Alice?”
“iya, anda siapa?”
“aku Robert, aku teman
Alice. Bolehkan aku melihatnya”
“maaf nak, hari ini alat
penunjang hidup Alice akan dicabut”
“aku mohon nyonya,
sebentar saja” Robert pun menatap dokter.
“silahkan tuan”
Robert masuk ke ruang
perawatan Alice, “Alice?”
Ternyata benar kata-kata
Lopez, Alice bukanlah hantu.
Robert memegang tangan
Alice, “bangun Alice, ini aku. Robert” air mata Robert menetes, “maafkan aku
Alice, aku mencintaimu”
Dokter dan orang tua Alice
masuk, ibu Robert yang bingung pun ikut masuk.
“maaf tuan, ini saatnya
kami untuk...”
“tidak dokter, dia harus
hidup” Robert menatap dokter.
Ibu Alice menangis.
“jangan begitu nak” ibu
khawatir dengan sikap Robert.
“Alice bangun, aku tidak
mau semuanya berakhir seperti ini. Jika kau mencintaiku, buktikan padaku.
Bangun Alice”
“tuan” dokter khawatir.
“Robert sudah nak” ibu
mendekati Robert.
Robert menatap Alice, ia
pun mencium kening Alice.
“emh...” Alice membuka
matanya.
Robert tersenyum.
Alice menatap Robert, “kau
siapa?”
“ah..” Robert tak
menyangka Alice akan lupa padanya. “aku hanya seorang teman, aku senang kau
siuman. Semoga kau cepat sembuh, permisi”
Robert pergi dan ibu
mengikutinya.
Alice melihat ibunya,
“ibu”
“nak” ibu Alice
memeluknya, “syukurlah, terima kasih Tuhan”
Di mobil,
“kenapa kau bersikap
seperti itu nak? Bukankah kau mencintai Alice?”
“melihat dia sembuh, itu
sudah cukup bu”
“kau yakin?”
Beberapa hari kemudian,
Robert datang ke taman, ia
melihat bangku di dekat kolam dan mengingat masa-masa bersama Alice.
“Robert”
Robert menoleh, “Alice?”
Alice tersenyum dan air
matanya menetes, ia berlari dan memeluk Robert. “aku senang, akhirnya aku bisa
menyentuhmu”
“Alice”
“aku selalu berharap bisa
memegang tanganmu, aku selalu berharap suatu saat bisa memelukmu seperti ini.
Aku sangat mencintaimu Robert”
Robert menatap Alice dan
menciumnya.
Lopez yang melihat itu pun
tersenyum, meskipun ia tidak bisa bersama mereka lagi. Tapi Lopez senang,
akhirnya mereka bisa bersatu.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar