Sabtu, 22 November 2014

I Wanna Hold Your Hand

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Supranatural, Romance, Comedy garing
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
Robert keluar dari rumah sambil membawa sepeda dari garasinya, ia pun mulai menaiki sepedanya.
Robert terus mengayuh sepedanya di jalan, keadaan pagi itu masih sangat sepi seperti biasanya.
Robert mengingat kata-kata ibunya,
“sampai kapan kau mau seperti ini? Kau fikir hidup itu mudah? Ibu tidak akan pernah setuju jika kau ingin menjadi seorang seniman, ibu ingin kau melanjutkan bisnis ayahmu di luar negeri”
Kenapa ibu tidak pernah mau mengerti? Robert masih terbawa emosi.
Tiba-tiba,
“argh” Robert jatuh terguling dari sepedanya, ia tergeletak dengan sebagian wajah yang berlumur darah. Robert hanya diam tak bergerak dan matanya mulai menutup perlahan.
Tak lama kemudian,
Ambulan datang, Robert pun dibawa masuk dan mereka mulai membersihkan luka Robert.
Robert tersadar, “dimana ini? Apa yang terjadi?”
“tenang tuan, anda baru saja mengalami kecelakaan”
“kecelakaan? Kenapa semuanya gelap? Dimana aku? Apa aku buta? Katakan?! Katakan padaku!” Robert panik.
“tenang tuan, tenang. Anda akan kami bawa ke rumah sakit sekarang”
“katakan bahwa aku tidak akan buta, katakan?!” Robert yang berteriak mulai lemah dan kembali tak sadarkan diri.
Beberapa hari kemudian,
Di ruang perawatan Robert, dokter membuka perban yang menutupi mata Robert.
“coba buka matamu”
Robert membuka matanya perlahan, semakin lama penglihatannya semakin jelas.
“bagaimana tuan Downey?”
Robert tersenyum, “aku bisa melihat dok”
“syukurlah”
Pagi itu,
Robert mulai bersiap untuk pulang, ia pun keluar dari ruang perawatannya. Robert bersyukur bisa melihat lagi, ia melihat orang-orang yang duduk di ruang tunggu. Robert tersenyum, tapi seorang kakek tua menghentikan langkahnya.
“maaf kek, bolehkah aku lewat?”
Orang tua itu menatap Robert.
Robert merasa aneh, tapi saat ia menoleh ke salah satu ruangan. Disana terbaring kakek tua yang sangat mirip dengan kakek yang ada dihadapannya, “ah?” ia kembali menatap kakek tua dihadapannya.
Dengan wajah pucat, kakek itu kembali melihat dirinya yang ada di ruangan tersebut.
Robert pun langsung berlari dengan terburu-buru, ia tidak percaya dengan yang baru saja ia lihat.
Robert berhenti di depan lift, pintu lift terbuka. Tapi ia terdiam karena liftnya penuh.
“tuan, kenapa diam saja? Ayo masuk, mumpung masih kosong” seorang pria yang berapa di dalam lift tersenyum.
Apa maksud dia? Bukankah liftnya penuh? Robert menatap orang-orang yang menatapnya dengan dingin dan kosong.
“tuan, anda melihat apa?” orang itu melihat ke kiri dan kanannya, “disini hanya ada aku”
Ya Tuhan... Robert tersadar, “a..aku akan memakai tangga saja, terima kasih” ia pergi.
Robert pun berlari ke tangga dan ia mencari jalan agar segera keluar dari area rumah sakit.

***

“tuan, ada apa?”
“tuan?”
Setiap orang yang dilewati Robert merasa aneh padanya, tapi Robert tidak menghiraukan mereka. Ia tidak tau mereka manusia atau bukan.
Di luar rumah sakit,
Robert berhenti berlari, “ah... ah...” ia lelah berlari apa lagi lehernya masih memakai penyangga. Robert pun memanggil taxi dan taxi itu berhenti, tapi Robert melihat seorang perempuan dan anak kecil di dalamnya.
“tuan, kenapa diam saja? Mari masuk” supir taxi itu menatap Robert.
“bukankah di dalam ada penumpangnya?” Robert heran.
Supir taxi itu menoleh ke belakang, “tidak ada tuan, mari masuk”
Ya ampun, lagi-lagi.... “a... aku fikir aku akan naik bis saja”
“ok” supir taxi itu sedikit kesal dan ia menjalankan taxinya, “dasar orang aneh”
Robert mulai putus asa, “ya Tuhan... kenapa semuanya jadi seperti ini?” ia berjalan.
Seorang pria menghampiri Robert, “baru keluar dari rumah sakit?”
Robert menatap pria itu dan mengangguk, lebih baik aku tidak usah menghiraukannya. Mungkin dia juga bukan manusia.
“kenapa?”
“tidak”
“hey, lukamu masih terlihat di bagian sini. Apa kau melakukan oprasi mata?”
“darimana kau tau?” Robert menatap orang itu heran.
Tiba-tiba pria itu menembus tiang lampu yang ada di depannya, “oops... maaf, aku tidak melihat itu”
Robert kaget dan ia pun berlari meninggalkan orang itu, Robert melihat ada bis dan ia menaikinya.
Di dalam bis,
Robert duduk disebelah nenek-nenek.
“hey nak, ada apa? Kau terlihat resah?”
Robert hanya menatap nenek itu dan kembali tidak menghiraukannya, pasti dia juga bukan manusia.
“hey, aku bicara padamu” nenek itu memukul tangan Robert.
“aww...”
“anak jaman sekarang memang tidak sopan” nenek itu kesal.
Ya ampun dia benar-benar manusia, Robert kaget. “maaf nek, a..aku kira..”
“apa? Hantu?!” nenek pun mulai mengomel, “dasar anak muda jaman sekarang, terlalu banyak aktif di dunia maya blah...blah...blah...”
Robert mulai pusing dengan ocehan nenek tua itu, tapi ia bersyukur nenek itu manusia. Ia menoleh ke luar lewat jendela disampingnya, Robert melihat ada kecelakaan yang menewaskan salah satu korban dan ia pun melihat arwah sang korban diantara kerumunan orang, arwah itu menatap Robert.
“ah?” Robert kaget dan hampir ingin loncat.
“argh...” nenek itu berteriak kaget karena tingkah Robert yang tiba-tiba, ia menoleh dan kembali mengomel. “kamu itu kenapa? Kalau aku jantungan bagaimana? Aku ini sudah tua, hormati aku sedikit. Blah..blah..blah...”
“m..maaf.. nek, maaf” Robert masih takut dengan semua yang terjadi.
Nenek itu menatap Robert yang pucat, “kau itu kenapa? Seperti baru saja melihat hantu” dan sang nenek terus mengomel sampai ia turun dari bis.
Sesampainya di rumah,
Robert melamun, bagaimana ini? Aku tidak sanggup hidup begini.
Setelah minum, Robert berbaring di kamarnya.
Tiba-tiba HP Robert bunyi.
“ah?” Robert kaget, ia pun mengambil HP-nya. “hallo?”
“nak, kamu gak apa-apa kan? Ibu dengar kamu kecelakaan”
“aku gak apa-apa kok bu”
“sayang, ibu sangat sedih saat mendengarmu masuk rumah sakit”
“aku udah keluar, ibu tenang aja”
“pulang nak, setidaknya disini ibu bisa merawatmu. Ibu mohon, jangan menolak lagi. Kembalilah ke rumah, ibu rindu padamu”
Robert hanya diam.
Beberapa hari kemudian,
Robert membersihkan wajahnya dan bercermin, “aku akan pulang bu” ia menatap dirinya dan melihat masih ada sedikit luka di wajah bagian kanannya.
Robert pun berkemas dan keluar dari rumah itu, ia melihat sepedanya yang rusak parah.
“selamat siang tuan” seorang pria mendekat.
“siang” Robert tersenyum dan memberikan kunci rumah itu, “semoga kau betah” ia pun pergi.
Di pesawat,
Robert hanya melamun dan diam.
“maaf tuan, apa anda memerlukan sesuatu?” salah seorang pramugari mendekat.
“tidak terima kasih” Robert tersenyum dan menoleh ke jendela, ia melihat arwah-arwah yang sedang terbang. “ya Tuhan...”
Robert mengambil majalah dan mulai membaca, tapi sebenarnya ia memikirkan penglihatannya. Bagaimana ini? Aku harus terbiasa, percaya atau tidak mereka memang benar ada.
“tuan”
“ah?” Robert kaget dan menatap orang yang memanggilnya, ternyata itu pramugari yang tadi.
“maaf, anda terlihat tegang. Apa ada sesuatu?”
“tidak-tidak, tidak ada apa-apa”
“baiklah, tenang saja ya tuan. Penerbangan pertama memang sedikit was-was untuk sebagian orang” pramugari itu tersenyum dan pergi.
“siapa bilang ini penerbangan pertamaku?!” Robert kesal.
Orang yang duduk disamping Robert pun tersenyum.
Sesampainya di rumah,
“Robert” ibu menatap Robert, “ya Tuhan... lihat wajahmu, matamu tidak apa-apa kan nak?”
“tidak apa-apa bu, ibu tenang saja. Ini hanya luka kecil” Robert tidak mau membuat ibunya khawatir, ibu gak boleh tau kalau aku melakukan oprasi mata.
Ibu memeluk Robert, “syukurlah kalau begitu”
Robert tersenyum, ia mencium kening ibunya. “maafkan aku bu”
“berjanjilah kau tidak akan meninggalkan ibu lagi”
Robert mengangguk.
Besoknya,
Robert pergi ke taman, ia duduk di bangku yang menghadap ke kolam ikan.
“selamat pagi” seorang perempuan duduk disamping Robert.
“pagi” Robert cuek.
Perempuan itu tersenyum, “kau orang baru ya?”
“bukan”
“begitukah? Aku tidak pernah melihatmu disini”
Robert menatap perempuan itu, “memangnya kenapa? Aku tidak boleh kesini?”
“m..maaf, aku tidak bermaksud begitu” perempuan itu kaget dengan sikap Robert.
Robert memegang lehernya yang sedikit sakit dan tidak memperdulikan perasaan perempuan itu.
“Alice” seorang pria memanggil perempuan disamping Robert.
Ya Tuhan... dia bukan hantu? Robert kaget dan melihat ke arah Alice.
Alice tersenyum dan menatap Robert, “permisi tuan, maaf aku telah mengganggumu” Alice berdiri dan mulai berjalan meninggalkan Robert.
“tunggu” Robert berdiri dan menatap Alice.
Alice berhenti melangkah dan menoleh.
Robert mendekat, “aku minta maaf, aku tidak bermaksud menyinggungmu”
Alice tersenyum, “tidak apa-apa tuan, aku senang tuan tidak marah padaku”
Pria yang memanggil Alice mendekati mereka, “hey, kau punya teman baru? Kenapa tidak mengenalkannya padaku?”
Alice bingung, “kami bukan...”
“aku Robert, salam kenal” Robert tersenyum pada pria itu.
“aku Lopez, teman Alice” Lopez menatap Robert, “ya ampun... wajahmu kenapa?”
“aku jatuh dari sepeda seminggu yang lalu”
Alice menatap Robert, “apa lukamu tidak mengenai matamu?”
Robert tersenyum pada Alice, “aku oprasi mata” Robert menatap mereka, “kalau begitu aku permisi dulu”
“hey, kau tidak mau jalan-jalan bersama kami?” Lopez menatap Robert.
“terima kasih, mungkin lain kali aku akan ikut” Robert pun pergi.
Lopez terus menatap Robert yang sudah jauh, “dia benar-benar bisa melihat kita?”
“ya, mungkin karena oprasi”

***

Robert pulang,
Ibu sudah menyambutnya di rumah, “sayang, kamu dari mana? Ibu khawatir padamu”
“aku abis jalan-jalan ke taman bu”
“apa kau masih mau pake sepeda?”
Robert tersenyum.
“kamu gak trauma kan nak?”
“tentu saja tidak bu, tapi aku masih harus mengumpulkan uang untuk membelinya”
“tidak perlu, ayo ikuti ibu”
Mereka berjalan ke garasi.
“itu untukmu”
Robert melihat sebuah sepeda diantara mobil mewah milik keluarganya, ia senang. “terima kasih bu”
Ibu tersenyum, ibu akan memberikan apa pun untukmu nak. Maafkan atas kesalahan ibu saat itu, walau bagaimana pun kau anak ibu satu-satunya.
Robert memeluk ibunya, “aku sayang ibu”
Besoknya,
Robert memulai paginya dengan bersepeda ke taman.
Di taman,
Robert melihat Alice yang sedang berjalan, “Alice” Robert memanggil Alice dan mendekat.
Alice berhenti berjalan dan tersenyum melihat Robert, “selamat pagi”
“kamu sendirian aja, mana Lopez?”
“sebentar lagi juga dia datang”
“apa kau akan pergi ke tempat yang kemarin?”
“ya, kau mau ikut?”
“tentu” Robert turun dari sepedanya dan ia berjalan bersama Alice ke bangku dekat kolam.
Mereka pun duduk.
“Alice, aku minta maaf ya. Kemarin sikapku...”
“sudahlah, kau kan sudah mengatakan itu”
“iya, tapi aku...”
“Robert, aku gak apa-apa kok. Tapi, bolehkah aku tau kenapa sikapmu seperti itu kemarin?”
“emh....” Robert bingung untuk mengatakannya.
“maaf, aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu”
“tidak apa-apa” Robert tersenyum, “sebenarnya, setelah oprasi mata. Aku bisa melihat makhluk lain selain manusia”
“maksudmu arwah dan hantu?”
Robert mengangguk dan menatap Alice, “aku tau kau pasti tidak percaya dan menganggapku aneh”
“aku percaya”
“benarkah?”
Alice tersenyum pada Robert, tapi sebenarnya ia sedih. Tentu saja aku percaya, aku kan hanya arwah.
“hey, kenapa kau sedih?”
“ah? Tidak, aku baik-baik saja kok” Alice tersenyum lagi.
“Alice, jika Lopez datang dan melihat kita berdua seperti ini. Dia tidak akan marah kan?”
“kenapa harus marah? Kami hanya berteman”
“o ya? Aku kira kalian berpacaran, maaf ya”
“tidak apa-apa”
“jadi, kamu belum punya pacar kan?”
Alice menatap Robert.
“maaf, aku...”
“aku belum punya” Alice tersenyum pada Robert.
“oh, ok” Robert pura-pura biasa saja.
Alice tersenyum melihat sikap Robert yang terlihat berpura-pura, “kau sendiri?”
“emh... sudah, aku sudah punya dua orang anak”
“oh...” Alice sedikit kecewa mendengar itu.
“aku hanya bercanda” Robert tersenyum, “aku belum menikah, pacar pun tidak ada”
“oh, begitu....” Alice sedikit lega.
Lopez datang, “hey Robert, kau terlihat keren hari ini. Ow... sepedamu juga bagus”
Robert tersenyum, “kau ingin mencobanya?”
“tidak, aku tidak bisa”
“kau tidak bisa naik sepeda?”
“dulu aku bisa, sekarang tidak”
Robert merasa aneh.
“aku juga tidak bisa” Alice menunduk.
“kau juga? Tenang, aku akan mengajarimu jika kau mau”
Alice hanya tersenyum dengan kesedihan di dalam hatinya, seandanya itu bisa. Bahkan memegangmu saja aku tak akan mampu.
“Alice, kenapa kau terlihat sedih hari ini?” Robert khawatir.
“aku gak apa-apa kok”
“hey...hey..., bagaimana kalau kita jalan-jalan ke bukit?” Lopez mengalihkan perhatian.
“ok” Alice kembali bersemangat.
Robert tersenyum, “ayo”
Di bukit,
Mereka berbaring di rerumputan.
Lopez menutup matanya dan mulai ngorok.
Robert menatap langit, “aku tidak menyangka bisa bertemu dengan kalian disini, sebelum aku kembali. Aku tidak punya teman di kota ini”
“memangnya teman-temanmu kemana?” Alice yang berbaring diantara Robert dan Lopez melihat ke arah Robert.
“teman-temanku semuanya menjadi pembisnis dan hidup di luar kota, bahkan ada yang hidup di luar negeri”
“dan kau?”
“ibuku juga menyuruh aku melakukan hal yang sama dengan mereka, tapi aku lebih memilih untuk menjadi seniman”
“seniman? Apa bakatmu?”
“menyanyi, melukis. Mungkin aku bisa sedikit berakting” Robert tersenyum.
“apa karena itu kau membiarkan kumis dan jenggotmu tumbuh? Kau tau kan, seniman-seniman itu biasanya berambut gondrong dan...”
“berantakan?”
“a..aku tidak bermaksud begitu”
“ya, dulu rambutku panjang” Robert tersenyum pada Alice, “jika kamu tidak suka, aku akan bercukur demi kamu”
Alice terdiam mendengar itu, ya Tuhan... apa aku mencintai Robert? Kenapa setiap dia bicara seperti itu, aku selalu tidak berdaya?
“Alice?”
“ah? Iya”
“kamu itu kenapa sih?”
“gak apa-apa”
Lopez bangun, “aduh, bentar lagi panas nih. Mending kita balik yu”
“ok” Alice bangun.
“kalau gitu, aku duluan ya” Robert bangun dan mengambil sepedanya.
“hati-hati Robert” Alice melambai.
Robert tersenyum dan pergi.
Lopez mendekati Alice, “meski lukanya masih sedikit terlihat, tapi wajahnya boleh juga ya”
“ah?” Alice kaget.
“kau tidak mencintainya kan Alice?”
“kamu itu bicara apa sih?”
Di rumah,
Robert bercermin di kamar mandinya, ia menatap dirinya. “mungkin Alice lebih suka jika aku tidak berkumis? Baiklah, ayo kita mulai”
Robert mengambil pisau cukur dan mulai bercukur.
Setelah itu,
Robert tersenyum melihat dirinya yang baru, “waw, kau tampan sekali Downey. Alice pasti akan jatuh cinta padamu”
Saat ibu pulang,
Ibu kaget melihat Robert yang begitu rapi, “ya ampun nak”
Robert tersenyum, “selamat sore bu”
“kau tampan sekali”
“terima kasih”
“apa kau sedang jatuh cinta?”
“ah, aku.... aku masih ingin mengetahui dia lebih dekat lagi”
“kau harus memperkenalkannya pada ibu”
“tentu, tapi aku belum bisa mengajaknya kemari saat ini. Aku masih belum tau dia menyukaiku atau tidak”
“dia pasti menyukaimu” ibu mengelus Robert.
Robert tersenyum.
Besoknya,
Alice duduk di bangku taman, kenapa Robert tidak datang hari ini? Biasanya dia sudah duduk disni.
“Alice”
Alice menoleh, “Robert?” ia kaget melihat penampilan Robert.
Robert tersenyum.
“kamu gak pake sepeda hari ini?”
“aku bawa mobil, kamu mau gak jalan-jalan?”
“pake mobil?”
Robert mengangguk, “ayolah, Lopez juga boleh ikut kok”
Lopez datang, “hey Romeo and Juliet”
“kamu itu ngomong apa sih?” Alice menatap Lopez.
Robert tersenyum, “hey Lopez, hari ini aku bawa mobil. Ayo kita berkeliling, aku hampir lupa dengan keadaan kota ini”
“ah, maaf sekali. Aku ada urusan, gimana kalau Alice aja yang nemenin kamu”
“ok” Robert tersenyum senang.
Alice pun menunduk malu.
Robert membukakan pintu mobil untuk Alice.
“terima kasih”
Robert tersenyum.
Mereka pun pergi, Lopez hanya tersenyum melihat mobil Robert yang mulai menjauh.
Di jalan,
“Alice, kau suka dengan penampilanku?”
Alice menatap Robert.
“maksudku, apa sekarang aku terlihat lebih baik?”
“kau tampan, bagaimana pun kau. Kau selalu keren”
“benarkah?”
Alice tersenyum, “kau tidak percaya?”
“jadi, jika aku menyukaimu dan memintamu untuk menjadi pacarku. Kau tidak akan menolak kan?”
Alice kaget, “kau itu bicara apa?”
Robert menghentikan mobilnya dan menatap Alice, “aku mencintaimu Alice, jadilah pacarku”
Alice terdiam.
Robert tersenyum dan menunggu jawaban Alice.
“tapi aku...”
“bukankah kau belum punya pacar? Atau Lopez memang benar pacarmu?”
“bukan itu, hanya saja”
“apa?”
“aku tidak yakin kau akan bahagia dengan aku”
“apa maksudmu? Aku tidak mencari kesempurnaan, kita akan saling melengkapi”
Alice menunduk, bagaimana kita akan saling melengkapi jika aku tidak bisa menyentuhmu?
“Alice, apa aku bukan tipemu?”
“tidak, kau adalah pria yang baik. Aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa”
Robert melihat kesedihan di wajah Alice, “o..ok, jika kau bicara begitu. Aku...” Robert bingung dan ia menatap Alice. “bagiku itu jawaban iya”
Ya Tuhan... bagaimana ini? Aku tidak bisa menceritakan yang sebenarnya pada Robert, Alice menatap Robert. Maafkan aku Robert.
Robert tersenyum, “aku senang kita bisa bersama”
Malamnya,
Di ruang makan, Robert sedang makan bersama ibunya.
“bagaimana? Dia menerimamu?” ibu menatap Robert yang terlihat bahagia.
“ya, ibu tenang saja. Cepat atau lambat, dia akan aku bawa kesini”
“ibu akan menunggu itu”
Suatu malam,
Alice duduk di bangku taman, “bagaimana ini? Sebenarnya aku tidak tega bilang padanya”
“jadi dia belum tau siapa kau sebenarnya?” Lopez yang berdiri dihadapan Alice, menatapnya.
Alice mengangguk, “selama ini dia belum pernah menyentuhku, dia selalu menghormatiku sebagai wanita”
“ya ampun, syukurlah”
“tapi sebenarnya aku sangat ingin menyentuh Robert, tanganya... wajahnya... aku ingin memeluknya. Namun aku tidak bisa”
“jangan putus asa begitu, suatu saat nanti kau pasti bisa”
Alice tersenyum.
Robert datang, “hey”
“hey Robert, tenang saja. Aku tidak akan mengganggu kalian”
“Lopez, tidak apa-apa kok”
“Alice benar, duduklah bersama kami” Robert tersenyum pada Lopez.
“sudahlah, aku tau kalian ingin berduaan” Lopez pergi.
Mereka tersenyum.
“Alice” Robert tiba-tiba berlutut dihadapan Alice yang sedang duduk.
“R..Robert..?”
“maukah kau menikah denganku?”
“a..aku...”
“ada apa Alice?”
Alice tidak tahan dengan hal itu dan ia pergi.
“Alice?” Robert kaget dengan sikap Alice.
Lopez melihat Alice dan mengejarnya, “Alice?”
“Lopez...”
“ada apa?”
“dia ingin menikahiku”
“itu bagus kan?”
“Lopez, apa kau tidak sadar siapa aku?”
“aku tau siapa kau, kau itu arwah dari tubuh yang masih hidup”
“tidak Lopez, sudah hampir setahun aku terbaring disana. Tapi arwahku masih seperti ini, aku rasa aku tidak akan pernah bangun lagi”
“Alice, jangan begitu. Kau harus semangat, aku percaya kau akan bangun dan menikah dengan Robert”
Mereka berpelukan.
Dan saat hal itu terjadi, Robert melihatnya.
Robert kesal dan mengepalkan tangannya, jadi ini alasannya? Ia pun pergi.
Lopez mengelus Alice, “temui dia, bilang kau mau menikah dengannya”
Alice mengangguk dan kembali, tapi Robert sudah tidak ada disana.
Di rumah,
Robert sangat kesal, “sudah ku duga dia menyembunyikan sesuatu dariku, dia bilang dia mencintaiku. Tapi kenyataannya dia menyukai Lopez”
“Robert, ada apa?”
“maaf bu, mungkin aku salah memilih pasangan” Robert pergi ke kamarnya.
Ibu cemas.
Pagi itu,
Alice pergi ke taman dan duduk di bangku seperti biasa, ia menanti Robert yang tidak pernah datang.
“Alice”
“hey Lopez”
“akhir-akhir ini aku tidak pernah melihat pacarmu datang”
“mungkin dia marah padaku”
“Alice, jangan sedih. Dia pasti datang, atau... kita akan mencarinya bersama?”
Malamnya,
Robert duduk di bangku taman, ia mengingat saat-saat bersama Alice. “kenapa kau tega padaku?”
Dua orang pria mendekat dan duduk disamping Robert, “hey, kau kenapa? Sepertinya sedang sedih” salah satu dari mereka merangkul Robert.
Robert tidak peduli dan masih memikirkan Alice.
“sudah, jangan sedih. Kamu pasti baru saja patah hati kan?”
“kenapa kalian tau?”
“ah... kau fikir kami yang sudah berpengalaman ini apa?”
“maaf” Robert menunduk sedih.
“sudahlah, jadi laki-laki itu harus kuat. Harus tegar”
“iya, dia benar. Kau harus percaya, perempuan itu masih banyak bro”
“tapi aku hanya suka padanya”
“ya ampun”
“eh bro, janur kuning belum melengkung kan?”
Robert mengangguk.
“kalau gitu kejar dia, jangan putus asa. Bagaimana jika dia juga mencintaimu?”
“iya bro”
“tapi dia...”
“ayolah, semangat”
“dia pasti mencintaimu”
Robert pun berdiri, “terima kasih banyak paman” ia berlari.
“iya, sama-sama”
“apa dia baru saja memanggil kita paman?”
Di bangku dekat kolam,
Alice masih duduk diam, aku mohon datanglah Robert...
“Alice”
“Robert?” Alice berdiri dan tersenyum.
“apa kau sendirian?”
“ya, aku selalu kesini untuk menantimu”
Robert menatap Alice, “apa kau benar-benar mencintaiku?”
Alice terdiam, “kenapa kau tanyakan itu? Bukankah aku sudah bilang jika aku...”
Robert mendekat dan mau mencium Alice, tapi ternyata ia tak bisa mencium Alice. Kepalanya menembus kepala Alice, Robert kaget. “Alice?”
“maafkan aku Robert, sebenarnya hal ini yang membuatku takut”
Robert sangat kecewa, “jadi kau hantu?”
“Robert, aku bisa menjelaskan semuanya”
“tidak perlu” mata Robert berkaca-kaca dan emosi terlihat jelas di matanya.
“Robert dengarkan dulu”
“kau hantu dan kau hanya ingin mempermainkan aku”
“tidak Robert, aku sangat mencintaimu. Sejak awal kita bertemu, aku merasakan sesuatu yang berbeda padamu”
“lalu kenapa kau tidak pernah bilang siapa dirimu yang sebenarnya?”
“aku memang ingin menjelaskan itu padamu, tapi...”
“harusnya kau bilang sejak awal agar aku tidak kecewa, agar aku tidak terlanjur mencintaimu”
“maafkan aku Robert”
“cukup, aku tidak mau bertemu denganmu lagi. Kau hantu paling menyebalkan yang pernah aku temui” Robert pergi meninggalkan Alice.
“Robert”
Di rumah,
Robert masuk ke kamar, ia kesal. “kenapa semua ini harus terjadi padaku? Lebih baik aku buta jika akhirnya seperti ini, aku tidak mau melihat dia lagi. Aku tidak mau”
Ibu yang mendengar itu khawatir, ia mengetuk pintu kamar Robert. “nak, buka pintunya sayang. Ada apa?”
Robert membuka pintunya, “bu” ia memeluk ibunya.
“nak, ada apa?”
“dia bukan manusia, dia hanya arwah”
“apa maksudmu?”
Robert pun menceritakan semuanya.
“jadi kau oprasi mata?”
“ya, benturan keras di kepalaku membuat aku buta”
“ya Tuhan..., kenapa kau tidak pernah bilang pada ibu?”
“aku tidak mau ibu sedih”
Di taman,
Alice masih menangis, Lopez datang.
“Alice? Ada apa?”
“Robert marah padaku, dia tidak ingin bertemu denganku lagi”
“tapi kenapa?”
“dai tau aku arwah”
Lopez terdiam.
“aku rasa, aku memang lebih baik menyerah Lopez. Untuk apa aku mempertahankan hidupku jika aku hanya bisa koma di rumah sakit”
“Alice jangan begitu, jangan sia-siakan kesampatanmu. Hidup itu indah”
“tapi saat ini hanya Robert yang membuat itu indah dan dia tidak ingin lagi melihatku”
“Alice?” Lopez kaget melihat Alice yang menghilang perlahan.
Besoknya,
“Robert?” ibu kaget melihat Robert sudah berkemas dan memakai pakaian rapi, “kamu mau kemana nak?”
“aku akan menyusul ayah, bukankah aku akan menjadi penerus di perusahaan kalian?”
“tapi, kenapa mendadak sekali?”
“maafkan aku bu”
“apa ini gara-gara gadis itu?”
“dia hanya arwah, aku tidak ingin menikah dengannya”
Ibu tau perasaan Robert, ia pun memeluknya. “ya sudah, kamu hati-hati ya”
Robert pun menaiki mobilnya dan pergi.
Ibu melambai, semoga dia baik-baik saja.
Di perjalanan,
Robert melamun, hatinya masih sakit dengan kejadian itu.
“hey”
Robert menoleh dan melihat Lopez berlari di sampingnya, “mau apa kau?”
“Robert, kita harus bicara”
“aku tidak punya waktu untuk itu, aku mengejar pesawat”
“kau mau pergi?”
“ya, aku harus pergi”
“Robert ayolah, dengarkan dulu”
“jangan memaksa Lopez” Robert menginjak gas.
“hey?” Lopez yang tertinggal pun terbang menyusul Robert, “dengarkan aku, Alice membutuhkanmu”
“kalian sama-sama arwah, kau saja yang menjadi pacar Alice”
“tidak Robert, Alice butuh kau. Sekarang dia ada di rumah sakit dan keadaannya semakin lemah. Hanya kau yang bisa membuatnya semangat untuk hidup”
“kenapa tidak kau saja?”
“aku sudah mati lima tahun yang lalu, ayolah Robert. Aku mohon”
“jangan membuat lelucon” Robert terus menancap gas.
“Robert” Lopez berusaha mengejarnya dan ia duduk disamping Robert.
“kau?” Robert kesal dan menatap Lopez, tapi saat menoleh ke depan. “argh?!” mobilnya masuk ke jalur yang salah dan Robert membanting stir.
Brak...

***

Saat Robert terbangun, ia berada di rumah sakit.
Lopez bersyukur Robert tidak apa-apa.
“nak?”
“ibu, apa aku di rumah sakit?”
“iya, untungnya airbag mobil menyala”
“dia tidak bisa melihatku?” Lopez kaget.
Robert tersenyum, “maat membuat ibu cemas”
Ibu memeluk Robert.
“aku yakin dokter mengijinkan aku pulang sore ini”
Lopez bingung, “bagaimana ini? Bagaimana aku bisa membantu Alice jika Robert tidak bisa melihatku lagi?”
Sorenya,
Robert diperbolehkan pulang, dokter bilang keadaan Robert baik-baik saja.
Saat berjalan, Robert melihat ke sekitarnya. Tapi sekarang ia tidak melihat ada yang aneh sedikit pun, semuanya terlihat normal. Aneh..., apa sekarang penglihatanku sudah normal kembali? Robert senang.
“nak?”
“iya bu?”
“kamu kenapa?”
“aku gak apa-apa” Robert tersenyum pada ibunya.
Tapi saat berbelok,
“dokter aku mohon, selamatkan Alice dok. Dia anakku satu-satunya” seorang ibu menangis sambil menarik-narik lengan baju dokter.
“Alice?” Robert kaget dan ia berhenti berjalan, Robert pun teringat akan kata-kata Lopez.
“nak?” ibu menatap Robert yang diam.
“maaf nyonya, ini sudah hampir setahun dan tidak pernah ada perkembangan. Apa lagi sekarang keadaannya malah semakin memburuk, kasihan dia nyonya” dokter melepaskan tangan orang itu.
Robert mendekat, “maaf, apa anda ibunya Alice?”
“iya, anda siapa?”
“aku Robert, aku teman Alice. Bolehkan aku melihatnya”
“maaf nak, hari ini alat penunjang hidup Alice akan dicabut”
“aku mohon nyonya, sebentar saja” Robert pun menatap dokter.
“silahkan tuan”
Robert masuk ke ruang perawatan Alice, “Alice?”
Ternyata benar kata-kata Lopez, Alice bukanlah hantu.
Robert memegang tangan Alice, “bangun Alice, ini aku. Robert” air mata Robert menetes, “maafkan aku Alice, aku mencintaimu”
Dokter dan orang tua Alice masuk, ibu Robert yang bingung pun ikut masuk.
“maaf tuan, ini saatnya kami untuk...”
“tidak dokter, dia harus hidup” Robert menatap dokter.
Ibu Alice menangis.
“jangan begitu nak” ibu khawatir dengan sikap Robert.
“Alice bangun, aku tidak mau semuanya berakhir seperti ini. Jika kau mencintaiku, buktikan padaku. Bangun Alice”
“tuan” dokter khawatir.
“Robert sudah nak” ibu mendekati Robert.
Robert menatap Alice, ia pun mencium kening Alice.
“emh...” Alice membuka matanya.
Robert tersenyum.
Alice menatap Robert, “kau siapa?”
“ah..” Robert tak menyangka Alice akan lupa padanya. “aku hanya seorang teman, aku senang kau siuman. Semoga kau cepat sembuh, permisi”
Robert pergi dan ibu mengikutinya.
Alice melihat ibunya, “ibu”
“nak” ibu Alice memeluknya, “syukurlah, terima kasih Tuhan”
Di mobil,
“kenapa kau bersikap seperti itu nak? Bukankah kau mencintai Alice?”
“melihat dia sembuh, itu sudah cukup bu”
“kau yakin?”
Beberapa hari kemudian,
Robert datang ke taman, ia melihat bangku di dekat kolam dan mengingat masa-masa bersama Alice.
“Robert”
Robert menoleh, “Alice?”
Alice tersenyum dan air matanya menetes, ia berlari dan memeluk Robert. “aku senang, akhirnya aku bisa menyentuhmu”
“Alice”
“aku selalu berharap bisa memegang tanganmu, aku selalu berharap suatu saat bisa memelukmu seperti ini. Aku sangat mencintaimu Robert”
Robert menatap Alice dan menciumnya.
Lopez yang melihat itu pun tersenyum, meskipun ia tidak bisa bersama mereka lagi. Tapi Lopez senang, akhirnya mereka bisa bersatu.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar