Sabtu, 22 November 2014

Once in a Lifetime

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Supranatural, Romance, Hurt
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah kamar,
“sayang, HP kamu bunyi terus” seorang wanita membangunkan pria disampingnya.
“biarkan saja”
“lebih baik kau melihatnya dulu, kalau tidak. HP-mu akan terus berdering”
Robert bangun dan melihat HP-nya, “Marry” Robert mengangkatnya, “hallo”
“sayang kamu dimana? Kok belum pulang?”
“iya, sebentar lagi aku pulang” Robert menutup HP-nya dan melihat jam, ia menguap. “saatnya pulang cantik”
“lho, katanya kamu mau menginap?”
“maaf, aku sudah di telpon” Robert mengambil bajunya.
“pasti Marry kan? Kalau kamu sayang sama aku, putusin dia dong”
“udahlah, mending kamu tidur lagi. Sampai jumpa besok” Robert mencium kening wanita itu dan pergi.
Di rumah,
Marry begitu cemas, Robert pun datang.
“sayang” Marry tersenyum dan memeluknya.
“hey” Robert melepaskan tangan Marry.
“Robert kamu dari mana? Aku tadi telpon ke kantor, sekretarismu bilang kau sudah pulang sejak sore”
“sudahlah Marry, aku cape. Kepalaku sakit”
“Robert..” Marry mengikutinya ke kamar.
Robert berbaring dan tidur.
“sayang, kepalamu masih sakit ya? Apa sebaiknya kita periksakan ke dokter? Aku takut terjadi apa-apa”
“gak usah, aku cuma butuh tidur”
Marry mengelus Robert dan melihat luka di kening Robert yang sudah hilang, beberapa hari yang lalu Robert mendapatkan cedera pada keningnya akibat kecelakaan dan hal itu membuat Marry sangat khawatir.
“aku sangat mencintaimu” Marry mencium kening Robert dan tidur disampingnya, tapi Marry tidak bisa memejamkan mata. Ia terus memandangi Robert yang tidur membelakanginya.
Apa benar kau punya wanita lain? Aku sangat mencintaimu Robert, semoga saja itu tidak pernah terjadi. Aku percaya padamu, kau pasti setia padaku.
Pagi itu,
“sayang, ayo sarapan”
Robert tersenyum.
“akhir-akhir ini kau sering pulang larut, terkadang kau tidak pulang sama sekali. Apa yang membuatmu begitu sibuk?”
Robert menatap Marry dan senyumannya hilang, “maksud kamu apa?”
“Robert, aku kan cuma nanya. Kamu tau kan? Ada orang yang bilang kalau kamu itu..”
“apa?” Robert sedikit kesal.
“kamu punya pacar lagi selain aku”
Robert menatap Marry, “terus kamu percaya sama mereka?”
“ya enggak gitu, aku cuma...”
“udahlah, aku males ngomongin ini” Robert berdiri dan meninggalkan ruang makan.
“Robert, tunggu” Marry mengejarnya, “aku percaya padamu, aku mencintaimu. Please, jangan marah-marah lagi” Marry memeluk punggung Robert.
“aku harus ke kantor” Robert melepas pelukan Marry.
“hati-hati sayang” Marry mengantarnya ke depan pintu dengan sedikit sedih.
Setelah Robert pergi, Marry kembali masuk dan membereskan pakaian Robert.
Saat sedang memeriksa saku, ia menemukan sebuah foto di salah satu jass Robert. Siapa wanita ini? Marry kaget melihat foto Robert bersama seorang wanita.
Sore itu,
Robert pulang, ia membuka pintu.
Marry yang sudah menunggunya, menatap Robert. “biasanya kamu pulang larut”
“ada apa lagi Marry?”
“tidak ada apa-apa, aku hanya menemukan ini di salah satu jass-mu”
Robert terdiam.
“jadi benarkan? Selama ini kamu selingkuh”
“Marry, itu hanya...”
“apa? Selama ini aku selalu percaya padamu, tapi kau...”
“Marry, dengar. Dia hanya teman, kami sedang bercanda dan teman yang lain memotret kami. Itu hanya pura-pura”
“oh, benarkah?”
“Marry sayang” Robert mendekat dan memegang tangan Marry, “hanya kau pacarku, tidak ada yang lain”
Marry hanya diam menahan emosinya.
Robert menatap Marry, “selamat ulang tahun”
Marry tersenyum, “aku kira kau lupa”
“mana mungkin aku lupa” Robert menciumnya, “aku sudah memesan tempat di salah satu restoran”
“benarkah?” Marry sangat senang, “Robert, maafkan aku. Aku sudah menyangka yang tidak-tidak padamu” ia memeluk Robert.
Robert tersenyum.
Di sebuah restoran,
“Robert, aku sangat bahagia. Terima kasih banyak sayang”
Robert tersenyum, “apa pun untukmu”
Marry menatap Robert dengan agak sedih, seandainya hari ini kau melamarku. Aku akan sangat lebih bahagia Robert, karena dengan itu kita sudah memiliki ikatan dan aku tidak akan pernah ragu lagi padamu.
Robert yang sedang makan menatap Marry, “ada apa sayang?”
“tidak, tidak apa-apa”
“matamu berkaca-kaca”
“aku kan sudah bilang, aku sangat senang. Mungkin aku terharu”
Hp Robert berbunyi.
“sebentar ya” Robert melihat HP-nya, Natalie? Mau apa dia? “sayang, aku nerima telpon dulu ya. Ini salah satu kolegaku”
Marry mengangguk.
Robert pergi menjauh dan mengangkat telpon, “Natalie, aku kan sudah bilang. Malam ini aku tidak bisa”
“aku tau, hari ini ulang tahun Marry kan?”
“iya, please sayang hari ini saja”
Tanpa Robert sadari, Natalie ada di hadapannya.
“Natalie?” Robert terdiam.
Natalie tersenyum dan menutup telponnya, “hey sayang”

***

Marry melihat ke sekitar, “Robert kemana sih? Lebih baik aku menyusulnya” tapi saat berjalan, ia mendengar suara Robert dari balik dinding.
“apa yang kau lakukan disini?” Robert masih menatap Natalie dan mulai cemas.
“aku kan kangen” Natalie memeluk Robert.
“iya, tapi aku sedang bersama Marry” Robert melepas pelukan itu.
“Robert, udahlah. Aku cape gini terus, aku gak mau berbagi kamu dengan Marry. Putuskan saja dia sekarang, kau kan sudah janji padaku untuk memutuskannya”
Marry yang mendengar itu kesal dan menghampiri mereka, “apa itu benar?”
“M..Marry?” Robert kaget.
“apa benar kau ingin putus denganku demi perempuan ini?” Marry menatap Robert dan menunjuk Natalie.
Natalie menatap Marry dengan kesal.
Marry pun pergi sambil menangis.
“Marry”
“sayang, biarkan dia” Natalie memegangi Robert.
“lepaskan aku” Robert mengejar Marry, “Marry”
Di luar restoran,
“ternyata benar, selama ini kau menduakan aku” Marry terus berlari dengan air mata yang tak henti turun.
“Marry maafkan aku”
“jika kau ingin putus, kita putus saja. Sekian lama kita bersama, kau lebih memilih perempuan yang baru kau kenal itu”
“Marry, tunggu Marry. Marry, berhenti. Marry!”
Marry menyembrangi jalan dan sebuah mobil menabraknya.
Brak...
“Marry?!” Robert pun terdiam melihat itu.

***

Sebuah ambulan datang,
“Marry kamu harus kuat sayang” Robert ikut masuk ke ambulan.
Di rumah sakit,
“dokter, tolong selamatkan pacarku dok” Robert memegang kedua pundak dokter dengan cemas.
“saya akan berusaha tuan”
Robert melepaskan tangannya dan membiarkan dokter masuk ke ruangan untuk melakukan tindakan.
Polisi datang,
“selamat malam tuan”
“malam pak”
Mereka pun bicara dan polisi bilang itu adalah tabrak lari.
“semoga istri anda baik-baik saja tuan”
“dia bukan istriku, dia pacarku” Robert menunduk.
Setelah menunggu,
Dokter keluar.
“dokter” Robert berdiri.
“maaf tuan”
“maaf apa? Pacarku baik-baik saja kan? Dia sudah siuman dan menungguku di dalam, iya kan dok?”
“tuan, nona Marry sudah meninggal”
Robert terdiam, “tidak, ini tidak mungkin” mata Robert memerah, “gak mungkin dokter” Robert masuk ke ruangan itu, “Marry” ia melihat Marry yang terbujur kaku, “Marry bangun sayang” Robert memegang tangan Marry, “Marry, ini aku. Robert, pacarmu” Robert menangis, “Marry bangun, maafkan aku Marry. Maafkan aku” Robert memeluknya, “Marry”
Besoknya,
Pemakaman Marry pun dihadiri oleh seluruh kerabat dan keluarga mereka, teman dan para karyawan kantor juga kolega Robert ada disana.
Maafkan aku Marry...
Robert menatap nisan, ia sangat menyesal denggan apa yang ia lakukan selama ini. Robert sadar, Marry adalah perempuan terbaik dalam hidupnya.
Seharusnya aku sudah menikahimu, tapi aku malah menyakiti hatimu sampai kau pergi. Aku memang bukan pria yang baik, maafkan aku Marry.
Robert tetap diam di makam Marry hingga larut malam, rasa menyesal yang begitu dalam membuatnya tidak mau meninggalkan makam Marry.
Malam semakin larut,
Robert tetap diam sendiri disana, “maafkan aku Marry” Robert memegang nisan Marry, “aku sangat mencintaimu, seandainya waktu bisa diputar.  Aku akan membahagiakanmu” air mata Robert menetes.
“apa itu benar?” seorang pria berjubah mendekat.
“siapa kau?” Robert kaget.
“aku bukan siapa-siapa”
“kau mau apa?” Robert berdiri dan menatapnya dengan waspada.
“pria malang dengan penyesalan yang begitu besar, aku hanya ingin membantumu”
“membantuku? Jangan bercanda” Robert mulai kesal.
“hey, aku tidak bercanda. Sejak kau datang, aku sudah mengamatimu dan mendengar semua kata-katamu”
“jadi kau seorang mata-mata? Siapa yang menyuruhmu?”
“Robert Downey Jr, pemilik perusahaan Stark Internasional. Tenanglah”
“dari mana kau tau? Siapa kau sebenarnya?” Robert mengepalkan tangannya.
“jangan lakukan itu, kau harus tenang”
Robert kaget, ia tidak bisa bergerak sama sekali. “apa yang kau lakukan padaku?”
“ini harus ku lakukan agar kau diam”
“aku pasti akan memukulmu”
“ah, mulutmu juga harus diam”
Robert tiba-tiba tidak bisa bicara, ia panik.
“tenanglah, aku sudah bilang kan? Aku hanya ingin membantumu” pria itu mendekat, “aku tadi dengar, seandainya waktu bisa diputar kembali. Kau akan membahagiakan pacarmu, iya kan?”
Robert terus menatap  pria berjubah itu.
“aku akan mengabulkannya, tapi kau harus berjanji. Kau akan membahagiakan dia, jika tidak. Kau akan menanggung sendiri resikonya” pria itu memukulkan tongkatnya ke kepala Robert.
Dak...
Semuanya menjadi gelap.
Saat Robert tersadar, ini di rumah sakit? “awsh...” ia merasakan sakit pada kepalanya. Kepalaku diperban? Ia kaget.
“Robert, syukurlah kau sudah siuman” Marry yang begitu cemas pun tersenyum.
“M..Marry?” Robert kaget.
“kamu baik-baik aja kan? Tadi malem kamu kecelakaan, dokter bilang kamu mabuk berat saat mengemudi”
Robert ingat kejadian itu, apa iya waktu benar-benar berputar?
“Robert?” Marry cemas.
Robert tersenyum dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, “Marry, maafkan aku” Robert memeluknya, “aku sangat mencintaimu”
Marry tersenyum, “aku juga sangat mencintaimu, lebih baik kau istirahat”
“tidak, aku ingin pulang”
“tapi kamu baru siuman”
“aku baik-baik aja kok, aku cuma pingin diem di rumah dan berdua sama kamu”
Marry tersenyum, “lebih baik kamu istirahat disini, aku janji tidak akan kemana-kemana. Aku akan disini menjagamu”
“Marry..”
“Robert, sudahlah. Kamu istirahat aja, ya?”
“b..baiklah”
Marry mengelus Robert dan mencium pipinya, “aku sayang padamu”
Robert hanya diam menatap Marry.
“tunggu sebentar ya, aku mau nanyain hasil scan kepala kamu sama dokter” Marry pergi.
Robert  melihat ke sekelilingnya, apa ini mimpi? Orang misterius itu kan memukulku dengan  tongkatnya, mungkin saja sebenarnya aku pingsan. Robert mencubit pipinya, “aww..” ia kaget, “ini benar-benar nyata?”
Hari itu,
Di rumah.
Marry masuk ke kamar, “sayang, kau baik-baik saja kan?”
Robert menoleh, “tentu saja”
“setelah pulang dari rumah sakit, kau hanya diam di rumah. Bahkan ke kantor pun tidak. Bukankah kau sangat mencintai pekerjaanmu?”
“sayang, satu-satunya yang aku cintai hanyalah kau”
Marry mendekat, “apa yang terjadi sebenarnya?”
“kau sudah mendapat kabar miring tentang aku kan?”
Marry tersenyum, “ya, banyak orang yang mengatakan itu padaku”
“tapi kau tidak percaya pada mereka kan?”
“Robert, kamu itu kenapa sih?” Marry mengelus Robert, “aku hanya percaya padamu, aku tau kau tidak akan melakukannya. Iya kan?”
“emh...” Robert bingung, “iya...”
Marry memeluknya.
Robert hanya diam.
Malam itu,
Robert mengelus Marry yang sudah tidur di sampingnya, aku akan membahagiakanmu. Aku janji.
Marry membuka matanya, ia kaget melihat Robert yang sedang menatapnya. “Robert, kamu belum tidur?”
“maaf ya, kamu jadi bangun”
Marry tersenyum, “justru aku senang, biasanya kau selalu membelakangiku jika tidur”
“itu tidak akan terjadi lagi” Robert memeluknya.
Marry tersenyum dan tidur.
Beberapa hari kemudian,
“sayang, aku berangkat dulu ya”
“iya, kamu hati-hati ya”
“nanti kita makan siang di kedai dekat perusahaan, kamu jangan lupa ya”
“aku tidak pernah lupa”
“baiklah” Robert mencium pipi Marry dan pergi.
Marry tersenyum melihat Robert pergi, Marry sangat bersyukur. Setelah Robert siuman, dia jadi berubah semanis dulu. Robert yang bersikap dingin dan pemarah sudah tidak ada lagi sekarang, dan ia yakin. Semua kabar miring tentang Robert itu tidak benar.
Di perusahaan,
Robert terus memikirkan Marry dan juga hubungannya dengan Natalie, Marry gak boleh tau. Perasaannya akan sangat sakit, aku harus menemui Natalie sebelum semuanya terlambat.
Robert pun pergi.
Di sebuah apartemen,
Natalie membuka pintu, “Robert?” ia senang dan memeluknya.
Robert tersenyum, “Natalie aku ingin bicara”
“sayang kok mukanya serius amat sih? Tumben kamu dateng pagi-pagi, pasti kangen baget kan sama aku?”
“Natalie”
“ok ok, ada apa sih?”
“aku” Robert bingung mengatakannya, “aku ingin putus”
“apa?” Natalie kaget, “putus? Kamu gak bercanda kan?”
Robert menggeleng, “aku serius”
“enggak, aku gak mau”
“Natalie, ayolah. Kamu pasti dapet yang lebih baik dari aku, lagi pula aku sudah punya pacar. Natalie, masih banyak pria di luar sana”
Natalie menampar Robert, “teganya kau” ia menangis, “aku itu cinta banget sama kamu, kamu bilang kamu bakalan mutusin pacar kamu demi aku. Tapi kenyataannya, kamu malah mutusin aku”
“maafkan aku”
“aku gak rela”
Brak...
Natalie menutup pintunya.
Robert kaget dan pergi dengan bingung.
Di kedai,
“Robert kemana ya? Kok belum datang?” Marry yang menunggu cukup lama mulai cemas.
Robert pun datang, “sayang, maaf aku terlambat”
“kamu dari mana? Tadi aku ke kantor, mereka bilang kamu pergi sejak pagi” Marry menatap Robert dengan sedikit kesal.
Robert ingat, saat itu ia marah dan mereka bertengkar di kedai. Aku tidak ingin mengulang lagi kejadian itu, aku tidak mau Marry menangis.
“Robert, kenapa kamu gak jawab aku?”
“iya, maafkan aku sayang. Aku tadi pergi nyari ini” Robert memberikan bunga untuk Marry.
Marry sangat senang, “Robert, ini buat aku?”
Robert tersenyum.
“udah lama kamu gak ngasih aku bunga, makasih ya sayang”
Robert mengelus Marry, “maaf makan siangnya jadi terlambat”
Di rumah,
Robert baru datang, Marry membukakan jass Robert dan menyimpannya bersama jass kotor lain.
“makasih ya sayang”
Marry tersenyum, “inikan udah tugasku, biasanya juga aku yang nyuciin baju kamu”
Robert memeluknya, “terima kasih karena kamu gak menuntut gaji”
“emangnya aku pembantu apa?” Marry tersenyum.
Besoknya,
Di perusahaan, Robert teringat tentang kejadian hari ini.
Ini hari ulang tahun Marry, berarti ini hari terakhirnya. Tapi aku masih belum bisa memberikan yang terbaik, seandainya aku bisa merubah segalanya. Tapi apa yang bisa aku lakukan?
Robert melamun, ia masih memikirkan Marry. Tapi Robert tiba-tiba bangun dari tempat duduknya, ya ampun. Foto itu!
Di rumah,
Marry sedang bersiap untuk mencuci, ia mengambil semua jass Robert dan memeriksa sakunya satu per satu sebelum memasukannya ke mesin cuci.
Robert langsung berlari dan mengambil salah satu jass-nya.
“sayang?” Marry kaget, “kamu udah pulang?”
“ah, aku cuma mau ambil jass ini”
“tapi itu kan jass yang kemarin”
“M..Marry, aku suka jass ini. A..aku akan memakainya lagi”
“Robert, jass yang kamu pakai sekarang juga bagus”
“sudahlah sayang, aku mau ke kantor lagi. Sampai jumpa nanti sore” Robert mencium kening Marry.
“hati-hati” Marry merasa aneh dengan tingkah Robert akhir-akhir ini, apa yang terjadi sebenarnya? Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku?
Di dalam mobil,
“syukurlah, aku masih bisa menyelamatkan ini” Robert mengambil sebuah foto dari saku jass, ia menatap foto itu. Ini harus segera dimusnahkan, ia pun pergi.
Sorenya,
“sayang, aku pulang”
Marry menatap Robert.
“sayang, ada apa?”
“kamu nyembunyiin sesuatu dari aku kan?” ia kesal, “akhir-akhir ini sikap kamu aneh, apa yang terjadi sebenarnya?”
“sayang..” Robert bingung.
“katakan dengan jujur, apa benar kau punya pacar lain selain aku?”
“Marry..”
“jawab Robert”
“tidak, tentu saja tidak. Pacarku cuma kamu” Robert mendekat, “please, percaya sama aku. Cuma kamu satu-satu, gak ada yang lain”
Marry diam, lalu menatap Robert. “aku gak tau harus bilang apa, tapi orang-orang di luar sana selalu memberitauku jika kau punya pacar lain dan perubahan sikapmu membuat aku curiga”
“percayalah padaku Marry” Robert memegang kedua tangan Marry, “aku sangat mencintaimu”
“aku juga” Marry menunduk.
Robert mengelusnya, “selamat ulang tahun sayang, aku sudah memesan tempat di sebua restoran. Kamu mau kan kalau malam ini kita makan malam diluar?”
Marry tersenyum menatap Robert, “ini beneran kan?”
Robert mengangguk dan tersenyum.
Marry memeluknya, “terima kasih sayang”
Tapi dibalik semua itu, sebenarnya Robert sangat sedih.
Malamnya,
Di sebuah restoran.
“Robert, aku sangat bahagia. Terima kasih banyak sayang”
Robert tersenyum, “apa pun untukmu”
Marry menatap Robert dengan agak sedih, seandainya hari ini kau melamarku. Aku akan sangat lebih bahagia Robert, karena dengan itu kita sudah memiliki ikatan dan aku tidak akan pernah ragu lagi padamu.
“sayang, aku punya sesuatu untukmu”
“apa itu?”
Robert mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku jass-nya, “kamu mau kan nikah sama aku?”
Marry terdiam, ia begitu senang. “Robert” Marry menangis, ia sangat terharu. “tentu saja aku mau”
Robert pun tersenyum menutupi kesedihannya, mungkin aku bisa membahagiakanmu di saat terakhirmu Marry.
“hey, bagaimana jika kita berdansa?”
“iya” Marry masih sangat terharu.
“ayo sayang” Robert merangkulnya ke lantai dansa.
Saat sedang berdansa,
Marry terus tersenyum sambil menatap Robert.
“bagaimana perasaanmu?”
“tentu saja aku sangat bahagia, sejak dulu aku berharap kau akan melakukan ini. Sekarang aku tidak akan mencurigaimu lagi”
“begitukah?” Robert tersenyum, “aku senang jika kau bahagia”
“coba kau bayangkan, kita sudah 7 tahun bersama dengan status sebagai pacar. Dan sekarang..”
“iya sayang” Robert memeluknya, “aku tau, maafkan aku”
Marry bingung, “Robert, ada apa?”
Robert menggeleng, “aku hanya ingin memelukmu dengan erat”
“Robert, yang lain kan berdansa”
“tidak apa-apa”
Marry tersenyum dan memeluk Robert.
Tapi Robert melihat Natalie ada disana, Natalie? Kenapa dia disini? Gawat, Robert melepaskan pelukannya.
“sayang, ada apa? Kok muka kamu jadi cemas gitu sih?”
“emh, enggak. Gak ada apa-apa sayang, aku ke toilet dulu ya”
“ok” Marry sedikit curiga.
Robert meninggalkan Marry dan menghampiri Natalie, “apa yang kau lakukan?”
“aku hanya ingin makan, emangnya gak boleh aku datang kesini?”
“kamu gak bermaksud untuk ngehancurin makan malamku sama Marry kan?”
“emangnya kenapa?” Natalie tersenyum, melihat Marry mendekat. Ia pun langsung memeluk Robert dan menciumnya.
Marry terdiam melihat itu.
Robert melepas Natalie, “kamu apa-apaan sih?”
Natalie tersenyum dan melihat ke belakang Robert.
Robert menoleh, “Marry?” ia kaget.
Marry menangis, “apa-apaan kamu? Kamu baru aja ngelamar aku, tapi sekarang kamu udah ciuman sama cewe lain”
“Marry..”
Natalie memegangi tangan Robert.
“aku benci sama kamu” Marry melepaskan cincinnya, “mulai saat ini, kita putus” ia berlari keluar.
“Marry” Robert teriak.
“udahlah sayang”
“lepasin aku” Robert melepaskan tangan Natalie, “kamu itu kenapa sih? Aku udah bilang kan? Kita putus”
“tapi aku masih cinta sama kamu Robert, aku gak bisa mencintai orang lain selain kamu”
“cukup Nat, aku gak mau ngeliat kamu lagi” Robert kesal.
“tapi Robert..”
“harusnya sejak awal kita gak usah ketemu, aku sadar. Kamu itu bukan perempuan baik-baik” Robert mengambil cincin yang dijatuhkan Marry dan mengejarnya, “Marry”
Natalie sangat kesal.
Di luar,
“Marry” Robert terus mengejarnya.
Marry yang masih menangis terus berlari.
“Marry” Robert menariknya, “Marry dengarkan penjelasanku”
“gak ada yang harus dijelasin, semuanya udah jelas”
“ok, aku tau aku salah. Aku minta maaf, perempuan itu memang pacarku. Tapi kami sudah putus, itu semua aku lakukan demi kamu. Please, percaya sama aku”
“cukup, aku gak mau lagi ngedenger apa pun darimu. Aku berhenti, aku cape mencitaimu, aku gak mau lagi”
“Marry” Robert memegang tangan Marry dan berlutut, “please, percaya sama aku. Aku bisa menjelaskan semuanya”
“kamu udah jujur, gak usah ada penjelasan lagi” Marry melepaskan tangan Robert.
Tring...
Cincin yang Robert pegang pun jatuh.
“aku gak mau ketemu kamu lagi” Marry berlari.
Air mata Robert menetes, ia mengambil cincin itu dan melihat Marry menyebrang. Marry, ia ingat kejadian itu. Tidak, Robert langsung berdiri dan berlari ke arah Marry. Ia mendorong Marry ke pinggir jalan.
Marry terjatuh dan saat ia menoleh, Marry melihat sebuah mobil melaju kencang dan menabrak Robert. Marry terdiam kaget, ia melihat Robert tergeletak. “Robert?!”

***

Ambulan pun datang,
Marry ikut masuk, “Robert, kamu harus kuat. Kamu gak boleh ninggalin aku” ia menangis.
Robert membuka matanya, “Ma..rry..” dan matanya kembali tertutup.
“Robert? Robert?!”
Di rumah sakit,
Dokter sedang melakukan tidakkan, Marry yang begitu cemas menunggu di luar.
Dokter pun keluar.
“dok, gimana keadaan Robert? Dia baik-baik aja kan dok?”
“nona, sebenarnya saya ingin minta tolong”
“minta tolong?”
Marry diajak masuk ke ruang tidakan, dokter bilang tangan kanan Robert terus mengepal dan sulit untuk membukanya.
Marry mendekat dan berbisik, “sayang, kamu dengar aku kan?” Marry menangis melihat keadaan Robert, “dokter mau mengobatimu, buka tanganmu ya. Kamu gak keberatan kan?” Marry membukanya perlahan, ia melihat sebuah cincin. Ya Tuhan...
Marry semakin sedih, “sayang aku janji akan memakainya kembali, please buka tangan kamu”
Dan tangan Robert pun terbuka dengan mudah.
“aku janji aku akan menunggumu di luar, aku sangat mencintaimu” Marry pergi, ia menangis di ruang tunggu.
Polisi pun datang.
“selamat malam nona”
“malam” Marry menatap pak polisi.
“kami sedang menyelidiki kasus ini, bisa tolong diceritakan kejadiannya?”
Mereka pun bicara.
“kami rasa, ada unsur kesengajaan dalam kasus ini”
“jadi maksud bapak, orang itu sengaja menabrak Robert?”
“mungkin target sebenarnya adalah anda nona”
“saya?”
Pak polisi pun mendapat telpon bahwa sang tersangka sudah berhasil ditangkap.
“kalau begitu saya permisi, semoga pacar anda baik-baik saja”
“terima kasih pak”
Dokter keluar,
“dokter?”
“maafkan kamu nona”
“maaf apa? Pacarku baik-baik saja kan dok? Robert akan sembuh, iya kan?”
“keadaannya terus menurun dan kami rasa, dia tidak akan selamat”
“apa maksud dokter?”
“maaf nona, kami sudah berusaha sebisa kami”
Marry menggeleng dan masuk ke ruangan itu, ia melihat Robert dan mendekat. “sayang bangun, Kamu harus tunjukin bahwa yang dikatakan dokter itu salah. Bangun Robert, kamu baik-baik aja kan?” Marry menangis, “bangun Robert, aku janji. Kalau kamu bangun, aku gak akan marah lagi. Aku akan dengerin semua penjelasan kamu dan aku akan percaya padamu, aku janji. Tapi kamu harus bangun” Marry memeluk Robert, “maafin aku, seandainya aku gak lari ke jalan. Mungkin semua ini gak akan terjadi, aku sangat menyesal Robert. Kamu harus sembuh, kamu gak boleh ninggalin aku”
Arwah Robert melihat itu, ia sedih melihat Marry. Maafkan aku Marry, tapi aku harus pergi. Semoga kau mendapatkan pria yang lebih baik dariku, aku percaya itu. Karena kau adalah perempuan yang sangat baik.
Pria berjubah itu pun datang, “kau mengubah takdir?”
Robert menoleh dan tersenyum, “aku sudah siap”
Pria itu tersenyum, “kau menukarkan nyawamu untuknya?”
“maafkan aku, aku sadar aku tidak bisa membahagiakan Marry. Tapi mungkin dengan hal ini, aku bisa memperbaiki semuanya. Sekarang aku siap untuk pergi”
“pergi kenapa?”
Robert kaget, “bukankah kau datang untuk menjemputku?”
“menjemput apa? Aku ini bukan malaikat pencabut nyawa, sembarangan kamu”
“terus, kamu ngapain kesini?”
“ya ampun, pria malang sungguh malang” ia mendekat, “coba kau lihat pacarmu itu, dia amat sedih. Bukankah kau berjanji untuk membahagiakan dia?”
“maaf, tapi aku sudah menukarkan nyawaku untuknya. Aku rasa dia akan mendapatkan kebahagian dari orang lain jika dia tetap hidup”
“kau fikir dengan kematianmu dia akan bahagia? Jika kau mati sekarang, dia akan sangat kehilanganmu”
“dia pasti akan mendapatkan penggantiku”
“ok, mungkin kau benar. Tapi dia akan sedih untuk waktu yang lama dan itu tandanya, kau sudah mengingkari janjimu padaku”
“jadi aku harus bagaimana?”
“bagaimana apanya? Tentu saja kau harus kembali ke tubuhmu dan membuat dia bahagia sesuai dengan janjimu”
“maksudmu, aku tidak mati?”
“tentu saja tidak, aku kan sudah bilang. Aku bukan malaikat pencabut nyawa, ya ampun. Kau masih tidak mengerti juga ya?”
Robert tersenyum, “terima kasih, aku janji aku akan membahagiakannya”
“nah begitu, kau harus semangat hidup. Ya sudah, aku pergi dulu”
“tunggu”
Pria itu berhenti dan menoleh, “apa lagi?”
“siapa kau sebenarnya?”
Pria itu tersenyum, “aku hanya utusan Tuhan” ia pun pergi dan menghilang.
Robert membuka matanya, ia melihat Marry yang tertidur. “M..Mar..Marry...” Robert menggerakkan tangannya perlahan dan mengelus kepala Marry.
Marry terbangun, “Robert?” ia sangat senang Robert siuman, “sayang, syukurlah” Marry menangis lagi.
Robert melihat mata Marry yang bengkak, “jangan menangis...”
Beberapa hari kemudian,
“sayang, terima kasih banyak ya. Kau sudah menyelamatkan nyawaku”
“apapun akan ku lakukan untukmu, aku senang kau tidak marah lagi padaku”
“mana mungkin aku marah, seandainya saat itu kau tidak selamat. Aku pasti akan sangat sedih” Marry mengelus pipi Robert.
“terima kasih kau mau menerima ku lagi, setelah semua yang sudah aku lakukan padamu. Tapi kau masih..”
“sudah, jangan bicarakan itu lagi. Aku ingin kita melihat masa depan”
Robert tersenyum, “masa depan sudah jelas terlihat sayang, kau akan menjadi nyonya Downey”
Marry tersenyum dan memeluk Robert.
Hari itu,
Di sebuah penjara.
“kau yakin tidak ingin ikut menemuinya?” Robert menatap Marry.
“aku tunggu disini saja”
“baiklah” Robert masuk, ia melihat Natalie di balik teralis.
“Robert” Natalie sedih, “maafkan aku, kau baik-baik saja kan?”
“aku baik-baik saja”
“aku sungguh menyesal telah mencelakaimu”
“aku tau targetmu yang sebenarnya adalah Marry”
“maafkan aku”
“aku sudah memaafkanmu, Marry juga. Tapi hukum tetap harus berjalan kan?”
“aku tau, aku siap menjalankan hukuman apa pun itu. Terima kasih kalian sudah memaafkan aku”
“aku tau, sebenarnya kau orang baik”
“aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi, aku sungguh menyesal” air mata Natalie menetes.
“jangan menangis” Robert menghapusnya.
“Robert, bolehkah aku meminta sesuatu darimu. Aku janji, ini yang terakhir kalinya”
“apa?”
“cium aku”
Permintaan itu sangat sulit untuk Robert, tapi akhirnya ia mau mencium Natalie.
Di luar,
Marry cemas, apa lagi Natalie pernah menjalin hubungan dengan Robert.
Robert keluar, “sayang”
Marry menatap Robert.
“kamu baik-baik aja kan?”
Marry mengangguk.
Robert memeluknya, “tenang saja, cintaku itu cuma buat kamu. Kamu harus percaya, kamu lihat cincin di jariku. Ini akan membuatku selalu ingat padamu, begitu pun sebaliknya”
“aku tau”
Malamnya,
Marry tersenyum melihat Robert yang sudah menyiapkan makan malam romantis untuknya.
“selamat malam nyonya Downey” Robert mencium tangan Marry, “ijinkan aku untuk memakaikan kalung ini untuk nyonya”
Marry kaget melihat Robert memegang sebuah kalung permata yang cantik.
Robert pun memakaikan kalung itu, “kau suka?”
Marry berbalik dan menatap Robert, “tentu saja aku suka, terima kasih Robert” Marry memeluknya.
Robert tersenyum dan memeluk Marry.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar