Rabu, 25 Februari 2015

And I Love Her

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
Cecillia masuk ke sebuah kamar, ia mendekati perempuan yang tidur disamping seorang pria. “nona, bangun nona”
“emh...” perempuan itu bangun, “ada apa sih?”
“di bawah, mobil sudah siap untuk mengantar anda. Ini baju anda, aku takut tuan marah jika masih melihat anda disini”
Perempuan itu menatap Cecillia dengan aneh, ia pun mencium pipi pria yang tidur disampingnya, “sampai jumpa Robert, aku sangat mencintaimu” ia pergi.
“tuan, bangun tuan. Anda bisa terlambat bekerja, tuan”
Robert membuka matanya, “emh..”
“tuan” Cecillia memegang lengan pria itu.
“apaan sih? Lepas” Robert melepaskan tangan Cecillia.
“maaf tuan”
Robert bangun dengan marah, “heh, Cecil.  Apa kau lupa itu perusahaanku? Terserah aku mau datang jam berapa”
“tapi tuan, bukankah anda kemarin marah karena aku tidak membangunkan tuan pagi-pagi?”
“oh, kamu ngelawan?”
“ti..tidak tuan, saya minta maaf” Cecillia menunduk.
“jika bukan karena ibu, sudah ku pecat kau sejak dulu. Pembantu bodoh, tidak berguna” Robert berdiri dan mengambil handuknya.
“maaf” Cecillia keluar dari kamar itu.
Di ruang makan,
Robert melihat Cecillia sudah menyiapkan sarapan, ia duduk dan menatap Cecillia.
“silahkan tuan”
“aku senang hari ini kau mengusir perempuan itu lebih awal, biasanya kau selalu lupa. Kau tau betapa bencinya aku melihat perempuan yang sama di pagi hari?”
“iya tuan, saya janji akan melakukan yang terbaik”
“ya, kau hanya bicara kan? Selalu ceroboh dan mengulangi kesalahan” Robert makan.
Cecillia menunduk.
Di luar,
Mobil pun sudah disiapkan dan Robert masuk ke mobil.
Cecillia tersenyum, “hati-hati tuan”
Robert menatap Cecillia, “kau yang harus hati-hati” ia menjalankan mobilnya.
Cecillia sedih, Robert selalu kasar padanya. Meski ia berusaha sabar, tapi tingkah Robert selalu keterlaluan. Cecillia selalu salah dimatanya.
Cecillia menelpon ibunya, “ibu, ini aku. Aku sudah tidak kuat lagi, tuan Robert tak sebaik orang tuanya. Aku ingin kembali bekerja disana dengan ibu” Cecillia menangis.

***

Di perusahaan,
Robert marah-marah kepada sekretarisnya, “masa gini aja kamu gak bisa?” ia melemparkan berkas ke muka sekretarisnya.
“maaf tuan”
“sudah berapa lama kau jadi sekretarisku?”
“dua tahun”
“kau bilang pengalamanmu banyak, tapi hasilnya mana?”
Sekretaris itu menunduk.
“kau dipecat”
“tapi tuan...”
“pergi, tidak ada gaji atau pun pesangon untukmu”
“baik aku akan pergi” perempuan itu kesal, “kau adalah pria sombong yang tidak punya perasaan, semoga Tuhan membalas semua yang kau lakukan dan aku yakin. Aku yakin semua orang yang kau sakiti akan mensyukuri itu” ia pergi.
Robert memalingkan wajahnya dengan kesal, “semua orang sepertimu memang membenciku”
Sorenya,
Robert sedang berciuman dengan seorang wanita.
“aku mencintaimu Robert”
“ya, aku juga” Robert menatap wanita itu.
“kau janji kan tidak akan menduakanku?”
“ya” Robert tersenyum, “nanti malam kau akan datang?”
“tentu” wanita itu mengelus Robert.
Seorang perempuan masuk ke ruangan Robert dan kesal melihat itu, “apa-apaan kalian?”
Mereka menatap perempuan itu.
“Robert, apa yang kau lakukan?” perempuan itu menatap Robert.
“aku mencium pacarku” Robert tersenyum.
Wanita itu tersenyum dan memeluk Robert.
“tapi kau pacarku” perempuan itu kesal.
“hubungan kita sudah berakhir sejak tadi pagi”
“kau gila” perempuan itu marah dan pergi.
Robert tidak perduli dan kembali memeluk wanita itu.
Malamnya,
Robert sedang mengendarai mobilnya, tiba-tiba mobil oleng karena bannya pecah. Robert panik, mobil pun menabrak tiang dan terbalik di dekat terotoar.
“tolong” Robert yang terluka tidak bisa keluar.
Asap mulai keluar dari mesin, para warga yang ingin menolongnya takut mobil meledak dan hanya diam menjaga jarak.
Seseorang menelpon pemadam kebakaran, “iya pak, saya khawatir mobil akan segera meledak. Iya, sepertinya di dalam mobil ada seorang pria”
Mereka tidak tau itu Robert, karena asap dan luka Robert membuatnya tidak begitu jelas.
“tolong” Robert berusaha membuka pintu yang terkunci, tapi kakinya terjepit. “tolong aku, aku tidak bisa keluar. Aku tidak mau mati” air matanya menetes, “tolong aku”
Suara dari sirine pemadam pun mulai terdengar, para warga mulai lega. Tapi tiba-tiba, mobil meledak.
Di rumah Robert,
Cecillia sudah mengepak barangnya, ia pun menyimpan surat pengunduran dirinya di meja dan keluar dari rumah Robert.
Telpon rumah berdering, tapi Cecillia tidak mendengar itu. Ia berjalan keluar dari rumah dan menutup pagarnya.
Selamat tinggal tuan, semoga anda baik-baik saja. Cecillia menatap rumah Robert dan memanggil taxi, tapi Hp-nya berdering. Cecillia mengangkatnya, “halo” ia kaget, “ii..iya pak”
Di rumah sakit,
Cecillia berlari masuk ke ruang perawatan Robert, ia melihat seluruh tubuh dan wajah Robert yang dibalut perban. “ya Tuhan... tuan?” Cecillia mendekat, ia khawatir.
Dokter masuk, “nona”
Cecillia menoleh, “dokter, apa yang terjadi?”
“pacar anda kecelakaan, mobilnya meledak”
“maaf dok, saya pembantunya”
“benarkah? Tapi dari hasil pelacakan Hp-nya, hanya ada nomor telepon rumah, kantornya dan anda”
“saya dok?” Cecillia kaget dan melihat ke arah Robert, “dia akan sembuh kan?”
“kaki dan tangannya patah, luka bakarnya juga cukup parah. Mungkin butuh waktu lama untuk sembuh”
Cecillia menunduk.
Besoknya,
Ibu Robert datang dan melihat keadaan Robert, “ya Tuhan...”
“nyonya” Cecillia khawatir.
“berjanjilah kau akan menjaga Robert”
Cecillia terdiam, karena sebelumnya ia berniat untuk pergi.
“Cecil?”
“a...aku... iya nyonya, aku janji”
Beberapa hari kemudian,
Perban Robert dilepas, Robert melihat luka di tubuhnya.
“tidak, aku tidak mau” Robert menangis dan mengamuk, “aku gak mau tubuhku begini, aku gak mau” Robert yang tidak bisa bergerak hanya bisa berteriak, “aku gak mau cacat”
Cecillia mendekat, “tuan, tenanglah. Anda akan baik-baik saja”
“baik-baik saja apanya? Kau tidak lihat luka-luka ini? Kau senang kan aku tidak bisa berbuat apa-apa?”
“tidak tuan, sungguh”
Dokter yang melihat keadaan Robert tidak stabil, menyuruh suster menyuntik Robert. Robert pun melemas dan menutup matanya.
“tuan?” Cecillia khawatir.
“tenang, itu hanya obat penenang” dokter tersenyum, “kalau begitu saya permisi dulu”
Suster pun mengikuti dokter keluar.
Cecillia mengelus Robert, meskipun tingkahnya buruk dan sering menyakiti hati Cecillia. Tapi Cecillia merasa iba melihat keadaan Robert, apa lagi ia sudah berjanji pada ibu Robert untuk menjaganya. “tuan harus tenang, aku yakin tuan akan sembuh”
Robert membuka matanya, “Cecil...”
“tuan” Cecillia tersenyum.
“aku tidak mau seperti ini”
“tuan harus tenang, tuan akan sembuh”
“kenapa aku tidak mati saja?”
“tuan jangan bicara begitu, dokter bilang tuan akan sembuh”

***

Sebulan kemudian,
Robert yang sudah bisa menggerakan tangannya bercermin, ia melihat wajah dan tubuhnya, Robert kesal dan melemparkan cermin ke lantai.
Mendengar suara benda yang pecah, Cecillia masuk. Ia khawatir, “tuan, ada apa?”
“wajahku jelek, seluruh tubuhku penuh luka. Tidak akan ada wanita yang menyukaiku lagi, tidak akan ada orang yang menghargaiku lagi”
“tuan, tenanglah”
“tenang? Kau tidak merasakannya, coba kau jadi aku” mata Robert memerah.
Cecillia memeluk Robert, “tuan harus tenang, dokter bilang keadaan tuan masih belum stabil”
Robert melepas pelukan Cecillia, “jangan peluk aku, kau itu hanya seorang pembantu”
“maaf tuan”
Robert mencabut infusannya dan turun dari ranjang, ia jatuh dan merangkak.
“tuan, jangan” Cecillia memegangi Robert dan mau membantunya berdiri.
“lepaskan aku, lepas”
“tuan” Cecillia membantu Robert duduk dan memeluknya, “cukup tuan, cukup” ia membalut tangan Robert yang mengeluarkan darah, “tuan harus sabar, tuan harus banyak bersyukur karena Tuhan masih memberi kesempatan kepada tuan untuk hidup”
Robert menangis, “aku tidak mau hidup begini”
“tuan, tuan akan segera sembuh” Cecillia menatap Robert, “buktinya, tangan tuan sudah bisa digerakan kan? Tuan harus sabar, aku yakin tuan akan kembali seperti dulu lagi. tuan akan kembali tampan, tuan akan kembali berjalan seperti dulu dan orang-orang yang saat ini menghina tuan..” air mata Cecillia menetes, “mereka akan kembali menghargai tuan”
Robert pun diam di pelukan Cecillia.
Besoknya,
Ibu Robert kembali datang, ia melihat Cecillia yang menangis keluar dari ruang perawaatan Robert, “Cecil, ada apa?”
“nyonya?” Cecillia kaget dan menghapus air matanya, “aku gak apa-apa kok”
“Robert berbuat kasar padamu kan?”
“tidak nyonya”
“jangan bohong, aku tau sikap Robert terhadapmu. Bahkan dulu, saat Robert masih tinggal bersamaku. Dia sering menyakiti perasaan ibumu”
Cecillia diam.
Ibu masuk ke ruang perawatan Robert.
“mau apa lagi kau?” Robert kesal, tapi saat ia menoleh. “ibu?” Robert terdiam kaget.
“apa yang kau lakukan pada Cecil?”
“apa maksud ibu?”
“kenapa kau malah kembali bertanya?”
“dia menyebalkan, aku tidak suka”
“benarkah? Menurut ibu, dia orang yang baik”
Robert tersenyum kesal.
“Robert, jaga sikapmu. Kau tidak boleh bersikap seperti ini, Cecil selalu merawatmu. Bahkan dia selalu tabah menghadapi sikapmu”
“bu...”
“apa kau benar-benar tidak punya perasaan? Apa anak ibu tidak bisa merasakan perasaan orang lain?”
Robert diam.
“jika kau terus begini, tidak akan ada orang yang peduli padamu”
“semua orang sudah memandangku sebelah mata, hidupku sudah hancur bu”
“pernahkah kau berfikir? Mungkin ini karma dari Tuhan atas sikapmu”
Air mata Robert menetes.
“tapi kau tidak boleh putus asa dengan ini, kau harus memperbaiki sikapmu. Berjanjilah pada ibu” ibu mengelus Robert.

***

Beberapa minggu kemudian,
“ibu senang kamu sudah banyak kemajuan nak, maaf ibu hanya bisa menjengukmu sebentar”
“aku mengerti, ibu sangat sibuk kan? Lagi pula disini ada Cecil yang menemaniku”
“kau janji akan memperlakukannya dengan baik?”
Robert mengangguk dan tersenyum.
“ya sudah, jaga dirimu baik-baik nak. Ibu sayang padamu” ibu memeluk Robert.
“aku juga sayang ibu” Robert mencium pipi ibunya.
Ibu pun pergi.
Robert senang ia bisa menggerakan jari kakinya, aku pasti bisa berjalan lagi.
“selamat pagi tuan” Cecillia masuk.
“pagi” Robert menatap Cecillia.
“Apa aku mengganggu tuan?”
“tidak” Robert melihat ke arah lain, “apa yang kau bawa?”
“ini sarapan untuk tuan, tuan bilang tuan sudah bosan dengan makanan rumah sakit kan?” Cecillia mendekat dan duduk.
Robert menatap Cecillia, “kenapa kau begitu baik?”
“maksud tuan?”
“aku selalu jahat padamu, harusnya saat aku sekarat kau meninggalkanku dan membiarkan aku mati dalam keterpurukan” Robert tersenyum, matanya mulai memerah dan ia memalingkan wajahnya.
Cecillia sedih, “sejujurnya malam itu, aku memang akan pergi dari rumah tuan. Tapi saat mendengar kabar tuan, aku lebih baik bersama tuan disini”
Robert menatap Cecillia, “maafkan aku ya, di hp-ku hanya ada nomormu” Robert tersenyum, “selalu saja kau, tapi aku malah kasar padamu. Tentu saja hanya kau satu-satunya, semua orang membenciku”
“sudahlah tuan, jangan bicara begitu. Lagi pula aku senang bisa sedikit berguna”
Robert kembali tersenyum dan menatap Cecillia, “kau bukan saja berguna, tapi kau sangat berarti”
Cecillia terdiam.
Beberapa hari kemudian,
“dok, aku sangat berterima kasih karena kau sudah mengobatiku dengan baik”
“sama-sama tuan, saya senang bisa menolong anda”
Robert tersenyum dan Cecillia mendorong kursi rodanya keluar rumah sakit, ia membantu Robert duduk di kursi mobil.
“pelan-pelan tuan”
Robert menatap Cecillia sambil tersenyum.
Cecillia duduk disamping Robert, “jalan pak”
Di jalan,
Robert menatap Cecillia, “aku tidak pernah menyadari jika kau begitu cantik”
Cecillia menatap Robert dengan kaget.
Robert memegang tangan Cecillia, “terima kasih banyak ya, aku harap kau tidak akan pernah mengundurkan diri”
Cecillia tersenyum dan mengangguk.
Di rumah Robert,
Cecillia membantu Robert berbaring di kamarnya.
“Cecil” Robert memegang tangan Cecillia, “temani aku”
“b..baik tuan” Cecillia duduk di ranjang.
Robert tersenyum dan menutup matanya.
Setelah Robert tertidur.
Semoga tuan cepat sembuh... Cecillia pun keluar.

***

Tiga bulan kemudian,
“Cecil”
“iya tuan” Cecillia mendekati Robert yang duduk di sofa.
“kau sedang apa?”
“aku sedang mencuci”
“sudahlah, biar loundry yang melakukannya. Lebih baik kau duduk disini bersamaku”
“tapi...”
“kau tidak mau? Kau lebih memilih cucian itu dari pada aku?”
Cecillia duduk, “tuan jangan bicara begitu”
“mulai besok aku akan mencari pembantu baru”
“apa aku akan...”
“tidak” Robert tersenyum, “kau tetap disini, menemaniku. Mulai sekarang dan seterusnya”
“a..aku tidak mengerti”
“tugasmu hanya menemaniku, tidak ada mencuci atau membersihkan rumah blah.. blah.. blah..”
“tapi tuan..”
“jangan khawatir, aku tetap membayarmu. Jadi kau tidak usah merasa rugi”
“tidak, bukan itu. Aku hanya merasa tidak berguna jika tidak melakukan apa-apa”
“kau sangat berguna lebih dari itu Cecil”
Cecillia diam.
“dulu, aku merasa diriku yang paling hebat. Aku tidak perduli dengan perasaan orang lain dan melakukan apa pun sesuka hatiku, tapi setelah kecelakaan itu. Aku sadar, manusia itu hidup membutuhkan orang lain” Robert tersenyum, ” dan kau menyadarkanku akan semua itu, kau begitu baik. Padahal selama ini aku..”
“sudahlah tuan”
“Cecil, jadilah pacarku”
Cecillia terdiam.
Robert masih  menatap Cecillia.
“tuan, apa tuan ingin aku menemanimu malam ini dan pergi sebelum kau membuka mata?”
“tidak, aku ingin kau bersamaku selamanya” Robert berdiri, “nanti malam perusahaanku akan merayakan kesembuhanku, aku ingin kau datang kesana”
“ta...tapi tuan, aku malu”
“kenapa malu? Kau pacarku kan?”
Malamnya,
Robert datang ke gedung bersama Cecillia.
“Robert” para perempuan menyambutnya.
Robert tersenyum, “aku yakin mereka ingin dipilih untuk diajak ke rumahku malam ini, ternyata tebakanmu benar. Setelah aku sembuh, mereka akan kembali”
“apa tuan akan memilih salah satu diantara mereka?”
“kau itu bicara apa? Kau pacarku dan hanya kau yang akan menemaniku, jangan panggil aku tuan. Panggil aku Robert, ok?”
“tapi..”
“Cecil, apa kau tidak mengerti arti pacaran?” Robert meninggalkan Cecillia dan naik ke panggung, “selamat malam semuanya, aku disini untuk mengumumkan sesuatu” Robert tersenyum, “pertama, aku senang bisa sembuh total dan bergabung dengan kalian lagi. Kedua, aku sudah memiliki pacar yang sangat baik bernama Cecil” ia tersenyum.
Cecillia terdiam karena semua orang menatapnya.
Robert menatap mereka semua, “aku juga minta maaf jika selama ini aku sering menyakiti perasaan kalian, aku berterima kasih kalian masih setia pada perusahaan ini dan pesta ini... untuk kita semua”
Perempuan yang pernah dekat dengan Robert saling berbisik, “itu kan pembantunya”
“iya, sialan banget dia. Masa bisa jadi pacarnya Robert?”
“aku yakin Robert hanya memanfaatkannya, aku tau kalau cewek itu bukan tipe Robert”
“lebih baik kita beri dia pelajaran, sebelum Robert kembali”
Semua orang bertepuk tangan, Robert tersenyum dan turun dari panggung, ia mencari Cecillia. Tapi Cecillia menghilang.
Ya Tuhan... kemana dia? Robert bingung.
Cecillia keluar dari gedung sambil menangis, ia berlari.
“Cecil” Robert yang melihatnya berlari keluar, tapi Cecillia sudah jauh.
Di jalan,
Cecillia masih berlari sambil menangis.
“Cecil” Robert menghentikan mobilnya, “Cecil, kamu kenapa?”
Cecillia tetap berlari.
“Cecil” Robert keluar dari mobil dan mengejarnya, “Cecil” ia memegang tangan Cecillia dan menariknya, “Cecil” Robert memeluk Cecillia, “ada apa?”
“aku gak pantes jadi pacarmu”
“siapa yang bilang begitu?”
“enggak Robert, ini kenyataannya. Aku hanya pembantu dan selamanya seperti itu, sedangkan kau..”
“apa? Aku hanya orang yang hampa jika tidak ada kau disampingku, aku membutuhkanmu Cecil. Aku mencintaimu”
“Robert aku mohon”
“ada orang yang menyakitimu disana, iya kan?”
“tidak, aku tidak apa-apa”
“jangan bohong” Robert menatap Cecillia, “apa kau mencintaiku? Jawab Cecil, iya atau tidak?”
Cecillia menunduk.
“Cecil, aku mencintaimu dan aku tau itu benar. Aku tidak akan memperlakukanmu seperti yang lain, aku tidak akan mengusirmu disaat aku membuka mata. Justru aku ingin selalu melihatmu dipagi hari, tertidur disampingku. Aku janji Cecil, akan membahagiakanmu”
“Robert...”
“iya atau tidak?”
Cecillia mengangguk.
Robert memeluk Cecillia, “jangan pernah dengarkan omongan mereka, kau harus percaya pada dirimu sendiri. Ok?”
Beberapa hari kemudian,
Cecillia bangun dari tempat tidur, ia melihat hari sudah pagi. Cecillia menoleh dan melihat Robert masih tidur, Cecillia tersenyum dan mengelusnya.
“emh..” Robert terbangun.
“maafkan aku Robert, aku tidak bermaksud...”
“apa? Membangunkan ku?”
Cecillia mengangguk.
Robert tersenyum dan mengelusnya, “selamat pagi sayang” ia mencium kening Cecillia.
Cecillia tersenyum, “selamat pagi”
“bagaimana dengan persiapan pernikahan kita? Kau sudah siap?”
Cecillia mengelus pipi Robert, “kelihatannya?”
“baguslah, karena aku ingin segera meresmikan hubungan kita dan mempunya banyak anak darimu”
“ah?” Cecillia kaget dan tersenyum, “kau ini”
Robert tersenyum dan merangkul Cecillia, “I love you”
Cecillia pun memeluk Robert, “I love you more”
“much... much... more”
“apa itu?”
Mereka tertawa.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar