Rabu, 25 Februari 2015

Is This Love?

Author: Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre: Romance, Family, Sad
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah rumah sakit,
Seorang perempuan menangis, ia melihat seorang pria yang terbaring di ICU lewat jendela. Lalu ia duduk di ruang tunggu dan mengingat saat pertama kali bertemu dengan pria itu.

***

Di taman,
Perempuan itu menangis, seseorang memberinya tisu. Ia menoleh.
Seorang pria kurus berkumis dengan rambut yang tidak rapi tersenyum, “kenapa kau menangis? Apa pacarmu memutuskanmu?” ia duduk disampingnya.
Ia menatap pria itu.
“hey, jangan menatapku begitu. Jika tebakanku benar, kau tidak usah kesal padaku”
Ia menunduk, “siapa kau?”
“aku? Aku pelukis jalanan, mungkin bagimu. Tepatnya aku gelandangan”
Ia kembali menatap pria itu.
“ok ok, namaku Robert. Siapa namamu anak manis?”
“aku Clara”
“ini untukmu” Robert memberikan sebuah sketsa wajah.
“ini gambarku? Ya ampun, keren sekali. Kau mau mengajarkanku?” Clara tersenyum.
Robert menatap Clara dan tersenyum, “ok”

***

Clara kembali menangis, “kamu harus sembuh Robert”
Pagi itu,
Clara membuka matanya, ia melihat beberapa perawat masuk ke ruang ICU. Clara panik dan mengintip.
Ternyata mereka sedang memberi tindakan pada Robert, mereka berusaha membantu Robert agar kembali bernafas.
Clara menagis.
“nona” dokter mendekat.
“dokter” Clara menoleh.
“dia tidak akan bertahan dengan keadaan seperti itu”
“dokter aku mohon dok, berapa pun biayanya. Tolong sembuhkan dia”
“maafkan saya nona, tapi untuk membuatnya sembuh. Itu sudah terlambat, kami tidak tau dia akan bertahan sampai kapan”
Clara menunduk dan dokter masuk ke ruangan itu.

***

Di taman,
“Robert” Clara mendekati Robert yang sedang melukis.
“hey, kau akan belajar melukis lagi?”
“enggak ah, pusing. Mungkin aku tidak berbakat”
“terus?”
“aku pingin nemenin kamu aja”
Robert diam dan menatap Clara, “ok”
Clara tersenyum.
“kau ingin aku melukis wajahmu lagi?”

***

Robert kembali bernafas, Clara yang masih mengintip tersenyum. Aku tau kau akan bertahan, Clara menghapus air matanya dan ia pun kembali duduk.

***

Suatu malam,
Di sebuah club, Robert melamun sambil memegang segelas minuman.
“hey Robert, kau kenapa? Ada masalah lagi?”
“aku tidak tau”
“bagaimana dengan anak perempuan yang selalu menemanimu?”
“kau hebat bisa mendapatkan pacar seorang anak SMA”
“apa maksud kalian? Kami hanya berteman, tidak lebih dari itu. Lagi pula umur kami begitu jauh”
“jangan begitu Robert, jika kau mencintainya akui saja. Kan lumayan, ku dengan dia anak orang kaya”
“iya, jika kau menikahinya. Hidupmu akan berubah”
Robert melempar gelasnya, “jaga ucapan kalian!” ia marah.
“hey hey, tenang kawan”
“aku tidak suka kalian bicara seperti itu, aku tidak pernah bermaksud untuk memanfaatkannya” Robert keluar.
Di luar,
“Robert” Clara tersenyum kelihat Robert.
“ya ampun Clara, ngapain kamu disini?”
“aku tadi ke rumah kamu, tapi kamu gak ada. Terus ada yang bilang kamu suka pergi kesini setiap malam, jadi aku datang kesini”
“Clara, kamu gak boleh kesini” Robert mengajaknya pergi menjauhi tempat itu.
“mulut kamu bau alkohol”
Robert menatap Clara, “jangan alihkan pembicaraan”
Clara menunduk, “maaf”
“pokonya, kamu gak boleh datang ke tempat itu lagi”
“iya, aku janji”
Robert tersenyum dan merangkulnya.
Di rumah Robert,
“kenapa kamu nyari aku malam-malam begini?”
“aku pingin ketemu kamu”
“kangen? Ya ampun, apa ayahmu tidak marah kau keluar malam?”
Clara menunduk, “ayah tidak pernah peduli, dia hanya memikirkan dirinya sendiri”
Robert menatap Clara dan mulai merokok, “kenapa kau bilang begitu?”
“sejak aku kecil, ayah tidak pernah ada untukku. Dia tidak pernah peduli padaku, yang dia pikirkan hanyalah dirinya sendiri”
“oh ya? Lalu yang membiayai hidupmu siapa jika dia tidak peduli padamu?”
“kau pikir uang itu segalanya?”
“ya, jika tidak ada yang membeli lukisanku. Aku tidak makan”
Air mata Clara menetes.
Robert terdiam dan mematikan rokoknya, “maafkan aku” Robert memeluk Clara, “jangan menangis, aku yakin ayahmu sangat menyayangimu”
Clara memeluk Robet erat, “yang aku tau, hanya kau yang menyayangiku”

***

Dokter yang keluar dari ruang ICU mendekati Clara, “kau ingin melihatnya?”
Clara mengangguk dan masuk.
Di dalam,
Clara mendekati Robert dan menangis melihat keadaannya, “kamu harus kuat Robert, aku tau kamu mencintaiku. Aku tidak peduli siapa pun kamu, berapa pun umurmu. Aku tetap mencintaimu” Clara memegang tangan Robert dan detak jantung Robert yang lemah mulai meningkat.
Clara ingat saat mereka makan di sebuah kedai,

***

Clara mengajak Robert masuk ke sebuah kedai.
“ada apa kau mengajakku kesini?”
“udah, kamu duduk dulu”
“kamu gak bolos sekolah kan?”
“enggak, hari ini gurunya ada rapat. Percaya deh sama aku”
“ok” Robert duduk.
“ayo pesen makanan” Clara tersenyum.
“kamu aja yang mesen, aku gak tau makanan anak jaman sekarang”
“it’s not funny old man”
“ahah?”
“aku bercanda” Clara tersenyum dan memesan.
Robert hanya menatap Clara.
“eh, kenapa sih kamu ngeliatin aku kaya gitu?”
“enggak” Robert mengambil buku kecilnya dan mulai menggambar.
“kau selalu membawa buku itu kemana-mana ya, jika disuruh memilih. Lebih baik kehilangan buku itu atau aku?”
“apa maksudmu?” Robert menatap Clara.
“tidak, aku hanya ingin tau saja. Aku ingin tau apakah aku berarti untukmu atau..”
“tentu saja kau berarti”
Clara tersenyum dan makanan pesanan mereka datang.
“waw cepat sekali”
“ini kan fast food”
“iya, aku tau. Tapi kau tidak boleh terlalu banyak memakan ini, ini junk food. Gak bagus buat kesehatan, ngerti?”
Clara mengangguk.
Robert mulai memakannya, ia begitu lahap dan Clara tersenyum.
Aku senang bisa melihatmu makan seenak itu, aku akan selalu membuatmu bahagia Robert.
“eh, ngapain senyum-senyum?”
“itu, ada mayonaise di bibir kamu” Clara mengambil tisu dan membersihkannya.
Robert terdiam dan berhenti makan, “katakan, apa tujuanmu mengajakku kesini?”
“ok” Clara menatap Robert, “kita sudah kenal lumayan lama kan?”
“2 bulan”
“ya dan selama dua bulan ini aku merasa.., aku merasa nyaman berada disampingmu. Kau memberi kehangatan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya”
“ya, aku pun. Kau anak yang baik dan aku senang bersamamu”
“aku ingin kau menjadi pacarku”
Robert menatap Clara dan marah, “apa kau sudah gila? Kau ingin aku menjadi pacarmu? Sadar Clara, kau itu siapa dan aku siapa. Aku lebih pantas menjadi ayahmu”
“kita hanya berbeda 20 tahun”
“hanya katamu? Jangan sampai hal ini membutakanmu, aku mulai tidak suka pembicaraan ini” Robert memalingkan wajahnya.
Clara menangis, “kalau kamu gak mau jadi pacarku gak apa-apa. Tapi gak usah marah-marah kaya gini” ia pergi.
Robert yang kesal bangun dari tempat duduknya dan menendang kursi, ia pun melangkah pergi.
“kau seharusnya tidak bersikap seperti itu” seorang pria tua bicara pada Robert dari belakang.
Robert berhenti melangkah, “dia hanya anak kecil yang tidak tau apa-apa”
“cintai itu suci, tidak ada yang salah dengan perasaan itu”
Robert menoleh dan menatap pria tua itu, “tapi kita harus punya mata untuk menempatkan cinta itu”
“tanyakan pada hatimu”
“sampai jumpa pria tua” Robert pergi.
Siang itu,
Robert bertemu dengan teman lamanya, ia adalah seorang psikolog.
“ada apa Robert?”
“bisakah kau membantuku sebentar? Tapi aku tidak punya uang untuk membayarmu”
Perempuan itu tersenyum, “kita kan teman”
Robert pun mulai menceritakan Clara kepada temannya itu.
“aku rasa dia tidak menemukan sosok seorang ayah dalam hidupnya, maksudku meski pun secara harfiah ayahnya ada. Tapi dia tidak pernah merasakan kasih sayangnya”
“lalu?”
“kau” perempuan itu menatap Robert, “kau adalah orang yang membuat ia menemukan kasih sayang itu”
“jadi dia menyukaiku karena aku seperti ayah baginya?”
“ya, bisa saja” perempuan itu tersenyum, “ada dua hal yang bisa terjadi pada orang-orang seperti itu, pertama dia menyukai orang yang lebih tua darinya karena ia sangat merasakan kasih sayang ayahnya. Jadi dia berusaha mencari penggantinya, kedua karena dia tidak mendapatkan sosok seorang ayah dan itu adalah kasus Clara”
“apakah dia menderita dengan itu?”
“coba kau bayangkan? Jika kita melihat orang lain begitu dekat dengan orang tuanya sementara kita begitu jauh dan tak pernah bertatap muka, apa yang kau rasakan?”
“aku mengerti”
“benarkah?”
Robert menatap temannya.
“ok, akan ku lanjutkan” perempuan itu tersenyum, “dia.., anak itu sangat membutuhkan kasih sayang. Dan kau, mungkin baginya kaulah orang yang memberinya kasih sayang. Kaulah yang membuat dia merasakan cinta”
“jadi dia benar-benar mencintaiku?”
“aku tidak tau pasti, bisa saja dia mencintaimu. Tapi bisa juga dia mencintaimu karena menginginkanmu menggantikan ayahnya”
“jadi dia menyukaiku karena aku berperan sebagai ayah? Itu berarti bukan cinta kan? Jika dia sadar itu hanya kebutuhannya akan sosok seorang ayah, dia akan melupakan cintanya padaku dan mencari pria lain”
“ya, tapi bagaimana jika dia benar-benar mencintaimu?”
Robert menatap temannya lagi.
“sebenarnya aku tidak suka tatapan itu” perempuan itu mengelus Robert, “semuanya tergantung dirimu Robert, tanyakan pada hatimu”
“kau mulai bicara seperti kakek tua yang aku temui kemarin”
Perempuan itu tersenyum, “kau mencintainya atau tidak?”
“aku tidak tau”
Perempuan itu menatap Robert dengan khawatir, “kau selalu begitu, bagaimana dengan paru-parumu?” ia kembali mengelus Robert.
“baik” Robert diam.
Di taman,
Clara sedang berkumpul bersama teman-temannya, Robert mendekat. Mereka semua menatap Robert.
“hey” Robert tersenyum.
Clara menatap teman-temannya, “kalian mau dilukis? Bapak ini jago melukis, dulu aku pernah dilukis”
Robert diam, ia melihat ke arah lain dan menatap Clara. “maaf telah mengganggu kalian nona-nona” ia pergi.
“Robert” Clara memanggilnya.
Robert menoleh dan menatap Clara.
“Clara, kau mengenalnya?”
“iya” Clara berlari dan memeluk Robert.
“aku mencintaimu” Robert mencium kening Clara.
Teman-teman Clara merasa aneh, “dia berpacaran dengan orang tua itu?”

***

Di ruang ICU,
Clara mengelus Robert, “aku akan selalu ada disini Robert, aku akan menunggumu. Jika kau sembuh nanti, aku akan bilang pada ayah agar kita menikah” Clara menangis, “aku sudah lulus sekarang, aku bukan anak kecil lagi. Kau tau tidak? Nilaiku bagus, siapa yang mengajarinya?” Clara tersenyum, “kau, tanpamu nilaiku tidak akan sehebat itu”
Clara ingat,

***

Sore itu,
Clara datang ke rumah Robert.
“Clara?” Robert menyembunyikan sesuatu yang ia pegang.
“Robert, apa itu?”
“bukan apa-apa” Robert tersenyum dan memperlihatkan kedua tangannya yang kosong, “ada apa kau kemari?”
“aku ada PR”
“coba ku lihat” Robert mendekat dan mengajari Clara, ia pun menemani Clara mengerjakan PR-nya.
Aku akan melakukan apa pun yang tidak ayahmu lakukan dan suatu saat nanti aku akan melepasmu agar kau mendapatkan pria yang tepat sebagai pendamping hidupmu, Robert tersenyum.
“Robert, kamu sedikit pucat”
“ah, masa sih?” Robert merangkul Clara.
Clara bersandar di pundak Robert, “makasih banyak ya”
“sudahlah, ini hanya sebuah PR yang aneh”
“kau sangat pintar, kenapa kau tidak bekerja di kantoran?”
“aku tidak punya uang”
“jika aku memberimu, kau mau menerimanya?”
“tidak” Robert melepaskan Clara.
“Robert, jangan marah”
Robert menatap Clara, “iya” ia mengelusnya.

***

Besoknya,
Clara sedang mengintip Robert lewat jendela.
“Clara”
Clara menoleh, “ayah?”
Ayah memeluk Clara, “pulang nak, sudah dua minggu kamu menginap disini”
“aku mau disini ayah, aku ingin menemani Robert”
“sayang, ayah sangat khawatir padamu”
“ayah, berjanjilah kau akan membiayai semuanya. Aku ingin dia sembuh ayah”
“iya sayang, ayah janji. Ayah akan membayar berapa pun biayanya”
“terima kasih ayah”
Ayah Clara ingat,

***

Saat itu,
Robert datang ke kantor ayah Clara, “selamat siang”
“apa kau yang bernama Robert?”
“ya, ada apa tuan memanggilku?”
“duduklah”
Mereka duduk bersama.
“aku memanggilmu kesini untuk menanyakan sesuatu”
“kau ingin tau kenapa anakmu berpacaran denganku?” Robert mengambil sesuatu di sakunya, “jawabannya ada padamu tuan” Robert membuka sebuah botol berisi tablet-tablet, ia pun menelan beberapa tablet.
“apa itu?”
“ini obat”
“kau sakit?”
“kita sedang tidak membicarakan itu kan?”
“ok, intinya. Aku ingin kau menjauhi anakku”
Robert menatap ayah Clara, “itu hal yang mudah, tapi kau akan merasakan sendiri akibatnya jika kau tidak mau berubah”
“apa maksudmu?”
Robert menatap ayah Clara, “ubah sikapmu, buat dia berarti. Jadilah ayah yang baik, jangan sampai anakmu merasa kau tidak ada di dunia ini” Robert pergi.
Ayah Clara terdiam.
Di rumah Robert,
Clara mendekati Robert yang sedang melukis, ia tidak sengaja menyenggol tangan Robert dan lukisannya tercoret.
“ya ampun, Robert maafkan aku”
Robert menatap Clara, “apa yang kau lakukan? Apa kau tidak tau? Lukisan ini harus segera selesai, besok pemiliknya akan datang”
“maaf Robert, aku tidak sengaja. Gimana kalau kita buat lagi dari awal?”
“buat lagi dari awal katamu? Aku membutuhkan waktu berhari-hari untuk membuat ini”
“maaf” Clara menangis dan sangat menyesal.
“pergi kamu, jangan ganggu aku lagi. Pergi!” Robert membentak Clara.
“tapi...”
“kita putus”
“Robert, aku...”
“kamu gak denger? Belajar apa kamu di sekolah?”
“aku denger, aku ngerti” Clara kesal dan pergi.
Mata Robert memerah dan ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, maafkan aku Clara.
Beberapa hari kemudian,
Robert kembali datang ke kantor ayah Clara dengan wajah yang pucat, ia masuk ke ruangan CEO. “ada apa lagi kau memanggilku?” ia duduk dengan gaya tidak peduli, “bukankah aku sudah melakukan yang kau inginkan?”
“kau sangat pucat, apa kau sakit?”
“itu bukan urusanmu tuan”
“ok, aku tidak akan membahas itu, aku memanggilmu kesini karena aku ingin kau kembali bersama Clara”
“benarkah?”
“ya, aku serius. Dia tidak bisa melupakanmu”
“apa kau membayarku untuk ini?”
“Robert, dia sakit”
Robert terdiam.
“dia tidak mau makan, aku khawatir. Aku rasa hanya kau yang bisa membujuknya”
Mereka pun pergi ke rumah Clara.
Di kamar,
Clara sedang melamun, Robert masuk. Clara menunduk.
“hey, ku dengar kau sakit” Robert mendekat, “kau tidak mau makan, apa kau ingin mati?” Robert menatap Clara, “pria seperti apa yang tega memutuskan gadis cantik sepertimu? Katakan?”
Clara menangis.
“jawabannya adalah aku” Robert mengambil semangkuk bubur yang ada di meja, “makanlah, sesuap saja”
Clara menggeleng.
“kau ingin aku yang menghabiskannya? Ayolah Clara, sedikit saja”
“aku gak mau” Clara melemparkan mangkuk itu hingga pecah.
“ok, fine. Aku gak akan ganggu kamu lagi. Terserah, kamu mau ngapain aja. Terserah, aku gak akan peduli lagi”
“Robert” Clara memegang tangan Robert.
Robert duduk dan mengelus Clara, “makan sayang, jangan seperti ini”
Clara memeluk Robert.
“maafkan aku”
“jangan putusin aku Robert”
“iya, aku gak akan putusin kamu”
Clara tersenyum.
Robert mau mencium bibir Clara, Clara menutup matanya. Tapi Robert malah berubah mencium kening Clara.
Clara membuka matanya dan menatap Robert, Robert pun mengelusnya.
“aku pergi dulu ya, kamu cepet sembuh”
Clara mengangguk.
Di luar,
“Robert, bisa kita bicara?”
“maaf tuan, aku harus pulang”
“Robert”
Robert menoleh, “ada apa lagi?”
“apa yang kau lakukan padanya sehingga dia tidak mau jauh darimu?”
“aku sudah bilang padamu kan? Dia butuh kasih sayang, hanya itu tuan. Coba dekati dia, rangkul dia. Tunjukan bahwa dia mempunyai seorang ayah, apa kau tidak mengerti?”

***

Ayah masih memeluk Clara, “ayah sayang padamu nak”
“aku juga sayang ayah”
Robert tiba-tiba kejang, ayah melihat itu dan melepas pelukanya. Clara menoleh dan para perawat mulai masuk ke ruang ICU.
“Robert...” Clara terdiam melihat itu.
Dokter masuk kesana, “periksa jantungnya”
“jantungnya berdetak sangat kencang dok, tapi aliran darahnya tidak sampai ke otak”
“gawat”
Robert berhenti kejang.
“tekanan darah semakin menurun”
“jantungnya berhenti berdetak dok”
“tidak ada reaksi terhadap oksigen”
“ambil alat pacu jantung”
Clara menangis,

***

Hari itu,
Clara masuk ke rumah Robert dan melihat Robert terbaring lemas di lantai, nafasnya begitu berat.
“Robert?” Clara membantu Robert berdiri dan membaringkannya di kasur.
Robert yang masih agak sulit bernafas menunjuk sesuatu di lemari, Clara membukanya dan ternyata itu adalah sebuah oksigen.
Robert memakainya dan mulai merasa lega, Clara hanya diam melihat itu.
Robert menatap Clara, “jangan pernah mencium bibirku”
“kamu sakit apa?”
“paru-paru” Robert sedikit sedih mengakui itu kepada Clara.
Clara menangis, “kenapa kamu gak pernah bilang?”
“aku takut kamu sedih”
Clara memeluk Robert, “aku sayang kamu”
“aku juga”
“kamu mau kan ke dokter?”
“gak usah sayang”
“Robert, biar kamu cepet sembuh”
“ya udah, gimana kamu aja”
Mereka pun masuk ke mobil.
“jalan pak”
“siap non”
Clara memeluk Robert, “aku dapet nilai bagus lho tadi”
“o ya?”
“iya, terus guruku nanya. Siapa yang ngajarin aku, terus aku bilang ‘pacarku yang mengajariku’”
Robert tersenyum.
Mereka pun sampai.
Robert diperiksa dan Clara menunggu di ruang tunggu.
Di dalam,
“gimana dok?”
“penyakit anda sudah parah tuan, anda sudah terlambat untuk berobat”
“jadi, aku tidak akan sembuh?”
Dengan berat hati, dokter itu pun mengangguk.
“apa aku akan segera mati? Katakan dokter”
“mungkin satu bulan lagi tuan”
Robert berdiri dan menahan emosinya, ia pun keluar.
“sayang, bagaimana?” Clara tersenyum.
Tapi Robert tetap berjalan meninggalkan Clara.
“Robert” Clara mengejarnya.
Robert memanggil taxi dan masuk ke taxi itu, “jalan pak”
“Robert” Clara berteriak.
Supir pun mengejar Robert, “tuan, tolong berhenti tuan”
“jalan terus pak” Robert tidak peduli dan menahan air matanya.

***

“siap, 1 2” dokter menempelkan alat pacu jantung ke dada Robert.
Dak...
Dada Robert terangkat.
“tidak ada reaksi dok”
“tambah dayanya”
Dak...
Alat deteksi jantung tetap berbunyi datar.
“tambah dayanya”
Dak...
“fungsi otak mulai melemah”
“sial, ayo lakukan lagi”
Dak...

***

Di sebuah telpon umum, Robert menelpon Clara.
“hallo?”
“sayang, ini aku”
“Robert, kamu dimana?”
“maafkan aku, bisa bertemu di kedai sekarang?”
“ya, tentu”
Di kedai,
Robert duduk menunggu Clara, Clara datang. Ia tersenyum dan mendekat.
“duduklah sayang”
“kamu kemana aja? Udah dua minggu kamu menghilang”
“maafkan aku, aku janji tidak akan pergi lagi”
“kamu makin kurus, apa yang terjadi?”
“emh...” Robert menunduk.
Clara memegang tangan Robert, “apa yang tidak kau katakan padaku?”
“aku tidak akan sembuh Clara, aku akan mati”
Clara mengelus Robert, “karena itukah kau pergi?”
Robert mengangguk.
“hey, kamu mencukur kumismu? Rambut kamu juga jadi rapi sekarang, tambah cakep”
“aku hanya ingin terlihat berbeda” Robert tersenyum.
Clara menatap Robert, “percayakah kau tentang sebuah keajaiban?”
Robert menatap Clara.
“aku akan selalu berdo’a untuk kesembuhanmu Robert”
Robert mengangguk.
Di rumah,
Robert mulai sesak dan merasa sakit, ia berjalan sempoyongan dan menjatuhkan benda-benda yang ada di dekatnya.
“h...” Robert terjatuh dan mulai batuk darah.
Clara yang melihat itu panik, “Robert”
Robert yang terkapar di lantai terus batuk darah dan darahnya mengenai lantai.
Clara mendekat, “sayang”
Robert menatap Clara dengan lemas.
Clara menelpon ambulan, tapi ia melihat Robert sudah tidak bergerak dengan mata yang tertutup. “Robert?” Clara memeluk Robert, “bangun sayang”
Telpon pun mulai tersambung.
“tolong, aku butuh ambulan sekarang”

***

Dokter menyerah, “cabut alat penunjang hidupnya”
Para perawat pun mulai mencabutnya satu per satu dari tubuh Robert.
Clara masuk, “dokter”
“maafkan kami nona”
Clara menangis dan mendekati Robert, “aku mencintaimu”
Robert membuka matanya, “C...Cla...Ra”
“Robert?”
“aku... men...cin...ta...i mu...”
Clara mengangguk.
“ma..afkan aku... Cla...ra...” Robert mulai sesak.
“iya, aku juga minta maaf” Clara mengelus Robert, “aku tidak akan memaksamu lagi untuk bertahan, mereka sudah mencabut alat penunjang hidupmu. Aku rela Robert, aku rela”
“terima... kasih...” Robert menutup matanya perlahan.
Clara menutup mulutnya dengan tangan, ia sadar Robert baru saja meninggal.
Clara berusaha tegar, “terima kasih Robert, terima kasih kau mau bertahan sejauh ini untukku” Clara mencium kening Robert dan kembali menangis, “aku mencintaimu”
Ayah mendekat dan memeluk Clara, “sabar nak”
Clara mengangguk.
Beberapa hari kemudian,
Clara mengambil buku kecil milik Robert, ia duduk di sofa dan membukanya. Clara melihat begitu banyak sketsa wajahnya dengan berbagai expresi dan di akhir buku, ia melihat sebuah tulisan.
Aku yakin, suatu saat kau akan mendapatkan cintamu. Aku bukanlah orang itu Clara, aku bukan calon pendampingmu. Aku hanya orang yang membantumu untuk mendapatkan bagaimana kasih sayang seorang ayah dan aku senang melihatmu telah berbaikan dengan ayahmu. Dia orang tua yang baik, aku tau itu.
Pelukis Jalanan,
Robert
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar