Senin, 30 November 2015

Guardian Angel


Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Sci-Fi, Crime
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Note : cerita ini terinspirasi dari Iron Man dan Black Widow
Pagi itu,
Di sebuah perusahaan, seorang pria sedang sibuk di ruangannya. Lalu seorang perempuan masuk ke ruangan itu.
“selamat siang”
“siang” pria itu tersenyum melihat perempuan yang masuk ke ruangannya.
“aku Carlie, aku yang ditugaskan untuk menjagamu”
“selamat datang, Carlie. Silahkan duduk”
“ah, aku tau, kenapa kau menginginkan seorang perempuan yang menjadi bodyguard-mu”
Pria itu menatap Carlie.
“kau playboy yang terkenal itu kan?”
Pria itu tersenyum lagi, “kenapa kau begitu dingin padaku? Bukankah seharusnya, kau ramah?”
“maafkan aku, tapi aku tidak bisa melakukan itu padamu”
“kenapa? Kau takut mencintaiku?”
“lebih baik aku pergi”
“hey, tunggu. Maafkan aku” pria itu menatap Carlie, “aku senang kau mau menjagaku, namaku Robert”
“aku sudah tau” Carlie masih kesal.
Seorang pria berambut pirang dan berbadan tegap masuk ke ruangan itu, “tuan, mobil anda sudah siap”
“ok” Robert bangun dari tempat duduknya, “baiklah Carlie, ayo kita pulang”
Carlie menatap Robert.
“ada apa? Aku salah bicara lagi?” Robert menatap Carlie, “o iya, aku lupa. Ini supirku, namanya Evans. Dia masih baru dan mungkin, kalian bisa bekerja sama” Robert tertawa.
“itu tidak lucu” Carlie menatap Robert.
Robert langsung diam dan Evans tersenyum melihat sikap Carlie.
Di rumah Robert,
“baiklah Carlie, anggaplah tempat ini sebagai rumahmu sendiri. Aku akan pergi ke bengkel”
“bengkel?” Carlie kaget.
“maksud tuan adalah ruang kerjanya” Evans tersenyum.
“oh, aku mengerti” Carlie mengangguk.
Robert tersenyum dan pergi.
“aku tidak menyangka, akhirnya ada juga perempuan yang bersikap dingin pada orang itu” Evans menatap Carlie.
Carlie pun menatap Evans, “apa maksudmu?”
“maafkan aku, aku hanya...”
“orang sepertiku tidak boleh bertindak gegabah, apalagi menyangkut klien. Itu sangat berbahaya”
“aku mengerti”
“kau sendiri, kau tidak terlihat seperti supir-supir yang lain”
Evans kaget, “apa maksudmu?”
“tidak ada”
“kau tau? Robert adalah pria misterius, maksudku, dia sedikit rumit”
“apa?” Carlie tersenyum, “aku rasa, dia pria yang paling mudah ditebak oleh siapa pun”
“aku serius, Carlie. Aku rasa, dia menyembunyikan sesuatu. Maksudku, mana mungkin dia menganggap dirinya terancam dan memintamu untuk melindunginya”
Carlie terdiam.
Di ruang kerja Robert,
Robert menatap monitor yang ada di hadapannya, ia terdiam melihat keadaannya. Robert pun menatap reaktor yang ada di dadanya, “aku akan mati jika tidak bisa membuat reaktor baru”
Di dadanya terdapat garis-garis yang bersumber dari reaktor, Robert pun mengambil jarum suntik dan ia menyuntikan sebuah serum ke dadanya.
Robert menahan sakit, “ah...” ia melihat garis-garis itu mulai mereda.
Carlie masuk dan Robert langsung memakai bajunya.
“Carlie?” Robert kaget.
“ada apa?” Carlie menatap Robert.
“tidak ada”
“kenapa kau begitu kaget? Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”
“tidak”
“awas kau, jika kau berbohong...”
Robert tersenyum, “kau marah terus, bukankah aku bosmu?”
“apa?”
“maksudku, aku klienmu dan seharusnya kau bersikap ramah padaku”
“jangan berharap terlalu banyak, terima kenyataan atau kau boleh meminta orang lain sebagai baby sitter-mu”
“ok, aku minta maaf” Robert diam.
Carlie menatap Robert.
“aku rasa, ini sudah malam. Lebih baik kau istirahat”
“ok” Carlie pergi.
Besoknya,
Robert sudah bersiap untuk pergi, Carlie dan Evans pun sudah menunggunya.
“kenapa kau bangun begitu siang?” Carlie menatap Robert.
“aku rasa, itu tidak masalah. Aku memiliki perusahaan sendiri dan...”
“kau bertindak sesukamu? Aku tidak mengerti, kenapa semua orang menyukaimu?”
Robert tersenyum, “kau juga menyukaiku kan?”
“apa?”
“hey, kau tidak boleh marah-marah terus, nanti kau cepat tua”
Carlie semakin kesal dan Evans tersenyum.
Mereka pun pergi.
Di mobil,
“Evans, aku lupa. Hari ini ada meeting di perusahaan kolegaku, lebih baik kita langsung kesana”
“baik, tuan”
Sesampainya disana,
Robert menatap Carlie, “berpura-puralah menjadi pacarku agar mereka tidak curiga”
“apa? Kau gila”
“aku sama sekali tidak gila, aku jenius”
Mereka pun masuk ke dalam.
Di dalam,
“tuan Robert, selamat datang”
Robert tersenyum, “hey Thomas, perkenalkan, ini pacarku”
Tom tersenyum pada Carlie.
“dan Carlie, ini Thomas. Dia adalah kolegaku, anak dari tuan Stane”
Carlie tersenyum.
“aku tidak menyangka jika kau akhirnya memiliki pacar” Tom menatap Robert.
“maksudmu?”
“biasanya semua berakhir dalam satu malam kan?”
Robert tertawa.
Carlie menahan kekesalannya.
“baiklah, aku harus menyiapkan beberapa hal” Tom pun pergi.
“ok” Robert menatap Carlie, “Evans akan menemanimu saat aku meeting”
“kau tidak usah khawatir, aku tidak manja sepertimu”
“aku tau, kau sangat mandiri dan keren” Robert tersenyum, “guardian angel”
Carlie diam, tapi ia kembali menunjukan wajah kesal. Carlie menatap Robert, “baru dua hari aku di rumahmu dan kau sudah merayuku ratusan kali. Asal kau tau, aku sama sekali tidak takut untuk memukul wajahmu”
“ok, aku minta maaf” Robert tersenyum, tapi ia tiba-tiba terdiam. Dadanya sakit, “maafkan aku, aku harus ke toilet” Robert pergi.
Carlie semakin curiga, jangan-jangan, yang dikatakan Evans itu benar. Robert menyembunyikan sesuatu.
Di toilet,
Robert bercermin dan melihat garis di dadanya memanjang lagi, “ya Tuhan” ia mengambil sebuah kotak berisi serum dan kembali menyuntikannya ke dada, “h...” Robert mulai lega.
Aku harus segera membuat reaktor yang lebih baik, aku harus berusaha lebih keras lagi. Aku yakin, reaktor ini belum sempurna.
***
Saat Robert meeting,
Carlie bicara dengan Evans.
“kau benar, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu”
Evans tersenyum, “dan kau merasa penasaran dengan itu?”
“ya, aku merasa ada yang tidak beres dengannya”
Seorang pria paruh baya, datang dan disambut dengan hormat oleh para karyawan.
“siapa dia?” Carlie menatap Evans.
“dia Stane, ayah Thomas. Pendiri perusahaan ini, dulu dia adalah sahabat dari ayah Robert”
Stane masuk ke ruang meeting.
Carlie hanya diam.
Setelah meeting berakhir,
Robert keluar, ia mendekati Evans dan Carlie yang sedang duduk menunggunya.
“hey” Robert tersenyum.
“akhirnya selesai juga” Carlie berdiri.
“aku harap, kalian tidak berpacaran disini” Robert menatap Evans.
“apa maksudmu?” Carlie kesal.
“tuh kan, marah lagi”
Malam itu,
Robert kembali meneliti di ruang kerjanya, ia berusaha keras untuk membuat reaktor baru. Robert sedikit putus asa karena hasil menunjukan jika risetnya gagal lagi.
“sial” Robert terdiam, ia pun menunduk sedih.
Aku tidak boleh mati sekarang, masih banyak hal yang belum aku lakukan. Ayah, tolong aku. Apa yang kurang dari reaktor ini?
“Robert” Carlie masuk.
“iya?” Robert yang kaget, langsung menutup layar monitornya.
“apa yang kau sembunyikan dariku?”
“ti..tidak ada”
“oh, bagus kalau begitu. Aku rasa, kau memang tidak benar-benar membutuhkanku sebagai bodyguard-mu kan? Kau hanya memanfaatkanku sebagai...”
“tidak” Robert menatap Carlie, “aku tidak pernah berniat untuk mempermainkanmu”
“buktikan”
“baiklah” Robert melihat ke sekitarnya dan setelah merasa aman, ia membuka kancing kemejanya.
Reaktor yang menempel di dada Robert pun terlihat.
“berjanjilah kau tidak akan memberitau siapa pun tentang ini” Robert menatap Carlie.
Carlie terdiam melihat benda bulat menyala di dada Robert, “apa ini?” ia mendekat dan menyentuh benda itu.
“ini arc reaktor, benda ini yang membantuku untuk bertahan hidup”
Carlie begitu kaget dan menatap Robert, “kau tidak bercanda kan?”
Robert tersenyum, “pernahkah kau mendengar pengeboman yang menewaskan semua keluargaku?”
Carlie mengangguk.
Robert mengingatnya,...
Saat itu,
Di sebuah gedung, sedang diadakan pesta. Semua keluarga Robert ada disana. Robert sangat bahagia karena seluruh keluarganya dapat hadir di hari ulang tahunnya itu.
Kue ulang tahun yang begitu besar dan mewah pun datang, semua terkejut melihat itu. Robert tersenyum dan bersiap untuk meniup lilin yang diiringi nyanyian dari keluarganya.
Tapi saat Robert mau meniupnya,
Dwar...
Kue meledak tepat di hadapapan Robert dan semuanya menjadi gelap.
Saat Robert sadar, ia merasakan sakit yang luar biasa. Ia berteriak dan merintih kesakitan.
“dia masih hidup”
Semua para medis yang ada di ambulan, berusaha untuk memberikan pertolongan.
“semua keluargaku meninggal dalam ledakan itu, hanya aku yang selamat. Namun sayangnya, jantungku mendapatkan luka yang begitu parah. Saat itu, teknologi belum mencukupi. Dokter bilang, aku akan segera mati karena jantungku yang begitu lemah”
“dan kau...”
“yap, aku membuat reaktor ini saat pulang dari rumah sakit. Dan sampai saat ini, aku masih bisa bertahan hidup”
“aku bingung harus bicara apa. Aku akui, kau memang jenius. Tapi, ah..., sudahlah”
Robert tersenyum.
Besoknya,
Carlie sedang menyiapkan sarapan, Evans merasa aneh.
“kenapa kau menatapku seperti itu?” Carlie menatap Evans.
“tidak, aku hanya tidak menyangka jika kau...”
“bisa memasak?”
“maafkan aku, aku kira, perempuan tomboy yang gagah sepertimu tidak...”
“m..?”
“sudahlah”
“kenapa? Kau takut?” Carlie tersenyum.
Robert turun dari tangga dan melihat mereka, “ehm...”
Mereka langsung diam.
“waw, masakan siapa ini?” Robert duduk dan memakannya.
“itu masakan Carlie” Evans menatap Robert dan ingin mengetahui reaksinya.
“em..., enak sekali” Robert menatap Carlie, “sepertinya kau bisa menjadi istri yang baik”
Carlie tersenyum dan kembali cuek.
“ayo, kenapa kalian diam saja? Makan bersama akan lebih baik, bukan?”
“iya, tuan” Evans tersenyum.
Mereka pun makan bersama.
***
Di sebuah ruangan,
Tom menatap Stane, “ayah yakin?”
“ya, dulu ayah ingat. Ayah Robert memiliki sebuah prototype yang memiliki energy besar, namun saat itu, ia masih ragu untuk menggunakannya”
“kenapa?”
“alasannya karena dia merasa teknologi saat itu belum memadai. Tapi dia pernah berkata padaku, suatu saat nanti, anaknya yang jenius itu dapat menyempurnakannya”
“jadi maksud ayah, Robert dapat membuat benda itu?”
“ya”
“jadi, apa yang akan kita lakukan?”
“memintanya untuk bekerja sama” Stane tersenyum.
“bekerjasama? Bukankah, kita memang selalu bekerja sama?”
“Tom, apa kau belum mengerti juga?”
“ah, ayah akan memintanya untuk membuat energy besar itu?”
“tentu”
“bagaimana jika dia belum menyadari itu?”
“mana mungkin, dia pasti mengetahui itu”
“bagaimana jika dia menolak?”
“kita akan memaksa, bagaimana pun caranya”
Tom pun tersenyum.
Di rumah Robert,
Evans sedang berbicara lewat HP-nya di balkon luar rumah Robert.
“iya, aku rasa, semuanya masih aman. Tidak, tidak ada. Kami hanya bertiga dengan perempuan itu” Evans masih menelpon.
“kau sedang apa?” Carlie menatap Evans.
Evans kaget, “nanti aku telpon lagi” ia menyimpan HP-nya.
“katakan padaku”
“ok ok, aku akan menjelaskan semuanya. Tapi jangan disini”
Carlie masih menatap Evans dengan waspada.
“bisa kita cari tempat lain?”
“ok”
Mereka pergi.
***
Robert keluar dari ruang kerjanya, “ah, lelah sekali” tapi ia merasa rumah begitu sepi, “Evans? Carlie? Kemana mereka?” Robert sadar, ia ditinggal sendirian, “jika tau begini, aku akan mengajak seorang wanita untuk menemaniku” Robert duduk, “semoga saja, mereka tidak pacaran” Robert memikirkan mereka.
Evans dan Carlie pun kembali, tapi mereka kaget melihat lampu yang mati.
“dari mana kalian?” Robert yang sedang duduk, menoleh dan tersenyum.
Evans yang menyalakan lampu, bingung untuk menjawabnya.
“itu bukan urusanmu” Carlie menatap Robert.
“ok, tapi aku harap, kalian tidak pacaran”
Evans tersenyum.
“dasar gila” Carlie kembali kesal dan pergi.
“aku rasa, aku sudah bilang jika aku jenius” Robert menatap Evans.
Besoknya,
Robert kembali datang ke perusahaan Stane.
Carlie menatap Robert, “sepertinya, tidak terlihat akan diadakan rapat disini”
“aku tidak tau, mungkin mereka hanya mengundangku saja”
“kerjasama macam apa itu? Jangan-jangan, ada niat jahat dibalik ini semua”
Tom mendekati mereka.
Robert langsung tersenyum dan menatap Carlie, “tenang saja sayang, tidak ada apa-apa disini. Aku janji, meeting hari ini tidak akan lama. Iya kan Tom?”
Tom yang menatap Carlie dengan  curiga pun tersenyum, “iya, Robert benar. Kau tenang saja, Carlie”
“iya” Carlie pura-pura tersenyum walau sebenarnya, ia begitu kaget.
Saat Robert masuk ke ruang meeting,
Carlie bicara dengan Evans.
“menurutmu, apa yang dilakukan mereka di dalam? Meeting macam apa yang hanya dilakukan 3 orang?”
“mungkin itu meeting rahasia”
“jika itu meeting biasa, kenapa mereka tidak mengajak sekretaris atau notulis?”
“kau benar, apa yang sebenarnya terjadi disana?” Evans pun ikut curiga.
Di dalam,
“apa maksud kalian?” Robert menatap Tom dan Stane.
“ayolah Robert, ayahmu adalah sahabatku”
“aku tau, paman. Tapi...”
“kami hanya ingin kau membuat reaktor itu, tidak ada yang lainnya lagi”
Robert diam.
“ayolah kawan, dengan reaktor itu, kita bisa membuah energy yang sangat besar, bukan?” Tom menatap Robert.
“dari mana kalian tau semua itu?”
“ayahmu yang menceritakannya padaku, saat kami muda, dia membuat blue print-nya. Namun sayangnya, benda itu selalu gagal dirancang” Stane menatap Robert sambil memegang pundaknya.
“dan dia bilang, hanya kau si anak jenius yang bisa membuatnya kelak” Tom kembali meyakinkan Robert.
“tidak, itu tidak benar. Aku sudah mencobanya, tapi sayangnya belum begitu sempurna. Aku yakin, jika kita memaksa membuatnya, itu akan berbahaya. Aku tidak mau melakukan kerjasama ini” Robert pergi.
“sialan” Stane kesal.
“apa yang akan kita lakukan, ayah?”
“kita akan memaksanya, lebih baik kau mata-matain dia”
“baik ayah”
***
Carlie sadar, Robert menghilang.
“Evans, kita harus berpencar. Aku akan mencarinya kesana”
“ok”
Mereka pergi.
“Robert, dimana kau? Kenapa kau selalu tiba-tiba menghilang seperti ini?” Carlie mencari Robert ke setiap tempat.
Carlie ingat, jika ada yang mencurigakan, Robert selalu beralasan ke toilet.
“baiklah, ayo kita cari tau, apa yang sebenarnya kau lakukan di toilet?” Carlie pergi ke toilet.
Di toilet,
Robert sedang tergeletak kesakitan.
“Robert?” Carlie kaget, “apa yang terjadi?” ia mendekati Robert.
“dadaku...”
“ada apa?” saat Carlie melihat dada Robert, “ya ampun, garis-garis apa ini?”
Carlie melihat garis yang timbul dan memanjang dari dada Robert, ia pun menyentuhnya.
“ah”
Carlie sadar, garis itu sangat menyakitkan. Carlie mulai khawatir, “apa yang harus aku lakukan?”
“se..rum”
“serum? Apa itu penawarnya?”
Robert mengangguk.
Carlie pun menelpon Evans dan memintanya untuk mengambil tas Robert.
Saat Evans datang, ia melihat Carlie yang memeluk Robert dengan begitu khawatir.
Robert begitu pucat dan kesakitan.
“tuan? Ada apa ini?” Evans menatap Carlie.
“berjanjilah kau tidak akan memberitaukan siapa pun tentang ini” Carlie menatap Evans.
Evans mengangguk.
Carlie memperlihatkan dada Robert.
“ya Tuhan...” Evans kaget melihat reaktor yang menyala di dada Robert.
Carlie pun mengeluarkan serumnya dari tas Robert, “apa yang harus aku lakukan sekarang?” ia menatap Robert.
“suntik..., suntik aku sekarang”
Carlie melihat banyak bekas suntikan di dada Robert, “ya Tuhan...” ia mulai menyuntikan serum itu ke dada Robert.
“ah..” Robert menahan sakit dan garis itu pun mereda, ia menatap mereka. Robert bangun sambil tersenyum, “terima kasih banyak”
Carlie menatap Evans, “papah dia ke mobil”
Evans mengangguk, “mari tuan”
“maaf merepotkanmu, Evans” Robert masih lemas.
Carlie pun mengancingkan baju Robert dan membereskan barang-barangnya.
Tanpa mereka sadari, Tom melihat itu dari luar. Jadi reaktornya ada disana? Ia tersenyum dan pergi.
Malamnya,
Robert kembali menatap dadanya lewat cermin yang ada di kamar. Ia terdiam, garis-garis itu kembali muncul.
Racunnya semakin lama semakin kuat dan aku belum berhasil membuat reaktor baruku dengan sempurna. Tapi mereka bilang, ayah yakin jika aku bisa membuatnya.
Robert sangat bingung, karena kenyataannya, ia masih belum bisa membuat reaktor yang aman dan tidak akan membahayakan nyawanya.
“Robert” Carlie masuk.
“Carlie?” Robert kaget.
“apa garis itu kembali muncul?” Carlie mendekat.
Robert pun diam.
“kau baik-baik saja?” Carlie menatap Robert.
“aku tidak yakin”
“apa garis ini berakibat buruk?”
“garis ini membuatku lemas, dan racun dari reaktorku semakin menyebar di darahku”
“racun?”
“aku akan segera mati jika tidak mengganti reaktor ini”
“kalau begitu, kenapa kau tidak membuat reaktor baru?”
“aku selalu berusaha, tapi itu tidak mudah”
Carlie kembali menyentuh garis-garis itu dan Robert menahan sakit.
“kau menyiksa dirimu, Robert”
“ini satu-satunya cara agar aku bertahan hidup”
“tapi benda ini malah akan membunuhmu juga”
Robert menunduk.
Carlie memeluk Robert, “aku yakin, kau bisa mengatasi semua ini. Kau pria jenius, kau pasti besa melewati semuanya, Robert”
“terima kasih, Carlie” Robert tersenyum.
“tidurlah, ini sudah malam” Carlie mengelus Robert dan pergi.
Robert senang, sepertinya perempuan dingin itu mulai mencairkan perasaannya. Ia pun mulai berbaring dan tidur.
Saat Carlie keluar dari kamar Robert,
Evans sudah menunggunya, “bagaimana?”
“garis-garis itu muncul lagi”
“aku tidak mengerti”
Mereka menuruni tangga.
“apa benda itu benar-benar membuatnya hidup?”
“aku tau ini aneh, tapi itu benar-benar terjadi. Dan benda yang satu-satunya membuat ia hidup, malah akan membunuhnya”
“maksudmu?”
“garis-garis itu benar-benar masalah serius, Evans. Saat ini, terdapat racun mematikan yang mengalir di tubuh Robert”
“bagaimana dengan serum itu?”
“itu hanya bersifat sementara”
“maksudmu, itu hanya pereda?”
“yap”
“jadi dia akan meninggal?”
“mungkin” Carlie agak sedih.
“kau baik-baik saja?”
“tentu, kita harus benar-benar menjaganya sebelum dia mati. Atau bayaranku tidak ada sama sekali”
Evans tersenyum melihat Carlie, “sepertinya, ini bukan karena bayaran”
“apa maksudmu?”
“aku rasa, kau mulai menyukainya”
“yang benar saja?” Carlie menatap Evans, “dia itu playboy yang suka mempermainkan wanita”
“jadi?”
“apa?”
“kau akan mencari pria yang lebih gagah dan hebat darinya?”
“jagan bilang, kalau itu adalah seorang polisi hebat yang sedang menyamar”
Evans tersenyum, “jadi?”
“saat  ini, Robert butuh dorongan. Dia butuh semangat dari kita agar dia bisa membuat reaktor baru yang lebih baik”
“aku rasa, hanya kau yang bisa melakukan itu”
“kau mulai lagi”
“dia menyukaimu, Carlie”
“jangan memulai pertengkaran” Carlie menatap Evans.
“ok, maaf”
“ayo kita pergi”
Mereka pun pergi meninggalkan rumah Robert.
***
Robert bangun, ia keluar dari kamarnya.
“sepi sekali disini” Robert melihat ke sekitar, “Evans? Carlie?” ia sadar disana memang tidak ada siapa-siapa, “ah, lagi-lagi mereka menghilang. Semoga saja, mereka tidak berkencan. Carlie itu kan targetku, guardian angel-ku” Robert tersenyum sambil membayangkan wajah Carlie, ia mengambil segelas air dan meminumnya.
Tapi tiba-tiba,
Preng...
Gelas yang Robert pegang, pecah. Robert langsung terduduk diam di sofa dengan darah yang mengalir dari kepala belakangnya.
“hallo, Robert” Stane yang memegang botol pecah, tersenyum menatap Robert.
Robert kaget melihat Stane, “pa...paman?”
“tenangkan dirimu, aku tau kepalamu sakit. Aku melihat darah disana” Stane menyimpan pecahan botolnya yang berlumur darah di meja.
“a...” Robert mulai merasa pusing.
“maafkan aku, Robert. Kau boleh istirahat jika merasa sakit. Dan selagi kau istirahat, aku akan..., aku akan mengambil reaktormu”
Robert kaget melihat sebuah benda yang akan mencabut reaktor di dadanya.
“aku sungguh-sungguh minta maaf, nak” Stane mulai menempelkan benda itu ke dada Robert dan mencabut reaktornya.
“ah” Robert merasa sakit saat reaktor dicabut dari dadanya.
Stane tersenyum melihat Robert yang kesakitan.
Robert mulai sesak.
Stane yang sudah mendapatkan reaktor itu, begitu senang dan menunjukannya ke arah Robert. Ia kembali tersenyum, “kau lihat? Sungguh indah, bukan?”
Robert sulit bicara.
“selamat tinggal, Robert. Sayang sekali, orang jenius sepertimu tidak hidup lama” Stane pergi.
Robert yang masih diam, berusaha bertahan meski dadanya sakit. Ia begitu merasakan detak jantungnya yang mulai melambat.
Carlie...
Di sebuah restoran,
“jadi ini yang dilakukan sang polisi hebat untuk menaklukan seorang wanita?” Carlie menatap Evans.
“sudahlah Carlie, aku tau ini tidak seberapa. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk makan malam kita”
“aku hanya bercanda” Carlie tersenyum.
Evans pun tersenyum.
“Evans, aku rasa, masalah yang dihadapi Robert tidak main-main. Aku sekarang mengerti, kenapa dia begitu paranoid”
“benarkah dia paranoid?”
“ayolah, dia bukan orang yang suka menunjukan perasaannya kan?”
“dan alasannya memilihmu, kau sudah tau?”
“apa kau keberatan?”
“tidak, jika dia tidak memilihmu. Kita pasti tidak akan pernah bertemu” Evans memegang tangan Carlie.
“kau benar” Carlie tersenyum, tapi ia teringat pada Robert.
“ada apa?”
“kita harus pulang, kita sudah terlalu lama diluar”
“kau benar”
Mereka pun pergi.
Di rumah Robert,
Robert berusaha mencari pertolongan, ia berjalan ke arah pintu dengan bersusah payah.
“eh... a” Robert jatuh, ia pun merangkak.
Aku tidak sanggup lagi...
Robert pun terbaring pasrah di depan pintu.
***
Carlie dan Evans pulang, mereka membuka pintu dan melihat Robert tergeletak dengan dadanya yang bolong.
“Robert?” Carlie sadar jika reaktor Robert hilang, ia mendekat dan mengangkat kepala Robert ke pangkuannya.
“apa yang terjadi?” Evans melihat darah.
“ya ampun, kepalanya berdarah” Carlie menatap Evans, “cepat lakukan sesuatu, tubuhnya sangat dingin”
Evans pun pergi.
“kamu harus kuat, Robert”
Robert membuka matanya, “Car...lie...”
“tenanglah, semuanya akan baik-baik saja”
“aku..”
“sudah Robert, diam. Hemat tenagamu”
Robert kembali menutup matanya.
Carlie memeluk Robert, “aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu bersamamu, aku janji”
Di sebuah laboratorium,
“Tom” Stane masuk.
“ayah?” Tom menoleh.
“lihat, apa yang ayah bawa”
Tom melihat sebuah reaktor yang dikeluarkan Stane dari tasnya, “ya ampun...”
“kita berhasil, Tom. Energy besar ini mampu memberikan daya pada apa pun”
“dan kita akan kaya, ayah”
Mereka tertawa.
Tapi saat mencobanya,
“kenapa energy-nya tidak mau mengalir?”
“jangan-jangan, ini hanya lampu biasa, ayah”
“tidak, ayah yakin, di dalam benda ini terdapat energy. Ayah ingat, saat ayah mengambil benda ini dari dada Robert, ia langsung berubah drastis. Robert terlihat sekarat”
“jadi, apa yang harus kita lakukan? Benda ini benar-benar tidak berguna, ayah. Lihat, bahkan alat pendeteksi kita menunjukan nol pada dayanya”
“sial” Stane melempar reaktor itu ke lantai.
“jangan bergerak” Evans datang sambil menodongkan pistol ke arah mereka.
Mereka kaget melihat Evans yang memakai seragam polisi ditemani oleh beberapa polisi di belakangnya. Mereka pun mengangkat tangannya.
“bukankah itu supir Robert?”
“iya, ayah. Ternyata selama ini dia menyamar”
Evans menatap mereka.
“ampun, tuan. Ampun”
“iya, ambil saja benda ini. Kami tidak membutuhkannya, sungguh” Stane mengambil reaktor itu dari lantai dan mendekati Evans.
“kau ditahan” Evans menatap Stane.
“tapi, aku sudah mengembalikannya kan?”
“kejahatan, tetap kejahatan”
***
Di rumah Robert,
Carlie mengobati kepala Robert di ruang kerjanya, ia merobek baju Robert yang sudah bolong. Carlie mengelus Robert dan menempelkan alat deteksi jantung.
“kamu harus kuat, Robert. Evans akan segera kembali membawa reaktormu”
“h...”
Evans pun datang, “aku harap, aku tidak terlambat”
“Evans?” Carlie sangat bersyukur.
“ini” Evans memberikan reaktor itu pada Carlie.
Carlie menatap Robert, “aku akan memasang kembali reaktormu, Robert. Bertahanlah”
Carlie pun mulai memasangkan reaktor itu ke dada Robert, tapi Robert tetap diam tak bergerak.
“ada apa, Carlie?” Evans cemas.
“dia, dia tidak bergerak” Carlie menoleh ke arah Evans dan kembali melihat ke arah Robert.
Tapi ternyata, Robert sudah membuka matanya dan menatap Carlie.
“kau cantik sekali” Robert masih menatap Carlie.
“ya Tuhan..., Robert? Kau membuatku khawatir, tau?”
Robert malah tersenyum.
“kenapa kau tersenyum?” Carlie mulai kesal.
“tidak apa-apa” Robert melepas alat-alat yang menempel di tubuhnya dan berdiri, ia menatap Carlie.
Carlie diam.
Robert mendekat dan memegang pipi Carlie, “terima kasih, Carlie. Pelukanmu membuatku bertahan”
Carlie bingung, apa lagi disana ada Evans.
***
Evans duduk di teras rumah Robert, Carlie pun mendekat dan duduk disampingnya.
“apa dia sudah tidur?”
“ya, dia tidur begitu nyenyak seperti tidak ada yang pernah terjadi” Carlie tersenyum.
“pria itu memang penikmat dunia”
“kau tidak marah kan?”
“aku tau bagaimana sikapmu saat kita pertama bertemu, tapi sekarang, semuanya semakin berubah”
Carlie menatap Evans.
“kau lemah dihadapannya”
“maksudmu?”
“sudahlah Carlie, jangan bohongi dirimu. Aku tau, kau mencintai Robert kan?”
“Evans...”
“aku tidak apa-apa, aku senang jika kalian bersama. Aku dapat merasakan jika dia begitu mencintaimu” Evans menatap Carlie, “dan sebaliknya”
Carlie menunduk.
“mulai besok, aku akan kembali bertugas seperti biasa. Semoga kau bisa menjaganya dengan baik”
Carlie masih menunduk.
“aku percaya, kau dapat menjaganya” Evans meninggalkan Carlie ke dalam.
Besoknya,
“jadi, Evans seorang polisi?” Robert yang duduk di sofa ruang keluarga, kaget dan menatap Carlie yang ada di hadapannya.
“ya, dia menyamar karena curiga padamu”
“apa?”
“ya, kau dianggap memiliki rahasia yang tidak diketahui oleh pemerintah”
“lalu?”
“kau tenang saja, dia akan menjaga rahasia”
“syukurlah” Robert tersenyum dan mengelus Carlie.
Carlie diam.
“kenapa? Apa kau sedih kehilangan dia?”
Carlie memeluk Robert.
Malamnya,
Robert bicara dengan Evans di balkon luar, Evans yang memakai seragam lengkap, membuat Robert sedikit kaget.
“aku senang, kau baik-baik saja” Evans menatap Robert.
“aku pun” Robert menatap Evans, “terima kasih karena kau telah menangkap Stane”
Evans tersenyum, “itu memang kewajibanku”
“maaf jika selama kau menjadi supirku, perlakuanku kurang baik”
“sikapmu memang seperti itu kan?”
Robert tersenyum, “bagaimana dengan Carlie?”
“dia mencintaimu, jadi aku harap, kau mau menjaganya”
“ok” Robert mengangguk, “bagaimana denganmu? Kau juga mencintainya kan?”
Evans diam.
“Evans, mungkin hidupku tidak lama lagi. Jadi aku rasa, kau berhak untuk...”
“kau itu kenapa? Tidak siap menjaga perempuan yang lebih tangguh darimu?”
“mungkin” Robert diam.
“ternyata kau sangat payah”
Mereka saling tatap.
“ok” Robert meninggalkan Evans, “aku lupa, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan”
“selalu saja begitu” Evans agak kesal.
Carlie muncul dan menatap Evans.
“Carlie?”
“aku hanya ingin memberikan minum”
“terima kasih”
Mereka saling tatap.
“bagaimana keadaannya?”
“dia baik-baik saja”
“dia terlihat bahagia disampingmu”
Carlie diam.
“aku serius”
“aku bingung harus bicara apa”
“dia bilang, dia akan memberikan seluruh warisannya padamu jika dia mati”
Carlie kembali menatap Evans.
“dia bilang, kau harus berhenti dari pekerjaan ini dan mengelola perusahaannya”
“dasar gila, bagaimana caranya aku pengelola perusahaan aneh itu?”
“dan dia bilang, dia rela jika kita menikah”
Carlie kembali diam.
“aku khawatir jika umurnya memang tidak lama lagi”
Carlie menunduk.
Di ruang kerja Robert,
Robert sedang berusaha membuat reaktor barunya.
“aku harap, ini tidak gagal lagi” Robert tersenyum, reaktor buatannya mulai berbentuk. Ia pun menatap sumber energy barunya, “kau harus berhasil”
Robert mengambil reaktor itu dan mulai mengisi dayanya.
“aku rasa, ini akan memakan waktu lama” ia sedikit kesal, “sayang sekali, padahal aku ingin sekali mencobanya”
Saat Robert keluar dari ruang kerjanya, Carlie sudah berdiri di hadapannya.
“Carlie?”
“kenapa kau bicara begitu pada Evans?”
“aku..”
“aku kira, kau benar-benar mencintaiku”
“aku mencintaimu” Robert mengelus rambut Carlie, “percayalah”
“tapi kau bilang, kau rela jika aku menikah dengan Evans”
“Carlie, selama aku hidup. Aku akan...”
“kau harus tetap hidup untukku”
“aku akan berusaha”
Carlie membuka kancing baju Robert dan melihat garis yang mulai muncul, ia pun menyuntikan serum ke dada Robert.
“terima kasih, sayang” Robert tersenyum.
Mereka pun berpelukan.
Besoknya,
Robert yang berada di ruang kerjanya, tersenyum. Ia melihat reaktornya yang sudah terisi 80%, “sebentar lagi, reaktor ini akan penuh” ia pun keluar.
Carlie menatap Robert.
“hey, kau sudah lama menunggu ya?”
“apa yang kau lakukan di bengkel? Bukankah kau harus bekerja?”
“iya, aku lupa. Hari ini ada meeting”
“meeting?”
“tenang, aku sudah berhenti bekerjasama dengan perusahaan Stane”
“yap, pria itu dipenjara dan anaknya jadi C.E.O” Carlie memperlihatkan sebuah koran.
Robert tersenyum.
Mereka pun pergi.
Di jalan,
“aku bahagia karena penjagaku adalah pacarku sendiri”
“benarkah?”
“tentu, apa aku terlihat bohong?”
“kau memang tukanng bohong”
“apa?”
“aku bercanda” Carlie tersenyum.
“kau mengagetkanku saja”
Carlie memeluk Robert.
“hey, aku sedang menyetir”
“maaf”
Robert tersenyum.
“apakah kau benar-benar serius dengan hubungan kita?”
“kenapa kau tanyakan itu lagi?”
“karena kau...”
Robert menghentikan mobilnya dan menatap Carlie, “sayang, percayalah. Aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik”
“aku tau”
Robert tersenyum dan kembali menjalankan mobilnya.
***
Malam itu,
Robert dan Carlie sedang dalam perjalanan menuju ke rumah setelah meeting tadi.
“Robert, kita mau kemana?”
“kita akan makan malam”
Carlie tersenyum.
Mereka pun sampai di sebuah restaurant.
Disana,
“kau suka?”
“lumayan” Carlie makan.
“hey, aku sedang bicara padamu kan? Kenapa kau makan terus?”
“bukankah tujuan kita kemari untuk itu?”
“kau benar” Robert diam, “tapi bagaimana jika aku ingin memberikan ini padamu?” Robert menunjukan sebuah cincin yang ada di dalam kotak.
Carlie terdiam melihat itu.
Robert menatap Carlie.
Carlie pun tersenyum, “ya Tuhan..., aku tidak menyangka jika kau akan...”
“aku ingin kau tau, jika aku benar-benar serius padamu”
Saat sampai di rumah,
“ah, lelah juga” Robert menutup pintu mobil dan melihat Carlie yang sudah masuk ke rumah, “yah, dia meninggalkanku lagi” Robert pun masuk ke rumah.
Saat Robert masuk,
“menyerahlah, Robert”
Robert kaget, Tom sedang memegangi Carlie dari belakang sambil menodongkan pistol ke kepalanya.
“jangan dengarkan dia, Robert. Pergilah”
“diam kau, cantik” Tom semakin mencekik Carlie, “apa kau tidak tau jika ini sebuah pistol?” Tom kembali menatap Robert, “tentukan pilihanmu”
Robert diam, ia tidak mau jika Carlie menjadi korban Tom. Ia pun menguatkan dirinya, “baiklah, aku menyerah. Tapi lepaskan dia”
“bagus” Tom tertawa.
“tidak, Robert. Jangan lakukan itu” Carlie khawatir.
Tom pun memanggil beberapa anak buahnya yang bersembunyi di belakang, mereka langsung memegangi Robert.
“eh” Robert kaget, kedua tangannya dipegangi oleh mereka.
Tom menyerahkan Carlie pada anak buahnya yang lain, ia berjalan mendekati Robert dan mengangkat baju Robert ke atas. Reaktor yang ada di dada Robert pun terlihat, cahaya biru yang bersinar dan kilauan teknologi yang membuat siapa pun menginginkannya, semakin menggoda Tom.
Robert diam melihat reaktornya, ia tidak tau, apa yang akan dilakukan oleh Tom.
“indah sekali” Tom tersenyum.
Carlie sangat khawatir jika Tom akan mencabut reaktor itu.
Robert menatap Tom, “mana janjimu? Lepaskan dia”
“kau ingin aku melepaskannya?” Tom tertawa, “apa kau benar-benar jenius? Aku rasa, tidak” Tom memukul perut Robert.
Dak...
“a...”
“Robert” Carlie sedih, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk Robert.
“diam, cantik. Jika kau bergerak, kau akan merasakan sakit” salah seorang anak buah Tom, menjambak rambut Carlie.
“ah” Carlie menatap orang itu.
“lepaskan dia” Robert yang menahan sakit, menatap Tom.
“cerewet” Tom kesal, “bawa dia ke laboratoriumnya”
Mereka menyeret Robert ke ruang kerja Robert.
“apa yang akan kau lakukan padanya?” Carlie berteriak.
“nanti juga, kau akan tau” Tom menatap Carlie, “kurung dia di kamar”
***
Robert membuka matanya, “h...” ia tersadar, kedua tangannya diikat ke atas.
“kau sudah bangun, jenius?” Tom ada di hadapan Robert.
Robert menatap Tom, lalu ia menatap dadanya. Terlihat reaktor yang masih menyala disana, “apa yang sebenarnya kau inginkan?”
Tom tersenyum dan berjalan ke belakang Robert, “apa kau tidak mengerti juga?” ia menjambak rambut Robert dari belakang.
“ah” Robert sedikit panik.
“aku menginginkan energi dari reaktormu” Tom berbisik ke telinga Robert.
“ke...kenapa kau tidak mengambilnya dariku?”
“karena reaktor itu hanya akan berfungsi jika menempel di dadamu”
Dia mengetahuinya... Robert kaget.
“kau fikir, aku bodoh?” Tom melepaskan rambut Robert.
“apa yang kau rencanakan?”
“mengeluarkan energi dari reaktormu”
Robert diam, apa yang harus aku lakukan?
“kenapa? Kau sadar jika nyawamu mulai terancam?”
“aku tidak peduli dengan nyawaku, kau boleh mengambil energi dari reaktor ini, tapi lepaskan Carlie”
“kau fikir, semudah itu?” Tom tersenyum, “aku ingin, dia melihatmu saat sekarat dan mati. Agar dia bisa merasakan bagaimana rasanya saat aku harus menyaksikan ayahku ditangkap oleh supir gadungan itu”
Robert pun menunduk.
Pagi itu,
Di kamar Robert, Carlie membuka matanya.
“ah, kau sudah siuman? Benar-benar perempuan tangguh, padahal aku sudah menyetrumu. Harusnya kau baru siuman beberapa menit lagi” salah satu anak buah Tom, menatap Carlie.
Carlie menatap mereka.
Tom masuk, “bagus sekali” Tom melihat Carlie yang sudah sadar, “ayo bawa dia ke tempat penyiksaan”
Carlie kaget mendengar itu.
Mereka pun membawa Carlie ke laboratorium.
Disana Robert yang masih terikat, di tutup mulutnya dengan lakban dan sebuah kaber besar, menempel pada inti reaktornya.
“ya Tuhan..., Robert?” Carlie semakin kesal dengan ulah Tom.
Robert yang tidak bisa bicara, sedih melihat Carlie. Dia terlukan, pasti anak buah Tom menyiksanya. Maafkan aku Carlie, aku tidak bisa melakukan apa-apa untukmu.
“baiklah, akan ku jelaskan. Apa yang akan aku lakukan pada pacarmu, Carlie”
Carlie menatap Tom dengan kesal.
“kabel besar itu, akan mengalirkan energi dari reaktor ke tabung yang sudah aku siapkan disana” Tom tersenyum, “mungkin pacarmu akan kesakitan, karena energinya akan tersedot sampai habis”
Carlie pun membenturkan kepalanya ke hidung Tom.
“ah” hidung Tom berdarah, “sialan, beri dia pelajaran” Tom menatap Robert, “diluar”
Carlie diseret keluar.
Robert menatap Tom, kau akan menyesal, Tom.
“kenapa kau menatapku seperti itu? Kau mau menantangku? Memukulku?”
Robert menunduk.
“kenapa? Kau sedih karena pacarmu?” Tom tersenyum, “lebih baik, aku segera mengambil energi itu” Tom mendekati mesinnya.
“lepaskan dia” Carlie masuk.
“apa? Kenapa kau bisa...?” Tom kaget.
“kau fikir, aku wanita lemah? Maaf saja ya, jika kita berkelahi pun, aku pasti akan mengalahkanmu”
“sangat sombong”
Robert senang melihat Carlie yang sudah mengalahkan semua anak buah Tom, guardian angel-ku...
Saat Carlie akan menyerang Tom, Tom langsung menyalakan mesinnya.
Mesin pun mulai menyedot energi yang ada di reaktor Robert.
“ehm....” Robert kesakitan, tapi ia tidak bisa berteriak karena mulutnya dilakban.
Dada Robert turun naik tak beraturan, mesin itu benar-beanr membuatnya menderita.
Carlie tidak jadi memukul Tom dan berbalik ke arah Robert, “Robert” ia berniat mencabut kabel itu.
Tapi saat Carlie menyentuh kabelnya, ia terkena setrum dari kabel itu dan terpental.
Brak...
Carlie pun tak sadarkan diri.
“hm...” Robert semakin kejang, matanya mulai memutih. Ia merasa, jantungnya dipaksa untuk berhenti.
“sebentar lagi, energi ini akan penuh”
Monitor menunjukan energi di reaktor Robert tinggal 7%.
Saat Carlie membuka matanya,
Carlie melihat laboratorium yang gelap. Carlie bangun dan melihat Robert yang tertunduk tak bergerak.
“Robert?” Carlie mendekati tubuh Robert dan melihat reaktor yang tak bersinar, “Robert” ia menyentuh pipi Robert dan melihat hidungnya berdarah.
Tubuh Robert begitu dingin, Carlie membuka lakban di mulut Robert dan darah pun keluar.
“sayang?” Carlie sedih, ia mencabut kabel itu dan ikatan di tangan Robert. Carlie pun memeluk Robert, “bangun, sayang” ia menangis, “jangan tinggalkan aku”
Carlie menghubungi Evans.
“hallo?”
“Evans....”
***
Evans sampai ke rumah Tom, tapi ia hanya melihat puing-puing dari bangunan yang hancur dan petugas pemadam yang sedang berusaha memadamkan api.
“apa yang terjadi?” Evans kaget dan mencoba mencari keterangan dari kerumunan warga.
Keterangan menyebutkan, jika sebelum ledakan terjadi, terlihat sinar biru yang semakin lama semakin terang dan meluas. Lampu pun sempat mati karena energi yang begitu besar.
Di rumah Robert,
Carlie berusaha menyelamatkan Robert dengan  accu mobil yang ia bongkar dari garasi, “kamu harus kuat, Robert. Semoga energi ini cukup untuk reaktormu”
Robert membuka matanya, “Carlie...”
“Robert, kau baik-baik saja?”
Robert melihat ada kabel yang terpasang dari reaktornya ke sebuah accu, ia tersenyum.
Carlie menatap Robert.
“apa itu accu mobilku?”
“i...iya”
“kau jenius” Robert tersenyum.
Carlie memeluk Robert, “aku senang, kau baik-baik saja”
“jika kau menciumku, aku akan semakin baik”
“kau ini, selalu saja mencari-cari kesempatan” Carlie tersenyum, “ok” ia pun mencium Robert.
Evans masuk dan melihat itu, “maafkan aku”
“tidak apa-apa, Evans” Carlie tersenyum.
“seandainya kau belum datang, aku yakin, dia masih ingin menciumku” Robert menatap Evans.
“Robert” Carlie sedikit kesal.
“tapi itu benar kan?” Robert menatap Carlie, “senyum, sayang”
Carlie tersenyum dan mengelus Robert.
Evans mendekat, “Tom tewas, terjadi ledakan besar di rumahnya. Bahkan satu komplex menjadi korban”
“apa itu akibat dari energi...?” Robert menatap Evans.
“yap, energi yang ia curi darimu”
“jadi kita harus bagaimana?” Carlie cemas, apalagi accu itu akan segera habis.
Robert menatap Carlie, “jangan cemas, sayang. Aku rasa, kita punya cadangan”
“cadangan?”
“yap, bantu aku berdiri”
Evans dan Carlie membantu Robert bangun dan memapahnya.
“disini, dudukan aku” Robert duduk, “terima kasih”
Robert mulai memasukan kode dan meja pun terbuka, disana terdapat reaktor baru yang sudah terisi 100%.
“indah, bukan?” Robert menatap mereka.
“kau berhasil membuatnya?” Evans kagum.
“yap, tapi aku tidak tau jika ini berhasil atau tidak”
Carlie sedikit cemas, “semoga itu tidak berbahaya”
Robert tersenyum dan mencabut kabel yang menempel di dadanya, lalu ia juga mencabut reaktor yang mulai meredup di dadanya.
“h...m” Robert menahan sakit, ia mengambil reaktor barunya dan mulai memasangkan reaktor itu ke dadanya.
“ah” Robert merasakan sesuatu yang berbeda, reaktor itu telah meresap semua racun Robert dan menetralkan darahnya.
“Robert?” Carlie sangat khawatir.
Robert tersenyum, “aku berhasil, sayang”
“syukurlah” Carlie memeluk Robert.
Evans ikut senang mendengar itu, ia berharap, tidak ada lagi orang yang berniat jahat pada Robert.
***
Carlie pun berhenti dari pekerjaannya dan bertunangan dengan Robert, Evans pun dapat melupakan Carlie dan mendapat penggantinya. Mereka menjadi teman baik dan berencana untuk menikah bersama di akhir tahun nanti.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar