Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Sci-Fi, Crime
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
Note : cerita ini
terinspirasi dari Iron Man dan Black Widow
Pagi itu,
Pagi itu,
Di sebuah perusahaan,
seorang pria sedang sibuk di ruangannya. Lalu seorang perempuan masuk ke
ruangan itu.
“selamat siang”
“siang” pria itu tersenyum
melihat perempuan yang masuk ke ruangannya.
“aku Carlie, aku yang
ditugaskan untuk menjagamu”
“selamat datang, Carlie.
Silahkan duduk”
“ah, aku tau, kenapa kau
menginginkan seorang perempuan yang menjadi bodyguard-mu”
Pria itu menatap Carlie.
“kau playboy yang terkenal
itu kan?”
Pria itu tersenyum lagi,
“kenapa kau begitu dingin padaku? Bukankah seharusnya, kau ramah?”
“maafkan aku, tapi aku
tidak bisa melakukan itu padamu”
“kenapa? Kau takut
mencintaiku?”
“lebih baik aku pergi”
“hey, tunggu. Maafkan aku”
pria itu menatap Carlie, “aku senang kau mau menjagaku, namaku Robert”
“aku sudah tau” Carlie
masih kesal.
Seorang pria berambut
pirang dan berbadan tegap masuk ke ruangan itu, “tuan, mobil anda sudah siap”
“ok” Robert bangun dari
tempat duduknya, “baiklah Carlie, ayo kita pulang”
Carlie menatap Robert.
“ada apa? Aku salah bicara
lagi?” Robert menatap Carlie, “o iya, aku lupa. Ini supirku, namanya Evans. Dia
masih baru dan mungkin, kalian bisa bekerja sama” Robert tertawa.
“itu tidak lucu” Carlie
menatap Robert.
Robert langsung diam dan
Evans tersenyum melihat sikap Carlie.
Di rumah Robert,
“baiklah Carlie, anggaplah
tempat ini sebagai rumahmu sendiri. Aku akan pergi ke bengkel”
“bengkel?” Carlie kaget.
“maksud tuan adalah ruang
kerjanya” Evans tersenyum.
“oh, aku mengerti” Carlie
mengangguk.
Robert tersenyum dan
pergi.
“aku tidak menyangka,
akhirnya ada juga perempuan yang bersikap dingin pada orang itu” Evans menatap Carlie.
Carlie pun menatap Evans,
“apa maksudmu?”
“maafkan aku, aku
hanya...”
“orang sepertiku tidak
boleh bertindak gegabah, apalagi menyangkut klien. Itu sangat berbahaya”
“aku mengerti”
“kau sendiri, kau tidak
terlihat seperti supir-supir yang lain”
Evans kaget, “apa
maksudmu?”
“tidak ada”
“kau tau? Robert adalah
pria misterius, maksudku, dia sedikit rumit”
“apa?” Carlie tersenyum,
“aku rasa, dia pria yang paling mudah ditebak oleh siapa pun”
“aku serius, Carlie. Aku
rasa, dia menyembunyikan sesuatu. Maksudku, mana mungkin dia menganggap dirinya
terancam dan memintamu untuk melindunginya”
Carlie terdiam.
Di ruang kerja Robert,
Robert menatap monitor
yang ada di hadapannya, ia terdiam melihat keadaannya. Robert pun menatap
reaktor yang ada di dadanya, “aku akan mati jika tidak bisa membuat reaktor
baru”
Di dadanya terdapat
garis-garis yang bersumber dari reaktor, Robert pun mengambil jarum suntik dan
ia menyuntikan sebuah serum ke dadanya.
Robert menahan sakit,
“ah...” ia melihat garis-garis itu mulai mereda.
Carlie masuk dan Robert
langsung memakai bajunya.
“Carlie?” Robert kaget.
“ada apa?” Carlie menatap
Robert.
“tidak ada”
“kenapa kau begitu kaget?
Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”
“tidak”
“awas kau, jika kau
berbohong...”
Robert tersenyum, “kau
marah terus, bukankah aku bosmu?”
“apa?”
“maksudku, aku klienmu dan
seharusnya kau bersikap ramah padaku”
“jangan berharap terlalu
banyak, terima kenyataan atau kau boleh meminta orang lain sebagai baby
sitter-mu”
“ok, aku minta maaf”
Robert diam.
Carlie menatap Robert.
“aku rasa, ini sudah
malam. Lebih baik kau istirahat”
“ok” Carlie pergi.
Besoknya,
Robert sudah bersiap untuk
pergi, Carlie dan Evans pun sudah menunggunya.
“kenapa kau bangun begitu
siang?” Carlie menatap Robert.
“aku rasa, itu tidak masalah.
Aku memiliki perusahaan sendiri dan...”
“kau bertindak sesukamu?
Aku tidak mengerti, kenapa semua orang menyukaimu?”
Robert tersenyum, “kau
juga menyukaiku kan?”
“apa?”
“hey, kau tidak boleh
marah-marah terus, nanti kau cepat tua”
Carlie semakin kesal dan
Evans tersenyum.
Mereka pun pergi.
Di mobil,
“Evans, aku lupa. Hari ini
ada meeting di perusahaan kolegaku, lebih baik kita langsung kesana”
“baik, tuan”
Sesampainya disana,
Robert menatap Carlie,
“berpura-puralah menjadi pacarku agar mereka tidak curiga”
“apa? Kau gila”
“aku sama sekali tidak
gila, aku jenius”
Mereka pun masuk ke dalam.
Di dalam,
“tuan Robert, selamat
datang”
Robert tersenyum, “hey
Thomas, perkenalkan, ini pacarku”
Tom tersenyum pada Carlie.
“dan Carlie, ini Thomas.
Dia adalah kolegaku, anak dari tuan Stane”
Carlie tersenyum.
“aku tidak menyangka jika
kau akhirnya memiliki pacar” Tom menatap Robert.
“maksudmu?”
“biasanya semua berakhir
dalam satu malam kan?”
Robert tertawa.
Carlie menahan
kekesalannya.
“baiklah, aku harus menyiapkan
beberapa hal” Tom pun pergi.
“ok” Robert menatap
Carlie, “Evans akan menemanimu saat aku meeting”
“kau tidak usah khawatir,
aku tidak manja sepertimu”
“aku tau, kau sangat
mandiri dan keren” Robert tersenyum, “guardian angel”
Carlie diam, tapi ia kembali
menunjukan wajah kesal. Carlie menatap Robert, “baru dua hari aku di rumahmu
dan kau sudah merayuku ratusan kali. Asal kau tau, aku sama sekali tidak takut
untuk memukul wajahmu”
“ok, aku minta maaf”
Robert tersenyum, tapi ia tiba-tiba terdiam. Dadanya sakit, “maafkan aku, aku
harus ke toilet” Robert pergi.
Carlie semakin curiga, jangan-jangan, yang dikatakan Evans itu
benar. Robert menyembunyikan sesuatu.
Di toilet,
Robert bercermin dan
melihat garis di dadanya memanjang lagi, “ya Tuhan” ia mengambil sebuah kotak
berisi serum dan kembali menyuntikannya ke dada, “h...” Robert mulai lega.
Aku
harus segera membuat reaktor yang lebih baik, aku harus berusaha lebih keras
lagi. Aku yakin, reaktor ini belum sempurna.
***
Saat Robert meeting,
Carlie bicara dengan
Evans.
“kau benar, sepertinya dia
menyembunyikan sesuatu”
Evans tersenyum, “dan kau
merasa penasaran dengan itu?”
“ya, aku merasa ada yang
tidak beres dengannya”
Seorang pria paruh baya,
datang dan disambut dengan hormat oleh para karyawan.
“siapa dia?” Carlie
menatap Evans.
“dia Stane, ayah Thomas.
Pendiri perusahaan ini, dulu dia adalah sahabat dari ayah Robert”
Stane masuk ke ruang
meeting.
Carlie hanya diam.
Setelah meeting berakhir,
Robert keluar, ia
mendekati Evans dan Carlie yang sedang duduk menunggunya.
“hey” Robert tersenyum.
“akhirnya selesai juga”
Carlie berdiri.
“aku harap, kalian tidak
berpacaran disini” Robert menatap Evans.
“apa maksudmu?” Carlie
kesal.
“tuh kan, marah lagi”
Malam itu,
Robert kembali meneliti di
ruang kerjanya, ia berusaha keras untuk membuat reaktor baru. Robert sedikit
putus asa karena hasil menunjukan jika risetnya gagal lagi.
“sial” Robert terdiam, ia
pun menunduk sedih.
Aku
tidak boleh mati sekarang, masih banyak hal yang belum aku lakukan. Ayah,
tolong aku. Apa yang kurang dari reaktor ini?
“Robert” Carlie masuk.
“iya?” Robert yang kaget,
langsung menutup layar monitornya.
“apa yang kau sembunyikan
dariku?”
“ti..tidak ada”
“oh, bagus kalau begitu.
Aku rasa, kau memang tidak benar-benar membutuhkanku sebagai bodyguard-mu kan?
Kau hanya memanfaatkanku sebagai...”
“tidak” Robert menatap
Carlie, “aku tidak pernah berniat untuk mempermainkanmu”
“buktikan”
“baiklah” Robert melihat
ke sekitarnya dan setelah merasa aman, ia membuka kancing kemejanya.
Reaktor yang menempel di
dada Robert pun terlihat.
“berjanjilah kau tidak
akan memberitau siapa pun tentang ini” Robert menatap Carlie.
Carlie terdiam melihat
benda bulat menyala di dada Robert, “apa ini?” ia mendekat dan menyentuh benda
itu.
“ini arc reaktor, benda
ini yang membantuku untuk bertahan hidup”
Carlie begitu kaget dan
menatap Robert, “kau tidak bercanda kan?”
Robert tersenyum,
“pernahkah kau mendengar pengeboman yang menewaskan semua keluargaku?”
Carlie mengangguk.
Robert mengingatnya,...
Saat itu,
Di sebuah gedung, sedang diadakan pesta. Semua keluarga
Robert ada disana. Robert sangat bahagia karena seluruh keluarganya dapat hadir
di hari ulang tahunnya itu.
Kue ulang tahun yang begitu besar dan mewah pun datang,
semua terkejut melihat itu. Robert tersenyum dan bersiap untuk meniup lilin
yang diiringi nyanyian dari keluarganya.
Tapi saat Robert mau meniupnya,
Dwar...
Kue meledak tepat di hadapapan Robert dan semuanya
menjadi gelap.
Saat Robert sadar, ia merasakan sakit yang luar biasa.
Ia berteriak dan merintih kesakitan.
“dia masih hidup”
Semua para medis yang ada di ambulan, berusaha untuk
memberikan pertolongan.
“semua keluargaku
meninggal dalam ledakan itu, hanya aku yang selamat. Namun sayangnya, jantungku
mendapatkan luka yang begitu parah. Saat itu, teknologi belum mencukupi. Dokter
bilang, aku akan segera mati karena jantungku yang begitu lemah”
“dan kau...”
“yap, aku membuat reaktor
ini saat pulang dari rumah sakit. Dan sampai saat ini, aku masih bisa bertahan
hidup”
“aku bingung harus bicara
apa. Aku akui, kau memang jenius. Tapi, ah..., sudahlah”
Robert tersenyum.
Besoknya,
Carlie sedang menyiapkan
sarapan, Evans merasa aneh.
“kenapa kau menatapku
seperti itu?” Carlie menatap Evans.
“tidak, aku hanya tidak
menyangka jika kau...”
“bisa memasak?”
“maafkan aku, aku kira,
perempuan tomboy yang gagah sepertimu tidak...”
“m..?”
“sudahlah”
“kenapa? Kau takut?”
Carlie tersenyum.
Robert turun dari tangga
dan melihat mereka, “ehm...”
Mereka langsung diam.
“waw, masakan siapa ini?”
Robert duduk dan memakannya.
“itu masakan Carlie” Evans
menatap Robert dan ingin mengetahui reaksinya.
“em..., enak sekali”
Robert menatap Carlie, “sepertinya kau bisa menjadi istri yang baik”
Carlie tersenyum dan
kembali cuek.
“ayo, kenapa kalian diam
saja? Makan bersama akan lebih baik, bukan?”
“iya, tuan” Evans
tersenyum.
Mereka pun makan bersama.
***
Di sebuah ruangan,
Tom menatap Stane, “ayah
yakin?”
“ya, dulu ayah ingat. Ayah
Robert memiliki sebuah prototype yang memiliki energy besar, namun saat itu, ia
masih ragu untuk menggunakannya”
“kenapa?”
“alasannya karena dia
merasa teknologi saat itu belum memadai. Tapi dia pernah berkata padaku, suatu
saat nanti, anaknya yang jenius itu dapat menyempurnakannya”
“jadi maksud ayah, Robert
dapat membuat benda itu?”
“ya”
“jadi, apa yang akan kita
lakukan?”
“memintanya untuk bekerja
sama” Stane tersenyum.
“bekerjasama? Bukankah,
kita memang selalu bekerja sama?”
“Tom, apa kau belum
mengerti juga?”
“ah, ayah akan memintanya
untuk membuat energy besar itu?”
“tentu”
“bagaimana jika dia belum
menyadari itu?”
“mana mungkin, dia pasti
mengetahui itu”
“bagaimana jika dia
menolak?”
“kita akan memaksa,
bagaimana pun caranya”
Tom pun tersenyum.
Di rumah Robert,
Evans sedang berbicara
lewat HP-nya di balkon luar rumah Robert.
“iya, aku rasa, semuanya
masih aman. Tidak, tidak ada. Kami hanya bertiga dengan perempuan itu” Evans
masih menelpon.
“kau sedang apa?” Carlie
menatap Evans.
Evans kaget, “nanti aku
telpon lagi” ia menyimpan HP-nya.
“katakan padaku”
“ok ok, aku akan
menjelaskan semuanya. Tapi jangan disini”
Carlie masih menatap Evans
dengan waspada.
“bisa kita cari tempat
lain?”
“ok”
Mereka pergi.
***
Robert keluar dari ruang
kerjanya, “ah, lelah sekali” tapi ia merasa rumah begitu sepi, “Evans? Carlie?
Kemana mereka?” Robert sadar, ia ditinggal sendirian, “jika tau begini, aku
akan mengajak seorang wanita untuk menemaniku” Robert duduk, “semoga saja,
mereka tidak pacaran” Robert memikirkan mereka.
Evans dan Carlie pun
kembali, tapi mereka kaget melihat lampu yang mati.
“dari mana kalian?” Robert
yang sedang duduk, menoleh dan tersenyum.
Evans yang menyalakan
lampu, bingung untuk menjawabnya.
“itu bukan urusanmu”
Carlie menatap Robert.
“ok, tapi aku harap,
kalian tidak pacaran”
Evans tersenyum.
“dasar gila” Carlie
kembali kesal dan pergi.
“aku rasa, aku sudah
bilang jika aku jenius” Robert menatap Evans.
Besoknya,
Robert kembali datang ke
perusahaan Stane.
Carlie menatap Robert,
“sepertinya, tidak terlihat akan diadakan rapat disini”
“aku tidak tau, mungkin
mereka hanya mengundangku saja”
“kerjasama macam apa itu?
Jangan-jangan, ada niat jahat dibalik ini semua”
Tom mendekati mereka.
Robert langsung tersenyum
dan menatap Carlie, “tenang saja sayang, tidak ada apa-apa disini. Aku janji,
meeting hari ini tidak akan lama. Iya kan Tom?”
Tom yang menatap Carlie
dengan curiga pun tersenyum, “iya,
Robert benar. Kau tenang saja, Carlie”
“iya” Carlie pura-pura
tersenyum walau sebenarnya, ia begitu kaget.
Saat Robert masuk ke ruang
meeting,
Carlie bicara dengan
Evans.
“menurutmu, apa yang
dilakukan mereka di dalam? Meeting macam apa yang hanya dilakukan 3 orang?”
“mungkin itu meeting
rahasia”
“jika itu meeting biasa,
kenapa mereka tidak mengajak sekretaris atau notulis?”
“kau benar, apa yang
sebenarnya terjadi disana?” Evans pun ikut curiga.
Di dalam,
“apa maksud kalian?”
Robert menatap Tom dan Stane.
“ayolah Robert, ayahmu
adalah sahabatku”
“aku tau, paman. Tapi...”
“kami hanya ingin kau
membuat reaktor itu, tidak ada yang lainnya lagi”
Robert diam.
“ayolah kawan, dengan
reaktor itu, kita bisa membuah energy yang sangat besar, bukan?” Tom menatap
Robert.
“dari mana kalian tau
semua itu?”
“ayahmu yang
menceritakannya padaku, saat kami muda, dia membuat blue print-nya. Namun
sayangnya, benda itu selalu gagal dirancang” Stane menatap Robert sambil
memegang pundaknya.
“dan dia bilang, hanya kau
si anak jenius yang bisa membuatnya kelak” Tom kembali meyakinkan Robert.
“tidak, itu tidak benar.
Aku sudah mencobanya, tapi sayangnya belum begitu sempurna. Aku yakin, jika
kita memaksa membuatnya, itu akan berbahaya. Aku tidak mau melakukan kerjasama
ini” Robert pergi.
“sialan” Stane kesal.
“apa yang akan kita
lakukan, ayah?”
“kita akan memaksanya,
lebih baik kau mata-matain dia”
“baik ayah”
***
Carlie sadar, Robert
menghilang.
“Evans, kita harus
berpencar. Aku akan mencarinya kesana”
“ok”
Mereka pergi.
“Robert, dimana kau?
Kenapa kau selalu tiba-tiba menghilang seperti ini?” Carlie mencari Robert ke
setiap tempat.
Carlie ingat, jika ada
yang mencurigakan, Robert selalu beralasan ke toilet.
“baiklah, ayo kita cari
tau, apa yang sebenarnya kau lakukan di toilet?” Carlie pergi ke toilet.
Di toilet,
Robert sedang tergeletak
kesakitan.
“Robert?” Carlie kaget,
“apa yang terjadi?” ia mendekati Robert.
“dadaku...”
“ada apa?” saat Carlie
melihat dada Robert, “ya ampun, garis-garis apa ini?”
Carlie melihat garis yang
timbul dan memanjang dari dada Robert, ia pun menyentuhnya.
“ah”
Carlie sadar, garis itu
sangat menyakitkan. Carlie mulai khawatir, “apa yang harus aku lakukan?”
“se..rum”
“serum? Apa itu
penawarnya?”
Robert mengangguk.
Carlie pun menelpon Evans
dan memintanya untuk mengambil tas Robert.
Saat Evans datang, ia
melihat Carlie yang memeluk Robert dengan begitu khawatir.
Robert begitu pucat dan
kesakitan.
“tuan? Ada apa ini?” Evans
menatap Carlie.
“berjanjilah kau tidak
akan memberitaukan siapa pun tentang ini” Carlie menatap Evans.
Evans mengangguk.
Carlie memperlihatkan dada
Robert.
“ya Tuhan...” Evans kaget
melihat reaktor yang menyala di dada Robert.
Carlie pun mengeluarkan
serumnya dari tas Robert, “apa yang harus aku lakukan sekarang?” ia menatap
Robert.
“suntik..., suntik aku
sekarang”
Carlie melihat banyak
bekas suntikan di dada Robert, “ya Tuhan...” ia mulai menyuntikan serum itu ke
dada Robert.
“ah..” Robert menahan
sakit dan garis itu pun mereda, ia menatap mereka. Robert bangun sambil
tersenyum, “terima kasih banyak”
Carlie menatap Evans,
“papah dia ke mobil”
Evans mengangguk, “mari
tuan”
“maaf merepotkanmu, Evans”
Robert masih lemas.
Carlie pun mengancingkan
baju Robert dan membereskan barang-barangnya.
Tanpa mereka sadari, Tom
melihat itu dari luar. Jadi reaktornya
ada disana? Ia tersenyum dan pergi.
Malamnya,
Robert kembali menatap
dadanya lewat cermin yang ada di kamar. Ia terdiam, garis-garis itu kembali
muncul.
Racunnya
semakin lama semakin kuat dan aku belum berhasil membuat reaktor baruku dengan
sempurna. Tapi mereka bilang, ayah yakin jika aku bisa membuatnya.
Robert sangat bingung,
karena kenyataannya, ia masih belum bisa membuat reaktor yang aman dan tidak
akan membahayakan nyawanya.
“Robert” Carlie masuk.
“Carlie?” Robert kaget.
“apa garis itu kembali
muncul?” Carlie mendekat.
Robert pun diam.
“kau baik-baik saja?”
Carlie menatap Robert.
“aku tidak yakin”
“apa garis ini berakibat
buruk?”
“garis ini membuatku
lemas, dan racun dari reaktorku semakin menyebar di darahku”
“racun?”
“aku akan segera mati jika
tidak mengganti reaktor ini”
“kalau begitu, kenapa kau
tidak membuat reaktor baru?”
“aku selalu berusaha, tapi
itu tidak mudah”
Carlie kembali menyentuh
garis-garis itu dan Robert menahan sakit.
“kau menyiksa dirimu,
Robert”
“ini satu-satunya cara
agar aku bertahan hidup”
“tapi benda ini malah akan
membunuhmu juga”
Robert menunduk.
Carlie memeluk Robert,
“aku yakin, kau bisa mengatasi semua ini. Kau pria jenius, kau pasti besa
melewati semuanya, Robert”
“terima kasih, Carlie”
Robert tersenyum.
“tidurlah, ini sudah
malam” Carlie mengelus Robert dan pergi.
Robert senang, sepertinya
perempuan dingin itu mulai mencairkan perasaannya. Ia pun mulai berbaring dan
tidur.
Saat Carlie keluar dari
kamar Robert,
Evans sudah menunggunya,
“bagaimana?”
“garis-garis itu muncul
lagi”
“aku tidak mengerti”
Mereka menuruni tangga.
“apa benda itu benar-benar
membuatnya hidup?”
“aku tau ini aneh, tapi
itu benar-benar terjadi. Dan benda yang satu-satunya membuat ia hidup, malah
akan membunuhnya”
“maksudmu?”
“garis-garis itu
benar-benar masalah serius, Evans. Saat ini, terdapat racun mematikan yang
mengalir di tubuh Robert”
“bagaimana dengan serum
itu?”
“itu hanya bersifat
sementara”
“maksudmu, itu hanya
pereda?”
“yap”
“jadi dia akan meninggal?”
“mungkin” Carlie agak
sedih.
“kau baik-baik saja?”
“tentu, kita harus
benar-benar menjaganya sebelum dia mati. Atau bayaranku tidak ada sama sekali”
Evans tersenyum melihat
Carlie, “sepertinya, ini bukan karena bayaran”
“apa maksudmu?”
“aku rasa, kau mulai
menyukainya”
“yang benar saja?” Carlie
menatap Evans, “dia itu playboy yang suka mempermainkan wanita”
“jadi?”
“apa?”
“kau akan mencari pria
yang lebih gagah dan hebat darinya?”
“jagan bilang, kalau itu
adalah seorang polisi hebat yang sedang menyamar”
Evans tersenyum, “jadi?”
“saat ini, Robert butuh dorongan. Dia butuh
semangat dari kita agar dia bisa membuat reaktor baru yang lebih baik”
“aku rasa, hanya kau yang
bisa melakukan itu”
“kau mulai lagi”
“dia menyukaimu, Carlie”
“jangan memulai pertengkaran”
Carlie menatap Evans.
“ok, maaf”
“ayo kita pergi”
Mereka pun pergi
meninggalkan rumah Robert.
***
Robert bangun, ia keluar
dari kamarnya.
“sepi sekali disini”
Robert melihat ke sekitar, “Evans? Carlie?” ia sadar disana memang tidak ada siapa-siapa,
“ah, lagi-lagi mereka menghilang. Semoga saja, mereka tidak berkencan. Carlie
itu kan targetku, guardian angel-ku” Robert tersenyum sambil membayangkan wajah
Carlie, ia mengambil segelas air dan meminumnya.
Tapi tiba-tiba,
Preng...
Gelas yang Robert pegang,
pecah. Robert langsung terduduk diam di sofa dengan darah yang mengalir dari
kepala belakangnya.
“hallo, Robert” Stane yang
memegang botol pecah, tersenyum menatap Robert.
Robert kaget melihat
Stane, “pa...paman?”
“tenangkan dirimu, aku tau
kepalamu sakit. Aku melihat darah disana” Stane menyimpan pecahan botolnya yang
berlumur darah di meja.
“a...” Robert mulai merasa
pusing.
“maafkan aku, Robert. Kau
boleh istirahat jika merasa sakit. Dan selagi kau istirahat, aku akan..., aku
akan mengambil reaktormu”
Robert kaget melihat
sebuah benda yang akan mencabut reaktor di dadanya.
“aku sungguh-sungguh minta
maaf, nak” Stane mulai menempelkan benda itu ke dada Robert dan mencabut
reaktornya.
“ah” Robert merasa sakit
saat reaktor dicabut dari dadanya.
Stane tersenyum melihat
Robert yang kesakitan.
Robert mulai sesak.
Stane yang sudah
mendapatkan reaktor itu, begitu senang dan menunjukannya ke arah Robert. Ia
kembali tersenyum, “kau lihat? Sungguh indah, bukan?”
Robert sulit bicara.
“selamat tinggal, Robert.
Sayang sekali, orang jenius sepertimu tidak hidup lama” Stane pergi.
Robert yang masih diam,
berusaha bertahan meski dadanya sakit. Ia begitu merasakan detak jantungnya
yang mulai melambat.
Carlie...
Di sebuah restoran,
“jadi ini yang dilakukan
sang polisi hebat untuk menaklukan seorang wanita?” Carlie menatap Evans.
“sudahlah Carlie, aku tau
ini tidak seberapa. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk makan malam
kita”
“aku hanya bercanda”
Carlie tersenyum.
Evans pun tersenyum.
“Evans, aku rasa, masalah
yang dihadapi Robert tidak main-main. Aku sekarang mengerti, kenapa dia begitu
paranoid”
“benarkah dia paranoid?”
“ayolah, dia bukan orang
yang suka menunjukan perasaannya kan?”
“dan alasannya memilihmu,
kau sudah tau?”
“apa kau keberatan?”
“tidak, jika dia tidak
memilihmu. Kita pasti tidak akan pernah bertemu” Evans memegang tangan Carlie.
“kau benar” Carlie
tersenyum, tapi ia teringat pada Robert.
“ada apa?”
“kita harus pulang, kita
sudah terlalu lama diluar”
“kau benar”
Mereka pun pergi.
Di rumah Robert,
Robert berusaha mencari
pertolongan, ia berjalan ke arah pintu dengan bersusah payah.
“eh... a” Robert jatuh, ia
pun merangkak.
Aku
tidak sanggup lagi...
Robert pun terbaring
pasrah di depan pintu.
***
Carlie dan Evans pulang,
mereka membuka pintu dan melihat Robert tergeletak dengan dadanya yang bolong.
“Robert?” Carlie sadar
jika reaktor Robert hilang, ia mendekat dan mengangkat kepala Robert ke
pangkuannya.
“apa yang terjadi?” Evans
melihat darah.
“ya ampun, kepalanya
berdarah” Carlie menatap Evans, “cepat lakukan sesuatu, tubuhnya sangat dingin”
Evans pun pergi.
“kamu harus kuat, Robert”
Robert membuka matanya,
“Car...lie...”
“tenanglah, semuanya akan
baik-baik saja”
“aku..”
“sudah Robert, diam. Hemat
tenagamu”
Robert kembali menutup
matanya.
Carlie memeluk Robert,
“aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu
bersamamu, aku janji”
Di sebuah laboratorium,
“Tom” Stane masuk.
“ayah?” Tom menoleh.
“lihat, apa yang ayah
bawa”
Tom melihat sebuah reaktor
yang dikeluarkan Stane dari tasnya, “ya ampun...”
“kita berhasil, Tom.
Energy besar ini mampu memberikan daya pada apa pun”
“dan kita akan kaya, ayah”
Mereka tertawa.
Tapi saat mencobanya,
“kenapa energy-nya tidak
mau mengalir?”
“jangan-jangan, ini hanya
lampu biasa, ayah”
“tidak, ayah yakin, di
dalam benda ini terdapat energy. Ayah ingat, saat ayah mengambil benda ini dari
dada Robert, ia langsung berubah drastis. Robert terlihat sekarat”
“jadi, apa yang harus kita
lakukan? Benda ini benar-benar tidak berguna, ayah. Lihat, bahkan alat
pendeteksi kita menunjukan nol pada dayanya”
“sial” Stane melempar
reaktor itu ke lantai.
“jangan bergerak” Evans
datang sambil menodongkan pistol ke arah mereka.
Mereka kaget melihat Evans
yang memakai seragam polisi ditemani oleh beberapa polisi di belakangnya.
Mereka pun mengangkat tangannya.
“bukankah itu supir
Robert?”
“iya, ayah. Ternyata
selama ini dia menyamar”
Evans menatap mereka.
“ampun, tuan. Ampun”
“iya, ambil saja benda
ini. Kami tidak membutuhkannya, sungguh” Stane mengambil reaktor itu dari
lantai dan mendekati Evans.
“kau ditahan” Evans
menatap Stane.
“tapi, aku sudah
mengembalikannya kan?”
“kejahatan, tetap
kejahatan”
***
Di rumah Robert,
Carlie mengobati kepala
Robert di ruang kerjanya, ia merobek baju Robert yang sudah bolong. Carlie
mengelus Robert dan menempelkan alat deteksi jantung.
“kamu harus kuat, Robert.
Evans akan segera kembali membawa reaktormu”
“h...”
Evans pun datang, “aku
harap, aku tidak terlambat”
“Evans?” Carlie sangat
bersyukur.
“ini” Evans memberikan reaktor
itu pada Carlie.
Carlie menatap Robert,
“aku akan memasang kembali reaktormu, Robert. Bertahanlah”
Carlie pun mulai
memasangkan reaktor itu ke dada Robert, tapi Robert tetap diam tak bergerak.
“ada apa, Carlie?” Evans
cemas.
“dia, dia tidak bergerak”
Carlie menoleh ke arah Evans dan kembali melihat ke arah Robert.
Tapi ternyata, Robert
sudah membuka matanya dan menatap Carlie.
“kau cantik sekali” Robert
masih menatap Carlie.
“ya Tuhan..., Robert? Kau
membuatku khawatir, tau?”
Robert malah tersenyum.
“kenapa kau tersenyum?”
Carlie mulai kesal.
“tidak apa-apa” Robert
melepas alat-alat yang menempel di tubuhnya dan berdiri, ia menatap Carlie.
Carlie diam.
Robert mendekat dan
memegang pipi Carlie, “terima kasih, Carlie. Pelukanmu membuatku bertahan”
Carlie bingung, apa lagi
disana ada Evans.
***
Evans duduk di teras rumah
Robert, Carlie pun mendekat dan duduk disampingnya.
“apa dia sudah tidur?”
“ya, dia tidur begitu
nyenyak seperti tidak ada yang pernah terjadi” Carlie tersenyum.
“pria itu memang penikmat
dunia”
“kau tidak marah kan?”
“aku tau bagaimana sikapmu
saat kita pertama bertemu, tapi sekarang, semuanya semakin berubah”
Carlie menatap Evans.
“kau lemah dihadapannya”
“maksudmu?”
“sudahlah Carlie, jangan
bohongi dirimu. Aku tau, kau mencintai Robert kan?”
“Evans...”
“aku tidak apa-apa, aku
senang jika kalian bersama. Aku dapat merasakan jika dia begitu mencintaimu”
Evans menatap Carlie, “dan sebaliknya”
Carlie menunduk.
“mulai besok, aku akan
kembali bertugas seperti biasa. Semoga kau bisa menjaganya dengan baik”
Carlie masih menunduk.
“aku percaya, kau dapat
menjaganya” Evans meninggalkan Carlie ke dalam.
Besoknya,
“jadi, Evans seorang
polisi?” Robert yang duduk di sofa ruang keluarga, kaget dan menatap Carlie
yang ada di hadapannya.
“ya, dia menyamar karena
curiga padamu”
“apa?”
“ya, kau dianggap memiliki
rahasia yang tidak diketahui oleh pemerintah”
“lalu?”
“kau tenang saja, dia akan
menjaga rahasia”
“syukurlah” Robert
tersenyum dan mengelus Carlie.
Carlie diam.
“kenapa? Apa kau sedih
kehilangan dia?”
Carlie memeluk Robert.
Malamnya,
Robert bicara dengan Evans
di balkon luar, Evans yang memakai seragam lengkap, membuat Robert sedikit
kaget.
“aku senang, kau baik-baik
saja” Evans menatap Robert.
“aku pun” Robert menatap
Evans, “terima kasih karena kau telah menangkap Stane”
Evans tersenyum, “itu
memang kewajibanku”
“maaf jika selama kau
menjadi supirku, perlakuanku kurang baik”
“sikapmu memang seperti
itu kan?”
Robert tersenyum,
“bagaimana dengan Carlie?”
“dia mencintaimu, jadi aku
harap, kau mau menjaganya”
“ok” Robert mengangguk,
“bagaimana denganmu? Kau juga mencintainya kan?”
Evans diam.
“Evans, mungkin hidupku
tidak lama lagi. Jadi aku rasa, kau berhak untuk...”
“kau itu kenapa? Tidak
siap menjaga perempuan yang lebih tangguh darimu?”
“mungkin” Robert diam.
“ternyata kau sangat
payah”
Mereka saling tatap.
“ok” Robert meninggalkan
Evans, “aku lupa, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan”
“selalu saja begitu” Evans
agak kesal.
Carlie muncul dan menatap
Evans.
“Carlie?”
“aku hanya ingin
memberikan minum”
“terima kasih”
Mereka saling tatap.
“bagaimana keadaannya?”
“dia baik-baik saja”
“dia terlihat bahagia
disampingmu”
Carlie diam.
“aku serius”
“aku bingung harus bicara
apa”
“dia bilang, dia akan
memberikan seluruh warisannya padamu jika dia mati”
Carlie kembali menatap
Evans.
“dia bilang, kau harus
berhenti dari pekerjaan ini dan mengelola perusahaannya”
“dasar gila, bagaimana
caranya aku pengelola perusahaan aneh itu?”
“dan dia bilang, dia rela
jika kita menikah”
Carlie kembali diam.
“aku khawatir jika umurnya
memang tidak lama lagi”
Carlie menunduk.
Di ruang kerja Robert,
Robert sedang berusaha
membuat reaktor barunya.
“aku harap, ini tidak
gagal lagi” Robert tersenyum, reaktor buatannya mulai berbentuk. Ia pun menatap
sumber energy barunya, “kau harus berhasil”
Robert mengambil reaktor
itu dan mulai mengisi dayanya.
“aku rasa, ini akan
memakan waktu lama” ia sedikit kesal, “sayang sekali, padahal aku ingin sekali
mencobanya”
Saat Robert keluar dari
ruang kerjanya, Carlie sudah berdiri di hadapannya.
“Carlie?”
“kenapa kau bicara begitu
pada Evans?”
“aku..”
“aku kira, kau benar-benar
mencintaiku”
“aku mencintaimu” Robert
mengelus rambut Carlie, “percayalah”
“tapi kau bilang, kau rela
jika aku menikah dengan Evans”
“Carlie, selama aku hidup.
Aku akan...”
“kau harus tetap hidup
untukku”
“aku akan berusaha”
Carlie membuka kancing
baju Robert dan melihat garis yang mulai muncul, ia pun menyuntikan serum ke
dada Robert.
“terima kasih, sayang”
Robert tersenyum.
Mereka pun berpelukan.
Besoknya,
Robert yang berada di
ruang kerjanya, tersenyum. Ia melihat reaktornya yang sudah terisi 80%,
“sebentar lagi, reaktor ini akan penuh” ia pun keluar.
Carlie menatap Robert.
“hey, kau sudah lama
menunggu ya?”
“apa yang kau lakukan di
bengkel? Bukankah kau harus bekerja?”
“iya, aku lupa. Hari ini
ada meeting”
“meeting?”
“tenang, aku sudah
berhenti bekerjasama dengan perusahaan Stane”
“yap, pria itu dipenjara
dan anaknya jadi C.E.O” Carlie memperlihatkan sebuah koran.
Robert tersenyum.
Mereka pun pergi.
Di jalan,
“aku bahagia karena
penjagaku adalah pacarku sendiri”
“benarkah?”
“tentu, apa aku terlihat
bohong?”
“kau memang tukanng
bohong”
“apa?”
“aku bercanda” Carlie
tersenyum.
“kau mengagetkanku saja”
Carlie memeluk Robert.
“hey, aku sedang menyetir”
“maaf”
Robert tersenyum.
“apakah kau benar-benar
serius dengan hubungan kita?”
“kenapa kau tanyakan itu
lagi?”
“karena kau...”
Robert menghentikan
mobilnya dan menatap Carlie, “sayang, percayalah. Aku selalu berusaha untuk
melakukan yang terbaik”
“aku tau”
Robert tersenyum dan
kembali menjalankan mobilnya.
***
Malam itu,
Robert dan Carlie sedang
dalam perjalanan menuju ke rumah setelah meeting tadi.
“Robert, kita mau kemana?”
“kita akan makan malam”
Carlie tersenyum.
Mereka pun sampai di
sebuah restaurant.
Disana,
“kau suka?”
“lumayan” Carlie makan.
“hey, aku sedang bicara
padamu kan? Kenapa kau makan terus?”
“bukankah tujuan kita
kemari untuk itu?”
“kau benar” Robert diam,
“tapi bagaimana jika aku ingin memberikan ini padamu?” Robert menunjukan sebuah
cincin yang ada di dalam kotak.
Carlie terdiam melihat
itu.
Robert menatap Carlie.
Carlie pun tersenyum, “ya
Tuhan..., aku tidak menyangka jika kau akan...”
“aku ingin kau tau, jika
aku benar-benar serius padamu”
Saat sampai di rumah,
“ah, lelah juga” Robert
menutup pintu mobil dan melihat Carlie yang sudah masuk ke rumah, “yah, dia
meninggalkanku lagi” Robert pun masuk ke rumah.
Saat Robert masuk,
“menyerahlah, Robert”
Robert kaget, Tom sedang
memegangi Carlie dari belakang sambil menodongkan pistol ke kepalanya.
“jangan dengarkan dia,
Robert. Pergilah”
“diam kau, cantik” Tom
semakin mencekik Carlie, “apa kau tidak tau jika ini sebuah pistol?” Tom
kembali menatap Robert, “tentukan pilihanmu”
Robert diam, ia tidak mau
jika Carlie menjadi korban Tom. Ia pun menguatkan dirinya, “baiklah, aku
menyerah. Tapi lepaskan dia”
“bagus” Tom tertawa.
“tidak, Robert. Jangan
lakukan itu” Carlie khawatir.
Tom pun memanggil beberapa
anak buahnya yang bersembunyi di belakang, mereka langsung memegangi Robert.
“eh” Robert kaget, kedua
tangannya dipegangi oleh mereka.
Tom menyerahkan Carlie
pada anak buahnya yang lain, ia berjalan mendekati Robert dan mengangkat baju
Robert ke atas. Reaktor yang ada di dada Robert pun terlihat, cahaya biru yang
bersinar dan kilauan teknologi yang membuat siapa pun menginginkannya, semakin
menggoda Tom.
Robert diam melihat
reaktornya, ia tidak tau, apa yang akan dilakukan oleh Tom.
“indah sekali” Tom
tersenyum.
Carlie sangat khawatir
jika Tom akan mencabut reaktor itu.
Robert menatap Tom, “mana
janjimu? Lepaskan dia”
“kau ingin aku
melepaskannya?” Tom tertawa, “apa kau benar-benar jenius? Aku rasa, tidak” Tom
memukul perut Robert.
Dak...
“a...”
“Robert” Carlie sedih, ia
tidak bisa berbuat apa-apa untuk Robert.
“diam, cantik. Jika kau
bergerak, kau akan merasakan sakit” salah seorang anak buah Tom, menjambak
rambut Carlie.
“ah” Carlie menatap orang
itu.
“lepaskan dia” Robert yang
menahan sakit, menatap Tom.
“cerewet” Tom kesal, “bawa
dia ke laboratoriumnya”
Mereka menyeret Robert ke
ruang kerja Robert.
“apa yang akan kau lakukan
padanya?” Carlie berteriak.
“nanti juga, kau akan tau”
Tom menatap Carlie, “kurung dia di kamar”
***
Robert membuka matanya,
“h...” ia tersadar, kedua tangannya diikat ke atas.
“kau sudah bangun,
jenius?” Tom ada di hadapan Robert.
Robert menatap Tom, lalu
ia menatap dadanya. Terlihat reaktor yang masih menyala disana, “apa yang
sebenarnya kau inginkan?”
Tom tersenyum dan berjalan
ke belakang Robert, “apa kau tidak mengerti juga?” ia menjambak rambut Robert
dari belakang.
“ah” Robert sedikit panik.
“aku menginginkan energi
dari reaktormu” Tom berbisik ke telinga Robert.
“ke...kenapa kau tidak
mengambilnya dariku?”
“karena reaktor itu hanya
akan berfungsi jika menempel di dadamu”
Dia
mengetahuinya... Robert kaget.
“kau fikir, aku bodoh?”
Tom melepaskan rambut Robert.
“apa yang kau rencanakan?”
“mengeluarkan energi dari
reaktormu”
Robert diam, apa yang harus aku lakukan?
“kenapa? Kau sadar jika
nyawamu mulai terancam?”
“aku tidak peduli dengan
nyawaku, kau boleh mengambil energi dari reaktor ini, tapi lepaskan Carlie”
“kau fikir, semudah itu?”
Tom tersenyum, “aku ingin, dia melihatmu saat sekarat dan mati. Agar dia bisa
merasakan bagaimana rasanya saat aku harus menyaksikan ayahku ditangkap oleh
supir gadungan itu”
Robert pun menunduk.
Pagi itu,
Di kamar Robert, Carlie
membuka matanya.
“ah, kau sudah siuman?
Benar-benar perempuan tangguh, padahal aku sudah menyetrumu. Harusnya kau baru
siuman beberapa menit lagi” salah satu anak buah Tom, menatap Carlie.
Carlie menatap mereka.
Tom masuk, “bagus sekali”
Tom melihat Carlie yang sudah sadar, “ayo bawa dia ke tempat penyiksaan”
Carlie kaget mendengar
itu.
Mereka pun membawa Carlie
ke laboratorium.
Disana Robert yang masih
terikat, di tutup mulutnya dengan lakban dan sebuah kaber besar, menempel pada inti
reaktornya.
“ya Tuhan..., Robert?”
Carlie semakin kesal dengan ulah Tom.
Robert yang tidak bisa
bicara, sedih melihat Carlie. Dia
terlukan, pasti anak buah Tom menyiksanya. Maafkan aku Carlie, aku tidak bisa
melakukan apa-apa untukmu.
“baiklah, akan ku
jelaskan. Apa yang akan aku lakukan pada pacarmu, Carlie”
Carlie menatap Tom dengan
kesal.
“kabel besar itu, akan
mengalirkan energi dari reaktor ke tabung yang sudah aku siapkan disana” Tom
tersenyum, “mungkin pacarmu akan kesakitan, karena energinya akan tersedot
sampai habis”
Carlie pun membenturkan
kepalanya ke hidung Tom.
“ah” hidung Tom berdarah,
“sialan, beri dia pelajaran” Tom menatap Robert, “diluar”
Carlie diseret keluar.
Robert menatap Tom, kau
akan menyesal, Tom.
“kenapa kau menatapku
seperti itu? Kau mau menantangku? Memukulku?”
Robert menunduk.
“kenapa? Kau sedih karena
pacarmu?” Tom tersenyum, “lebih baik, aku segera mengambil energi itu” Tom
mendekati mesinnya.
“lepaskan dia” Carlie
masuk.
“apa? Kenapa kau bisa...?”
Tom kaget.
“kau fikir, aku wanita
lemah? Maaf saja ya, jika kita berkelahi pun, aku pasti akan mengalahkanmu”
“sangat sombong”
Robert senang melihat
Carlie yang sudah mengalahkan semua anak buah Tom, guardian angel-ku...
Saat Carlie akan menyerang
Tom, Tom langsung menyalakan mesinnya.
Mesin pun mulai menyedot
energi yang ada di reaktor Robert.
“ehm....” Robert
kesakitan, tapi ia tidak bisa berteriak karena mulutnya dilakban.
Dada Robert turun naik tak
beraturan, mesin itu benar-beanr membuatnya menderita.
Carlie tidak jadi memukul
Tom dan berbalik ke arah Robert, “Robert” ia berniat mencabut kabel itu.
Tapi saat Carlie menyentuh
kabelnya, ia terkena setrum dari kabel itu dan terpental.
Brak...
Carlie pun tak sadarkan
diri.
“hm...” Robert semakin
kejang, matanya mulai memutih. Ia merasa, jantungnya dipaksa untuk berhenti.
“sebentar lagi, energi ini
akan penuh”
Monitor menunjukan energi
di reaktor Robert tinggal 7%.
Saat Carlie membuka
matanya,
Carlie melihat
laboratorium yang gelap. Carlie bangun dan melihat Robert yang tertunduk tak
bergerak.
“Robert?” Carlie mendekati
tubuh Robert dan melihat reaktor yang tak bersinar, “Robert” ia menyentuh pipi
Robert dan melihat hidungnya berdarah.
Tubuh Robert begitu
dingin, Carlie membuka lakban di mulut Robert dan darah pun keluar.
“sayang?” Carlie sedih, ia
mencabut kabel itu dan ikatan di tangan Robert. Carlie pun memeluk Robert,
“bangun, sayang” ia menangis, “jangan tinggalkan aku”
Carlie menghubungi Evans.
“hallo?”
“Evans....”
***
Evans sampai ke rumah Tom,
tapi ia hanya melihat puing-puing dari bangunan yang hancur dan petugas pemadam
yang sedang berusaha memadamkan api.
“apa yang terjadi?” Evans
kaget dan mencoba mencari keterangan dari kerumunan warga.
Keterangan menyebutkan,
jika sebelum ledakan terjadi, terlihat sinar biru yang semakin lama semakin
terang dan meluas. Lampu pun sempat mati karena energi yang begitu besar.
Di rumah Robert,
Carlie berusaha
menyelamatkan Robert dengan accu mobil
yang ia bongkar dari garasi, “kamu harus kuat, Robert. Semoga energi ini cukup
untuk reaktormu”
Robert membuka matanya,
“Carlie...”
“Robert, kau baik-baik
saja?”
Robert melihat ada kabel
yang terpasang dari reaktornya ke sebuah accu, ia tersenyum.
Carlie menatap Robert.
“apa itu accu mobilku?”
“i...iya”
“kau jenius” Robert
tersenyum.
Carlie memeluk Robert,
“aku senang, kau baik-baik saja”
“jika kau menciumku, aku
akan semakin baik”
“kau ini, selalu saja
mencari-cari kesempatan” Carlie tersenyum, “ok” ia pun mencium Robert.
Evans masuk dan melihat
itu, “maafkan aku”
“tidak apa-apa, Evans”
Carlie tersenyum.
“seandainya kau belum
datang, aku yakin, dia masih ingin menciumku” Robert menatap Evans.
“Robert” Carlie sedikit
kesal.
“tapi itu benar kan?”
Robert menatap Carlie, “senyum, sayang”
Carlie tersenyum dan
mengelus Robert.
Evans mendekat, “Tom tewas,
terjadi ledakan besar di rumahnya. Bahkan satu komplex menjadi korban”
“apa itu akibat dari
energi...?” Robert menatap Evans.
“yap, energi yang ia curi
darimu”
“jadi kita harus
bagaimana?” Carlie cemas, apalagi accu itu akan segera habis.
Robert menatap Carlie,
“jangan cemas, sayang. Aku rasa, kita punya cadangan”
“cadangan?”
“yap, bantu aku berdiri”
Evans dan Carlie membantu
Robert bangun dan memapahnya.
“disini, dudukan aku”
Robert duduk, “terima kasih”
Robert mulai memasukan
kode dan meja pun terbuka, disana terdapat reaktor baru yang sudah terisi 100%.
“indah, bukan?” Robert
menatap mereka.
“kau berhasil membuatnya?”
Evans kagum.
“yap, tapi aku tidak tau
jika ini berhasil atau tidak”
Carlie sedikit cemas,
“semoga itu tidak berbahaya”
Robert tersenyum dan
mencabut kabel yang menempel di dadanya, lalu ia juga mencabut reaktor yang
mulai meredup di dadanya.
“h...m” Robert menahan
sakit, ia mengambil reaktor barunya dan mulai memasangkan reaktor itu ke
dadanya.
“ah” Robert merasakan
sesuatu yang berbeda, reaktor itu telah meresap semua racun Robert dan
menetralkan darahnya.
“Robert?” Carlie sangat
khawatir.
Robert tersenyum, “aku
berhasil, sayang”
“syukurlah” Carlie memeluk
Robert.
Evans ikut senang
mendengar itu, ia berharap, tidak ada lagi orang yang berniat jahat pada
Robert.
***
Carlie pun berhenti dari
pekerjaannya dan bertunangan dengan Robert, Evans pun dapat melupakan Carlie
dan mendapat penggantinya. Mereka menjadi teman baik dan berencana untuk
menikah bersama di akhir tahun nanti.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya
kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar