Author : Sherly Holmes
Genre : School-life, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Porseni pun dimulai,
Dan porseni terakhir
adalah keterampilan seni yang akan di adakan di lapang fakultas. Panggung sudah
disiapkan dan aku melihat dosen yang sedang ceck sound, aku mendekat dan
ternyata yang sedang ceck sound adalah dua ayahku yang keren, yaitu pak Robert
dan Pak Paul.
OMG… pak Paul menyanyi dan
pak Robert yang mengiringi dengan petikan gitarnya, aku langsung mengabadikan
itu. Begitu bahagianya aku karena dua orang yang aku sayangi sangat bertalenta
dalam bermusik.
Aku semakin mendekati
mereka dan pak Robert pun menarikku ke dekatnya, tanpa sadar aku memeluknya.
OMG, disitu kan banyak mahasiswa. Ya ampun, jangan terlalu seneng gitu dong.
Control diri, Cinta.
Pak Robert kaget melihat
itu, tapi dia pura-pura tidak terjadi apa-apa. Seperti yang aku bilang, pak
Robert memang tidak tau jika aku dan Pak Paul itu saudara.
Setelah itu,
Aku kembali ke
teman-temanku dengan tersenyum senang, teman yang tau tentang persaudaraan kami
sih, tidak masalah. Mereka malah ikut tersenyum dengan kebodohanku.
Lalu,
Pak Paul tiba-tiba
menghilang, kemana dia? Ya ampun paman, paman dimana? Aku pun mencari pak Paul, tapi Dekanku menatap dengan sinis.
“mau apa kamu nyari pak
Paul?”
OMG, kok gitu?
Jangan-jangan karena saat itu dia melihat aku merangkul pak Paul di hotel dan
tadi aku memeluknya di panggung?
“enggak kok pak” aku
tersenyum dan pergi.
Aku mengerti kenapa dia
bersikap seperti itu, mungkin dia mengira aku punya hubungan dengan pak Paul.
Ya, mungkin yang negative-negatif lah. Karena dia memang tidak tau kami
saudara, no problem.
Aku melihat pak Robert
yang duduk sambil memegang gitarnya, aku pun mendekat naik dan meminjamnya.
Pak Robert tersenyum,
“kamu mau nyanyi?”
“iya pak”
Yang aku ingat hanyalah,
saat itu aku punya hutang untuk menyanyi karena salah menjawab soal.
Aku menyanyi dan pak
Robert memperhatikanku terus, ia pun mulai mengiringi dengan gitar lain.
Ya Tuhan… seandainya ada
pak Paul, sebenarnya lagu ini aku nyanyikan untuk dia karena begitu sempurna
untuk menjadi ayahku.
Setelah aku menyanyi, aku
turun dari panggung. Dan seseorang langsung
berkomentar…
“cuma main gitar doing
juga, itu sih gampang. Aku juga bisa”
Lalu seorang dosen tersenyum,
“kok kamu gak nyanyi?”
“enggak ah pak, kalau
penyanyi asli itu gak mungkin nyanyi di tempat ginian”
Ya ampun, sombong banget
sih? Tapi aku tidak mau memperpanjang hal itu, lebih baik aku pergi saja.
Besoknya,
Videoku mulai ramai
diperbincangkan oleh teman-teman di kampus, tapi tiba-tiba, salah seorang adik
tingkat bicara sinis…
“cuma gitu doang juga, kamu juga upload aja video main
gitar ke medsos”
“iya”
Mereka berdua pun pergi.
Hello? Apa itu sengaja
mereka bicarakan di dekat aku? Atau mereka sinis karena kakak tingkat yang
mereka taksir mengagumi vidioku bersama pak Robert?
Ya, aku sadar. Jaman sudah
berubah, sekarang
perempuan yang bermain gitar itu biasa dan menjamur dimana-mana, tapi satu hal
yang harus diingat. Gak semua cewek punya taste saat main gitar. Kebanyakan
asal bunyi dan asyik sendiri saja. Dan aku berani jamin jika taste-ku lebih
baik dari anak tadi, tapi lupakan sajalah.
Yang aku syukuri saat ini
adalah, aku semakin dekat dengan paman Paul. Kami tidak sungkan lagi dan itu
tandanya, aku mungkin bisa sedikit manja seperti pada ayahku sendiri. Hihi…
Thank God… karena pak
Robert juga sampai saat ini baik-baik saja padaku, tidak ada jaga jarak atau
apapun karena sangkaan yang aneh-aneh.
Bahkan sekarang, pak Arman
yang jutek pun berubah baik padaku. Ya, aku gak akan ngelak jika itu karena
paman Paul dan pak Robert. soalnya pak Arman sekarang sudah tau jika pak Paul
itu pamanku.
Terima kasih Tuhan…
To be Continued
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun
sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar