Rabu, 13 April 2016

Lucifer's Hand part 2

Author : Sherly Holmes
Genre : School-life, Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Besoknya,
Robert hanya dia di kamarnya, ia dihukum untuk diam di asrama selama tiga hari. Robert masih memikirkan keadaan Grace. Ia berharap, Grace akan baik-baik saja.
Seorang guru masuk ke kamar Robert, ”Robert”
“iya pak?”
“maaf atas kesalah fahaman kami, kau sudah bebas dari hukuman. Grace bilang, bukan kau yang membuatkan seperti itu”
“terima kasih pak, bolehkah aku bertemu dengannya?”
“tentu, tapi kau harus sekolah dulu”
“siap, pak” Robert langsung bergegas.
Di luar,
Rasa rindu Robert tak bisa ditahan lagi, ia pun lebih memilih bolos dan menemui Grace di klinik. Robert langsung berlari sebelum guru itu keluar.
Di klinik,
Robert masuk ke kamar perawatan Grace, ia melihat Grace yang sudah siuman namun masih agak lemas.
“Grace” Robert memeluk Grace.
Grace terdiam, ia kaget dengan apa yang Robert lakukan.
“kamu gak apa-apa, kan?”
Grace tersenyum, “aku gak apa-apa kok”
Robert tersenyum dan mengelus Grace, “aku sangat takut kehilanganmu”
Grace menatap Robert, aku pun...
“Grace?”
“maaf, aku...”
“kamu masih sakit? Apa aku mengganggumu?”
“tidak, sama sekali tidak. Aku senang melihatmu”
Robert duduk.
“kamu kok gak ke kelas? Kamu masih dihukum?”
“hukumannya udah dicabut kok”
“jadi kamu bolos?”
“emh... begitulah”
“Robert, harusnya kamu gak gitu. Dimana pun kita sekolah, kita harus memberikan yang terbaik”
“apa karena itu kau selalu semangat dan berprestasi di sekolah ini?”
“mungkin begitu...” Grace terdiam, “semoga kau mengerti jika yang penting itu bukan hanya terkenal, tapi juga masa depan” Grace menatap Robert.
Robert menunduk, “aku minta maaf, aku bukan teman yang baik”
“siapa yang bilang begitu? Kau itu pahlawanku, tanpamu, mungkin aku sudah mati kedinginan”
“jangan bicara begitu Grace, aku janji. Selama aku ada, aku akan selalu menjagamu”
Grace tersenyum, “begitukah? Bagaimana dengan pacarmu? Dia sangat cemburu dengan persahabatan kita”
“kami sudah putus”
“apa? Tapi kenapa? Bukankah kau menginginkannya?”
“itu hanya ambisi, bukan cinta. Kau yang bilang sendiri, kan? Jika kita tidak boleh terlalu berambisi dan menghalalkan segala cara”
“maafkan aku, Robert. Aku tidak bermaksud untuk..”
“tidak masalah, aku putus dengannya karena itu benar-benar keinginanku. Tidak ada unsur apapun disana”
“baiklah”
“kalau begitu, kau istirahat ya. Aku harus pergi”
Grace mengangguk dan Robert pun pergi.
Di luar klinik,
“Robert” Cony mendekati Robert yang baru keluar.
“mau apa?” Robert menatap Cony.
“maafkan aku”
“kenapa kau minta maaf padaku?”
“karena aku mengecewakanmu, aku benar-benar menyesal”
“jika itu benar, harusnya kau minta maaf pada Grace”
“aku akan melakukannya, aku akan melakukan apapun agar kau percaya”
“begitukah? Buktikan” Robert meninggalkan Cony dan teman-temannya.
Cony menunduk.
“lebih baik kita temui Grace” teman Cony mengajaknya masuk.
Mereka pun masuk ke klinik dan masuk ke kamar Grace.
“Cony?” Grace kaget.
“Grace” Cony mendekat, “aku kesini untuk minta maaf padamu, kau mau memaafkan aku, kan?”
“iya Grace, kami sangat menyesal”
Grace tersenyum dan mengangguk.
“terima kasih” Cony memeluk Grace.
Grace agak bingung dengan itu.
“Grace, kamu gak keberatan kan kalau kita berteman?”
“tentu saja tidak, aku senang bisa berteman denganmu” Grace tersenyum.
“terima kasih Grace, kau sangat baik” tapi Cony kembali sedih, “maukah kau membantuku untuk kembali dengan Robert?”
Grace terdiam, haruskah aku membantu Cony untuk kembali berhubungan dengan laki-laki yang aku cintai?
“Grace? Apa kau tidak mau? Aku mohon Grace, aku janji akan jadi pacar yang baik untuk Robert”
“iya, akan aku usahakan”
“terima kasih” Cony begitu senang dan kembali memeluk Grace.
Grace tersenyum tetapi hatinya sedih.
Besoknya,
Grace sedang berjalan ke kelas.
“Grace, tunggu” Robert mengejar Grace.
“Robert? Ada apa?”
“ya..., aku ingin berjalan denganmu saja”
“emh... dasar”
“bagaimana keadaanmu?”
“aku sudah tidak apa-apa” Grace tersenyum, “o iya, apa kau tidak punya rencana untuk kembali pada Cony?”
“apa maksudmu?”
“kau tampan dan Cony cantik”
“jadi menurutmu, aku tampan?”
“kalian sama-sama berseragam biru dan cocok untuk bersama” Grace tidak memperdulikan omongan Robert dan terus bicara.
“kamu kenapa sih? Kok tiba-tiba nyuruh aku buat jadian lagi sama dia? Katanya kamu gak suka”
“Robert, kamu salah. Aku cuma bilang gak suka kalau kamu menghalalkan segala cara, bukan gak suka kamu pacaran sama dia”
“ok” Robert diam.
“kok diem?”
“aku merasa aneh dengan sikapmu hari ini, kau bukan Grace yang biasanya” Robert meninggalkan Grace.
Grace terdiam, kenapa dia begitu kecewa saat aku menyuruhnya kembali pada Cony?
Salah satu dari Lucifer melihat itu dan tersenyum.
Di kelas Robert,
Robert hanya diam dan melamun.
“ada apa, kawan?” Sam duduk disamping Robert.
“tidak apa-apa”
“ku dengar, kau putus dengan Cony?”
“gossip cepat sekali menyebar ya?”
“hey, kau kenapa? Jangan-jangan kau putus karena teman cupumu itu, kan?”
“jangan panggil dia cupu, dia punya nama”
“ok, maafkan aku. Kau tau kan? Anak hijau memang...”
“aku tau, tapi aku tidak suka dengan perbedaan itu”
“ok”
“namanya Grace”
“apa dia yang membuatmu putus?”
“dia teman yang sangat berarti”
“aku merasa ada yang lebih disana”
Robert menatap Sam.
“ayolah kawan, aku hanya bercanda”
Robert menoleh ke jendela, apa benar aku suka pada Grace?
***
Di markas Lucifer,
“sebentar lagi pemilihan ketua osis, dan coba kau tebak, siapa calon terkuatnya?”
“Robert, benar kan?”
“yap”
“anak itu memang kurang ajar, dia benar-benar ingin untuk mengalahkan kita”
“ya, aku tau visi misinya. Dia ingin mempersatukan anak seragam biru dan hijau”
“itu tidak boleh terjadi”
“tentu”
Sore itu,
Robert bicara dengan Grace yang baru keluar dari perpustakaan.
“jadi, kamu ingin mempersatukan kami?”
“yap, aku tidak suka adanya perbedaan seragam. Di sekolah ini, kita harus bersama-sama, bukan?”
“tapi, apa itu mungkin?”
“aku punya peluang” Robert tersenyum.
Malamnya,
Di kamar Cony, Cony bicara dengan Robert.
“jadi kamu mau nerima aku lagi”
“tentu, tapi bantu aku”
Cony menatap Robert, “apa hubungan kita bersyarat?”
“aku hanya meminta ini, tidak akan lagi permintaan lainnya”
“kenapa?”
“karena aku yakin, hanya kau yang mampu melakukannya”
“ok”
Besoknya,
Robert keluar dari kelas, ia melihat Grace yang agak panik sudah menunggunya.
“Grace?”
“aku butuh bantuan”
Mereka pun pergi ke taman belakang sekolah.
Disana,
Seorang laki-laki agak gemuk dan bersweater hijau sedang duduk dengan sedih.
“hey kawan, ada apa?” Robert mendekat dan duduk disampingnya.
Laki-laki itu sedikit canggung.
Grace menatap laki-laki itu, “bicaralah”
“aku...” laki-laki itu semakin sedih, “aku baru saja mendapat sepeda baru, tapi Lucifer...”
“kenapa?” Robert mulai kesal mendengar itu.
“Lucifer mengambil sepedaku”
“aku akan bicara pada mereka” Robert langsung berdiri.
“Robert, jangan gegabah” Grace langsung memegang tangan Robert.
“ini gak bisa dibiarin, Grace. Mereka gak boleh semena-mena terus”
“tapi bahaya kalau kamu kesana sendirian”
Robert menatap laki-laki sweater hijau itu.
Akhirnya,
Robert mendatangi markas Lucifer bersama para anak berseragam hijau.
Salah satu Lucifer kesal melihat itu, “sial, apa-apaan mereka?”
Para Lucifer pun keluar dari markas.
Robert menatap mereka, “kembalikan sepeda Aldo”
“kau fikir semudah itu, heh?” salah satu Lucifer mendekat dan menatap Robert.
“aku membawa semua anak berseragam hijau, apa kau tidak takut?”
“hem, pria biru yang membela hijau. Kau fikir para hijau akan setia padamu? Mereka mau mengikutimu karena ini kepentingan mereka”
“ini bukan masalah perbudakan, kami semua adalah teman. Tidak perduli biru atau hijau, warna itu tidak penting”
Grace agak khawatir melihat Robert.
“ok ok, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?”
“apa?” Robert menatap mereka.
“kita akan balap sepeda keluar sekolah dan berputar kembali kesini melewati jalan raya, siapa yang sampai disini duluan, dia yang menang”
“ok, bagaimana dengan sepedanya?”
“tentu saja aku yang memakainya, jika kau menang, sepeda itu akan aku kembalikan”
“apa?”
“jika kau tidak suka, kami tidak akan mengembalikan sepedanya”
“ok” Robert sangat kesal dengan kesepakatan itu, namun itu adalah jalan satu-satunya agar sepeda Aldo kembali.
Setelah bubar,
“kau akan dapat sepeda darimana?” Grace menatap Robert.
“aku akan meminjam pada Hank”
Robert pun berpisah dengan anak seragam hijau.
“Grace, kau yakin Robert adalah orang yang tepat?”
“Aldo, percaya padaku. Robert itu tulus menolongmu, dia adalah anak seragam biru yang paling peduli dengan kita semua”
“aku harap, kau benar”
Malamnya,
Di kamar Cony, Robert sedang duduk bersama Cony dan bicara.
“jadi kau ingin mempersatukan anak biru dan hijau?”
“yap”
“aku rasa itu agak sulit, aku tau jika kau berharap tidak ada lagi perbedaan diantara kami, tapi...”
“Cony, ayolah. Aku mohon, hanya kau yang bisa membantuku”
Cony diam.
“aku tau, tadi sore kau bergabung dengan anak hijau untuk menemui Lucifer”
“maka dari itu, mungkin kami tadi cukup lemah. Tapi jika anak hijau dan biru bersatu, Lucifer akan kalah. Kita itu jauh lebih banyak dari Lucifer jika kita bersatu”
“aku paham, tapi...”
“apa lagi, Cony?”
“selama ini, kerenggangan kami begitu kental. Bagi kami, anak hijau itu...”
“aku tau, tapi aku tau kau bisa melakukannya. Bekerjasamalah denga Grace”
“baiklah”
“bagus” Robert tersenyum dan menatap Cony.
Mereka pun berciuman.
Besoknya,
Robert membuka mata dan terbangun di kamar Cony, “ya ampun, aku harus segera pergi”
Cony pun membuka matanya dengan bingung.
***
Di depan markas Lucifer,
Semua anak hijau dan Lucifer sudah berkumpul.
“mana pahlawanmu? Aku rasa, dia hanya pemberi harapan palsu”
Robert datang, “maaf aku terlambat”
Grace melihat Robert datang bersama Cony.
Hank pun datang sambil membawa sepeda, “permisi, sepertinya ada yang butuh juri”
Robert tersenyum.
Lomba pun dimulai,
Robert langsung mengayuh kencang sepedanya, ia melewati gerbang sekolah dan beberapa guru patroli pun berteriak sambil mengejarnya.
Robert sudah keluar dari sekolah dan berada di jalan raya, ia tidak mau menoleh ke belakang karena ia yakin Lucifer masih di belakangnya.
“hey, bodoh”
Robert kaget, ternyata jarak mereka sangat dekat. Robert pun terus mengayuh sepedanya dan mereka mulai kembali ke sekolah.
“selamat tinggal, lambat” anak Lucifer itu berhasil menyusul Robert masuk ke daerah sekolah, tapi ia tidak tau jika para guru patroli sudah menunggunya.
Anak itu pun tertangkap.
Robert langsung mengambil kesempatan untuk melewati mereka.
Akhirnya Robert sampai finish dan menang.
Semua anak bersorak, tapi anak Lucifer dan sepedanya tidak kembali.
Para Lucifer pun pergi dengan rasa kesal.
“Robert, aku tau kau pasti menang” Cony memeluk Robert.
Robert tersenyum.
“Robert, mana sepeda Aldo?” Grace khawatir.
Para anak hijau pun terdiam.
Malamnya,
Robert melihat sepeda Aldo yang rusak parah, Aldo menangis karena sepeda itu adalah hasil menabung sejak ia masuk sekolah ini.
“aku turut menyesal” Robert mendekati Aldo, ia tau, sangat sulit untuk anak seragam hijau mendapatkan uang.
“mungkin ini sudah takdirku, terima kasih sudah membantu” Aldo menunduk.
Grace mendekat, “para guru patroli yang melakukan ini, mereka tidak tau jika sepeda ini milik Aldo”
“aku akan memperbaikinya”
“apa?” Grace kaget.
“aku serius, tenanglah kawan” Robert tersenyum pada Aldo dan mengangkat sepeda rusak itu.
Setelah Robert pergi, Grace masih bingung dan diam.
Di rumah Hank,
“aku mohon, bantu aku memperbaikinya”
“hey nak, kau bukan anak bengkel”
“aku tidak peduli, aku ingin sepeda ini kembali berfungsi untuk Aldo”
“aku senang melihatmu”
“maksudmu?”
“dari semua yang sudah kau lakukan untuk anak-anak itu, kau pantas jadi pemimpin. Kau tidak memilih teman karena seragam mereka”
“aku tidak peduli itu” Robert tersenyum.
Mereka pun membetulkan sepeda Aldo.
Paginya,
Di kamar Aldo, Aldo yang masih tidur mulai membuka matanya dan melihat sepedanya telah kembali. Ia begitu senang dan bahagia.
Sementara itu di kamar Robert, Robert masih tidur karena bergadang semalaman.
Di sekolah,
Grace khawatir, ia belum bertemu lagi dengan Robert sejak tadi malam. Mudah-mudahan dia baik-baik saja.
“Grace” Cony mendekat.
“Cony, ada apa?”
“apa kau melihat Robert? Sejak tadi malam, aku tidak melihatnya”
“aku juga khawatir, aku takut terjadi apa-apa”
Mereka berdua cemas.
***
Seorang anggota Lucifer datang ke markas dengan kesal.
“sial”
“ada apa?”
“sepertinya, Robert mulai melancarkan rencananya”
“apa itu?”
“aku melihat Cony begitu akrab dengan para culun”
“maksudmu, anak berseragam hijau?”
Seorang pria dengan bekas luka di wajahnya pun mendekat, “Grace, dia kelemahan Robert”
“bos?”
Pria itu tersenyum sinis.
Di kelas,
Pelajaran sudah dimulai dan Robert baru datang.
“maaf pak, saya terlambat” Robert masuk dan duduk disamping Sam.
“kau baik-baik saja, kawan?” Sam menatap Robert.
“yap”
“siapa yang menyuruhmu duduk?” guru itu marah.
Robert menatap gurunya dengan sedikit kaget.
“keluar kau” guru itu menatap Robert dengan kesal.
“baik pak” Robert berdiri dan keluar dari kelas.
Di luar,
“lebih baik aku pergi daripada diam di koridor” Robert pun pergi dan bertemu dengan beberapa anak Lucifer.
“hey, jagoan”
“kalian mau apa?”
“kami menantangmu boxing malam ini, jangan lupa datang ke markas di luar sekolah”
“kalian punya markas di luar sekolah?”
“tentu saja, jika kau tidak datang...”
“berarti kau seorang pengecut, Robert”
“pecundang”
Robert hanya menatap mereka dan mereka pun pergi.
“hey kau, sedang apa kau disini?” seorang guru patroli melihat Robert.
Robert kaget dan langsung berlari.
“hey, tunggu” guru itu terus mengejar Robert.
Gawat, aku harus pergi kemana? Robert pun berbelok dan langsung masuk ke kotak sampah.
Guru itu terlihat bingung karena Robert menghilang, ia pun pergi mencari Robert ke tempat lain.
Robert keluar dari tempat sampah itu.
Seseorang mendekat, “kau suka bersembunyi disana?”
Robert menoleh, “Hank?” ia tersenyum.
Mereka pun pergi ke rumah Hank.
“jadi kau ditantang boxing malam ini?”
“yap”
“kau harus berhati-hati, semua Lucifer itu bisa berkelahi termaksud boxing. Itu olah raga mereka di sekolah”
“jadi kau meragukan aku?”
“tidak, hanya saja, aku ingin membekalimu”
Robert tersenyum.
Malam itu,
Robert keluar dari kamar, Sam melihat itu.
“Robert, kau mau kemana?”
“aku” Robert menatap Sam, “aku ditantang Lucifer malam ini”
“kau akan pergi sendirian?”
“tenang saja, Hank sudah mengajariku beberapa gerakan”
“tapi boxing itu...”
“aku tau, itu exkul Lucifer di sekolah, kan? Semua akan baik-baik saja, Sam. Do’akan aku”
“baiklah”
Robert pun pergi.
Di markas luar Lucifer,
“kau yakin dia akan datang?”
“tentu, bos bilang, dia sudah pergi dari sekolah”
“ok, aku akan menunggunya”
Robert datang, “apa aku terlambat?” ia melihat beberapa Lucifer ada disana dan ring boxing yang begitu rapi.
“bagus sekali, ayo kita mulai”
Pertandingan pun dimulai,
“baiklah Robert, kau akan melawan tiga malam ini”
“ok, ayo maju semuanya” Robert memakai sarung tinjunya.
“sombong sekali kau, kami akan melawanmu secara berurutan. Kau pikir kami pengecut akan mengeroyokmu?”
“ok, terserah” Robert bersiap.
Pertandingan pertama dimulai.
Orang itu mulai menyerang Robert dan Robert terus berusaha menghindar.
“kenapa kau menghindar terus? Kau kewalahan”
“tidak, aku hanya mencari waktu yang tepat” Robert memukul K.O. orang itu.
Brak...
Robert tersenyum, “kau masih bisa berdiri?”
“sialan” orang itu bangkit dan berjalan perlahan ke luar ring sambil menahan sakit.
“tenang kawan, aku akan membalaskan dendammu”
“bagus”
Orang kedua, naik ke ring.
“ok, ayo mulai” Robert bersiap.
“dasar sombong” orang itu langsung menyerang Robert, ia memukul pipi Robert.
“hey, mana wasitnya?”
“tidak perlu memakai wasit karena kita tau peraturannya, bukan?”
“kau curang” Robert menghindari serangan orang itu.
“aku senang sudah membuat pipimu biru”
Brak...
Orang itu jatuh.
“dan aku senang telah menjatuhkanmu” Robert menatap orang itu.
“sial” orang itu berteriak.
Orang ketiga langsung naik, “hiat” ia langsung menyerang Robert.
Brak...
Robert jatuh, ia menatap lawan ketiganya itu. Robert pun bangun dengan bibirnya yang berdarah.
“kau menyerah, kan?”
“tidak juga” Robert bersiap, “aku suka, hebat juga pukulanmu”
“hajar dia, kawan” orang kedua turun dari ring.
“maju” Robert menatap lawan terakhirnya.
“hiat”
Robert menghindar tapi dengan reflexnya orang itu berbalik dan menyerang Robert.
Dak...
“ah” Robert lagi-lagi terkena pukulan, aku harus konsentrasi. Sepertinya dia lebih baik dari kedua temannya tadi.
“kenapa? Kau takut?”
“tentu tidak, sudah ku bilang jika aku suka pertarungan ini”
Mereka kembali bertarung.
Brak...
Orang itu jatuh dan semua Lucifer yang ada disana kaget, orang itu merupakan juara boxing dan sekarang dia telah dikalahkan Robert.
Robert menatap orang itu, “kau menyerah”
“ah” orang itu kesal dan kesakitan.
“lebih baik kau istirahat, aku akan pulang ke asrama” Robert berjalan turun dari ring dan menatap para lucifer, “apa kalian sudah puas?”
Robert membuka sarung tinjunya dan melempar itu ke tempat sampah, ia pergi sambil menghapus darah di bibirnya.
Besoknya,
Robert keluar dari asrama dan Grace langsung mendekatinya.
“Robert”
“Grace?” Robert tersenyum, “ada apa?”
“ya ampun, bibir kamu pecah?”
“aku gak apa-apa kok”
“kemarin kamu kemana?”
“kemarin aku bagun siang” Robert tersenyum, “kamu kok kay yaang khawatir banget sih?” ia sedikit menggoda Grace.
“hey, aku serius” Grace agak kesal.
“maaf”
Cony mendekati mereka, “Robert” ia langsung memeluk Robert.
Robert kaget dan Grace terdiam melihat itu.
“Cony, lebih baik kita segera ke kelas sebelum guru patroli datang” Robert melepas pelukan Cony.
“baiklah” Cony menatap Robert.
“kalau begitu, aku duluan” Grace pergi.
Di markas Lucifer,
“maafkan kami, bos. Tadi malam dia menang”
“aku tau, aku sudah menduganya”
Mereka kaget mendengar itu.
“tadi malam, dia sudah bilang padaku, jika Hank yang mengajarinya”
“apa kita akan menyingkirkan Hank?”
“tidak perlu” pria bersweater biru itu pergi.
“baik bos”
***
Di markas Lucifer,
Seorang Lucifer masuk dan menemui bosnya, “maaf bos, ada kabar buruk”
“apa itu?”
“Robert dikabarkan akan menjadi calon terkuat untuk ketua osis”
“aku sudah menduga itu, kita tidak boleh tinggal diam. Robert memiliki sesuatu yang membuat dia bisa menyatukan biru dan hijau. Jika dibiarkan, kita bisa kalah”
“apa yang harus kita lakukan bos?”
“kita habisi dia, malam ini” laki-laki itu keluar dari markas dan berjalan ke dekat bengkel.
Di bengkel,
Laki-laki itu masih berjalan dan melewati bus bekas yang menghalangi rumah Hank.
“Sam” Robert mendekati laki-laki itu.
“Robert?” laki-laki itu kaget.
“kamu darimana? Kamu gak dibully sama Lucifer, kan?”
“enggak kok, aku cuma jalan-jalan”
Robert menatap Sam dengan sedikit aneh, “ok, ayo ke kelas”
“ok, sebentar lagi pak Nathan masuk”
“yup, kita bisa dimarahi jika masuk terlambat”
“aku yakin dia akan mengira kita masih makan di kantin”
“dan bilang jika kita terlalu banyak bermain sehingga waktu istirahat tidak cukup”
Mereka tertawa dan pergi ke kelas.
Sore itu,
Seseorang melemparkan sesuatu ke jendela kamar Robert.
Preng...
Jendela pecah dan Robert melihat ada sesuatu di dekat pecahan kaca, Robert mengambilnya dan melihat ada sebuah kertas menempel pada benda itu.
“apa ini?” Robert mulai membacanya.
Jika kau ingin Grace selamat, segera datang ke markas boxing!
Lucifer
“Lucifer?” Robert kesal dan pergi.
Di markas,
“diamlah cantik, aku hanya menjadikanmu motivasi untuk Robert. Kami tidak akan menyakitimu, sayang”
Grace menatap para Lucifer itu dengan sangat takut.
“kau cantik juga meski dari kalangan cupu ya, pantas saja jika Robert menyukaimu”
“kau salah, Robert itu menyukai Cony. Bukan aku”
“kita lihat saja nanti”
“sebentar lagi bos datang”
“dia pasti akan senang karena kita sudah mendapatkan pancingan untuk ikan itu”
“tentu” pria dengan bekas luka di wajah pun datang.
“selamat datang, bos”
“ah, ternyata kalian sudah mendapatkan umpan untuk ikan trout itu?”
Grace tau jika bos Lucifer adalah Sam, “kau salah, kau telah memancing hiu”
“oh, benarkah itu, Grace? Kita lihat saja nanti”
Robert datang dengan membawa tongkat baseball di tanggan kanannya, “lepaskan dia” ia terlihat begitu kesal.
“ah, akhirnya kau datang juga” Sam menoleh dan menatap Robert.
“Sam?” Robert kaget, ternyata teman yang selama ini ia kenal adalah bos dari para Lucifer.
“ada apa, kawan? Kau kaget?” Sam mendekat sambil tersenyum sinis, “kau kaget karena aku, sahabatmu, ternyata seorang Lucifer?”
“aku rasa, kau bukan sahabatku lagi”
“oh, bagus”
“kenapa kau lakukan ini, Sam?”
“karena kau terlalu berpengaruh di sekolah, kau mengancam keberadaan kami”
“aku tidak pernah ingin melenyapkan kalian, aku hanya ingin sekolah berjalan dengan damai”
“ah, so pahlawan” Sam menatap ke arah Grace, “apa kau yakin jika pria ini dapat membuat sekolah kita lebih baik?”
Grace menunduk.
Sam kembali menatap Robert, “kau lihat? Bahkan gadismu saja merasa ragu dengan semua itu”
“selalu ada jalan dan aku yakin, jika kami dapat bersatu tanpa perbedaan apapun”
“oh, so bijaksana sekali. Kau pikir mereka semua akan bersatu untuk mendukungmu?”
Robert tersenyum, “apapun yang terjadi, aku tetap pada prinsipku”
“sungguh keras kepala” Sam memegang tongkat baseball Robert.
Robert pun tetap memegangnya erat.
“sialan” Sam menatap Robert.
“lepaskan dia”
“ok, aku akan melepaskannya dengan satu syarat”
“jangan main-main, Sam”
“aku tidak main-main” Sam kembali tersenyum.
Para anak buah Sam mulai mendekati Grace dan salah satu dari mereka menjambak rambut Grace.
“ah” Grace merasa sakit.
“hentikan Sam, dia seorang wanita”
“apa kau tidak mengenal Lucifer?” Sam menatap Robert.
Robert yang kesal, berhasil menarik tongkat itu dari tangan Sam dan mau menyerangnya.
“jika kau menyerangku, anak buahku akan menyakitinya”
Robert terdiam.
“buat pilihan, tampan” Sam masih menatap Robert dengan mata liciknya.
Robert pun melepas tongkat baseball-nya dan Sam langsung memukul perut Roert.
“ah”
“Robert!” Grace panik.
***
Malam itu,
Cony dan teman-temannya berkumpul.
Cony mulai panik, “kita harus melakukan sesuatu, Robert dan Grace dalam bahaya”
“ayo kita kumpulkan teman-teman”
“baik”
Mereka berpencar.
Di markas Lucifer,
Robert yang kesakitan, sudah tidak berdaya dan tergeletak di lantai.
Sam melemparkan tongkat baseball yang ia pakai untuk memukul Robert, “bangun jagoan, bukankah kau ingin membuat sekolah kita lebih baik”
Robert hanya bisa menatap Sam.
Grace menangis melihat itu.
Sam menendang Robert.
“ah”
“kau pikir mudah membuat Lucifer sampai seperti ini? Aku bersusah payah membangun semua ini dan sekarang kau ingin menghancurkannya?” Sam mengambil rantai dan  memecut Robert dengan itu.
“ah”
“kau pikir mudah, heh?”
“ah”
Sam ingat,
Saat pertama masuk ke sekolah itu, ia memakai sweater hijau dan selalu dibully oleh anak-anak bersweater biru.
Mereka selalu mengeroyok Sam dan mempermalukannya di depan umum.
“bangun cupu, hahah”
“dasar culun”
Mereka meludahi Sam.
Sampai suatu hari,
Mereka membully Sam dengan sadis dan membuat wajah Sam terluka, sejak saat itu Sam berubah ganas dan menyerang mereka. Salah satu dari mereka pun sekarat dan semua menyerah pada Sam.
Dan sampai saat ini, Lucifer semakin besar.
***
Di lapang sekolah,
Anak seragam biru dan hijau berkumpul, Cony pun mulai bicara.
“teman-teman, aku mengumpulkan kalian disini karena kedua teman kita sedang dalam masalah”
Mereka semua bingung dan saling tatap.
“Robert dan Grace, sekarang mereka ada di markas Lucifer dan aku tidak tau nasib mereka jika kita tidak segera menolongnya”
Para anak sekolah iu mulai gaduh, mereka masih belum bisa menerima untuk bergabung. Karena perbedaan antara biru dan hijau memang sangat jauh.
“ayolah teman-teman, aku mohon. Robert itu sangat berjasa pada kita, apa kalian ingat? Setiap kita dibully oleh Lucifer, siapa yang berani membela kita mati-matian? Apa kita akan diam saja jika Robert dalam masalah?”
Mereka terdiam.
“apa kalian lupa? Kita akan kuat jika kita bersama, itu yang Robert katakan. Ayo kita lupakan semua perbedaan kita, Lucifer pasti kalah. Kalian tidak mau dibully lagi kan?”
“ya, Cony benar. Siapa yang setuju?” teman Cony berteriak.
Semua pun berteriak ramai dan sepakat.
Namun para guru patroli mendengar kegaduhan itu dan mereka semua datang ke lapang untuk menangkap semua anak.
“cepat, kita harus pergi”
Mereka semua berpencar, meski beberapa anak tertangkap, tapi anak lain berhasil selamat.
“mau kemana kalian?”
Mereka berlari begitu cepat.
Cony sangat khawatir, tenanglah Robert, kami akan segera kesana untuk menyelamatkan kalian. Sekarang aku membawa semua teman kita, tidak ada lagi hijau atau biru disini. Ia tersenyum.
Di markas,
Robert muntah darah dan semakin lemas karena luka-lukanya.
Grace hanya bisa menangis, “cukup Sam, lepaskan dia. Robert bisa mati”
“kau lihat? Perempuanmu menangisimu”
Robert melihat ke arah Grace, maafkan aku, Grace. Robert menutup matanya, ia sudah pasrah dan tak mampu lagi untuk bertahan.
“payah, rasakan ini” Sam mau menginjak Robert.
Tapi...,
“serang!”
Cony datang membawa pasukannya.
Robert melihat itu dan tersenyum.
Semua Lucifer panik dengan serangan itu, sepuluh banding satu bukanlah hal yang bagus.
Mereka semua menyerang dan mengejar Lucifer yang melarikan diri.
“Robert” Grace dan Cony berlari ke arah Robert.
“Grace...” Robert tersenyum.
Cony tau, Robert menyukai Grace. Ia mengangkat kepala Robert, “kamu harus kuat, kita semua akan membawamu ke rumah sakit”
Grace menangis dan Cony membiarkan Grace memeluk Robert. Grace terus menangis sambil memeluk Robert.
“hey, jangan menangis... semua akan baik-baik saja” Robert menatap Grace.
Cony tersenyum, “aku sudah melakukan semuanya”
“terima kasih, Conny” Robert menatap Cony, “Grace” Robert kembali menatap Grace, “maafkan aku...”
“kau tidak bersalah padaku, tidak seharusnya kau minta maaf...”
“dia mencintaimu, Grace” Cony menatap Grace.
Grace terdiam.
Robert pun tersenyum, “aku senang, kau baik-baik saja” Robert menatap Cony dan kembali menatap Grace, “aku mencintaimu, kau perempuan terhebat yang pernah aku temui”
***
Di rumah sakit,
“kau puas? Ini yang kau inginkan, bukan?” ibu menatap ayah.
“apa maksudmu?” ayah kesal.
“kau yang memasukan Robert ke sekolah itu, dan lihat hasilnya. Lihat yang kau lakukan padanya? Kau puas?”
“aku tidak pernah menginginkan ini, aku hanya ingin dia menjadi anak yang baik”
“dengan memasukannya ke sekolah itu?” ibu menangis, “dia anak kita satu-satunya, dan kau hampir membuat kita kehilangan dia karena sekolah itu”
“aku minta maaf” ayah menunduk, “aku akan mencarikan sekolah yang lebih baik untuknya”
Beberapa hari kemudian,
Di asrama, Grace melamun di dekat jendela kamarnya.
Robert... ia menunduk, seandainya kau ada disini, mungkin kau akan bahagia. Karena sekarang, tidak ada lagi perbedaan disni. Lucifer juga sudah dihukum dan dibubarkan, Sam masuk penjara dan...
“Grace” Cony masuk ke kamar Grace.
“Cony?” Grace tersenyum.
“kau dipanggil ke ruang kepala sekolah”
“baiklah, terima kasih”
Cony tersenyum dan merangkul Grace.
Di ruang kepala sekolah,
Grace masuk, “selamat pagi, bu”
Ibu Robert menoleh, “apa kau yang bernama Grace?”
“iya tante”
Ibu Robert tersenyum, “Robert bercerita banyak tentangmu”
Grace tersenyum, tapi hatinya sedih. Ia tau, setelah kejadian itu, orang tua Robert memutuskan untuk memindahkan Robert ke sekolah lain.
“dia sangat merindukanmu, jika sudah sembuh, dia pasti akan segera kemari”
“maksud tante, Robert gak jadi pindah?”
“siapa yang bilang Robert akan pindah? Dia sangat betah disini”
Grace tersenyum.
Beberapa hari kemudian,
Robert datang ke sekolah dengan tangan kiri yang digips, Grace merangkulnya sambil tersenyum dan Cony mengikuti mereka.
“aku senang telah kembali” Robert melihat ke sekitar.
“kami pun senang melihatmu kembali” Grace menatap Robert.
“selamat datang, ketua osis” Cony tersenyum.
“benarkah?” Robert kaget.
Grace mengangguk.
Mereka pergi ke taman dan menatap sebuah tembok besar, itu adalah tembok pemisah antara kelas biru dan hijau. Semua anak berkumpul di sana, pihak sekolah setuju jika tembok itu akan dirubuhkan.
Robert pun mendapat kehormatan untuk melakukan itu.
“kau yakin bisa melakukan ini?” Grace khawatir.
Robert tersenyum, “tenang saja, aku bisa melakukannya dengan satu tangan”
Robert memegang palu besar dengan tangan kanannya dan ia mulai memukul tembok itu sebagai simbol.
Perubuhan tembok pun dilanjutkan oleh yang lainnya.
Setelah selesai,
Robert menatap semua teman-temannya yang masih berkumpul di taman, “jadi ayahmu membuat sebuah desain untum seragam baru kita, dan aku harap, kalian bisa suka ini”
Semua bersorak, tidak ada lagi perbedaan disini.
“seragam ini akan dibagikan gratis dan besok, kalian bisa memakainya”
Hank melihat itu dari jauh, ia tersenyum. Hank senang, Robert dapat merubah sekolah ini menjadi lebih baik.
Robert melihat ke sekitar, “o iya, satu lagi”
Semua kaget.
Robert tersenyum, “aku harap, tuan Hank dapat berkumpul kemari” ia menatap Hank yang ada di balik tembok pagar.
Hank pun tersenyum dan mendekat, semua menatap Hank.
Robert menatap Hank, “terima kasih banyak karena kau telah mengajarkanku segalanya”
“anak muda, aku hanya...”
Robert memeluk Hank, “terima kasih banyak, pak”
Air mata Hank menetes, untuk pertama kalianya ada murid yang memperhatikannya.
“aku harap, kalian tidak pernah mengucilkan lagi pak Hank. Dia adalah pahlawanku” Robert menatap semua temannya.
Semua bersorak.
Sore itu,
Grace menemui Robert di taman, ia mendekati Robert yang sedang duduk di bangku.
“hey” Rober tersenyum.
Grace tersenyum.
“apa kau masih menyukaiku?”
“apa maksudmu?”
“dulu kau bilang, kau suka dengan...” Robert tersenyum, “aku takut jika ambisiku membuatmu menolak”
“aku tidak melihat ambisi yang berlebihan disini”
“benarkah?”
“yap, hanya saja...”
“apa?” Robert menatap Grace.
“aku melihat seorang pria yang banyak merubah sekolah ini menjadi lebih baik”
Robert tersenyum, “jadi jawabannya iya, kan?”
“jawaban apa? Kau tidak bertanya apa-apa padaku”
“tidak perlu, aku sudah tau jawabannya”
Grace merasa aneh.
Robert memeluk Grace sambil menatapnya.
“Robert?” Grace kaget.
Robert tersenyum, “I love you”
Grace tersenyum dan mereka pun akan berciuman.
“hey hey hey, masuk kelas. Malah pacaran” Hank yang melihat itu, tersenyum.
Robert dan Grace menatap Hank dan tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar