Rabu, 13 April 2016

The End of Road

Author : Sherly Holmes
Genre : Drama, Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah coloseum,
“ayo...” semua penonton berteriak melihat para gladiator bertarung.
Raja tersenyum melihat para rakyat yang begitu semangat menyaksikan pertarungan. Namun berbeda dengan seorang putri yang juga sedang menonton pertarungan itu, ia terlihat begitu cemas.
Salah seorang gladiator jatuh.
Brak...
“yeah...” semua berteriak karena taruhannya menang.
Seorang gladiator yang berhasil mengalahkan lawannya itu hanya berdiri diam dengan nafas yang tersenga-senga.
Raja agak kecewa, “kenapa dia selalu menang?”
“maaf baginda, dia memang selalu menang akhir-akhir ini”
“dia hanya pria biasa tanpa senjata ataupun armor”
Ya Tuhan... syukurlah Robert baik-baik saja... sang putri mulai lega.
Robert masih menatap lawannya, namun luka di pundaknya terus mengeluarkan darah. Robert memegang lukanya, ia menatap sang putri.
Robert tersenyum melihat putri yang begitu khawatir padanya, ia pun berbalik dan berteriak kepada semua penonton.
“argh...”
“yeah...” para penonton bersorak.
***
Di sebuah bar,
Robert mendekati seorang penjual minuman, tapi seorang perempuan mendekatinya.
Robert mengambil sebotol minuman.
“hey tampan, kudengar, kau menang lagi”
“emh...” Robert menatap perempuan seksi itu dan minum dengan cuek.
“kau mau di temani?”
“maaf, nona. Aku rasa, kau salah orang” Robert meninggalkan perempuan itu.
“menyebalkan sekali, dia” perempuan itu kesal, “biasanya juga, gladiator yang menang selalu minta ditemani wanita”
Pedagang minuman tersenyum, “Robert berbeda, dia memiliki wanita impiannya”
“maksudmu?”
***
Robert keluar dari bar. Seorang perempuan yang menutupi wajahnya, mendekati Robert.
“putri, apa yang kau lakukan disini?”
“sst..., aku sedang menyamar”
“tapi tetap saja ketauan, kau jangan gegabah”
“ya Tuhan... lukamu belum diobati”
“tenang saja, aku sudah menyiramnya dengan alkohol”
“Robert, aku sangat mengkhawatirkanmu”
“kau takut jika aku bersama wanita lain?” Robert tersenyum.
“diam”
“ok ok, lebih baik kita pergi darisini sebelum ada yang curiga” Robert merangkul sang putri pergi dari sana.
Di rumah Robert,
“sini, aku obati lukanya”
“tidak usah, aku baik-baik saja”
“kau selalu begitu. Aku sangat mengkhawatirkanmu, Robert”
“putri Kanaya...”
“jangan panggil aku putri”
“baiklah, sayang” Robert menatap Aya.
“aku sedih jika melihatmu begini” putri memeluk Robert.
“tenanglah” Robert mengelus Aya.
Hubungan terlarang mereka sudah berlangsung cukup lama. Robert tau, lambat laun, sang raja akan tau dan ini akan menjadi sulit.
“Robert, kau janji, kan? Tidak akan pernah bersama dengan wanita-wanita bar itu?”
“ya ampun, Aya. Aku kan sudah bilang padamu, aku hanya minum”
“iya, tapi banyak gosip beredar jika gladiator yang menang dalam pertarungan selalu ditemani wanita dalam semalam”
“gladiator yang kalah pun begitu”
“tapi jika gladiator itu menang, wanita itu akan menemaninya secara cuma-cuma”
“apa aku harus kalah?”
“bukan begitu, aku hanya..”
Robert mencium Aya, “aku hanya mencintaimu, tidak akan ada wanita manapun yang bisa menggantikanmu”
Aya tersenyum.
“kau harus pulang, ini sudah malam”
Aya mengangguk.
“aku akan mengantarmu ke jembatan”
Aya kembali memeluk Robert, “jika kau terluka, jangan paksakan diri untuk bertarung”
***
Di jembatan,
“pergilah, keretamu sudah datang”
“jaga dirimu, Robert” Aya mengelus pipi Robert dan pergi.
Robert tersenyum dan ia melihat Aya masuk ke keretanya.
Pagi itu,
Di istana, Aya masuk ke singgasana raja.
“putri, ada apa?”
“sampai kapan ayah akan membuat para ksatria bertarung?”
“apa maksudmu? Kita untung banyak karena para penonton begitu meriah”
“tapi mereka hanya rakyat yang ayah perbudak agar mau membayar ke kerajaan, kan?”
“putri, kenapa kau bicara begitu?”
“ayah, banyak ksatria tewas sia-sia demi kesenangan ayah”
“lalu kau mau apa? Jika mereka ingin dianggap ksatria, mereka harus bertarung”
“tapi bukan keturunan bangsawan saja, kan?”
“mereka yang bukan keturunan bangsawan adalah korban, kau ingat dengan pria yang tidak memakai senjata atau armor itu?”
“dia hanya bertarung dengan tangan kosong, dia bisa terbunuh, ayah”
“kenapa kau begitu peduli padanya?”
“karena dia rakyat kita”
“begitukah?”
Siangnya,
Semua sudah berkumpul di coloseum, termasuk raja dan putri Aya.
Robert kembali bertarung hari ini, dan lawannya adalah seekor macam.
“ya Tuhan... ini tidak adil” Aya kembali cemas, Robert harus melawan macan itu dengan tangan kosong.
“maaf, tuan putri. Dia hanya seorang gladiator dari kalangan rakyat, bukan bangsawan” pengawal Aya menatap lapangan.
“aku tau, bagi kalian, dia bukan ksatria. Tapi nyawanya bisa terancam, dia rakyatku”
“maaf”
Pertarungan pun dimulai,
“argh”
Belum beberapa menit, macan itu telah berhasil mencakar leher kiri Robert. Robert menendang macan itu.
Para penonton mulai khawatir jika mereka akan kalah berjudi.
“ya Tuhan... aku harus menghentikan ini” Aya meninggalkan tempat duduknya.
“tuan putri, anda tidak boleh pergi”
“tapi aku...”
“maaf, tapi anda tidak akan aman di kerumunan seperti ini”
Aya diam dengan rasa menyesalnya.
Robert sadar, ia harus fokus karena lawannya kali ini tidak seperti manusia yang sudah bisa ia baca gerakannya. Robert menutup matanya dan memasang kuda-kuda.
Macan itu mulai menyerang dan Robert membuka matanya, lalu menendang macan itu dengan sekuat tenaganya.
Brak...
Macan itu jatuh dan menjauhi Robert.
Robert tersenyum.
“yeah...” penonton bersorak.
“yeah” Robert berteriak sambil mengangkat tangan kanannya yang terkepal.
Raja tersenyum melihat itu, “sepertinya dia memiliki potensi”
“tempat ini selalu penuh jika dia bertarung”
“aku tau itu”
Aya pun ikut lega, ia bersyukur karena Robert dapat menyelesaikan pertarungan ini dengan baik. Aku tau, ksatriaku takkan terkalahnya.
Robert berjalan sambil tersenyum ke arah Aya, ia pun mengambil handuk kecilnya dan  menghapus darah di lehernya.
***
Di bar,
Robert menatap cermin, ia melihat luka di lehernya. Robert pun mulai menyiram alkohol ke lukanya.
“ah...” Robert menahan perih.
Setelah itu, seperti biasa, Robert minum. Seorang wanita pun mendekatinya.
“kau menang lagi, tampan?”
“yap” Robert tetap minum dan tak peduli.
“ya ampun, lehermu masih mengeluarkan darah?” wanita itu mendekat dan menyentuh leher Robert.
“lukanya cukup dalam, tapi aku rasa, sebentar lagi pendarahannya akan berhenti”
“bagaimana jika malam ini, aku menemanimu?” wanita itu mengelus Robert.
“maafkan aku, aku tidak bisa” tapi saat Robert melihat kebelakang wanita itu, Aya?
Melihat Robert sedang dirayu, Aya sedih dan meninggalkan tempat itu.
“maaf, aku harus pergi” Robert mengejar Aya.
Di luar,
“Aya” Robert memegang tangan Aya.
“lepaskan aku”
“Aya, jangan salah faham dulu”
“kau pikir, aku buta? Kau sedang dirayu oleh wanita itu”
“aku menolaknya, aku sudah memberitaukan hal ini padamu beberapa kali, kan?”
“jadi menurutmu, aku tidak mengerti?”
“Aya, bukan begitu”
“kau seorang pemenang dan kau pantas mendapatkan wanita itu sebagai hadiah”
“aku hanya menginginkanmu” Robert menatap Aya.
Aya menunduk dan menangis.
“aku hanya mencintaimu, Aya” Robert memeluknya.
Tanpa mereka sadari, seseorang telah curiga jika wanita yang selalu menutupi wajahnya itu adalah Aya.
Orang itu tersenyum, “putri Kanaya” ia pun pergi.
***
Di rumah Robert,
Robert berbaring di ranjangnya, Aya mendekat sambil membawa obat.
“terima kasih ya, kau selalu mengobati lukaku”
“kau itu bicara apa? Aku pacarmu dan aku pasti khawatir dengan keadaanmu”
Robert tersenyum sambil menatap Aya.
Aya pun tersenyum dan mulai mengobati leher Robert.
Robert masih menatap Aya, ia melihat ketulusan di mata Aya. Seorang putri yang mencintai dirinya dengan sepenuh hati, padahal status mereka jelas berbeda.
 “Robert, kenapa kau menatapku seperti itu?” Aya berhenti mengobati luka Robert dan menatapnya.
Robert tersenyum dan menarik Aya, ia pun menciumnya.
Malam itu,
Robert yang berbaring di ranjang, masih terjaga dan melihat Aya yang tertidur nyenyak di pelukannya. Robert memikirkan banyak hal, apalagi hubungan mereka yang tidak mungkin akan mendapatkan restu dari sang raja.
Robert mengelus Aya, “bagaimana jika ayahmu tidak merestui kita? Apa yang akan kau lakukan, Aya? Apa yang harus aku lakukan?” Robert tau, Aya yang begitu lelap tidak dapat mendengar perkataannya. Ia pun mencium kening Aya, “aku tidak ingin berpisah denganmu”
“emh...”
“tidurlah sayang, ini masih malam”
Aya membuka matanya, “kamu belum tidur?”
“aku baru saja akan melakukannya”
“baiklah” Aya kembali menutup matanya.
Besoknya,
Robert menata Aya yang sudah rapi, “kau harus segera kembali ke istana, mereka pasti panik mencarimu”
“aku mengerti”
Robert tersenyum, “aku akan mengantarmu”
***
Di jalan,
“kau yakin, hanya sampai sini?”
“iya, keretaku akan datang sebentar lagi”
“ok” Robert mencium kening Aya dan pergi.
Tak lama kemudian,
Kereta kencana Aya, tiba. Aya pun menaikinya dan tanpa ia sadari, ada seseorang yang mengamati itu.
Seseorang dibalik dinding, tersenyum.
Di kerajaan,
“darimana saja kamu?” raja menatap Aya.
“aku sudah dewasa, ayah”
“kau ini seorang putri, tidak boleh meninggalkan istana sembarangan. Mengerti?”
“bagaimana aku mencari cinta jika harus diam di istana?”
“kau ini sudah dijodohkan”
“apa? Aku tidak mau”
“kenapa? Kau sudah punya calon?”
“aku...” Aya terdiam, ia tau, jika raja tidak mungkin menerima Robert.
“kenapa diam? Ayah sudah mencalonkan seorang pangeran dari kerajaan tetangga, dia pintar dan pandai berperang”
“aku tidak mau” Aya pergi.
“putri?” raja kecewa dengan sikap Aya.
***
Seorang pria masuk ke singgasana raja.
“kau?” raja menatap orang itu.
“perkenalkan baginda, aku...”
“seorang assassin?”
“yap” orang itu tersenyum.
“apa yang kau inginkan?”
“aku ingin memberitau kabar buruk”
“apa itu?”
“putri Kanaya”
“kenapa? Ada apa dengan putriku?”
“diam bercinta dengan salah seorang gladiatormu”
“apa?”
“gladiator rendahan yang selalu jadi pemenang”
“dia?” raja ingat pada Robert, “tidak mungkin”
“aku tidak bohong, bahkan putrimu menghilang karena pergi ke rumah pria itu”
Raja kesal.
“nampaknya, anda ingin memberi saya pekerjaan?”
“bunuh dia”
Assassin itu tersenyum dan pergi.
Beberapa hari kemudian,
Robert kembali bertarung, kali ini lawannya adalah seorang ksatria berkuda dilengkapi dengan pedang yang panjang.
Robert menatap lawannya yang bersenjata dan memakai perisai. Sedangkan dirinya, ia hanya memakai tangan kosong. Robert melihat ke arah Aya, ia terlihat panik. Robert tersenyum, Aya memang selalu mencemaskannya. Ia mulai konsentrasi dengan pertarungannya.
Ksatria itu mulai menyerang Robert dengan pedang panjangnya dan sang kuda pun berlari kencang ke arah Robert.
Tidak! Aya semakin cemas.
Robert melihat lawanya semakin dekat dan ia menghindar, Robert melompat dan tubuhnya membentur dinding arena.
“ah...” Robert berusaha bangkit.
Lawannya kembali berbalik ke arah Robert.
Robert berdiri dan bersandar di dinding itu, apa yang harus aku lakukan? Dia bisa membunuhku dari jauh dengan pedang panjangnya dan aku tidak bisa melukainya karena dia memakai perisai. Robert melihat kuda yang ditunggangi lawannya, mungkinkah...?
Lawan Robert kembali memacu kudanya, nampaknya ia ingin membunuh Robert dengan pedangnya.
Robert terus menatapnya, aku harus mencari waktu yang tepat.
Saat pedang itu mulai dekat dengan tubuh Robert, Robert langsung menghindar dan menyerang kuda yang ditunggangi lawannya.
Brak...
Pedang tertancap ke dinding dan kuda yang Robert serang, mengamuk sambil menendang Robert.
Robert dan lawannya sama-sama jatuh.
“Robert?!” Aya berteriak melihat Robert yang tergeletak dengan memar di dadanya.
Robert tidak bergerak dan detak jantungnya mulai melambat.
Raja melihat ekspresi Aya, ternyata benar yang dikatakan oleh assassin itu.
Ksatria itu bangun dan mendekati Robert yang masih tergeletak.
Aya... Robert kembali sadar, ia melihat lawanya mendekat.
Robert langsung bangun dan para penonton bersorak.
Robert menatap lawannya, helmnya sudah lepas saat jatuh dari kuda. Aku punya target sekarang, ia tersenyum.
“hiat...” lawan Robert mulai menyerang dengan baju besinya.
Robert mengepalkan tangannya.
Dak...
Robert memukul pipi lawannya dan lawannya pun jatuh.
“yeah” semua penonton bersorak.
“mustahil” orang yang kalah berjudi, kesal. Ia melempar kertasnya, “kenapa ksatriaku bisa kalah dengan pria bertangan kosong?”
Robert tersenyum melihat semua penonton yang berteriak karena kemenangannya, tapi dadanya kembali sakit. Ia memang agak sulit untuk bernafas karena lukanya.
Aya bersyukur, Robert bisa menang. Meski ia khawatir dengan lukanya.
Malam itu,
Robert kembali minum di bar, ia masih merasa sedikit sulit untuk bernafas.
“tampan, kau sangat keren di pertarungan tadi”
Robert menatap perempuan itu, “kau orang baru? Aku belum pernah melihatmu”
“aku Wina”
“emh...” Robert tersenyum singkat dan mau meninggalkan perempuan itu, tapi Robert tiba-tiba roboh.
Wina memegangi Robert dan langsung menciumnya, ia tau, Robert sulit bernafas.
“Robert?!”
Robert tersadar dengan suara Aya, ia melepaskan ciuman Wina.
Aya menangis.
“Aya..?”
Aya pergi.
“Aya, tunggu...”  Robert mengejar Aya.
“mau apa lagi? Semuanya sudah jelas, kan? Kau bohong, kau bilang, kau tidak akan pernah tergoda oleh para wanita itu. Tapi apa, Robert? Aku melihatmu berciuman dengan salah satu dari mereka”
“Aya, kau salah faham”
“oh, kau selalu bilang begitu. Salah faham, salam faham. Jangan pernah temui aku lagi” Aya pergi.
Robert diam dan kembali ke bar.
Disana,
Wina kembali mendekati Robert, “kau baik-baik saja?”
“pergilah”
“baik, aku mengerti perasaanmu” Wina memberikan Robert sebuah alamat, “jika kau butuh aku, datanglah” ia pun pergi.
Robert kembali minum dan tidak memperdulikan Wina.
Malam itu,
Di rumah, Robert terus memikirkan Aya.
Kenapa dia tidak mau mendengarkan aku? Aku sangat mencintainya, kenapa ia meminta putus semudah itu?
Robert menunduk, ia masih ingat dengan kisah cinta mereka yang selalu Robert jaga.
Aku selalu setia padamu, Aya. Seandainya kau mau percaya itu, aku tidak pernah tertarik dengan wanita selain kau.
Di istana,
Aya sedang di kamar bersama seorang pria yang dijodohkan dengannya.
“kau mau apa?”
“raja memintaku untuk menjadikanmu istri” pria itu tersenyum, “perkenalkan, aku Josh. Pangeran dari negeri seberang”
“maafkan aku, tapi aku tidak mencintaimu”
“hey, ayolah. Kita baru kenal, mana mungkin kau langsung mencintaiku?”
Aya hanya diam, ia masih merasa sedih dengan penghianatan Robert.
“hey, kau kenapa, putri?”
“ini bukan urusanmu”
Josh mengelus pipi Aya, “kau seperti ingin menangis”
“jangan bicara seolah-olah kau perduli”
Josh menatap Aya, “aku serius, kau calon istriku” ia mendekat dan memegang pundak Aya.
Robert yang masuk lewat jendela, melihat itu.
Josh menatap Aya, “aku merasakan itu” ia pun mau mencium Aya”
“inikah alasan kita putus?” Robert kesal.
Aya kaget mendengar itu, ia menoleh dan melihat Robert yang menatapnya.
“siapa dia?” Josh kaget melihat Robert.
“Robert?” Aya terdiam.
“bagus sekali, Aya. Selama ini, kau selalu bicara agar aku tidak pernah menghianati cinta kita. Tapi kenyataannya, kaulah yang melakukannya”
“tidak Robert, ini tidak seperti yang kau kira”
“apa maksudmu, putri?” Robert masih menatap Aya.
“jangan banyak bicara” Josh menyerang Robert.
Brak...
Robert jatuh dan Josh akan memukulnya.
“hentikan, Josh” Aya mendekati Robert.
“kau lebih memilih pria itu?”
“Josh, dia pacarku” Aya membantu Robert berdiri.
“kau itu calon istriku, Kanaya”
Aya terdiam.
Robert menatap Aya, “benarkah itu, Aya?”
“itu...” Aya menunduk.
“ternyata benar” Robert tersenyum dengan perasaannya yang semakin hancur, “kalau begitu, selamat. Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi” Robert pergi.
Aya pun menangis.
“aku akan meminta para prajurit untuk menangkap pria itu”
“jangan Josh”
“kenapa?”
“aku mohon, tolong biarkan dia”
Di bar,
Robert kembali masuk dan minum, ia begitu sedih.
“kau baik-baik saja?” seorang penjual minuman, menatap Robert.
“aku tidak tau”
“kau butuh hiburan, kawan”
Robert tersenyum, ia pun menatap alamat yang diberikan oleh Wina.
***
Di sebuat penginapan,
Wina membuka pintu dan melihat Robert yang mabuk, ada di hadapannya.
Robert menatap Wina dengan sedih.
“Robert, kau baik-baik saja?”
Robert masuk tanpa bicara.
“kau mabuk?” Wina mendekati Robert dan mengelusnya.
“aku... Aya...”
“kau masih memikirkan pacarmu?”
“dia menghianatiku”
“ayo, aku bantu” Wina memapah Robert ke ranjang dan membaringkannya.
“dia menghianatiku, dia akan menikah dengan pria lain”
“sudahlah, kau harus sabar”
“selama ini, aku sudah setia padanya. Tapi apa balasannya?”
“sudah sudah” Wina mengelus Robert.
Robert pun bersandar pada Wina.
Wina tersenyum dan memeluk Robert, sepertinya Robert benar-benar kacau sekarang. Wina menyandarkan Robert ke dinding ranjang.
Robert tetap menunduk sedih.
Wina pergi dan kembali dengan membawa tali, ia pun mulai mengikat tangan Robert ke ujung dinding ranjang.
Robert menatap Wina.
“aku harap, kau tidak keberatan”
Robert hanya diam dan Wina menciumnya.
Robert terpaksa mencium Wina, itu semua ia lakukan karena rasa kecewanya pada Aya.
“maafkan aku, Robert”
Robert menatap Wina yang menjauh, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh. Robert terdiam dan merasakan sakit.
“e..”
Cleb...
Sebuah pisau keluar dari perut Robert.
“argh” Robert berteriak.
Seorang pria keluar dari bawah ranjang dan tersenyum melihat pisaunya yang masih menancap di tubuh Robert.
“tugasku sudah selesai”
“terima kasih, Wina” sang assassin pun tersenyum melihat Robert yang sekarat di ranjang.
Wina pergi darisana.
“sayang sekali, padahal kau adalah seorang gladiator hebat. Tapi aku butuh uang” assassin itu meninggalkan Robert.
Siang itu,
Assassin datang ke kerajaan, ia menemui sanga raja.
“kau sudah membunuhnya?” raja menatap sang assassin.
“tentu, baginda”
“bagus, kau boleh mengambil bayaranmu sekarang”
“terima kasih, baginda”
***
Aya menangis di kamarnya, ia sangat merindukan Robert yang menghilang secara misterius. Setelah Robert melihat dirinya bersama Josh, Robert memang tidak pernah terlihat lagi. Bahkan sudah beberapa kali pertarungan yang dilihat Aya, tidak pernah ada Robert disana.
Kamu kemana, Robert? Aku tidak mau kita berpisah, aku ingin selalu bersamamu. Bawa aku pergi, Robert. Aku tidak mau menikah dengan Josh.
Aya pun memutuskan untuk pergi ke bar, ia menyamar agar tidak ada orang yang mengenalnya.
Di bar,
Aya mendekati seorang penjual minuman, “permisi”
“iya?” penjual minuman itu, menatap Aya.
“apa kau tau, dimana Robert?”
“Robert?”
“ya, seorang gladiator yang...”
“aku tau, tapi kenapa kau mencarinya?”
“aku...”
“jangan-jangan, kau mantan pacarnya?”
“aku...”
“nasib malang menimpanya saat putus denganmu”
Aya terdiam.
“dia ditusuk oleh pembunuh bayaran”
“apa?” Aya sedih.
“kau tidak akan pernah bertemu Robert disini, dia ada di rumah seorang tabib”
“boleh aku meminta alamatnya?”
***
Di rumah seorang tabib,
“permisi” Aya mengetuk pintu.
Seorang pria membuka pintunya.
“maaf, apa kau seorang tabib?”
“ya”
“aku mohon, pertemukan aku dengan Robert” Aya memperlihatkan mahkota yang ia tutupi di kepalanya.
“ya Tuhan...” tabib itu menyuruh Aya masuk, “silahkan, tuan putri” ia segera mengunci pintunya.
Di dalam,
“apa yang terjadi?”
“sepertinya, Robert menjadi korban pembunuhan berencana”
“siapa yang melakukannya?”
“seorang assassin”
“tapi siapa yang menginginkan ini?”
“ayah anda sendiri, putri”
“baginda raja?”
Tabib itu mengangguk, “maafkan saya”
Aya terdiam, “tidak mungkin, kenapa ayah tega melakukan itu?” Aya menatap sang tabib dengan mata yang memerah.
“saya tidak tau”
“boleh aku bertemu dengan Robert? Dimana dia sekarang?”
“Robert belum siuman sampai sekarang, lukanya agak parah. Ia ditusuk dari bawah ranjang dan pisaunya menembus perut Robert”
Aya menunduk, “ini salahku”
“putri...” tabib agak khawatir.
Mereka pun masuk ke sebuah kamar.
Aya melihat Robert yang terbaring di ranjang, “Robert?” ia mendekat dan memegang tangan Robert, “bangun Robert, kamu gak boleh ninggalin aku” ia mengelus Robert, “aku sayang padamu”
“keadaannya sangat lemah, tapi saya akan berusaha melakukan yang terbaik” tabib itu melihat Aya menangis dan ia pun pergi meninggalkan mereka.
“Robert” Aya memeluk Robert, air matanya terus menetes. Ia tidak percaya jika ayahnya setega ini.
Tabib kembali masuk sambil membawakan segelas air, “silahkan, tuan putri”
Aya menghapus air matanya, “bolehkan aku menginap?”
“tapi...”
“aku mohon”
“maafkan saya, rumah saya hanya...”
“tolonglah, tabib”
“silahkan, putri”
Malam itu,
Aya terus merawat Robert, ia selalu memeriksa keadaan Robert dan berharap Robert segera sembuh.
Aya kembali memeluk Robert, “aku mohon, Robert. Aku janji, aku tidak akan pernah meragukanmu lagi. Aku hanya mencintaimu dan aku ingin bersamaku”
Paginya,
“emh...”
“Robert?” Aya terbangun dan memegang tangan Robert, “Robert, aku disini”
Robert membuka matanya.
“Robert” Aya tersenyum, “sayang, kau baik-baik saja?” ia mengelus pipi Robert.
Robert menatap Aya.
“aku mencintaimu”
“Aya...?”
“iya sayang, aku disini”
“dimana ini?”
“di rumah tabib”
“kenapa aku disini?”
“sudahlah, itu tidak penting. Yang penting adalah kesembuhanmu”
“aku diikat, aku ingat, aku ditusuk dari bawah ranjang”
“sudahlah sayang”
“perutku sakit”
“iya, aku tau. Lukamu cukup parah, jadi jangan banyak bergerak”
“aku kira, aku akan mati”
“Robert, jangan bicara begitu. Aku tidak rela jika itu terjadi”
“kenapa?”
“aku sudah mengatakan itu, kan?” Aya menatap Robert.
Robert tersenyum dan menatap Aya.
Mereka berciuman.
Beberapa hari kemudian,
Aya sedang membuat teh hangat.
Tabib mendekati Aya, “putri, anda sudah berhari-hari menginap disini. Apa ini tidak masalah?”
“tidak, kau tenang saja. Selama kerajaan tidak mengetahuinya, semua akan baik-baik saja”
Sebenarnya tabib agak khawatir, tapi ia tersenyum.
“aku akan disini sampai Robert benar-benar pulih”
“baiklah”
Robert mendekati Aya, “kau membicarakanku?”
“Robert? Kau membuatku kaget saja”
“benarkah? Maafkan aku” Robert menatap Aya.
“apa yang kau inginkan?” Aya juga menatap Robert.
“teh buatanmu” Robert menatap teh yang Aya pegang.
“ok” Aya memberikannya.
Sebenarnya tabib mengkhawatirkan hubungan mereka, tapi cinta mereka yang begitu besar, membuat sang tabib tidak bisa melakukan apa-apa.
Tiba-tiba,
Pasukan kerajaan datang dengan senjata lengkap.
“ya Tuhan, pasukan kerajaan?” tabib yang panik, menatap Aya dan Robert.
“Robert, kamu harus pergi” Aya menatap Robert.
“tidak, Aya. Kau yang harus pergi” Robert menatap Aya.
Namun mereka tertangkap.
“serahkan putri Kanaya, atau kami akan rusak rumah ini?”
“ya ampun, jangan tuan-tuan” tabib semakin panik.
“Aya, kau harus pulang” Robert berbisik.
Aya pun menyerahkan dirinya.
Tapi tanpa diduga, mereka juga menangkap Robert. Tangan Robert diikat ke belang dan Robert diam tak melawan.
“jangan tangkap dia, kalian sudah mendapatkan aku, kan?”
“maaf, putri. Tapi raja menyuruh kami untuk menangkap siapapun yang menyembunyikan anda”
Mereka pun dibawa ke kerajaan.
Di kerajaan,
Robert dibawa ke singgasana raja.
“ampun baginda, kami sudah mendapatkan penculik tuan putri”
“Robert?” raja kaget karena Robert masih hidup.
“benar baginda, tuan putri ada di rumah seorang tabib bersama pria ini”
“bawa dia ke penjara”
“tidak ayah, jangan lakukan itu” Aya yang datang, tidak menerimanya.
“aku tau, kau menjalin cinta dengannya. Aku tidak akan pernah merestui seorang laki-laki miskin yang mencintai putriku”
“ayah, aku mohon. Aku hanya mencintainya”
“bawa dia pergi”
Para pengawal kerajaan, membawa Robert.
“tidak” Aya yang dipeganggi oleh beberapa pengawal, hanya bisa menangis.
***
Di penjara bawah tanah,
Robert yang diikat di sebuah kursi, sedang dihajar oleh para penjaga.
Raja datang ke tempat itu, ia melihat keadaan Robert dan tersenyum.
Salah seorang penjaga, menjambak rambut Robert ke belakang.
“em...” mulut Robert yang ditutup, membuatnya sulit bicara.
“bagaimana sekarang? Apa kau masih ingin memiliki putriku?”
Robert hanya menatap sang raja.
“beraninya kau menatapku seperti itu” raja pun memukul Robert dengan tongkatnya.
Hidung Robert mengeluarkan darah.
Raja merobek baju Robert dan melihat bekas luka di perut Robert, “aku heran, kenapa kau tidak mati? Padahal aku yakin, assassin itu sangat berpengalaman. Ternyata kau dirawat oleh seorang tabib yang handal”
Robert hanya diam.
Raja pun tersenyum, “hajar dia” ia pergi.
Siangnya,
Di colosium, semua orang ramai. Hari ini adalah hari dihukumnya seorang penjahat yang telah menculik sang putri.
Robert yang di ikat, dibawa ke tengah lapang.
Semua orang ramai melihat itu, ternyata penjahat itu adalah sang gladiator dari kalangan bawah yang terkenal.
Robert pasrah dengan semua itu, ia tau, lambat laun semua ini akan terjadi.
“Robert?” Aya berteriak dari tempat duduknya, ia tidak menyangka jika Robert akan dihukum seperti ini.
Ikatan di tubuh Robert, dilepas. Lalu mereka mengikat tangan Robert ke atas di sebuah tiang.
Robert melihat seorang pria yang memegang sebuah cambuk, ia pun pasrah.
Pria itu mulai mencambuki tubuh Robert.
“argh” Robert berteriak.
Raja ingin memperlihatkan kepada semua rakyat bagaimana balasan bagi orang yang melanggar peraturan istana. Apalagi jika lancang mencintai sang putri.
“argh”
***
Tubuh Robert sudah penuh luka, tapi ia tetap dicambuk.
“eh...” Robert lemas.
“hentikan” Aya sangat khawatir melihat keadaan Robert, “cukup, aku mohon. Jangan diteruskan lagi” ia menangis.
Para rakyat yang melihat itu, tidak tega. Ternyata sang putri juga mencintai Robert. Namun kerajaan terlalu ketat sehingga membuat mereka tidak mungkin bersama.
“Robert?!” Aya berteriak.
“tenang putri, tenang” beberapa penjaga memegangi Aya.
“lepaskan aku, dia bisa mati jika dibiarkan”
Raja melihat Aya yang lepas kendali, ia pun menyuruh untuk mengakhiri hukuman dan kembali membawa Robert ke penjara.
Robert yang lemas, diseret keluar darisana.
“Robert...” Aya menangis.
Saat semua bubar,
Aya yang mau masuk ke istana, melihat raja yang sudah pergi ke singgasana. Ia pun memilih untuk berbalik dan pergi ke penjara tempat Robert ditahan.
Di penjara,
“Robert?”
Robert yang terikat, menoleh.
“Robert, kau baik-baik saja?” Aya sedih melihat Robert yang begitu lemah.
“Aya.. .”
Aya mengelus pipi Robert, ia sedih melihat luka di tubuh Robert.
“kenapa kau kemari?”
“aku akan mengobatimu”
“pergilah, kau bisa dihukum”
“aku tidak perduli itu, aku ingin bersamamu” Aya memeluk Robert.
“sayang...”
“kamu harus kuat. Aku janji, aku akan mencari cara untuk membebaskanmu dan kita akan pergi darisini”
“Aya...” Robert mencium kening Aya.
Aya mulai mengobati luka Robert.
“ar...”
“tahan sayang, aku tau, ini perih”
“arh...” Robert menunduk.
Aya menangis dan Robert menatapnya.
Mereka pun berciuman.
Tanpa disangka, raja yang datang, melihat itu.
“kurang ajar” raja kesal.
“ayah?” Aya kaget.
Robert hanya diam, ini pasti akan berakhir buruk.
Aya pun dibawa paksa keluar darisana.
“tidak, Robert! Ayah, aku mohon jangan lukai dia lagi” Aya mencoba berontok.
Tapi para pengawal berhasil membawanya keluar.
Raja menatap Robert dan melihat lukanya yang sudah diobati Aya, “lagi-lagi kau membuat masalah, apa kau tidak kapok dengan hukumanmu?”
“kami saling mencintai dan tidak ada yang bisa merubah itu”
“sialan, tutup mulutnya”
“ah” Robert  merasa sakit.
Para penjaga membuka ikatan dan mendudukan Robert di kursi, tangan Robert diikat ke atas sambil menutup mulutnya dengan tali yang sama.
“sekarang, kau tidak bisa bicara lagi”
Robert menatap raja.
“kau tau, aku selalu benci tatapan itu” Raja kesal dan menatap para penjaga, “kenapa kalian membiarkan putriku menemui penjahat ini?”
“maafkan kami, baginda. Kami tidak bisa menolak perintah sang putri”
“mulai sekarang, jangan pernah perdulikan perintahnya. Apalagi jika berkaitan dengan pria ini”
“mengerti, baginda”
Raja kembali menatap Robert, “besok, kau akan mati. Jadi berdo’alah agar anakku bisa melupakanmu” raja tersenyum dan pergi.
Robert diam, ia sedih. Maafkan aku, Aya. Mungkin kita memang tidak akan bisa bersatu. Ia menutup matanya.
Hari itu tiba,
Robert kembali di ikat di tengah coloseum.
Para penonton sedih melihat itu, kenapa kerajaan setega ini? Tapi pihak kerajaan sengaja melakukannya di depan umum, agar semua orang semakin tunduk dengan peraturan kerajaan.
“Robert?!” Aya yang dipegangi beberapa pengawal, berteriak. Ia sedih melihat Robert yang lemas akan dihukum lagi.
Raja turun ke lapang dan menatap Robert, “kau lihat? Ini akibat dari kelancanganmu”
“cinta itu tidak salah, aku mencintai anakmu dan dia pun merasakannya...” Robert berusaha bicara dengan suaranya yang begitu pelan.
“kau sudah tidak berdaya, tapi kesombonganmu selalu besar”
“aku tidak sombong, itu kenyataan...”
“aku sudah muak, aku akan membunuhmu sekarang” raja mengeluarkan senjatanya.
Semua orang panik.
Senapan besar khusus milik raja akan ditembakan ke arah Robert.
“tidak, aku mohon. Tidak?!” Aya semakin mengamuk dan sulit ditahan, “lepaskan aku” ia berusahan melepaskan tangan para pengawal.
Raja menatap Robert, “ada kata-kata terakhir?”
“aku mencintai anakmu...”
Dor...
“tidak?!” Aya berhasil melepaskan diri dan berlari melewati para penonton.
Mulut Robert mengeluarkan darah dan dada kirinya pecah akibat senjata milik raja, kepala Robert langsung tertunduk.
Semua orang yang ada disana, terdiam.
“Robert?!” Aya berlari ke lapang dan mendekati Robert.
“bawa putri keluar darisini” raja berteriak.
Tapi tidak ada pengawal yang menuruinya, mereka iba dengan sang putri.
“Robert, aku mohon, buka matamu” Aya menangis sambil menyentuh wajah Robert yang tertunduk, “Robert” ia menatap wajah Robert dan berharap Robert membuka matanya.
Semua orang sedih melihat itu.
“kenapa kalian tidak memperdulikanku? Aku ini raja”
“aku mohon, buka ikatannya” Aya menatap para penjaga.
Mereka pun memotong tali dengan pedang dan tubuh Robert jatuh ke tanah.
“Robert” Aya mengangkat kepala Robert ke pangkuannya, “aku mohon, bertahanlah” ia terus menangis melihat pendarahan di dada Robert.
“Aya...” Robert membuka matanya.
“Robert, kamu harus kuat”
“a...ku, minta maaf”
“jangan bicara yang tidak-tidak, lebih baik kau diam agar  pendarahanmu tidak semakin banyak. Tabib akan datang untuk menolongmu, ok?”
“tidak, Aya...”
“Robert, kita sudah berjanji untuk selalu bersama. Kau tidak boleh meninggalkan aku, kau tidak boleh meninggalkan anak kita”
“Aya...” mulut Robert mengeluarkan darah.
“Robert” Aya memeluk Robert, “aku mohon jangan tinggalkan aku, kamu kuat, kamu pasti bisa bertahan”
“aku mencintaimu...” mata Robert tertutup dan kepalanya terkulai di tangan Aya.
“Robert?!” Aya terus menangis, ia sangat terpukul dengan kepergian Robert yang begitu tragis. Aya memeluk tubuh Robert, “Robert?!” ia berteriak.
Aya mengingat semuanya, setelah semua yang mereka lalui bersama, ini adalah akhir dari kisah mereka.
“ayah jahat” Aya menatap sang raja.
“kau mau apa? Membunuh ayah? Kau itu seorang putri dan tidak pantas menikah dengan rakyat jelata seperti dia”
“belajarlah untuk menghargai orang lain, baginda” Aya menatap raja dan berjalan mendekatinya, “mulai sekarang, aku bukan anakmu lagi”
“Kanaya...?” raja kaget.
“bunuh aku, raja. Bunuh aku sekarang” Aya berteriak pada sang raja, “kau telah membunuh ayah dari anakku”
Raja semakin kaget, “putri, kau...?”
“aku bukan putrimu” Aya mendekati raja dan memegang senjatanya.
“lepaskan, ayah”
“tidak”
Mereka saling berebut senjata.
Dor...
Suara tembakan terdengar.
“Kanaya?” raja panik.
“a..ah..” Aya memegang perutnya yang mengeluarkan darah, ia semakin mundur dan rubuh di dekat Robert. Kepala Aya ada di atas dada Robert, “Robert... mulai sekarang, kita akan selalu bersama” matanya tertutup dengan air mata yang menetes.
“Kanaya?!” raja berlari ke arah Aya, “Kanaya” raja menganggkat kepala Aya ke pangkuannya, “bangun, nak. Kanaya?!” raja berteriak.
Semua orang yang ada disana, terdiam.
***
Di sebuah tempat,
Aya diam sendirian, ia menunduk. Lalu seorang pria mendekatinya dan Aya menoleh, ternyata itu Robert. Aya tersenyum bahagia, begitu pun Robert yang terus menatap Aya sambil tersenyum. Mereka pun berpelukan.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar