Author
: Sherly Holmes
Genre
: Drama, Romance
Cerita ini hanya
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Di sebuah coloseum,
“ayo...” semua
penonton berteriak melihat para gladiator bertarung.
Raja tersenyum
melihat para rakyat yang begitu semangat menyaksikan pertarungan. Namun berbeda
dengan seorang putri yang juga sedang menonton pertarungan itu, ia terlihat
begitu cemas.
Salah seorang
gladiator jatuh.
Brak...
“yeah...” semua
berteriak karena taruhannya menang.
Seorang gladiator
yang berhasil mengalahkan lawannya itu hanya berdiri diam dengan nafas yang
tersenga-senga.
Raja agak kecewa,
“kenapa dia selalu menang?”
“maaf baginda, dia
memang selalu menang akhir-akhir ini”
“dia hanya pria
biasa tanpa senjata ataupun armor”
Ya Tuhan... syukurlah Robert baik-baik saja...
sang putri mulai lega.
Robert masih
menatap lawannya, namun luka di pundaknya terus mengeluarkan darah. Robert
memegang lukanya, ia menatap sang putri.
Robert tersenyum
melihat putri yang begitu khawatir padanya, ia pun berbalik dan berteriak
kepada semua penonton.
“argh...”
“yeah...” para
penonton bersorak.
***
Di sebuah bar,
Robert mendekati
seorang penjual minuman, tapi seorang perempuan mendekatinya.
Robert mengambil
sebotol minuman.
“hey tampan,
kudengar, kau menang lagi”
“emh...” Robert
menatap perempuan seksi itu dan minum dengan cuek.
“kau mau di
temani?”
“maaf, nona. Aku
rasa, kau salah orang” Robert meninggalkan perempuan itu.
“menyebalkan
sekali, dia” perempuan itu kesal, “biasanya juga, gladiator yang menang selalu minta
ditemani wanita”
Pedagang minuman
tersenyum, “Robert berbeda, dia memiliki wanita impiannya”
“maksudmu?”
***
Robert keluar dari
bar. Seorang perempuan yang menutupi wajahnya, mendekati Robert.
“putri, apa yang
kau lakukan disini?”
“sst..., aku sedang
menyamar”
“tapi tetap saja
ketauan, kau jangan gegabah”
“ya Tuhan... lukamu
belum diobati”
“tenang saja, aku
sudah menyiramnya dengan alkohol”
“Robert, aku sangat
mengkhawatirkanmu”
“kau takut jika aku
bersama wanita lain?” Robert tersenyum.
“diam”
“ok ok, lebih baik
kita pergi darisini sebelum ada yang curiga” Robert merangkul sang putri pergi
dari sana.
Di rumah Robert,
“sini, aku obati
lukanya”
“tidak usah, aku
baik-baik saja”
“kau selalu begitu.
Aku sangat mengkhawatirkanmu, Robert”
“putri Kanaya...”
“jangan panggil aku
putri”
“baiklah, sayang”
Robert menatap Aya.
“aku sedih jika
melihatmu begini” putri memeluk Robert.
“tenanglah” Robert
mengelus Aya.
Hubungan terlarang
mereka sudah berlangsung cukup lama. Robert tau, lambat laun, sang raja akan
tau dan ini akan menjadi sulit.
“Robert, kau janji,
kan? Tidak akan pernah bersama dengan wanita-wanita bar itu?”
“ya ampun, Aya. Aku
kan sudah bilang padamu, aku hanya minum”
“iya, tapi banyak
gosip beredar jika gladiator yang menang dalam pertarungan selalu ditemani
wanita dalam semalam”
“gladiator yang
kalah pun begitu”
“tapi jika
gladiator itu menang, wanita itu akan menemaninya secara cuma-cuma”
“apa aku harus
kalah?”
“bukan begitu, aku
hanya..”
Robert mencium Aya,
“aku hanya mencintaimu, tidak akan ada wanita manapun yang bisa menggantikanmu”
Aya tersenyum.
“kau harus pulang,
ini sudah malam”
Aya mengangguk.
“aku akan
mengantarmu ke jembatan”
Aya kembali memeluk
Robert, “jika kau terluka, jangan paksakan diri untuk bertarung”
***
Di jembatan,
“pergilah, keretamu
sudah datang”
“jaga dirimu,
Robert” Aya mengelus pipi Robert dan pergi.
Robert tersenyum
dan ia melihat Aya masuk ke keretanya.
Pagi itu,
Di istana, Aya
masuk ke singgasana raja.
“putri, ada apa?”
“sampai kapan ayah
akan membuat para ksatria bertarung?”
“apa maksudmu? Kita
untung banyak karena para penonton begitu meriah”
“tapi mereka hanya
rakyat yang ayah perbudak agar mau membayar ke kerajaan, kan?”
“putri, kenapa kau
bicara begitu?”
“ayah, banyak
ksatria tewas sia-sia demi kesenangan ayah”
“lalu kau mau apa?
Jika mereka ingin dianggap ksatria, mereka harus bertarung”
“tapi bukan
keturunan bangsawan saja, kan?”
“mereka yang bukan
keturunan bangsawan adalah korban, kau ingat dengan pria yang tidak memakai
senjata atau armor itu?”
“dia hanya bertarung
dengan tangan kosong, dia bisa terbunuh, ayah”
“kenapa kau begitu
peduli padanya?”
“karena dia rakyat
kita”
“begitukah?”
Siangnya,
Semua sudah
berkumpul di coloseum, termasuk raja dan putri Aya.
Robert kembali
bertarung hari ini, dan lawannya adalah seekor macam.
“ya Tuhan... ini
tidak adil” Aya kembali cemas, Robert harus melawan macan itu dengan tangan
kosong.
“maaf, tuan putri.
Dia hanya seorang gladiator dari kalangan rakyat, bukan bangsawan” pengawal Aya
menatap lapangan.
“aku tau, bagi
kalian, dia bukan ksatria. Tapi nyawanya bisa terancam, dia rakyatku”
“maaf”
Pertarungan pun
dimulai,
“argh”
Belum beberapa
menit, macan itu telah berhasil mencakar leher kiri Robert. Robert menendang
macan itu.
Para penonton mulai
khawatir jika mereka akan kalah berjudi.
“ya Tuhan... aku
harus menghentikan ini” Aya meninggalkan tempat duduknya.
“tuan putri, anda
tidak boleh pergi”
“tapi aku...”
“maaf, tapi anda
tidak akan aman di kerumunan seperti ini”
Aya diam dengan
rasa menyesalnya.
Robert sadar, ia
harus fokus karena lawannya kali ini tidak seperti manusia yang sudah bisa ia
baca gerakannya. Robert menutup matanya dan memasang kuda-kuda.
Macan itu mulai
menyerang dan Robert membuka matanya, lalu menendang macan itu dengan sekuat
tenaganya.
Brak...
Macan itu jatuh dan
menjauhi Robert.
Robert tersenyum.
“yeah...” penonton
bersorak.
“yeah” Robert
berteriak sambil mengangkat tangan kanannya yang terkepal.
Raja tersenyum
melihat itu, “sepertinya dia memiliki potensi”
“tempat ini selalu
penuh jika dia bertarung”
“aku tau itu”
Aya pun ikut lega,
ia bersyukur karena Robert dapat menyelesaikan pertarungan ini dengan baik. Aku tau, ksatriaku takkan terkalahnya.
Robert berjalan
sambil tersenyum ke arah Aya, ia pun mengambil handuk kecilnya dan menghapus darah di lehernya.
***
Di bar,
Robert menatap
cermin, ia melihat luka di lehernya. Robert pun mulai menyiram alkohol ke
lukanya.
“ah...” Robert
menahan perih.
Setelah itu,
seperti biasa, Robert minum. Seorang wanita pun mendekatinya.
“kau menang lagi,
tampan?”
“yap” Robert tetap
minum dan tak peduli.
“ya ampun, lehermu
masih mengeluarkan darah?” wanita itu mendekat dan menyentuh leher Robert.
“lukanya cukup
dalam, tapi aku rasa, sebentar lagi pendarahannya akan berhenti”
“bagaimana jika
malam ini, aku menemanimu?” wanita itu mengelus Robert.
“maafkan aku, aku
tidak bisa” tapi saat Robert melihat kebelakang wanita itu, Aya?
Melihat Robert
sedang dirayu, Aya sedih dan meninggalkan tempat itu.
“maaf, aku harus
pergi” Robert mengejar Aya.
Di luar,
“Aya” Robert
memegang tangan Aya.
“lepaskan aku”
“Aya, jangan salah
faham dulu”
“kau pikir, aku
buta? Kau sedang dirayu oleh wanita itu”
“aku menolaknya,
aku sudah memberitaukan hal ini padamu beberapa kali, kan?”
“jadi menurutmu,
aku tidak mengerti?”
“Aya, bukan begitu”
“kau seorang pemenang
dan kau pantas mendapatkan wanita itu sebagai hadiah”
“aku hanya
menginginkanmu” Robert menatap Aya.
Aya menunduk dan
menangis.
“aku hanya
mencintaimu, Aya” Robert memeluknya.
Tanpa mereka
sadari, seseorang telah curiga jika wanita yang selalu menutupi wajahnya itu
adalah Aya.
Orang itu
tersenyum, “putri Kanaya” ia pun pergi.
***
Di rumah Robert,
Robert berbaring di
ranjangnya, Aya mendekat sambil membawa obat.
“terima kasih ya,
kau selalu mengobati lukaku”
“kau itu bicara
apa? Aku pacarmu dan aku pasti khawatir dengan keadaanmu”
Robert tersenyum
sambil menatap Aya.
Aya pun tersenyum
dan mulai mengobati leher Robert.
Robert masih
menatap Aya, ia melihat ketulusan di mata Aya. Seorang putri yang mencintai
dirinya dengan sepenuh hati, padahal status mereka jelas berbeda.
“Robert, kenapa kau menatapku seperti itu?”
Aya berhenti mengobati luka Robert dan menatapnya.
Robert tersenyum
dan menarik Aya, ia pun menciumnya.
Malam itu,
Robert yang
berbaring di ranjang, masih terjaga dan melihat Aya yang tertidur nyenyak di
pelukannya. Robert memikirkan banyak hal, apalagi hubungan mereka yang tidak
mungkin akan mendapatkan restu dari sang raja.
Robert mengelus
Aya, “bagaimana jika ayahmu tidak merestui kita? Apa yang akan kau lakukan,
Aya? Apa yang harus aku lakukan?” Robert tau, Aya yang begitu lelap tidak dapat
mendengar perkataannya. Ia pun mencium kening Aya, “aku tidak ingin berpisah
denganmu”
“emh...”
“tidurlah sayang,
ini masih malam”
Aya membuka
matanya, “kamu belum tidur?”
“aku baru saja akan
melakukannya”
“baiklah” Aya
kembali menutup matanya.
Besoknya,
Robert menata Aya
yang sudah rapi, “kau harus segera kembali ke istana, mereka pasti panik
mencarimu”
“aku mengerti”
Robert tersenyum,
“aku akan mengantarmu”
***
Di jalan,
“kau yakin, hanya
sampai sini?”
“iya, keretaku akan
datang sebentar lagi”
“ok” Robert mencium
kening Aya dan pergi.
Tak lama kemudian,
Kereta kencana Aya,
tiba. Aya pun menaikinya dan tanpa ia sadari, ada seseorang yang mengamati itu.
Seseorang dibalik
dinding, tersenyum.
Di kerajaan,
“darimana saja
kamu?” raja menatap Aya.
“aku sudah dewasa,
ayah”
“kau ini seorang
putri, tidak boleh meninggalkan istana sembarangan. Mengerti?”
“bagaimana aku
mencari cinta jika harus diam di istana?”
“kau ini sudah
dijodohkan”
“apa? Aku tidak
mau”
“kenapa? Kau sudah
punya calon?”
“aku...” Aya
terdiam, ia tau, jika raja tidak mungkin menerima Robert.
“kenapa diam? Ayah
sudah mencalonkan seorang pangeran dari kerajaan tetangga, dia pintar dan
pandai berperang”
“aku tidak mau” Aya
pergi.
“putri?” raja
kecewa dengan sikap Aya.
***
Seorang pria masuk
ke singgasana raja.
“kau?” raja menatap
orang itu.
“perkenalkan
baginda, aku...”
“seorang assassin?”
“yap” orang itu
tersenyum.
“apa yang kau
inginkan?”
“aku ingin
memberitau kabar buruk”
“apa itu?”
“putri Kanaya”
“kenapa? Ada apa
dengan putriku?”
“diam bercinta
dengan salah seorang gladiatormu”
“apa?”
“gladiator rendahan
yang selalu jadi pemenang”
“dia?” raja ingat
pada Robert, “tidak mungkin”
“aku tidak bohong,
bahkan putrimu menghilang karena pergi ke rumah pria itu”
Raja kesal.
“nampaknya, anda
ingin memberi saya pekerjaan?”
“bunuh dia”
Assassin itu
tersenyum dan pergi.
Beberapa hari
kemudian,
Robert kembali
bertarung, kali ini lawannya adalah seorang ksatria berkuda dilengkapi dengan
pedang yang panjang.
Robert menatap
lawannya yang bersenjata dan memakai perisai. Sedangkan dirinya, ia hanya
memakai tangan kosong. Robert melihat ke arah Aya, ia terlihat panik. Robert
tersenyum, Aya memang selalu mencemaskannya. Ia mulai konsentrasi dengan
pertarungannya.
Ksatria itu mulai
menyerang Robert dengan pedang panjangnya dan sang kuda pun berlari kencang ke
arah Robert.
Tidak! Aya semakin cemas.
Robert melihat
lawanya semakin dekat dan ia menghindar, Robert melompat dan tubuhnya membentur
dinding arena.
“ah...” Robert berusaha
bangkit.
Lawannya kembali
berbalik ke arah Robert.
Robert berdiri dan
bersandar di dinding itu, apa yang harus
aku lakukan? Dia bisa membunuhku dari jauh dengan pedang panjangnya dan aku
tidak bisa melukainya karena dia memakai perisai. Robert melihat kuda yang
ditunggangi lawannya, mungkinkah...?
Lawan Robert
kembali memacu kudanya, nampaknya ia ingin membunuh Robert dengan pedangnya.
Robert terus
menatapnya, aku harus mencari waktu yang
tepat.
Saat pedang itu
mulai dekat dengan tubuh Robert, Robert langsung menghindar dan menyerang kuda
yang ditunggangi lawannya.
Brak...
Pedang tertancap ke
dinding dan kuda yang Robert serang, mengamuk sambil menendang Robert.
Robert dan lawannya
sama-sama jatuh.
“Robert?!” Aya
berteriak melihat Robert yang tergeletak dengan memar di dadanya.
Robert tidak
bergerak dan detak jantungnya mulai melambat.
Raja melihat
ekspresi Aya, ternyata benar yang dikatakan oleh assassin itu.
Ksatria itu bangun
dan mendekati Robert yang masih tergeletak.
Aya... Robert kembali sadar, ia
melihat lawanya mendekat.
Robert langsung
bangun dan para penonton bersorak.
Robert menatap
lawannya, helmnya sudah lepas saat jatuh
dari kuda. Aku punya target sekarang, ia tersenyum.
“hiat...” lawan
Robert mulai menyerang dengan baju besinya.
Robert mengepalkan
tangannya.
Dak...
Robert memukul pipi
lawannya dan lawannya pun jatuh.
“yeah” semua
penonton bersorak.
“mustahil” orang
yang kalah berjudi, kesal. Ia melempar kertasnya, “kenapa ksatriaku bisa kalah
dengan pria bertangan kosong?”
Robert tersenyum
melihat semua penonton yang berteriak karena kemenangannya, tapi dadanya
kembali sakit. Ia memang agak sulit untuk bernafas karena lukanya.
Aya bersyukur,
Robert bisa menang. Meski ia khawatir dengan lukanya.
Malam itu,
Robert kembali
minum di bar, ia masih merasa sedikit sulit untuk bernafas.
“tampan, kau sangat
keren di pertarungan tadi”
Robert menatap
perempuan itu, “kau orang baru? Aku belum pernah melihatmu”
“aku Wina”
“emh...” Robert
tersenyum singkat dan mau meninggalkan perempuan itu, tapi Robert tiba-tiba
roboh.
Wina memegangi
Robert dan langsung menciumnya, ia tau, Robert sulit bernafas.
“Robert?!”
Robert tersadar
dengan suara Aya, ia melepaskan ciuman Wina.
Aya menangis.
“Aya..?”
Aya pergi.
“Aya,
tunggu...” Robert mengejar Aya.
“mau apa lagi? Semuanya
sudah jelas, kan? Kau bohong, kau bilang, kau tidak akan pernah tergoda oleh
para wanita itu. Tapi apa, Robert? Aku melihatmu berciuman dengan salah satu
dari mereka”
“Aya, kau salah
faham”
“oh, kau selalu
bilang begitu. Salah faham, salam faham. Jangan pernah temui aku lagi” Aya
pergi.
Robert diam dan
kembali ke bar.
Disana,
Wina kembali
mendekati Robert, “kau baik-baik saja?”
“pergilah”
“baik, aku mengerti
perasaanmu” Wina memberikan Robert sebuah alamat, “jika kau butuh aku,
datanglah” ia pun pergi.
Robert kembali
minum dan tidak memperdulikan Wina.
Malam itu,
Di rumah, Robert
terus memikirkan Aya.
Kenapa dia tidak mau mendengarkan aku? Aku sangat
mencintainya, kenapa ia meminta putus semudah itu?
Robert menunduk, ia
masih ingat dengan kisah cinta mereka yang selalu Robert jaga.
Aku selalu setia padamu, Aya. Seandainya kau mau
percaya itu, aku tidak pernah tertarik dengan wanita selain kau.
Di istana,
Aya sedang di kamar
bersama seorang pria yang dijodohkan dengannya.
“kau mau apa?”
“raja memintaku
untuk menjadikanmu istri” pria itu tersenyum, “perkenalkan, aku Josh. Pangeran
dari negeri seberang”
“maafkan aku, tapi
aku tidak mencintaimu”
“hey, ayolah. Kita
baru kenal, mana mungkin kau langsung mencintaiku?”
Aya hanya diam, ia
masih merasa sedih dengan penghianatan Robert.
“hey, kau kenapa,
putri?”
“ini bukan
urusanmu”
Josh mengelus pipi
Aya, “kau seperti ingin menangis”
“jangan bicara
seolah-olah kau perduli”
Josh menatap Aya,
“aku serius, kau calon istriku” ia mendekat dan memegang pundak Aya.
Robert yang masuk
lewat jendela, melihat itu.
Josh menatap Aya,
“aku merasakan itu” ia pun mau mencium Aya”
“inikah alasan kita
putus?” Robert kesal.
Aya kaget mendengar
itu, ia menoleh dan melihat Robert yang menatapnya.
“siapa dia?” Josh
kaget melihat Robert.
“Robert?” Aya
terdiam.
“bagus sekali, Aya.
Selama ini, kau selalu bicara agar aku tidak pernah menghianati cinta kita.
Tapi kenyataannya, kaulah yang melakukannya”
“tidak Robert, ini
tidak seperti yang kau kira”
“apa maksudmu,
putri?” Robert masih menatap Aya.
“jangan banyak
bicara” Josh menyerang Robert.
Brak...
Robert jatuh dan
Josh akan memukulnya.
“hentikan, Josh”
Aya mendekati Robert.
“kau lebih memilih
pria itu?”
“Josh, dia pacarku”
Aya membantu Robert berdiri.
“kau itu calon
istriku, Kanaya”
Aya terdiam.
Robert menatap Aya,
“benarkah itu, Aya?”
“itu...” Aya
menunduk.
“ternyata benar”
Robert tersenyum dengan perasaannya yang semakin hancur, “kalau begitu,
selamat. Aku tidak akan mengganggu hubungan kalian lagi” Robert pergi.
Aya pun menangis.
“aku akan meminta
para prajurit untuk menangkap pria itu”
“jangan Josh”
“kenapa?”
“aku mohon, tolong
biarkan dia”
Di bar,
Robert kembali
masuk dan minum, ia begitu sedih.
“kau baik-baik
saja?” seorang penjual minuman, menatap Robert.
“aku tidak tau”
“kau butuh hiburan,
kawan”
Robert tersenyum,
ia pun menatap alamat yang diberikan oleh Wina.
***
Di sebuat
penginapan,
Wina membuka pintu
dan melihat Robert yang mabuk, ada di hadapannya.
Robert menatap Wina
dengan sedih.
“Robert, kau
baik-baik saja?”
Robert masuk tanpa
bicara.
“kau mabuk?” Wina
mendekati Robert dan mengelusnya.
“aku... Aya...”
“kau masih
memikirkan pacarmu?”
“dia menghianatiku”
“ayo, aku bantu”
Wina memapah Robert ke ranjang dan membaringkannya.
“dia menghianatiku,
dia akan menikah dengan pria lain”
“sudahlah, kau
harus sabar”
“selama ini, aku
sudah setia padanya. Tapi apa balasannya?”
“sudah sudah” Wina
mengelus Robert.
Robert pun
bersandar pada Wina.
Wina tersenyum dan
memeluk Robert, sepertinya Robert
benar-benar kacau sekarang. Wina menyandarkan Robert ke dinding ranjang.
Robert tetap
menunduk sedih.
Wina pergi dan
kembali dengan membawa tali, ia pun mulai mengikat tangan Robert ke ujung
dinding ranjang.
Robert menatap
Wina.
“aku harap, kau
tidak keberatan”
Robert hanya diam
dan Wina menciumnya.
Robert terpaksa
mencium Wina, itu semua ia lakukan karena rasa kecewanya pada Aya.
“maafkan aku, Robert”
Robert menatap Wina yang menjauh, tiba-tiba ia merasakan
sesuatu yang aneh. Robert terdiam dan merasakan sakit.
“e..”
Cleb...
Sebuah pisau keluar dari perut Robert.
“argh” Robert berteriak.
Seorang pria keluar dari bawah ranjang dan tersenyum
melihat pisaunya yang masih menancap di tubuh Robert.
“tugasku sudah selesai”
“terima kasih, Wina” sang assassin pun tersenyum melihat
Robert yang sekarat di ranjang.
Wina pergi darisana.
“sayang sekali, padahal kau adalah seorang gladiator
hebat. Tapi aku butuh uang” assassin itu meninggalkan Robert.
Siang itu,
Assassin datang ke kerajaan, ia menemui sanga raja.
“kau sudah membunuhnya?” raja menatap sang assassin.
“tentu, baginda”
“bagus, kau boleh mengambil bayaranmu sekarang”
“terima kasih, baginda”
***
Aya menangis di kamarnya, ia sangat merindukan Robert yang
menghilang secara misterius. Setelah Robert melihat dirinya bersama Josh,
Robert memang tidak pernah terlihat lagi. Bahkan sudah beberapa kali
pertarungan yang dilihat Aya, tidak pernah ada Robert disana.
Kamu kemana,
Robert? Aku tidak mau kita berpisah, aku ingin selalu bersamamu. Bawa aku
pergi, Robert. Aku tidak mau menikah dengan Josh.
Aya pun memutuskan untuk pergi ke bar, ia menyamar agar
tidak ada orang yang mengenalnya.
Di bar,
Aya mendekati seorang penjual minuman, “permisi”
“iya?” penjual minuman itu, menatap Aya.
“apa kau tau, dimana Robert?”
“Robert?”
“ya, seorang gladiator yang...”
“aku tau, tapi kenapa kau mencarinya?”
“aku...”
“jangan-jangan, kau mantan pacarnya?”
“aku...”
“nasib malang menimpanya saat putus denganmu”
Aya terdiam.
“dia ditusuk oleh pembunuh bayaran”
“apa?” Aya sedih.
“kau tidak akan pernah bertemu Robert disini, dia ada di
rumah seorang tabib”
“boleh aku meminta alamatnya?”
***
Di rumah seorang tabib,
“permisi” Aya mengetuk pintu.
Seorang pria membuka pintunya.
“maaf, apa kau seorang tabib?”
“ya”
“aku mohon, pertemukan aku dengan Robert” Aya
memperlihatkan mahkota yang ia tutupi di kepalanya.
“ya Tuhan...” tabib itu menyuruh Aya masuk, “silahkan,
tuan putri” ia segera mengunci pintunya.
Di dalam,
“apa yang terjadi?”
“sepertinya, Robert menjadi korban pembunuhan berencana”
“siapa yang melakukannya?”
“seorang assassin”
“tapi siapa yang menginginkan ini?”
“ayah anda sendiri, putri”
“baginda raja?”
Tabib itu mengangguk, “maafkan saya”
Aya terdiam, “tidak mungkin, kenapa ayah tega melakukan
itu?” Aya menatap sang tabib dengan mata yang memerah.
“saya tidak tau”
“boleh aku bertemu dengan Robert? Dimana dia sekarang?”
“Robert belum siuman sampai sekarang, lukanya agak parah.
Ia ditusuk dari bawah ranjang dan pisaunya menembus perut Robert”
Aya menunduk, “ini salahku”
“putri...” tabib agak khawatir.
Mereka pun masuk ke sebuah kamar.
Aya melihat Robert yang terbaring di ranjang, “Robert?” ia
mendekat dan memegang tangan Robert, “bangun Robert, kamu gak boleh ninggalin
aku” ia mengelus Robert, “aku sayang padamu”
“keadaannya sangat lemah, tapi saya akan berusaha
melakukan yang terbaik” tabib itu melihat Aya menangis dan ia pun pergi
meninggalkan mereka.
“Robert” Aya memeluk Robert, air matanya terus menetes. Ia
tidak percaya jika ayahnya setega ini.
Tabib kembali masuk sambil membawakan segelas air,
“silahkan, tuan putri”
Aya menghapus air matanya, “bolehkan aku menginap?”
“tapi...”
“aku mohon”
“maafkan saya, rumah saya hanya...”
“tolonglah, tabib”
“silahkan, putri”
Malam itu,
Aya terus merawat Robert, ia selalu memeriksa keadaan
Robert dan berharap Robert segera sembuh.
Aya kembali memeluk Robert, “aku mohon, Robert. Aku janji,
aku tidak akan pernah meragukanmu lagi. Aku hanya mencintaimu dan aku ingin
bersamaku”
Paginya,
“emh...”
“Robert?” Aya terbangun dan memegang tangan Robert,
“Robert, aku disini”
Robert membuka matanya.
“Robert” Aya tersenyum, “sayang, kau baik-baik saja?” ia
mengelus pipi Robert.
Robert menatap Aya.
“aku mencintaimu”
“Aya...?”
“iya sayang, aku disini”
“dimana ini?”
“di rumah tabib”
“kenapa aku disini?”
“sudahlah, itu tidak penting. Yang penting adalah kesembuhanmu”
“aku diikat, aku ingat, aku ditusuk dari bawah ranjang”
“sudahlah sayang”
“perutku sakit”
“iya, aku tau. Lukamu cukup parah, jadi jangan banyak
bergerak”
“aku kira, aku akan mati”
“Robert, jangan bicara begitu. Aku tidak rela jika itu
terjadi”
“kenapa?”
“aku sudah mengatakan itu, kan?” Aya menatap Robert.
Robert tersenyum dan menatap Aya.
Mereka berciuman.
Beberapa hari kemudian,
Aya sedang membuat teh hangat.
Tabib mendekati Aya, “putri, anda sudah berhari-hari
menginap disini. Apa ini tidak masalah?”
“tidak, kau tenang saja. Selama kerajaan tidak
mengetahuinya, semua akan baik-baik saja”
Sebenarnya tabib agak khawatir, tapi ia tersenyum.
“aku akan disini sampai Robert benar-benar pulih”
“baiklah”
Robert mendekati Aya, “kau membicarakanku?”
“Robert? Kau membuatku kaget saja”
“benarkah? Maafkan aku” Robert menatap Aya.
“apa yang kau inginkan?” Aya juga menatap Robert.
“teh buatanmu” Robert menatap teh yang Aya pegang.
“ok” Aya memberikannya.
Sebenarnya tabib mengkhawatirkan hubungan mereka, tapi
cinta mereka yang begitu besar, membuat sang tabib tidak bisa melakukan
apa-apa.
Tiba-tiba,
Pasukan kerajaan datang dengan senjata lengkap.
“ya Tuhan, pasukan kerajaan?” tabib yang panik, menatap
Aya dan Robert.
“Robert, kamu harus pergi” Aya menatap Robert.
“tidak, Aya. Kau yang harus pergi” Robert menatap Aya.
Namun mereka tertangkap.
“serahkan putri Kanaya, atau kami akan rusak rumah ini?”
“ya ampun, jangan tuan-tuan” tabib semakin panik.
“Aya, kau harus pulang” Robert berbisik.
Aya pun menyerahkan dirinya.
Tapi tanpa diduga, mereka juga menangkap Robert. Tangan
Robert diikat ke belang dan Robert diam tak melawan.
“jangan tangkap dia, kalian sudah mendapatkan aku, kan?”
“maaf, putri. Tapi raja menyuruh kami untuk menangkap
siapapun yang menyembunyikan anda”
Mereka pun dibawa ke kerajaan.
Di kerajaan,
Robert dibawa ke singgasana raja.
“ampun baginda, kami sudah mendapatkan penculik tuan
putri”
“Robert?” raja kaget karena Robert masih hidup.
“benar baginda, tuan putri ada di rumah seorang tabib
bersama pria ini”
“bawa dia ke penjara”
“tidak ayah, jangan lakukan itu” Aya yang datang, tidak
menerimanya.
“aku tau, kau menjalin cinta dengannya. Aku tidak akan
pernah merestui seorang laki-laki miskin yang mencintai putriku”
“ayah, aku mohon. Aku hanya mencintainya”
“bawa dia pergi”
Para pengawal kerajaan, membawa Robert.
“tidak” Aya yang dipeganggi oleh beberapa pengawal, hanya
bisa menangis.
***
Di penjara bawah tanah,
Robert yang diikat di sebuah kursi, sedang dihajar oleh
para penjaga.
Raja datang ke tempat itu, ia melihat keadaan Robert dan
tersenyum.
Salah seorang penjaga, menjambak rambut Robert ke
belakang.
“em...” mulut Robert yang ditutup, membuatnya sulit
bicara.
“bagaimana sekarang? Apa kau masih ingin memiliki
putriku?”
Robert hanya menatap sang raja.
“beraninya kau menatapku seperti itu” raja pun memukul
Robert dengan tongkatnya.
Hidung Robert mengeluarkan darah.
Raja merobek baju Robert dan melihat bekas luka di perut
Robert, “aku heran, kenapa kau tidak mati? Padahal aku yakin, assassin itu
sangat berpengalaman. Ternyata kau dirawat oleh seorang tabib yang handal”
Robert hanya diam.
Raja pun tersenyum, “hajar dia” ia pergi.
Siangnya,
Di colosium, semua orang ramai. Hari ini adalah hari dihukumnya
seorang penjahat yang telah menculik sang putri.
Robert yang di ikat, dibawa ke tengah lapang.
Semua orang ramai melihat itu, ternyata penjahat itu
adalah sang gladiator dari kalangan bawah yang terkenal.
Robert pasrah dengan semua itu, ia tau, lambat laun semua
ini akan terjadi.
“Robert?” Aya berteriak dari tempat duduknya, ia tidak
menyangka jika Robert akan dihukum seperti ini.
Ikatan di tubuh Robert, dilepas. Lalu mereka mengikat
tangan Robert ke atas di sebuah tiang.
Robert melihat seorang pria yang memegang sebuah cambuk,
ia pun pasrah.
Pria itu mulai mencambuki tubuh Robert.
“argh” Robert berteriak.
Raja ingin memperlihatkan kepada semua rakyat bagaimana
balasan bagi orang yang melanggar peraturan istana. Apalagi jika lancang
mencintai sang putri.
“argh”
***
Tubuh Robert sudah penuh luka, tapi ia tetap dicambuk.
“eh...” Robert lemas.
“hentikan” Aya sangat khawatir melihat keadaan Robert,
“cukup, aku mohon. Jangan diteruskan lagi” ia menangis.
Para rakyat yang melihat itu, tidak tega. Ternyata sang
putri juga mencintai Robert. Namun kerajaan terlalu ketat sehingga membuat
mereka tidak mungkin bersama.
“Robert?!” Aya berteriak.
“tenang putri, tenang” beberapa penjaga memegangi Aya.
“lepaskan aku, dia bisa mati jika dibiarkan”
Raja melihat Aya yang lepas kendali, ia pun menyuruh untuk
mengakhiri hukuman dan kembali membawa Robert ke penjara.
Robert yang lemas, diseret keluar darisana.
“Robert...” Aya menangis.
Saat semua bubar,
Aya yang mau masuk ke istana, melihat raja yang sudah
pergi ke singgasana. Ia pun memilih untuk berbalik dan pergi ke penjara tempat
Robert ditahan.
Di penjara,
“Robert?”
Robert yang terikat, menoleh.
“Robert, kau baik-baik saja?” Aya sedih melihat Robert
yang begitu lemah.
“Aya.. .”
Aya mengelus pipi Robert, ia sedih melihat luka di tubuh
Robert.
“kenapa kau kemari?”
“aku akan mengobatimu”
“pergilah, kau bisa dihukum”
“aku tidak perduli itu, aku ingin bersamamu” Aya memeluk
Robert.
“sayang...”
“kamu harus kuat. Aku janji, aku akan mencari cara untuk
membebaskanmu dan kita akan pergi darisini”
“Aya...” Robert mencium kening Aya.
Aya mulai mengobati luka Robert.
“ar...”
“tahan sayang, aku tau, ini perih”
“arh...” Robert menunduk.
Aya menangis dan Robert menatapnya.
Mereka pun berciuman.
Tanpa disangka, raja yang datang, melihat itu.
“kurang ajar” raja kesal.
“ayah?” Aya kaget.
Robert hanya diam, ini pasti akan berakhir buruk.
Aya pun dibawa paksa keluar darisana.
“tidak, Robert! Ayah, aku mohon jangan lukai dia lagi” Aya
mencoba berontok.
Tapi para pengawal berhasil membawanya keluar.
Raja menatap Robert dan melihat lukanya yang sudah diobati
Aya, “lagi-lagi kau membuat masalah, apa kau tidak kapok dengan hukumanmu?”
“kami saling mencintai dan tidak ada yang bisa merubah
itu”
“sialan, tutup mulutnya”
“ah” Robert merasa
sakit.
Para penjaga membuka ikatan dan mendudukan Robert di
kursi, tangan Robert diikat ke atas sambil menutup mulutnya dengan tali yang
sama.
“sekarang, kau tidak bisa bicara lagi”
Robert menatap raja.
“kau tau, aku selalu benci tatapan itu” Raja kesal dan menatap
para penjaga, “kenapa kalian membiarkan putriku menemui penjahat ini?”
“maafkan kami, baginda. Kami tidak bisa menolak perintah
sang putri”
“mulai sekarang, jangan pernah perdulikan perintahnya.
Apalagi jika berkaitan dengan pria ini”
“mengerti, baginda”
Raja kembali menatap Robert, “besok, kau akan mati. Jadi
berdo’alah agar anakku bisa melupakanmu” raja tersenyum dan pergi.
Robert diam, ia sedih. Maafkan
aku, Aya. Mungkin kita memang tidak akan bisa bersatu. Ia menutup matanya.
Hari itu tiba,
Robert kembali di ikat di tengah coloseum.
Para penonton sedih melihat itu, kenapa kerajaan setega
ini? Tapi pihak kerajaan sengaja melakukannya di depan umum, agar semua orang
semakin tunduk dengan peraturan kerajaan.
“Robert?!” Aya yang dipegangi beberapa pengawal,
berteriak. Ia sedih melihat Robert yang lemas akan dihukum lagi.
Raja turun ke lapang dan menatap Robert, “kau lihat? Ini
akibat dari kelancanganmu”
“cinta itu tidak salah, aku mencintai anakmu dan dia pun
merasakannya...” Robert berusaha bicara dengan suaranya yang begitu pelan.
“kau sudah tidak berdaya, tapi kesombonganmu selalu besar”
“aku tidak sombong, itu kenyataan...”
“aku sudah muak, aku akan membunuhmu sekarang” raja
mengeluarkan senjatanya.
Semua orang panik.
Senapan besar khusus milik raja akan ditembakan ke arah
Robert.
“tidak, aku mohon. Tidak?!” Aya semakin mengamuk dan sulit
ditahan, “lepaskan aku” ia berusahan melepaskan tangan para pengawal.
Raja menatap Robert, “ada kata-kata terakhir?”
“aku mencintai anakmu...”
Dor...
“tidak?!” Aya berhasil melepaskan diri dan berlari
melewati para penonton.
Mulut Robert mengeluarkan darah dan dada kirinya pecah
akibat senjata milik raja, kepala Robert langsung tertunduk.
Semua orang yang ada disana, terdiam.
“Robert?!” Aya berlari ke lapang dan mendekati Robert.
“bawa putri keluar darisini” raja berteriak.
Tapi tidak ada pengawal yang menuruinya, mereka iba dengan
sang putri.
“Robert, aku mohon, buka matamu” Aya menangis sambil
menyentuh wajah Robert yang tertunduk, “Robert” ia menatap wajah Robert dan
berharap Robert membuka matanya.
Semua orang sedih melihat itu.
“kenapa kalian tidak memperdulikanku? Aku ini raja”
“aku mohon, buka ikatannya” Aya menatap para penjaga.
Mereka pun memotong tali dengan pedang dan tubuh Robert
jatuh ke tanah.
“Robert” Aya mengangkat kepala Robert ke pangkuannya, “aku
mohon, bertahanlah” ia terus menangis melihat pendarahan di dada Robert.
“Aya...” Robert membuka matanya.
“Robert, kamu harus kuat”
“a...ku, minta maaf”
“jangan bicara yang tidak-tidak, lebih baik kau diam agar pendarahanmu tidak semakin banyak. Tabib akan
datang untuk menolongmu, ok?”
“tidak, Aya...”
“Robert, kita sudah berjanji untuk selalu bersama. Kau
tidak boleh meninggalkan aku, kau tidak boleh meninggalkan anak kita”
“Aya...” mulut Robert mengeluarkan darah.
“Robert” Aya memeluk Robert, “aku mohon jangan tinggalkan
aku, kamu kuat, kamu pasti bisa bertahan”
“aku mencintaimu...” mata Robert tertutup dan kepalanya
terkulai di tangan Aya.
“Robert?!” Aya terus menangis, ia sangat terpukul dengan
kepergian Robert yang begitu tragis. Aya memeluk tubuh Robert, “Robert?!” ia
berteriak.
Aya mengingat semuanya, setelah semua yang mereka lalui
bersama, ini adalah akhir dari kisah mereka.
“ayah jahat” Aya menatap sang raja.
“kau mau apa? Membunuh ayah? Kau itu seorang putri dan
tidak pantas menikah dengan rakyat jelata seperti dia”
“belajarlah untuk menghargai orang lain, baginda” Aya
menatap raja dan berjalan mendekatinya, “mulai sekarang, aku bukan anakmu lagi”
“Kanaya...?” raja kaget.
“bunuh aku, raja. Bunuh aku sekarang” Aya berteriak pada
sang raja, “kau telah membunuh ayah dari anakku”
Raja semakin kaget, “putri, kau...?”
“aku bukan putrimu” Aya mendekati raja dan memegang
senjatanya.
“lepaskan, ayah”
“tidak”
Mereka saling berebut senjata.
Dor...
Suara tembakan terdengar.
“Kanaya?” raja panik.
“a..ah..” Aya memegang perutnya yang mengeluarkan darah,
ia semakin mundur dan rubuh di dekat Robert. Kepala Aya ada di atas dada
Robert, “Robert... mulai sekarang, kita akan selalu bersama” matanya tertutup
dengan air mata yang menetes.
“Kanaya?!” raja berlari ke arah Aya, “Kanaya” raja
menganggkat kepala Aya ke pangkuannya, “bangun, nak. Kanaya?!” raja berteriak.
Semua orang yang ada disana, terdiam.
***
Di sebuah tempat,
Aya diam sendirian, ia menunduk. Lalu seorang pria mendekatinya dan Aya menoleh, ternyata itu Robert. Aya tersenyum bahagia,
begitu pun Robert yang terus menatap Aya sambil tersenyum. Mereka pun
berpelukan.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar