Rabu, 02 Agustus 2017

Behind Blue Eyes Part 2

Author : Sherly Holmes
Genre : Romance-Drama, Crime
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___

Di sebuah tempat,
Robert yang diikat, hanya diam. Ia tidak menyangka jika sanga ayah akan melakukan ini padanya.
Meski sang ayah adalah seorang penjahat, namun Robert selalu menghormatinya. Karena ia tau jika sang ayah sangat menyayangi dirinya, namun kenyataannya berbeda. Robert diperlakukan seperti anak buahnya yang lain, hukuman bagi para penghiatan.
“sekarang, kau tidak bisa menolong perempuan itu lagi” bos tersenyum.
“a...ayah...”
“hajar dia” bos tersenyum dan pergi.
Para anak buahnya pun kembali menghajar Robert.
Malamnya,
Nanami dan Nagato sedang berdansa di pesta, dan Nagato mulai merasakan jika Nanami pun memiliki perasaan padanya.
Nagato menatap Nanami, mungkin saat ini kau masih bingung untuk memilih antara aku dan pria itu. Tapi aku tidak akan menyerah, aku akan tunjukan jika aku adalah yang terbaik untukmu.
“Nagato, kenapa kau menatapku seperti itu?”
“eh..., tidak” Nagato tersenyum, “aku hanya kagum dengan kecantikanmu”
“jadi sekarang kau sudah berani merayuku?”
“aku minta maaf”
Mereka pun tertawa.
Tapi tiba-tiba, terjadi ledakan disana.
Semua orang panik.
Nagato memegang tangan Nanami, “aku akan melindungimu”
Nanami begitu cemas.
***
Bos kembali ke tempat Robert,
“ayah?” Robert menatap bos.
“gedung itu sudah meledak, semuanya hanya tinggal puing-puing sekarang. Kau pasti senang melihatnya, Robert”
Robert terdiam.
“tenang saja, perempuan itu masih hidup. Tapi sebentar lagi, kau tidak akan bisa melihat dia untuk selamanya”
“ayah, aku mohon... aku mencintainya...”
Bos mencekik Robert, “kau pikir, karena kau suka padanya, aku akan melepaskan dia? Membiarkan dia hidup?” bos melepaskan cekikannya.
Robert yang sesak, kembali mengambil nafas.
“kau pikir, aku peduli padamu? Perasaanmu? Tentu saja tidak, Robert” bos tertawa, “aku sama sekali tidak peduli padamu, kau hanya pengganggu sekarang. Kau tidak berharga lagi bagiku”
“ayah..., aku anakmu...”
“kau? Anakku?” bos tertawa, “asal kau tau, selama ini kau bukan anakku. Dua puluh tahun yang lalu, aku menemukanmu di pinggir sungai. Sekarat dan hampir mati beku, kau pasti hanyut dari suatu tempat”
Robert kaget mendengar itu.
“kau pikir, kenapa selama ini kau tidak bisa mengingat masa lalumu? Karena kau memang bukan anakku”
Robert masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Bos tersenyum, “selamat tinggal, pecundang. Anggap saja semua ini balasan atas kebodohanmu yang tidak mematuhi perintahku” bos pergi.
Robert terdiam, ia begitu kesal mendengar itu.
Di sebuah tempat,
Nanami dan Nagato berdiri di sebuah balkon dan para anak buah bos mengelilingin tempat itu.
“jangan ada yang berani mendekat!” Nagato menatap mereka dan berusaha melindungi Nanami.
Nanami melihat ke bawah, banyak besi-besi beton yang menonjol ke atas di tumpukan kayu. Tempat apa ini? Ia panik, kenapa Robert tidak datang?
“hallo, nona CEO Asgard” bos yang muncul, tersenyum.
Nanami kaget melihat bos.
“ah, kau pasti tidak kenal padaku ya?”
“siapa kau?” Nanami menatap bos.
“aku adalah anak dari seorang OB yang dipecat begitu saja oleh kakekmu”
“kau ingin balas dendam?”
“ya, saat itu keluargaku begitu putus asa. Kami keluarga yang sangat tidak mampu” bos mengingat itu, “saat ayahku dipecat, ayah bunuh diri dan ibu menjadi gila. Aku merasa hancur, tapi untungnya..” bos tersenyum, “aku punya motivasi untuk bangkit” ia menatap Nanami, “aku membunuh kakek nenek mu, aku membunuh ornag tuamu dan membuat semua itu seperti murni kecelakaan”
“tidak mungkin”
Bos menodongkan pistol ke arah Nanami, “sekarang giliranmu”
“tidak akan ku biarkan” Nagato menghalanginya.
“kau pikir, kau bisa mengalahkan kami?” bos menatap Nagato.
Para anak buah bos pun menodongkan pistolnya.
Bos tersenyum, “aku bisa menemba dari sisi manapun”
Nagato kesal.
“jika kau ingin perempuan itu selamat, kau harus menyerah”
Nagato menatap Nanami.
“tidak, jangan lakukan itu” Nanami memegang tangan Nagato, “dia hanya menjebakmu”
“aku tidak punya pilihan, aku tidak mau kau terluka” Nagato menatap bos dan mengangkat tangannya, “aku menyerah, tolong lepaskan dia” ia mendekati bos.
“bagus” bos tersenyum.
Para anak buah bos langsung menangkap Nanami, dan memegangginya.
“lepaskan aku!” Nanami berusaha memberontak.
“hey, itu tidak adil?!” Nagato kesal.
Bos memukul Nagato hingga jatuh, “hajar dia”
Para anak buah bos menghajar Nagato.
“ah” Nagato tak bisa melawan.
Nanami sedih melihat Nagato, dia mengambil tindakan bodoh demi dirinya. Nagato, maafkan aku...
Bos mendekati Nanami, “kau pasti bertanya-tanya, kenapa Robert tidak datang untuk menolongmu?”
“apa yang kau lakukan padanya?” Nanami menatap bos.
“oh, tenang sayang” bos mengelus Nanami, “dia memang salah satu dari rencanaku, tugasnya adalah memanipulasi perasaanmu. Pura-pura menyelamatkanmu, padahal dialah yang sudah merakit bom dan meledakan gedung itu”
Nanami terdiam.
“harusnya kau tidak pernah percaya pada seorang penjahat, cantik”
Nanami sedih, ternyata Nagato benar. Harusnya ia tidak pernah percaya pada Robert, mungkin selama ini Robert hanya bersandiwara menyukainya.
“sekarang Robert sudah pergi dengan tugasnya yang lain” bos begitu senang, “sungguh anak yang pintar”
“aku memang pintar” Robert melompat dari atap dan menatap bos.
Nanami tersenyum, lagi-lagi Robert melakukan super hero landing.
“Robert?” bos kaget, “bagaimana bisa... kau...?”
“tentu aku bisa, ayah. Aku ini kan penjahat” Robert tersenyum dan menembak para anak buah bos yang berjaga di sekeliling mereka dengan cepat.
“kau?” bos agak takut.
“aku super jahat sekarang, aku sudah membunuh semua anak buahmu yang ada di bawah” Robert tersenyum, “Setengah anak buahmu yang ada disini, dan kemudian...” ia mendekati bos, “kau targetku” Robert menodongkan pistol ke kepala bos.
“kau berani melakukan ini padaku? Orang yang sudah membesarkanmu?”
“mungkin maksudmu, penjahat yang sudah menjerumuskanku?”
Bos tersenyum, “aku senang kau kembali ganas”
“aku juga senang, mengetahui kau bukan ayahku”
“apa kau ingin bernegosiasi?”
“tentu” Robert tersenyum.
“bebaskan aku, dan aku akan mendapatkan perempuan itu juga pacarnya”
Anak buah bos masih memegangi Nanami dan Nagato yang terluka.
“sepakat” Robert tersenyum, dan menembaki anak buah bos yang memegangi Nanami dan Nagato.
Bos terdiam.
“hey kau, bawa Nanami pergi dari sini” Robert menatap Nagato.
Nagato bangun, ia mengambil salah satu pistol milik anak buah bos dan mendekati Nanami.
Nanami khawatir pada Robert dan tidak ingin meninggalkannya.
“aku bilang, pergi Nana!” Robert menatap Nanami.
Nanami terdiam, Nana? Dia memanggilku Nana? Dan Nanami pun tersadar jika tatapan Robert adalah tatapan kakaknya.
Nagato memegang tangan Nanami, “ayo”
“kau sendiri, sekarang” Robert menatap bos.
“ya, kau benar” bos tersenyum, “apa kau benar-benar berani membunuhku?”
Robert diam.
“aku menyayangimu, Robert. Meski kau bukan anakku” bos mengelus wajah Robert, “ayah tau, kau butuh ayah. Ayah janji akan menjadi ayah yang baik bagimu, beri ayah kesempatan”
Robert ingat, saat ia itu, bos memang mengajarainya banyak hal. Robert pun melunak, “ayah...”
Bos tersenyum, “dasar bodoh” ia memegang kerah baju Robert dan mendorongnya ke bawah.
Robert kaget dan ia pun melihat bayangan saat jatuh di danau salju.
Nanami yang mendengar suara, menoleh. Ia melihat Robert yang jatuh dari balkon, “kakak?”
Nagato pun berbalik dan menembak bos dengan cepat.
Bos yang berencana menembak Nanami, roboh dalam posisi mengarahkan pistolnya ke arah Nanami.
Di bawah,
Robert terdiam menatap Nanami, salah satu besi di tumpukan kayu itu menembus tubuhnya.
Nana... Robert menutup matanya.
Di atas,
“kakak?” Nanami panik dan berlari ke arah tangga.
Nagato mendekati bos.
“sialan, kau” bos yang sekarat, menatap Nagato.
“jangan lupa, aku ini seorang polisi. Dan kau pantas mati untuk membayar semua ini” Nagato menembak kepala bos.
***
Hari itu,
Robert yang berumur 15 tahun, kesal.
“Robert” ibu mendekatinya, “jangan begitu, nak. Ayo tatap ibu”
“aku selalu diasrama, bu. Sekarang aku sudah SMA dan aku ingin pulang untuk liburan bersama kalian”
“nak, ibu tau. Ibu senang kau pulang, ibu senang kau ada disini. Tapi ayah dan ibu mempunyai jadwal yang padat”
“aku benci perusahaan, aku benci CEO”
“Robert, ibu mohon jangan katakan itu. Jika kami sudah tidak ada, kaulah yang akan meneruskan perusahaan ini. Kau juga harus menjaga Nanami untuk kami”
Robert diam.
“ibu tau, kau anak yang baik” ibu mencium pipi Robert, “kamu mau kan menjaga adikmu? Berjanjilah pada ibu”
“aku janji, bu” Robert menatap ibunya.
“terima kasih, nak” ibu tersenyum.
Robert pun kemabli menunduk.
Setelah orang tua mereka pergi,
Robert melamun di ruang piano, ia memang sanagt berharap untuk berkumpul dengan keluarganya. Tapi ayah dan ibu malah pergi di hari liburnya.
“kakak” Nanami yang berumur 5 tahun, mendekati Robert.
“Nana?”
“kok kakak diem aja sih? Ayo main” Nanami menarik tangan Robert.
“ayo” Robert tersenyum.
Dan mereka pun pergi keluar rumah, kebetulan saat itu sedang musim salju.
“yeah” Nanami begitu senang dan melempar salju ke arah Robert.
“hey, beraninya kau melakukan itu pada kakak?” Robert tersenyum dan mengejar Nanami.
Nanami pun tertawa dan berlari.
Tapi Nanami tersandung ranting dan terguling.
“Nana?”
Nanami jatuh ke tengah danau beku, “kakak...” ia takut.
“tenang Nana, kakak akan kesana. Kamu diem, jangan bergerak”
“kakak, aku takut” Nanami menangis melihat danau yang mulai retak.
Robert pun mengambil kayu dari pohon untuk dia jadikan tongkat, tanpa pikir panjang ia pun berlari ke arah Nanami.
Retakan semakin besar.
“Nana, pegang unjung tongkatnya”
Nanami memegang ujung tongkat itu dan Robert mengayunkannya dengan kencang sambil melepasnya.
Nanami terlempar ke luar danau bersama tongkat itu,.
Robert melihat retakan yang sudah mengelilinginya, “Nana...” ia pasrah.
“kakak?!” Nanami berteriak sambil menangis.
Dan Robert pun jatuh ke danau di depan mata Nanami.
***
“ah?” Robert terbangun.
“kakak?” Nanami yang ada disana, mengelus Robert sambil tersenyum.
“Nana...”
“tenang, kak. Kita di rumah sakit, semuanya akan baik-baik saja”
Robert yang lemas, tersenyum.
“aku menyayangimu, kak. aku senang bisa bersamamu lagi” Nanami mencium kening Robert.
Robert pun menutup matanya.
Nagato hanya diam melihat itu, ternyata selama ini Robert adalah kakak dari Nanami. Di satu sisi, ia lega karena Robert tidak akan menjadi saingannya lagi. Namun disisi lain, ia semakin khawatir jika ada penjahat yang ingin membalas dendam kepada mereka.
Malam itu,
Robert menahan sakit pada perutnya yang terluka, Nagato masuk ke ruang perawatannya dan menatap Robert.
“Nagato?”
“jangan kau kira, aku sudah percaya dengan perangkapmu”
“maksudmu?”
“mungkin Nanami bisa luluh mendengar kau kakaknya, tapi aku..” Nagato tersenyum, “aku tidak akan percaya semudah itu”
“a..aku memang belum mengingat semuanya, tapi aku... tidak pernah berniat menipu kalian”
Nagato melihat ke arah lain.
“aku minta maaf, jika pernah membuatmu kesal”
Nagato kembali tersenyum, “aku hanya ingin tau, apa yang bisa kau lakukan untuk Nanami jika kau benar-benar menyayanginya dan peduli padanya?”
Robert terdiam.
“aku akan selalu menjaganya dari semua orang yang mencurigakan, termasuk dirimu”
Siangnya,
Nanami yang membawa makanan untuk Robert, masuk ke ruang perawatan. Tapi Robert tidak ada disana.
“kakak?” Nanami menjatuhkan makanannya dan berlari keluar.
“Nanami, ada apa?” Nagato yang datang, kaget.
“kakak hilang, dia tidak ada di kamarnya” Nanami begitu panik.
Nagato tak menyangka jika ini akan terjadi, apa Robert pergi karena perkataannya semalam?
Rumah sakit pun baru menyadari itu dan mereka meminta maaf karena tidak bisa menjaga pasien dengan baik, pihak rumah sakit begitu menyesal dengan apa yang terjadi.
“Nagato, cepat beritau polisi lain untuk mencari kakak” Nanami menatap Nagato.
“i..iya, aku mengerti” Nagato pun menghubungin kepolisian.
***
Di rumah,
Nanami begitu cemas, karena sampai sekarang belum ada kabar tentang Robert.
“Nanami, kau belum tidur? Ini sudah malam”
“kakakku hilang, mana mungkin aku bisa tidur?” Nanami menatap Nagato, “selama 20 tahun aku tidak bertemu kakak, aku sangat bahagia saat bersama dia kembali. Tapi sekarang, kakak kembali menghilang”
Nagato semakin merasa bersalah, “maafkan aku, Nanami”
“tidak usah minta maaf, jika kakak belum ditemukan, itu bukan salahmu”
“tapi aku yang membuat dia pergi”
“apa maksudmu?” Nanami menatap Nagato dengan kesal.
“maafkan aku Nanami, tapi aku bisa menjelaskan semuanya”
“jelaskan sekarang?!”
Bell berbunyi,
Nanami bangun dari tempat duduk dan berjalan ke arah pintu.
Nagato diam.
Nanami membuka pintu dan melihat Robert bersama seorang dokter, “kakak?”
“maafkan aku, Nana”
Nanami senang, Robert sudah kembali dan mereka berpelukan.
“aku bertemu dengan tuan Robert tadi sore, tapi karena aku harus menjahit kembali lukanya...” dokter tersenyum, “aku baru bisa mengantarnya malam ini”
“terima kasih, dokter”
“kalau begitu, aku permisi” dokter pun pergi.
Nanami menatap Robert, “jangan pergi lagi, kak”
“aku janji” Robert tersenyum.
“kalau begitu, kita harus kembali ke rumah sakit”
“tidak, Nana. Aku baik-baik saja, dokter bilang, aku bisa istirahat di rumah”
“ok, besok aku akan membereskan semuanya di rumah sakit”
“terima kasih, ah...” Robert memegang lukanya, “perutku agak sakit”
“ayo, aku papah”
Nanami pun membantu Robert berbaring di sofa.
“terima kasih, Nana”
“diam disini, aku akan membawakan air hangat” Nanami meniggalkan Nagato dan Robert.
Robert menatap Nagato.
“aku senang, kau kembali” Nagato mendekat.
“bukankah kau menginginkan aku pergi?”
“Nanami sangat sedih saat kau pergi”
“aku tau” Robert mencoba bangun dan duduk, “ah...” ia tersenyum pada Nagato, “dan itu merupakan hal bodoh yang aku lakukan, aku harus selalu ada di samping Nanami. Karena kemungkinan munculnya mereka, tetap ada meski aku pergi”
“kau benar, kau kakaknya. Kau lebih berhak bersama Nanami, melindunginya melebihi aku” Nagato duduk.
“kenyataannya, aku butuh kau”
Nagato menatap Robert, “tanpamu, aku tidak bisa melindungi Nanami. Tanpamu, Nanami tidak akan baik-baik saja. Karena kenyataannya, aku sudah kalah dari bos jahat itu. Jika kau tidak ada, Nanami tidak akan selamat”
Nagato terdiam, ternyata Robert tidak seburuk yang ia pikirkan.
“hey, kenapa kau diam? Aku ini sedang memujimu”
Nagato menatap Robert, “maafkan aku”
Robert tersenyum, “berjanjilah kau akan menjaganya” ia memegang pundak Nagato.
Nagato tersenyum, “aku janji”
Nanami yang membawa segelas air, menatap mereka. Ia kecewa pada Nagato, “jadi kau yang membuat kakak...?”
Nagato kaget.
“Nana, tenang dulu” Robert langsung bangun dan mendekati Nanami.
“diam, kak. kakak tidak boleh banyak bergerak” Nanami menatap Robert.
“aku minta maaf, Nanami. Aku tau aku salah, aku selalu berusaha untuk menjelaskan ini tapi... aku tidak bisa” Nagato berdiri.
“kalau begitu, pergi!” Nanami kesal.
Nagato pun pergi.
“Nana” Robert khawatir.
“kakak mau membelanya?”
“Nana, tenang dulu”
“bagaimana aku bisa tenang? Dia hampir membuatku kehilangan kakak lagi”
“Nana” Robert memeluk Nanami, “dengarkan kakak”
Nanami diam.
“Nagato mencintaimu, dia hanya ingin yang terbaik untukmu”
“dengan cara menjauhkanmu?”
“bukan begitu” Robert tersenyum dan menatap Nanami, “dia hanya tidak terbiasa dengan kehadiran laki-laki lain di dekatmu, mungkin dia cemburu. Apalagi kita begitu dekat”
“kau kan kakakku”
“dia hanya ketakutan, dia takut jika aku bukan kakak yang baik. Dia takut jika aku akan mencelakaimu, semua itu dia lakukan karena dia menyayangimu”
Nanami diam.
“kau boleh kesal padanya, tapi hanya untuk saat ini. Karena jika kau kesal selamanya, kau akan kehilangan sesuatu dalam dirimu”
Nanami menatap Robert.
“kakak tau, kau juga mencintainya kan?”
“aku tidak akan mencintai pria yang tidak menghargai kakak”
“hey, apa kau tidak lihat jika kami berteman?”
Nanami tersenyum, “kakak selalu begitu” ia tau jika Robert sedang merayunya.
“aku tidak memaksamu menyukainya, tapi aku tau isi hatimu”
Mereka tersenyum.
Di kantor Nagato,
Nagato masih memikirkan Nanami, apa dia akan terus membenciku?
“permisi” seorang polisi masuk.
“ya?” Nagato menatap orang itu.
“ini hasil penyelidikan dari kasus yang bapak minta”
“terima kasih” Nagato mengambil berkasnya.
Setelah orang itu pergi, Nagato membaca berkasnya.
Ujung danau tempat kakak Nanami tenggelam memang mengarah ke sungai dan berujung di laut, jika bos penjahat itu menemukan Robert di sungai berarti Robert memang kakak dari Nanami. Apalagi saat Robert terluka dan membutuhkan banyak darah, Nanami sempat mendonorkan darahnya karena golongan darah mereka sama.
Sekarang Nagato tidak bisa ragu lagi, Robert memang benar-benar kakak Nanami.
Di rumah Nanami,
Nanami mengantar Robert ke kamarnya, “ini kamarmu, kak”
Robert menatap ke sekitar kamar.
“tidak ada yang berubah, kami sengaja tetap menjaga dekorasinya seperti 20 tahun yang lalu”
Robert menatap Nanami, “terima kasih, Nana. Tapi aku sama sekali belum ingat apapun”
“jangan paksakan dirimu, kak. aku percaya jika nanti kakak akan kembali mengingatnya. Yang penting, kakak ingat jika kita adalah saudara”
Robert mengelus Nanami, “tidurlah, ini sudah malam”
Nanami mengangguk dan keluar dari kamar Robert.
Robert masih menatap kamarnya, ia pun mendekati lemari dan disana masih tersimpan baju-bajunya saat berumur 15 tahun. Robert tersenyum, ia pun mencobanya. Meski bajunya begitu ketat dan kekecilan, tapi Robert tetap memakainya dan bercermin.
“sepertinya, aku termasuk remaja yang menyukai musik...” Robert bingung menatap dirinya di cermin, ia pun berjalan mendekati laci dan membukanya.
Di laci itu terdapat beberapa buku harian milik Robert, ia pun tersenyum. Bagus, ini yang aku butuhkan...
Pagi itu,
Nanami masuk ke kamar Robert dan melihat Robert yang masih tertidur, ia tersenyum dengan t-shirt yang Robert gunakan.
Robert membuka matanya, “Nana?” ia bangun, “ini sudah pagi ya?” Robert menguap dan menarik kebawah t-shirtnya yang sedikit naik.
Nanami diam melihat bekas jahitan di perut Robert, ia ingat... saat Robert jatuh, besi itu menembus perut Robert dari punggungnya.
“hey, ada apa?” Robert mendekat.
Nanami menggeleng, ia tersenyum pada Robert.
“ya sudah, ayo kita keluar” Robert merangkul Nanami.
“kenapa kakak pake baju sempit sih?”
“ya, ini hanya sedikit eksperimen”
“eksperimen macam apa?”
Mereka tertawa.
Saat menuruni tangga,
Mereka melihat Nagato yang sudah ada disana.
Nagato menatap mereka.
“ah, sepertinya aku mau mandi dulu” Robert meninggalkan mereka.
“kakak?” Nanami tau jika Robert sengaja meninggalkan mereka, ia mendekati Nagato.
“hey, Nanami...” Nagato agak bingung.
“ada apa?”
“aku... aku mau minta maaf padamu”
“sudahlah, lagi pula semuanya baik-baik saja kan?”
Nagato tersenyum, “terima kasih, Nanami”
“kakak selalu membelamu, apa yang kau lakukan padanya?”
“aku tidak melakukan apapun” Nagato panik.
Nanami tersenyum melihat ekspresi Nagato.
“kok senyum? Kamu jail ya?”
Robert yeng mengintip, tersenyum. Ia senang karena mereka kembali akur.
Setelah mandi, Robert mendekati mereka. Ia duduk di antara mereka, “jadi sekarang udah akur lagi?”
“udah mandinya?” Nanami menatap Robert yang duduk menghalangi Nagato.
“hey, aku mengganggu kalian ya?” Robert menatap mereka berdua.
“enggak kok, kak” Nagato tersenyum.
“oh, jadi sekarang kamu manggil kakakku dengan sebutan kakak juga?” Nanami menatap Nagato.
“hey, sudahlah. Aku tau jika aku kakak impian, tapi kalian tidak udah berebut seperti itu” Robert tertawa.
“kakak ngomong apa sih? Aneh” Nanami menatap Robert.
“kak, boleh aku pinjam Nanami hari ini?” Nagato menatap Robert.
“pinjam? Memangnya dia barang?” Robert menatap Nagato.
“maksudku...” Nagato bingung.
“aku tau, kau mau mengajaknya kencan kan? Pergi saja, aku tidak apa-apa”
“kakak bicara apa sih?” Nanami terus menatap Robert, “perasaan abis mandi jadi aneh begini?”
“udah, gak usah bohong. Kamu juga mau kan kencan sama dia?”
Nanami tidak menjawab dan agak malu.
“pergilah, aku senang kalian kencan”
“kakak...” Nagato makin merasa gerogi.
***
Nanami terbangun di kamarnya, ia melihatke sekitar dan menyadari jika ini masih malam. Ia keluar dari kamar karena merasa ada yang aneh, semuanya terasa begitu sepi dan dingin. Nanami pun masuk ke kamar Robert yang sedikit terbuka dan ia terdiam.
Nanami melihat seorang pria yang menusuk dada Robert dengan kunai.
Robert jatuh dan tergeletak tak bergerak.
“kakak?” Nanami tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Pria itu menoleh dan tersenyum, “sekarang giliranmu” ia memegang kunai lain dan akan membunuh Nanami.
“tidak?!” Nanami terbangun, ternyata ia hanya bermimpi. Nanami langsung berlari ke luar kamarnya, “kakak?” ia melihat kamar Robert yang sedikit teruka, Nanami masuk.
Di kamar Robert,
Nanami panik karena Robert tidak ada disana, “kakak? Tidak, tidak mungkin...” ia segera berlari keluar.
Robert yang menaiki tangga, kaget melihat Nanami yang begitu panik.
“kakak?”
“Nana, ada apa?”
Nanami langsung memeluk Robert.
“hey, kau kenapa?”
Nanami sama sekali tidak mau bicara dan terus memeluk Robert.
“Nana” Robert melepas pelukan Nanami, “apa ada? Kamu mimpi buruk ya?”
“kakak darimana sih? Aku kan khawatir”
“aku abis makan, entah mengapa... malam ini rasanya begitu lapar, sehingga aku terbangun dari tidurku. Untungnya di kulkas ada makanan” Robert tersenyum.
“aku akan menjagamu, kak. Aku tidak akan tidur malam ini”
“kau itu bicara apa? Yang bertugas menjaga itu aku, bukan kamu”
“kak...”
“sudah” Robert merangkul Nanami, “ayo tidur”
Mereka masuk ke kamar Nanami.
Nanami berbaring dan Robert menyelimutinya.
“kak” Nanami memegang tangan Robert.
“udah, kamu harus tenang. Aku akan tidur di kamarmu untuk menemanimu” Robert mencium kening Nanami, “tidurlah”
Nanami mengangguk dan menutup matanya.
Robert tersenyum, ia pun berjalan ke sofa dekat jendela dan tidur disana.
Tapi tidur Nanami terganggung dengan suara ngorok Robert.
“aduh...” Nanami bangun, ia melihat Robert yang tidur begitu nyenyak di sofa, “kakak, katanya mau jagain aku biar tidur nyenyak. Tapi malah dia yang bikin aku gak nyenyak” Nanami melempar Robert dengan bantal.
Bantal itu mengenai wajah Robert dan Robert berhenti ngorok, Nanami tersenyum dan kembali tidur. Tapi Robert mengambil bantal di wajahnya dan memeluk bantal itu, kemudian ia kembali ngorok.
“kakak?!” Nanami membuka matanya.
Pagi itu,
Nanami mengajak Robert ke Asgard Industries, Robert sedikit gugup karena mereka akan bertemu pers.
Nanami ingin memberitau semua orang jika kakaknya masih hidup, dan sekarang mereka akan mengelola Asgard bersama.
Setelah itu, Nanami mengajak Robert masuk ke ruang CEO. Tapi Robert hanya diam.
“kak, ada apa? Apa kakak tidak suka dengan dekorasinya?”
“aku rasa, aku tidak pantas menerima ini”
“apa maksud kakak?”
“aku tidak bisa mengelola perusahaan besar, aku hanya seorang...”
“kak, kau kakakku” Nanami memegang tangan Robert, “apapun yang terjadi di masa lalu, kau tetap kakakku. Kau juga punya hak disini, kak”
“Nana...”
“kau adalah CEO, aku akan selalu ada disini untuk membantumu. Aku wakilmu, kak”
Robert menunduk.
“kak, percayalah padaku. Kau bisa melakukannya”
Robert pun mengangguk.
Nanami tersenyum, “santai saja, aku akan ke ruanganku”
“terima kasih” Robert tersenyum meski masih bingung, ia duduk dan berharap semua akan baik-baik saja.
Sorenya,
Nanami keluar dari ruangannya, pada pegawai sudah sepi namun Robert belum juga menemuinya. Nanami yang agak cemas, berjalan ke ruangan Robert.
Disana,
Robert sedang menahan serangan dari pria yang memakai kunai.
Nanami kaget melihat itu.
“Nana, pergi!” Robert melihat ke arah Nanami.
Namun pria itu berhasil menusuk dada Robert.
Nanami terdiam, semuanya terjadi seperti mimpinya. Kakak...?
Robert jatuh.
Pria itu tersenyum, “sekarang giliranmu” ia menatap Nanami dan menyerangnya.
Nagato yang datang, menahan pria kunai itu. Tangan Nagato mengeluarkan darah.
“Nagato?” Nanami semakin panik.
“pergi, Nanami” Nagato berusaha menahan kunai meski tangannya terluka.
Robert melihat itu, ia bangun dan menyerang pria kunai dari belakang.
Pria kunai itu jatuh, “kenapa? Kenapa kau baik-baik saja dengan kunai di dadamu?” ia kaget.
Robert tersenyum dan mencabut kunai di dadanya, “karena aku tidak bodoh” ia memukul pria kunai itu hingga pingsan.
“kakak?”
“aku baik-baik saja” Robert menunjukan sebuah buku diary yang ia simpan di balik kemejanya.
Nanami senang, ternyata kunai itu hanya menancap pada buku Robert.
Nagato menatap Nanami, “kau tidak apa-apa?”
“Nagato, tanganmu terluka” Nanami memegang tangan Nagato, “aku akan mengobatimu”
“aku baik-baik saja, ini hanya luka kecil”
Robert kembali menatap buku hariannya, ternyata buku itu bolong. Ia kaget dan membuka jasnya, Robert melihat darah yang mulai keluar dari kemeja putihnya. Ia pun lemas dan jatuh.
“kakak?” Nanami kaget.
***
Robert yang terbaring di sofa, menatap Nanami yang sedang mengobati lukanya. Robert tersenyum, “terima kasih”
“kak, kau membuatku khawatir”
“aku juga tidak tau jika kunai itu menembus buku diary-nya”
“untunglah lukamu tidak dalam”
“semua itu karena diary yang cukup tebal, bagaimana dengan Nagato?”
“aku sudah mengobati tanganya, lukanya agak dalam, tapi dia baik-baik saja. Sekarnag Nagato sedang membawa penjahat itu ke kantor polisi”
“syukurlah”
“kak, kenapa kakak bisa membawa buku diary itu?”
“karena saat pertama kali aku masuk ke kamar, aku melihat beberapa diary di laci. Aku merasa begitu beruntung, mungkin aku bisa sedikit mengingat masa kecilku lewat diary itu”
Nanami tersenyum dan mengelus Robert, “sepertinya kakak harus istirahat”
“Nana ini hanya luka kecil, tidak usah khawatir seperti itu” Robert bangun, “aku tidak sakit sama sekali”
Nanami duduk disamping Robert, “ya sudah, bagaimana kakak saja”
Robert tersenyum dan mengelus Nanami.
Malamnya,
Di rumah, Nanami sedang memasak untuk makan malam dan Robert sudah duduk di ruang makan untuk bersiap menyantap hidangan malamnya.
Nagato datang, “selamat malam”
“malam, Nagato” Robert tersenyum, “duduklah, kebetulan kami akan makan malam”
“wah, beruntungnya aku” Nagato duduk.
“bagaimana lukamu?”
“sudah mulai kering, kak. Bagaimana denganmu?”
“aku sudah sembuh” Robert menatap Nagato, “bagaimana dengan pria kunai itu?”
“dia berniat ingin balas dendam atas kematian bosnya, dia sangat benci padamu. Dia ingin membunuh kalian”
“dia tidak tau jika yang membunuh bosnya adalah kau” Robert tertawa.
“aku harap, semuanya sudah selesai” Nagato agak cemas.
“yang aku tau, pria kunai tadi memang salah satu tangan kanan bos penjahat itu. Tapi kau jangan khaawatir, kita berdua akan selalu bekerjasama untuk melindungi Nanami” Robert memegang pundak Nagato.
Nagato pun tersenyum.
Nanami mendekat, “makanan sudah siap” ia tersenyum dan duduk, “hey, ternyata kau datang Nagato?”
“malam, Na” Nagato menatap Nanami.
“ayo kita makan” Robert tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar