Rabu, 02 Agustus 2017

Behind Blue Eyes Part 1



Author : Sherly Holmes
Genre : Romance-Drama, Crime
Cerita ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah danau beku yang mulai retak,
“Kakak?!” seorang anak perempuan ketakutan.
“ayo pegang ini!” kakak Nana menjulurkan sebuah tongkat.
“aku takut, kak”
“jangan takut, kakak akan menyelamatkanmu. Ayo pegang ujung tongkatnya, Na”
Anak kecil itu pun memegang ujung tongkatnya, lalu sang kakak mengayunkan tongkat tersebut dengan begitu kuat.
“ah...” anak itu terlempar ke luar danau dan jatuh tergulung, ia segera bangun dan melihat ke arah kakaknya yang sudah dikelilingi retakan.
Sang kakak bingung, “Nana...” ia menatap adiknya dengan pasrah.
Brak...
“kakak?!” Nanami terbangun dari tidurnya, “ya Tuhan...” kejadian 20 tahun yang lalu masih menghantuinya hingga sekarang.
Telpon berdering.
“hallo?” Nanami mengangkatnya.
“Nana, aku tidak bisa mengantarmu pagi ini. Aku ada tugas, mungkin aku baru bisa kembali nanti malam”
Nanami tersenyum, “dengarkan aku, Nagato. Kau tidak usah khawatir, aku sudah dewasa dan aku bisa menjaga diriku sendiri”
“aku tau, nona manis. Tapi siapa yang tidak khawatir melihat seorang pewaris perusahaan terbesar sendirian?”
“kau menyebalkan, aku akan memukulmu jika kita bertemu nanti” Nanami tertawa.
“ayay... captain” Nagato tersenyum, “kalau begitu, sampai bertemu nanti”
“ok” Nanami menutup telponnya.
***
Di sebuah tempat,
Sesorang sedang duduk, dan menatap beberapa anak buahnya.
“ada kabar dari Robert?”
“sebentar lagi tuan muda akan segera kembali, Bos”
“bagus”
Seorang pria, masuk ke ruangan itu.
“Robert” bos tersenyum.
Robert menatap bos, “apa tugasku malam ini?” Robert duduk.
“ayah ingin, kau membunuh seseorang. Dia adalah pemilik perusahaan Asgard. Tapi kau harus berhati-hati, karena dia selalu dijaga oleh orang-orang profesional”
Robert tersenyum, “itu mudah, ayah”
“itu baru anakku” bos tertawa.
Malamnya,
Nanami sedang berada di sebuah pesta yang digelar oleh koleganya.
“selamat menikmati hidangannya, nona Nanami”
“terima kasih” Nanami tersenyum dan mengambil segelas minuman, ia terus menatap ke setiap tempat lewat balkon.
Robert yang ada di bawah, menatap Nanami dari jauh. Perempuan itu... sepertinya dia sendirian malam ini...
Waktu menunjukan pukul delapan malam, namun Nagato belum juga muncul.
“dia kemana sih? Katanya jam tujuh sudah ada disini” Nanami kesal dan berjalan ke tangga.
Saat turun,
Seorang laki-laki tiba-tiba mendekat ke arah Nanami dan memeluknya, lalu dengan cepat ia menarik Nanami ke belakang.
“ah...” Nanami kaget.
“diam!” Robert yang memegang pisau, menatap Nanami.
Nanami kaget dan menatap Robert, namun ia tidak bisa mengetahui wajahnya karena Robert sudah memakai topeng.
Robert mendekatkan pisaunya ke perut Nanami.
“a...aapa maumu?” Nanami berusaha tenang meski ia begitu panik.
“diam...!”
“apa salahku? Ke...napa kau ingin membunuhku?”
“aku bilang, diam! Jika kau bicara lagi, aku akan menusukan pisau ini” Robertberbisik.
Nanami diam dan mereka saling tatap.
Robert tiba-tiba diam.
“kenapa diam? Tusuk aku sekarang” Nanami masih menatap Robert.
Robert mulai ragu.
Di luar,
Nagato baru tiba, ia merasakan firasat buruk dan masuk ke gedung sambil memegang pistolnya. Namun ia menyembunyikan pistol itu dibalik kemejanya.
Nagato terus berjalan, ia menatap semua orang yang ada disana. Namun Nagato sama sekali tidak menemukan Nanami.
“gawat?!” Nagato berlari ke balik dinding yang ada di belakang.
Disana,
Nanami sedang terdiam.
“Nanami?” Nagato mendekat.
“Nagato?” Nanami senang melihat Nagato.
“kau baik-baik saja, kan? Apa yang terjadi?”
“seseorang hampir membunuhku”
“apa?” Nagato kaget, “apa kau ingat wajah orang itu?”
“tidak, dia memakai pemutup wajah”
“sial” Nagato kesal.
“tapi aku ingat tatapan matanya, karena penutup wajah itu hanya setengah”
“jadi yang tertutup di bagian hidung ke bawah?”
“ya”
“kau tenang saja, kita bisa cek meskipun hanya lewat matanya”
“benarkah?”
“ya, besok aku akan membawa berkas rahasia”
“tapi kau akan mengantarku dulu kan?”
“tentu”
Pagi itu,
Nanami meletakan bunga-bungan ke danau dan bunga pun terbawa arus air.
Nagato hanya diam melihat itu, ia menunggu sampai Nanami puas disana.
“aku sayang padamu, kak. Aku janji akan kembali lagi kemari”
Nagato mendekat, “ayo”
Nanami mengangguk.
Di mobil,
“jadi kau belum merelakannya?” Nagato yang menyetir, melihat ke arah Nanami.
“konsentrasi”
“tenang saja” Nagato tersenyum, “kau belum menjawab pertanyaanku”
“itu sudah lama terjadi, mungkin kakak meninggal karena salahku”
“kenapa kau bicara begitu?”
“saat itu kakak mengajakku main sky, tapi aku malah ingin esketing. Jadi kami bermain di atas danau itu” Nanami sedih.
Nagato ikut sedih, “Nanami...” ia menyesal menanyakan itu.
“kakak jatuh ke danau dan ia meninggal karena membeku, aku tidak bisa berbuat apa-apa”
“maafkan aku”
“kenapa kau minta maaf?” Nanami menatap Nagato.
“karena aku membuatmu sedih”
“tidak apa-apa, itu memang takdir Tuhan”
“ya, dan sekarang kau berubah menjadi wanita yang mandiri dan cerdas”
Nanami tersenyum, “jadi kau memujiku?”
“begitulah”
“bagaimana denganmu?”
Nagato menatap Nanami.
“selama ini kau tau segalanya tentang aku, tapi aku sama sekali tidak mengetahui tentangmu”
“aku tidak ingat apa yang terjadi, aku hanya ingat...” Nagato diam, “saat itu aku di panti asuhan dan ayah mengadopsiku, aku tidak tau pasti kenapa aku disana. Mungkin aku korban dari kejahatan atau aku tersesat sehingga terpisah dari orang tua asliku” ia tersenyum, “sejak saat itu aku ingin menjadi pahlawan yang membantu banyak orang”
“maaf juga membuatmu sedih, tapi motivasimu keren” Nanami tersenyum.
“ya, kenyataannya kita tidak boleh selalu menganggap masalamu buruk sebagai ketakutan kan? tapi kita harus membuatnya menjadi kekuatan agar kita lebih baik lagi”
“setuju”
Mereka tersenyum dan saling tatap.
***
Di sebuah tempat,
Robert diam, apa-apaan ini? Kenapa wajah perempuan itu terus ada di kepalaku? Nanami... tatapannya... ia resah, apa aku mencintainya? Tapi kami baru saja bertemu, sial!!!
Robert kesal, untuk pertama kalinya ia gagal menjalankan misi.
“Robert” bos masuk.
“ayah?”
“ku dengar, kau gagal membunuh perempuan itu”
“maafkan aku, ayah”
“apa yang terjadi? Apa dia dijaga ketat? Apa kau butuh beberapa anak buah untuk menjalankan misi ini?”
“maafkan aku, ayah. Itu 100% salahku”
“tidak mungkin, kau itu anak ayah. Kau itu profesional, nak”
“sungguh, ayah. Sepertinya tadi malam, aku terlalu mabuk”
“baiklah kalau begitu” bos agak aneh dengan sikap Robert, “ayah akan menyuruh orang lain untuk melakukan misi ini” bos pun pergi.
Robert kaget, aku harus melindungi perempuan itu...
Di rumah Nanami,
“kau yakin, tidak ada satupun orang di berkas ini?”
“Nagato, meski aku hanya melihat mata orang itu, tapi aku sangat mengingatnya. Aku tau, dia tidak ada di daftar orang-orang itu”
“ya sudah kalau begitu” Nagato agak kecewa.
“maafkan aku, tapi dia memang tidak ada”
“aku mengerti, aku akan cari berkas lain” Nagato pergi.
Nanami diam, kenapa aku terus mengingat tatapan orang itu? Tatapan tajamnya hampir membuat jantungku terhenti, apa aku mencintainya? Tapi dia penjahat yang ingin membunuhku, aku tidak boleh menyukai orang seperti itu.
Malamnya,
Nanami menaiki tangga dan masuk ke kamarnya, tapi...
“arght!!!”
“diam!” Robert menutup mulut Nanami.
“em... emh...”
“jangan berteriak!” Robert berbisik.
Nanami yang kesal, menggigit tangan Robert.
“aw...” Robert merasa sakit dan melepaskan Nanami.
Nanami berlari ke luar kamar.
“sial!” Robert kesal.
Di bawah,
Nanami yang menuruni tangga, terdiam. Beberapa orang sudah ada dihadapannya lengkap dengan senjata.
Robert melompat kesana.
Mereka kaget.
Super hero landing? Nanami menatap Robert.
Robert menatap mereka dan mengeluarkan pisau, “hadapi aku”
“rupannya dia cari mati, serang!!!”
Mereka pun berkelahi.
Nanami panik dan berlari ke bawah tangga, ia terduduk lemas dan begitu cemas. Apa aku akan mati sekarang?
***
“Nanami, Nanami?”
Nanami membuka matanya, “Nagato?”
“kau baik-baik saja?”
“i..iya...”
“syukurlah” tapi Nagato terdiam menatap tangan Nanami.
Nanami merasa aneh dan menatap tanganya, ia kaget. Sebuah pisau ada di genggamannya, “Nagato...”
“mereka tewas, apa kau yang membunuhnya?”
“ti..tidak..., itu...”
“berikan padaku, aku akan memeriksa sidik jarinya”
Nanami yang bingung, memberikan pisaunya.
“apa kau mau ku antar ke dokter?”
“tidak perlu, Nagato. Aku baik-baik saja”
“baiklah, tapi kusarankan agar kau liburan”
“mungkin akan ku pikirkan”
“ayo” Nagato membantu Nanami berdiri.
Sore itu,
Nagato masih memeriksa hasil sidik jari di pisau yang Nanami berikan di ruangannya, namun disana hanya ada sidik jari Nanami.
“sial, ternyata orang itu pintar juga. Aku harus berhati-hati, bisa saja dia merencanakan sesuatu kepada Nanami” Nagato kesal, “aku tidak boleh tinggal diam!”
Di luar,
Nanami yang duduk di sofa, mengingat kejadian tadi malam.
Laki-laki misterius itu menolongku, apa dia tidak terluka? Ia melawan 5 orang bersenjata demi aku, tapi aku malah memberikan pisau itu pada Nagato. Bagaimana jika sidik jarinya terlihat? Bagaimana jika pria itu dipenjara? Ya Tuhan... kenapa aku tidak rela?
Nanami ingat, gerakan laki-laki itu begitu lincah dan berani menyerang mereka dengan cepat. Nanami yang takut pun berlari ke bawah tangga untuk sembunyi dan beberapa menit kemudian, laki-laki itu mendekat dengan bercak darah yang menodai topengnya. Nanami menatap laki-laki itu, begitupun sebaliknya. Lalu ia memberikan pisaunya pada Nanami yang lemas.
“Nanami?”
“ah...” Nanami tersadar, “Nagato?”
“ada apa?”
“tidak, tidak apa-apa. Aku hanya...”
“kau ingat, apa yang terjadi tadi malam?”
“a...aku...” Nanami menatap Nagato, “tidak” ia tersenyum dan berharap Nagato tidak curiga.
“baiklah” Nagato duduk disamping Nanami.
“ada apa? Kau terlihat kesal”
“aku tidak menemukan sidik jari orang itu, hanya ada sidik jarimu disana”
“jadi, aku akan dipenjara?”
“tentu tidak, aku yang menjaminmu. Lagi pula, kau tidak mungkin melakukan itu. Aku rasa, kau dijebak”
“aku dijebak?”
“ya..., ada pihak yang ingin menghancurkanmu”
Nanami terdiam, apa laki-laki itu jahat? Aku kira, dia benar-benar ingin menolongku. Aku tidak boleh terbawa perasaan, dia memang seorang penjahat.
“Nanami, kau kenapa?”
“ah, aku? Tidak” Nanami tersenyum lagi.
“akhir-akhir ini, kau aneh sekali. Semoga kau tidak menutupi sesuatu dariku”
“a..apa?” Nanami kaget, “tentu saja tidak” Nanami berusaha agar Nagato tidak curiga.
“lebih baik, kau liburan. Aku takut kamu stres, Nanami”
“tidak usah mencemaskan aku” Nanami tersenyum, “aku baik-baik saja kok”
“ya, aku percaya kalau kau perempuan yang tangguh. Tapi liburan itu penting juga lho”
Malamnya,
Robert bercermin di kamar, ia menatap dirinya. Aku mencintai wanita itu, aku tidak bisa melupakannya. Ia menunduk, aku harus bagaimana?
“Robert” bos masuk.
“ayah?” Robert menoleh.
“kami gagal lagi”
“a... gagal...?” Robert kaget.
“mereka bilang, ada laki-laki ninja yang melindunginya”
“ninja?” Robert tersenyum.
“aku serius” bos menatap Robert, “apa kau tau laki-laki ninja itu?”
“t..tidak ayah, saat aku bertemu dengan perempuan itu... aku tidak pernah melihat ninja”
Bos masih menatap Robert.
“aku serius ayah, lagi pula aku tidak mempelajari tentang ninja. Aku kan bisanya wing chun”
“kenapa kau bicara seperti itu? Seolah-olah, aku menuduhmu sebagai ninja itu”
Robert terdiam.
“kau aneh akhir-akhir ini, Robert” bos tersenyum.
“ah?” Robert pun tertawa.
“laki-laki ninja itu, pasti akan ku tangkap” bos pergi.
Robert agak cemas, mereka pasti akan melakukan hal yang lebih parah dari sebelumnya. Aku harus bersiap!
***
Di pesawat,
Nanami menatap jendela, “Nagato begitu bersikeras menyuruhku pergi pagi ini”
Seorang pramugari mendekat, “nona”
“ya?” Nanami tersenyum.
“ini sarapan anda”
“terima kasih”
“jangan terlalu sering melihat ke jendela, nanti anda pusing”
“aku mengerti” Nanami tersenyum.
“mbak” seseorang memanggil pamugari itu.
“iya, tuan” pramugari tersenyum, “permisi ya, mbak”
“silahkan” Nanami tersenyum.
Pramugari pun mendekati pria itu, “ada yang bisa saya bantu, tuan...?”
“Robert, namaku Robert”
“ya, tuan Robert?”
“apa dia Nanami?”
“ya, pemilik Asgard Industries. Semua orang tau itu, dia salah satu perempuan terkaya di negaranya”
“terima kasih”
“apa hanya itu saja, tuan?”
“aku ingin kopi hitam”
“apa ada yag lain?”
“tidak”
“baik, tunggu sebentar ya...” pramugari itu pergi.
Robert terus menatap Nanami yang berjarak ada dua kursi di depannya.
Apa aku harus melakukan ini? Apa dengan selalu menjaganya, aku bisa mendapatkan cintanya? Aku harus melawan ayahku sendiri demi dia, apa aku sudah menjadi bodoh?
Guncangan mulai terasa.
“ah...” para penumpang, panik.
“tenang-tenang, ini hanya turbulensi” pramugari itu kembali dengan secangkir kopi untuk Robert, tapi saat ia mendekati tempat Robert. Pramugari itu kaget, Robert tidak ada disana.
Guncangan semakin kencang dan melebihi biasanya.
“apa yang terjadi?” Nanami berdiri dan menatap pramugari itu.
“nona, tolong duduk”
“aku tau, aku punya jet pribadi”
“mohon tenang, nona” pramugari mulai panik dengan kecemasan Nanami.
Dan ledakan pun mulai terdengar.
“baling-baling kanan hancur!” pilot panik.
Semua orang yang ada disana semakin panik dan pesawat pun oleng, posisi pesawat semakin berat ke kiri dan jatuh.
“kita akan jatuh dari ketinggian!” orang-orang makin panik.
“tolong semuanya memakai sabuk pengaman” pramugari mencoba untuk tegar agar yang lain tenang, “pilot akan berusaha mendarat di perairan terdekat”
Oksigen sudah keluar dan lampu darurat menyala.
Nanami terdiam, apa aku akan mati? Ia mengambil oksigen itu dan mau memasangnya.
Tapi pesawat meledak.
Nanami terlempar, ia terdiam. Semuanya akan berakhir? Aku akan jatuh dari ketinggian ini...
Seseorang yang memakai gantole, menangkap Nanami.
Nanami kaget, laki-laki ini? Ia tau, Robert kembali datang untuk menolongnya.
Robert terus memegang Nanami agar tak jatuh, “bertahanlah, kita berada di daerah bersalju. Mungkin anginnya tidak akan bersahabat dengan pakaianmu”
Nanami hanya diam di pelukan Robert, kenapa aku merasa nyaman? Kenapa aku begitu merasa tenang disampingnya?
“sial!” Robert kesal.
Angin yang kuat dan tak beraturan, membuat gantole Robert rusak dan mereka jatuh.
“tetap diam dan jangan panik” Robert terus memeluk Nanami, “aku akan melindungimu”
Mereka jatuh ke salju dan terguling ke dekat sebuah gua.
“kau baik-baik saja?” Robert menatap Nanami.
“ih..!” Nanami memukul kepala Robert.
“aw” Robert terbentur ke dinding batu.
Nanami tersadar jika pukulannya terlalu kencang, “maafkan aku”
Robert kembali menatap Nanami, “aku baru saja menolongmu, kenapa kau malah memukulku?”
“karena kau terlalu dekat denganku, kita kan sudah selamat?!”
“kita baru saja jatuh, mana mungkin aku langsung meleaskanmu?” Robert melepaskan Nanami dan duduk, “ah...” ia memegang lengannya.
“kau terluka?” Nanami khawatir.
“satu-satunya lukaku ada di wajah, dan kau yang membuatnya”
“aku kan sudah minta maaf”
“ayo masuk ke gua, sepertinya kau kedinginan”
Nanami mengangguk.
“aku akan membuatkan api unggun” Robert mmengambil beberapa ranting.
Mereka pun masuk dan duduk.
Nanami menatap Robert yang sedang menyalakan api, “apa kau sudah mengetahui hal ini?”
“apa maksudmu?”
“kau adalah orang yang ingin membunuhku, kan? Tapi kenapa kau selalu datang untuk menolongku akhir-akhir ini? Seolah-olah, kau mengetahui setiap bahaya yang akan datang padaku”
“aku memang mengetahuinya” Robert yang berhasil membuat api, menatap Nanami.
“ja..jadi kau...?”
“aku tidak ingin bicara banyak, karena kau sedang memancingku dan aku tau kalau kau ingin memenjarakanku”
“kenapa kau berpikir seperti itu?”
“karena aku bagian dari mereka, orang-orang jahat itu”
“kau menyelamatkanku dua kali, mana mungkin aku memenjarakanmu?”
Robert diam.
Nanami mendekati api unggul karena cuaca semakin dingin.
“jangan cemas, orang-orang yang menolongmu akan segera datang. aku sudah membuat pesan sebelum pesawat meledak”
“bagaimana denganmu?”
“aku akan pergi sebelum mereka tiba” Robert membuka jaketnya, “ah...”
“sepertinya, tanganmu terluka”
“tidak, aku hanya sedikit terkilir” Robert tersenyum dan memakaikan jaketnya pada Nanami.
Nanami menatap Robert.
“pakai saja, aku tidak apa-apa”
“terima kasih” Nanami menunduk dan kembali menatap Robert, “bolehkan aku meminta sesuatu padamu?”
Robert menatap Nanami, “apa?”
“aku ingin melihat wajahmu”
Robert memalingkan wajahnya, “kau ingin melihat wajahku agar polisi bisa dengan mudah menangkapku, kan?”
“kau itu kenapa sih? Kau menolongku, tapi tidak percaya padaku” Nanami kesal.
Robert menatap Nanami, “sejak kecil, aku diajarkan ayah untuk tidak mudah percaya pada siapapun. Apa lagi orang asing sepertimu”
“kau juga orang asing bagiku, tapi aku selalu diminta untuk percaya padamu”
“karena aku memang berniat menyelamatkanmu”
Nanami kecewa dan menatap api unggun, “setidaknya, aku tau namamu kan...?”
Robert memalingkan wajahnya, tapi ia kembali menatap Nanami yang mulai sedih. Robert kaget, “kau kenapa?”
“aku ingat kakak, dulu ia meninggal saat musim salju. Kakak tenggelam di danau beku, semua itu terjadi karena kakak ingin menyelamatkanku”
“aku turut berduka”
“kejadian 20 tahun lalu itu, masih menghantuiku sampai saat ini”
“kau harus belajar merelakannya, kakakmu tidak akan tenang jika kau masih seperti ini”
“aku selalu berdo’a pada Tuhan, agar kakak selalu bahagia disana”
“bagus” Robert mengangguk.
“bagaimana denganmu? Ayo cerita”
“aku benar kan? kau bercerita kisah sedih, agar aku masuk ke jebakanmu”
Nanami kesal, “kau menyebalkan, pantas mulutmu selalu di tutup. Itu lebih baik”
“maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mengolok-olok kakakmu” Robert menatap Nanami, “aku tidak begitu ingat masa kecilku. Yang aku tau, sejak kecil aku tidak mengenal sosok ibu. Aku selalu hidup dengan ayah sampai sekarang, aku tidak tau rasanya punya ibu” ia melihat ke arah lain, “ada yang bilang, ibu meninggal saat melahirkanku. Ada juga yang bilang, ibu dibunuh ayah. Aku tidak tau siapa yang benar, sejak kecil aku dibesarkan dengan kehidupan yang keras dan harus rela jika takdirku adalah seorang penjahat” Robert kembali menatap Nanami, “kau puas?”
“apa kau pernah membunuh orang?”
“aku sudah melakukan berbagai macam kejahatan, dan semuanya bersifat profesional. Polisi tidak pernah menemukan bukti apapun”
“kau pernah menyesal?”
Robert menggeleng, “meski awalnya aku tidak mau, tapi ini takdirku”
“apa kau pernah gagal dalam misimu?”
“ya, satu kali”
Nanami menatap Robert.
“misi untuk membunuhmu”
Nanami terdiam dan Robert masih menatapnya, Nanami pun mulai membuka topeng Robert, dan akhhirnya ia mengetahui wajah asli sang pria misterius.
“kenapa kau melakukannya?” Robert masih menatap Nanami.
“e... itu..”
“kenapa? Kau kaget melihat wajahku yang tak sesuai dengan harapanmu?”
“bu...bukan itu...” Nanami menggeleng, “wajahmu terluka” ia menatap khawatir.
“ini hanya luka kecil” Robert mengambil segenggam salju dan mengompres matanya.
“apa alasanmu menghentikan misi ini?”
“aku tidak perlu memberitaumu” Robert cuek.
Nanami semakin menatap Robert, “katakan?!”
Robert kaget melihat Nanami, “eh..., karena aku...” ia menatap Nanami, “karena...” Robert mendekat dan akan mencium Nanami.
Saat mereka semakin dekat,
“Nanami?!” seseorang berteriak dari jauh.
Robert tersadar, “aku harus pergi”
“tapi...?” Nanami kaget, “kenapa kau pergi?.
“tim penyelamat sudah datang” Robert tersenyum, “sampai jumpa” ia pergi.
Nanami bingung, “aku kira...” ia diam karena Robert sudah menghilang, “dasar pria aneh!” Nanami kesal.
“Nanami?” Nagato masuk dengan beberapa regu penyelamat.
“Nagato” Nanami tersenyum.
“kau baik-baik saja, kan? kau tidak terluka?” Nagato begitu panik.
“aku baik-baik saja”
“syukurlah” Nagato memeluk Nanami.
Nanami pun terdiam dan kaget dengan apa yang Nagato lakukan.
Nagato menatap jaket yang Nanami pakai, “ayo kita pergi”
Nanami mengangguk dan Nagato memapahnya.
Besoknya,
Nanami yang keluar dari kamar, kaget melihat Nagato yang sudah duduk di ruang tamu.
“hey” Nagato tersenyum.
“M...Nagato..?” Nanami tau, pasti ada yang tidak beres.
“kamu kok kaget?”
“aku...” Nanami tersenyum, “tidak apa-apa, aku hanya merasa aneh karena kau begitu rajin hari ini”
Nagato tersenyum, “aku rasa, kau tau alasannya”
“apa maksudmu?” Nanami duduk disamping Nagato.
“aku butuh jaketmu”
“jaket?”
“ya, jaket yang kemarin” Nagato ingat, “aku tau itu bukan milikmu, itu milik orang lain kan?”
“apa maksudmu, Nagato? Itu jaket baruku”
“Nanami, jangan bohong. Itu jaket laki-laki dan kau tidak punya selera pada jaket dengan style seperti itu”
Nanami diam.
“aku mohon, berikan jaket itu”
“tidak” Nanami berdiri, “itu milikku dan aku tidak akan memberikannya padamu”
“Nanami” Nagato berdiri dan memegang pundak Nanami, “aku mohon, ini demi kebaikanmu Nanami”
Nanami diam dan mengangguk.
Nagato tersenyum, “terima kasih”
Nanami pun mengambil jaket itu dan memberikannya pada Nagato.
Nagato langsung memeriksa pundak jaket dan terdiam, aneh...? tadi malam aku melihat bercak darah disekitar sini... Nagato menatap Nanami.
Nanami menatap Nagato, “aku sudah mencucinya, aku kira kau tidak tertarik dengan jaket itu...”
Nagato masih menatap Nanami, ia tau jika Nanami sengaja melakukannya untuk menghilangkan jejak sang pria misterius.
“Nagato...?”
Di sebuah rumah sakit,
Robert keluar dari ruang perawatan, ia berjalan sambil terus memikirkan Nanami.
Dia diam saja saat aku akan menciumnya, apa kami punya perasaan yang sama? Aku harus bagaimana? Robert begitu bingung.
“Robert” bos yang datang, menatap Robert
“ayah?” Robert kaget dan terdiam.
“aku menjemputmu, karena aku mendengarmu terluka”
“aku baik-baik saja, ayah”
“aku ingin tau, apa yang terjadi padamu...?” bos berjalan meninggalkan Robert.
Robert yang mengerti maksud dari bos, mengikutinya pergi.
Di  mobil,
“mereka kembali gagal membunuh perempuan itu, padahal mereka mengorbankan nyawa dengan meledakan diri bersama pesawat” bos kesal.
Robert diam.
“tapi jangan cemas, pria misterius itu akan ayah temukan secepatnya”
Robert memaksakan diri untuk tersenyum.
“kau mau kan, membantu ayah membunuh pria itu?” bos tersenyum sambil sedikit meremas pundak Robert yang terluka.
Robert menahan sakit, “tentu ayah”
“bagus” bos begitu senang.
***
Malamnya,
Nanami menatap jaket Robert, ia ingat ada bercak darah di pundak kiri jaket itu.
Syukurlah noda itu langsung hilang saat aku mencucinya, jika tidak... Nagato pasti mengambil sampel dari bercak darah itu untuk menemukan Robert. semoga yang aku lakukan ini benar, Nanami cemas.
Di kantor polisi,
Nagato sedang melamun, ia tidak menyangka jika Nanami begitu menjaga identitas pria misterius itu dari dirinya.
Kenapa Nanami? Apa kau lebih memilih pria itu daripada aku? Aku sudah bertahun-tahun disampingmu dan melindungimu, tapi pria itu baru datang ke kehidupanmu dan dia adalah serang penjahat.
Nagato kesal dan pergi.
Di rumah Nanami,
Nanami berjalan ke arah pintu, “iya sebentar” ia membuka pintunya, “Nagato?”
“Nanami, aku mohon padamu, jangan halangi aku”
“Nagato...?”
“tolong beritau aku, siapa pria itu. Selama ini aku selalu disampingmu, menjagamu. Apa kau tidak merasakannya?”
“aku tau Nagato, aku merasa aman bersamamu. Kau penjaga terbaik bagiku”
“jika kau merasakan itu, percayalah padaku”
Nanami diam.
“aku mohon”
“maafkan aku, Nagato. Tapi aku tidak bisa melakukannya”
“kenapa? Kenapa kau sangat melindunginya? Kau takut jika aku memenjarakannya?”
“dia sudah menyelamatkan nyawaku, Nagato”
“dan kau mencintainya?”
Nanami diam.
“kau selalu bilang, jika tatapan matanya selalu ada di dalam pikiranmu”
Nanami ingat saat melepas topeng Robert, ia juga ingat saat Robert akan menciumnya.
“Nanami, jawab aku. Apa kau mencintainya?”
Nanami menatap Nagato.
“katakan...?”
“ke..kenapa kau menanyakan itu?”
“karena aku mencintaimu” Nagato mencoba menahan perasaannya, “aku selalu mencintaimu, Nanami. Tapi aku tidak pernah melihat cinta di matamu, aku hanya melihat kesedihan dan bayang-bayang kakakmu disana. Sampai suatu hari penjahat itu muncul dan membuatmu berubah, aku takut jika kau mencintainya”
Nanami terdiam menatap Nagato.
“aku mencintaimu, meski kau tidak pernah merasakan itu” mata Nagato memerah dan ia pun pergi.
Nanami sedih melihat Nagato, ia menunduk dan merasa bingung. Robert... seorang penjahat yang tidak pernah bisa ia lupakan, dan Nagato... yang memiliki ketulusan dalam dirinya.
Aku harus bagaimana..?
Besoknya,
Nagato keluar dari rumah dan membuka pintu mobil.
“Nagato”
Nagato menoleh, “Nanami?”
“aku... aku minta maaf”
Nagato bingung, ia mendekati Nanami dan tak bisa bicara.
“aku sudah mengecewakanmu, aku menyesal”
“aku mengerti, kau lebih memilih dia kan?”
Nanami menunduk.
“aku tidak akan memaksamu untuk menyukaiku”
“Nagato”
Nagato menatap Nanami.
“meski dia selalu ada di pikiranku, tapi kau punya tempat tersendiri di hidupku”
Nagato senang.
“nanti malam, aku ingin kau menjadi pasanganku di pesta dansa”
“tentu aku akan melakukannya”
Mereka pun berpelukan.
Nanami semakin bingung disana, dia tidak bisa melupakan Robert. Tapi Nanami tau, jika Nagato adalah orang yang spesial di hatinya.
Aku harus segera memilih diantara mereka, aku tidak boleh membiarkan perasaan ini membebaniku...
Di kamar Robert,
Robert sedang melihat jadwal Nanami di tabletnya, jadi hari ini ada pesta di gedung pinggir kota? Aku harus segera bersiap.
“Robert”
“ah?” Robert menoleh sambil menyimpan tabletnya, “ayah?”
“kenapa kau kaget begitu?”
“tidak” Robert tersenyum, “tidak apa-apa”
“sepertinya lukamu cepat sekali pulihnya”
“ya, aku kan sudah bilang... ini hanya luka kecil”
“benarkah? Coba ku periksa” bos memegang luka Robert dengan keras dan memutar tanganya ke belakang.
“ah...” Robert melemah dan jatuh terduduk, “a..ayah...?”
Bos memukul Robert dengan keras dan Robert pun pingsan.
Bos memang sudah mencurigai Robert sejak lama, ia tau jika selama ini Robert adalah pria misterius yang selalu menggagalkan rencananya.
“beri dia pelajaran, aku tidak suka jika ada penghianat disini”
“siap bos” para anak buah bos, menyeret Robert.
To be Continued
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar