Author : Sherly Holmes
Genre : Romance-Drama, Crime
Cerita
ini adalah fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
Di
sebuah danau beku yang mulai retak,
“Kakak?!”
seorang anak perempuan ketakutan.
“ayo
pegang ini!” kakak Nana menjulurkan sebuah tongkat.
“aku
takut, kak”
“jangan
takut, kakak akan menyelamatkanmu. Ayo pegang ujung tongkatnya, Na”
Anak
kecil itu pun memegang ujung tongkatnya, lalu sang kakak mengayunkan tongkat
tersebut dengan begitu kuat.
“ah...”
anak itu terlempar ke luar danau dan jatuh tergulung, ia segera bangun dan
melihat ke arah kakaknya yang sudah dikelilingi retakan.
Sang
kakak bingung, “Nana...” ia menatap adiknya dengan pasrah.
Brak...
“kakak?!”
Nanami terbangun dari tidurnya, “ya Tuhan...” kejadian 20 tahun yang lalu masih
menghantuinya hingga sekarang.
Telpon
berdering.
“hallo?”
Nanami mengangkatnya.
“Nana,
aku tidak bisa mengantarmu pagi ini. Aku ada tugas, mungkin aku baru bisa
kembali nanti malam”
Nanami
tersenyum, “dengarkan aku, Nagato. Kau tidak usah khawatir, aku sudah dewasa
dan aku bisa menjaga diriku sendiri”
“aku
tau, nona manis. Tapi siapa yang tidak khawatir melihat seorang pewaris
perusahaan terbesar sendirian?”
“kau
menyebalkan, aku akan memukulmu jika kita bertemu nanti” Nanami tertawa.
“ayay...
captain” Nagato tersenyum, “kalau begitu, sampai bertemu nanti”
“ok”
Nanami menutup telponnya.
***
Di
sebuah tempat,
Sesorang
sedang duduk, dan menatap beberapa anak buahnya.
“ada
kabar dari Robert?”
“sebentar
lagi tuan muda akan segera kembali, Bos”
“bagus”
Seorang
pria, masuk ke ruangan itu.
“Robert”
bos tersenyum.
Robert
menatap bos, “apa tugasku malam ini?” Robert duduk.
“ayah
ingin, kau membunuh seseorang. Dia adalah pemilik perusahaan Asgard. Tapi kau
harus berhati-hati, karena dia selalu dijaga oleh orang-orang profesional”
Robert
tersenyum, “itu mudah, ayah”
“itu
baru anakku” bos tertawa.
Malamnya,
Nanami
sedang berada di sebuah pesta yang digelar oleh koleganya.
“selamat
menikmati hidangannya, nona Nanami”
“terima
kasih” Nanami tersenyum dan mengambil segelas minuman, ia terus menatap ke
setiap tempat lewat balkon.
Robert
yang ada di bawah, menatap Nanami dari jauh. Perempuan itu... sepertinya dia sendirian malam ini...
Waktu
menunjukan pukul delapan malam, namun Nagato belum juga muncul.
“dia
kemana sih? Katanya jam tujuh sudah ada disini” Nanami kesal dan berjalan ke
tangga.
Saat
turun,
Seorang
laki-laki tiba-tiba mendekat ke arah Nanami dan memeluknya, lalu dengan cepat
ia menarik Nanami ke belakang.
“ah...”
Nanami kaget.
“diam!”
Robert yang memegang pisau, menatap Nanami.
Nanami
kaget dan menatap Robert, namun ia tidak bisa mengetahui wajahnya karena Robert
sudah memakai topeng.
Robert
mendekatkan pisaunya ke perut Nanami.
“a...aapa
maumu?” Nanami berusaha tenang meski ia begitu panik.
“diam...!”
“apa
salahku? Ke...napa kau ingin membunuhku?”
“aku
bilang, diam! Jika kau bicara lagi, aku akan menusukan pisau ini”
Robertberbisik.
Nanami
diam dan mereka saling tatap.
Robert
tiba-tiba diam.
“kenapa
diam? Tusuk aku sekarang” Nanami masih menatap Robert.
Robert
mulai ragu.
Di
luar,
Nagato
baru tiba, ia merasakan firasat buruk dan masuk ke gedung sambil memegang
pistolnya. Namun ia menyembunyikan pistol itu dibalik kemejanya.
Nagato
terus berjalan, ia menatap semua orang yang ada disana. Namun Nagato sama
sekali tidak menemukan Nanami.
“gawat?!”
Nagato berlari ke balik dinding yang ada di belakang.
Disana,
Nanami
sedang terdiam.
“Nanami?”
Nagato mendekat.
“Nagato?”
Nanami senang melihat Nagato.
“kau
baik-baik saja, kan? Apa yang terjadi?”
“seseorang
hampir membunuhku”
“apa?”
Nagato kaget, “apa kau ingat wajah orang itu?”
“tidak,
dia memakai pemutup wajah”
“sial”
Nagato kesal.
“tapi
aku ingat tatapan matanya, karena penutup wajah itu hanya setengah”
“jadi
yang tertutup di bagian hidung ke bawah?”
“ya”
“kau
tenang saja, kita bisa cek meskipun hanya lewat matanya”
“benarkah?”
“ya,
besok aku akan membawa berkas rahasia”
“tapi
kau akan mengantarku dulu kan?”
“tentu”
Pagi
itu,
Nanami
meletakan bunga-bungan ke danau dan bunga pun terbawa arus air.
Nagato
hanya diam melihat itu, ia menunggu sampai Nanami puas disana.
“aku
sayang padamu, kak. Aku janji akan kembali lagi kemari”
Nagato
mendekat, “ayo”
Nanami
mengangguk.
Di
mobil,
“jadi
kau belum merelakannya?” Nagato yang menyetir, melihat ke arah Nanami.
“konsentrasi”
“tenang
saja” Nagato tersenyum, “kau belum menjawab pertanyaanku”
“itu
sudah lama terjadi, mungkin kakak meninggal karena salahku”
“kenapa
kau bicara begitu?”
“saat
itu kakak mengajakku main sky, tapi aku malah ingin esketing. Jadi kami bermain
di atas danau itu” Nanami sedih.
Nagato
ikut sedih, “Nanami...” ia menyesal menanyakan itu.
“kakak
jatuh ke danau dan ia meninggal karena membeku, aku tidak bisa berbuat apa-apa”
“maafkan
aku”
“kenapa
kau minta maaf?” Nanami menatap Nagato.
“karena
aku membuatmu sedih”
“tidak
apa-apa, itu memang takdir Tuhan”
“ya,
dan sekarang kau berubah menjadi wanita yang mandiri dan cerdas”
Nanami
tersenyum, “jadi kau memujiku?”
“begitulah”
“bagaimana
denganmu?”
Nagato
menatap Nanami.
“selama
ini kau tau segalanya tentang aku, tapi aku sama sekali tidak mengetahui
tentangmu”
“aku
tidak ingat apa yang terjadi, aku hanya ingat...” Nagato diam, “saat itu aku di
panti asuhan dan ayah mengadopsiku, aku tidak tau pasti kenapa aku disana.
Mungkin aku korban dari kejahatan atau aku tersesat sehingga terpisah dari
orang tua asliku” ia tersenyum, “sejak saat itu aku ingin menjadi pahlawan yang
membantu banyak orang”
“maaf
juga membuatmu sedih, tapi motivasimu keren” Nanami tersenyum.
“ya,
kenyataannya kita tidak boleh selalu menganggap masalamu buruk sebagai
ketakutan kan? tapi kita harus membuatnya menjadi kekuatan agar kita lebih baik
lagi”
“setuju”
Mereka
tersenyum dan saling tatap.
***
Di
sebuah tempat,
Robert
diam, apa-apaan ini? Kenapa wajah
perempuan itu terus ada di kepalaku? Nanami... tatapannya... ia resah, apa aku mencintainya? Tapi kami baru saja
bertemu, sial!!!
Robert
kesal, untuk pertama kalinya ia gagal menjalankan misi.
“Robert”
bos masuk.
“ayah?”
“ku
dengar, kau gagal membunuh perempuan itu”
“maafkan
aku, ayah”
“apa
yang terjadi? Apa dia dijaga ketat? Apa kau butuh beberapa anak buah untuk
menjalankan misi ini?”
“maafkan
aku, ayah. Itu 100% salahku”
“tidak
mungkin, kau itu anak ayah. Kau itu profesional, nak”
“sungguh,
ayah. Sepertinya tadi malam, aku terlalu mabuk”
“baiklah
kalau begitu” bos agak aneh dengan sikap Robert, “ayah akan menyuruh orang lain
untuk melakukan misi ini” bos pun pergi.
Robert
kaget, aku harus melindungi perempuan
itu...
Di
rumah Nanami,
“kau
yakin, tidak ada satupun orang di berkas ini?”
“Nagato,
meski aku hanya melihat mata orang itu, tapi aku sangat mengingatnya. Aku tau,
dia tidak ada di daftar orang-orang itu”
“ya
sudah kalau begitu” Nagato agak kecewa.
“maafkan
aku, tapi dia memang tidak ada”
“aku
mengerti, aku akan cari berkas lain” Nagato pergi.
Nanami
diam, kenapa aku terus mengingat tatapan
orang itu? Tatapan tajamnya hampir membuat jantungku terhenti, apa aku
mencintainya? Tapi dia penjahat yang ingin membunuhku, aku tidak boleh menyukai
orang seperti itu.
Malamnya,
Nanami
menaiki tangga dan masuk ke kamarnya, tapi...
“arght!!!”
“diam!”
Robert menutup mulut Nanami.
“em...
emh...”
“jangan
berteriak!” Robert berbisik.
Nanami
yang kesal, menggigit tangan Robert.
“aw...”
Robert merasa sakit dan melepaskan Nanami.
Nanami
berlari ke luar kamar.
“sial!”
Robert kesal.
Di
bawah,
Nanami
yang menuruni tangga, terdiam. Beberapa orang sudah ada dihadapannya lengkap
dengan senjata.
Robert
melompat kesana.
Mereka
kaget.
Super hero landing? Nanami menatap Robert.
Robert
menatap mereka dan mengeluarkan pisau, “hadapi aku”
“rupannya
dia cari mati, serang!!!”
Mereka
pun berkelahi.
Nanami
panik dan berlari ke bawah tangga, ia terduduk lemas dan begitu cemas. Apa aku akan mati sekarang?
***
“Nanami,
Nanami?”
Nanami
membuka matanya, “Nagato?”
“kau
baik-baik saja?”
“i..iya...”
“syukurlah”
tapi Nagato terdiam menatap tangan Nanami.
Nanami
merasa aneh dan menatap tanganya, ia kaget. Sebuah pisau ada di genggamannya,
“Nagato...”
“mereka
tewas, apa kau yang membunuhnya?”
“ti..tidak...,
itu...”
“berikan
padaku, aku akan memeriksa sidik jarinya”
Nanami
yang bingung, memberikan pisaunya.
“apa
kau mau ku antar ke dokter?”
“tidak
perlu, Nagato. Aku baik-baik saja”
“baiklah,
tapi kusarankan agar kau liburan”
“mungkin
akan ku pikirkan”
“ayo”
Nagato membantu Nanami berdiri.
Sore
itu,
Nagato
masih memeriksa hasil sidik jari di pisau yang Nanami berikan di ruangannya,
namun disana hanya ada sidik jari Nanami.
“sial,
ternyata orang itu pintar juga. Aku harus berhati-hati, bisa saja dia
merencanakan sesuatu kepada Nanami” Nagato kesal, “aku tidak boleh tinggal
diam!”
Di
luar,
Nanami
yang duduk di sofa, mengingat kejadian tadi malam.
Laki-laki misterius itu menolongku, apa dia tidak
terluka? Ia melawan 5 orang bersenjata demi aku, tapi aku malah memberikan
pisau itu pada Nagato. Bagaimana jika sidik jarinya terlihat? Bagaimana jika
pria itu dipenjara? Ya Tuhan... kenapa aku tidak rela?
Nanami
ingat, gerakan laki-laki itu begitu lincah dan berani menyerang mereka dengan
cepat. Nanami yang takut pun berlari ke bawah tangga untuk sembunyi dan
beberapa menit kemudian, laki-laki itu mendekat dengan bercak darah yang
menodai topengnya. Nanami menatap laki-laki itu, begitupun sebaliknya. Lalu ia
memberikan pisaunya pada Nanami yang lemas.
“Nanami?”
“ah...”
Nanami tersadar, “Nagato?”
“ada
apa?”
“tidak,
tidak apa-apa. Aku hanya...”
“kau
ingat, apa yang terjadi tadi malam?”
“a...aku...”
Nanami menatap Nagato, “tidak” ia tersenyum dan berharap Nagato tidak curiga.
“baiklah”
Nagato duduk disamping Nanami.
“ada
apa? Kau terlihat kesal”
“aku
tidak menemukan sidik jari orang itu, hanya ada sidik jarimu disana”
“jadi,
aku akan dipenjara?”
“tentu
tidak, aku yang menjaminmu. Lagi pula, kau tidak mungkin melakukan itu. Aku
rasa, kau dijebak”
“aku
dijebak?”
“ya...,
ada pihak yang ingin menghancurkanmu”
Nanami
terdiam, apa laki-laki itu jahat? Aku
kira, dia benar-benar ingin menolongku. Aku tidak boleh terbawa perasaan, dia
memang seorang penjahat.
“Nanami,
kau kenapa?”
“ah,
aku? Tidak” Nanami tersenyum lagi.
“akhir-akhir
ini, kau aneh sekali. Semoga kau tidak menutupi sesuatu dariku”
“a..apa?”
Nanami kaget, “tentu saja tidak” Nanami berusaha agar Nagato tidak curiga.
“lebih
baik, kau liburan. Aku takut kamu stres, Nanami”
“tidak
usah mencemaskan aku” Nanami tersenyum, “aku baik-baik saja kok”
“ya,
aku percaya kalau kau perempuan yang tangguh. Tapi liburan itu penting juga
lho”
Malamnya,
Robert
bercermin di kamar, ia menatap dirinya.
Aku mencintai wanita itu, aku tidak bisa melupakannya. Ia menunduk, aku harus bagaimana?
“Robert”
bos masuk.
“ayah?”
Robert menoleh.
“kami
gagal lagi”
“a...
gagal...?” Robert kaget.
“mereka
bilang, ada laki-laki ninja yang melindunginya”
“ninja?”
Robert tersenyum.
“aku
serius” bos menatap Robert, “apa kau tau laki-laki ninja itu?”
“t..tidak
ayah, saat aku bertemu dengan perempuan itu... aku tidak pernah melihat ninja”
Bos
masih menatap Robert.
“aku
serius ayah, lagi pula aku tidak mempelajari tentang ninja. Aku kan bisanya
wing chun”
“kenapa
kau bicara seperti itu? Seolah-olah, aku menuduhmu sebagai ninja itu”
Robert
terdiam.
“kau
aneh akhir-akhir ini, Robert” bos tersenyum.
“ah?”
Robert pun tertawa.
“laki-laki
ninja itu, pasti akan ku tangkap” bos pergi.
Robert
agak cemas, mereka pasti akan melakukan
hal yang lebih parah dari sebelumnya. Aku harus bersiap!
***
Di
pesawat,
Nanami
menatap jendela, “Nagato begitu bersikeras menyuruhku pergi pagi ini”
Seorang
pramugari mendekat, “nona”
“ya?”
Nanami tersenyum.
“ini
sarapan anda”
“terima
kasih”
“jangan
terlalu sering melihat ke jendela, nanti anda pusing”
“aku
mengerti” Nanami tersenyum.
“mbak”
seseorang memanggil pamugari itu.
“iya,
tuan” pramugari tersenyum, “permisi ya, mbak”
“silahkan”
Nanami tersenyum.
Pramugari
pun mendekati pria itu, “ada yang bisa saya bantu, tuan...?”
“Robert,
namaku Robert”
“ya,
tuan Robert?”
“apa
dia Nanami?”
“ya,
pemilik Asgard Industries. Semua orang tau itu, dia salah satu perempuan
terkaya di negaranya”
“terima
kasih”
“apa
hanya itu saja, tuan?”
“aku
ingin kopi hitam”
“apa
ada yag lain?”
“tidak”
“baik,
tunggu sebentar ya...” pramugari itu pergi.
Robert
terus menatap Nanami yang berjarak ada dua kursi di depannya.
Apa aku harus melakukan ini? Apa dengan
selalu menjaganya, aku bisa mendapatkan cintanya? Aku harus melawan ayahku
sendiri demi dia, apa aku sudah menjadi bodoh?
Guncangan
mulai terasa.
“ah...”
para penumpang, panik.
“tenang-tenang,
ini hanya turbulensi” pramugari itu kembali dengan secangkir kopi untuk Robert,
tapi saat ia mendekati tempat Robert. Pramugari itu kaget, Robert tidak ada
disana.
Guncangan
semakin kencang dan melebihi biasanya.
“apa
yang terjadi?” Nanami berdiri dan menatap pramugari itu.
“nona,
tolong duduk”
“aku
tau, aku punya jet pribadi”
“mohon
tenang, nona” pramugari mulai panik dengan kecemasan Nanami.
Dan
ledakan pun mulai terdengar.
“baling-baling
kanan hancur!” pilot panik.
Semua
orang yang ada disana semakin panik dan pesawat pun oleng, posisi pesawat
semakin berat ke kiri dan jatuh.
“kita
akan jatuh dari ketinggian!” orang-orang makin panik.
“tolong
semuanya memakai sabuk pengaman” pramugari mencoba untuk tegar agar yang lain
tenang, “pilot akan berusaha mendarat di perairan terdekat”
Oksigen
sudah keluar dan lampu darurat menyala.
Nanami
terdiam, apa aku akan mati? Ia
mengambil oksigen itu dan mau memasangnya.
Tapi
pesawat meledak.
Nanami
terlempar, ia terdiam. Semuanya akan
berakhir? Aku akan jatuh dari ketinggian ini...
Seseorang
yang memakai gantole, menangkap Nanami.
Nanami
kaget, laki-laki ini? Ia tau, Robert
kembali datang untuk menolongnya.
Robert
terus memegang Nanami agar tak jatuh, “bertahanlah, kita berada di daerah
bersalju. Mungkin anginnya tidak akan bersahabat dengan pakaianmu”
Nanami
hanya diam di pelukan Robert, kenapa aku
merasa nyaman? Kenapa aku begitu merasa tenang disampingnya?
“sial!”
Robert kesal.
Angin
yang kuat dan tak beraturan, membuat gantole Robert rusak dan mereka jatuh.
“tetap
diam dan jangan panik” Robert terus memeluk Nanami, “aku akan melindungimu”
Mereka
jatuh ke salju dan terguling ke dekat sebuah gua.
“kau
baik-baik saja?” Robert menatap Nanami.
“ih..!”
Nanami memukul kepala Robert.
“aw”
Robert terbentur ke dinding batu.
Nanami
tersadar jika pukulannya terlalu kencang, “maafkan aku”
Robert
kembali menatap Nanami, “aku baru saja menolongmu, kenapa kau malah memukulku?”
“karena
kau terlalu dekat denganku, kita kan sudah selamat?!”
“kita
baru saja jatuh, mana mungkin aku langsung meleaskanmu?” Robert melepaskan
Nanami dan duduk, “ah...” ia memegang lengannya.
“kau
terluka?” Nanami khawatir.
“satu-satunya
lukaku ada di wajah, dan kau yang membuatnya”
“aku
kan sudah minta maaf”
“ayo
masuk ke gua, sepertinya kau kedinginan”
Nanami
mengangguk.
“aku
akan membuatkan api unggun” Robert mmengambil beberapa ranting.
Mereka
pun masuk dan duduk.
Nanami
menatap Robert yang sedang menyalakan api, “apa kau sudah mengetahui hal ini?”
“apa
maksudmu?”
“kau
adalah orang yang ingin membunuhku, kan? Tapi kenapa kau selalu datang untuk
menolongku akhir-akhir ini? Seolah-olah, kau mengetahui setiap bahaya yang akan
datang padaku”
“aku
memang mengetahuinya” Robert yang berhasil membuat api, menatap Nanami.
“ja..jadi
kau...?”
“aku
tidak ingin bicara banyak, karena kau sedang memancingku dan aku tau kalau kau
ingin memenjarakanku”
“kenapa
kau berpikir seperti itu?”
“karena
aku bagian dari mereka, orang-orang jahat itu”
“kau
menyelamatkanku dua kali, mana mungkin aku memenjarakanmu?”
Robert
diam.
Nanami
mendekati api unggul karena cuaca semakin dingin.
“jangan
cemas, orang-orang yang menolongmu akan segera datang. aku sudah membuat pesan
sebelum pesawat meledak”
“bagaimana
denganmu?”
“aku
akan pergi sebelum mereka tiba” Robert membuka jaketnya, “ah...”
“sepertinya,
tanganmu terluka”
“tidak,
aku hanya sedikit terkilir” Robert tersenyum dan memakaikan jaketnya pada
Nanami.
Nanami
menatap Robert.
“pakai
saja, aku tidak apa-apa”
“terima
kasih” Nanami menunduk dan kembali menatap Robert, “bolehkan aku meminta
sesuatu padamu?”
Robert
menatap Nanami, “apa?”
“aku
ingin melihat wajahmu”
Robert
memalingkan wajahnya, “kau ingin melihat wajahku agar polisi bisa dengan mudah
menangkapku, kan?”
“kau
itu kenapa sih? Kau menolongku, tapi tidak percaya padaku” Nanami kesal.
Robert
menatap Nanami, “sejak kecil, aku diajarkan ayah untuk tidak mudah percaya pada
siapapun. Apa lagi orang asing sepertimu”
“kau
juga orang asing bagiku, tapi aku selalu diminta untuk percaya padamu”
“karena
aku memang berniat menyelamatkanmu”
Nanami
kecewa dan menatap api unggun, “setidaknya, aku tau namamu kan...?”
Robert
memalingkan wajahnya, tapi ia kembali menatap Nanami yang mulai sedih. Robert
kaget, “kau kenapa?”
“aku
ingat kakak, dulu ia meninggal saat musim salju. Kakak tenggelam di danau beku,
semua itu terjadi karena kakak ingin menyelamatkanku”
“aku
turut berduka”
“kejadian
20 tahun lalu itu, masih menghantuiku sampai saat ini”
“kau
harus belajar merelakannya, kakakmu tidak akan tenang jika kau masih seperti
ini”
“aku
selalu berdo’a pada Tuhan, agar kakak selalu bahagia disana”
“bagus”
Robert mengangguk.
“bagaimana
denganmu? Ayo cerita”
“aku
benar kan? kau bercerita kisah sedih, agar aku masuk ke jebakanmu”
Nanami
kesal, “kau menyebalkan, pantas mulutmu selalu di tutup. Itu lebih baik”
“maafkan
aku, aku tidak bermaksud untuk mengolok-olok kakakmu” Robert menatap Nanami,
“aku tidak begitu ingat masa kecilku. Yang aku tau, sejak kecil aku tidak
mengenal sosok ibu. Aku selalu hidup dengan ayah sampai sekarang, aku tidak tau
rasanya punya ibu” ia melihat ke arah lain, “ada yang bilang, ibu meninggal
saat melahirkanku. Ada juga yang bilang, ibu dibunuh ayah. Aku tidak tau siapa
yang benar, sejak kecil aku dibesarkan dengan kehidupan yang keras dan harus
rela jika takdirku adalah seorang penjahat” Robert kembali menatap Nanami, “kau
puas?”
“apa
kau pernah membunuh orang?”
“aku
sudah melakukan berbagai macam kejahatan, dan semuanya bersifat profesional.
Polisi tidak pernah menemukan bukti apapun”
“kau
pernah menyesal?”
Robert
menggeleng, “meski awalnya aku tidak mau, tapi ini takdirku”
“apa
kau pernah gagal dalam misimu?”
“ya,
satu kali”
Nanami
menatap Robert.
“misi
untuk membunuhmu”
Nanami
terdiam dan Robert masih menatapnya, Nanami pun mulai membuka topeng Robert,
dan akhhirnya ia mengetahui wajah asli sang pria misterius.
“kenapa
kau melakukannya?” Robert masih menatap Nanami.
“e...
itu..”
“kenapa?
Kau kaget melihat wajahku yang tak sesuai dengan harapanmu?”
“bu...bukan
itu...” Nanami menggeleng, “wajahmu terluka” ia menatap khawatir.
“ini
hanya luka kecil” Robert mengambil segenggam salju dan mengompres matanya.
“apa
alasanmu menghentikan misi ini?”
“aku
tidak perlu memberitaumu” Robert cuek.
Nanami
semakin menatap Robert, “katakan?!”
Robert
kaget melihat Nanami, “eh..., karena aku...” ia menatap Nanami, “karena...”
Robert mendekat dan akan mencium Nanami.
Saat
mereka semakin dekat,
“Nanami?!”
seseorang berteriak dari jauh.
Robert
tersadar, “aku harus pergi”
“tapi...?”
Nanami kaget, “kenapa kau pergi?.
“tim
penyelamat sudah datang” Robert tersenyum, “sampai jumpa” ia pergi.
Nanami
bingung, “aku kira...” ia diam karena Robert sudah menghilang, “dasar pria
aneh!” Nanami kesal.
“Nanami?”
Nagato masuk dengan beberapa regu penyelamat.
“Nagato”
Nanami tersenyum.
“kau
baik-baik saja, kan? kau tidak terluka?” Nagato begitu panik.
“aku
baik-baik saja”
“syukurlah”
Nagato memeluk Nanami.
Nanami
pun terdiam dan kaget dengan apa yang Nagato lakukan.
Nagato
menatap jaket yang Nanami pakai, “ayo kita pergi”
Nanami
mengangguk dan Nagato memapahnya.
Besoknya,
Nanami
yang keluar dari kamar, kaget melihat Nagato yang sudah duduk di ruang tamu.
“hey”
Nagato tersenyum.
“M...Nagato..?”
Nanami tau, pasti ada yang tidak beres.
“kamu
kok kaget?”
“aku...”
Nanami tersenyum, “tidak apa-apa, aku hanya merasa aneh karena kau begitu rajin
hari ini”
Nagato
tersenyum, “aku rasa, kau tau alasannya”
“apa
maksudmu?” Nanami duduk disamping Nagato.
“aku
butuh jaketmu”
“jaket?”
“ya,
jaket yang kemarin” Nagato ingat, “aku tau itu bukan milikmu, itu milik orang
lain kan?”
“apa
maksudmu, Nagato? Itu jaket baruku”
“Nanami,
jangan bohong. Itu jaket laki-laki dan kau tidak punya selera pada jaket dengan
style seperti itu”
Nanami
diam.
“aku
mohon, berikan jaket itu”
“tidak”
Nanami berdiri, “itu milikku dan aku tidak akan memberikannya padamu”
“Nanami”
Nagato berdiri dan memegang pundak Nanami, “aku mohon, ini demi kebaikanmu
Nanami”
Nanami
diam dan mengangguk.
Nagato
tersenyum, “terima kasih”
Nanami
pun mengambil jaket itu dan memberikannya pada Nagato.
Nagato
langsung memeriksa pundak jaket dan terdiam, aneh...? tadi malam aku melihat bercak darah disekitar sini...
Nagato menatap Nanami.
Nanami
menatap Nagato, “aku sudah mencucinya, aku kira kau tidak tertarik dengan jaket
itu...”
Nagato
masih menatap Nanami, ia tau jika Nanami sengaja melakukannya untuk
menghilangkan jejak sang pria misterius.
“Nagato...?”
Di
sebuah rumah sakit,
Robert
keluar dari ruang perawatan, ia berjalan sambil terus memikirkan Nanami.
Dia diam saja saat aku akan menciumnya, apa kami
punya perasaan yang sama? Aku harus bagaimana? Robert begitu bingung.
“Robert”
bos yang datang, menatap Robert
“ayah?”
Robert kaget dan terdiam.
“aku
menjemputmu, karena aku mendengarmu terluka”
“aku
baik-baik saja, ayah”
“aku
ingin tau, apa yang terjadi padamu...?” bos berjalan meninggalkan Robert.
Robert
yang mengerti maksud dari bos, mengikutinya pergi.
Di mobil,
“mereka
kembali gagal membunuh perempuan itu, padahal mereka mengorbankan nyawa dengan
meledakan diri bersama pesawat” bos kesal.
Robert
diam.
“tapi
jangan cemas, pria misterius itu akan ayah temukan secepatnya”
Robert
memaksakan diri untuk tersenyum.
“kau
mau kan, membantu ayah membunuh pria itu?” bos tersenyum sambil sedikit meremas
pundak Robert yang terluka.
Robert
menahan sakit, “tentu ayah”
“bagus”
bos begitu senang.
***
Malamnya,
Nanami
menatap jaket Robert, ia ingat ada bercak darah di pundak kiri jaket itu.
Syukurlah noda itu langsung hilang saat aku
mencucinya, jika tidak... Nagato pasti mengambil sampel dari bercak darah itu
untuk menemukan Robert. semoga yang aku lakukan ini benar, Nanami cemas.
Di
kantor polisi,
Nagato
sedang melamun, ia tidak menyangka jika Nanami begitu menjaga identitas pria
misterius itu dari dirinya.
Kenapa Nanami? Apa kau lebih memilih pria itu
daripada aku? Aku sudah bertahun-tahun disampingmu dan melindungimu, tapi pria
itu baru datang ke kehidupanmu dan dia adalah serang penjahat.
Nagato
kesal dan pergi.
Di
rumah Nanami,
Nanami
berjalan ke arah pintu, “iya sebentar” ia membuka pintunya, “Nagato?”
“Nanami,
aku mohon padamu, jangan halangi aku”
“Nagato...?”
“tolong
beritau aku, siapa pria itu. Selama ini aku selalu disampingmu, menjagamu. Apa
kau tidak merasakannya?”
“aku
tau Nagato, aku merasa aman bersamamu. Kau penjaga terbaik bagiku”
“jika
kau merasakan itu, percayalah padaku”
Nanami
diam.
“aku
mohon”
“maafkan
aku, Nagato. Tapi aku tidak bisa melakukannya”
“kenapa?
Kenapa kau sangat melindunginya? Kau takut jika aku memenjarakannya?”
“dia
sudah menyelamatkan nyawaku, Nagato”
“dan
kau mencintainya?”
Nanami
diam.
“kau
selalu bilang, jika tatapan matanya selalu ada di dalam pikiranmu”
Nanami
ingat saat melepas topeng Robert, ia juga ingat saat Robert akan menciumnya.
“Nanami,
jawab aku. Apa kau mencintainya?”
Nanami
menatap Nagato.
“katakan...?”
“ke..kenapa
kau menanyakan itu?”
“karena
aku mencintaimu” Nagato mencoba menahan perasaannya, “aku selalu mencintaimu,
Nanami. Tapi aku tidak pernah melihat cinta di matamu, aku hanya melihat
kesedihan dan bayang-bayang kakakmu disana. Sampai suatu hari penjahat itu muncul
dan membuatmu berubah, aku takut jika kau mencintainya”
Nanami
terdiam menatap Nagato.
“aku
mencintaimu, meski kau tidak pernah merasakan itu” mata Nagato memerah dan ia
pun pergi.
Nanami
sedih melihat Nagato, ia menunduk dan merasa bingung. Robert... seorang
penjahat yang tidak pernah bisa ia lupakan, dan Nagato... yang memiliki
ketulusan dalam dirinya.
Aku harus bagaimana..?
Besoknya,
Nagato
keluar dari rumah dan membuka pintu mobil.
“Nagato”
Nagato
menoleh, “Nanami?”
“aku...
aku minta maaf”
Nagato
bingung, ia mendekati Nanami dan tak bisa bicara.
“aku
sudah mengecewakanmu, aku menyesal”
“aku
mengerti, kau lebih memilih dia kan?”
Nanami
menunduk.
“aku
tidak akan memaksamu untuk menyukaiku”
“Nagato”
Nagato
menatap Nanami.
“meski
dia selalu ada di pikiranku, tapi kau punya tempat tersendiri di hidupku”
Nagato
senang.
“nanti
malam, aku ingin kau menjadi pasanganku di pesta dansa”
“tentu
aku akan melakukannya”
Mereka
pun berpelukan.
Nanami
semakin bingung disana, dia tidak bisa melupakan Robert. Tapi Nanami tau, jika
Nagato adalah orang yang spesial di hatinya.
Aku harus segera memilih diantara mereka, aku
tidak boleh membiarkan perasaan ini membebaniku...
Di
kamar Robert,
Robert
sedang melihat jadwal Nanami di tabletnya, jadi
hari ini ada pesta di gedung pinggir kota? Aku harus segera bersiap.
“Robert”
“ah?”
Robert menoleh sambil menyimpan tabletnya, “ayah?”
“kenapa
kau kaget begitu?”
“tidak”
Robert tersenyum, “tidak apa-apa”
“sepertinya
lukamu cepat sekali pulihnya”
“ya,
aku kan sudah bilang... ini hanya luka kecil”
“benarkah?
Coba ku periksa” bos memegang luka Robert dengan keras dan memutar tanganya ke
belakang.
“ah...”
Robert melemah dan jatuh terduduk, “a..ayah...?”
Bos
memukul Robert dengan keras dan Robert pun pingsan.
Bos
memang sudah mencurigai Robert sejak lama, ia tau jika selama ini Robert adalah
pria misterius yang selalu menggagalkan rencananya.
“beri
dia pelajaran, aku tidak suka jika ada penghianat disini”
“siap
bos” para anak buah bos, menyeret Robert.
To be Continued
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang
menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar