Author : Sherly Holmes
Genre : School-life, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya
untuk hiburan semata.
Di cerita ini belum ada karakter Robert
Hari ini, aku mulai masuk SMA. Orang
tuaku memintaku untuk masuk ke sekolah kejuruan, meskipun aku ingin masuk ke
sekolah umum. Ya, aku menuruti keinginan ibuku sajalah. Alasannya sih karena
keluargaku khususnya dari ibu, sekolah disana.
Sehingga sekarang, aku berpisah
dengan Amel. Karena dia masuk sekolah umum. Yah… aku sekarang harus berjuang
sendirian.
Namun hari itu, aku juga mendapatkan
duka. Kakek, satu-satunya orang yang dapat aku rasakan kasih sayangnya,
meninggal. Selama ini bagiku, kakek adalah orang yang hebat dan penyayang.
Bagiku, kakek adalah ayah terhebat sepanjang masa. Dan sekarang, panutan itu
telah tiada, meninggalkanku selama-lamanya.
***
Di awal sekolah, kami masih belajar
pelajaran umum dan di tahun berikutnya. Pelajaran khusus pun bermunculan.
Suatu hari,
Seorang pria paruh baya, masuk ke
kelas. Dia memperkenalkan dirinya. Namanya adalah Ringo Stars dan beliau
meminta kami untuk memperkenalkan diri juga.
Namun saat aku memperkenalkan diri,
pak Ringo tersenyum.
“kamu pasti cucunya pak Albert kan?”
Aku kaget, kenapa dia tau?
“dulu, pak Albert adalah guru bapak
disini. Dan nenekmu, dia sekelas dengan bapak”
Aku tersenyum.
Setelah kejadian itu,
Aku pun mulai dekat dengan pak
Ringo, ya… dia begitu baik. Tapi aku sebenarnya agak malu dan sedikit canggung
padanya. Namun aku tau, lagi-lagi ini bukan perasaan cinta. Tapi rasa rinduku
pada kakek yang telah tiada, jadi aku menganggapnya kakek meskipun mungkin dia
tidak begitu.
Ya, pak Ringo memang sangat
memperhatikanku. Baik di kelas ataupun di luar kelas. Mungkin saja karena aku
cucu dari temannya, dia menganggapku cucu juga. Hihi…
***
Saat Valentine day, aku pernah
memberi pak Ringo coklat. Dengan rasa takut dan malu, aku memberikan coklat itu
sambil menunduk. Dia menerimanya, tapi ada perkataan aneh yang membuat aku
sadar jika dia sudah berumur dan tidak baik untuk makan makanan seperti itu
berlebihan. Apa lagi dia seorang pria yang patuh dalam agamanya, dan agama kami
memang melarang memberikan hadiah coklat di hari kasih sayang.
Setelah kejadian itu, aku jadi agak
malu dan berfikir. Hadiah apa yang pantas untuk aku berikan pada pak Ringo yang
begitu baik dan perhatian itu? Akhirnya aku pun merubah hadiah yang aku
berikan, aku selalu menyisihkan uang jajanku untuk membeli permen import.
Permen itu berasa alami dan menyegarkan di mulut, aku yakin jika pak Ringo
menyukai itu.
Namun sayangnya, kedekatan kami
lagi-lagi terganggu karena seseorang mengira jika aku menyukai pak Ringo. Ya
Tuhan… mana mungkin aku menyukai orang tua yang harusnya jadi kakekku?
Riefni, seorang perempuan yang
lumayan pintar karena jago bicara di sekolah ini memang orang yang semena-mena
terhadap orang lain. Sebenarnya aku tidak terlalu mempermasalahkan itu, hanya
saja jika dia membuat masalah denganku. Aku tidak boleh tinggal diam.
Hari itu,
Hari pertama aku berdandan, aku
berharap dandananku tidak jelek. Namun saat sampai di kelas, teman-teman
menatapku aneh.
“ya ampun Ta, dandanan kamu gak
rata”
“aduh, gimana dong?” aku panic.
“cie Cinta, pasti karena pak Ringo
nyuruh kita dandan terus kamu dandan mendadak di hari pelajarannya”
Hatiku sedikit sakit, ini gak ada
hubungannya dengan pak Ringo. Ini benar-benar keinginanku untuk berdandan,
karena aku merasa sudah besar dan wajar memakainya. Apalagi ini memang bedak
pemberian ibu, aku sama sekali tidak merencanakannya.
“sini, biar aku bantuin” temanku
yang suka aku panggil kakak, mengajakku ke toilet.
Akhirnya temanku yang baik
membantuku meratakan bedak di wajahku, dan setelah kejadian itu. Aku sadar, ada
yang tidak suka dengan kedekatan kami.
Aku pun mencoba bertanya pada ketiga
teman dekatku tentang kedekatanku dengan pak Ringo.
Mereka bilang, sikapku selalu lucu
jika berhadapan dengan pak Ringo. Mungkin karena gerogi atau semacamnya. Tapi
mereka juga mengerti kok, itu bukan cinta. Tapi lebih ke kasih sayang yang
tulus karena pak Ringo begitu baik. Syukurlah kalau begitu.
Dan mereka bilang, mungkin anak itu
hanya iri karena pak Ringo baik padaku. Seperti yang diketahui, di kelas, pak
Ringo suka bercanda dan membuatku panik karena kepolosanku sendiri. Jadi dia
gak suka deh liat hal sepeti itu dan bilang jika aku ada apa-apa dengan pak
Ringo.
Setelah kejadian itu,
Aku berusaha menjaga jarak agar
tidak dicurigai orang lain, namun hadiahku selalu aku berikan pada pak Ringo
secara diam-diam agar orang lain tidak mengetahuinya.
***
Namun suatu hari,
Ayahku ketahuan selingkuh dengan
tetangga kami, satu komplek mengetahui itu dan hal tersebut membuat jiwa ibuku
terguncang.
Aku dan ibu pergi dari rumah dan
tinggal di rumah nenek, ibu dari ibuku.
Ayah semakin semena-mena dan so
suci, tidak pernah mengakui kesalahannya sampai kapan pun dan malah memfitnah
ibuku yang selingkuh kepada siapapun.
Hal itu membuat aku mebenci ayah dan
keluarganya, terutama nenekku dari ayah.
Ibu sakit parah selama sebulan, aku
berfikir, aku harus kuat demi ibu, meski aku anak perempuan, tapi aku harus
sekuat anak laki-laki demi melindungi ibu.
Setelah itu, semuanya berubah.
Aku menjadi tomboy dan berhati
keras, apapun yang terjadi, yang penting bagiku adalah ibu. Aku selalu memotong
pendek rambutku dan berdandan seperti laki-laki.
Sampai suatu hari,
Aku sedang mengendarai motorku,
tiba-tiba aku melindas batu besar dan jatuh terseret motor di aspal jalan.
Aku hanya diam dan bingung,
orang-orang pun datang untuk menolongku.
“de, kamu dak apa-apa kan?”
Tapi yang aku ingat hanyalah ibuku
yang sakit.
“kita ke rumah sakit ya?”
“enggak kak, aku mau pulang aja”
“ya ampun de, kaki kamu berdarah”
“aku gak apa-apa kok, gak sakit”
“ini karena masih ba’al, entar
lama-lama sakit lho”
Aku pun dibawa ke rumah kasih.
Aku sedih, aku tidak mau menambah
beban fikiran ibuku yang sedang sakit karena fikiran yang berat itu. Ya Tuhan…
semoga ibuku kuat.
Ya, akibat dari itu, ada bekas luka
besar di kedua kakiku. Emh… mana keningu benjol sebesar telur, ya ampun…
Setelah kejadian itu.
Aku terbaring di rumah nenek selama
sebulan, hal itu membuat ayah memiliki peluang untuk bersatu dengan kami
kembali. Ini adalah hal yang paling aku sesalkan dalam hidupku, namun ini memang
sudah nasib kami.
Tapi yang aku syukuri adalah, pak
Ringo datang untuk menjengukku di rumah nenek. Aku bahagia sekali, pak Ringo
dan istrinya memberiku sirup dan kue kaleng. Selama ini, baru pertama kalinya ada
orang yang memperhatikanku seperti itu, khususnya orang lain. Ya Tuhan.. terima
kasih kau telah memberi pengganti kakekku di dunia ini.
***
Aku, ayah dan ibu pun kembali bersama
dan tinggal di rumah. Namun sekarang, ibu berubah. Ibu menjadi lebih egois dan
kurang memahami perasaanku, sehingga aku benar-benar tidak memiliki pegangan
sedikitpun.
Yang aku rasakan sekarang adalah
hidup dengan dua anak yang selalu bertengkar dan hanya memikirkan diri mereka
sendiri, bagaimana dengan perasaanku? Apa
mereka lupa atau mungkin sudah tidak peduli karena terlalu sibuk memikirkan
diri sendiri?
Aku sempat berfikir, dari pada
setiap hari seperti ini, apa lebih baik jika mereka benar-benar berpisah saja?
Sayangnya saat itu, pamanku Igor bersikeras untuk mempersatukan kami kembali
dan so jadi pahlawan. Padahal jika hasilnya begitu-begitu saja, lebih baik
berpisah kan? Sayang sekali jika ibu termakan perkataan paman Igor yang bilang
kasihan padaku jika tidak punya ayah.
Padahal aku seratus persen siap jadi
anak seorang janda, yang penting bagiku saat ini adalah kebahagiaan ibu dan aku
siap berkorban apapun untuk itu.
***
Tak terasa, aku pun sudah kelas 12.
Ah, sebentar lagi kami akan ujian nasional
yang merupakan ujian kelulusan. Itu rasanya tegang sekali, apalagi saat
mendekati UN, media masa selalu menceritakan yang seram-seram.
Namun aku selalu bersemangat dengat
lagu-lagu The Beatles, yang selalu menemaniku dalam mengahafal dan belajar di
rumah.
Pagi itu,
Ada kabar jika pak Ringo sakit dan
masuk rumah sakit, aku ingin sekali menjenguknya. Tapi aku tidak tau alamat
rumah sakitnya, aku bertanya pada salah satu anak dari kelas lain yang juga
diajar oleh pak Ringo. Tapi dia menjawab dengan tidak yakin karena tidak tau
pasti.
Aku hanya berharap pak Ringo cepat
sembuh, karena sekarang, satu-satunya sosok yang aku dapatkan kasih sayangnya
hanya dari pak Ringo.
Beberapa hari kemudian,
Aku belajar di lab sekolah dengan
pak Ringo, aku pun memberinya madu yang diyakini bisa membantu mempercepat
kesembuhanya.
Namun dia bertanya, “Cinta, kenapa
sih suka ngasih hadiah sama bapak?”
Aku hanya tersenyum, aku tidak bisa
bicara jujur karena menganggapnya seperti kakekku sendiri. Namun aku harap, pak
Ringo bisa mengerti akan hal itu.
***
UN kejuruan dimulai,
Saat aku mau ngeprint surat dua
bahasa yang disuruh oleh pengawas pusat, tiba-tiba listrik lab mati. Sehigga
kami harus ngeprint ke TU sekolah. Semua anak berlari, aku juga tidak mau
kalah. Untungnya surat itu sudah aku save ke FD.
Setelah ngeprint di TU, aku berlari
lagi ke lab. Tapi siswa dari jurusan lain, bertanya padaku. Aku pun
menjawabnya.
Tiba-tiba pak Ringo datang dan
marah,
Cinta, kamu jadi apa?”
Cinta, kamu jadi apa?”
Aku kaget, “abis ngeprint, pak”
“cepet ke lab lagi”
“iya pak” aku pun berlari sambil
bertanya-tanya dengan sikap pak Ringo yang tiba-tiba galak.
Lalu pak Ringo ikut masuk ke lab dan
menanyakan apa yang terjadi pada pengawas kami.
Aku pun kembali focus pada ujian.
Setelah ujian selesai,
Aku kembali bicara dengan ketiga
teman dekatku.
“kok pak Ringo tiba-tiba gitu ya
sama aku? Salah aku apa?”
“Cin, pak Ringo kaya gitu, bukan
karena apa-apa. Dia cuma khawatir sama kamu. Kita kan lagi ujian kelulusan,
‘kenapa kamu diluar?’ Diapasti takut kamu gak lulus”
Akhirnya aku pun mengerti dan dapat
memaklumi itu, “oh, gitu ya?” aku tersenyum dan semakin sayang sama pak Ringo,
dia benar-benar kakek yang sangat peduli padaku. Alhamdulillah…
Namun saat aku lulus dan mau memilih
universitas yang aku inginkan, ibu menyuruhku untuk kuliah di kota kami saja.
Alasannya, ibu juga alumni darisana dan disana ada paman Paul yang juga menjadi
dosen.
Aku sangat kecewa dengan itu, sejak
dulu, aku berharap kuliah di luar kota dan ibu selalu meng-iyakannya. Namun
kenyataannya, itu semua bohong. Kenapa?
Apa masa depanku juga akan diatur? Bagiku ini tidak baik.
Akhirnya kelulusan pun tiba, aku
lulus dengan nilai yang lumayan dan sebenarnya mungkin bisa diterima di
universitas terkenal di negaraku. Tapi kenyataannya, itu tidak mungkin terjadi.
Aku hanya bisa membuang surat undangan dari salah satu universitas baik di luar
kota.
Namun seorang guru pernah bilang,
dimana pun kita kuliah, itu tidak masalah. Yang penting, apa yang kita lakukan.
Percuma jika kita masuk ke universitas hebat dan bertingkah buruk. Lagipula,
setelah bekerja nanti, kuliah dimanapun tidak masalah.
Setelah mendengar itu, aku sedikit
bangkit dan siap untuk sekolah di Universital Ungu.
Akhirnya, setelah aku lulus. Aku
tidak pernah datang lagi ke sekolah, bertemu pak Ringo pun jarak. Itu hanya
jika kami bertemu di kompleks rumah saudaraku.
Ya, mungkin kenangan bersama pak
Ringo berakhir sedikit lebih baik daripada pak John. Pak Ringo yang alim bisa
sedikit lebih longgar agar membuatku nyaman. Dia mau mengerti perasaanku dan
tidak mau mengecewakanku, mungkin karena dulunya pak Ringgo murid dari kakekku
dan teman dari nenekku.
Aku berharap, silaturahmi ini dapat
terus terjalin. Aku tidak mau semuanya berakhir lagi seperti yang terjadi
dengan pak John. Terima kasih sudah mau
menjadi kakek yang baik untukku, semoga pak Ringo selalu sehat.
To be Continued
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau
isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar