Selasa, 03 Mei 2016

Don't Look Back in Anger

Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Family, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
Di sebuah rumah, Seorang pria sedang melamun di halaman belakang. Pria itu begitu sedih dan menyesal jika mengingat semua yang telah terjadi, ia selalu berharap semua itu bisa diulangi kembali dan ia tidak akan membiarkan semuanya terjadi.
“Valerie, tunggu” pria itu mengejar seorang perempuan yang berlari keluar dari sebuah apartemen, “Valerie” pria itu memegang tangan Valerie.
“lepaskan aku, Robert” Valerie melepas tangan Robert dan berlari ke jalan.
“Valerie”
Brak...
Sebuah mobil menabrak Valerie.
Robert menutup mata dan kembali membukanya, ia menunduk.
“tuan?” seorang pelayan, mendekat.
Robert menoleh.
“maaf tuan, sarapannya sudah siap”
“terima kasih, bi”
“sama-sama tuan, saya permisi” pelayan itu pergi.
Robert pun berjalan masuk ke rumah dan menaiki tangga, ia masuk ke sebuah kamar.
Disana,
Robert melihat Valerie yang sudah membuka matanya, ia tersenyum dan mendekat. Namun Valerie tetap diam.
“sayang, kau sudah bangun? Ini saatnya sarapan” Robert tersenyum dan duduk disamping Valerie.
Valerie tetap diam tanpa ekspresi.
Robert mengelus Valerie, “ayo kita ke bawah” ia membantu Valerie bangun dan merangkulnya keluar kamar.
Di ruang makan,
Robert mulai menyuapi Valerie, “ayo sayang, buka mulutmu”
Pelayan yang melihat itu, merasa iba. Dulu Valerie tidak seperti itu, sakit hati yang amat dalam membuat Valerie berubah.
Robert memegang tangan Valerie, “sayang, kamu harus cepat sembuh. Aku akan selalu disampingmu”
Pelayan mulai memberikan obat yang harus diminum oleh Valerie secara rutin.
“terima kasih, bi” Robert tersenyum dan menatap Valerie, “ayo sayang, minum dulu obatnya”
Mulut Valerie, tetap tertutup.
“sayang...”
Valerie tetap diam.
Mata Robert mulai memerah, ia ingat dengan perkataan ibunya.
“istrimu sudah gila, lebih baik kau ceraikan dia”
“tidak, bu. Valerie tidak gila”
“lalu apa? Dia hanya bisa diam dengan tatapan kosongnya dan tiba-tiba berteriak tidak jelas”
“itu salahku” Robert menatap ibunya dengan sedih, “aku yang membuatnya seperti ini, aku akan selalu disampingnya walau apapun yang terjadi”
Robert memeluk Valerie, “minum obatmu, sayang. Aku mencintaimu”
Air mata Valerie menetes.
Pelayan itu hanya menunduk, kehidupan di rumah ini memang sangat berbeda setelah Valerie sakit. Dulu, rumah ini begitu hangat dan penuh dengan suasana romantis antara Robert dan Valerie. Tapi sekarang, semunya penuh dengan kesedihan dan tak jarang menjadi tegang karena amukan Valerie.
Valerie pun mau membuka mulut untuk meminum obatnya dan Robert memberinya air minum.
Robert mencium kening Valerie, “aku janji akan pulang cepat” ia menatap para pelayan, “jaga Valerie baik-baik”
“iya tuan”
Robert pergi.
Di perusahaan,
Robert masih memikirkan Valerie, ia kembali menunduk. Maafkan aku, sayang.
Seorang perempuan, masuk ke ruangan Robert.
“Theresa?”
“hey Robert, ibumu bilang, kau jadi jarang lembur” Theresa mendekat dan duduk.
“aku harus cepat pulang”
“begitukah? Kalau begitu, bagaimana jika kita makan siang?” Theresa menatap Robert.
“aku tidak bisa, maafkan aku” Robert bangun dari tempat duduknya.
“hey, kau ini kenapa? Dulu, kau tidak seperti ini”
“Resa, aku...”
Resa mendekat dan mengelus Robert, “kau sangat berbeda sekarang, aku selalu melihat kesedihan di wajahmu”
“aku baik-baik saja”
“Robert, kau bisa berbagi jika kau mau. Kau tidak perlu menyimpannya sendirian”
“tidak ada yang harus aku bagikan”
“Robert, aku tau, bebanmu berat. Kau begitu sabar dengan keadaan istrimu, aku mengerti” Resa khawatir, “lihat, sekarang kau lebih kurus”
“aku baik-baik saja, Res”
“ya sudah” Resa menatap Robert, “aku akan pergi, tapi jika ada apa-apa, beritau aku. Aku akan selalu ada untuk membantumu”
Robert tersenyum.
Resa kembali mengelus Robert dan pergi.
Robert pun diam dan kembali duduk.
***
Di rumah,
Valerie yang habis mandi, duduk di ranjang dan seorang pelayan sedang menyisir rambutnya.
“nyonya cantik sekali, pasti tuan sangat senang melihat nyonya berdandan”
Valerie hanya diam.
Pelayan itu tersenyum.
Sorenya,
Robert pulang, ia masuk ke rumah dan langsung naik ke kamar.
Di kamar,
Robert tersenyum melihat Valerie yang sedang duduk di ranjang, “selamat sore, sayang” ia mendekat dan duduk disamping Valerie, “kau cantik sekali hari ini” ia mengelus Valerie, “besok aku libur, bagaimana jika kita ke peternakan? Kau pasti sudah rindu dengan Honey Bunny-mu, kan?” Robert pun memeluk Valerie.
Besoknya,
Di peternakan, Valerie hanya duduk diam. Tiba-tiba, Robert datang dengan kostum kelincinya dan melompat-lompat ke arah Valerie.
“hey, Honey Bunny” Robert tersenyum pada Valerie.
Valerie hanya diam.
“sayang, apa kau tidak merindukan Honey Bunny-mu?” Robert yang masih memakai baju kelincinya, menatap Valerie. Robert pun kembali diam, ia menatap sedih pada Valerie dan mencoba tersenyum.
Tapi Valerie tetap diam.
“aku mencintaimu, sayang. Honey Bunny-mu akan selalu ada untukmu, dalam susah ataupun senang”
Seorang pelayan memberikan sebuah tongkat baseball.
“terima kasih” Robert mengambil tongkat itu dan memberikannya pada Valerie, “jika kau masih sebal pada Honey Bunny-mu ini, kau boleh memukulnya sesuka hatimu”
Tapi Valerie tidak mau memegangnya.
“sayang, sungguh. Aku sangat menyesal” Robert masih berjongkok sambil memegang tangan Valerie, ia bersandar ke tanganya dengan sedih. Robert mencium tangan Valerie, “aku mohon, sayang. Kau mendengarku, kan? Kau bisa merasakan perasaanku, kan?”
Robert ingat...
Saat itu di peternakan,
Robert yang memakai kostum kelinci, melompat-lompat ke arah Valerie.
“ah? Ya ampun, Robert. Aku kaget”
Robert tersenyum dan berdiri, ia menatap Valerie.
“Honey Bunny” Valerie memeluk Robert.
“kau akan selalu mencintai Honey Bunny-mu ini, kan?”
“kenapa kau bertanya seperti itu? Kau mulai cemas karena orang-orang selalu membicarakan ke-playboy-anmu?”
“emh..?”
“dengar Honey Bunny-ku, kostum ini memang cocok untukmu karena ini identik dengan playboy”
“sayang, kau tidak serius, kan?” Robert menatap Valerie dengan cemas.
Valerie tertawa, “ekspresimu lucu, dasar Honey Bunny” ia memeluk Robert, “jangan cemas, aku akan selalu percaya padamu”
Robert tersenyum sambil memeluk Valerie, “terima kasih, sayang”
Mereka saling tatap dan berciuman.
Valerie melepas pelukannya, “lompatlah Honey Bunny”
Robert tersenyum dan kembali melompat-lompat di peternakannya.
Robert semakin sedih, ia menatap Valerie yang terus menatap kosong ke depan. Robert pun bangun dan membantu Valerie bangun dari tempat duduknya, “ayo kita pulang” Robert merangkul Valerie.
***
Di rumah,
Robert menatap Valerie yang berbaring di kamarnya, ia pun mendekat dan mengelus Valerie. Air mata Robert menetes, “maafkan aku, sayang. Maafkan aku telah menghianati kepercayaanmu”
Saat itu, di sebuah apartemen.
Robert sedang berduaan dengan seorang wanita, mereka berpelukan.
“kau cantik sekali malam ini”
“tentu saja, aku memang selalu cantik”
Mereka saling tatap dan tersenyum.
“aku senang, malam ini kita bisa bersama”
Robert masih menatap perempuan itu dan mereka pun mulai berciuman.
Tapi Valerie datang dan memergoki mereka sedang bermesraan disana.
“Robert?” Valerie begitu kecewa, ternyata yang dikatakan orang-orang benar. Robert adalah seorang playboy dan seorang playboy, tidak akan pernah berubah.
“sayang...” Robert begitu bingung dan cemas.
“tidak usah bicara lagi” air mata Valerie menetes, “aku menyesal percaya padamu” ia pergi.
“Valerie” Robert mengejar Valerie.
Robert mencium kening Valerie, “aku bersumpah, aku hanya mencintaimu dan hanya akan bersamamu selamanya”
***
Hari itu,
Di perusahaan, ibu bicara dengan Robert di ruangannya.
“kapan kau akan memberiku cucu?”
“bu, dokter bilang, keadaan Valerie saat ini...”
“aku tidak menginginkan cucu dari perempuan gila itu”
“apa maksud ibu? Istriku Valerie dan suatu saat, ibu akan mendapatkan cucu darinya”
“sampai kapan, Robert? Memangnya istrimu akan sembuh dari penyakit gilanya? Pokoknya ibu ingin kau menikahi Theresa dan punya anak darinya”
“ibu ingin memiliki cucu dari Theresa? Kalau begitu, suruh saja dia menikah dengan pria lain. Jika dia memiliki anak, anggap saja dia cucu ibu”
Plak...
Ibu menampar Robert dan Robert pun diam.
“sampai kapan kau akan keras kepala seperti ini? Dulu ibu merestui kalian karena Valerie tidak gila. Tapi sekarang, kau lihat sendiri, kan? Ibu hanya menginginkan seorang cucu”
“maafkan aku, bu...”
Ibu menangis dan pergi.
Robert kembali diam dan duduk di kursinya, ia ingat...
“tuan, sebaiknya... kalian jangan dulu punya anak”
“tapi dok, kenapa?”
“keadaan nyonya Valerie tidak memungkinkan, kami khawatir jika calon bayi anda...”
“kau tidak percaya dengan keadaan Valerie?”
“maaf tuan. Tapi seandainya kalian memiliki anak, saya tidak menjamin keadaannya. Bisa saja nyonya Valerie melakukan hal yang tidak-tidak pada anak kalian”
“aku tau, bagi semua orang, Valerie gila. Tapi bagiku, dia seperti itu karena aku. Aku tau, Valerie akan kembali seperti dulu”
“maafkan saya, tuan”
Mata Robert memerah, ia pun berpikir untuk segera kembali ke rumah.
Di rumah,
Valerie sedang mengamuk, ia berteriak-teriak di kamar.
“argh... argh?!”
Robert datang, “ada apa, ini?” ia menatap para pelayan.
“tuan, nyonya...”
Robert yang cemas, langsung berlari ke kamar.
Di kamar,
Valerie masih berteriak-teriak dan beberapa pelayan berusaha menenangkannya.
Robert masuk dan langsung memeluk Valerie, “sayang, tenanglah”
Valerie terus menangis, “ha...” meskipun berhenti berteriak, tapi ia begitu merasa sedih.
“sayang, sudah. Aku disini, tenanglah sayang”
Pelayan itu mengambilkan obat untuk Valerie, ia ikut sedih melihat keadaan Valerie.
Setelah menidurkan Valerie,
Robert dan pelayannya keluar dari kamar.
“katakan, apa yang terjadi?” Robert menatap pelayan itu.
“e, sebenarnya...”
“ada apa?”
“nyonya besar datang dan masuk ke kamar tuan untuk melihat nyonya Valerie”
“lalu?”
“tuan, saya...”
“katakan saja”
“nyonya marah-marah pada nyonya Valerie dan mengatakan akan menikahkan tuan dengan nona Theresa”
“ya Tuhan... apa itu yang membuat Valerie mengamuk?”
“maaf tuan, saya kurang mendengar pembicaraan dengan begitu jelas. Tapi setelah nyonya besar keluar, nyonya Valerie langsung berteriak-teriak seperti itu”
“ya sudah, aku akan kembali ke kamar. Terima kasih sudah mengurus Valerie, maaf jika dia sedikit kasar”
“tidak apa-apa, tuan”
Pelayan itu pergi dan Robert kembali masuk ke kamar.
Di kamar,
Robert mendekati Valerie yang hanya diam dengan air mata yang terus menetes, ia sangat khawatir melihat keadaan Valerie.
“sayang” Robert mengelus Valerie.
Valerie semakin menangis.
“hey, jangan menangis. Aku tau, ibu bicara yang tidak-tidak padamu. Tapi jangan khawatir, Honey Bunny-mu ini, akan selalu disampingmu. Ok?” Robert memeluk Valerie, “aku akan selalu bersamamu sampai kapanpun, percayalah”
Valerie hanya diam di pelukan Robert.
“Honey Bunny-mu bersumpah untuk selalu bersamamu dan tidak akan ada siapapun yang bisa merubah itu, termasuk ibuku” Robert menatap Valerie, “hanya kau istriku, selamanya”
Valerie menutup matanya.
“tidurlah, sayang. Aku akan menemanimu disini” Robert mengelus Valerie, “o iya, besok kita akan kembali ke peternakan. Kau senang, kan? Honey Bunny-mu akan kembali melompat-lompat dengan bahagia di peternakan, tapi sebelumnya, aku harus pergi ke kantor dulu. Karena tadi, aku meninggalkan pekerjaanku”
Besoknya,
Hari sudah semakin gelap, tapi Robert tidak kunjung pulang. Valerie yang duduk di sofa dan sudah didandani oleh para pelayan, mulai resah.
Telpon berbunyi dan pelayan pun mengangkatnya,
“hallo?”
“bi, maafkan aku. Aku belum bisa pulang, aku harus meeting. Ini sangat mendadak. Valerie baik-baik saja, kan?”
“e, nyonya...” pelayan itu melihat ke arah Valerie.
Valerie langsung berubah, ia berteriak dan akan melempar tas yang ia pegang.
“nyonya?” pelayan lain langsung mendekat dan berusaha menenangkan Valerie.
“sepertinya, nyonya memiliki firasat itu, tuan”
“ok, aku akan pulang sebentar lagi. Aku janji”
Di perusahaan,
Robert ingin segera menyelesaikan meeting-nya, konsentrasinya semakin buyar karena memikirkan Valerie.
Saat itu,
Robert selalu meeting dan hanya bisa bertemu dengan Valerie pada hari libur. Namun kenyataannya, itu hanya alasan. Robert selalu pergi party bersama para wanita dan tak jarang tidur di apartemen dengan alasan ke luar kota.
Meeting pun selesai,
Robert langsung berlari keluar gedung perusahaan, ia masuk ke mobil dan mengendarainya dengan terburu-buru. Tunggu aku, Valerie...
Di rumah,
Valerie masih mengamuk dan dandanannya pun berantakan, gaun dengan kostum menyerupai penggembala pun sobek karena ia tidak mau diam. Lipstik di bibirnya sebagian luntur dan mengenai wajah, juga topi penggembalanya yang copot dengan tali yang terlepas pula.
Robert datang, “Valerie” ia masuk.
“nyonya ada di kamar, tuan. Kami sudah berusaha menenangkannya, tapi nyonya malah semakin mengamuk”
Robert pun bergegas menaiki tangga.
“kami sudah berusaha memberinya obat, tapi nyonya melemparnya dan gelas pun pecah”
“biar aku yang mengurusnya, ambilkan obat Valerie”
“baik, tuan”
Robert masuk ke kamar.
“argh” Valerie melempar benda-benda yang ada di kamar.
“Valerie” Robert memeluknya, “Valerie, tenang. Tenang sayang”
“argh”
“aku tidak kemana-mana, sayang. Aku meeting di kantor, aku tidak pergi ke tempat-tempat itu”
“argh”
“Valerie, percaya padaku. Aku tidak bohong padamu, aku mencintaimu dan hanya kau yang ada di pikiranku”
“argh”
“Valerie” Robert menatap Valerie dan memegang pundaknya, “percayalah padaku, tatap aku, sayang”
“ha...” Valerie menangis.
“sayang” Robert memeluk Valerie, “percaya padaku, aku tidak bohong. Meeting itu sangat mendadak, aku tidak bisa menghindarinya”
Valerie masih menangis.
“sebagai gantinya, kita akan ke pernakan besok. Kita akan menginap disana untuk waktu yang lama, sampai meeting berikutnya”
Pelayan pun masuk dengan obatnya.
“itu dia, kau harus minum obat dulu, sayang”
Setelah Valerie minum obat,
Robert menghapus make up di wajah Valerie yang berantakan, sementara Valerie hanya diam dan berbaring di ranjang.
Robert mengelus Valerie, “kamu bobo, ya? Besok kamu bisa ketemu Honey Bunny lagi”
Valerie menutup matanya.
Robert tersenyum dan mencium kening Valerie.
Besoknya,
Mereka pun kembali ke peternakan.
Valerie duduk dan seorang pelayan memberikan sebuah wortel ke tangan Valerie, lalu Robert yang mengenakan kostum kelinci, melompat dan mendekati Valerie. Ia memakan wortel yang Valerie pegang.
Robert menatap Valerie, “hey Honey Bunny” ia masih memakan wortelnya, “terima kasih sudah memberi Honey Bunny ini makanan, semoga nyonya penggembala selalu bahagia” Robert tersenyum.
Valerie hanya diam.
Robert pun duduk disamping Valerie dan merangkulnya, “sebentar lagi matahari akan terbenam. Kau suka, kan? Kita akan melihatnya bersama, seperti dulu”
Valerie hanya diam tersandar di pundak Robert.
“aku diundang ke pesta kolegaku malam ini, kau mau ikut, sayang?”
Valerie tetap diam.
“kamu ikut saja, ya? Agar kamu percaya jika aku tidak berbohong”
Malam itu,
Valerie sedang didandani, Robert pun bicara dengan pelayannya.
“maaf, tuan. Apa anda benar-benar yakin untuk mengajak nyonya...?”
“ya, dia harus tau jika aku tidak akan pernah bohong lagi”
“tapi tuan, sayang rasa...”
“mungkin bagi kalian, Valerie tidak akan mengerti apa-apa. Tapi bagiku, dia sangat mengerti. Dan apa yang terjadi pada kami dulu, membuat dia begitu ketakutan”
“maafkan saya, tuan”
“tidak apa-apa” Robert tersenyum dan masuk ke kamar, ia melihat Valerie yang selesai didandani. Robert tersenyum, “kau cantik sekali, sayang” ia merangkul Valerie, “ayo kita berangkat”
Mereka pun pergi ditemani seorang pelayan.
Di pesta,
Beberapa orang mulai membicarakan mereka.
“ya ampun, Robert membawa istrinya”
“kalau gak salah, istrinya kan gila”
“masa sih?”
“iya, dia itu stres gara-gara Robert ketauan selingkuh”
“ya ampun, kasihan juga”
“kasian apanya? Kalau dia ngamuk disini, gimana?”
Robert mengelus Valerie, “buat dirimu nyaman, sayang. Aku akan mengambil air untuk kita”
Valerie duduk ditemani pelayannya.
Robert pun pergi untuk mengambil air.
Disana,
Robert bertemu dengan Theresa.
“Robert?”
“hey, kau diundang juga?”
“ya, ini pesta temanku”
“oh, begitu?” Robert mengambil dua minuman.
“kau kesini bersama...?”
“istriku” Robert tersenyum.
“istrimu? Boleh aku bertemu dengannya?”
“tentu”
Theresa pun mengikuti Robert berjalan ke meja mereka.
Tapi saat melihat Robert datang bersama seorang wanita, Valerie mulai mengeluarkan ekspresi aneh.
Mereka semakin dekat.
Robert tersenyum, “Valerie, kenalkan, ini...”
Theresa tersenyum.
“argh” Valerie berteriak.
Semua orang disana, kaget.
“Valerie, tenang, sayang”
“argh” Valerie berdiri dan pergi.
“Valerie” Robert mengejarnya.
Pelayan itu pun ikut mengejar.
Theresa merasa aneh, ia baru tau jika selain terganggu jiwanya, Valerie juga suka mengamuk.
Valerie terus berteriak sambil berlari, ia menangis. Valerie ingat semuanya, saat ia memergoki Robert sedang bercinta di apartemen dengan wanita lain dan ia berlari seperti ini.
“Valerie, tunggu” Robert cemas karena Valerie berlari ke jalan.
“argh” Valerie terus berlari melawan arus kendaraan dan berteriak sambil menangis.
“ya Tuhan... Valerie?” Robert begitu cemas dan melewati kendaraan dengan melawan arus, “Valerie”
Di jembatan,
Robert berhasil menangkap Valerie, “sayang, tenang sayang”
“argh” Valerie terus mengamuk dan mencoba melepaskan pelukan Robert.
“Valerie, tenang”
“arh”
“Valerie”
Valerie berusaha melepaskan Robert dengan sekuat tenaga, begitu juga Robert yang terus berusaha menenangkan Valerie dengan memeluknya.
“argh” Valerie berhasil melepaskan pelukan Robert.
Robert yang kehilangan keseimbangan pun jatuh di depan Valerie.
“ah...” kaki Robert sakit.
Valerie terdiam dan air matanya menetes.
Robert mencoba bangkit dan mendekati Valerie, “sayang, aku mohon” Robert memeluk Valerie sambil menangis, “aku mohon, jangan seperti ini. Kau istriku, apapun yang terjadi”
Valerie pun diam di pelukan Robert.
“besok kita akan kembali ke pernakan, kau ingin melihat Honey Bunny lagi, kan?”
Pelayan mendekat, “tuan?”
Robert tersenyum karena semuanya sudah terkendali.
Theresa yang melihat itu, ikut prihatin. Meski keadaan Valerie seperti itu, tapi Robert terlihat begitu menyayanginya. Haruskah aku menjauhi Robert?
Besoknya,
Di peternakan, Robert sudah memakai kostum kelincinya.
“tuan yakin? Kaki tuan sedang terkilir, lebih baik tuan tidak usah melompat-lompat di depan nyonya Valerie”
“dia sangat menyukai Honey Bunny-nya, mana mungkin aku tidak melompat?”
“tapi tuan...”
“aku tidak apa-apa”
Robert mulai melompat ke arah Valerie yang duduk di rerumputan, tapi ia jatuh dan kakinya semakin sakit.
“ah”
“tuan?” pelayan mendekat.
“aku tidak bisa merasakan kakiku”
Dan karena hal itu, kaki Robert patah.
***
Di kamar,
Robert hanya berbaring dengan perban di kaki kirinya. Selain engkelnya patah, kaki Robert juga terluka.
“tuan, ini obatnya”
“terima kasih, bi”
“mana Valerie?”
“nyonya sedang mandi”
“ya sudah, aku titip dia, ya?”
“siap, tuan”
Setelah Valerie mandi, seorang pelayan mengantarnya ke kamar. Valerie melihat Robert yang sedang tidur dengan lukanya, Valerie mendekat.
Pelayan itu sedikit kaget dan membiarkannya.
Valerie mendekati Robert sambil menangis, “Honey Bunny”
Robert membuka matanya, “Valerie?” ia kaget melihat Valerie dihadapannya, “apa kau baru saja bicara?”
“Honey Bunny...” air mata Valerie menetes.
Robert tersenyum bahagia, “sayang” ia memaksakan dirinya untuk bangun dan memeluk Valerie, “iya sayang, ini aku. Honey Bunny-mu” Robert begitu senang, “terima kasih, Tuhan...”
Beberapa hari kemudian,
Robert yang berjalan memakai kruk, turun dari tangga dan melihat Valerie yang sedang duduk di ruang makan.
“kau sudah siap untuk sarapan, ya? Maaf aku sedikit terlambat” Robert duduk disamping Valerie.
Pelayan pun mulai menyajikan sarapan mereka.
“sayang, maaf kau belum bisa melihat Honey Bunny-mu melompat di peternakan. Kakiku belum terlalu baik, aku harus istirahat selama tiga bulan. Ini sangat melelahkan”
Valerie menunduk.
“hey, kenapa? Kau tidak usah sedih, sebentar lagi aku akan sembuh”
Seorang pelayan, mendekat.
“tuan?”
“ada apa?”
“nyonya besar, datang”
“ok, bawa Valerie ke kamar”
“baik, tuan”
Setelah pelayan membawa Valerie naik, Robert pun berjalan ke ruang tamu.
“ibu”
“Robert? Ya Tuhan... apa yang wanita gila itu lakukan padamu?”
“jangan bicara begitu, bu”
“kau masih tetap membelanya setelah dia mematahkan kakimu?”
“ini bukan salahnya, aku jatuh di peternakan”
“terus saja membelanya”
“aku tidak ingin bertengkar, bu. Tolong”
“emh, kau selalu bicara begitu”
“bu, aku mohon. Pulanglah”
“kau mengusir ibu?”
“bukan itu maksudku, aku...”
“kau menyuruh ibu pulang, itu artinya kau mengusir ibu”
“maafkan aku, bu”
“kau selalu mengecewakan ibu, apa kau tidak mengerti? Hati ibu sakit”
“maafkan aku, bu. Aku hanya ingin ibu menerima Valerie apa adanya, seperti dulu”
“dia sudah berubah, tidak seperti dulu. Begitu juga dengan ibu”
“Valerie sudah ada kemajuan, bu. Dia bisa bicara, dan di mulai mengerti dengan apa yang kita katakan”
“Robert, ibu tidak tau harus bicara apa lagi padamu. Kau benar-benar...”
Robert menunduk.
“kau benar, lebih baik ibu pergi” ibu pun pergi dengan kesal.
Robert yang teringat pada Valerie, kembali ke kamar.
Di kamar,
“tuan, ada baik-baik saja?”
“ya, tolong tinggalkan kami berdua”
“baik tuan” pelayan itu pergi.
Robert menatap Valerie, “sayang” ia memeluknya.
Valerie tau, Robert sedih. Ia pun menangis, “Honney Bunny...”
“maafkan aku, Valerie. Aku akan melakukan apapun yang terbaik, yang terbaik untukmu. Sebagai suamimu, sebagai pria yang mencintaimu”
Di rumah ibu Robert,
Ibu sedang bicara dengan Theresa.
“maksudmu, apa?”
“maaf tante, tapi aku tidak akan mengejar Robert lagi. Saat kami bertemu di pesta, aku melihat betapa Robert mencintai Valerie. Aku tidak mau merusak hubungan mereka”
“Theresa...”
“maaf, tante. Tapi aku tau, yang aku lakukan ini benar”
Ibu terdiam.
“sampai jumpa, tante. Mungkin akan lebih baik jika aku menjauh dari Robert”
Ibu hanya diam.
“sekali lagi, aku minta maaf” Theresa pun pergi.
Ibu menangis, impiannya untuk mendapatkan cucu dari Robert, mungkin akan menjadi semakin sulit.
***
Hari itu,
Di rumah sakit, Robert sedang bicara dengan dokter.
“jadi, Valerie bisa mulai melakukan program untuk memiliki anak, kan?”
“sebenarnya keadaan nyonya Valerie belum begitu baik, tuan. Tapi jika anda merasa yakin, saya tidak bisa menghalanginya”
“terima kasih, dok” Robert tersenyum senang.
Setelah keluar dari ruang dokter, Robert pun masuk ke ruang tempat Valerie diperiksa.
Di dalam,
“sayang” Robert tersenyum.
“honey Bunny” Valerie merasa takut dengan para perawat yang dari tadi memeriksanya.
“tidak apa-apa, sayang. Mereka ini orang baik, mereka ingin membantumu” Robert mendekat dan memeluk Valerie.
Valerie pun mengangguk.
Robert senang, setelah sekian lama, akhirnya Valerie mau mengikuti terapi.
“aku yakin, kamu akan segera sembuh, sayang. Lalu kita akan memiliki anak” Robert tersenyum, “kau suka, kan?”
Valerie hanya mengangguk dan kembali diam.
Beberapa hari kemudian,
Di peternakan, Robert memakai kostum kelincinya.
“tuan, anda yakin?”
“tenang saja, bi. Kakiku sudah sembuh, kok”
“baikilah, tuan”
Robert pun mulai melompat-lompat dengan penuh semangat ke arah Valerie.
Valerie yang sedang duduk, tersenyum melihat Robert.
Robert mendekat dan tersenyum, “hey Honey Bunny”
“Honey Bunny” Valerie menatap Robert.
Robert pun memeluk Valerie.
Dari jauh, ibu Robert melihat itu. Ia sadar, selama ini, ia terlalu egois. Inilah yang Robert inginkan, cinta Robert hanyalah untuk Valerie dan keadaan apapun tidak akan merubah ini.
Ibu pun memilih untuk kembali masuk ke mobinya tanpa mendekati mereka dan mobil pun melaju pergi meninggalkan peternakan.
Di peternakan,
Robert berbaring di padang rumput bersama Valerie.
“kau lelah?” Robert menatap Valerie.
Valerie menggeleng.
“kau masih ingin disini, bersama Honey Bunny-mu?”
Valerie mengangguk.
“ok, tidak masalah”
Sebenarnya Robert sudah gerah dengan kostumnya, tapi karena Valerie menginginkan itu, Robert pun tetap bertahan.
Robert memeluk Valerie yang masih terbaring disampinya, ia mencium kening Valerie dan berharap semua akan semakin baik.
Hal yang terjadi dimasa lalu telah banyak mengajarkannya, jika keluarga adalah tanggung jawab besar yang harus ia jaga. Robert tidak ingin mengulangi kesalahannya, apalagi jika menyakiti perasaan Valerie. Robert yakin, Valerie akan segera sembuh. Dengan begitu, mereka akan aman jika memiliki keturunan.
“aku mencintaimu, Valerie”
Valerie yang masih bersandar dipelukan Robert, tersenyum dan menutup matanya.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar