Author
: Sherly Holmes
Genre
: Romance, Family, Drama
Cerita ini hanya
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Pagi itu,
Di sebuah rumah,
Seorang pria sedang melamun di halaman belakang. Pria itu begitu sedih dan
menyesal jika mengingat semua yang telah terjadi, ia selalu berharap semua itu
bisa diulangi kembali dan ia tidak akan membiarkan semuanya terjadi.
“Valerie,
tunggu” pria itu mengejar seorang perempuan yang berlari keluar dari sebuah
apartemen, “Valerie” pria itu memegang tangan Valerie.
“lepaskan
aku, Robert” Valerie melepas tangan Robert dan berlari ke jalan.
“Valerie”
Brak...
Sebuah
mobil menabrak Valerie.
Robert menutup mata
dan kembali membukanya, ia menunduk.
“tuan?” seorang
pelayan, mendekat.
Robert menoleh.
“maaf tuan,
sarapannya sudah siap”
“terima kasih, bi”
“sama-sama tuan,
saya permisi” pelayan itu pergi.
Robert pun berjalan
masuk ke rumah dan menaiki tangga, ia masuk ke sebuah kamar.
Disana,
Robert melihat
Valerie yang sudah membuka matanya, ia tersenyum dan mendekat. Namun Valerie
tetap diam.
“sayang, kau sudah
bangun? Ini saatnya sarapan” Robert tersenyum dan duduk disamping Valerie.
Valerie tetap diam
tanpa ekspresi.
Robert mengelus
Valerie, “ayo kita ke bawah” ia membantu Valerie bangun dan merangkulnya keluar
kamar.
Di ruang makan,
Robert mulai
menyuapi Valerie, “ayo sayang, buka mulutmu”
Pelayan yang
melihat itu, merasa iba. Dulu Valerie tidak seperti itu, sakit hati yang amat
dalam membuat Valerie berubah.
Robert memegang
tangan Valerie, “sayang, kamu harus cepat sembuh. Aku akan selalu disampingmu”
Pelayan mulai
memberikan obat yang harus diminum oleh Valerie secara rutin.
“terima kasih, bi”
Robert tersenyum dan menatap Valerie, “ayo sayang, minum dulu obatnya”
Mulut Valerie,
tetap tertutup.
“sayang...”
Valerie tetap diam.
Mata Robert mulai
memerah, ia ingat dengan perkataan ibunya.
“istrimu
sudah gila, lebih baik kau ceraikan dia”
“tidak,
bu. Valerie tidak gila”
“lalu
apa? Dia hanya bisa diam dengan tatapan kosongnya dan tiba-tiba berteriak tidak
jelas”
“itu
salahku” Robert menatap ibunya dengan sedih, “aku yang membuatnya seperti ini,
aku akan selalu disampingnya walau apapun yang terjadi”
Robert memeluk
Valerie, “minum obatmu, sayang. Aku mencintaimu”
Air mata Valerie
menetes.
Pelayan itu hanya
menunduk, kehidupan di rumah ini memang sangat berbeda setelah Valerie sakit.
Dulu, rumah ini begitu hangat dan penuh dengan suasana romantis antara Robert
dan Valerie. Tapi sekarang, semunya penuh dengan kesedihan dan tak jarang
menjadi tegang karena amukan Valerie.
Valerie pun mau
membuka mulut untuk meminum obatnya dan Robert memberinya air minum.
Robert mencium
kening Valerie, “aku janji akan pulang cepat” ia menatap para pelayan, “jaga
Valerie baik-baik”
“iya tuan”
Robert pergi.
Di perusahaan,
Robert masih
memikirkan Valerie, ia kembali menunduk. Maafkan
aku, sayang.
Seorang perempuan,
masuk ke ruangan Robert.
“Theresa?”
“hey Robert, ibumu
bilang, kau jadi jarang lembur” Theresa mendekat dan duduk.
“aku harus cepat
pulang”
“begitukah? Kalau
begitu, bagaimana jika kita makan siang?” Theresa menatap Robert.
“aku tidak bisa,
maafkan aku” Robert bangun dari tempat duduknya.
“hey, kau ini
kenapa? Dulu, kau tidak seperti ini”
“Resa, aku...”
Resa mendekat dan
mengelus Robert, “kau sangat berbeda sekarang, aku selalu melihat kesedihan di
wajahmu”
“aku baik-baik
saja”
“Robert, kau bisa
berbagi jika kau mau. Kau tidak perlu menyimpannya sendirian”
“tidak ada yang
harus aku bagikan”
“Robert, aku tau,
bebanmu berat. Kau begitu sabar dengan keadaan istrimu, aku mengerti” Resa
khawatir, “lihat, sekarang kau lebih kurus”
“aku baik-baik
saja, Res”
“ya sudah” Resa
menatap Robert, “aku akan pergi, tapi jika ada apa-apa, beritau aku. Aku akan
selalu ada untuk membantumu”
Robert tersenyum.
Resa kembali
mengelus Robert dan pergi.
Robert pun diam dan
kembali duduk.
***
Di rumah,
Valerie yang habis
mandi, duduk di ranjang dan seorang pelayan sedang menyisir rambutnya.
“nyonya cantik
sekali, pasti tuan sangat senang melihat nyonya berdandan”
Valerie hanya diam.
Pelayan itu
tersenyum.
Sorenya,
Robert pulang, ia
masuk ke rumah dan langsung naik ke kamar.
Di kamar,
Robert tersenyum
melihat Valerie yang sedang duduk di ranjang, “selamat sore, sayang” ia
mendekat dan duduk disamping Valerie, “kau cantik sekali hari ini” ia mengelus
Valerie, “besok aku libur, bagaimana jika kita ke peternakan? Kau pasti sudah
rindu dengan Honey Bunny-mu, kan?” Robert pun memeluk Valerie.
Besoknya,
Di peternakan,
Valerie hanya duduk diam. Tiba-tiba, Robert datang dengan kostum kelincinya dan
melompat-lompat ke arah Valerie.
“hey, Honey Bunny”
Robert tersenyum pada Valerie.
Valerie hanya diam.
“sayang, apa kau
tidak merindukan Honey Bunny-mu?” Robert yang masih memakai baju kelincinya,
menatap Valerie. Robert pun kembali diam, ia menatap sedih pada Valerie dan
mencoba tersenyum.
Tapi Valerie tetap
diam.
“aku mencintaimu,
sayang. Honey Bunny-mu akan selalu ada untukmu, dalam susah ataupun senang”
Seorang pelayan
memberikan sebuah tongkat baseball.
“terima kasih”
Robert mengambil tongkat itu dan memberikannya pada Valerie, “jika kau masih
sebal pada Honey Bunny-mu ini, kau boleh memukulnya sesuka hatimu”
Tapi Valerie tidak
mau memegangnya.
“sayang, sungguh.
Aku sangat menyesal” Robert masih berjongkok sambil memegang tangan Valerie, ia
bersandar ke tanganya dengan sedih. Robert mencium tangan Valerie, “aku mohon,
sayang. Kau mendengarku, kan? Kau bisa merasakan perasaanku, kan?”
Robert ingat...
Saat
itu di peternakan,
Robert
yang memakai kostum kelinci, melompat-lompat ke arah Valerie.
“ah?
Ya ampun, Robert. Aku kaget”
Robert
tersenyum dan berdiri, ia menatap Valerie.
“Honey
Bunny” Valerie memeluk Robert.
“kau
akan selalu mencintai Honey Bunny-mu ini, kan?”
“kenapa
kau bertanya seperti itu? Kau mulai cemas karena orang-orang selalu
membicarakan ke-playboy-anmu?”
“emh..?”
“dengar
Honey Bunny-ku, kostum ini memang cocok untukmu karena ini identik dengan
playboy”
“sayang,
kau tidak serius, kan?” Robert menatap Valerie dengan cemas.
Valerie
tertawa, “ekspresimu lucu, dasar Honey Bunny” ia memeluk Robert, “jangan cemas,
aku akan selalu percaya padamu”
Robert
tersenyum sambil memeluk Valerie, “terima kasih, sayang”
Mereka
saling tatap dan berciuman.
Valerie
melepas pelukannya, “lompatlah Honey Bunny”
Robert
tersenyum dan kembali melompat-lompat di peternakannya.
Robert semakin
sedih, ia menatap Valerie yang terus menatap kosong ke depan. Robert pun bangun
dan membantu Valerie bangun dari tempat duduknya, “ayo kita pulang” Robert
merangkul Valerie.
***
Di rumah,
Robert menatap
Valerie yang berbaring di kamarnya, ia pun mendekat dan mengelus Valerie. Air
mata Robert menetes, “maafkan aku, sayang. Maafkan aku telah menghianati
kepercayaanmu”
Saat
itu, di sebuah apartemen.
Robert
sedang berduaan dengan seorang wanita, mereka berpelukan.
“kau
cantik sekali malam ini”
“tentu
saja, aku memang selalu cantik”
Mereka
saling tatap dan tersenyum.
“aku
senang, malam ini kita bisa bersama”
Robert
masih menatap perempuan itu dan mereka pun mulai berciuman.
Tapi
Valerie datang dan memergoki mereka sedang bermesraan disana.
“Robert?”
Valerie begitu kecewa, ternyata yang dikatakan orang-orang benar. Robert adalah
seorang playboy dan seorang playboy, tidak akan pernah berubah.
“sayang...”
Robert begitu bingung dan cemas.
“tidak
usah bicara lagi” air mata Valerie menetes, “aku menyesal percaya padamu” ia
pergi.
“Valerie”
Robert mengejar Valerie.
Robert mencium
kening Valerie, “aku bersumpah, aku hanya mencintaimu dan hanya akan bersamamu
selamanya”
***
Hari itu,
Di perusahaan, ibu
bicara dengan Robert di ruangannya.
“kapan kau akan
memberiku cucu?”
“bu, dokter bilang,
keadaan Valerie saat ini...”
“aku tidak
menginginkan cucu dari perempuan gila itu”
“apa maksud ibu?
Istriku Valerie dan suatu saat, ibu akan mendapatkan cucu darinya”
“sampai kapan,
Robert? Memangnya istrimu akan sembuh dari penyakit gilanya? Pokoknya ibu ingin
kau menikahi Theresa dan punya anak darinya”
“ibu ingin memiliki
cucu dari Theresa? Kalau begitu, suruh saja dia menikah dengan pria lain. Jika
dia memiliki anak, anggap saja dia cucu ibu”
Plak...
Ibu menampar Robert
dan Robert pun diam.
“sampai kapan kau
akan keras kepala seperti ini? Dulu ibu merestui kalian karena Valerie tidak
gila. Tapi sekarang, kau lihat sendiri, kan? Ibu hanya menginginkan seorang
cucu”
“maafkan aku,
bu...”
Ibu menangis dan
pergi.
Robert kembali diam
dan duduk di kursinya, ia ingat...
“tuan,
sebaiknya... kalian jangan dulu punya anak”
“tapi
dok, kenapa?”
“keadaan
nyonya Valerie tidak memungkinkan, kami khawatir jika calon bayi anda...”
“kau
tidak percaya dengan keadaan Valerie?”
“maaf
tuan. Tapi seandainya kalian memiliki anak, saya tidak menjamin keadaannya.
Bisa saja nyonya Valerie melakukan hal yang tidak-tidak pada anak kalian”
“aku
tau, bagi semua orang, Valerie gila. Tapi bagiku, dia seperti itu karena aku.
Aku tau, Valerie akan kembali seperti dulu”
“maafkan
saya, tuan”
Mata Robert
memerah, ia pun berpikir untuk segera kembali ke rumah.
Di rumah,
Valerie sedang
mengamuk, ia berteriak-teriak di kamar.
“argh... argh?!”
Robert datang, “ada
apa, ini?” ia menatap para pelayan.
“tuan, nyonya...”
Robert yang cemas, langsung
berlari ke kamar.
Di kamar,
Valerie masih
berteriak-teriak dan beberapa pelayan berusaha menenangkannya.
Robert masuk dan
langsung memeluk Valerie, “sayang, tenanglah”
Valerie terus
menangis, “ha...” meskipun berhenti berteriak, tapi ia begitu merasa sedih.
“sayang, sudah. Aku
disini, tenanglah sayang”
Pelayan itu
mengambilkan obat untuk Valerie, ia ikut sedih melihat keadaan Valerie.
Setelah menidurkan
Valerie,
Robert dan
pelayannya keluar dari kamar.
“katakan, apa yang
terjadi?” Robert menatap pelayan itu.
“e, sebenarnya...”
“ada apa?”
“nyonya besar
datang dan masuk ke kamar tuan untuk melihat nyonya Valerie”
“lalu?”
“tuan, saya...”
“katakan saja”
“nyonya marah-marah
pada nyonya Valerie dan mengatakan akan menikahkan tuan dengan nona Theresa”
“ya Tuhan... apa
itu yang membuat Valerie mengamuk?”
“maaf tuan, saya
kurang mendengar pembicaraan dengan begitu jelas. Tapi setelah nyonya besar
keluar, nyonya Valerie langsung berteriak-teriak seperti itu”
“ya sudah, aku akan
kembali ke kamar. Terima kasih sudah mengurus Valerie, maaf jika dia sedikit
kasar”
“tidak apa-apa,
tuan”
Pelayan itu pergi
dan Robert kembali masuk ke kamar.
Di kamar,
Robert mendekati
Valerie yang hanya diam dengan air mata yang terus menetes, ia sangat khawatir
melihat keadaan Valerie.
“sayang” Robert
mengelus Valerie.
Valerie semakin
menangis.
“hey, jangan
menangis. Aku tau, ibu bicara yang tidak-tidak padamu. Tapi jangan khawatir,
Honey Bunny-mu ini, akan selalu disampingmu. Ok?” Robert memeluk Valerie, “aku
akan selalu bersamamu sampai kapanpun, percayalah”
Valerie hanya diam
di pelukan Robert.
“Honey Bunny-mu
bersumpah untuk selalu bersamamu dan tidak akan ada siapapun yang bisa merubah
itu, termasuk ibuku” Robert menatap Valerie, “hanya kau istriku, selamanya”
Valerie menutup
matanya.
“tidurlah, sayang.
Aku akan menemanimu disini” Robert mengelus Valerie, “o iya, besok kita akan
kembali ke peternakan. Kau senang, kan? Honey Bunny-mu akan kembali
melompat-lompat dengan bahagia di peternakan, tapi sebelumnya, aku harus pergi
ke kantor dulu. Karena tadi, aku meninggalkan pekerjaanku”
Besoknya,
Hari sudah semakin
gelap, tapi Robert tidak kunjung pulang. Valerie yang duduk di sofa dan sudah
didandani oleh para pelayan, mulai resah.
Telpon berbunyi dan
pelayan pun mengangkatnya,
“hallo?”
“bi, maafkan aku.
Aku belum bisa pulang, aku harus meeting. Ini sangat mendadak. Valerie
baik-baik saja, kan?”
“e, nyonya...”
pelayan itu melihat ke arah Valerie.
Valerie langsung
berubah, ia berteriak dan akan melempar tas yang ia pegang.
“nyonya?” pelayan
lain langsung mendekat dan berusaha menenangkan Valerie.
“sepertinya, nyonya
memiliki firasat itu, tuan”
“ok, aku akan
pulang sebentar lagi. Aku janji”
Di perusahaan,
Robert ingin segera
menyelesaikan meeting-nya, konsentrasinya semakin buyar karena memikirkan
Valerie.
Saat
itu,
Robert
selalu meeting dan hanya bisa bertemu dengan Valerie pada hari libur. Namun
kenyataannya, itu hanya alasan. Robert selalu pergi party bersama para wanita
dan tak jarang tidur di apartemen dengan alasan ke luar kota.
Meeting pun
selesai,
Robert langsung
berlari keluar gedung perusahaan, ia masuk ke mobil dan mengendarainya dengan
terburu-buru. Tunggu aku, Valerie...
Di rumah,
Valerie masih
mengamuk dan dandanannya pun berantakan, gaun dengan kostum menyerupai
penggembala pun sobek karena ia tidak mau diam. Lipstik di bibirnya sebagian
luntur dan mengenai wajah, juga topi penggembalanya yang copot dengan tali yang
terlepas pula.
Robert datang,
“Valerie” ia masuk.
“nyonya ada di
kamar, tuan. Kami sudah berusaha menenangkannya, tapi nyonya malah semakin
mengamuk”
Robert pun bergegas
menaiki tangga.
“kami sudah
berusaha memberinya obat, tapi nyonya melemparnya dan gelas pun pecah”
“biar aku yang
mengurusnya, ambilkan obat Valerie”
“baik, tuan”
Robert masuk ke
kamar.
“argh” Valerie melempar
benda-benda yang ada di kamar.
“Valerie” Robert
memeluknya, “Valerie, tenang. Tenang sayang”
“argh”
“aku tidak
kemana-mana, sayang. Aku meeting di kantor, aku tidak pergi ke tempat-tempat
itu”
“argh”
“Valerie, percaya
padaku. Aku tidak bohong padamu, aku mencintaimu dan hanya kau yang ada di
pikiranku”
“argh”
“Valerie” Robert
menatap Valerie dan memegang pundaknya, “percayalah padaku, tatap aku, sayang”
“ha...” Valerie
menangis.
“sayang” Robert
memeluk Valerie, “percaya padaku, aku tidak bohong. Meeting itu sangat
mendadak, aku tidak bisa menghindarinya”
Valerie masih
menangis.
“sebagai gantinya,
kita akan ke pernakan besok. Kita akan menginap disana untuk waktu yang lama,
sampai meeting berikutnya”
Pelayan pun masuk
dengan obatnya.
“itu dia, kau harus
minum obat dulu, sayang”
Setelah Valerie
minum obat,
Robert menghapus
make up di wajah Valerie yang berantakan, sementara Valerie hanya diam dan
berbaring di ranjang.
Robert mengelus
Valerie, “kamu bobo, ya? Besok kamu bisa ketemu Honey Bunny lagi”
Valerie menutup
matanya.
Robert tersenyum
dan mencium kening Valerie.
Besoknya,
Mereka pun kembali
ke peternakan.
Valerie duduk dan
seorang pelayan memberikan sebuah wortel ke tangan Valerie, lalu Robert yang
mengenakan kostum kelinci, melompat dan mendekati Valerie. Ia memakan wortel
yang Valerie pegang.
Robert menatap
Valerie, “hey Honey Bunny” ia masih memakan wortelnya, “terima kasih sudah
memberi Honey Bunny ini makanan, semoga nyonya penggembala selalu bahagia”
Robert tersenyum.
Valerie hanya diam.
Robert pun duduk
disamping Valerie dan merangkulnya, “sebentar lagi matahari akan terbenam. Kau
suka, kan? Kita akan melihatnya bersama, seperti dulu”
Valerie hanya diam
tersandar di pundak Robert.
“aku diundang ke
pesta kolegaku malam ini, kau mau ikut, sayang?”
Valerie tetap diam.
“kamu ikut saja,
ya? Agar kamu percaya jika aku tidak berbohong”
Malam itu,
Valerie sedang
didandani, Robert pun bicara dengan pelayannya.
“maaf, tuan. Apa
anda benar-benar yakin untuk mengajak nyonya...?”
“ya, dia harus tau
jika aku tidak akan pernah bohong lagi”
“tapi tuan, sayang
rasa...”
“mungkin bagi
kalian, Valerie tidak akan mengerti apa-apa. Tapi bagiku, dia sangat mengerti.
Dan apa yang terjadi pada kami dulu, membuat dia begitu ketakutan”
“maafkan saya,
tuan”
“tidak apa-apa”
Robert tersenyum dan masuk ke kamar, ia melihat Valerie yang selesai didandani.
Robert tersenyum, “kau cantik sekali, sayang” ia merangkul Valerie, “ayo kita
berangkat”
Mereka pun pergi
ditemani seorang pelayan.
Di pesta,
Beberapa orang
mulai membicarakan mereka.
“ya ampun, Robert
membawa istrinya”
“kalau gak salah,
istrinya kan gila”
“masa sih?”
“iya, dia itu stres
gara-gara Robert ketauan selingkuh”
“ya ampun, kasihan
juga”
“kasian apanya?
Kalau dia ngamuk disini, gimana?”
Robert mengelus
Valerie, “buat dirimu nyaman, sayang. Aku akan mengambil air untuk kita”
Valerie duduk
ditemani pelayannya.
Robert pun pergi
untuk mengambil air.
Disana,
Robert bertemu
dengan Theresa.
“Robert?”
“hey, kau diundang
juga?”
“ya, ini pesta
temanku”
“oh, begitu?”
Robert mengambil dua minuman.
“kau kesini
bersama...?”
“istriku” Robert
tersenyum.
“istrimu? Boleh aku
bertemu dengannya?”
“tentu”
Theresa pun
mengikuti Robert berjalan ke meja mereka.
Tapi saat melihat
Robert datang bersama seorang wanita, Valerie mulai mengeluarkan ekspresi aneh.
Mereka semakin
dekat.
Robert tersenyum,
“Valerie, kenalkan, ini...”
Theresa tersenyum.
“argh” Valerie
berteriak.
Semua orang disana,
kaget.
“Valerie, tenang,
sayang”
“argh” Valerie
berdiri dan pergi.
“Valerie” Robert
mengejarnya.
Pelayan itu pun
ikut mengejar.
Theresa merasa
aneh, ia baru tau jika selain terganggu jiwanya, Valerie juga suka mengamuk.
Valerie terus
berteriak sambil berlari, ia menangis. Valerie ingat semuanya, saat ia
memergoki Robert sedang bercinta di apartemen dengan wanita lain dan ia berlari
seperti ini.
“Valerie, tunggu”
Robert cemas karena Valerie berlari ke jalan.
“argh” Valerie
terus berlari melawan arus kendaraan dan berteriak sambil menangis.
“ya Tuhan...
Valerie?” Robert begitu cemas dan melewati kendaraan dengan melawan arus,
“Valerie”
Di jembatan,
Robert berhasil
menangkap Valerie, “sayang, tenang sayang”
“argh” Valerie
terus mengamuk dan mencoba melepaskan pelukan Robert.
“Valerie, tenang”
“arh”
“Valerie”
Valerie berusaha
melepaskan Robert dengan sekuat tenaga, begitu juga Robert yang terus berusaha
menenangkan Valerie dengan memeluknya.
“argh” Valerie
berhasil melepaskan pelukan Robert.
Robert yang
kehilangan keseimbangan pun jatuh di depan Valerie.
“ah...” kaki Robert
sakit.
Valerie terdiam dan
air matanya menetes.
Robert mencoba
bangkit dan mendekati Valerie, “sayang, aku mohon” Robert memeluk Valerie
sambil menangis, “aku mohon, jangan seperti ini. Kau istriku, apapun yang
terjadi”
Valerie pun diam di
pelukan Robert.
“besok kita akan
kembali ke pernakan, kau ingin melihat Honey Bunny lagi, kan?”
Pelayan mendekat,
“tuan?”
Robert tersenyum
karena semuanya sudah terkendali.
Theresa yang
melihat itu, ikut prihatin. Meski keadaan Valerie seperti itu, tapi Robert
terlihat begitu menyayanginya. Haruskah
aku menjauhi Robert?
Besoknya,
Di peternakan,
Robert sudah memakai kostum kelincinya.
“tuan yakin? Kaki
tuan sedang terkilir, lebih baik tuan tidak usah melompat-lompat di depan
nyonya Valerie”
“dia sangat
menyukai Honey Bunny-nya, mana mungkin aku tidak melompat?”
“tapi tuan...”
“aku tidak apa-apa”
Robert mulai
melompat ke arah Valerie yang duduk di rerumputan, tapi ia jatuh dan kakinya
semakin sakit.
“ah”
“tuan?” pelayan
mendekat.
“aku tidak bisa
merasakan kakiku”
Dan karena hal itu,
kaki Robert patah.
***
Di kamar,
Robert hanya
berbaring dengan perban di kaki kirinya. Selain engkelnya patah, kaki Robert
juga terluka.
“tuan, ini obatnya”
“terima kasih, bi”
“mana Valerie?”
“nyonya sedang
mandi”
“ya sudah, aku
titip dia, ya?”
“siap, tuan”
Setelah Valerie
mandi, seorang pelayan mengantarnya ke kamar. Valerie melihat Robert yang
sedang tidur dengan lukanya, Valerie mendekat.
Pelayan itu sedikit
kaget dan membiarkannya.
Valerie mendekati
Robert sambil menangis, “Honey Bunny”
Robert membuka
matanya, “Valerie?” ia kaget melihat Valerie dihadapannya, “apa kau baru saja
bicara?”
“Honey Bunny...”
air mata Valerie menetes.
Robert tersenyum
bahagia, “sayang” ia memaksakan dirinya untuk bangun dan memeluk Valerie, “iya
sayang, ini aku. Honey Bunny-mu” Robert begitu senang, “terima kasih, Tuhan...”
Beberapa hari
kemudian,
Robert yang
berjalan memakai kruk, turun dari tangga dan melihat Valerie yang sedang duduk
di ruang makan.
“kau sudah siap
untuk sarapan, ya? Maaf aku sedikit terlambat” Robert duduk disamping Valerie.
Pelayan pun mulai
menyajikan sarapan mereka.
“sayang, maaf kau
belum bisa melihat Honey Bunny-mu melompat di peternakan. Kakiku belum terlalu
baik, aku harus istirahat selama tiga bulan. Ini sangat melelahkan”
Valerie menunduk.
“hey, kenapa? Kau
tidak usah sedih, sebentar lagi aku akan sembuh”
Seorang pelayan,
mendekat.
“tuan?”
“ada apa?”
“nyonya besar,
datang”
“ok, bawa Valerie
ke kamar”
“baik, tuan”
Setelah pelayan
membawa Valerie naik, Robert pun berjalan ke ruang tamu.
“ibu”
“Robert? Ya
Tuhan... apa yang wanita gila itu lakukan padamu?”
“jangan bicara
begitu, bu”
“kau masih tetap
membelanya setelah dia mematahkan kakimu?”
“ini bukan
salahnya, aku jatuh di peternakan”
“terus saja
membelanya”
“aku tidak ingin
bertengkar, bu. Tolong”
“emh, kau selalu
bicara begitu”
“bu, aku mohon.
Pulanglah”
“kau mengusir ibu?”
“bukan itu
maksudku, aku...”
“kau menyuruh ibu
pulang, itu artinya kau mengusir ibu”
“maafkan aku, bu”
“kau selalu
mengecewakan ibu, apa kau tidak mengerti? Hati ibu sakit”
“maafkan aku, bu.
Aku hanya ingin ibu menerima Valerie apa adanya, seperti dulu”
“dia sudah berubah,
tidak seperti dulu. Begitu juga dengan ibu”
“Valerie sudah ada
kemajuan, bu. Dia bisa bicara, dan di mulai mengerti dengan apa yang kita
katakan”
“Robert, ibu tidak
tau harus bicara apa lagi padamu. Kau benar-benar...”
Robert menunduk.
“kau benar, lebih
baik ibu pergi” ibu pun pergi dengan kesal.
Robert yang
teringat pada Valerie, kembali ke kamar.
Di kamar,
“tuan, ada
baik-baik saja?”
“ya, tolong
tinggalkan kami berdua”
“baik tuan” pelayan
itu pergi.
Robert menatap
Valerie, “sayang” ia memeluknya.
Valerie tau, Robert
sedih. Ia pun menangis, “Honney Bunny...”
“maafkan aku,
Valerie. Aku akan melakukan apapun yang terbaik, yang terbaik untukmu. Sebagai
suamimu, sebagai pria yang mencintaimu”
Di rumah ibu
Robert,
Ibu sedang bicara
dengan Theresa.
“maksudmu, apa?”
“maaf tante, tapi
aku tidak akan mengejar Robert lagi. Saat kami bertemu di pesta, aku melihat
betapa Robert mencintai Valerie. Aku tidak mau merusak hubungan mereka”
“Theresa...”
“maaf, tante. Tapi
aku tau, yang aku lakukan ini benar”
Ibu terdiam.
“sampai jumpa,
tante. Mungkin akan lebih baik jika aku menjauh dari Robert”
Ibu hanya diam.
“sekali lagi, aku
minta maaf” Theresa pun pergi.
Ibu menangis,
impiannya untuk mendapatkan cucu dari Robert, mungkin akan menjadi semakin
sulit.
***
Hari itu,
Di rumah sakit,
Robert sedang bicara dengan dokter.
“jadi, Valerie bisa
mulai melakukan program untuk memiliki anak, kan?”
“sebenarnya keadaan
nyonya Valerie belum begitu baik, tuan. Tapi jika anda merasa yakin, saya tidak
bisa menghalanginya”
“terima kasih, dok”
Robert tersenyum senang.
Setelah keluar dari
ruang dokter, Robert pun masuk ke ruang tempat Valerie diperiksa.
Di dalam,
“sayang” Robert
tersenyum.
“honey Bunny”
Valerie merasa takut dengan para perawat yang dari tadi memeriksanya.
“tidak apa-apa,
sayang. Mereka ini orang baik, mereka ingin membantumu” Robert mendekat dan
memeluk Valerie.
Valerie pun
mengangguk.
Robert senang,
setelah sekian lama, akhirnya Valerie mau mengikuti terapi.
“aku yakin, kamu
akan segera sembuh, sayang. Lalu kita akan memiliki anak” Robert tersenyum,
“kau suka, kan?”
Valerie hanya
mengangguk dan kembali diam.
Beberapa hari
kemudian,
Di peternakan,
Robert memakai kostum kelincinya.
“tuan, anda yakin?”
“tenang saja, bi.
Kakiku sudah sembuh, kok”
“baikilah, tuan”
Robert pun mulai
melompat-lompat dengan penuh semangat ke arah Valerie.
Valerie yang sedang
duduk, tersenyum melihat Robert.
Robert mendekat dan
tersenyum, “hey Honey Bunny”
“Honey Bunny”
Valerie menatap Robert.
Robert pun memeluk
Valerie.
Dari jauh, ibu
Robert melihat itu. Ia sadar, selama ini, ia terlalu egois. Inilah yang Robert
inginkan, cinta Robert hanyalah untuk Valerie dan keadaan apapun tidak akan
merubah ini.
Ibu pun memilih
untuk kembali masuk ke mobinya tanpa mendekati mereka dan mobil pun melaju
pergi meninggalkan peternakan.
Di peternakan,
Robert berbaring di
padang rumput bersama Valerie.
“kau lelah?” Robert
menatap Valerie.
Valerie menggeleng.
“kau masih ingin
disini, bersama Honey Bunny-mu?”
Valerie mengangguk.
“ok, tidak masalah”
Sebenarnya Robert
sudah gerah dengan kostumnya, tapi karena Valerie menginginkan itu, Robert pun
tetap bertahan.
Robert memeluk
Valerie yang masih terbaring disampinya, ia mencium kening Valerie dan berharap
semua akan semakin baik.
Hal yang terjadi
dimasa lalu telah banyak mengajarkannya, jika keluarga adalah tanggung jawab
besar yang harus ia jaga. Robert tidak ingin mengulangi kesalahannya, apalagi
jika menyakiti perasaan Valerie. Robert yakin, Valerie akan segera sembuh.
Dengan begitu, mereka akan aman jika memiliki keturunan.
“aku mencintaimu,
Valerie”
Valerie yang masih
bersandar dipelukan Robert, tersenyum dan menutup matanya.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang
menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar