Author
: Sherly Holmes
Genre
: Family, Romance Drama, Crime
Cerita ini hanya
fiktif belaka dan hanya untuk hiburan
semata.
Hari itu,
Sepasang anak SMA
saling tatap di taman, anak laki-laki itu memegang tangan perempuan yang ada di
hadapannya.
“Darla, aku janji.
Setelah kita lulus nanti, aku akan memperkenalkanmu pada orang tuaku”
Darla tersenyum
pada laki-laki itu. Shawn, ia adalah kekasih Darla sejak mereka masuk SMA.
***
Beberapa bulan
setelah lulus,
Di sebuah bandara,
Robert baru saja turun dari pesawat pribadinya.
“selamat datang,
tuan”
Robert tersenyum
dan tetap berjalan. Para pelayan membawakan koper dan barang-barang Robert,
Robert pun masuk ke mobil RR-nya.
Di jalan,
“hallo?” Robert
yang sedang mengemudi, mengangkat telepon. Ia agak kesal, “aku dijalan” Robert
pun menutup teleponnya.
Sesampainya di
rumah,
Robert masuk dan
melihat seorang wanita paruh baya, mendekatinya.
Ibu menyambut
Robert, “selamat datang, nak”
Robert menunjukan
senyum singkat dan mau menaiki tangga.
“bisakah kau
sedikit sopan pada ibu?” Shawn menatap Robert dari balkon.
Robert menatap
Shawn dengan kesal.
Ibu tau, keadaan
akan semakin memanas. Ia pun mencoba melerai mereka, “sudah, nak. Mungkin
kakakmu lelah” ibu tersenyum kepada Robert, “lebih baik, kamu istirahat ya?”
Robert menaiki
tangga tanpa bicara sedikit pun.
Saat mau masuk ke
kamar, Robert dihadang Shawn.
“sekali lagi kau
kasar pada ibuku...”
Robert menatap
Shawn, “kau mau apa?”
Shawn kesal dan
mengepalkan tangannya.
“kau ingin
menghajarku? Ayo, lakukanlah”
“kau menyebalkan,
Robert”
Robert masuk ke
kamarnya.
Besoknya,
Darla datang ke
rumah keluarga Downey, ia membawa koper dan mulai mengetuk pintu.
“permisi”
“iya, sebentar”
Shawn membuka pintunya, “Darla?”
“Shawn?” Darla
kaget, “ini rumahmu?”
“ya” Shawn
tersenyum, “kau tau dari mana?”
“aku...”
Ibu melihat Darla,
“Darla, selamat datang”
“tante” Darla
tersenyum.
“ka..lian saling
kenal?” Shawn merasa aneh.
Mereka pun masuk.
“nak, tolong
ambilkan minum untuk Darla”
“iya, bu” Shawn
yang begitu semangat, mengambilkan air untuk Darla.
Tapi saat Shawn
kembali, langkah kakinya terhenti. Ia menguping pembicaraan Darla dan ibu dari
balik dinding.
“tante senang,
setelah lama dinanti, akhirnya perjodohan ini bisa dilakukan”
Perjodohan? Shawn yang masih
bersembunyi, kaget mendengar itu.
“Robert baru saja
pulang dari Inggris, mungkin dia masih sedikit lelah. Selamat datang di rumah
kami, semoga kau betah”
“terima kasih,
tante”
Robert? Shawn semakin kaget, kenapa mereka membicarakan Robert?
Shawn pun mendekati
mereka dan menyimpan segelas air di meja.
“o iya, ibu belum
memperkenalkan anak ibu yang kedua. Ini Shawn Shawn, adiknya Robert”
“kami udah saling
kenal kok, bu” Shawn menatap ibunya dan tersenyum kepada Darla.
“oh, bagus kalau
begitu” ibu tersenyum, “karena Darla akan menjadi kakak iparmu”
Shawn terdiam, ia
menatap Darla.
Darla hanya diam,
ia bingung harus berbuat apa.
“apa? Tapi kenapa,
bu? Kenapa Darla harus jadi kakak iparku?”
“karena dia sudah
dijodohkan denganku” Robert yang turun dari tangga, tersenyum sinis.
Shawn kesal, ia
merasa semua ini tidak adil. Sejak dulu, ia berpacaran dengan Darla. Bahkan ia
berjanji untuk melamar Darla setelah lulus SMA. Tapi kenyataannya, sekarang ia
harus menerima Darla sebagai calon kakak iparnya.
“aku tidak rela!”
Shawn berteriak.
Darla kaget.
“nak, kamu tidak
boleh bicara seperti itu”
“ini gak adil, bu.
Darla itu pacarku”
“jangan cengeng,
dunia ini memang tidak adil” Robert menatap Shawn.
“kurang ajar” Shawn
mau memukul Robert.
Robert memegang
tangan Shawn, “kau pikir, aku takut padamu?”
“hentikan, ibu
mohon” ibu mendekati mereka.
Darla mulai
bingung, ia memang sangat mencintai Shawn. Darla amat merasakan bagaimana
sakitnya perasaan Shawn, tapi ia tidak mungkin membatalkan perjodohan ini.
“Darla, kenapa kau
diam saja? Katakan pada pria ini, jika kau hanya mencintaiku” Shawn menatap
Darla.
“maafkan aku,
Shawn” Darla menunduk, sebenarnya ia sangat sedih.
“apa maksudmu?”
hati Shawn semakin sakit, matanya pun memerah.
Robert tersenyum
dan memegang tangan Darla, ia mengajak Darla menaiki tangga dan masuk ke kamar.
Para pelayan pun
membawakan barang-barang Darla.
Di kamar Robert,
Darla hanya duduk
diam di ranjang.
Robert mendekat,
“hey” ia tersenyum.
Darla menatap
Robert.
“aku minta maaf”
Robert duduk disamping Darla, “sikapku tadi, pasti membuatmu tidak nyaman”
Darla hanya diam.
“aku tau ini sulit,
aku juga baru mengetahui tentang perjodohan ini” Robert menatap Darla, “tapi
aku janji, aku akan melakukan yang terbaik”
Darla memalingkan
wajahnya dengan sedih, “cinta itu tidak bisa dipaksakan”
“aku tau, apalagi
kau pacar Shawn” Robert juga melihat ke arah lain, “aku mengerti, kau hanya
mencintainya. Tapi perjodohan ini tidak bisa dibatalkan begitu saja”
Air mata Darla
menetes, ini memang sangat berat untuknya.
“hey, jangan
menangis” Robert menghapus air mata Darla, “aku tidak akan memintamu untuk
tidur di kamarku, aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kamar untukmu. Ok?”
Darla menutup
matanya.
“maafkan aku, aku
mengerti perasaanmu” Robert memeluk Darla.
Tapi Darla hanya
diam.
Malam itu,
Darla berjalan ke ruang
makan, ia melihat ibu dan Shawn. Darla pun duduk di dekat Shawn.
“kami kira, kau
tidak akan makan malam” ibu tersenyum.
“maaf jika aku
terlambat, tante”
“mulai sekarang,
panggil saja ibu”
“baik, bu”
Shawn hanya diam
menatap Darla.
Darla tersenyum pada
Shawn. Meski sedih, tapi ia berusaha tegar dan berharap Shawn bisa mengerti.
“kau tidak mengajak
calon suamimu?” Shawn masih menatap Darla.
“aku...”
“nak, kamu jangan
bicara begitu” ibu menatap Shawn, “ayo dimakan” ibu tersenyum pada Darla.
Di kamar Robert,
Robert sedang
melamun dan memikirkan yang baru saja terjadi.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tiba-tiba
dijodohkan dengan seorang perempuan, dan dia adalah pacar Shawn.
Robert menunduk. Sudah sangat jelas
terlihat, jika dia lebih menyukai Shawn daripada aku. Ayah, kenapa kau selalu
membuat hidupku sulit?
Seorang pelayan,
masuk ke kamar Robert. Ia melihat Robert yang sedang melamun, “tuan?”
Robert menoleh,
“ada apa, bi?”
“nyonya mengajak
anda untuk makan bersama di bawah”
“aku tidak lapar”
“baiklah, tuan”
pelayan itu akan pergi.
“bi”
“iya, tuan?”
pelayan itu menoleh.
“apa Darla juga
makan?”
“iya tuan, nona
Darla sedang makan bersama nyonya dan tuan Shawn”
“syukurlah” Robert
tersenyum, ia merasa lega. Robert takut jika Darla terlalu memikirkan perjodohan
ini seperti dirinya.
Besoknya,
Darla keluar dari
kamar dan melihat Robert yang sudah rapi.
Robert tersenyum,
“kau sudah bangun?”
“iya” Darla menatap
Robert.
“aku akan pergi
kerja, mungkin kita baru bisa bertemu sore nanti. Kau tidak keberatan?”
“tentu” Darla
bingung.
Robert tersenyum
dan menatap Darla, ia mau mencium kening Darla. Tapi, Robert tidak jadi
melakukan itu. Robert tersenyum, “sampai jumpa”
“i..iya” Darla
masih terdiam.
Robert pun pergi.
Setelah Robert
pergi,
Darla masih diam. Dia akan mencium keningku? Secepat itukah?
“kau sudah mulai
dekat dengan calon suamimu?” Shawn mendekat.
“Shawn...?”
“apa?”
“Shawn, aku...”
“kau senang, kan?
Sebentar lagi, kau akan menikah dengan Robert Downey Jr. Seorang pria jenius
dan kaya yang memiliki perusahaan senjata”
“cinta tidak
memandang harta” Darla menatap Shawn, “apa kau tidak mengerti? Apa kau tidak
merasakan perasaanku?”
Shawn terdiam, ia
sedih mendengar itu. Shawn tau jika mereka memang saling mencintai, namun
keadaan membuat mereka menjadi seperti ini.
“maafkan aku,
Darla. Aku tau, ini bukan keinginanmu”
Darla mulai sedih.
“aku sangat
mencintaimu, masih bisakah kita memperjuangkan cinta kita?”
“aku tidak tau...”
Shawn pun memeluk
Darla yang mulai menangis.
Tanpa mereka
sadari, ibu melihat itu.
Ibu kaget, ia
melihat Shawn yang berpelukan dengan Darla. Tapi ibu lebih memilih untuk diam
dan tidak mendekati mereka.
Darla melepas
pelukannya, ia mengelus Shawn.
“aku sayang padamu,
Darla. Sampai kapan pun itu” Shawn menghapus air mata Darla, “kau percaya padaku,
kan?”
Darla mengangguk
dan Shawn mencium keningnya.
Siang itu,
Shawn bicara dengan
ibu di ruang keluarga, mereka duduk di sofa dan sedikit berdebat.
“ibu melihatmu
berpelukan dengan Darla”
“bu, ibu tau
sendiri, kan? Darla itu pacarku, kami saling mencintai dan perjodohan itu tidak
akan bisa memisahkan kami”
“Shawn, jangan
bicara begitu”
“ada apa, bu? Apa
ibu tidak lihat? Robert begitu senang melihat aku dan Darla terpisah, dia
menyebalkan”
“Shawn, dia
kakakmu”
“dia bukan kakakku,
bahkan kami tidak sedarah”
“Shawn, sejak ibu
menikah dengan ayah Robert, kalian adalah saudara” ibu menatap Shawn.
“kenapa ibu selalu
membelanya? Dia itu tidak sopan pada ibu”
“Shawn, ibu mohon.
Jangan benci dia, jadilah saudara yang...”
“tidak!” Shawn
menatap ibunya, “aku benci padanya. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mau
berbaikan dengan pria seperti itu”
Ibu menunduk dengan
sedih.
Shawn terdiam
melihat ibunya, “maafkan aku, bu. Mungkin aku butuh waktu untuk... untuk bisa
menjadi adik yang baik baginya”
“kau tau? Ibu tidak
pernah melihat senyuman kebahagiaan di wajah Robert, ibu takut jika dia tidak
bahagia bersama kita”
“ya Tuhan... bu,
dia itu pemilik perusahaan besar dan dikagumi semua orang”
“tapi kita tidak
tau, apa yang sebenarnya dirasakan oleh Robert”
Shawn menunduk,
“haruskah aku mengorbankan perasaanku demi kebahagiaannya?”
Di kamar Darla,
Darla terdiam, ia
masih memikirkan Shawn. Laki-laki yang amat ia cintai adalah adik dari Robert,
pria yang dijodohkan dengannya. Di satu sisi, ia merasa berat untuk mengakhiri
hubungannya dengan Shawn. Tapi disisi lain, Darla harus menghormati keinginan
kedua orang tuanya.
Hp Darla berbunyi
dan ia mengangkatnya.
“hallo?”
“hey, Darling”
Darla terdiam
mendengar suara Robert.
“Darla?”
“i..iya?”
“aku lembur hari
ini, kau tidak keberatan, kan?”
“maksudmu apa? Itu
adalah pekerjaanmu, mana mungkin aku melarangnya?”
“aku hanya ingin
mendapat ijin dari calon istriku” Robert tersenyum, “kau mau oleh-oleh?”
“tidak usah”
“kenapa? Kau tidak
suka?”
“aku hanya...”
“kau suka kue? Aku
akan membelinya jika kau mau”
“aku...”
“kau masih
meragukanku?”
“tidak, Robert. Aku
hanya...”
“aku rasa, itu
jawaban ‘iya’ darimu”
Darla diam.
“sampai jumpa nanti
malam, Darling”
Setelah Robert
menutup teleponnya, Darla masih diam. Sekarang Robert memanggilnya Darling,
mungkinkah itu panggilan sayang untuknya?
Malamnya,
Shawn menatap Darla
yang mau berjalan ke ruang makan, ia tersenyum.
“apa Robert belum
pulang?”
“dia bilang, dia
lembur”
“begitukah? Apa dia
menelponmu?”
Darla diam.
“kenapa? Apa aku
benar?”
“aku...”
“apa kau mulai
membuka hati untuknya?”
“Shawn, aku hanya
tidak ingin membuat keluargaku kecewa. Apapun yang terjadi, mereka pasti selalu
melakukan yang terbaik untukku”
“jadi menurutmu,
aku tidak baik?”
“bukan begitu
maksudku, aku hanya...”
“dia hanya menjelaskan,
jika dia calon istriku” Robert yang datang, menatap Shawn.
Darla kaget.
Robert mendekat,
“bagus sekali, Shawn. Saat aku tidak ada, kau merayu calon istriku?”
“dia itu pacarku,
kau yang merebutnya dariku” Shawn menatap Robert.
“sudah, hentikan!”
Darla melerai mereka, “kalian tidak boleh seperti ini” Darla menatap Robert
sambil melindungin Shawn.
Robert terdiam
melihat itu, “ini kue-mu” ia memberikan sebuah box kue kepada Darla, “jika kau
tidak suka, buang saja” Robert pun meninggalkan mereka.
Darla terdiam
melihat Robert yang menaiki tangga.
Shawn menatap
Darla, “kau baik-baik saja? Maaf jika aku sedikit emosi”
“tidak apa-apa,
Shawn”
“terima kasih, kau
sudah membelaku di depan Robert”
Darla tersenyum,
tapi hatinya merasa tidak enak pada Robert.
Di kamar Robert,
Robert kesal, kenapa aku merasa sakit saat dia membela
Shawn? Apa aku mencintai Darla? Tuhan... apa yang harus aku lakukan?
Robert duduk dan
menunduk, ia ingat saat ibunya meninggal. Sejak saat itu, hidupnya mulai
berubah. Dan saat ayah menikah dengannya ibu Shawn, Robert merasa kehidupannya
semakin berantakan.
Darla masuk ke
kamar Robert, “selamat malam”
Robert menoleh,
“Darling?”
“aku minta maaf”
Darla mendekat.
“untuk apa? Kau
tidak bersalah padaku”
“maukah kau makan
kue ini bersamaku?”
Robert tersenyum,
“aku membelinya untukmu”
“tapi aku tidak
pernah melihatmu makan bersama kami”
Robert diam.
Darla pun terdiam, apa aku salah bicara?
“aku tidak apa-apa,
aku hanya merasa...” Robert menatap Darla, “aku tidak mau membahas itu”
“baiklah”
Robert tersenyum.
Mereka pun mulai
memakan kue itu bersama.
“aku ingat saat
datang ke sekolahmu”
“benarkah?”
“iya, kau ingat
saat aku mengajarkan teknik elektro, kan?”
“kau hanya datang
satu hari, tidak ada orang yang bisa menyerap pelajaran secepat itu”
“maafkan aku”
Robert tersenyum, “aku ingat saat kau terus bicara dengan Shawn. Apa saat itu,
kalian sudah berpacaran?”
Darla terdiam.
“apa kau sangat
mencintainya?”
Darla tetap diam.
“maafkan aku, aku
hanya ingin tau, sejak kapan kalian berpacaran”
Darla memaksakan
diri untuk tersenyum.
Robert tiba-tiba
menyentuh bibir Darla, Darla pun kaget.
“maafkan aku, ada
krim di bibirmu”
“terima kasih”
Darla masih bingung.
“aku tau, ini
sangat berat untukmu. Tapi...”
Darla menatap
Robert.
Aku merasa bahagia disampingmu, Darla.
Robert tersenyum.
Darla yang tidak
mengerti pun tersenyum.
***
Saat Darla keluar
dari kamar Robert,
Darla terdiam
karena Shawn ada dihadapannya, “Shawn?”
Shawn terlihat
begitu kecewa, tapi ia tidak bicara sedikit pun dan memilih untuk pergi.
Darla melihat Shawn
yang masuk ke kamarnya, ia tau jika Shawn sedih.
Siang itu,
Di perusahaan,
Robert bicara dengan sekretarisnya.
“jadi?”
“benar tuan,
kelompok sepuluh cincin adalah pembeli setia senjata-senjata anda dan mereka
positif sebagai penjahat. Ini data-data mereka” sekretaris itu memberikan
sebuah berkas kepada Robert.
Robert melihatnya,
“aku sudah menduganya” Robert menatap sekretaris itu, “kita tutup pabrik
senjata ini dan memulai produksi lain yang lebih berguna”
“tapi tuan...”
“ada apa?”
“apa anda yakin?
Tuan Stane bilang,...”
“aku tidak mau jika
banyak orang menderita karena aku, aku akan memikirkan hal lain yang lebih
berguna selain senjata”
“baik tuan”
Dan kabar itu pun
sampai ke telinga ibu Shawn.
Di rumah,
“ada apa, bu?”
Shawn melihat ibu yang baru datang dengan begitu cemas.
“ibu mendengar
kabar dari Stane, kakakmu akan menutup pabrik”
“apa? Aku rasa, dia
sudah gila”
“Shawn, ibu
khawatir jika Robert memiliki masalah”
“dia tidak pernah
punya masalah, bu. Dia pria paling beruntung di dunia, semua orang iri padanya”
“Shawn, ibu serius”
“maafkan aku” Shawn
diam.
“semoga Robert
baik-baik saja”
“yap, semoga saja”
Shawn agak kesal.
Sorenya,
Darla sedang
membantu pelayan untuk memasak, ibu tersenyum melihat itu. Darla mungkin adalah
wanita sempurna yang diharapkan oleh para pria, termasuk Robert dan Shawn.
Tapi Ibu mulai
sedih, ia pun memanggil Darla untuk bicara berdua di halaman belakang.
Di halaman,
“ada apa, bu?”
“bolehkah ibu
meminta tolong padamu?”
“katakan saja, bu”
“tolong tanyakan
pada Robert, apa yang terjadi. Dia baru saja menutup pabrik senjata, sedangkan
itu adalah pabrik utama perusahaan. Seandainya ayah masih hidup, pasti ayah
akan marah besar padanya”
Darla diam.
“kamu bisa, kan?”
“tentu bu, aku akan
mencoba bicara padanya”
“terima kasih”
***
Robert pulang dan
ibu sudah menunggunya di depan pintu.
“ada apa?” Robert
menatap ibu.
“Robert, kau
baik-baik saja, kan?”
“apa maksudmu?”
Shawn turun dari
tangga dan mendekat, “kau menutup divisi senjata, apa kau gila?”
Robert menatap
Shawn, “aku hanya ingin melindungi keluargaku” ia kembali menatap ibu dan
pergi.
Shawn terdiam,
selama ini, ia baru mendengar kepedulian Robert padanya.
“Shawn?” ibu
khawatir.
“apa dia bercanda?”
Shawn tersenyum kesal.
“ibu tau, firasat
ibu tidak akan salah”
Shawn menatap
ibunya.
Di kamar Robert,
Robert begitu
kesal, ia duduk di ranjang dan mulai resah. Apa
yang harus aku lakukan sekarang?
Darla masuk ke
kamar Robert, “Robert”
Robert menoleh,
“Darling?”
“kau baik-baik
saja?”
“kenapa semua orang
bertanya seperti itu padaku?”
Darla mendekat,
“kami semua khawatir padamu”
“aku baik-baik
saja”
“ibu bilang, kau
menutup divisi senjata” Darla duduk disamping Robert.
“dan kau disuruh
untuk menanyakan ini?”
“aku hanya ingin
tau keadaanmu”
Robert diam,
“senjata yang kubuat akan menjadi ancaman bagi keluargaku, juga dunia ini.
Selama ini, banyak orang jahat yang membeli senjata di pabrik kami. Aku tidak
ingin jika suatu hari nanti, senjata yang kubuat malah melukai orang-orang yang
aku...”
“sayangi?” Darla
menatap Robert, “apa kau menyayangi Shawn dan ibu?”
“mereka keluargaku.
Apapun yang terjadi, aku harus melindungi mereka. Sebagai anak tertua, aku
adalah pengganti ayah”
Darla terdiam, apa yang terjadi di masa lalu Robert?
Sepertinya, dia begitu sedih mengingatnya.
“aku sayang padamu,
aku tidak ingin mereka menyakitimu juga”
Darla menatap
Robert.
“aku tau, kau belum
bisa membuka hatimu. Tapi aku akan selalu menunggu sampai kau siap”
Darla hanya diam.
“maafkan aku. Aku
tau, kau sangat berkorban untuk ini. Perasaanmu pada Shawn...”
“sudahlah Robert.
Mau bicara apapun, kita tetap tidak bisa berbuat apa-apa”
“apa menikah
denganku adalah petaka bagimu?”
“Robert, jangan
bicara begitu”
“lalu?”
Darla mengalihkan
pembicaraan, “hey, hari ini aku memasak. Kau makan bersama kami, ya?”
“aku tidak...”
“Robert, turunlah.
Makan bersama kami, itu pasti sangat menyenangkan”
“baiklah”
Setelah
bertahun-tahun tidak melakukan itu, akhirnya Robert makan bersama keluarganya
lagi.
Robert menatap
Shawn yang hanya diam, “apa kau tidak suka, aku makan disini?”
Shawn menatap
Robert dan ibu mulai khawatir.
“Robert, jangan
bicara begitu” Darla yang duduk disamping Robert, mengelus lengannya.
“aku hanya ingin
tau, apa yang kau inginkan sebenarnya? Kau selalu tertutup pada kami, apa kau
merasa menjadi manusia paling sempurna?” Shawn menatap Robert, “apa tanggung
jawabmu sebagai pengganti ayah?”
Robert kesal dan
berdiri, “apa maksudmu? Kalian pikir, aku tidak peduli pada kalian? Aku sudah
berpikir ribuan kali untuk ini” ia berteriak, “kalian pikir, aku menutup divisi
senjata begitu saja? Aku sudah memikirkan rencana lainnya, aku tidak akan
membuat kalian menjadi gelandangan karena ini” Robert meninggalkan ruang makan.
Shawn pun berdiri,
“kau pengecut, Robert. Kau hanya bersembunyi dibalik masalahmu. Jika ayah masih
hidup, dia akan marah padamu”
Robert berbalik
dengan mata yang berkaca-kaca, “apa maksudmu?!” ia ingat...
Saat
itu,
Shawn
kecil menangis, ia melihat Robert memakan sebuah permen.
Ayah
marah pada Robert kecil, “kenapa kau mengambil permen adikmu?”
“aku
ingin itu, ayah. Lagi pula, Shawn punya banyak permen. Aku cuma minta satu, apa
itu tidak boleh?”
“dia
itu adikmu, dan kau baru saja mencuri permennya. Apa kau tidak merasa
bersalah?”
“aku
sudah meminta secara baik-baik, tapi Shawn tetap tidak memberikannya”
“itu
artinya, dia tidak mau memberikan permennya. Kau tidak boleh memaksa”
Dan
karena itu, ayah pun menyiksa Robert.
“ampun
ayah” Robert kesakitan.
“kau
itu seorang kakak, kau harus melakukan apapun untuk kebahagiaan Shawn”
“ampun”
Punggung
Robert memerah karena dicambuk oleh sabuk sang ayah.
“ayah memang hanya
menyayangimu” Robert menatap Shawn dan ia pun pergi.
“Robert?” ibu
khawatir.
Darla hanya diam
melihat itu, ia tidak menyangka jika reaksi Robert akan seperti itu.
Shawn diam.
“Shawn, apa yang
kamu lakukan?” ibu menangis dan mendekati Shawn.
“maafkan aku, bu.
Aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan kakak” Shawn memeluk ibunya.
Tiba-tiba mereka
mendengar suara kaca pecah dari kamar Robert.
“ya Tuhan...” ibu
kaget.
Darla sadar, hanya
dirinya yang bisa menenangkan Robert. Karena keadaan Shawn dan ibu, tidak
memungkinkan untuk bicara dengannya.
“biar aku yang
melihatnya” Darla pergi menaiki tangga.
Di kamar Robert,
Darla melihat kamar
yang gelap, ia pun menyalakan lampu dan melihat cermin yang sudah berubah
menjadi pecahan kaca di lantai.
“ya Tuhan...” Darla
kaget, “Robert, kamu dimana?” ia pun melihat Robert yang duduk di sudut dengan
jari tangan kanannya yang berdarah.
“pergilah, tidak
usah pura-pura baik padaku”
Darla mendekati
Robert, “Robert...”
Robert yang
menangis, menatap Darla.
“aku akan mengobati
lukamu, ok?”
“pergi, aku tidak
butuh siapa pun!”
Darla menatap
Robert, “kendalikan dirimu, bagaimana jika ada pecahan kaca yang masuk ke
aliran darahmu?”
Robert diam, ia
ingat...
Saat
berusia empat tahun, sang ibu meninggal. Lalu saat Robert berusia enam tahun,
sang ayah menikah dengan wanita yang memiliki anak berusia empat tahun.
Namun
perlakuan sang ayah sangat berbeda terhadap mereka. Robert merasa ayahnya pilih
kasih, sang ayah selalu melakukan apapun untuk Shawn. Sedangkan dirinya, tidak
terlalu diperdulikan.
Ayah
rela meninggalkan rapat untuk ulang tahun Shawn, tapi ayah lebih memilih untuk
pergi ke luar kota di hari ulang tahun Robert.
“tidak seorang pun
yang peduli padaku”
“jangan bicara
begitu, ibumu sayang padamu. Begitu juga Shawn, ia sangat menyesal dengan
kejadian tadi” Darla mengelus Robert.
Robert pun
bersandar ke pundak Darla dengan begitu sedih.
“Robert..?” Darla
yang merasa tidak tega, mulai memeluk Robert.
“dalam hidupku, aku
selalu sendirian”
“hilangkan perasaan
itu. Kau masih punya keluarga yang menyayangimu” Darla melepas pelukannya dan
menghapus air mata Robert.
“hanya kau yang
membuat aku bahagia, Darling”
Darla terdiam.
“kehadiranmu sangat
berarti untukku, terima kasih banyak”
Darla mengambil
kotak obat sambil memikirkan perkataan Robert, apakah dirinya begitu berharga
di mata Robert? Mungkinkah Robert benar-benar mencintainya? Tapi bagaimana
dengan cintanya pada Shawn? Darla tidak bisa melepaskannya begitu saja. Karena
sampai saat ini, cintanya masih sangat besar untuk Shawn.
Robert masih diam
di sudut dan Darla pun mulai mengobati lukanya.
“aku minta maaf,
kau pasti takut melihatku” Robert menatap Darla.
“apa maksudmu?
Memangnya kau monster?” Darla tersenyum.
Dan Robert pun mulai
tersenyum lagi.
Di ruang makan,
Ibu masih bicara
dengan Shawn.
“kakakmu terlihat
tenang disamping Darla”
“maksud ibu...?”
“Robert mau terbuka
padanya, itu berarti, Robert merasa bahagia disamping Darla”
“jadi aku
harus...?”
“ibu tau, ini tidak
mudah. Tapi berusahalah untuk menghilangkan perasaanmu sedikit demi sedikit”
“untuk kebahagiaan
Robert?”
Ibu mengangguk.
Shawn pun memeluk
ibunya, ia sedih. Sangat sulit untuk menghilangkan perasaannya, Shawn begitu
mencintai Darla.
Besoknya,
Ibu mengeluarkan
sebuah cake dari oven dan meminta Darla untuk membantu menghiasnya.
Darla tersenyum, ia
menghias kue itu dan menempelkan lilin berbentuk angka 25.
Shawn terdiam
melihat itu, mungkin Robert akan bahagia dengan ini. Ia ingat...
Saat
itu,
Robert
baru pulang dari sekolah, ia masuk ke kamar. Meski terlihat lelah, Robert memaksakan diri untuk belajar. Shawn yang
belum sekolah, mendekati Robert.
“kakak”
Robert
menoleh.
“ayo
kita main” Shawn menunjukan mainan barunya.
Robert
terdiam, itu adalah hadiah ulang tahun dari ayah untuk Shawn.
“ayo
kak”
“baiklah”
Robert mengikuti Shawn ke ruang bermain.
Namun
saat ayah melihat itu, ia marah besar. Ayah kembali menyiksa Robert karena itu.
“ampun,
ayah” Robert menangis.
Shawn
pun mendekati ayahnya, “aku yang ajak kakak main, jangan pukul kakak lagi,
ayah”
“kakakmu
sudah besar, tugasnya hanya belajar”
“ampun”
Robert berteriak kesakitan.
“jangan,
ayah” Shawn menangis.
Ibu
pun datang, “hentikan, ayah!”
“anak
ini harus diberi pelajaran. Dia memiliki tanggung jawab besar di masa depan,
tapi dia malah bermain”
“kau
menyiksa Robert karena dia bermain? Dia baru masuk sekolah dasar, Robert
membutuhkan itu”
Ayah
berhenti memukul Robert.
“sayang,
kemari nak” ibu mengelus Robert.
Tapi
Robert menatap ibu dengan kesal dan memilih untuk kembali ke kamarnya.
Haruskah aku merelakan Darla demi kebahagiaan Robert?
Shawn masih menatap Darla yang sedang menghias kue.
Di perusahaan,
Robert sedang duduk
dan melamun di ruangannya, ia ingat...
Saat
Shawn ulang tahun, ayah selalu memberikan hadiah spesial untuknya. Tapi saat
Robert ulang tahun, sang ayah hanya memberikan sebuah kartu ucapan yang berisi
kata maaf karena tidak dapat hadir untuknya.
Stane masuk ke
ruangan Robert.
“paman?”
“Robert, paman tau,
banyak kemajuan yang dialami perusahaan semenjak kau menjadi CEO. Tapi...”
Robert menatap
Stane.
“paman rasa,
menutup divisi senjata adalah keputusan yang salah”
“begitukah? Apa
paman tidak tau, pembeli setia kita adalah penjahat?”
“Robert, senjata
adalah ciri khas perusahaan. Kita memiliki untung besar selama bertahun-tahun
karena produk ini”
“jangan khawatir,
aku sudah mendapatkan yang lebih baik dari itu”
“apa?”
“kenapa paman
sangat ingin mengetahuinya?”
“karena paman
adalah penasehat perusahaan dan juga teman baik ayahmu”
“aku tidak butuh
nasihat darimu tentang ini. Atau jangan-jangan, kau yang meluluskan penjahat
itu untuk membeli senjata kita?
“jaga bicaramu,
Robert”
“maafkan aku,
paman” Robert berdiri, “aku harus pergi” ia meninggalkan Stane.
Stane begitu kesal
dengan sikap Robert.
Di rumah,
Robert yang baru
tiba, membuka pintu dan terkejut melihat Darla, ibu dan Shawn sudah menunggunya
dengan sebuah kue ulang tahun.
“selamat ulang
tahun!” mereka tersenyum.
“apa ini sebuah
lelucon?” Robert menatap mereka.
“Robert, kami
merayakan ulang tahunmu”
“perayaan hanya
untuk anak kecil” Robert menatap Shawn, “aku lelah” ia menaiki tangga.
“Robert!” Darla
memanggilnya.
Robert berhenti
berjalan dan menoleh.
“meski menurutmu,
perayaan ulang tahun hanya untuk anak kecil. Tapi setidaknya, kau hargai ibu
dan Shawn” Darla menatap Robert.
“aku minta maaf”
Robert menatap mereka, “bolehkah aku aku pergi ke kamar?” ia kembali berjalan.
“nak, apa kau masih
membenci ibu dan adikmu?”
Mata Robert
memerah, ia berbalik dan menatap ibunya. Air mata Robert menetes, “maafkan aku,
bu. Aku hanya tidak terbiasa dengan ini”
Ibu menyimpan
kuenya dan mau mendekati Robert, tapi Robert berlari dan memeluk ibunya.
“terima kasih”
Robert menangis.
Ibu pun menangis,
ia belum pernah berpelukan seperti ini dengan Robert.
Malamnya,
Di sebuah restaurant,
Robert menyanyi untuk Darla.
Because of you, my life has changed
Thank you or the love and joy you bring
Because of you, I feel no shame
I’ll tell the world it’s because of you
( Keith Martin – Because of You)
Robert berharap,
Darla dapat mengerti perasaannya. Karena ia sangat mencintai Darla dan
benar-benar serius padanya.
Setelah menyanyi,
Robert duduk berhadapan dengan Darla sambil tersenyum.
Darla menatap
Robert.
“kita akan menikah,
tapi aku belum pernah melamarmu secara resmi. Jadi di hari yang spesial ini,
maukah kau menikah denganku?”
Darla terdiam, ia
melihat sepasang cincin berlian yang ditunjukan oleh Robert.
Robert memakaikan
cincin itu ke jari manis Darla dan ia pun memakainya.
Tiba-tiba sebuah
sinar biru, keluar dari berlian itu.
“ah?” Darla kaget.
“cincin ini akan
bersinar untuk mengetahui kondisi kita, jadi aku akan mengetahui keadaanmu”
Robert tersenyum.
Darla hanya diam
dan tersenyum.
“besok kita makan
siang bersama, aku akan menunggumu di perusahaan. Ok?”
Darla mengangguk.
Saat pulang,
Robert dan Darla
menaiki tangga dan berhenti di depan kamar Robert, Robert menatap Darla sambil
tersenyum.
“terima kasih untuk
malam yang menyenangkan ini”
Darla tersenyum dan
tanpa ia sangka, Robert mencium keningnya. Darla terdiam dan Robert pun masuk
ke kamarnya.
Tapi saat Darla
menoleh, ia melihat Shawn sedang memperhatikannya.
“Shawn?” Darla
khawatir jika Shawn akan marah.
Tapi Shawn
tersenyum, “terima kasih telah membuat kakak bahagia di ulang tahunnya”
“i..iya” Darla
sedikit sedih, mungkinkah Shawn sudah menyerah untuk memperjuangkan cintanya?
Siang itu,
Di perusahaan,
Robert sedang memeriksa berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
“selamat siang”
Darla masuk.
“Darling?” Robert
tersenyum.
“apa kita jadi
makan siang?”
“siapa ini, tuan? Dia cantik sekali”
“sst, diam” Robert
tersenyum.
Darla kaget, “siapa
yang bicara?”
“ini sistem
keamanan, namanya Jarvis”
“salam kenal, nona”
“hey Jarvis...?”
Darla bingung harus bicara kemana.
***
Setelah makan
siang, Robert mengajak Darla ke sebuah tempat.
“apa ini?”
“ini energi murni
yang kubuat sebagai pengganti pabrik senjata, versi mininya ada di cincin kita”
Robert tersenyum, “aku sengaja membuatnya mudah digunakan, agar kau dan Shawn
dapat mengendalikannya”
Darla menatap
Robert, “kenapa kau menunjukan ini padaku?”
“karena aku percaya
padamu, dan Shawn akan menjadi penerusku setelah aku...”
“Robert, kau selalu
terlihat cemas. Apa yang kau sembunyikan dari kami? Kau menutup pabrik senjata,
kau memberiku cincin ini dan sekarang kau...”
“aku punya firasat
buruk”
Darla menatap
Robert dan mengerti.
“jika terjadi
apa-apa padaku, beritau Shawn. Dia harus segera pergi ke pengacara kami dan
membawa beberapa keamanan” Robert tersenyum, “sudahlah, aku tidak ingin
membahas itu. Nanti malam, kau bisa pergi ke bukit, kan?”
“untuk apa?”
“aku hanya ingin
bicara berdua atau sekedar memandangi langit malam bersamamu”
“baiklah” Darla pun
tersenyum dan meninggalkan Robert.
Robert masih
menatap tabung energi itu, “aku tau, ini lebih baik daripada senjata” ia
tersenyum.
Tapi Jarvis tiba-tiba
melapor, “lift satu malfungsi, lift satu
malfungsi”
Robert kaget,
“kenapa lift-nya bisa malfungsi?”
“energy lift diputus, energy lift diputus”
“ya Tuhan...”
Robert berlari keluar dari ruangan itu, “scan isi lift, apa ada orang disana?”
“terdapat seseorang, namun saya tidak bisa
menayangkannya di Hp anda”
“sial, cepat
perbaiki kerusakannya” Robert berlari ke arah lift, ia melihat beberapa
keamanan disana.
“tuan?”
“apa yang terjadi?”
“kami tidak tau,
tuan. Lift tiba-tiba mati”
Robert melihat
rekaman cctv terakhir yang memperlihatkan orang itu, “Darla?” Robert kaget, ia
langsung membuka paksa pintu lift.
“tuan, apa yang
anda lakukan?”
“calon istriku
terjebak didalam”
“tuan, kita tidak
tau jika nona Darla ada di lantai berapa”
“aku tidak peduli,
cepat bukakan pintu ini”
“tuan, lebih baik
kita menunggu sampai energy-nya kembali normal”
“oksigen di lift
tidak akan menunggu kita”
“tuan?”
“calon istriku di
dalam, apa kalian tuli?”
“i..iya tuan”
mereka membuka pintu lift sekuat tenaga mereka.
Setelah pintu terbuka,
mereka melihat lift macet ada di bawah.
“tuan, itu terlalu
dalam”
“aku tidak peduli”
Robert melompat dan berpegangan ke tali lift, ia turun sambil menahan sakit di
tangannya.
Di dalam lift,
Darla panik,
ruangan itu kecil dan gelap. Oksigen akan semakin tipis.
“ya Tuhan... aku
harus bagaimana?”
Brak...
Darla mendengar
suara di atasnya, ia kaget. Tapi ia melihat seseorang yang membuka ventilasi
udara dan orang itu tiba-tiba jatuh di depan Darla.
“aw” Robert terdiam
kaget, ia tidak menyangka akan jatuh.
“Robert?” Darla
kaget.
“Darling” Robert
malu dan tersenyum, ia bangun.
“ya Tuhan...” Darla
melihat telapak tangan Robert yang terluka.
“aku tidak apa-apa,
aku akan mengeluarkanmu dari sini”
“bagaimana
caranya?”
“Jarvis sedang
berusaha memperbaiki ini, tapi ini akan memakan waktu lama. Jadi aku akan
menggendongmu dan memanjat ke atas sana”
“apa? Robert, tali
lift itu melukai tanganmu dan sekarang kau akan memanjatnya lagi?”
“itu jalan
satu-satunya, lift mati dan aku tidak bisa menghubungi siapapun darisini”
Darla memegang
tangan Robert dan melihat lukanya, “lukamu akan semakin parah”
“jangan pikirkan
itu, yang penting bagiku adalah kau. Aku ingin mengeluarkanmu dari sini, kita
akan sulit bernafas jika terlalu lama disini”
Darla diam.
“percayalah padaku”
Darla pun mengikuti
keinginan Robert meski sebenarnya, ia tidak tega.
Robert membawa
Darla naik, “ayo, naik ke punggungku. Jangan cekik aku, ok? Peluk saja”
Darla tersenyum.
Robert memegang
tali dan mulai memanjat, “ah” meski tangannya sakit, tapi ia tetap bertahan
untuk Darla.
Darla hanya diam,
ia sedih karena tidak bisa melakukan apa-apa. Dan pengorbanan Robert, ia amat
menghargai itu.
“kita... sebentar
lagi sampai” Robert melihat pintu lift yang terbuka.
Disana para
keamanan sudah menunggu mereka.
“kau lihat itu,
Darling?”
“iya”
“bertahanlah,
sebentar lagi kita sampai”
Mereka pun sampai
di pintu lift itu.
Para keamanan
bersiap untuk menangkap mereka.
“dengarkan
aba-abaku” Robert yang mulai bergelantung, menatap Darla.
“apa maksudmu?”
“saat ayunanku
dekat dengan mereka, lompatlah. Mereka akan menangkapmu”
“bagaimana
denganmu?”
“itu mudah, lakukan
saja yang aku katakan”
Darla punya firasat
buruk tentang ini.
Ayunan Robert
semakin mendekati mereka, “lompat!”
Darla pun melompat
dan para keamanan menangkapnya.
“syukurlah, nona”
Darla tersenyum.
Tapi Robert tidak
dapat bertahan lagi, tanganya berdarah dan terlepas dari tali itu.
“ah” Robert jatuh.
“Robert?!” Darla
panik.
Lift menyala dan
naik.
Bruk..
“aw” Robert jatuh
ke atas lift, tapi untungnya tidak terlalu jauh dan lift itu pun berhenti di
dekat pintu.
Robert keluar,
“akhirnya” ia tersenyum bisa selamat dari lift.
“Robert” Darla
memeluk Robert.
Robert tersenyum,
ia sangat senang karena Darla memeluknya.
Di klinik,
“aw, pelan-pelan”
Robert marah pada perawat yang sedang mengobati tangannya.
“jangan mengomel,
mereka sedang mengobatimu” Darla menatap Robert.
“ini sakit,
Darling. Masa mereka ngobatiku dengan kasar? Pake perasaan, dong!” Robert
menatap para perawat.
“sudah, kamu kok
kaya orang tua”
“eh?” Robet kaget.
Setelah perawat
pergi,
Robert tersenyum
pada Darla, “aku senang. Hari ini, kamu terlihat sangat khawatir padaku”
Darla mengelus
Robert, “bagaimana aku tidak khawatir, lihat telapak tanganmu. Kau tidak akan
bisa melakukan apa-apa dengan luka itu”
“aku kan, punya
Darling” Robert tersenyum, “aku tinggal minta tolong dan semuanya beres”
“enak saja”
***
Malam itu,
Darla keluar dari
kamarnya, tapi ia melihat Shawn yang sudah ada dihadapannya.
“hey”
“Shawn?”
“kamu mau kemana?”
“aku...”
Shawn tersenyum,
“aku minta maaf”
“kenapa kau minta
maaf?”
“karena kau harus
mengorbankan perasaanmu demi kebahagiaan kakakku”
“apa kau sudah
tidak mencintaiku?”
“tidak, Darla. Itu
tidak benar, aku mencintaimu selamanya”
“benarkah? Tapi
kenapa aku merasa, akhir-akhir ini kau berubah?”
“maafkan aku” Shawn
mengelus Darla.
Di bukit,
Robert sudah
menyiapkan ribuan lilin untuk menyambut Darla, ia menyalakan lilin-lilin itu di
bawah bukit. Agar saat Darla datang, Darla bisa melihat tulisan -I LOVE YOU-
dari atas bukit.
Tapi Robert mulai
resah karena Darla belum juga datang. Ia tetap bertahan disana dan hujan pun
turun, hujan itu membuat semua lilin mati dan angin yang kencang membuat
lilinnya berserakan di tanah.
Robert yang basah
kuyup, tetap bertahan disana. Darla...
Robert duduk di
bangku dan melihat semua yang ia siapkan telah hancur, Robert menunduk. Tapi ia
tetap bertahan karena ia yakin, Darla pasti datang.
Di rumah,
Darla masih menatap
Shawn, tapi ia ingat pada Robert dan akan pergi.
“Darla, kamu mau
kemana?”
“aku lupa, aku ada
janji dengan Robert”
“tapi di luar hujan
lebat, kakak pasti akan segera pulang. Lagi pula, tangannya sedang sakit, kan?
Jadi kakak pasti langsung pulang dari kantor”
“tapi...”
“percayalah padaku”
Darla diam,
“baiklah”
Tapi kenyataan,
Robert tak kunjung datang.
Pagi itu,
Darla bergegas
menuruni tangga, ia berlari keluar dan mencari taxi.
Shawn mengintipnya
dari jendela kamar, apa kakak belum
pulang?
Di bukit,
Darla melihat
Robert yang berbaring di bangku, “Robert?”
Robert membuka
matanya dan tersenyum melihat Darla, “aku kira, kau tidak akan datang” ia
bangun.
“ya Tuhan... kenapa
kamu tidak pulang?”
“aku menunggumu”
Robert diam menatap lilin-lilin yang sudah berantakan bersatu dengan dedaunan
yang gugur akibat angin. Ia tau, kejutan yang telah ia persiapkan telah gagal
dan Darla tidak akan menyadari itu.
“Robert?” Darla
memang tidak mengetahuinya, tapi ia merasa bersalah. Darla duduk disamping
Robert.
Robert menatap
Darla, “aku tidak apa-apa, ayo kita pulang”
“ayo” Darla merasa
sedih melihat Robert yang basah dengan mata merahnya.
“lebih baik kau
pulang dengan taxi, kepalaku sedikit pusing”
“aku akan pulang
bersamamu”
“jangan khawatir,
mungkin aku hanya kurang tidur” Robert tersenyum, “pulanglah, aku akan segera
menyusul”
Darla mengangguk
dan pergi.
Robert masih menatap
lilin-lilin itu dari bukit, ia pun berpikir untuk naik taxi dan meninggalkan
mobil RR hitamnya disana. Karena Robert merasa, pusing di kepalanya akan
mengganggu konsentrasi saat mengemudi.
***
Di rumah,
Shawn diberi tau
pelayan jika Stane datang untuk berkunjung. Ia pun berjalan ke tempat parkir
dan melihat Stane yang berada di dekat mobil sport biru milik Robert.
“paman Stane?”
“ah?” Stane kaget,
“hey, Shawn” ia tersenyum.
“paman sedang apa?”
“ah, paman hanya
melihat mobil kakakmu yang super mewah ini. Paman tidak percaya jika kakakmu
mendapatkan mobil ini sebelum resmi dipasarkan”
Shawn tersenyum.
“kenapa kau tidak
meminta mobil yang sama padanya?”
“bagiku, mobil
sport yang kakak berikan tahun lalu, masih bagus”
“ayolah, bukankah
itu mobil bekas kakakmu?”
Shawn menatap
Stane.
“ah, paman hanya
ingin tau. Ternyata kau adik yang baik, tidak meminta hal yang macam-macam
padanya. Sangat baik”
Shawn tersenyum
lagi.
“baiklah kalau
begitu, paman akan kembali ke perusahaan. Ini untuk ibumu” Stane memberikan
sebuah bingkisan.
“terima kasih,
paman”
Setelah Stane
pergi, Shawn pun masuk ke rumah dan menaiki tangga. Tapi ia melihat Darla yang
baru datang.
Darla masuk, ia
agak menyesal karena tidak menyusul Robert tadi malam. Tapi ia berharap, jika
Robert akan baik-baik saja. Darla menaiki tangga dan melihat Shawn sedang
menatapnya.
“apa kau menemui
kakak?”
Darla mengangguk,
“dia di bukit, aku melihatnya kedinginan. Dia kehujanan semalaman dan aku hanya
diam disini, tidur nyenyak di kamar”
“kau khawatir? Kau
menyesal melupakan janjimu?” Shawn mendekat.
Darla menunduk, ia
tau maksud pertayaan itu, bahwa Shawn masih mempertanyakan cintanya.
“Darla” Shawn
mengelus Darla.
Darla menatap Shawn
dan rasa sedih itu mulai membesar. Ia sedih melihat Robert, tapi ia juga sedih
melihat cinta Shawn.
Robert yang menaiki
tangga, melihat itu. Ia kesal, “jadi ini yang kalian lakukan jika aku tidak
ada?”
Mereka kaget dan
menatap Robert.
Mata Robert
memerah, hatinya sakit melihat Darla dan Shawn. Robert menatap Shawn, “dia
calon istriku, masihkah pantas jika kau melakukan ini?”
“kakak...”
“tidak usah bicara
lagi” Robert menatap Darla, “Darling...” bicara Robert mulai terbata-bata.
“Robert, aku minta
maaf. Tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan, kami hanya bicara”
“tidak usah...
tidak usah berbohong lagi padaku” air mata Robert menetes, “kau memang tidak
mencintaiku, kan? Aku tau itu” Robert yang begitu marah, menuruni tangga dan
keluar dari rumah. Ia masuk ke garasi dan menaiki mobil sport birunya, Robert
mengendarai mobil itu dengan begitu kencang.
Darla terdiam dan
semakin sedih, ia bingung.
Shawn pun diam dan
mulai khawatir.
Darla menunduk,
“aku tidak sanggup lagi”
Shawn menatap
Darla, “maafkan aku, Darla. Aku belum bisa melupakanmu. Aku sudah berusaha
tegar, tapi cintaku padamu tidak akan pernah hilang”
Mereka berpelukan.
Cincin Darla pun
berubah warna menjadi pink.
Ibu tiba-tiba
berteriak, “Ya Tuhan... Robert?!”
Darla dan Shawn
menuruni tangga dan berjalan ke arah ibu yang ada di ruang keluarga.
“bu?” Shawn melihat
ibu yang memegang telpon sambil menangis.
“kakakmu
kecelakaan”
Mereka kaget.
“cepat lihat
keadaannya, Robert ada di klinik dekat jembatan”
“baik bu” Shawn
mengajak Darla keluar.
Di luar,
Darla ingat
kata-kata Robert, “tunggu, Shawn”
“ada apa?”
“aku ingat. Robert
bilang, jika terjadi apa-apa padanya, kau harus pergi ke pengacara keluarga
kalian”
“apa? Yang benar
saja? Kita harus lihat keadaan kakak”
“Shawn, aku tau ini
aneh. Tapi aku yakin, Robert tidak main-main dengan ini. Kau juga harus membawa
keamanan, mungkin beberapa polisi”
“ini konyol”
“Shawn?!”
“ok ok, aku kesana.
Tapi aku tidak akan bawa polisi” Shawn pun pergi dengan mobilnya.
Darla mencari taxi
untuk pergi ke klinik.
Di klinik,
Darla bicara dengan
dokter.
“tenang saja, nona.
Tuan Robert hanya luka ringan. Saat kecelakaan, beliau memakai sabuk pengaman
dan airbag-nya berfungsi”
“syukurlah, boleh
aku melihatnya?”
“tentu saja”
Di ruang perawatan,
Robert sedang
bersandar di kursi dan beberapa perawat mengobati lukanya.
“pelan-pelan,
tanganku sakit”
“maaf, tuan”
“cukup, aku tidak
apa-apa” Robert bangun dan berjalan keluar.
“pelan-pelan, tuan”
Robert terdiam
melihat Darla datang.
“Robert?” Darla
melihat tangan kiri Robert.
“aku hanya
terkilir”
Darla mendekat,
“aku sangat mencemaskanmu” ia mengelus Robert dan melihat bekas jahitan di
keningnya.
Robert pun memeluk
Darla.
“aku akan pulang
bersamamu”
Tapi Robert
terdiam.
“Robert? Ada apa?”
“apa Shawn pergi ke
pengacara kami?”
“iya, tapi dia
sendirian”
“ya Tuhan... aku
harus kesana”
“Robert, kau sedang
cedera”
Robert menatap Darla,
“apa kau ingat saat lift perusahaan mati? Itu perbuatan orang dalam, karena
orang luar tidak tau sama sekali tentang energy perusahaan kami”
“maksudmu?”
“ada satu orang
yang aku curigai, tapi aku masih belum bisa memastikannya. Lebih baik, kau
panggil polisi. Aku harus segera menyusul Shawn”
“b..baik” Darla
terdiam melihat Robert yang begitu serius menatapnya.
Robert keluar dari
klinik dan menaiki mobil RR-nya yang sudah terparkir di depan klinik.
***
Di sebuah ruangan,
Stane masuk dan
menatap seorang pria yang sedang duduk.
“tuan Stane?”
“Robert kecelakaan,
aku tidak mengetahui kondisinya seperti apa. Aku dengar, mobilnya menabrak
dinding pembatas jalan”
“ya Tuhan...”
“bagaimana dengan
warisannya?”
“maksud anda?”
“jika Robert
meninggal, apa yang aku dapatkan?”
“maafkan saya,
tuan. Tapi tuan Robert sudah mengganti isi surat itu”
“apa?”
“nama anda tidak
tercantum di dalamnya”
“tidak mungkin”
Stane marah dan mendekati pengacara itu, “katakan, apa isinya?” ia menarik
kerah baju pengacara itu.
“to..tolong lepaskan
saya dulu”
Stane melepasnya
dengan kesal.
“tuan Robert
menulis, jika beliau meninggal, warisannya akan diberikan kepada ibu, adiknya
juga seorang perempuan bernama Darla”
“Darla?” Stane
ingat, saat Robert kecil, Robert pernah dijodohkan. Ia pun tersenyum, “jadi,
perempuan yang terjebak di lift itu bernama Darla?”
Shawn masuk, “paman
Ryan” tapi ia terdiam melihat Stane.
“Shawn” Stane
tersenyum, “kenapa kau disini?”
Shawn menatap
curiga pada Stane, “kenapa paman disini?”
“kenapa kau balik
bertanya?” Stane mengambil sesuatu yang ada di sakunya.
“tuan Shawn,
pergilah” Ryan sang pengacara, punya firasat buruk.
“diam kau” Stane
menodongkan pistolnya ke kepala Ryan, “dengar, Shawn! Jika kau pergi, pria ini
akan aku bunuh”
“aku tidak akan
kemana-mana, sekarang aku tau, kenapa kakak begitu khawatir. Ini semua karena
paman, kan? Kakak sudah tau, paman itu jahat. Jangan-jangan, paman yang sengaja
membuat rem mobil kakak jadi blong. Iya, kan?”
“apa buktinya?”
“rekaman cctv di
rumah kami akan menjadi buktinya”
“oh, ternyata kau
mulai pintar seperti kakakmu. Sekarang aku harus ikut menyingkirkanmu juga”
“berhenti disitu,
Stane” Robert datang.
“kakak?” Shawn
menatap Robert, “kakak baik-baik saja?”
“apa kau lupa jika
mobilku mahal?” Robert menatap Shawn.
Stane tersenyum,
“keluarga macam apa, ini?”
Robert mendekati
Stane, “kau hanya berurusan denganku, biarkan mereka pergi”
Stane mengarahkan
pistolnya kepada Robert, tapi Robert melepaskan pistol itu dari tangan Stane
dan pistol pun jatuh ke lantai.
“wing chun?” Stane
kaget.
“kau lupa, paman?”
Saat
kecil, Robert dipaksa mengikuti bela diri oleh ayahnya.
“aku
tidak mau, ayah”
“sebagai
anak tertua, kau harus bisa melindungi keluargamu”
Robert masih
mengingatnya.
“ternyata
penderitaanmu, ada gunanya juga”
“jangan bicara
lagi” Robert mengunci tangan Stane dengan tangannya.
“aku kira, tanganmu
terluka. Tapi kau masih bisa mengunci gerakanku”
“kau lupa? Bela
diri yang aku pelajari bukan untuk menyerang, tapi untuk bertahan”
Stane mulai merasa
sakit pada tangannya, “ah... lepaskan aku, Robert”
“kau adalah teman
ayah, kenapa kau ingin melakukan ini semua? Saat aku kecil, kau bukanlah orang
jahat, paman”
“sebuah kerajaan
yang dihancurkan dari luar, akan membuat anggotanya lebih kuat untuk menata
kembali kerajaan mereka. Tapi jika kerajaan itu hancur dari dalam, maka
kerajaan itu akan hancur selamanya”
Robert menatap
Stane.
“selama ini, ayahmu
peduli padamu, Robert. Tapi sikapnya yang keras, membuatku punya peluang untuk
menyakitimu”
Robert terdiam.
Saat
itu,
Setiap
Robert kecil ulang tahun, sang ayah sangat menyesal karena tidak bisa datang.
Ia menitipkan sebuah kartu ucapan dan hadiah spesial untuk Robert kepada Stane,
tapi Stane malah membuang hadiah itu dan hanya memberikan kartu ucapan saja.
“tidak...” Robert
mulai tidak stabil.
Stane tersenyum,
“aku serius, Robert. Aku sengaja melakukan itu agar kau berpikir, ayahmu sangat
membencimu dan hanya menyayangi Shawn”
Mata Robert
memerah, ternyata penilainya selama ini salah.
“aku sengaja
melakukan ini, agar kalian tidak akur. Kau akan selalu membenci keluarga Shawn
dan aku bisa memperalatmu”
Shawn kaget
mendengar itu, karena Stane juga sering memprovokasi dirinya dan sang ibu agar
membenci Robert.
Robert melepaskan
Stane, ia gemetar dan hampir menangis.
“kau kenapa,
Robert? Merasa hidupmu dibohongi?”
Robert jatuh
terduduk dan diam di sudut.
“kakak?” Shawn
khawatir.
“kasihan sekali”
Stane senang, “dibalik fisikmu yang kuat, terdapat mentalmu yang lemah” ia
senang karena berhasil membuat hidup Robert hancur.
Robert menatap
mereka dengan air matanya yang menetes.
“kau lihat, Shawn?
Kakakmu sangat kekanak-kanakan, sepertinya dia belum siap jadi dewasa”
Shawn menatap Stane
dengan kesal.
Robert menunduk tak
berdaya, ia begitu sedih. Seandainya sang ayah masih hidup, Robert akan mengatakan
bahwa ia sangat menyayangi ayahnya.
“dan aku punya
kejutan lain untuk kalian” Stane mengeluarkan pistol lain dari sakunya,
“kakakmu sudah kalah, sekarang aku akan menyingkirkanmu” ia mengarahkan
pistolnya ke arah Shawn.
Shawn kaget.
Meski melihat itu,
tapi Robert belum stabil dan masih terpukul.
“ucapkan selamat
tinggal pada kakakmu” Stane menarik pelatuk.
“Shawn?!” Robert
berteriak.
Dor...
Shawn menutup
matanya, tapi ia tidak merasakan apapun.
Robert rubuh di
depan Shawn.
“kakak?” Shawn
kaget melihat Robert yang terkapar karena melindunginya dari tembakan itu.
Robert masih
bertahan dengan darah di dadanya, “Shawn...” mata Robert masih terbuka.
Shawn mendekati
Robert, “kakak” ia mengangkat kepala Robert ke pangkuannya.
“maafkan aku”
“jangan bicara begitu,
kak. Kita sudah tau yang sebenarnya, Stane adalah dalang dari semua ini”
Stane tertawa, “aku
tidak menyangka jika kau mau berkorban untuk adikmu, bukankah selama ini kau
iri pada Shawn? Kau selalu bilang, ayahmu hanya menyayangi Shawn dan kau sangat
membenci keluargamu”
Ryan yang mengambil
pistol dari lantai, menempelkannya ke kepala belakang Stane.
Stane kaget.
“jika kau bergerak,
aku akan menembak kepalamu, Stane”
“kau berani juga,
Ryan?” Stane tersenyum.
“aku tidak
main-main, Stane” Ryan menarik pelatuknya, “jatuhkan senjatamu, sekarang!”
Stane pun diam dan
menjatuhkan pistolnya ke lantai.
“kenapa kau datang
sendirian?” Robert menatap Shawn.
“maafkan aku, kak.
Aku tidak tau jika semuanya akan menjadi seperti ini”
“berjanjilah...
berjanjilah kau akan membahagiakan Darla”
“jangan bicara
begitu, kak. Kakak yang akan menikahinya, bukan aku” air mata Shawn menetes.
Robert tersenyum.
“kenapa kakak
melakukan ini, kak?”
“ayah selalu
bilang, jika aku harus melindungimu dan ibu” Robert mengelus Shawn, “kakak
sayang padamu, Shawn” tangan Robert mulai terlepas dari pipi Shawn dan matanya
tertutup.
“kakak?” Shawn
panik dan memeluk Robert, “bangun, kak. Jangan tinggalkan aku!”
Stane terseyum, dan
Ryan kaget melihat itu.
Darla yang datang
bersama para polisi, terdiam melihat itu.
Stane pun ditahan
atas kejahatannya.
***
Di rumah sakit,
Dokter mengoprasi
Robert dan berusaha mengeluarkan peluru dari dadanya.
Sementara di ruang
tunggu,
Keluarga Robert
begitu panik, ibu terus menangis di pelukan Shawn.
“tenang, bu. Kakak
pasti kuat”
Cincin Darla mulai
berubah warna menjadi merah.
Shawn mendekati
Darla, “bisakah kita bicara?”
Darla mengangguk.
Shawn memegang
tangan Darla, “mulai sekarang, berjanjilah untuk selalu membahagiakan kakakku”
“Shawn...”
“aku mohon.
Sekarang aku sangat mengetahui penderitaan kakak. Hanya kamu, Darla. Hanya kamu
yang bisa membuat dia bahagia, dan kamu yang bisa membuat kakak bertahan saat
ini” Shawn berlutut, “aku mohon, cintai dia seperti dia mencintaimu” air
matanya menetes, “dia sangat mencintaimu. Aku mohon, buat dia bahagia dalam
hidupnya”
Darla menangis
mendengar itu, pria yang sangat ia cintai memintanya untuk mencintai orang
lain. Sepertinya sekarang, Shawn sudah berhenti untuk memperjuangkan cintanya
dan memilih untuk mengalah demi kebahagiaan Robert.
“aku mohon”
Darla pun
mengangguk dan mereka berpelukan. Meski sudah membuat kesepakatan seperti itu,
tapi mereka tak bisa memungkiri jika cinta mereka masih tetap ada.
Setelah oprasi,
“Darling...” Robert
membuka matanya.
Dokter kaget,
“tuan?”
Dokter mengerti
jika Robert ingin bertemu dengan seseorang, ia pun keluar dari ruang oprasi.
Di ruang tunggu,
“dokter?” ibu
mendekati dokter yang baru keluar.
“ada yang bermana
Darling?”
“Darling?” Shawn
kaget.
“saya, dok” Darla
menatap dokter.
“silahkan ke dalam”
Darla menganguk dan
masuk.
Di dalam,
“Robert?” Darla
mendekat.
“Darling, maafkan
aku...”
“kenapa kamu minta
maaf? Harusnya aku yang minta maaf, aku selalu mengecewakanmu” Darla mengelus
Robert.
“berikan cincinku
pada Shawn, anggaplah ini hadiah untuk kalian”
“jangan bicara
begitu, yang akan menikah itu kita”
“aku tidak mau lagi
menyakitimu, kau behak bahagia bersamanya”
Darla menggeleng,
“kau bicara apa? Aku bahagia bersamamu, aku merasakan cintamu. Aku percaya
padamu”
“aku tidak bisa”
Robert semakin lemah, “aku mencintaimu dan aku tau, ini yang terbaik”
“apa maksudmu? Kau
harus bertahan, kita akan segera menikah”
Robert tersenyum,
“terima kasih karena kau selalu membuatku bahagia, Darling”
“cukup, Robert.
Jangan bicara lagi” air mata Darla menetes.
“aku ingin dipeluk”
Darla mulai memeluk
Robert, “berjanjilah, kau akan baik-baik saja” ia pun melihat cincinnya yang
mulai meredup, “lihat, sepertinya cincin futuristic-mu kehabisan batrai” Darla
tersenyum.
Tapi Robert sama
sekali tidak menjawab.
“Robert?” Darla
melihat Robert yang tak bergerak dengan matanya yang tertutup, “Robert?” Darla
terdiam.
Perawat pun mulai
mendekat dan memeriksa Robert, Darla mundur perlahan. Tapi mereka melepas semua
alat yang terpasang di tubuh Robert. Darla sadar, apa artinya itu.
Ibu dan Shawn
masuk.
“kakak?!” Shawn
menangis dan memeluk Robert, “bangun kak, jangan tinggalkan aku”
Ibu yang sedih,
berusaha tegar dan menenangkan Shawn.
“bangun, kak” Shawn
menggoyang-goyang tubuh Robert, “bangun!” ia begitu histeris.
“sudah nak, kamu
harus kuat” ibu mengelus Shawn.
Darla hanya diam
dengan air mata yang terus menetes. Ia sadar, Robert memang begitu
mencintainya. Darla sangat merasakan hal itu. Tapi sebesar apapun cinta Robert,
cinta Darla hanya untuk Shawn.
“kakak?!”
Darla mendekati
Shawn, “Shawn...”
Shawn menoleh dan
langsung memeluk Darla, “kenapa kakak harus pergi secepat ini? Aku sayang
padanya, aku tidak mau kehilangan kakak”
Dan Darla pun hanya
bisa memeluk Shawn, “kamu harus sabar, Shawn. Relakan dia”
***
Di sebuah tempat,
Robert kecil sedang
bermain dengan semua hadiah pemberian ayahnya.
“Robert” seorang
perempuan memanggil Robert.
Robert menoleh dan
tersenyum melihat ayah dan ibunya.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf
kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar