Selasa, 10 Mei 2016

Kite

Author : Sherly Holmes
Genre : Family, Romance Drama, Crime
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Hari itu,
Sepasang anak SMA saling tatap di taman, anak laki-laki itu memegang tangan perempuan yang ada di hadapannya.
“Darla, aku janji. Setelah kita lulus nanti, aku akan memperkenalkanmu pada orang tuaku”
Darla tersenyum pada laki-laki itu. Shawn, ia adalah kekasih Darla sejak mereka masuk SMA.
***
Beberapa bulan setelah lulus,
Di sebuah bandara, Robert baru saja turun dari pesawat pribadinya.
“selamat datang, tuan”
Robert tersenyum dan tetap berjalan. Para pelayan membawakan koper dan barang-barang Robert, Robert pun masuk ke mobil RR-nya.
Di jalan,
“hallo?” Robert yang sedang mengemudi, mengangkat telepon. Ia agak kesal, “aku dijalan” Robert pun menutup teleponnya.
Sesampainya di rumah,
Robert masuk dan melihat seorang wanita paruh baya, mendekatinya.
Ibu menyambut Robert, “selamat datang, nak”
Robert menunjukan senyum singkat dan mau menaiki tangga.
“bisakah kau sedikit sopan pada ibu?” Shawn menatap Robert dari balkon.
Robert menatap Shawn dengan kesal.
Ibu tau, keadaan akan semakin memanas. Ia pun mencoba melerai mereka, “sudah, nak. Mungkin kakakmu lelah” ibu tersenyum kepada Robert, “lebih baik, kamu istirahat ya?”
Robert menaiki tangga tanpa bicara sedikit pun.
Saat mau masuk ke kamar, Robert dihadang Shawn.
“sekali lagi kau kasar pada ibuku...”
Robert menatap Shawn, “kau mau apa?”
Shawn kesal dan mengepalkan tangannya.
“kau ingin menghajarku? Ayo, lakukanlah”
“kau menyebalkan, Robert”
Robert masuk ke kamarnya.
Besoknya,
Darla datang ke rumah keluarga Downey, ia membawa koper dan mulai mengetuk pintu.
“permisi”
“iya, sebentar” Shawn membuka pintunya, “Darla?”
“Shawn?” Darla kaget, “ini rumahmu?”
“ya” Shawn tersenyum, “kau tau dari mana?”
“aku...”
Ibu melihat Darla, “Darla, selamat datang”
“tante” Darla tersenyum.
“ka..lian saling kenal?” Shawn merasa aneh.
Mereka pun masuk.
“nak, tolong ambilkan minum untuk Darla”
“iya, bu” Shawn yang begitu semangat, mengambilkan air untuk Darla.
Tapi saat Shawn kembali, langkah kakinya terhenti. Ia menguping pembicaraan Darla dan ibu dari balik dinding.
“tante senang, setelah lama dinanti, akhirnya perjodohan ini bisa dilakukan”
Perjodohan? Shawn yang masih bersembunyi, kaget mendengar itu.
“Robert baru saja pulang dari Inggris, mungkin dia masih sedikit lelah. Selamat datang di rumah kami, semoga kau betah”
“terima kasih, tante”
Robert? Shawn semakin kaget, kenapa mereka membicarakan Robert?
Shawn pun mendekati mereka dan menyimpan segelas air di meja.
“o iya, ibu belum memperkenalkan anak ibu yang kedua. Ini Shawn Shawn, adiknya Robert”
“kami udah saling kenal kok, bu” Shawn menatap ibunya dan tersenyum kepada Darla.
“oh, bagus kalau begitu” ibu tersenyum, “karena Darla akan menjadi kakak iparmu”
Shawn terdiam, ia menatap Darla.
Darla hanya diam, ia bingung harus berbuat apa.
“apa? Tapi kenapa, bu? Kenapa Darla harus jadi kakak iparku?”
“karena dia sudah dijodohkan denganku” Robert yang turun dari tangga, tersenyum sinis.
Shawn kesal, ia merasa semua ini tidak adil. Sejak dulu, ia berpacaran dengan Darla. Bahkan ia berjanji untuk melamar Darla setelah lulus SMA. Tapi kenyataannya, sekarang ia harus menerima Darla sebagai calon kakak iparnya.
“aku tidak rela!” Shawn berteriak.
Darla kaget.
“nak, kamu tidak boleh bicara seperti itu”
“ini gak adil, bu. Darla itu pacarku”
“jangan cengeng, dunia ini memang tidak adil” Robert menatap Shawn.
“kurang ajar” Shawn mau memukul Robert.
Robert memegang tangan Shawn, “kau pikir, aku takut padamu?”
“hentikan, ibu mohon” ibu mendekati mereka.
Darla mulai bingung, ia memang sangat mencintai Shawn. Darla amat merasakan bagaimana sakitnya perasaan Shawn, tapi ia tidak mungkin membatalkan perjodohan ini.
“Darla, kenapa kau diam saja? Katakan pada pria ini, jika kau hanya mencintaiku” Shawn menatap Darla.
“maafkan aku, Shawn” Darla menunduk, sebenarnya ia sangat sedih.
“apa maksudmu?” hati Shawn semakin sakit, matanya pun memerah.
Robert tersenyum dan memegang tangan Darla, ia mengajak Darla menaiki tangga dan masuk ke kamar.
Para pelayan pun membawakan barang-barang Darla.
Di kamar Robert,
Darla hanya duduk diam di ranjang.
Robert mendekat, “hey” ia tersenyum.
Darla menatap Robert.
“aku minta maaf” Robert duduk disamping Darla, “sikapku tadi, pasti membuatmu tidak nyaman”
Darla hanya diam.
“aku tau ini sulit, aku juga baru mengetahui tentang perjodohan ini” Robert menatap Darla, “tapi aku janji, aku akan melakukan yang terbaik”
Darla memalingkan wajahnya dengan sedih, “cinta itu tidak bisa dipaksakan”
“aku tau, apalagi kau pacar Shawn” Robert juga melihat ke arah lain, “aku mengerti, kau hanya mencintainya. Tapi perjodohan ini tidak bisa dibatalkan begitu saja”
Air mata Darla menetes, ini memang sangat berat untuknya.
“hey, jangan menangis” Robert menghapus air mata Darla, “aku tidak akan memintamu untuk tidur di kamarku, aku akan menyuruh pelayan menyiapkan kamar untukmu. Ok?”
Darla menutup matanya.
“maafkan aku, aku mengerti perasaanmu” Robert memeluk Darla.
Tapi Darla hanya diam.
Malam itu,
Darla berjalan ke ruang makan, ia melihat ibu dan Shawn. Darla pun duduk di dekat Shawn.
“kami kira, kau tidak akan makan malam” ibu tersenyum.
“maaf jika aku terlambat, tante”
“mulai sekarang, panggil saja ibu”
“baik, bu”
Shawn hanya diam menatap Darla.
Darla tersenyum pada Shawn. Meski sedih, tapi ia berusaha tegar dan berharap Shawn bisa mengerti.
“kau tidak mengajak calon suamimu?” Shawn masih menatap Darla.
“aku...”
“nak, kamu jangan bicara begitu” ibu menatap Shawn, “ayo dimakan” ibu tersenyum pada Darla.
Di kamar Robert,
Robert sedang melamun dan memikirkan yang baru saja terjadi.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tiba-tiba dijodohkan dengan seorang perempuan, dan dia adalah pacar Shawn. Robert menunduk. Sudah sangat jelas terlihat, jika dia lebih menyukai Shawn daripada aku. Ayah, kenapa kau selalu membuat hidupku sulit?
Seorang pelayan, masuk ke kamar Robert. Ia melihat Robert yang sedang melamun, “tuan?”
Robert menoleh, “ada apa, bi?”
“nyonya mengajak anda untuk makan bersama di bawah”
“aku tidak lapar”
“baiklah, tuan” pelayan itu akan pergi.
“bi”
“iya, tuan?” pelayan itu menoleh.
“apa Darla juga makan?”
“iya tuan, nona Darla sedang makan bersama nyonya dan tuan Shawn”
“syukurlah” Robert tersenyum, ia merasa lega. Robert takut jika Darla terlalu memikirkan perjodohan ini seperti dirinya.
Besoknya,
Darla keluar dari kamar dan melihat Robert yang sudah rapi.
Robert tersenyum, “kau sudah bangun?”
“iya” Darla menatap Robert.
“aku akan pergi kerja, mungkin kita baru bisa bertemu sore nanti. Kau tidak keberatan?”
“tentu” Darla bingung.
Robert tersenyum dan menatap Darla, ia mau mencium kening Darla. Tapi, Robert tidak jadi melakukan itu. Robert tersenyum, “sampai jumpa”
“i..iya” Darla masih terdiam.
Robert pun pergi.
Setelah Robert pergi,
Darla masih diam. Dia akan mencium keningku? Secepat itukah?
“kau sudah mulai dekat dengan calon suamimu?” Shawn mendekat.
“Shawn...?”
“apa?”
“Shawn, aku...”
“kau senang, kan? Sebentar lagi, kau akan menikah dengan Robert Downey Jr. Seorang pria jenius dan kaya yang memiliki perusahaan senjata”
“cinta tidak memandang harta” Darla menatap Shawn, “apa kau tidak mengerti? Apa kau tidak merasakan perasaanku?”
Shawn terdiam, ia sedih mendengar itu. Shawn tau jika mereka memang saling mencintai, namun keadaan membuat mereka menjadi seperti ini.
“maafkan aku, Darla. Aku tau, ini bukan keinginanmu”
Darla mulai sedih.
“aku sangat mencintaimu, masih bisakah kita memperjuangkan cinta kita?”
“aku tidak tau...”
Shawn pun memeluk Darla yang mulai menangis.
Tanpa mereka sadari, ibu melihat itu.
Ibu kaget, ia melihat Shawn yang berpelukan dengan Darla. Tapi ibu lebih memilih untuk diam dan tidak mendekati mereka.
Darla melepas pelukannya, ia mengelus Shawn.
“aku sayang padamu, Darla. Sampai kapan pun itu” Shawn menghapus air mata Darla, “kau percaya padaku, kan?”
Darla mengangguk dan Shawn mencium keningnya.
Siang itu,
Shawn bicara dengan ibu di ruang keluarga, mereka duduk di sofa dan sedikit berdebat.
“ibu melihatmu berpelukan dengan Darla”
“bu, ibu tau sendiri, kan? Darla itu pacarku, kami saling mencintai dan perjodohan itu tidak akan bisa memisahkan kami”
“Shawn, jangan bicara begitu”
“ada apa, bu? Apa ibu tidak lihat? Robert begitu senang melihat aku dan Darla terpisah, dia menyebalkan”
“Shawn, dia kakakmu”
“dia bukan kakakku, bahkan kami tidak sedarah”
“Shawn, sejak ibu menikah dengan ayah Robert, kalian adalah saudara” ibu menatap Shawn.
“kenapa ibu selalu membelanya? Dia itu tidak sopan pada ibu”
“Shawn, ibu mohon. Jangan benci dia, jadilah saudara yang...”
“tidak!” Shawn menatap ibunya, “aku benci padanya. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mau berbaikan dengan pria seperti itu”
Ibu menunduk dengan sedih.
Shawn terdiam melihat ibunya, “maafkan aku, bu. Mungkin aku butuh waktu untuk... untuk bisa menjadi adik yang baik baginya”
“kau tau? Ibu tidak pernah melihat senyuman kebahagiaan di wajah Robert, ibu takut jika dia tidak bahagia bersama kita”
“ya Tuhan... bu, dia itu pemilik perusahaan besar dan dikagumi semua orang”
“tapi kita tidak tau, apa yang sebenarnya dirasakan oleh Robert”
Shawn menunduk, “haruskah aku mengorbankan perasaanku demi kebahagiaannya?”
Di kamar Darla,
Darla terdiam, ia masih memikirkan Shawn. Laki-laki yang amat ia cintai adalah adik dari Robert, pria yang dijodohkan dengannya. Di satu sisi, ia merasa berat untuk mengakhiri hubungannya dengan Shawn. Tapi disisi lain, Darla harus menghormati keinginan kedua orang tuanya.
Hp Darla berbunyi dan ia mengangkatnya.
“hallo?”
“hey, Darling”
Darla terdiam mendengar suara Robert.
“Darla?”
“i..iya?”
“aku lembur hari ini, kau tidak keberatan, kan?”
“maksudmu apa? Itu adalah pekerjaanmu, mana mungkin aku melarangnya?”
“aku hanya ingin mendapat ijin dari calon istriku” Robert tersenyum, “kau mau oleh-oleh?”
“tidak usah”
“kenapa? Kau tidak suka?”
“aku hanya...”
“kau suka kue? Aku akan membelinya jika kau mau”
“aku...”
“kau masih meragukanku?”
“tidak, Robert. Aku hanya...”
“aku rasa, itu jawaban ‘iya’ darimu”
Darla diam.
“sampai jumpa nanti malam, Darling”
Setelah Robert menutup teleponnya, Darla masih diam. Sekarang Robert memanggilnya Darling, mungkinkah itu panggilan sayang untuknya?
Malamnya,
Shawn menatap Darla yang mau berjalan ke ruang makan, ia tersenyum.
“apa Robert belum pulang?”
“dia bilang, dia lembur”
“begitukah? Apa dia menelponmu?”
Darla diam.
“kenapa? Apa aku benar?”
“aku...”
“apa kau mulai membuka hati untuknya?”
“Shawn, aku hanya tidak ingin membuat keluargaku kecewa. Apapun yang terjadi, mereka pasti selalu melakukan yang terbaik untukku”
“jadi menurutmu, aku tidak baik?”
“bukan begitu maksudku, aku hanya...”
“dia hanya menjelaskan, jika dia calon istriku” Robert yang datang, menatap Shawn.
Darla kaget.
Robert mendekat, “bagus sekali, Shawn. Saat aku tidak ada, kau merayu calon istriku?”
“dia itu pacarku, kau yang merebutnya dariku” Shawn menatap Robert.
“sudah, hentikan!” Darla melerai mereka, “kalian tidak boleh seperti ini” Darla menatap Robert sambil melindungin Shawn.
Robert terdiam melihat itu, “ini kue-mu” ia memberikan sebuah box kue kepada Darla, “jika kau tidak suka, buang saja” Robert pun meninggalkan mereka.
Darla terdiam melihat Robert yang menaiki tangga.
Shawn menatap Darla, “kau baik-baik saja? Maaf jika aku sedikit emosi”
“tidak apa-apa, Shawn”
“terima kasih, kau sudah membelaku di depan Robert”
Darla tersenyum, tapi hatinya merasa tidak enak pada Robert.
Di kamar Robert,
Robert kesal, kenapa aku merasa sakit saat dia membela Shawn? Apa aku mencintai Darla? Tuhan... apa yang harus aku lakukan?
Robert duduk dan menunduk, ia ingat saat ibunya meninggal. Sejak saat itu, hidupnya mulai berubah. Dan saat ayah menikah dengannya ibu Shawn, Robert merasa kehidupannya semakin berantakan.
Darla masuk ke kamar Robert, “selamat malam”
Robert menoleh, “Darling?”
“aku minta maaf” Darla mendekat.
“untuk apa? Kau tidak bersalah padaku”
“maukah kau makan kue ini bersamaku?”
Robert tersenyum, “aku membelinya untukmu”
“tapi aku tidak pernah melihatmu makan bersama kami”
Robert diam.
Darla pun terdiam, apa aku salah bicara?
“aku tidak apa-apa, aku hanya merasa...” Robert menatap Darla, “aku tidak mau membahas itu”
“baiklah”
Robert tersenyum.
Mereka pun mulai memakan kue itu bersama.
“aku ingat saat datang ke sekolahmu”
“benarkah?”
“iya, kau ingat saat aku mengajarkan teknik elektro, kan?”
“kau hanya datang satu hari, tidak ada orang yang bisa menyerap pelajaran secepat itu”
“maafkan aku” Robert tersenyum, “aku ingat saat kau terus bicara dengan Shawn. Apa saat itu, kalian sudah berpacaran?”
Darla terdiam.
“apa kau sangat mencintainya?”
Darla tetap diam.
“maafkan aku, aku hanya ingin tau, sejak kapan kalian berpacaran”
Darla memaksakan diri untuk tersenyum.
Robert tiba-tiba menyentuh bibir Darla, Darla pun kaget.
“maafkan aku, ada krim di bibirmu”
“terima kasih” Darla masih bingung.
“aku tau, ini sangat berat untukmu. Tapi...”
Darla menatap Robert.
Aku merasa bahagia disampingmu, Darla. Robert tersenyum.
Darla yang tidak mengerti pun tersenyum.
***
Saat Darla keluar dari kamar Robert,
Darla terdiam karena Shawn ada dihadapannya, “Shawn?”
Shawn terlihat begitu kecewa, tapi ia tidak bicara sedikit pun dan memilih untuk pergi.
Darla melihat Shawn yang masuk ke kamarnya, ia tau jika Shawn sedih.
Siang itu,
Di perusahaan, Robert bicara dengan sekretarisnya.
“jadi?”
“benar tuan, kelompok sepuluh cincin adalah pembeli setia senjata-senjata anda dan mereka positif sebagai penjahat. Ini data-data mereka” sekretaris itu memberikan sebuah berkas kepada Robert.
Robert melihatnya, “aku sudah menduganya” Robert menatap sekretaris itu, “kita tutup pabrik senjata ini dan memulai produksi lain yang lebih berguna”
“tapi tuan...”
“ada apa?”
“apa anda yakin? Tuan Stane bilang,...”
“aku tidak mau jika banyak orang menderita karena aku, aku akan memikirkan hal lain yang lebih berguna selain senjata”
“baik tuan”
Dan kabar itu pun sampai ke telinga ibu Shawn.
Di rumah,
“ada apa, bu?” Shawn melihat ibu yang baru datang dengan begitu cemas.
“ibu mendengar kabar dari Stane, kakakmu akan menutup pabrik”
“apa? Aku rasa, dia sudah gila”
“Shawn, ibu khawatir jika Robert memiliki masalah”
“dia tidak pernah punya masalah, bu. Dia pria paling beruntung di dunia, semua orang iri padanya”
“Shawn, ibu serius”
“maafkan aku” Shawn diam.
“semoga Robert baik-baik saja”
“yap, semoga saja” Shawn agak kesal.
Sorenya,
Darla sedang membantu pelayan untuk memasak, ibu tersenyum melihat itu. Darla mungkin adalah wanita sempurna yang diharapkan oleh para pria, termasuk Robert dan Shawn.
Tapi Ibu mulai sedih, ia pun memanggil Darla untuk bicara berdua di halaman belakang.
Di halaman,
“ada apa, bu?”
“bolehkah ibu meminta tolong padamu?”
“katakan saja, bu”
“tolong tanyakan pada Robert, apa yang terjadi. Dia baru saja menutup pabrik senjata, sedangkan itu adalah pabrik utama perusahaan. Seandainya ayah masih hidup, pasti ayah akan marah besar padanya”
Darla diam.
“kamu bisa, kan?”
“tentu bu, aku akan mencoba bicara padanya”
“terima kasih”
***
Robert pulang dan ibu sudah menunggunya di depan pintu.
“ada apa?” Robert menatap ibu.
“Robert, kau baik-baik saja, kan?”
“apa maksudmu?”
Shawn turun dari tangga dan mendekat, “kau menutup divisi senjata, apa kau gila?”
Robert menatap Shawn, “aku hanya ingin melindungi keluargaku” ia kembali menatap ibu dan pergi.
Shawn terdiam, selama ini, ia baru mendengar kepedulian Robert padanya.
“Shawn?” ibu khawatir.
“apa dia bercanda?” Shawn tersenyum kesal.
“ibu tau, firasat ibu tidak akan salah”
Shawn menatap ibunya.
Di kamar Robert,
Robert begitu kesal, ia duduk di ranjang dan mulai resah. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Darla masuk ke kamar Robert, “Robert”
Robert menoleh, “Darling?”
“kau baik-baik saja?”
“kenapa semua orang bertanya seperti itu padaku?”
Darla mendekat, “kami semua khawatir padamu”
“aku baik-baik saja”
“ibu bilang, kau menutup divisi senjata” Darla duduk disamping Robert.
“dan kau disuruh untuk menanyakan ini?”
“aku hanya ingin tau keadaanmu”
Robert diam, “senjata yang kubuat akan menjadi ancaman bagi keluargaku, juga dunia ini. Selama ini, banyak orang jahat yang membeli senjata di pabrik kami. Aku tidak ingin jika suatu hari nanti, senjata yang kubuat malah melukai orang-orang yang aku...”
“sayangi?” Darla menatap Robert, “apa kau menyayangi Shawn dan ibu?”
“mereka keluargaku. Apapun yang terjadi, aku harus melindungi mereka. Sebagai anak tertua, aku adalah pengganti ayah”
Darla terdiam, apa yang terjadi di masa lalu Robert? Sepertinya, dia begitu sedih mengingatnya.
“aku sayang padamu, aku tidak ingin mereka menyakitimu juga”
Darla menatap Robert.
“aku tau, kau belum bisa membuka hatimu. Tapi aku akan selalu menunggu sampai kau siap”
Darla hanya diam.
“maafkan aku. Aku tau, kau sangat berkorban untuk ini. Perasaanmu pada Shawn...”
“sudahlah Robert. Mau bicara apapun, kita tetap tidak bisa berbuat apa-apa”
“apa menikah denganku adalah petaka bagimu?”
“Robert, jangan bicara begitu”
“lalu?”
Darla mengalihkan pembicaraan, “hey, hari ini aku memasak. Kau makan bersama kami, ya?”
“aku tidak...”
“Robert, turunlah. Makan bersama kami, itu pasti sangat menyenangkan”
“baiklah”
Setelah bertahun-tahun tidak melakukan itu, akhirnya Robert makan bersama keluarganya lagi.
Robert menatap Shawn yang hanya diam, “apa kau tidak suka, aku makan disini?”
Shawn menatap Robert dan ibu mulai khawatir.
“Robert, jangan bicara begitu” Darla yang duduk disamping Robert, mengelus lengannya.
“aku hanya ingin tau, apa yang kau inginkan sebenarnya? Kau selalu tertutup pada kami, apa kau merasa menjadi manusia paling sempurna?” Shawn menatap Robert, “apa tanggung jawabmu sebagai pengganti ayah?”
Robert kesal dan berdiri, “apa maksudmu? Kalian pikir, aku tidak peduli pada kalian? Aku sudah berpikir ribuan kali untuk ini” ia berteriak, “kalian pikir, aku menutup divisi senjata begitu saja? Aku sudah memikirkan rencana lainnya, aku tidak akan membuat kalian menjadi gelandangan karena ini” Robert meninggalkan ruang makan.
Shawn pun berdiri, “kau pengecut, Robert. Kau hanya bersembunyi dibalik masalahmu. Jika ayah masih hidup, dia akan marah padamu”
Robert berbalik dengan mata yang berkaca-kaca, “apa maksudmu?!” ia ingat...
Saat itu,
Shawn kecil menangis, ia melihat Robert memakan sebuah permen.
Ayah marah pada Robert kecil, “kenapa kau mengambil permen adikmu?”
“aku ingin itu, ayah. Lagi pula, Shawn punya banyak permen. Aku cuma minta satu, apa itu tidak boleh?”
“dia itu adikmu, dan kau baru saja mencuri permennya. Apa kau tidak merasa bersalah?”
“aku sudah meminta secara baik-baik, tapi Shawn tetap tidak memberikannya”
“itu artinya, dia tidak mau memberikan permennya. Kau tidak boleh memaksa”
Dan karena itu, ayah pun menyiksa Robert.
“ampun ayah” Robert kesakitan.
“kau itu seorang kakak, kau harus melakukan apapun untuk kebahagiaan Shawn”
“ampun”
Punggung Robert memerah karena dicambuk oleh sabuk sang ayah.
“ayah memang hanya menyayangimu” Robert menatap Shawn dan ia pun pergi.
“Robert?” ibu khawatir.
Darla hanya diam melihat itu, ia tidak menyangka jika reaksi Robert akan seperti itu.
Shawn diam.
“Shawn, apa yang kamu lakukan?” ibu menangis dan mendekati Shawn.
“maafkan aku, bu. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan kakak” Shawn memeluk ibunya.
Tiba-tiba mereka mendengar suara kaca pecah dari kamar Robert.
“ya Tuhan...” ibu kaget.
Darla sadar, hanya dirinya yang bisa menenangkan Robert. Karena keadaan Shawn dan ibu, tidak memungkinkan untuk bicara dengannya.
“biar aku yang melihatnya” Darla pergi menaiki tangga.
Di kamar Robert,
Darla melihat kamar yang gelap, ia pun menyalakan lampu dan melihat cermin yang sudah berubah menjadi pecahan kaca di lantai.
“ya Tuhan...” Darla kaget, “Robert, kamu dimana?” ia pun melihat Robert yang duduk di sudut dengan jari tangan kanannya yang berdarah.
“pergilah, tidak usah pura-pura baik padaku”
Darla mendekati Robert, “Robert...”
Robert yang menangis, menatap Darla.
“aku akan mengobati lukamu, ok?”
“pergi, aku tidak butuh siapa pun!”
Darla menatap Robert, “kendalikan dirimu, bagaimana jika ada pecahan kaca yang masuk ke aliran darahmu?”
Robert diam, ia ingat...
Saat berusia empat tahun, sang ibu meninggal. Lalu saat Robert berusia enam tahun, sang ayah menikah dengan wanita yang memiliki anak berusia empat tahun.
Namun perlakuan sang ayah sangat berbeda terhadap mereka. Robert merasa ayahnya pilih kasih, sang ayah selalu melakukan apapun untuk Shawn. Sedangkan dirinya, tidak terlalu diperdulikan.
Ayah rela meninggalkan rapat untuk ulang tahun Shawn, tapi ayah lebih memilih untuk pergi ke luar kota di hari ulang tahun Robert.
“tidak seorang pun yang peduli padaku”
“jangan bicara begitu, ibumu sayang padamu. Begitu juga Shawn, ia sangat menyesal dengan kejadian tadi” Darla mengelus Robert.
Robert pun bersandar ke pundak Darla dengan begitu sedih.
“Robert..?” Darla yang merasa tidak tega, mulai memeluk Robert.
“dalam hidupku, aku selalu sendirian”
“hilangkan perasaan itu. Kau masih punya keluarga yang menyayangimu” Darla melepas pelukannya dan menghapus air mata Robert.
“hanya kau yang membuat aku bahagia, Darling”
Darla terdiam.
“kehadiranmu sangat berarti untukku, terima kasih banyak”
Darla mengambil kotak obat sambil memikirkan perkataan Robert, apakah dirinya begitu berharga di mata Robert? Mungkinkah Robert benar-benar mencintainya? Tapi bagaimana dengan cintanya pada Shawn? Darla tidak bisa melepaskannya begitu saja. Karena sampai saat ini, cintanya masih sangat besar untuk Shawn.
Robert masih diam di sudut dan Darla pun mulai mengobati lukanya.
“aku minta maaf, kau pasti takut melihatku” Robert menatap Darla.
“apa maksudmu? Memangnya kau monster?” Darla tersenyum.
Dan Robert pun mulai tersenyum lagi.
Di ruang makan,
Ibu masih bicara dengan Shawn.
“kakakmu terlihat tenang disamping Darla”
“maksud ibu...?”
“Robert mau terbuka padanya, itu berarti, Robert merasa bahagia disamping Darla”
“jadi aku harus...?”
“ibu tau, ini tidak mudah. Tapi berusahalah untuk menghilangkan perasaanmu sedikit demi sedikit”
“untuk kebahagiaan Robert?”
Ibu mengangguk.
Shawn pun memeluk ibunya, ia sedih. Sangat sulit untuk menghilangkan perasaannya, Shawn begitu mencintai Darla.
Besoknya,
Ibu mengeluarkan sebuah cake dari oven dan meminta Darla untuk membantu menghiasnya.
Darla tersenyum, ia menghias kue itu dan menempelkan lilin berbentuk angka 25.
Shawn terdiam melihat itu, mungkin Robert akan bahagia dengan ini. Ia ingat...
Saat itu,
Robert baru pulang dari sekolah, ia masuk ke kamar. Meski terlihat lelah, Robert  memaksakan diri untuk belajar. Shawn yang belum sekolah, mendekati Robert.
“kakak”
Robert menoleh.
“ayo kita main” Shawn menunjukan mainan barunya.
Robert terdiam, itu adalah hadiah ulang tahun dari ayah untuk Shawn.
“ayo kak”
“baiklah” Robert mengikuti Shawn ke ruang bermain.
Namun saat ayah melihat itu, ia marah besar. Ayah kembali menyiksa Robert karena itu.
“ampun, ayah” Robert menangis.
Shawn pun mendekati ayahnya, “aku yang ajak kakak main, jangan pukul kakak lagi, ayah”
“kakakmu sudah besar, tugasnya hanya belajar”
“ampun” Robert berteriak kesakitan.
“jangan, ayah” Shawn menangis.
Ibu pun datang, “hentikan, ayah!”
“anak ini harus diberi pelajaran. Dia memiliki tanggung jawab besar di masa depan, tapi dia malah bermain”
“kau menyiksa Robert karena dia bermain? Dia baru masuk sekolah dasar, Robert membutuhkan itu”
Ayah berhenti memukul Robert.
“sayang, kemari nak” ibu mengelus Robert.
Tapi Robert menatap ibu dengan kesal dan memilih untuk kembali ke kamarnya.
Haruskah aku merelakan Darla demi kebahagiaan Robert? Shawn masih menatap Darla yang sedang menghias kue.
Di perusahaan,
Robert sedang duduk dan melamun di ruangannya, ia ingat...
Saat Shawn ulang tahun, ayah selalu memberikan hadiah spesial untuknya. Tapi saat Robert ulang tahun, sang ayah hanya memberikan sebuah kartu ucapan yang berisi kata maaf karena tidak dapat hadir untuknya.
Stane masuk ke ruangan Robert.
“paman?”
“Robert, paman tau, banyak kemajuan yang dialami perusahaan semenjak kau menjadi CEO. Tapi...”
Robert menatap Stane.
“paman rasa, menutup divisi senjata adalah keputusan yang salah”
“begitukah? Apa paman tidak tau, pembeli setia kita adalah penjahat?”
“Robert, senjata adalah ciri khas perusahaan. Kita memiliki untung besar selama bertahun-tahun karena produk ini”
“jangan khawatir, aku sudah mendapatkan yang lebih baik dari itu”
“apa?”
“kenapa paman sangat ingin mengetahuinya?”
“karena paman adalah penasehat perusahaan dan juga teman baik ayahmu”
“aku tidak butuh nasihat darimu tentang ini. Atau jangan-jangan, kau yang meluluskan penjahat itu untuk membeli senjata kita?
“jaga bicaramu, Robert”
“maafkan aku, paman” Robert berdiri, “aku harus pergi” ia meninggalkan Stane.
Stane begitu kesal dengan sikap Robert.
Di rumah,
Robert yang baru tiba, membuka pintu dan terkejut melihat Darla, ibu dan Shawn sudah menunggunya dengan sebuah kue ulang tahun.
“selamat ulang tahun!” mereka tersenyum.
“apa ini sebuah lelucon?” Robert menatap mereka.
“Robert, kami merayakan ulang tahunmu”
“perayaan hanya untuk anak kecil” Robert menatap Shawn, “aku lelah” ia menaiki tangga.
“Robert!” Darla memanggilnya.
Robert berhenti berjalan dan menoleh.
“meski menurutmu, perayaan ulang tahun hanya untuk anak kecil. Tapi setidaknya, kau hargai ibu dan Shawn” Darla menatap Robert.
“aku minta maaf” Robert menatap mereka, “bolehkah aku aku pergi ke kamar?” ia kembali berjalan.
“nak, apa kau masih membenci ibu dan adikmu?”
Mata Robert memerah, ia berbalik dan menatap ibunya. Air mata Robert menetes, “maafkan aku, bu. Aku hanya tidak terbiasa dengan ini”
Ibu menyimpan kuenya dan mau mendekati Robert, tapi Robert berlari dan memeluk ibunya.
“terima kasih” Robert menangis.
Ibu pun menangis, ia belum pernah berpelukan seperti ini dengan Robert.
Malamnya,
Di sebuah restaurant, Robert menyanyi untuk Darla.
Because of you, my life has changed
Thank you or the love and joy you bring
Because of you, I feel no shame
I’ll tell the world it’s because of you
( Keith Martin – Because of You)
Robert berharap, Darla dapat mengerti perasaannya. Karena ia sangat mencintai Darla dan benar-benar serius padanya.
Setelah menyanyi, Robert duduk berhadapan dengan Darla sambil tersenyum.
Darla menatap Robert.
“kita akan menikah, tapi aku belum pernah melamarmu secara resmi. Jadi di hari yang spesial ini, maukah kau menikah denganku?”
Darla terdiam, ia melihat sepasang cincin berlian yang ditunjukan oleh Robert.
Robert memakaikan cincin itu ke jari manis Darla dan ia pun memakainya.
Tiba-tiba sebuah sinar biru, keluar dari berlian itu.
“ah?” Darla kaget.
“cincin ini akan bersinar untuk mengetahui kondisi kita, jadi aku akan mengetahui keadaanmu” Robert tersenyum.
Darla hanya diam dan tersenyum.
“besok kita makan siang bersama, aku akan menunggumu di perusahaan. Ok?”
Darla mengangguk.
Saat pulang,
Robert dan Darla menaiki tangga dan berhenti di depan kamar Robert, Robert menatap Darla sambil tersenyum.
“terima kasih untuk malam yang menyenangkan ini”
Darla tersenyum dan tanpa ia sangka, Robert mencium keningnya. Darla terdiam dan Robert pun masuk ke kamarnya.
Tapi saat Darla menoleh, ia melihat Shawn sedang memperhatikannya.
“Shawn?” Darla khawatir jika Shawn akan marah.
Tapi Shawn tersenyum, “terima kasih telah membuat kakak bahagia di ulang tahunnya”
“i..iya” Darla sedikit sedih, mungkinkah Shawn sudah menyerah untuk memperjuangkan cintanya?
Siang itu,
Di perusahaan, Robert sedang memeriksa berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
“selamat siang” Darla masuk.
“Darling?” Robert tersenyum.
“apa kita jadi makan siang?”
“siapa ini, tuan? Dia cantik sekali”
“sst, diam” Robert tersenyum.
Darla kaget, “siapa yang bicara?”
“ini sistem keamanan, namanya Jarvis”
“salam kenal, nona”
“hey Jarvis...?” Darla bingung harus bicara kemana.
***
Setelah makan siang, Robert mengajak Darla ke sebuah tempat.
“apa ini?”
“ini energi murni yang kubuat sebagai pengganti pabrik senjata, versi mininya ada di cincin kita” Robert tersenyum, “aku sengaja membuatnya mudah digunakan, agar kau dan Shawn dapat mengendalikannya”
Darla menatap Robert, “kenapa kau menunjukan ini padaku?”
“karena aku percaya padamu, dan Shawn akan menjadi penerusku setelah aku...”
“Robert, kau selalu terlihat cemas. Apa yang kau sembunyikan dari kami? Kau menutup pabrik senjata, kau memberiku cincin ini dan sekarang kau...”
“aku punya firasat buruk”
Darla menatap Robert dan mengerti.
“jika terjadi apa-apa padaku, beritau Shawn. Dia harus segera pergi ke pengacara kami dan membawa beberapa keamanan” Robert tersenyum, “sudahlah, aku tidak ingin membahas itu. Nanti malam, kau bisa pergi ke bukit, kan?”
“untuk apa?”
“aku hanya ingin bicara berdua atau sekedar memandangi langit malam bersamamu”
“baiklah” Darla pun tersenyum dan meninggalkan Robert.
Robert masih menatap tabung energi itu, “aku tau, ini lebih baik daripada senjata” ia tersenyum.
Tapi Jarvis tiba-tiba melapor, “lift satu malfungsi, lift satu malfungsi”
Robert kaget, “kenapa lift-nya bisa malfungsi?”
“energy lift diputus, energy lift diputus”
“ya Tuhan...” Robert berlari keluar dari ruangan itu, “scan isi lift, apa ada orang disana?”
“terdapat seseorang, namun saya tidak bisa menayangkannya di Hp anda”
“sial, cepat perbaiki kerusakannya” Robert berlari ke arah lift, ia melihat beberapa keamanan disana.
“tuan?”
“apa yang terjadi?”
“kami tidak tau, tuan. Lift tiba-tiba mati”
Robert melihat rekaman cctv terakhir yang memperlihatkan orang itu, “Darla?” Robert kaget, ia langsung membuka paksa pintu lift.
“tuan, apa yang anda lakukan?”
“calon istriku terjebak didalam”
“tuan, kita tidak tau jika nona Darla ada di lantai berapa”
“aku tidak peduli, cepat bukakan pintu ini”
“tuan, lebih baik kita menunggu sampai energy-nya kembali normal”
“oksigen di lift tidak akan menunggu kita”
“tuan?”
“calon istriku di dalam, apa kalian tuli?”
“i..iya tuan” mereka membuka pintu lift sekuat tenaga mereka.
Setelah pintu terbuka, mereka melihat lift macet ada di bawah.
“tuan, itu terlalu dalam”
“aku tidak peduli” Robert melompat dan berpegangan ke tali lift, ia turun sambil menahan sakit di tangannya.
Di dalam lift,
Darla panik, ruangan itu kecil dan gelap. Oksigen akan semakin tipis.
“ya Tuhan... aku harus bagaimana?”
Brak...
Darla mendengar suara di atasnya, ia kaget. Tapi ia melihat seseorang yang membuka ventilasi udara dan orang itu tiba-tiba jatuh di depan Darla.
“aw” Robert terdiam kaget, ia tidak menyangka akan jatuh.
“Robert?” Darla kaget.
“Darling” Robert malu dan tersenyum, ia bangun.
“ya Tuhan...” Darla melihat telapak tangan Robert yang terluka.
“aku tidak apa-apa, aku akan mengeluarkanmu dari sini”
“bagaimana caranya?”
“Jarvis sedang berusaha memperbaiki ini, tapi ini akan memakan waktu lama. Jadi aku akan menggendongmu dan memanjat ke atas sana”
“apa? Robert, tali lift itu melukai tanganmu dan sekarang kau akan memanjatnya lagi?”
“itu jalan satu-satunya, lift mati dan aku tidak bisa menghubungi siapapun darisini”
Darla memegang tangan Robert dan melihat lukanya, “lukamu akan semakin parah”
“jangan pikirkan itu, yang penting bagiku adalah kau. Aku ingin mengeluarkanmu dari sini, kita akan sulit bernafas jika terlalu lama disini”
Darla diam.
“percayalah padaku”
Darla pun mengikuti keinginan Robert meski sebenarnya, ia tidak tega.
Robert membawa Darla naik, “ayo, naik ke punggungku. Jangan cekik aku, ok? Peluk saja”
Darla tersenyum.
Robert memegang tali dan mulai memanjat, “ah” meski tangannya sakit, tapi ia tetap bertahan untuk Darla.
Darla hanya diam, ia sedih karena tidak bisa melakukan apa-apa. Dan pengorbanan Robert, ia amat menghargai itu.
“kita... sebentar lagi sampai” Robert melihat pintu lift yang terbuka.
Disana para keamanan sudah menunggu mereka.
“kau lihat itu, Darling?”
“iya”
“bertahanlah, sebentar lagi kita sampai”
Mereka pun sampai di pintu lift itu.
Para keamanan bersiap untuk menangkap mereka.
“dengarkan aba-abaku” Robert yang mulai bergelantung, menatap Darla.
“apa maksudmu?”
“saat ayunanku dekat dengan mereka, lompatlah. Mereka akan menangkapmu”
“bagaimana denganmu?”
“itu mudah, lakukan saja yang aku katakan”
Darla punya firasat buruk tentang ini.
Ayunan Robert semakin mendekati mereka, “lompat!”
Darla pun melompat dan para keamanan menangkapnya.
“syukurlah, nona”
Darla tersenyum.
Tapi Robert tidak dapat bertahan lagi, tanganya berdarah dan terlepas dari tali itu.
“ah” Robert jatuh.
“Robert?!” Darla panik.
Lift menyala dan naik.
Bruk..
“aw” Robert jatuh ke atas lift, tapi untungnya tidak terlalu jauh dan lift itu pun berhenti di dekat pintu.
Robert keluar, “akhirnya” ia tersenyum bisa selamat dari lift.
“Robert” Darla memeluk Robert.
Robert tersenyum, ia sangat senang karena Darla memeluknya.
Di klinik,
“aw, pelan-pelan” Robert marah pada perawat yang sedang mengobati tangannya.
“jangan mengomel, mereka sedang mengobatimu” Darla menatap Robert.
“ini sakit, Darling. Masa mereka ngobatiku dengan kasar? Pake perasaan, dong!” Robert menatap para perawat.
“sudah, kamu kok kaya orang tua”
“eh?” Robet kaget.
Setelah perawat pergi,
Robert tersenyum pada Darla, “aku senang. Hari ini, kamu terlihat sangat khawatir padaku”
Darla mengelus Robert, “bagaimana aku tidak khawatir, lihat telapak tanganmu. Kau tidak akan bisa melakukan apa-apa dengan luka itu”
“aku kan, punya Darling” Robert tersenyum, “aku tinggal minta tolong dan semuanya beres”
“enak saja”
***
Malam itu,
Darla keluar dari kamarnya, tapi ia melihat Shawn yang sudah ada dihadapannya.
“hey”
“Shawn?”
“kamu mau kemana?”
“aku...”
Shawn tersenyum, “aku minta maaf”
“kenapa kau minta maaf?”
“karena kau harus mengorbankan perasaanmu demi kebahagiaan kakakku”
“apa kau sudah tidak mencintaiku?”
“tidak, Darla. Itu tidak benar, aku mencintaimu selamanya”
“benarkah? Tapi kenapa aku merasa, akhir-akhir ini kau berubah?”
“maafkan aku” Shawn mengelus Darla.
Di bukit,
Robert sudah menyiapkan ribuan lilin untuk menyambut Darla, ia menyalakan lilin-lilin itu di bawah bukit. Agar saat Darla datang, Darla bisa melihat tulisan -I LOVE YOU- dari atas bukit.
Tapi Robert mulai resah karena Darla belum juga datang. Ia tetap bertahan disana dan hujan pun turun, hujan itu membuat semua lilin mati dan angin yang kencang membuat lilinnya berserakan di tanah.
Robert yang basah kuyup, tetap bertahan disana. Darla...
Robert duduk di bangku dan melihat semua yang ia siapkan telah hancur, Robert menunduk. Tapi ia tetap bertahan karena ia yakin, Darla pasti datang.
Di rumah,
Darla masih menatap Shawn, tapi ia ingat pada Robert dan akan pergi.
“Darla, kamu mau kemana?”
“aku lupa, aku ada janji dengan Robert”
“tapi di luar hujan lebat, kakak pasti akan segera pulang. Lagi pula, tangannya sedang sakit, kan? Jadi kakak pasti langsung pulang dari kantor”
“tapi...”
“percayalah padaku”
Darla diam, “baiklah”
Tapi kenyataan, Robert tak kunjung datang.
Pagi itu,
Darla bergegas menuruni tangga, ia berlari keluar dan mencari taxi.
Shawn mengintipnya dari jendela kamar, apa kakak belum pulang?
Di bukit,
Darla melihat Robert yang berbaring di bangku, “Robert?”
Robert membuka matanya dan tersenyum melihat Darla, “aku kira, kau tidak akan datang” ia bangun.
“ya Tuhan... kenapa kamu tidak pulang?”
“aku menunggumu” Robert diam menatap lilin-lilin yang sudah berantakan bersatu dengan dedaunan yang gugur akibat angin. Ia tau, kejutan yang telah ia persiapkan telah gagal dan Darla tidak akan menyadari itu.
“Robert?” Darla memang tidak mengetahuinya, tapi ia merasa bersalah. Darla duduk disamping Robert.
Robert menatap Darla, “aku tidak apa-apa, ayo kita pulang”
“ayo” Darla merasa sedih melihat Robert yang basah dengan mata merahnya.
“lebih baik kau pulang dengan taxi, kepalaku sedikit pusing”
“aku akan pulang bersamamu”
“jangan khawatir, mungkin aku hanya kurang tidur” Robert tersenyum, “pulanglah, aku akan segera menyusul”
Darla mengangguk dan pergi.
Robert masih menatap lilin-lilin itu dari bukit, ia pun berpikir untuk naik taxi dan meninggalkan mobil RR hitamnya disana. Karena Robert merasa, pusing di kepalanya akan mengganggu konsentrasi saat mengemudi.
***
Di rumah,
Shawn diberi tau pelayan jika Stane datang untuk berkunjung. Ia pun berjalan ke tempat parkir dan melihat Stane yang berada di dekat mobil sport biru milik Robert.
“paman Stane?”
“ah?” Stane kaget, “hey, Shawn” ia tersenyum.
“paman sedang apa?”
“ah, paman hanya melihat mobil kakakmu yang super mewah ini. Paman tidak percaya jika kakakmu mendapatkan mobil ini sebelum resmi dipasarkan”
Shawn tersenyum.
“kenapa kau tidak meminta mobil yang sama padanya?”
“bagiku, mobil sport yang kakak berikan tahun lalu, masih bagus”
“ayolah, bukankah itu mobil bekas kakakmu?”
Shawn menatap Stane.
“ah, paman hanya ingin tau. Ternyata kau adik yang baik, tidak meminta hal yang macam-macam padanya. Sangat baik”
Shawn tersenyum lagi.
“baiklah kalau begitu, paman akan kembali ke perusahaan. Ini untuk ibumu” Stane memberikan sebuah bingkisan.
“terima kasih, paman”
Setelah Stane pergi, Shawn pun masuk ke rumah dan menaiki tangga. Tapi ia melihat Darla yang baru datang.
Darla masuk, ia agak menyesal karena tidak menyusul Robert tadi malam. Tapi ia berharap, jika Robert akan baik-baik saja. Darla menaiki tangga dan melihat Shawn sedang menatapnya.
“apa kau menemui kakak?”
Darla mengangguk, “dia di bukit, aku melihatnya kedinginan. Dia kehujanan semalaman dan aku hanya diam disini, tidur nyenyak di kamar”
“kau khawatir? Kau menyesal melupakan janjimu?” Shawn mendekat.
Darla menunduk, ia tau maksud pertayaan itu, bahwa Shawn masih mempertanyakan cintanya.
“Darla” Shawn mengelus Darla.
Darla menatap Shawn dan rasa sedih itu mulai membesar. Ia sedih melihat Robert, tapi ia juga sedih melihat cinta Shawn.
Robert yang menaiki tangga, melihat itu. Ia kesal, “jadi ini yang kalian lakukan jika aku tidak ada?”
Mereka kaget dan menatap Robert.
Mata Robert memerah, hatinya sakit melihat Darla dan Shawn. Robert menatap Shawn, “dia calon istriku, masihkah pantas jika kau melakukan ini?”
“kakak...”
“tidak usah bicara lagi” Robert menatap Darla, “Darling...” bicara Robert mulai terbata-bata.
“Robert, aku minta maaf. Tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan, kami hanya bicara”
“tidak usah... tidak usah berbohong lagi padaku” air mata Robert menetes, “kau memang tidak mencintaiku, kan? Aku tau itu” Robert yang begitu marah, menuruni tangga dan keluar dari rumah. Ia masuk ke garasi dan menaiki mobil sport birunya, Robert mengendarai mobil itu dengan begitu kencang.
Darla terdiam dan semakin sedih, ia bingung.
Shawn pun diam dan mulai khawatir.
Darla menunduk, “aku tidak sanggup lagi”
Shawn menatap Darla, “maafkan aku, Darla. Aku belum bisa melupakanmu. Aku sudah berusaha tegar, tapi cintaku padamu tidak akan pernah hilang”
Mereka berpelukan.
Cincin Darla pun berubah warna menjadi pink.
Ibu tiba-tiba berteriak, “Ya Tuhan... Robert?!”
Darla dan Shawn menuruni tangga dan berjalan ke arah ibu yang ada di ruang keluarga.
“bu?” Shawn melihat ibu yang memegang telpon sambil menangis.
“kakakmu kecelakaan”
Mereka kaget.
“cepat lihat keadaannya, Robert ada di klinik dekat jembatan”
“baik bu” Shawn mengajak Darla keluar.
Di luar,
Darla ingat kata-kata Robert, “tunggu, Shawn”
“ada apa?”
“aku ingat. Robert bilang, jika terjadi apa-apa padanya, kau harus pergi ke pengacara keluarga kalian”
“apa? Yang benar saja? Kita harus lihat keadaan kakak”
“Shawn, aku tau ini aneh. Tapi aku yakin, Robert tidak main-main dengan ini. Kau juga harus membawa keamanan, mungkin beberapa polisi”
“ini konyol”
“Shawn?!”
“ok ok, aku kesana. Tapi aku tidak akan bawa polisi” Shawn pun pergi dengan mobilnya.
Darla mencari taxi untuk pergi ke klinik.
Di klinik,
Darla bicara dengan dokter.
“tenang saja, nona. Tuan Robert hanya luka ringan. Saat kecelakaan, beliau memakai sabuk pengaman dan airbag-nya berfungsi”
“syukurlah, boleh aku melihatnya?”
“tentu saja”
Di ruang perawatan,
Robert sedang bersandar di kursi dan beberapa perawat mengobati lukanya.
“pelan-pelan, tanganku sakit”
“maaf, tuan”
“cukup, aku tidak apa-apa” Robert bangun dan berjalan keluar.
“pelan-pelan, tuan”
Robert terdiam melihat Darla datang.
“Robert?” Darla melihat tangan kiri Robert.
“aku hanya terkilir”
Darla mendekat, “aku sangat mencemaskanmu” ia mengelus Robert dan melihat bekas jahitan di keningnya.
Robert pun memeluk Darla.
“aku akan pulang bersamamu”
Tapi Robert terdiam.
“Robert? Ada apa?”
“apa Shawn pergi ke pengacara kami?”
“iya, tapi dia sendirian”
“ya Tuhan... aku harus kesana”
“Robert, kau sedang cedera”
Robert menatap Darla, “apa kau ingat saat lift perusahaan mati? Itu perbuatan orang dalam, karena orang luar tidak tau sama sekali tentang energy perusahaan kami”
“maksudmu?”
“ada satu orang yang aku curigai, tapi aku masih belum bisa memastikannya. Lebih baik, kau panggil polisi. Aku harus segera menyusul Shawn”
“b..baik” Darla terdiam melihat Robert yang begitu serius menatapnya.
Robert keluar dari klinik dan menaiki mobil RR-nya yang sudah terparkir di depan klinik.
***
Di sebuah ruangan,
Stane masuk dan menatap seorang pria yang sedang duduk.
“tuan Stane?”
“Robert kecelakaan, aku tidak mengetahui kondisinya seperti apa. Aku dengar, mobilnya menabrak dinding pembatas jalan”
“ya Tuhan...”
“bagaimana dengan warisannya?”
“maksud anda?”
“jika Robert meninggal, apa yang aku dapatkan?”
“maafkan saya, tuan. Tapi tuan Robert sudah mengganti isi surat itu”
“apa?”
“nama anda tidak tercantum di dalamnya”
“tidak mungkin” Stane marah dan mendekati pengacara itu, “katakan, apa isinya?” ia menarik kerah baju pengacara itu.
“to..tolong lepaskan saya dulu”
Stane melepasnya dengan kesal.
“tuan Robert menulis, jika beliau meninggal, warisannya akan diberikan kepada ibu, adiknya juga seorang perempuan bernama Darla”
“Darla?” Stane ingat, saat Robert kecil, Robert pernah dijodohkan. Ia pun tersenyum, “jadi, perempuan yang terjebak di lift itu bernama Darla?”
Shawn masuk, “paman Ryan” tapi ia terdiam melihat Stane.
“Shawn” Stane tersenyum, “kenapa kau disini?”
Shawn menatap curiga pada Stane, “kenapa paman disini?”
“kenapa kau balik bertanya?” Stane mengambil sesuatu yang ada di sakunya.
“tuan Shawn, pergilah” Ryan sang pengacara, punya firasat buruk.
“diam kau” Stane menodongkan pistolnya ke kepala Ryan, “dengar, Shawn! Jika kau pergi, pria ini akan aku bunuh”
“aku tidak akan kemana-mana, sekarang aku tau, kenapa kakak begitu khawatir. Ini semua karena paman, kan? Kakak sudah tau, paman itu jahat. Jangan-jangan, paman yang sengaja membuat rem mobil kakak jadi blong. Iya, kan?”
“apa buktinya?”
“rekaman cctv di rumah kami akan menjadi buktinya”
“oh, ternyata kau mulai pintar seperti kakakmu. Sekarang aku harus ikut menyingkirkanmu juga”
“berhenti disitu, Stane” Robert datang.
“kakak?” Shawn menatap Robert, “kakak baik-baik saja?”
“apa kau lupa jika mobilku mahal?” Robert menatap Shawn.
Stane tersenyum, “keluarga macam apa, ini?”
Robert mendekati Stane, “kau hanya berurusan denganku, biarkan mereka pergi”
Stane mengarahkan pistolnya kepada Robert, tapi Robert melepaskan pistol itu dari tangan Stane dan pistol pun jatuh ke lantai.
“wing chun?” Stane kaget.
“kau lupa, paman?”
Saat kecil, Robert dipaksa mengikuti bela diri oleh ayahnya.
“aku tidak mau, ayah”
“sebagai anak tertua, kau harus bisa melindungi keluargamu”
Robert masih mengingatnya.
“ternyata penderitaanmu, ada gunanya juga”
“jangan bicara lagi” Robert mengunci tangan Stane dengan tangannya.
“aku kira, tanganmu terluka. Tapi kau masih bisa mengunci gerakanku”
“kau lupa? Bela diri yang aku pelajari bukan untuk menyerang, tapi untuk bertahan”
Stane mulai merasa sakit pada tangannya, “ah... lepaskan aku, Robert”
“kau adalah teman ayah, kenapa kau ingin melakukan ini semua? Saat aku kecil, kau bukanlah orang jahat, paman”
“sebuah kerajaan yang dihancurkan dari luar, akan membuat anggotanya lebih kuat untuk menata kembali kerajaan mereka. Tapi jika kerajaan itu hancur dari dalam, maka kerajaan itu akan hancur selamanya”
Robert menatap Stane.
“selama ini, ayahmu peduli padamu, Robert. Tapi sikapnya yang keras, membuatku punya peluang untuk menyakitimu”
Robert terdiam.
Saat itu,
Setiap Robert kecil ulang tahun, sang ayah sangat menyesal karena tidak bisa datang. Ia menitipkan sebuah kartu ucapan dan hadiah spesial untuk Robert kepada Stane, tapi Stane malah membuang hadiah itu dan hanya memberikan kartu ucapan saja.
“tidak...” Robert mulai tidak stabil.
Stane tersenyum, “aku serius, Robert. Aku sengaja melakukan itu agar kau berpikir, ayahmu sangat membencimu dan hanya menyayangi Shawn”
Mata Robert memerah, ternyata penilainya selama ini salah.
“aku sengaja melakukan ini, agar kalian tidak akur. Kau akan selalu membenci keluarga Shawn dan aku bisa memperalatmu”
Shawn kaget mendengar itu, karena Stane juga sering memprovokasi dirinya dan sang ibu agar membenci Robert.
Robert melepaskan Stane, ia gemetar dan hampir menangis.
“kau kenapa, Robert? Merasa hidupmu dibohongi?”
Robert jatuh terduduk dan diam di sudut.
“kakak?” Shawn khawatir.
“kasihan sekali” Stane senang, “dibalik fisikmu yang kuat, terdapat mentalmu yang lemah” ia senang karena berhasil membuat hidup Robert hancur.
Robert menatap mereka dengan air matanya yang menetes.
“kau lihat, Shawn? Kakakmu sangat kekanak-kanakan, sepertinya dia belum siap jadi dewasa”
Shawn menatap Stane dengan kesal.
Robert menunduk tak berdaya, ia begitu sedih. Seandainya sang ayah masih hidup, Robert akan mengatakan bahwa ia sangat menyayangi ayahnya.
“dan aku punya kejutan lain untuk kalian” Stane mengeluarkan pistol lain dari sakunya, “kakakmu sudah kalah, sekarang aku akan menyingkirkanmu” ia mengarahkan pistolnya ke arah Shawn.
Shawn kaget.
Meski melihat itu, tapi Robert belum stabil dan masih terpukul.
“ucapkan selamat tinggal pada kakakmu” Stane menarik pelatuk.
“Shawn?!” Robert berteriak.
Dor...
Shawn menutup matanya, tapi ia tidak merasakan apapun.
Robert rubuh di depan Shawn.
“kakak?” Shawn kaget melihat Robert yang terkapar karena melindunginya dari tembakan itu.
Robert masih bertahan dengan darah di dadanya, “Shawn...” mata Robert masih terbuka.
Shawn mendekati Robert, “kakak” ia mengangkat kepala Robert ke pangkuannya.
“maafkan aku”
“jangan bicara begitu, kak. Kita sudah tau yang sebenarnya, Stane adalah dalang dari semua ini”
Stane tertawa, “aku tidak menyangka jika kau mau berkorban untuk adikmu, bukankah selama ini kau iri pada Shawn? Kau selalu bilang, ayahmu hanya menyayangi Shawn dan kau sangat membenci keluargamu”
Ryan yang mengambil pistol dari lantai, menempelkannya ke kepala belakang Stane.
Stane kaget.
“jika kau bergerak, aku akan menembak kepalamu, Stane”
“kau berani juga, Ryan?” Stane tersenyum.
“aku tidak main-main, Stane” Ryan menarik pelatuknya, “jatuhkan senjatamu, sekarang!”
Stane pun diam dan menjatuhkan pistolnya ke lantai.
“kenapa kau datang sendirian?” Robert menatap Shawn.
“maafkan aku, kak. Aku tidak tau jika semuanya akan menjadi seperti ini”
“berjanjilah... berjanjilah kau akan membahagiakan Darla”
“jangan bicara begitu, kak. Kakak yang akan menikahinya, bukan aku” air mata Shawn menetes.
Robert tersenyum.
“kenapa kakak melakukan ini, kak?”
“ayah selalu bilang, jika aku harus melindungimu dan ibu” Robert mengelus Shawn, “kakak sayang padamu, Shawn” tangan Robert mulai terlepas dari pipi Shawn dan matanya tertutup.
“kakak?” Shawn panik dan memeluk Robert, “bangun, kak. Jangan tinggalkan aku!”
Stane terseyum, dan Ryan kaget melihat itu.
Darla yang datang bersama para polisi, terdiam melihat itu.
Stane pun ditahan atas kejahatannya.
***
Di rumah sakit,
Dokter mengoprasi Robert dan berusaha mengeluarkan peluru dari dadanya.
Sementara di ruang tunggu,
Keluarga Robert begitu panik, ibu terus menangis di pelukan Shawn.
“tenang, bu. Kakak pasti kuat”
Cincin Darla mulai berubah warna menjadi merah.
Shawn mendekati Darla, “bisakah kita bicara?”
Darla mengangguk.
Shawn memegang tangan Darla, “mulai sekarang, berjanjilah untuk selalu membahagiakan kakakku”
“Shawn...”
“aku mohon. Sekarang aku sangat mengetahui penderitaan kakak. Hanya kamu, Darla. Hanya kamu yang bisa membuat dia bahagia, dan kamu yang bisa membuat kakak bertahan saat ini” Shawn berlutut, “aku mohon, cintai dia seperti dia mencintaimu” air matanya menetes, “dia sangat mencintaimu. Aku mohon, buat dia bahagia dalam hidupnya”
Darla menangis mendengar itu, pria yang sangat ia cintai memintanya untuk mencintai orang lain. Sepertinya sekarang, Shawn sudah berhenti untuk memperjuangkan cintanya dan memilih untuk mengalah demi kebahagiaan Robert.
“aku mohon”
Darla pun mengangguk dan mereka berpelukan. Meski sudah membuat kesepakatan seperti itu, tapi mereka tak bisa memungkiri jika cinta mereka masih tetap ada.
Setelah oprasi,
“Darling...” Robert membuka matanya.
Dokter kaget, “tuan?”
Dokter mengerti jika Robert ingin bertemu dengan seseorang, ia pun keluar dari ruang oprasi.
Di ruang tunggu,
“dokter?” ibu mendekati dokter yang baru keluar.
“ada yang bermana Darling?”
“Darling?” Shawn kaget.
“saya, dok” Darla menatap dokter.
“silahkan ke dalam”
Darla menganguk dan masuk.
Di dalam,
“Robert?” Darla mendekat.
“Darling, maafkan aku...”
“kenapa kamu minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf, aku selalu mengecewakanmu” Darla mengelus Robert.
“berikan cincinku pada Shawn, anggaplah ini hadiah untuk kalian”
“jangan bicara begitu, yang akan menikah itu kita”
“aku tidak mau lagi menyakitimu, kau behak bahagia bersamanya”
Darla menggeleng, “kau bicara apa? Aku bahagia bersamamu, aku merasakan cintamu. Aku percaya padamu”
“aku tidak bisa” Robert semakin lemah, “aku mencintaimu dan aku tau, ini yang terbaik”
“apa maksudmu? Kau harus bertahan, kita akan segera menikah”
Robert tersenyum, “terima kasih karena kau selalu membuatku bahagia, Darling”
“cukup, Robert. Jangan bicara lagi” air mata Darla menetes.
“aku ingin dipeluk”
Darla mulai memeluk Robert, “berjanjilah, kau akan baik-baik saja” ia pun melihat cincinnya yang mulai meredup, “lihat, sepertinya cincin futuristic-mu kehabisan batrai” Darla tersenyum.
Tapi Robert sama sekali tidak menjawab.
“Robert?” Darla melihat Robert yang tak bergerak dengan matanya yang tertutup, “Robert?” Darla terdiam.
Perawat pun mulai mendekat dan memeriksa Robert, Darla mundur perlahan. Tapi mereka melepas semua alat yang terpasang di tubuh Robert. Darla sadar, apa artinya itu.
Ibu dan Shawn masuk.
“kakak?!” Shawn menangis dan memeluk Robert, “bangun kak, jangan tinggalkan aku”
Ibu yang sedih, berusaha tegar dan menenangkan Shawn.
“bangun, kak” Shawn menggoyang-goyang tubuh Robert, “bangun!” ia begitu histeris.
“sudah nak, kamu harus kuat” ibu mengelus Shawn.
Darla hanya diam dengan air mata yang terus menetes. Ia sadar, Robert memang begitu mencintainya. Darla sangat merasakan hal itu. Tapi sebesar apapun cinta Robert, cinta Darla hanya untuk Shawn.
“kakak?!”
Darla mendekati Shawn, “Shawn...”
Shawn menoleh dan langsung memeluk Darla, “kenapa kakak harus pergi secepat ini? Aku sayang padanya, aku tidak mau kehilangan kakak”
Dan Darla pun hanya bisa memeluk Shawn, “kamu harus sabar, Shawn. Relakan dia”
***
Di sebuah tempat,
Robert kecil sedang bermain dengan semua hadiah pemberian ayahnya.
“Robert” seorang perempuan memanggil Robert.
Robert menoleh dan tersenyum melihat ayah dan ibunya.
The End
___
Thank’s for reading…

Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar kalian sangat berarti untuk Sherly! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar