Minggu, 27 September 2015

As Long As You Love Me



Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Dua pria berlajan memasuki sebuah apartemen mewah,
“ok Lukman, kau akan tinggal disini selama kita kerjasama. Aku harap, kau betah di Amerika”
“terima kasih, Robert” Lukman tersenyum.
“baiklah, aku pergi dulu. Banyak hal yang harus aku tangani”
“ya, aku mengerti”
“nanti malam, hadiah spesial untukmu akan datang”
Lukman bingung dan tak mengerti dengan perkataan Robert.
“bye kawan” Robert pergi dengan senyum singkatnya.
Lukman menutup pintu, ia berbalik dan kembali menatap apartemen mewahnya. Lukman tersenyum, ini pertama kalinya ia pergi ke Amerika dan bekerjasama dengan pria asing.
Robert, seorang pengusaha terkenal yang mendunia dan juga terkenal dengan tingkah playboy serta arogannya, adalah rekan bisnis Lukman sekarang.
“terima kasih, Tuhan...” Lukman sangat bersyukur.
Malam itu,
Tok... tok... tok...
“iya” Lukman yang baru saja memasak telur, menaruh telurnya di piring dan berjalan ke pintu. Ia membuka pintu dan terdiam melihat seorang perempuan sexy berbaju minim.
“hey” perempuan itu tersenyum.
“e..h, hey?” Lukman kaget.
“kau Lukman ‘kan?”
“i..iya, kamu...?”
“aku Feronica, aku disuruh Robert untuk menemanimu”
“Robert?” Lukman ingat, Robert bilang, ia akan memberikan sebuah hadiah di malam hari. Apa maksud Robert adalah perempuan ini?
“hey, kenapa diam saja?” Fero memukul pundak Lukman sambil tersenyum genit.
“ah?” Lukman kaget dan bingung, ia tidak biasa dengan itu.
“ehm.., sepertinya kau habis memasak” Fero masuk tanpa ijin.
“eh, aku membuat telur mata sapi. Kau mau? Akan aku buatkan” Lukman mengikuti Fero yang masuk ke dapur.
“aku ingin kau” Fero menatap Lukman dengan tatapan nakalnya.
Mata Lukman langsung melotot dan ia terdiam, Lukman merasa takut dengan perempuan itu. Ya Tuhan... jangan-jangan, dia bukan perempuan baik-baik.
“eh, kok kamu jadi tegang gitu sih?”
“ah, aku...” mata Lukman melihat kesana-kemari.
“gerogi ya? Kamu udah kenal Robert berapa lama sih? Kayanya beda banget”
“ka..kami,  baru kenal akhir-akhir ini”
“oh, aku sudah menduganya”
Lukman tersenyum bingung.
Fero menyuruh Lukman duduk di meja makan dan Lukman menurutinya sambil terus menatap waspada pada Fero.
“kamu kenapa sih?” Fero mengambil piring berisi telur yang sudah dimasak oleh Lukman, ia mendekati Lukman dan menatap tajam padanya.
Lukman semakin bingung.
“aku suapin ya? Kita makan sepiring berdua”
“ah, aku...” Lukman langsung berdiri dan menatap Fero, “maaf, jika kau lapar, makan saja. Aku sudah kenyang, aku harus tidur” ia pergi meninggalkan ruang makan.
“Lukman, tunggu” Fero mengikutinya.
“maaf, aku tiba-tiba mengantuk” Lukman masuk ke kamar.
“Lukman” Fero menatap Lukman di depan pintu kamar.
Lukman menatap Fero yang mengikutinya, “maafkan aku, tapi aku tidak mengenalmu dan aku tidak tau apa maksud Robert menyuruhmu kemari”
“oh, jadi kamu mau pura-pura bodoh? Dengar ya, aku melakukan ini karena Robert berjanji akan membayarku” Fero kesal, “jika kau berbuat onar, kau yang harus ganti rugi. Karena Robert tidak akan membayarku”
“jangan bilang kalau kamu...”
“ya, memangnya kenapa? Kau mau menghinaku? Pria so suci”
“aku tidak bilang begitu” Lukman menatap Fero.
“aku benci padamu, kenapa aku harus menerima tawaran ini. Ah, rugi besar aku”
Lukman menatap Fero dengan aneh.
“ngapain liatin aku, heh?”
Lukman takut, “maaf”
“dasar pria menyebalkan” Fero masuk ke kamar Lukman.
“lho, kenapa kau masuk kesini?”
Fero naik ke kasur, “emangnya kenapa? Aku ngantuk”
“kau boleh tidur di kamar tamu, ini kamarku”
“aku mau tidur disini”
“baiklah, aku yang tidur di kamar tamu” Lukman pergi.
Besoknya,
Robert sedang duduk di ruang kerjanya sambil menelpon, “jadi, dia terus menghindarimu?” ia tertawa, “ya, Lukman memang pria yang polos. Aku tau itu”
“tapi aku kesal”
“ya, terima saja, jika tidak, aku tidak akan membayarmu”
Tiba-tiba, Lukman masuk ke ruangan Robert.
“Lukman?” Robert kaget dan menutup telponnya, ia tersenyum.
“hey, Robert”
“selamat siang?” Robert menatap Lukman.
“aku...” Lukman bingung dan duduk.
“katakan, apa masalahmu?” Robert menatap Lukman sambil memberikan senyum sungging.
“aku...”
“bagaimana dengan hadiahku?”
“perempuan itu... apa dia hadiah darimu?”
“ya, tenang saja. Aku yang akan membayarnya”
“jadi dia benar-benar perempuan bayaran yang sengaja kau berikan padaku?”
“yap, ada apa Lukman? Kau tidak suka dengan dia? Aku bisa mengganti perempuan itu”
Lukman kaget.
“ya, aku mengerti. Kau tidak biasa dengan itu dan sekarang, kau tau seberapa gilanya rekan kerjamu ini”
“aku tidak berfikir begitu”
“ya, kau memang pria baik. Aku tidak menyesal jika kau jadi rekan kerjaku di bisnis ini”
Lukman tersenyum.
“pulanglah, perlakukan perempuan itu dengan baik. Jangan sampai kau menyia-nyiakan dia”
Lukman menatap Robert, ia tidak mengerti.
“jika kau membiarkan dia, itu namanya, kau tidak menghargainya. Dia akan merasa sakit hati dan terhina”
“begitukah?”
“ya, karena itu profesinya” Robert tersenyum, “bersenang-senanglah Lukman, kau bebas disini”
“terima kasih, Robert. Aku permisi” Lukman pergi.
“pria yang sangat sopan” Robert tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Lukman masuk ke apartemennya, ia melihat Fero sedang duduk di sofa sambil merokok.
“kau sudah pulang?”
“i..iya” Lukman mendekat.
Fero tersenyum, “duduklah”
“maaf, aku tidak biasa dengan asap rokok”
“begitukah?” Fero kesal dan mematikan rokoknya, “sikapku selalu salah dihadapanmu”
“aku tidak bermaksud begitu” Lukman duduk disamping Fero.
Fero tersenyum, “lalu?”
“aku ingin kau mengganti pakaianmu dengan pakaian yang sedikit sopan”
“maksudmu pakaianku...”
“jangan marah dulu, aku akan membayarmu setiap kau melakukan hal yang aku inginkan”
“ok, deal”
“bagus, jangan merokok lagi ya”
“siap bos”
Lukman tersenyum.
Mereka pun pergi ke sebuah boutique.
Disana, Fero memilih baju dengan bahagia dan Lukman tersenyum melihatnya.
Lukman sadar, Fero memanglah cantik. Namun sayangnya, pekerjaan Fero kurang baik baginya. Tapi ia tidak mau mempermasalahkan itu, apalagi Robert lah yang menyuruh Fero menemani Lukman selama disini. Ia tidak mau rekan kerjanya kecewa.
“Lukman, apa kau suka?” Fero memperlihatkan penampilan barunya.
Lukman mengangguk dan tersenyum.
***
Lukman masuk ke kamar, ia membuka jasnya. Fero masuk dan mendekat.
“mau apa?” Lukman menatap Fero.
“membantumu mengganti pakaian”
“tak perlu, aku bisa sendiri. Aku bukan anak kecil”
“ok” Fero diam.
“satu hal lagi, ini kamarku. Jadi, mulai malam ini, kau tidur di kamar tamu. Ok?”
“oh, aku mengerti sekarang. Kau hanya ingin aku layani seperti pembantu kan? Dengar ya, aku ini bukan asisten rumah tanggamu yang bisa kau suruh-suruh”
“tapi aku kan membayar”
“terima kasih tuan, mungkin aku memang wanita murahan bagimu” air mata Fero menetes dan ia pergi.
“Fero?” Lukman kaget.
Fero berlari dan menangis di depan kolam renang.
Lukman mendekat dan duduk disamping Fero.
“mau apa?”
“maaf jika aku salah bicara”
“bagus jika kau tau”
“hey, aku kan sudah minta maaf?”
“lalu dengan mudahnya aku memaafkanmu?”
Lukman diam.
“mungkin bagimu, aku hanya wanita murahan yang selalu menemani pria-pria diluar sana”
“Fero, aku minta maaf”
“tidak apa-apa, itu memang benar. Semua orang memandangku sebelah mata. Bagi mereka, aku hanya perempuan hina”
“Fero...”
“aku tidak apa-apa” Fero menghapus air matanya yang terus menetes, “kalian, orang-orang yang mudah mencari uang memang tidak pernah bisa merasakan bagaimana sulitnya hidup. Kalian tidak tau bagaimana sulitnya mencari sesuap nasih dan...”
“cukup Fero, maafkan aku” Lukman menatap Fero sambil memegang pundaknya.
Fero menatap Lukman.
Lukman tersenyum, “aku janji, aku akan memperlakukanmu dengan baik”
Fero tersenyum dan memeluk Lukman.
Lukman terdiam dan hanya diam.
“terima kasih, kau mau mengerti”
Pagi itu,
Lukman membuka pintu kamar dan melihat Fero sudah menyiapkan sarapan.
“selamat pagi” Fero tersenyum.
Lukman tersenyum, sekarang Fero memang terlihat berbeda. Tidak seperti dulu, Fero terlihat lebih feminim dan elegant.
“ayo sarapan”
“waw, terima kasih” Lukman duduk di meja makan dan menatap Fero, “apa aku harus membayar?”
“kau mulai lagi”
“maaf” Lukman tersenyum, “makanlah bersamaku”
“tentu”
***
Robert keluar dari ruang meeting dan masuk ke ruangannya, disana sudah ada Lukman yang menunggunya.
“Lukman?”
“selamat siang, Robert”
“siang” Robert tersenyum dan menjabat tangan Lukman,  “bagaimana dengan hasil kerjasama kita? Kau puas?”
“tentu saja, Robert. Aku senang, kita bisa bekerjasama”
“lain kali, kita bisa melakukannya lagi, kawan”
“terima kasih”
“jadi, kapan kau akan kembali ke negaramu?”
“mungkin besok atau lusa”
“ok, semoga kau baik-baik saja”
Lukman tersenyum, “aku kira, kau mau mengantarku ke bandara”
“tentu, aku akan melakukannya. Biar aku yang membeli tiket, ok?”
“yap, aku tidak bisa menolak”
Di apartemen Lukman,
Fero menangis di balkon, ia tau, Lukman akan pergi. Lukman bilang, dia akan membayar Fero sesuai dengan yang Fero inginkan. Tapi Fero, ia merasa sedih dengan sikap Lukman. Ia fikir, Lukman merasakan perubahannya dan mau menyadari perasaannya. Tapi ternyata, Lukman tetap menganggapnya sebagai wanita bayar.
Fero mengambil tasnya dan pergi dari sana.
***
Lukman membuka pintu apartement-nya, ia melihat ke sekitar dan merasa sepi. Tidak ada Fero yang menyambutnya atau pun bau masakan yang selalu tercium setiap Lukman datang.
“Fero?” Lukman masuk dan mencari Fero, “Fero, kau dimana? Fero?”
Lukman masuk ke kamar dan melihat barang-barang yang pernah ia berikan pada Fero, tersusun rapi disana.
“Fero...” Lukman mendekati barang-barang itu dan melihat sebuah surat, ia pun mengambil surat itu dan membacanya.
Lukman, terima kasih karena kau telah mengajarkan banyak hal baik padaku. Aku sadar, aku memang tidak pantas bersamamu. Kau tidak usah mencariku untuk membayar semuanya, aku sudah memutuskan untuk berubah dan berhenti dari pekerjaanku. Dan aku tidak akan mengambil bayaran yang Robert berikan. Sekali lagi, aku ucapkan terima kasih. Semoga kau selamat di perjalananmu.
Selamat tinggal,
Fero
Lukman terdiam, ia sadar, perasaan itu memang ada. Fero, perempuan bayaran itu telah membuat Lukman jatuh cinta padanya.
“Fero” Lukman keluar dari kamar dan berlari keluar apartemen, ia ingin mencari Fero.
Di jalan,
Fero masih menangis, ia membawa kopernya.
“hey Fero”
Fero terdiam, dua pria sangar berdiri dihadapannya.
“kau kenapa? Uangmu habis? Tenang saja, hari ini kami berdua...”
“tidak” Fero menatap mereka, “maafkan aku, aku sudah berhenti. Dan aku tidak ingin melakukan hal itu lagi”
“sombong sekali kau, memangnya kau bisa apa heh?”
“aku hanya ingin berubah menjadi lebih baik, dan aku yakin, yang aku lakukan itu benar”
“kalau begitu, kami akan memaksamu”
Salah satu dari mereka, memegang tangan Fero.
“lepaskan, lepaskan aku!”
“ikut kami”
“Fero” Lukman berlari mendekat.
“Lukman?” Fero kaget.
“ah, apa pria kecil ini mengganggumu?”
Lukman menatap mereka, “apa maksud kalian? Justru kalian yang mengganggunya”
“ah, kau ingin dihajar rupanya?”
Mereka melepaskan Fero dan menghajar Lukman di depan Fero.
Fero panik dan tidak tau harus bagaimana, “tolong!” Fero hanya bisa berteriak.
Robert datang, “hentikan” ia menatap kedua orang itu.
Mereka berhenti memukuli Lukman dan menatap Robert.
“ternyata ada satu orang lagi yang ingin dihajar”
“ayo maju” Robert menantang mereka.
Mereka kesal dan mulai menyerang Robert, Robert pun melayani mereka dengan menangkis dan menghindar dari pukulan mereka.
“hanya inikah kemampuan kalian?”
Mereka semakin marah dan bernafsu untuk menghajar Robert, namun dengan mudah, Robert menjatuhkan mereka.
“buat pilihan” Robert menatap mereka yang jatuh ke tanah.
“ampun”
Mereka lari.
Fero mendekati Lukman yang terkapar di tanah, “Lukman” ia menangis, “bangun”
Robert hanya diam melihat itu, seandainya aku lebih cepat.
“Lukman”
***
Di ruang perawatan rumah sakit,
Lukman membuka matanya, ia melihat Robert yang sedang duduk, tersenyum padanya.
“Robert..”
“santai saja kawan”
Lukman tau dia ada di rumah sakit, “apa yang terjadi?”
“kau dikeroyok oleh dua orang” Robert mengatakan itu dengan sepele.
Lukman melihat perban kecil di lengan Robert, “kerima kasih, kawan”
Robert tersenyum, “bersyukurlah karena golongan darah kita sama dan jangan pernah so jadi pahlawan jika kau tidak bisa berkelahi”
Lukman tersenyum dan ia pun teringat pada Fero, “Fero dimana? Dia baik-baik saja kan?”
“uh uh, tenang. Kau ini sedang sakit, santai saja. Dia ada di luar, dia selalu menangis di ruang tunggu”
“apa dia menghawatirkan aku?”
“kau fikir, untuk siapa dia menangis?”
Lukman diam.
“dengarkan aku, jika kau menyukai, lakukan hal yang benar. Jika tidak, lakukan yang benar juga”
Lukman tersenyum, “aku tau kemana arah pembicaraanmu”
“semua itu terserah padamu” Robert bangun dari tempat duduknya, “maaf kawan, aku harus kembali bekerja”
“terima kasih, Robert”
Robert tersenyum.
“bisa tolong panggilkan Fero?”
“tentu, sampai jumpa” Robert keluar.
Tak lama kemudian, Fero masuk.
Lukman melihat mata Fero yang bengkak, “Fero...”
“Lukman” Fero memeluk Lukman, “maafkan aku”
“ini bukan salahmu”
“tapi semua ini terjadi karena aku...”
“sudah, jangan diteruskan” Lukman tersenyum dan mengelus Fero, “aku senang kau berhenti”
Fero tersenyum dan menunduk.
“dengan begitu, aku harap, kau mau menjalin hubungan yang lebih serius bersamaku”
Fero kaget dan menatap Lukman.
“kau kenapa? Aku kira, kita saling mencintai”
Fero tersenyum dan kembali memeluk Lukman.
“aku mencintaimu Fero, maafkan aku jika selama ini...”
“sudahlah, lupakan saja”
***
Di bandara,
Robert tersenyum pada Lukman dan Fero, “aku tak mengira semua ini akan terjadi”
“aku pun” Lukman tersenyum.
“ya, seperti yang kau ketahui, Lukman adalah orang baik” Fero tersenyum.
“jadi menurutmu, aku tidak baik?” Robert menatap Fero.
“buktikan jika kau juga akan berubah. Jadi saat kami kembali kesini, kau harus sudah memiliki keluarga” Fero masih menatap Robert.
“emh..., sulit juga” Robert berfikir.
Mereka tertawa.
Setelah Lukman dan Fero pergi, Robert pun berjalan meninggalkan bandara.
Mungkin mereka benar, aku harus berubah menjadi lebih baik. Semua orang juga menginginkan itu kan? Dan mungkin, suatu saat nanti, aku akan mendapatkan seorang istri. Seperti Lukman yang mendapatkan Fero.
“aduh” seorang pramugari tak sengaja bertabrakan dengan Robert yang sedang berjalan.
Robert tersadar dan menatap pramugari itu, ia membantunya berdiri.
“terima kasih, tuan”
Robert tersenyum pada perempuan itu.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar