Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
Dua pria berlajan memasuki
sebuah apartemen mewah,
“ok Lukman, kau akan
tinggal disini selama kita kerjasama. Aku harap, kau betah di Amerika”
“terima kasih, Robert”
Lukman tersenyum.
“baiklah, aku pergi dulu.
Banyak hal yang harus aku tangani”
“ya, aku mengerti”
“nanti malam, hadiah
spesial untukmu akan datang”
Lukman bingung dan tak
mengerti dengan perkataan Robert.
“bye kawan” Robert pergi
dengan senyum singkatnya.
Lukman menutup pintu, ia
berbalik dan kembali menatap apartemen mewahnya. Lukman tersenyum, ini pertama
kalinya ia pergi ke Amerika dan bekerjasama dengan pria asing.
Robert, seorang pengusaha
terkenal yang mendunia dan juga terkenal dengan tingkah playboy serta
arogannya, adalah rekan bisnis Lukman sekarang.
“terima kasih, Tuhan...”
Lukman sangat bersyukur.
Malam itu,
Tok... tok... tok...
“iya” Lukman yang baru
saja memasak telur, menaruh telurnya di piring dan berjalan ke pintu. Ia
membuka pintu dan terdiam melihat seorang perempuan sexy berbaju minim.
“hey” perempuan itu
tersenyum.
“e..h, hey?” Lukman kaget.
“kau Lukman ‘kan?”
“i..iya, kamu...?”
“aku Feronica, aku disuruh
Robert untuk menemanimu”
“Robert?” Lukman ingat,
Robert bilang, ia akan memberikan sebuah hadiah di malam hari. Apa maksud Robert adalah perempuan ini?
“hey, kenapa diam saja?”
Fero memukul pundak Lukman sambil tersenyum genit.
“ah?” Lukman kaget dan
bingung, ia tidak biasa dengan itu.
“ehm.., sepertinya kau
habis memasak” Fero masuk tanpa ijin.
“eh, aku membuat telur
mata sapi. Kau mau? Akan aku buatkan” Lukman mengikuti Fero yang masuk ke
dapur.
“aku ingin kau” Fero
menatap Lukman dengan tatapan nakalnya.
Mata Lukman langsung
melotot dan ia terdiam, Lukman merasa takut dengan perempuan itu. Ya Tuhan... jangan-jangan, dia bukan
perempuan baik-baik.
“eh, kok kamu jadi tegang
gitu sih?”
“ah, aku...” mata Lukman
melihat kesana-kemari.
“gerogi ya? Kamu udah kenal
Robert berapa lama sih? Kayanya beda banget”
“ka..kami, baru kenal akhir-akhir ini”
“oh, aku sudah menduganya”
Lukman tersenyum bingung.
Fero menyuruh Lukman duduk
di meja makan dan Lukman menurutinya sambil terus menatap waspada pada Fero.
“kamu kenapa sih?” Fero
mengambil piring berisi telur yang sudah dimasak oleh Lukman, ia mendekati
Lukman dan menatap tajam padanya.
Lukman semakin bingung.
“aku suapin ya? Kita makan
sepiring berdua”
“ah, aku...” Lukman
langsung berdiri dan menatap Fero, “maaf, jika kau lapar, makan saja. Aku sudah
kenyang, aku harus tidur” ia pergi meninggalkan ruang makan.
“Lukman, tunggu” Fero
mengikutinya.
“maaf, aku tiba-tiba
mengantuk” Lukman masuk ke kamar.
“Lukman” Fero menatap
Lukman di depan pintu kamar.
Lukman menatap Fero yang
mengikutinya, “maafkan aku, tapi aku tidak mengenalmu dan aku tidak tau apa
maksud Robert menyuruhmu kemari”
“oh, jadi kamu mau
pura-pura bodoh? Dengar ya, aku melakukan ini karena Robert berjanji akan
membayarku” Fero kesal, “jika kau berbuat onar, kau yang harus ganti rugi.
Karena Robert tidak akan membayarku”
“jangan bilang kalau
kamu...”
“ya, memangnya kenapa? Kau
mau menghinaku? Pria so suci”
“aku tidak bilang begitu”
Lukman menatap Fero.
“aku benci padamu, kenapa
aku harus menerima tawaran ini. Ah, rugi besar aku”
Lukman menatap Fero dengan
aneh.
“ngapain liatin aku, heh?”
Lukman takut, “maaf”
“dasar pria menyebalkan”
Fero masuk ke kamar Lukman.
“lho, kenapa kau masuk
kesini?”
Fero naik ke kasur,
“emangnya kenapa? Aku ngantuk”
“kau boleh tidur di kamar
tamu, ini kamarku”
“aku mau tidur disini”
“baiklah, aku yang tidur
di kamar tamu” Lukman pergi.
Besoknya,
Robert sedang duduk di
ruang kerjanya sambil menelpon, “jadi, dia terus menghindarimu?” ia tertawa,
“ya, Lukman memang pria yang polos. Aku tau itu”
“tapi aku kesal”
“ya, terima saja, jika
tidak, aku tidak akan membayarmu”
Tiba-tiba, Lukman masuk ke
ruangan Robert.
“Lukman?” Robert kaget dan
menutup telponnya, ia tersenyum.
“hey, Robert”
“selamat siang?” Robert
menatap Lukman.
“aku...” Lukman bingung
dan duduk.
“katakan, apa masalahmu?”
Robert menatap Lukman sambil memberikan senyum sungging.
“aku...”
“bagaimana dengan
hadiahku?”
“perempuan itu... apa dia
hadiah darimu?”
“ya, tenang saja. Aku yang
akan membayarnya”
“jadi dia benar-benar
perempuan bayaran yang sengaja kau berikan padaku?”
“yap, ada apa Lukman? Kau
tidak suka dengan dia? Aku bisa mengganti perempuan itu”
Lukman kaget.
“ya, aku mengerti. Kau
tidak biasa dengan itu dan sekarang, kau tau seberapa gilanya rekan kerjamu
ini”
“aku tidak berfikir
begitu”
“ya, kau memang pria baik.
Aku tidak menyesal jika kau jadi rekan kerjaku di bisnis ini”
Lukman tersenyum.
“pulanglah, perlakukan
perempuan itu dengan baik. Jangan sampai kau menyia-nyiakan dia”
Lukman menatap Robert, ia
tidak mengerti.
“jika kau membiarkan dia,
itu namanya, kau tidak menghargainya. Dia akan merasa sakit hati dan terhina”
“begitukah?”
“ya, karena itu
profesinya” Robert tersenyum, “bersenang-senanglah Lukman, kau bebas disini”
“terima kasih, Robert. Aku
permisi” Lukman pergi.
“pria yang sangat sopan”
Robert tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Lukman masuk ke
apartemennya, ia melihat Fero sedang duduk di sofa sambil merokok.
“kau sudah pulang?”
“i..iya” Lukman mendekat.
Fero tersenyum, “duduklah”
“maaf, aku tidak biasa
dengan asap rokok”
“begitukah?” Fero kesal
dan mematikan rokoknya, “sikapku selalu salah dihadapanmu”
“aku tidak bermaksud
begitu” Lukman duduk disamping Fero.
Fero tersenyum, “lalu?”
“aku ingin kau mengganti
pakaianmu dengan pakaian yang sedikit sopan”
“maksudmu pakaianku...”
“jangan marah dulu, aku
akan membayarmu setiap kau melakukan hal yang aku inginkan”
“ok, deal”
“bagus, jangan merokok
lagi ya”
“siap bos”
Lukman tersenyum.
Mereka pun pergi ke sebuah
boutique.
Disana, Fero memilih baju
dengan bahagia dan Lukman tersenyum melihatnya.
Lukman sadar, Fero
memanglah cantik. Namun sayangnya, pekerjaan Fero kurang baik baginya. Tapi ia
tidak mau mempermasalahkan itu, apalagi Robert lah yang menyuruh Fero menemani
Lukman selama disini. Ia tidak mau rekan kerjanya kecewa.
“Lukman, apa kau suka?”
Fero memperlihatkan penampilan barunya.
Lukman mengangguk dan
tersenyum.
***
Lukman masuk ke kamar, ia
membuka jasnya. Fero masuk dan mendekat.
“mau apa?” Lukman menatap
Fero.
“membantumu mengganti
pakaian”
“tak perlu, aku bisa
sendiri. Aku bukan anak kecil”
“ok” Fero diam.
“satu hal lagi, ini
kamarku. Jadi, mulai malam ini, kau tidur di kamar tamu. Ok?”
“oh, aku mengerti
sekarang. Kau hanya ingin aku layani seperti pembantu kan? Dengar ya, aku ini
bukan asisten rumah tanggamu yang bisa kau suruh-suruh”
“tapi aku kan membayar”
“terima kasih tuan,
mungkin aku memang wanita murahan bagimu” air mata Fero menetes dan ia pergi.
“Fero?” Lukman kaget.
Fero berlari dan menangis
di depan kolam renang.
Lukman mendekat dan duduk
disamping Fero.
“mau apa?”
“maaf jika aku salah
bicara”
“bagus jika kau tau”
“hey, aku kan sudah minta
maaf?”
“lalu dengan mudahnya aku
memaafkanmu?”
Lukman diam.
“mungkin bagimu, aku hanya
wanita murahan yang selalu menemani pria-pria diluar sana”
“Fero, aku minta maaf”
“tidak apa-apa, itu memang
benar. Semua orang memandangku sebelah mata. Bagi mereka, aku hanya perempuan
hina”
“Fero...”
“aku tidak apa-apa” Fero
menghapus air matanya yang terus menetes, “kalian, orang-orang yang mudah
mencari uang memang tidak pernah bisa merasakan bagaimana sulitnya hidup.
Kalian tidak tau bagaimana sulitnya mencari sesuap nasih dan...”
“cukup Fero, maafkan aku”
Lukman menatap Fero sambil memegang pundaknya.
Fero menatap Lukman.
Lukman tersenyum, “aku
janji, aku akan memperlakukanmu dengan baik”
Fero tersenyum dan memeluk
Lukman.
Lukman terdiam dan hanya
diam.
“terima kasih, kau mau
mengerti”
Pagi itu,
Lukman membuka pintu kamar
dan melihat Fero sudah menyiapkan sarapan.
“selamat pagi” Fero
tersenyum.
Lukman tersenyum, sekarang
Fero memang terlihat berbeda. Tidak seperti dulu, Fero terlihat lebih feminim
dan elegant.
“ayo sarapan”
“waw, terima kasih” Lukman
duduk di meja makan dan menatap Fero, “apa aku harus membayar?”
“kau mulai lagi”
“maaf” Lukman tersenyum,
“makanlah bersamaku”
“tentu”
***
Robert keluar dari ruang
meeting dan masuk ke ruangannya, disana sudah ada Lukman yang menunggunya.
“Lukman?”
“selamat siang, Robert”
“siang” Robert tersenyum
dan menjabat tangan Lukman, “bagaimana
dengan hasil kerjasama kita? Kau puas?”
“tentu saja, Robert. Aku
senang, kita bisa bekerjasama”
“lain kali, kita bisa
melakukannya lagi, kawan”
“terima kasih”
“jadi, kapan kau akan
kembali ke negaramu?”
“mungkin besok atau lusa”
“ok, semoga kau baik-baik
saja”
Lukman tersenyum, “aku
kira, kau mau mengantarku ke bandara”
“tentu, aku akan
melakukannya. Biar aku yang membeli tiket, ok?”
“yap, aku tidak bisa
menolak”
Di apartemen Lukman,
Fero menangis di balkon,
ia tau, Lukman akan pergi. Lukman bilang, dia akan membayar Fero sesuai dengan
yang Fero inginkan. Tapi Fero, ia merasa sedih dengan sikap Lukman. Ia fikir,
Lukman merasakan perubahannya dan mau menyadari perasaannya. Tapi ternyata,
Lukman tetap menganggapnya sebagai wanita bayar.
Fero mengambil tasnya dan
pergi dari sana.
***
Lukman membuka pintu
apartement-nya, ia melihat ke sekitar dan merasa sepi. Tidak ada Fero yang
menyambutnya atau pun bau masakan yang selalu tercium setiap Lukman datang.
“Fero?” Lukman masuk dan
mencari Fero, “Fero, kau dimana? Fero?”
Lukman masuk ke kamar dan melihat
barang-barang yang pernah ia berikan pada Fero, tersusun rapi disana.
“Fero...” Lukman mendekati
barang-barang itu dan melihat sebuah surat, ia pun mengambil surat itu dan
membacanya.
Lukman,
terima kasih karena kau telah mengajarkan banyak hal baik padaku. Aku sadar,
aku memang tidak pantas bersamamu. Kau tidak usah mencariku untuk membayar
semuanya, aku sudah memutuskan untuk berubah dan berhenti dari pekerjaanku. Dan
aku tidak akan mengambil bayaran yang Robert berikan. Sekali lagi, aku ucapkan
terima kasih. Semoga kau selamat di perjalananmu.
Selamat
tinggal,
Fero
Lukman terdiam, ia sadar,
perasaan itu memang ada. Fero, perempuan bayaran itu telah membuat Lukman jatuh
cinta padanya.
“Fero” Lukman keluar dari
kamar dan berlari keluar apartemen, ia ingin mencari Fero.
Di jalan,
Fero masih menangis, ia
membawa kopernya.
“hey Fero”
Fero terdiam, dua pria
sangar berdiri dihadapannya.
“kau kenapa? Uangmu habis?
Tenang saja, hari ini kami berdua...”
“tidak” Fero menatap
mereka, “maafkan aku, aku sudah berhenti. Dan aku tidak ingin melakukan hal itu
lagi”
“sombong sekali kau,
memangnya kau bisa apa heh?”
“aku hanya ingin berubah
menjadi lebih baik, dan aku yakin, yang aku lakukan itu benar”
“kalau begitu, kami akan
memaksamu”
Salah satu dari mereka,
memegang tangan Fero.
“lepaskan, lepaskan aku!”
“ikut kami”
“Fero” Lukman berlari
mendekat.
“Lukman?” Fero kaget.
“ah, apa pria kecil ini
mengganggumu?”
Lukman menatap mereka,
“apa maksud kalian? Justru kalian yang mengganggunya”
“ah, kau ingin dihajar
rupanya?”
Mereka melepaskan Fero dan
menghajar Lukman di depan Fero.
Fero panik dan tidak tau
harus bagaimana, “tolong!” Fero hanya bisa berteriak.
Robert datang, “hentikan”
ia menatap kedua orang itu.
Mereka berhenti memukuli
Lukman dan menatap Robert.
“ternyata ada satu orang
lagi yang ingin dihajar”
“ayo maju” Robert
menantang mereka.
Mereka kesal dan mulai
menyerang Robert, Robert pun melayani mereka dengan menangkis dan menghindar
dari pukulan mereka.
“hanya inikah kemampuan
kalian?”
Mereka semakin marah dan bernafsu
untuk menghajar Robert, namun dengan mudah, Robert menjatuhkan mereka.
“buat pilihan” Robert
menatap mereka yang jatuh ke tanah.
“ampun”
Mereka lari.
Fero mendekati Lukman yang
terkapar di tanah, “Lukman” ia menangis, “bangun”
Robert hanya diam melihat
itu, seandainya aku lebih cepat.
“Lukman”
***
Di ruang perawatan rumah
sakit,
Lukman membuka matanya, ia
melihat Robert yang sedang duduk, tersenyum padanya.
“Robert..”
“santai saja kawan”
Lukman tau dia ada di
rumah sakit, “apa yang terjadi?”
“kau dikeroyok oleh dua
orang” Robert mengatakan itu dengan sepele.
Lukman melihat perban
kecil di lengan Robert, “kerima kasih, kawan”
Robert tersenyum,
“bersyukurlah karena golongan darah kita sama dan jangan pernah so jadi
pahlawan jika kau tidak bisa berkelahi”
Lukman tersenyum dan ia
pun teringat pada Fero, “Fero dimana? Dia baik-baik saja kan?”
“uh uh, tenang. Kau ini
sedang sakit, santai saja. Dia ada di luar, dia selalu menangis di ruang
tunggu”
“apa dia menghawatirkan
aku?”
“kau fikir, untuk siapa
dia menangis?”
Lukman diam.
“dengarkan aku, jika kau
menyukai, lakukan hal yang benar. Jika tidak, lakukan yang benar juga”
Lukman tersenyum, “aku tau
kemana arah pembicaraanmu”
“semua itu terserah
padamu” Robert bangun dari tempat duduknya, “maaf kawan, aku harus kembali
bekerja”
“terima kasih, Robert”
Robert tersenyum.
“bisa tolong panggilkan
Fero?”
“tentu, sampai jumpa”
Robert keluar.
Tak lama kemudian, Fero
masuk.
Lukman melihat mata Fero
yang bengkak, “Fero...”
“Lukman” Fero memeluk
Lukman, “maafkan aku”
“ini bukan salahmu”
“tapi semua ini terjadi
karena aku...”
“sudah, jangan diteruskan”
Lukman tersenyum dan mengelus Fero, “aku senang kau berhenti”
Fero tersenyum dan
menunduk.
“dengan begitu, aku harap,
kau mau menjalin hubungan yang lebih serius bersamaku”
Fero kaget dan menatap
Lukman.
“kau kenapa? Aku kira,
kita saling mencintai”
Fero tersenyum dan kembali
memeluk Lukman.
“aku mencintaimu Fero,
maafkan aku jika selama ini...”
“sudahlah, lupakan saja”
***
Di bandara,
Robert tersenyum pada
Lukman dan Fero, “aku tak mengira semua ini akan terjadi”
“aku pun” Lukman
tersenyum.
“ya, seperti yang kau
ketahui, Lukman adalah orang baik” Fero tersenyum.
“jadi menurutmu, aku tidak
baik?” Robert menatap Fero.
“buktikan jika kau juga
akan berubah. Jadi saat kami kembali kesini, kau harus sudah memiliki keluarga”
Fero masih menatap Robert.
“emh..., sulit juga”
Robert berfikir.
Mereka tertawa.
Setelah Lukman dan Fero
pergi, Robert pun berjalan meninggalkan bandara.
Mungkin mereka benar, aku
harus berubah menjadi lebih baik. Semua orang juga menginginkan itu kan? Dan
mungkin, suatu saat nanti, aku akan mendapatkan seorang istri. Seperti Lukman
yang mendapatkan Fero.
“aduh” seorang pramugari
tak sengaja bertabrakan dengan Robert yang sedang berjalan.
Robert tersadar dan menatap
pramugari itu, ia membantunya berdiri.
“terima kasih, tuan”
Robert tersenyum pada
perempuan itu.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya
kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar