Minggu, 27 September 2015

Bizzare Love Triangle



Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, sad, Family
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Di sebuah ruang tamu,
“bagaimana kabarmu?” seorang pria tersenyum.
Perempuan yang duduk disampingnya pun tersenyum.
“Rachel, adikmu sangat beruntung mempunyai kakak sepertimu. Kau perempuan yang baik”
Seorang perempuan lain, turun dari tangga dan melihat itu.
“Robert, kamu udah lama?” perempuan itu menatap Robert dan kakaknya.
Robert menoleh, “Martha?” ia berdiri dan tersenyum.
Martha tersenyum dan mendekat, ia merangkul tangan Robert.
Rachel diam.
Robert tersenyum pada Rachel, “kami permisi dulu ya”
Rachel mengangguk.
Mereka pun pergi meninggalkan Rachel.
Di jalan,
“kenapa sih, kamu baik banget sama kakak?” Martha menatap Robert.
“dia kan kakakmu” Robert yang sedang menyetir, tersenyum.
“iya, tapi kalau kamu baik kaya gitu, bisa-bisa, kakak suka sama kamu” Martha sedikit kesal.
“lho, kok kamu ngomongnya gitu? Gak baik lho, itu kan kakakmu”
Martha menunduk.
Di rumah,
Ibu mendekati Rachel yang masih terdiam di ruang tamu, “sayang, kok diem aja?”
Rachel tersenyum.
“kamu gak apa-apa ‘kan?”
Rachel mengangguk.
Ibu mengelus Rachel, “apa hari ini Martha pergi dengan Robert?”
Rachel mengangguk.
Ibu tersenyum namun sedikit sedih.
Sore itu,
Martha pulang, ia keluar dari mobil Robert. Robert mencium kening Martha dan pergi.
Rachel mengintip mereka dari dalam rumah.
Ibu yang melihat itu, menunduk. Ia tau jika Rachel menyembunyikan sesuatu darinya.
Martha masuk ke dalam, “aku pulang”
Rachel tersenyum menyambut Martha.
“kakak?” Martha kaget melihat Rachel ada disana, “kok kakak disini?”
“kakakmu sedang membersihkan ruang tamu” ibu mendekat.
“oh” Marsha menatap Rachel.
Rachel pun pergi ke belakang.
Ibu menatap Matha, “sayang, tidak baik jika kau bersikap seperti itu pada kakakmu”
“iya bu, aku akan minta maaf pada kakak”
Di kamar Rachel,
Rachel sedang menulis di buku diary-nya. Rachel yang sejak kecil terlahir dengan keterbatasannya, membuat ia tidak bisa mengungkapkan apapun yang ia inginkan. Ia hanya bisa menulis semua perasaannya dalam buku tersebut. Meski terkadang, ia menggunakan bahasa isyarat pada ibunya.
“kakak” Martha mengetuk pintu kamar.
Rachel pun berhenti menulis dan menyimpan buku diary-nya, ia mendekati pintu dan membukanya.
“kak”
Rachel tersenyum.
“ini untuk kakak” Martha memberikan sebuah buku diary baru, “tadi aku beli di toko dan Robert membantuku untuk memilihnya”
Rachel senang mendengar itu, apa lagi buku diary-nya memang sudah hampir habis.
Mereka pun berpelukan.
Besoknya,
Robert kembali datang ke rumah Rachel.
“permisi” Robert mengetuk pintu.
Rachel membuka pintunya.
“Rachel” Robert tersenyum.
Rachel tersenyum.
Mereka masuk ke dalam.
“kau suka bukunya?”
Rachel mengangguk.
“syukurlah” Robert duduk sambil mengajak Rachel duduk disampingnya.
Rachel menatap Robert.
“ada apa?”
Rachel menggeleng dan kembali tersenyum.
“aku dan Martha akan pergi ke kedai cake baru, apa kau suka cake?”
Rachel mengangguk.
“ok, aku akan membawakan untukmu”
Rachel tersenyum.
Ibu mengintip mereka dari kamar, ia melihat Rachel begitu bahagia berada disamping Robert. Ya Tuhan..., apa Rachel menyukai Robert?
Martha pun muncul dari dalam.
Rachel langsung diam.
“sayang, kamu udah datang?”
“sayang” Robert berdiri dan mendekati Martha.
Rachel menunduk.
Robert menoleh dan menatap Rachel, “kami permisi ya”
Rachel mengangguk.
“dah kakak” Martha pun tersenyum.
***
Di mobil,
“kamu ngapain sih? Pake bawain cake segala buat kakak”
“lho, kok kamu ngomongnya gitu lagi?”
“lagian aku BT, kamu peduli banget sama kakak”
“dia itu calon kakak iparku, masa iya aku harus cuek”
Martha tersenyum mendengar itu.
“kan yang dibeliin bukan kakakmu doang, aku juga beli buat tante”
“maafin aku ya”
Robert tersenyum.
Sesampainya di rumah,
“makasih banyak ya, sayang” Martha tersenyum menatap Robert.
“iya” Robert tersenyum dan mencium kening Martha.
Dari dalam, Rachel mengintip mereka lewat jendela. Dan ibu melihat itu.
Martha masuk.
Rachel tersenyum.
“kakak, ini ada oleh-oleh”
Rachel mendekat dan tersenyum karena diberi sepotong cake oleh Martha.
“itu Robert yang milih”
Ibu muncul dari dalam, “wah, ada cake”
“ini buat ibu” Martha tersenyum.
Ibu pun melihat kebahagiaan yang sama di wajah Martha, ternyata kedua anaknya sama-sama mencintai Robert.
“ibu, ada apa?” Martha kaget melihat ibunya yang hanya diam.
“gak apa-apa nak, terima kasih ya”
“ini Robert yang beli”
Di kamar Rachel,
Rachel kembali menulis, ia senang. Sekarang Rachel memiliki buku yang khusus dipilih Robert untuknya, cake pemberian Robert juga sangat enak. Perasaan Rachel sangat bahagia, ia berharap, bukunya tidak akan mudah habis karena tulisannya.
Namun suatu hari,
Ibu dan Martha begitu sibuk, Robert akan melamar Martha.
Rachel sangat sedih, pria yang ia cintai akan bertunangan dengan adiknya sendiri. Ia pun memutuskan untuk pergi dari rumah.
Ibu mencari Rachel, “Rachel, kamu dimana nak? Rachel?” ibu masuk ke kamar Rachel dan Rachel tidak ada di kamarnya, “Rachel...” ibu terdiam, perasaannya mulai tidak enak. Ibu melihat ke sekitar dan melihat sebuah surat yang ada di atas buku diary Rachel yang lama.
Ibu mendekat dan mulai membaca surat itu,
Ibu, maafkan aku. Aku harus pergi. Ini demi kebaikan semuanya. Kenyataan ini memang sulit, tapi aku tidak ingin ada yang terluka.
Yang selalu menyayangi ibu,
Rachel
Ibu menatap diary Rachel dan menangis.
Hari itu,
Robert pergi ke sebuah restoran, ia memiliki janji dengan seseorang disana. Robert masuk dan melihat ibu Rachel sudah menunggunya.
“tante”
“silahkan duduk, nak”
Robert duduk dengan khawatir, “apa Rachel sudah ditemukan?”
Ibu menggeleng.
“tante yang sabar ya, aku yakin, Rachel akan segera kembali”
“sebenarnya tante ingin membicarakan hal lain denganmu”
Robert terdiam melihat wajah tante.
“ini soal pertunangan kalian”
“ada apa, tante? Apa Martha merasa ada yang kurang dengan persiapannya?”
“tidak Robert, bukan itu”
Robert menatap tante dengan bingung.
“kau yakin akan bertunangan dengan Martha?”
“maksud tante apa? Kami sudah berhubungan selama 2 tahun, apa tante tidak melihat keseriusan dariku?”
“bukan begitu nak, hanya saja...” ibu menunduk dan kembali menatap Robert, “ada orang yang lebih mencintaimu”
Robert terdiam, ia kaget mendengar itu.
“Rachel, selama ini, dia menyukaimu nak” mata tante memerah, “tante tau ini membuatmu bingung, tapi...”
“tante, aku rasa, tante...”
“tidak Robert, tante tidak salah. Disaat hubunganmu dan Martha turun-naik dengan semua masalah yang kalian lalui, Rachel selalu memujimu dengan semua perasaannya”
“tante, kita semua tau ‘kan? Aku pacar Martha, bukan Rachel. Lagi pula, kita tidak akan tau perasaan orang lain ‘kan? Kita hanya bisa mengira saja, bahkan tante tidak tau ‘kan bagaimana perasaanku?”
“iya, tante mengerti. Tapi tante yakin, perasaan Rachel padamu itu benar adanya”
Robert diam dengan sedikit kesal.
“tante tidak akan bicara banyak, mungkin kau marah pada tante. Tapi tante hanya ingin kau tau yang sebenarnya” tante bangun dari tempat duduk, “ini untukmu” ia memberikan sebuah box untuk Robert dan pergi.
Malam itu,
Robert melamun di kamarnya, ia masih memikirkan yang baru saja terjadi dan semua yang dikatakan tante. Kenapa semuanya jadi begini?
Robert ingat pada box pemberian tante, ia pun mulai membuka box tersebut.
Ternyata dalamnya berisi diary Rachel yang lama. Robert terdiam, ia agak ragu untuk membukan buku itu. Mana mungkin aku harus membaca rahasia orang lain?
Tapi Robert teringat pada tante dan ia mulai membuka buku diary itu dengan perasaan yang masih ragu.
Robert terdiam, yang dikatakan tante benar. Selama ini, diam-diam Rachel menyukainya. Ya Tuhan..., apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau menyakiti perasaan Rachel, tapi aku juga tidak mau menyakiti perasaan Martha.
Pagi itu,
Sinar matahari mulai masuk melalui jendela kamar Robert, namun Robert tetap tertidur pulas. Sampai akhirnya, ia terbangun karena HP yang berdering.
“ah?” Robert melihat HP-nya dan mengangkat telpon, “hallo?”
***
Di rumah sakit,
Robert berlari ke ruang tunggu, “tante” ia melihat tante yang menangis.
“Robert”
“apa yang terjadi, tante?”
“Rachel ditemukan pingsan di pinggir jalan, menurut pak polisi...” tante menangis dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
“sudahlah tante” Robert merangkul tante, “tante harus tenang, Rachel pasti akan baik-baik saja”
“semoga saja nak”
Robert mengelus tante yang terus menangis.
***
Robert masuk ke ruang perawatan Rachel. Rachel yang merasakan itu, menutup matanya dan pura-pura tidur. Robert melihat Rachel yang terbaring.
Robert mendekat, “Rachel” ia duduk dan menatap Rachel.
Dari luar, ibu sedih melihat itu.
Robert memegang tangan Rachel, “kamu harus cepet sembuh. Kasihan ibu, beliau menangis terus” Robert diam, ia memikirkan perasaan Rachel. Robert merasa bingung, “Rachel” ia mengelus Rachel, “maafkan aku, aku tidak bisa...” mata Robert mulai memerah, “aku tau perasaanmu, terima kasih kau telah memberikan perasaanmu yang begitu besar padaku. Tapi aku tidak bisa jika harus memilih diantara kalian berdua, kalian adalah saudara dan aku tidak mau merusak itu” Robert menghapus air matanya yang hampir menetes, ia berdiri dan mencium kening Rachel. Robert pun pergi.
Rachel pun menangis.
Di luar,
“nak?” tante menunggu di pintu.
“maafkan aku, tante”
“tante mengerti, terima kasih banyak kamu sudah mau datang untuk melihat Rachel”
Robert tersenyum, ”kalau begitu, saya permisi” Robert meninggalkan tante.
***
Sekarang, semuanya terlihat berbeda. Martha terlihat lebih diam dan ibu, ibu terlihat berusaha tegar untuk anak-anaknya.
Pertunangan Robert dan Martha pun dibatalkan, Robert memang tidak bisa jika harus memilih diantara Martha dan Rachel. Mereka adalah saudara dan cinta mereka sama besarnya untuk Robert. Ia tidak mau, jika ada yang harus terluka karenanya. Untuk itu, Robert lebih memilih pergi dari kehidupan mereka demi kebaikan mereka.
Awalnya, Martha sedih. Namun lama-kelamaan, ia pun memiliki pasangan yang baru. Ibu memang benar, Martha akan lebih mudah untuk mencari pengganti Robert. Tapi Rachel, sampai saat ini, ia belum memiliki pasangan. Tertarik pada seseorang pun tidak.
Ibu sebenarnya khawatir dengan itu, tapi ia tidak bisa berbuat banyak. Ibu tau, Rachel masih mengharapkan Robert. Tapi Robert, ia tidak akan kembali. Ibu hanya bisa menemani Rachel sampai ia mendapatkan pendamping suatu saat nanti.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar