Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, sad, Family
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
Di sebuah ruang tamu,
“bagaimana kabarmu?”
seorang pria tersenyum.
Perempuan yang duduk
disampingnya pun tersenyum.
“Rachel, adikmu sangat
beruntung mempunyai kakak sepertimu. Kau perempuan yang baik”
Seorang perempuan lain,
turun dari tangga dan melihat itu.
“Robert, kamu udah lama?”
perempuan itu menatap Robert dan kakaknya.
Robert menoleh, “Martha?”
ia berdiri dan tersenyum.
Martha tersenyum dan
mendekat, ia merangkul tangan Robert.
Rachel diam.
Robert tersenyum pada
Rachel, “kami permisi dulu ya”
Rachel mengangguk.
Mereka pun pergi
meninggalkan Rachel.
Di jalan,
“kenapa sih, kamu baik
banget sama kakak?” Martha menatap Robert.
“dia kan kakakmu” Robert
yang sedang menyetir, tersenyum.
“iya, tapi kalau kamu baik
kaya gitu, bisa-bisa, kakak suka sama kamu” Martha sedikit kesal.
“lho, kok kamu ngomongnya
gitu? Gak baik lho, itu kan kakakmu”
Martha menunduk.
Di rumah,
Ibu mendekati Rachel yang
masih terdiam di ruang tamu, “sayang, kok diem aja?”
Rachel tersenyum.
“kamu gak apa-apa ‘kan?”
Rachel mengangguk.
Ibu mengelus Rachel, “apa
hari ini Martha pergi dengan Robert?”
Rachel mengangguk.
Ibu tersenyum namun
sedikit sedih.
Sore itu,
Martha pulang, ia keluar
dari mobil Robert. Robert mencium kening Martha dan pergi.
Rachel mengintip mereka
dari dalam rumah.
Ibu yang melihat itu,
menunduk. Ia tau jika Rachel menyembunyikan sesuatu darinya.
Martha masuk ke dalam,
“aku pulang”
Rachel tersenyum menyambut
Martha.
“kakak?” Martha kaget
melihat Rachel ada disana, “kok kakak disini?”
“kakakmu sedang
membersihkan ruang tamu” ibu mendekat.
“oh” Marsha menatap
Rachel.
Rachel pun pergi ke
belakang.
Ibu menatap Matha,
“sayang, tidak baik jika kau bersikap seperti itu pada kakakmu”
“iya bu, aku akan minta
maaf pada kakak”
Di kamar Rachel,
Rachel sedang menulis di
buku diary-nya. Rachel yang sejak kecil terlahir dengan keterbatasannya,
membuat ia tidak bisa mengungkapkan apapun yang ia inginkan. Ia hanya bisa
menulis semua perasaannya dalam buku tersebut. Meski terkadang, ia menggunakan
bahasa isyarat pada ibunya.
“kakak” Martha mengetuk
pintu kamar.
Rachel pun berhenti
menulis dan menyimpan buku diary-nya, ia mendekati pintu dan membukanya.
“kak”
Rachel tersenyum.
“ini untuk kakak” Martha
memberikan sebuah buku diary baru, “tadi aku beli di toko dan Robert membantuku
untuk memilihnya”
Rachel senang mendengar
itu, apa lagi buku diary-nya memang sudah hampir habis.
Mereka pun berpelukan.
Besoknya,
Robert kembali datang ke
rumah Rachel.
“permisi” Robert mengetuk
pintu.
Rachel membuka pintunya.
“Rachel” Robert tersenyum.
Rachel tersenyum.
Mereka masuk ke dalam.
“kau suka bukunya?”
Rachel mengangguk.
“syukurlah” Robert duduk
sambil mengajak Rachel duduk disampingnya.
Rachel menatap Robert.
“ada apa?”
Rachel menggeleng dan
kembali tersenyum.
“aku dan Martha akan pergi
ke kedai cake baru, apa kau suka cake?”
Rachel mengangguk.
“ok, aku akan membawakan
untukmu”
Rachel tersenyum.
Ibu mengintip mereka dari
kamar, ia melihat Rachel begitu bahagia berada disamping Robert. Ya Tuhan..., apa Rachel menyukai Robert?
Martha pun muncul dari
dalam.
Rachel langsung diam.
“sayang, kamu udah
datang?”
“sayang” Robert berdiri
dan mendekati Martha.
Rachel menunduk.
Robert menoleh dan menatap
Rachel, “kami permisi ya”
Rachel mengangguk.
“dah kakak” Martha pun
tersenyum.
***
Di mobil,
“kamu ngapain sih? Pake
bawain cake segala buat kakak”
“lho, kok kamu ngomongnya
gitu lagi?”
“lagian aku BT, kamu
peduli banget sama kakak”
“dia itu calon kakak
iparku, masa iya aku harus cuek”
Martha tersenyum mendengar
itu.
“kan yang dibeliin bukan
kakakmu doang, aku juga beli buat tante”
“maafin aku ya”
Robert tersenyum.
Sesampainya di rumah,
“makasih banyak ya,
sayang” Martha tersenyum menatap Robert.
“iya” Robert tersenyum dan
mencium kening Martha.
Dari dalam, Rachel
mengintip mereka lewat jendela. Dan ibu melihat itu.
Martha masuk.
Rachel tersenyum.
“kakak, ini ada oleh-oleh”
Rachel mendekat dan
tersenyum karena diberi sepotong cake oleh Martha.
“itu Robert yang milih”
Ibu muncul dari dalam,
“wah, ada cake”
“ini buat ibu” Martha
tersenyum.
Ibu pun melihat
kebahagiaan yang sama di wajah Martha, ternyata kedua anaknya sama-sama
mencintai Robert.
“ibu, ada apa?” Martha
kaget melihat ibunya yang hanya diam.
“gak apa-apa nak, terima
kasih ya”
“ini Robert yang beli”
Di kamar Rachel,
Rachel kembali menulis, ia
senang. Sekarang Rachel memiliki buku yang khusus dipilih Robert untuknya, cake
pemberian Robert juga sangat enak. Perasaan Rachel sangat bahagia, ia berharap,
bukunya tidak akan mudah habis karena tulisannya.
Namun suatu hari,
Ibu dan Martha begitu
sibuk, Robert akan melamar Martha.
Rachel sangat sedih, pria
yang ia cintai akan bertunangan dengan adiknya sendiri. Ia pun memutuskan untuk
pergi dari rumah.
Ibu mencari Rachel,
“Rachel, kamu dimana nak? Rachel?” ibu masuk ke kamar Rachel dan Rachel tidak
ada di kamarnya, “Rachel...” ibu terdiam, perasaannya mulai tidak enak. Ibu
melihat ke sekitar dan melihat sebuah surat yang ada di atas buku diary Rachel
yang lama.
Ibu mendekat dan mulai
membaca surat itu,
Ibu,
maafkan aku. Aku harus pergi. Ini demi kebaikan semuanya. Kenyataan ini memang
sulit, tapi aku tidak ingin ada yang terluka.
Yang
selalu menyayangi ibu,
Rachel
Ibu menatap diary Rachel
dan menangis.
Hari itu,
Robert pergi ke sebuah
restoran, ia memiliki janji dengan seseorang disana. Robert masuk dan melihat
ibu Rachel sudah menunggunya.
“tante”
“silahkan duduk, nak”
Robert duduk dengan
khawatir, “apa Rachel sudah ditemukan?”
Ibu menggeleng.
“tante yang sabar ya, aku
yakin, Rachel akan segera kembali”
“sebenarnya tante ingin
membicarakan hal lain denganmu”
Robert terdiam melihat
wajah tante.
“ini soal pertunangan
kalian”
“ada apa, tante? Apa
Martha merasa ada yang kurang dengan persiapannya?”
“tidak Robert, bukan itu”
Robert menatap tante
dengan bingung.
“kau yakin akan
bertunangan dengan Martha?”
“maksud tante apa? Kami
sudah berhubungan selama 2 tahun, apa tante tidak melihat keseriusan dariku?”
“bukan begitu nak, hanya
saja...” ibu menunduk dan kembali menatap Robert, “ada orang yang lebih
mencintaimu”
Robert terdiam, ia kaget
mendengar itu.
“Rachel, selama ini, dia
menyukaimu nak” mata tante memerah, “tante tau ini membuatmu bingung, tapi...”
“tante, aku rasa,
tante...”
“tidak Robert, tante tidak
salah. Disaat hubunganmu dan Martha turun-naik dengan semua masalah yang kalian
lalui, Rachel selalu memujimu dengan semua perasaannya”
“tante, kita semua tau
‘kan? Aku pacar Martha, bukan Rachel. Lagi pula, kita tidak akan tau perasaan
orang lain ‘kan? Kita hanya bisa mengira saja, bahkan tante tidak tau ‘kan
bagaimana perasaanku?”
“iya, tante mengerti. Tapi
tante yakin, perasaan Rachel padamu itu benar adanya”
Robert diam dengan sedikit
kesal.
“tante tidak akan bicara
banyak, mungkin kau marah pada tante. Tapi tante hanya ingin kau tau yang
sebenarnya” tante bangun dari tempat duduk, “ini untukmu” ia memberikan sebuah
box untuk Robert dan pergi.
Malam itu,
Robert melamun di
kamarnya, ia masih memikirkan yang baru saja terjadi dan semua yang dikatakan
tante. Kenapa semuanya jadi begini?
Robert ingat pada box
pemberian tante, ia pun mulai membuka box tersebut.
Ternyata dalamnya berisi
diary Rachel yang lama. Robert terdiam, ia agak ragu untuk membukan buku itu. Mana mungkin aku harus membaca rahasia orang
lain?
Tapi Robert teringat pada
tante dan ia mulai membuka buku diary itu dengan perasaan yang masih ragu.
Robert terdiam, yang
dikatakan tante benar. Selama ini, diam-diam Rachel menyukainya. Ya Tuhan..., apa yang harus aku lakukan? Aku
tidak mau menyakiti perasaan Rachel, tapi aku juga tidak mau menyakiti perasaan
Martha.
Pagi itu,
Sinar matahari mulai masuk
melalui jendela kamar Robert, namun Robert tetap tertidur pulas. Sampai
akhirnya, ia terbangun karena HP yang berdering.
“ah?” Robert melihat
HP-nya dan mengangkat telpon, “hallo?”
***
Di rumah sakit,
Robert berlari ke ruang
tunggu, “tante” ia melihat tante yang menangis.
“Robert”
“apa yang terjadi, tante?”
“Rachel ditemukan pingsan
di pinggir jalan, menurut pak polisi...” tante menangis dan tidak bisa
melanjutkan kata-katanya.
“sudahlah tante” Robert
merangkul tante, “tante harus tenang, Rachel pasti akan baik-baik saja”
“semoga saja nak”
Robert mengelus tante yang
terus menangis.
***
Robert masuk ke ruang
perawatan Rachel. Rachel yang merasakan itu, menutup matanya dan pura-pura
tidur. Robert melihat Rachel yang terbaring.
Robert mendekat, “Rachel”
ia duduk dan menatap Rachel.
Dari luar, ibu sedih
melihat itu.
Robert memegang tangan
Rachel, “kamu harus cepet sembuh. Kasihan ibu, beliau menangis terus” Robert
diam, ia memikirkan perasaan Rachel. Robert merasa bingung, “Rachel” ia
mengelus Rachel, “maafkan aku, aku tidak bisa...” mata Robert mulai memerah, “aku
tau perasaanmu, terima kasih kau telah memberikan perasaanmu yang begitu besar
padaku. Tapi aku tidak bisa jika harus memilih diantara kalian berdua, kalian
adalah saudara dan aku tidak mau merusak itu” Robert menghapus air matanya yang
hampir menetes, ia berdiri dan mencium kening Rachel. Robert pun pergi.
Rachel pun menangis.
Di luar,
“nak?” tante menunggu di
pintu.
“maafkan aku, tante”
“tante mengerti, terima
kasih banyak kamu sudah mau datang untuk melihat Rachel”
Robert tersenyum, ”kalau
begitu, saya permisi” Robert meninggalkan tante.
***
Sekarang, semuanya
terlihat berbeda. Martha terlihat lebih diam dan ibu, ibu terlihat berusaha
tegar untuk anak-anaknya.
Pertunangan Robert dan
Martha pun dibatalkan, Robert memang tidak bisa jika harus memilih diantara
Martha dan Rachel. Mereka adalah saudara dan cinta mereka sama besarnya untuk
Robert. Ia tidak mau, jika ada yang harus terluka karenanya. Untuk itu, Robert
lebih memilih pergi dari kehidupan mereka demi kebaikan mereka.
Awalnya, Martha sedih. Namun
lama-kelamaan, ia pun memiliki pasangan yang baru. Ibu memang benar, Martha
akan lebih mudah untuk mencari pengganti Robert. Tapi Rachel, sampai saat ini,
ia belum memiliki pasangan. Tertarik pada seseorang pun tidak.
Ibu sebenarnya khawatir
dengan itu, tapi ia tidak bisa berbuat banyak. Ibu tau, Rachel masih
mengharapkan Robert. Tapi Robert, ia tidak akan kembali. Ibu hanya bisa
menemani Rachel sampai ia mendapatkan pendamping suatu saat nanti.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya
kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar