Minggu, 27 September 2015

When You're Gone



Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Drama, Sad
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
Seorang perempuan mengetuk pintu sebuah rumah, “permisi”
“iya” seorang perempuan paruh baya, membuka pintunya.
“selamat pagi, tante” perempuan itu tersenyum.
“Adele? Ayo masuk”
“terima kasih, tante” Adele membawa tasnya masuk.
“tante senang, akhirnya di liburan kali ini, kamu bisa datang. Ayo duduk”
“terima kasih, tante” Adele duduk.
“tante ambilin minum ya” perempuan itu pergi.
Tante Rena adalah teman dekat dari ibu Adele, ia sudah menganggap ibu Adele sebagai saudara. Di liburan kali ini, Adele pergi ke rumah Rena untuk berkunjung.
Rena kembali sambil mengambilkan jus, “ayo diminum”
“terima kasih, tante”
Malam itu,
Adele mendengar suara gaduh dari kamar yang ada di sebelah kamarnya, ia pun keluar. Ternyata, disana Rena sedang panik dan mengelus seorang laki-laki yang resah dengan keringat yang membasahi tubuhnya.
“tenang nak, tenang sayang, kamu harus kuat” Rena begitu khawatir pada laki-laki yang terbaring di kasur.
“ha...ah..” laki-laki itu, begitu tak berdaya.
Adele kaget, ia mendekati seorang pelayan yang berdiri di dekat pintu kamar.
“maaf, ada apa ini?”
“tuan Robert sedang kambuh”
Adele menatap laki-laki itu dari sana, “apa dia anak tante Rena?”
“iya, dulu tuan adalah pemakai”
“lalu sekarang?”
“sudah berhenti, tapi jika tubuhnya tidak kuat, hal ini sering terjadi”
“ya ampun...” Adele merasa khawatir melihat itu.
***
Setelah Robert tertidur,
Rena keluar dari kamar Robert dan melihat Adele disana.
“Adele?” Rena kaget.
“maaf tante, aku...”
“tidak apa-apa, tante harap, kamu tidak takut” Rena kembali menoleh ke arah Robert, ia merasa sedih. Rena menatap Adele, “percayalah, Robert sudah berhenti menggunakan itu”
“iya tante, aku percaya”
“ya sudah, lebih baik kita istirahat, ini sudah malam” Rena tersenyum.
“iya tante” Adele pun tersenyum.
Besoknya,
Robert keluar dari kamar, ia juga melihat Adele yang baru keluar dari kamar di sampingnya.
“selamat pagi” Adele tersenyum.
Robert hanya menatap Adele dan pergi.
Adele diam, ia bingung.
Di ruang makan,
“sayang, kamu udah bangun?” Rena tersenyum melihat Robert.
“siapa perempuan itu?” Robert duduk.
“dia Adele, anaknya tante Ara”
“ngapain dia kesini?”
“kamu jangan gitu, nak”
Robert mengambil roti dan selai.
Adele datang, “selamat pagi”
“pagi” Rena tersenyum, “ayo duduk”
“terima kasih, tante” Adele duduk dan tersenyum.
Tapi Robert tidak memperdulikannya sedikit pun, ia memakan rotinya seperti tidak terjadi apa-apa.
“baiklah, tante belum memperkenalkanmu pada anak tante. Ini Robert, dia anak tante satu-satunya. Tampan kan?”
Adele tersenyum, tapi Robert malah terlihat kesal. Adele pun diam.
Rena menatap Robert, “ibu harap, kalian bisa menjadi teman baik”
“aku kenyang, aku ingin ke taman” Robert pergi.
Adele menunduk.
Rena menatap Adele, “maafkan sikap Robert ya, sebenarnya dia...”
“gak apa-apa kok, tante” Adele tersenyum.
***
Saat Robert kembali dari taman belakang rumahnya,
“hey” Adele tersenyum menyambut Robert yang masuk ke dapur.
“mana ibu?”
“tadi tante pergi ke kantor, katanya mau ke luar kota”
“ah” Robert kesal dan berjalan menaiki tangga.
“Robert”
Robert menoleh dan menatap Adele.
“kamu makan siang dulu ya, aku udah nyiapin makanan buat kamu”
“kamu gak usah so perhatian deh sama aku” Robert kembali menaiki tangga.
“Robert, aku serius”
Robert menghentikan langkahnya dan kembali menatap Adele, “aku juga serius” ia masuk ke kamar.
Adele diam.
Malam itu,
Adele membawa makanan ke kamar Robert, “selamat malam” ia melihat Robert yang sedang melamun di kasurnya.
Robert menatap Adele, “mau apa?”
“mengantarkan makan malam” Adele tersenyum, “pelayan bilang, kamu belum makan”
“aku tidak mau”
Adele mendekat, “jangan begitu”
“aku tau, orang tua kita berteman. Tapi kau tidak usah memaksakan diri untuk mendekatiku dan berteman denganku”
“kok kamu ngomongnya gitu?” Adele menyimpan makanannya di meja.
“aku tau, kamu takut kan sama aku? Aku itu mantan...”
“jangan bicara begitu” Adele duduk disamping Robert, “setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan” ia tersenyum, “justru aku salut padamu, kau mau berubah menjadi lebih baik”
“tidak perlu pura-pura seperti itu” Robert melihat ke arah lain.
“hey” Adele memegang tangan Robert, “apa yang harus aku lakukan agar kau percaya?”
Robert menatap Adele dan terdiam melihat senyumannya.
“kamu makan ya”
Besoknya,
Robert duduk di taman yang ada di halaman rumahnya, ia diam dan menunduk.
“Robert” Adele mendekat.
Robert menatap Adele.
“kamu lagi ngapain?”
“bukan urusanmu”
Adele tersenyum, “kamu belum sarapan kan?”
“berhentilah bersikap seolah-olah kau babysiter-ku”
“kamu kok marah terus?” Adele duduk disamping Robert.
Robert menunduk, “aku mohon, jangan berpura-pura lagi”
“Robert, sungguh, aku tidak pura-pura. Aku ingin menjadi sahabatmu”
Robert menatap Adele, “selama ini, tidak ada yang peduli padaku. Aku sudah berusaha membuktikan pada mereka bahwa aku sudah berubah, tapi nyatanya...” mata Robert memerah, “aku tetap sendiri, semua orang menjauhiku”
“Robert” Adele ikut sedih mendengar itu.
“kita baru kenal, sungguh lucu jika kau tiba-tiba peduli padaku”
“aku akan terus berusaha sampai kau percaya”
Robert tersenyum dan melihat ke arah lain.
“ayo sarapan” Adele memegang tangan Robert.
Robert kembali menatap Adele.
Adele pun tersenyum.
Siang itu,
Rena pulang, “selamat siang” ia masuk dan tersenyum melihat Robert sedang duduk di sofa bersama Adele.
“ibu” Robert tersenyum.
“sayang” Rena mendekat dan mengelus Robert.
“selamat siang, tante”
“Adele” Rena bersyukur Adele mau menemani Robert.
Malamnya,
Mereka makan bersama.
Rena senang melihat Robert yang kembali ceria, selama ini, Robert selalu menutup diri dari siapa pun karena tidak ada orang yang mau dekat dengannya.
“enak kan?” Adele menatap Robert.
Robert tersenyum sambil mengangguk.
Rena tersenyum, “ternyata kamu jago masak, seperti ibumu”
Adele tersenyum, “terima kasih, tante”
Besoknya,
Robert sedang melamun di taman belakang rumahnya.
Seorang laki-laki mendekat, “Robert”
Robert menoleh dan terdiam.
“boleh aku duduk?”
“tentu”
Laki-laki itu duduk disamping Robert.
Robert diam.
“kapan kau akan kembali ke kampus?”
Robert menatap laki-laki itu.
“kami rindu padamu, segeralah kembali”
“terima kasih kalian masih peduli, tapi aku belum siap” Robert tersenyum, “lagipula, jika aku kembali, kita tidak mungkin sekelas lagi kan? Sudah hampir setahun aku tidak kuliah”
“bersemangatlah kawan, disana, kami akan selalu menantimu”
“terima kasih”
“baiklah, aku permisi”
Robert mengangguk dan kembali melamun.
Laki-laki itu masuk ke rumah, disana sudah ada Rena dan Adele yang menunggunya.
“bagaimana Chad?” Rena menatap laki-laki itu.
“sepertinya.. Robert masih belum siap untuk kembali, tante”
“baiklah, mungkin kita bisa mencobanya lagi nanti”
“kalau begitu, saya permisi”
“hati-hati Chad, terima kasih banyak”
Chad tersenyum dan pergi.
Adele sedikit khawatir, “tante, aku mau melihat Robert”
“iya sayang”
Adele pergi ke taman belakang.
“Robert”
Robert menoleh dan tersenyum.
Adele duduk disamping Robert, “laki-laki tadi, temanmu?”
Robert menggeleng, “kami satu kelas di kampus”
“dia mengajakmu kembali kuliah kan? Kenapa kau menolak?”
“aku tau, Chad tidak terlalu tulus mengatakan itu”
Adele terdiam.
“semua orang takut padaku, teman-temanku menjauhiku karena aku pecandu. Dan saat aku berhenti, mereka tetap menjauhiku dan memandangku dengan sebelah mata” Robert menunduk, “aku tau, ibu yang menyuruh Chad kemari” ia menatap Adele, “itu tidak murni keinginan teman-teman”
Adele menunduk.
“kau kenapa?”
“aku sedih melihatmu”
“kenapa?” Robert tersenyum.
“kau terlihat tidak bersemangat, kau selalu sedih dan murung. Padahal aku...”
“apa?” Robert menatap Adele.
“aku...” Adele bingung mau bicara apa, ia menatap Robert tanpa melanjutkan perkataannya.
Robert tersenyum, “ayo kita masuk”
Adele mengangguk.
Di dalam,
Rena sudah bersiap untuk pergi, ia melihat Robert dan Adele masuk ke rumah.
“nak”
Robert mendekati Rena.
“ibu berangkat dulu ya, mungkin hari ini, ibu akan lembur. Banyak hal yang harus ibu kerjakan”
“iya bu, aku ngerti kok. Lagian juga... ada Adele disini” Robert tersenyum pada Adele.
Adele pun tersenyum.
“ya sudah, ibu pergi dulu ya” Rena mencium kening Robert.
Siangnya,
Adele membantu pelayan untuk menyiapkan makan siang, Robert datang ke ruang makan.
“hey” Adele tersenyum dan menaruh makanan di meja.
Robert duduk dan tersenyum.
Mereka pun makan siang.
“Adele, kamu bakalan lama kan disini?”
Adele menggeleng, “mungkin.. aku akan pulang 2 atau 3 hari lagi”
Robert terdiam.
“yang pasti, aku akan menunggu sampai tante Rena gak sibuk”
Robert menunduk.
“kamu kenapa?”
“aku kira, kau akan tinggal sampai liburanmu selesai”
“gak bisa, aku kan pingin liburan sama ibu juga” Adele tersenyum, “aku sudah membuat rencana, seminggu disini dan seminggu lagi di rumahku”
“begitu ya?”
“ya”
Robert bangun dari tempat duduknya dan pergi.
“Robert?” Adele kaget dan mengejar Robert, “Robert”
Robert menoleh dan menatap Adele.
“kamu kenapa?”
“aku gak apa-apa, aku cuma sadar, kalau selama ini, kamu baik padaku karena ibu”
“kok kamu ngomongnya gitu lagi?”
“terus kenapa? Jika aku memintamu untuk tinggal seminggu lagi disini, apa kau mau?”
Adele diam.
“kamu gak mau kan? Kamu kesini karena ibu menyuruhmu, dan kau mendekatiku dengan terpaksa karena aku anak dari teman ibumu”
“Robert, aku udah bilang sama kamu kan? Aku tulus sama kamu”
“setulus apa? Setelah kau pergi, kau tidak akan peduli lagi padaku. Kau akan melupakanku kan?”
“Robert”
“jangan bicara lagi, aku gak butuh kamu. Lebih baik, kau pulang saja sekarang” Robert pergi.
“Robert” Adele sedih, ia menunduk.
Malamnya,
Adele membuka pintu kamar Robert, tapi Robert tidak ada disana. Ia pun melihat pelayan yang lewat, Adele mendekati pelayan itu.
“apa Robert sudah pulang?” Adele bertanya pada pelayan itu.
“belum, nona”
“ya ampun, dia kemana sih?” Adele khawatir.
“saya permisi dulu, nona” pelayan itu menuruni tangga.
Kamu dimana, Robert? Adele mulai panik.
Robert datang, ia berjalan masuk.
“Robert” Adele senang melihat Robert kembali.
Robert menatap Adela yang ada di balkon.
“Robert” Adele tersenyum dan menuruni tangga, “kamu dari mana?” ia mendekati Robert.
“itu bukan urusanmu kan?”
Adele diam.
“kemana pun aku pergi, kamu gak usah ikut campur”
“Robert, apa kamu marah karena aku akan pergi?”
“untuk apa aku marah? Selama ini, tidak yang peduli padaku. Aku sudah biasa dengan semua ini. Kau sama seperti Chad, yang dipaksa ibu untuk membujukku”
“tidak Robert, aku tidak begitu”
Robert tersenyum, “ya, aku harap, ibu segera kembali dan tidak sibuk lagi. Dengan begitu, kau bisa segera pulang” Robert meninggalkan Adele.
Adele pun menunduk.
Di taman belakang rumah,
Robert duduk, ia menangis. Robert merasa sedih, selama ini, ia merasa sendirian. Tidak ada sedikitpun orang yang memperdulikannya. Padahal, ia benar-benar ingin berubah.
Tapi, tidak ada sedikitpun yang peduli dan memberikan semangat untuknya. Sebenarnya, Robert sangat membutuhkan suport dari orang-orang terdekatnya.
Di ruang makan,
Adele sedang menyiapkan makan malam.
Seorang pelayan tersenyum, “saya akan memanggil tuan untuk makan malam”
“terima kasih” Adele tersenyum pada pelayan itu, ia tau, Robert sedang kesal padanya. Jadi, Robert pasti tidak ingin bertemu dengannya.
“tuan?”
Adele mendengar suara pelayan yang begitu panik, ia pun langsung berlari ke sumber suara.
Adele terdiam melihat Robert yang resah memasuki dapur.
Robert jatuh.
“tuan” pelayan itu membuka jaket Robert.
Adele mendekat dan memeluk Robert, “Robert”
“eh...” Robert menatap Adele dan melepaskan pelukannya.
Adele diam melihat keadaan Robert, keringat Robert semakin banyak.
Pelayan itu membuka baju Robert dan pelayan lainnya mengambilkan sebuah wadah untuk Robert.
Robert mulai muntah ke wadah itu.
Air mata Adele menetes.
Robert masih muntah-muntah, seorang pelayan memberikan sebuah handuk kecil pada Adele.
Adele pun mengelap keringat Robert.
Robert menatap Adele yang menangis.
Adele terus mengelap keringat di wajah Robert dan membersihkan bibirnya.
Robert mencium kening Adele.
Adele memeluk Robert, “aku sayang padamu”
***
Pagi itu,
Robert membuka matanya, ia bangun dari tempat tidur dan melihat Adele tersenyum disana.
“selamat pagi”
“apa ibu sudah pulang?”
“ya,  tadi malam, tante begitu khawatir padamu”
“bagaimana denganmu?”
“tentu saja aku khawatir, apa kau tidak melihatnya?”
Robert mengangguk, “aku melihatmu menangis dan memelukku”
Adele tersenyum dan menunduk.
“aku tidak marah, jika kau ingin pulang”
Adele menatap Robert.
Robert tersenyum, “terima kasih kau sudah baik padaku”
Adele memeluk Robert, “aku sayang padamu”
Mata Robert memerah, tapi ia merusaha untuk tegar dan tersenyum. “aku tau, kau sudah mengatakannya tadi malam”
Adele tersenyum dan mengelus wajah Robert, “aku akan pulang hari ini, semoga kau cepat pulih”
Robert mengangguk.
“sampai jumpa” Adele keluar dari kamar Robert.
Robert diam dan menunduk, sebenarnya ia sedih karena Adele akan pergi. Tapi ia tidak mau menyakiti perasaan Adele lagi, mungkin Adele memang sudah sangat merindukan ibunya.
Di ruang tamu,
“tante, terima kasih banyak ya” Adele tersenyum pada Rena.
“iya sayang, tante juga sangat berterima kasih padamu. Tante senang, kamu sudah mau berteman dengan Robert”
Adele tersenyum, “permisi tante” ia membawa tasnya dan berjalan ke pintu.
“hati-hati nak” Rena melambai.
“Adele”
Adele yang sudah mendekati pintu pun menoleh, “Robert?”
Robert tersenyum dan mendekat, “kamu hati-hati ya” ia mengelus pipi Adele.
Adele mengangguk dan memeluk Robert, “aku janji akan segera kembali”
“terima kasih banyak untuk semuanya”
Adele menangis.
“hey, jangan menangis. Bukankah kau ingin segera pulang?” Robert tersenyum dan menghapus air mata Adele, “ibumu pasti sudah menunggu”
Adele menganguk, “aku permisi”
Adele pun pergi menaiki taxi dan Robert masih dia di pintu untuk melihat Adele.
Setelah taxi sudah tak terlihat,
Robert menunduk, aku mencintaimu Adele...
“Robert” Rena mendekati Robert.
Robert menoleh dan tersenyum, “ibu”
Mereka berpelukan.
Beberapa hari kemudian,
Tok... tok... tok...
“permisi”
Rena membuka pintu, “Adele?” ia tersenyum.
“selamat siang, tante” Adele tersenyum.
“ayo masuk”
Mereka masuk dan duduk.
“tante kira, kamu gak bakalan kesini lagi”
“tadinya, aku emang gak bakalan kesini sampai liburan musim panas. Tapi aku kanget sama Robert, sama tante juga”
Rena terdiam.
“tante?”
Rena menatap Adele sambil tersenyum, “nak, Robert sudah tidak ada”
“ah?” air mata Adele menetes.
“malam itu, Robert kembali kambuh. Hidungnya berdarah, tante panik” Rena mengingat semuanya dengan sedih, “Robert dibawa ke rumah sakit, dokter bilang, imunitasnya sudah lemah” ia menangis, “akhirnya Robert meninggal, dia tidak bisa bertahan lagi, nak. Tante, Tante...” Rena tidak bisa melanjutkan kata-katanya, ia terus menangis mengingat Robert.
Adele sangat menyesal, jika ia tau hal ini akan terjadi. Adele akan memilih untuk tetap disana sampai saat-saat terakhir Robert.
“maafkan aku, tante. Harusnya aku tidak pergi”
“tidak nak, ini bukan salahmu. Ini memang sudah takdir Tuhan. Lagi pula, tante memang merahasiakan keadaan Robert yang sebenarnya darimu”
Adele terus menangis.
“sudah nak, sudah” Rena memeluk Adele.
“aku sayang padanya, tante. Harusnya aku ada di dekatnya saat itu”
“Adele, sudah nak” Rena menatap Adele, “Robert tidak apa-apa, justru dia bahagia bisa bertemu kamu sebelum ia meninggal. Robert bilang, dia mencintaimu. Dia juga meminta tante untuk menguliahkanmu di sini, kamu mau kan kuliah di sini?”
“tapi tante...”
“gak apa-apa nak, kamu bisa pulang jika sedang liburan”
Adele mengangguk.
Besoknya,
Adele pergi ke makam Robert diantar oleh Rena.
Adele mendekati nisan dan menyimpan sebuket bunga, “terima kasih banyak Robert, kau sangat baik padaku. Aku janji, aku akan kuliah dengan baik disini, aku mencintaimu” air mata Adele menetes, “selamat tinggal Robert, semoga kau tenang disana”
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar