Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Drama, Sad
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
Pagi itu,
Seorang perempuan mengetuk
pintu sebuah rumah, “permisi”
“iya” seorang perempuan
paruh baya, membuka pintunya.
“selamat pagi, tante”
perempuan itu tersenyum.
“Adele? Ayo masuk”
“terima kasih, tante”
Adele membawa tasnya masuk.
“tante senang, akhirnya di
liburan kali ini, kamu bisa datang. Ayo duduk”
“terima kasih, tante”
Adele duduk.
“tante ambilin minum ya”
perempuan itu pergi.
Tante Rena adalah teman
dekat dari ibu Adele, ia sudah menganggap ibu Adele sebagai saudara. Di liburan
kali ini, Adele pergi ke rumah Rena untuk berkunjung.
Rena kembali sambil
mengambilkan jus, “ayo diminum”
“terima kasih, tante”
Malam itu,
Adele mendengar suara
gaduh dari kamar yang ada di sebelah kamarnya, ia pun keluar. Ternyata, disana
Rena sedang panik dan mengelus seorang laki-laki yang resah dengan keringat
yang membasahi tubuhnya.
“tenang nak, tenang
sayang, kamu harus kuat” Rena begitu khawatir pada laki-laki yang terbaring di
kasur.
“ha...ah..” laki-laki itu,
begitu tak berdaya.
Adele kaget, ia mendekati
seorang pelayan yang berdiri di dekat pintu kamar.
“maaf, ada apa ini?”
“tuan Robert sedang
kambuh”
Adele menatap laki-laki
itu dari sana, “apa dia anak tante Rena?”
“iya, dulu tuan adalah
pemakai”
“lalu sekarang?”
“sudah berhenti, tapi jika
tubuhnya tidak kuat, hal ini sering terjadi”
“ya ampun...” Adele merasa
khawatir melihat itu.
***
Setelah Robert tertidur,
Rena keluar dari kamar
Robert dan melihat Adele disana.
“Adele?” Rena kaget.
“maaf tante, aku...”
“tidak apa-apa, tante
harap, kamu tidak takut” Rena kembali menoleh ke arah Robert, ia merasa sedih.
Rena menatap Adele, “percayalah, Robert sudah berhenti menggunakan itu”
“iya tante, aku percaya”
“ya sudah, lebih baik kita
istirahat, ini sudah malam” Rena tersenyum.
“iya tante” Adele pun
tersenyum.
Besoknya,
Robert keluar dari kamar,
ia juga melihat Adele yang baru keluar dari kamar di sampingnya.
“selamat pagi” Adele
tersenyum.
Robert hanya menatap Adele
dan pergi.
Adele diam, ia bingung.
Di ruang makan,
“sayang, kamu udah
bangun?” Rena tersenyum melihat Robert.
“siapa perempuan itu?”
Robert duduk.
“dia Adele, anaknya tante
Ara”
“ngapain dia kesini?”
“kamu jangan gitu, nak”
Robert mengambil roti dan
selai.
Adele datang, “selamat
pagi”
“pagi” Rena tersenyum,
“ayo duduk”
“terima kasih, tante”
Adele duduk dan tersenyum.
Tapi Robert tidak
memperdulikannya sedikit pun, ia memakan rotinya seperti tidak terjadi apa-apa.
“baiklah, tante belum
memperkenalkanmu pada anak tante. Ini Robert, dia anak tante satu-satunya.
Tampan kan?”
Adele tersenyum, tapi
Robert malah terlihat kesal. Adele pun diam.
Rena menatap Robert, “ibu
harap, kalian bisa menjadi teman baik”
“aku kenyang, aku ingin ke
taman” Robert pergi.
Adele menunduk.
Rena menatap Adele,
“maafkan sikap Robert ya, sebenarnya dia...”
“gak apa-apa kok, tante”
Adele tersenyum.
***
Saat Robert kembali dari
taman belakang rumahnya,
“hey” Adele tersenyum
menyambut Robert yang masuk ke dapur.
“mana ibu?”
“tadi tante pergi ke
kantor, katanya mau ke luar kota”
“ah” Robert kesal dan
berjalan menaiki tangga.
“Robert”
Robert menoleh dan menatap
Adele.
“kamu makan siang dulu ya,
aku udah nyiapin makanan buat kamu”
“kamu gak usah so
perhatian deh sama aku” Robert kembali menaiki tangga.
“Robert, aku serius”
Robert menghentikan
langkahnya dan kembali menatap Adele, “aku juga serius” ia masuk ke kamar.
Adele diam.
Malam itu,
Adele membawa makanan ke
kamar Robert, “selamat malam” ia melihat Robert yang sedang melamun di
kasurnya.
Robert menatap Adele, “mau
apa?”
“mengantarkan makan malam”
Adele tersenyum, “pelayan bilang, kamu belum makan”
“aku tidak mau”
Adele mendekat, “jangan
begitu”
“aku tau, orang tua kita
berteman. Tapi kau tidak usah memaksakan diri untuk mendekatiku dan berteman
denganku”
“kok kamu ngomongnya
gitu?” Adele menyimpan makanannya di meja.
“aku tau, kamu takut kan
sama aku? Aku itu mantan...”
“jangan bicara begitu”
Adele duduk disamping Robert, “setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan”
ia tersenyum, “justru aku salut padamu, kau mau berubah menjadi lebih baik”
“tidak perlu pura-pura
seperti itu” Robert melihat ke arah lain.
“hey” Adele memegang
tangan Robert, “apa yang harus aku lakukan agar kau percaya?”
Robert menatap Adele dan
terdiam melihat senyumannya.
“kamu makan ya”
Besoknya,
Robert duduk di taman yang
ada di halaman rumahnya, ia diam dan menunduk.
“Robert” Adele mendekat.
Robert menatap Adele.
“kamu lagi ngapain?”
“bukan urusanmu”
Adele tersenyum, “kamu
belum sarapan kan?”
“berhentilah bersikap
seolah-olah kau babysiter-ku”
“kamu kok marah terus?”
Adele duduk disamping Robert.
Robert menunduk, “aku
mohon, jangan berpura-pura lagi”
“Robert, sungguh, aku
tidak pura-pura. Aku ingin menjadi sahabatmu”
Robert menatap Adele,
“selama ini, tidak ada yang peduli padaku. Aku sudah berusaha membuktikan pada
mereka bahwa aku sudah berubah, tapi nyatanya...” mata Robert memerah, “aku
tetap sendiri, semua orang menjauhiku”
“Robert” Adele ikut sedih
mendengar itu.
“kita baru kenal, sungguh
lucu jika kau tiba-tiba peduli padaku”
“aku akan terus berusaha
sampai kau percaya”
Robert tersenyum dan
melihat ke arah lain.
“ayo sarapan” Adele
memegang tangan Robert.
Robert kembali menatap
Adele.
Adele pun tersenyum.
Siang itu,
Rena pulang, “selamat
siang” ia masuk dan tersenyum melihat Robert sedang duduk di sofa bersama
Adele.
“ibu” Robert tersenyum.
“sayang” Rena mendekat dan
mengelus Robert.
“selamat siang, tante”
“Adele” Rena bersyukur
Adele mau menemani Robert.
Malamnya,
Mereka makan bersama.
Rena senang melihat Robert
yang kembali ceria, selama ini, Robert selalu menutup diri dari siapa pun
karena tidak ada orang yang mau dekat dengannya.
“enak kan?” Adele menatap
Robert.
Robert tersenyum sambil
mengangguk.
Rena tersenyum, “ternyata
kamu jago masak, seperti ibumu”
Adele tersenyum, “terima
kasih, tante”
Besoknya,
Robert sedang melamun di
taman belakang rumahnya.
Seorang laki-laki
mendekat, “Robert”
Robert menoleh dan
terdiam.
“boleh aku duduk?”
“tentu”
Laki-laki itu duduk
disamping Robert.
Robert diam.
“kapan kau akan kembali ke
kampus?”
Robert menatap laki-laki
itu.
“kami rindu padamu,
segeralah kembali”
“terima kasih kalian masih
peduli, tapi aku belum siap” Robert tersenyum, “lagipula, jika aku kembali,
kita tidak mungkin sekelas lagi kan? Sudah hampir setahun aku tidak kuliah”
“bersemangatlah kawan,
disana, kami akan selalu menantimu”
“terima kasih”
“baiklah, aku permisi”
Robert mengangguk dan
kembali melamun.
Laki-laki itu masuk ke
rumah, disana sudah ada Rena dan Adele yang menunggunya.
“bagaimana Chad?” Rena
menatap laki-laki itu.
“sepertinya.. Robert masih
belum siap untuk kembali, tante”
“baiklah, mungkin kita
bisa mencobanya lagi nanti”
“kalau begitu, saya
permisi”
“hati-hati Chad, terima
kasih banyak”
Chad tersenyum dan pergi.
Adele sedikit khawatir,
“tante, aku mau melihat Robert”
“iya sayang”
Adele pergi ke taman
belakang.
“Robert”
Robert menoleh dan
tersenyum.
Adele duduk disamping
Robert, “laki-laki tadi, temanmu?”
Robert menggeleng, “kami
satu kelas di kampus”
“dia mengajakmu kembali
kuliah kan? Kenapa kau menolak?”
“aku tau, Chad tidak
terlalu tulus mengatakan itu”
Adele terdiam.
“semua orang takut padaku,
teman-temanku menjauhiku karena aku pecandu. Dan saat aku berhenti, mereka
tetap menjauhiku dan memandangku dengan sebelah mata” Robert menunduk, “aku
tau, ibu yang menyuruh Chad kemari” ia menatap Adele, “itu tidak murni
keinginan teman-teman”
Adele menunduk.
“kau kenapa?”
“aku sedih melihatmu”
“kenapa?” Robert
tersenyum.
“kau terlihat tidak
bersemangat, kau selalu sedih dan murung. Padahal aku...”
“apa?” Robert menatap
Adele.
“aku...” Adele bingung mau
bicara apa, ia menatap Robert tanpa melanjutkan perkataannya.
Robert tersenyum, “ayo
kita masuk”
Adele mengangguk.
Di dalam,
Rena sudah bersiap untuk
pergi, ia melihat Robert dan Adele masuk ke rumah.
“nak”
Robert mendekati Rena.
“ibu berangkat dulu ya,
mungkin hari ini, ibu akan lembur. Banyak hal yang harus ibu kerjakan”
“iya bu, aku ngerti kok.
Lagian juga... ada Adele disini” Robert tersenyum pada Adele.
Adele pun tersenyum.
“ya sudah, ibu pergi dulu
ya” Rena mencium kening Robert.
Siangnya,
Adele membantu pelayan
untuk menyiapkan makan siang, Robert datang ke ruang makan.
“hey” Adele tersenyum dan
menaruh makanan di meja.
Robert duduk dan
tersenyum.
Mereka pun makan siang.
“Adele, kamu bakalan lama
kan disini?”
Adele menggeleng,
“mungkin.. aku akan pulang 2 atau 3 hari lagi”
Robert terdiam.
“yang pasti, aku akan
menunggu sampai tante Rena gak sibuk”
Robert menunduk.
“kamu kenapa?”
“aku kira, kau akan
tinggal sampai liburanmu selesai”
“gak bisa, aku kan pingin
liburan sama ibu juga” Adele tersenyum, “aku sudah membuat rencana, seminggu
disini dan seminggu lagi di rumahku”
“begitu ya?”
“ya”
Robert bangun dari tempat
duduknya dan pergi.
“Robert?” Adele kaget dan
mengejar Robert, “Robert”
Robert menoleh dan menatap
Adele.
“kamu kenapa?”
“aku gak apa-apa, aku cuma
sadar, kalau selama ini, kamu baik padaku karena ibu”
“kok kamu ngomongnya gitu
lagi?”
“terus kenapa? Jika aku
memintamu untuk tinggal seminggu lagi disini, apa kau mau?”
Adele diam.
“kamu gak mau kan? Kamu
kesini karena ibu menyuruhmu, dan kau mendekatiku dengan terpaksa karena aku
anak dari teman ibumu”
“Robert, aku udah bilang
sama kamu kan? Aku tulus sama kamu”
“setulus apa? Setelah kau
pergi, kau tidak akan peduli lagi padaku. Kau akan melupakanku kan?”
“Robert”
“jangan bicara lagi, aku
gak butuh kamu. Lebih baik, kau pulang saja sekarang” Robert pergi.
“Robert” Adele sedih, ia
menunduk.
Malamnya,
Adele membuka pintu kamar
Robert, tapi Robert tidak ada disana. Ia pun melihat pelayan yang lewat, Adele
mendekati pelayan itu.
“apa Robert sudah pulang?”
Adele bertanya pada pelayan itu.
“belum, nona”
“ya ampun, dia kemana
sih?” Adele khawatir.
“saya permisi dulu, nona”
pelayan itu menuruni tangga.
Kamu
dimana, Robert? Adele mulai panik.
Robert datang, ia berjalan
masuk.
“Robert” Adele senang
melihat Robert kembali.
Robert menatap Adela yang
ada di balkon.
“Robert” Adele tersenyum
dan menuruni tangga, “kamu dari mana?” ia mendekati Robert.
“itu bukan urusanmu kan?”
Adele diam.
“kemana pun aku pergi,
kamu gak usah ikut campur”
“Robert, apa kamu marah
karena aku akan pergi?”
“untuk apa aku marah?
Selama ini, tidak yang peduli padaku. Aku sudah biasa dengan semua ini. Kau
sama seperti Chad, yang dipaksa ibu untuk membujukku”
“tidak Robert, aku tidak
begitu”
Robert tersenyum, “ya, aku
harap, ibu segera kembali dan tidak sibuk lagi. Dengan begitu, kau bisa segera
pulang” Robert meninggalkan Adele.
Adele pun menunduk.
Di taman belakang rumah,
Robert duduk, ia menangis.
Robert merasa sedih, selama ini, ia merasa sendirian. Tidak ada sedikitpun
orang yang memperdulikannya. Padahal, ia benar-benar ingin berubah.
Tapi, tidak ada sedikitpun
yang peduli dan memberikan semangat untuknya. Sebenarnya, Robert sangat
membutuhkan suport dari orang-orang terdekatnya.
Di ruang makan,
Adele sedang menyiapkan
makan malam.
Seorang pelayan tersenyum,
“saya akan memanggil tuan untuk makan malam”
“terima kasih” Adele
tersenyum pada pelayan itu, ia tau, Robert sedang kesal padanya. Jadi, Robert
pasti tidak ingin bertemu dengannya.
“tuan?”
Adele mendengar suara
pelayan yang begitu panik, ia pun langsung berlari ke sumber suara.
Adele terdiam melihat
Robert yang resah memasuki dapur.
Robert jatuh.
“tuan” pelayan itu membuka
jaket Robert.
Adele mendekat dan memeluk
Robert, “Robert”
“eh...” Robert menatap
Adele dan melepaskan pelukannya.
Adele diam melihat keadaan
Robert, keringat Robert semakin banyak.
Pelayan itu membuka baju
Robert dan pelayan lainnya mengambilkan sebuah wadah untuk Robert.
Robert mulai muntah ke
wadah itu.
Air mata Adele menetes.
Robert masih
muntah-muntah, seorang pelayan memberikan sebuah handuk kecil pada Adele.
Adele pun mengelap
keringat Robert.
Robert menatap Adele yang
menangis.
Adele terus mengelap
keringat di wajah Robert dan membersihkan bibirnya.
Robert mencium kening
Adele.
Adele memeluk Robert, “aku
sayang padamu”
***
Pagi itu,
Robert membuka matanya, ia
bangun dari tempat tidur dan melihat Adele tersenyum disana.
“selamat pagi”
“apa ibu sudah pulang?”
“ya, tadi malam, tante begitu khawatir padamu”
“bagaimana denganmu?”
“tentu saja aku khawatir,
apa kau tidak melihatnya?”
Robert mengangguk, “aku
melihatmu menangis dan memelukku”
Adele tersenyum dan
menunduk.
“aku tidak marah, jika kau
ingin pulang”
Adele menatap Robert.
Robert tersenyum, “terima
kasih kau sudah baik padaku”
Adele memeluk Robert, “aku
sayang padamu”
Mata Robert memerah, tapi
ia merusaha untuk tegar dan tersenyum. “aku tau, kau sudah mengatakannya tadi
malam”
Adele tersenyum dan
mengelus wajah Robert, “aku akan pulang hari ini, semoga kau cepat pulih”
Robert mengangguk.
“sampai jumpa” Adele
keluar dari kamar Robert.
Robert diam dan menunduk,
sebenarnya ia sedih karena Adele akan pergi. Tapi ia tidak mau menyakiti
perasaan Adele lagi, mungkin Adele memang sudah sangat merindukan ibunya.
Di ruang tamu,
“tante, terima kasih
banyak ya” Adele tersenyum pada Rena.
“iya sayang, tante juga
sangat berterima kasih padamu. Tante senang, kamu sudah mau berteman dengan
Robert”
Adele tersenyum, “permisi
tante” ia membawa tasnya dan berjalan ke pintu.
“hati-hati nak” Rena
melambai.
“Adele”
Adele yang sudah mendekati
pintu pun menoleh, “Robert?”
Robert tersenyum dan
mendekat, “kamu hati-hati ya” ia mengelus pipi Adele.
Adele mengangguk dan
memeluk Robert, “aku janji akan segera kembali”
“terima kasih banyak untuk
semuanya”
Adele menangis.
“hey, jangan menangis.
Bukankah kau ingin segera pulang?” Robert tersenyum dan menghapus air mata
Adele, “ibumu pasti sudah menunggu”
Adele menganguk, “aku
permisi”
Adele pun pergi menaiki
taxi dan Robert masih dia di pintu untuk melihat Adele.
Setelah taxi sudah tak
terlihat,
Robert menunduk, aku mencintaimu Adele...
“Robert” Rena mendekati
Robert.
Robert menoleh dan
tersenyum, “ibu”
Mereka berpelukan.
Beberapa hari kemudian,
Tok... tok... tok...
“permisi”
Rena membuka pintu,
“Adele?” ia tersenyum.
“selamat siang, tante”
Adele tersenyum.
“ayo masuk”
Mereka masuk dan duduk.
“tante kira, kamu gak
bakalan kesini lagi”
“tadinya, aku emang gak
bakalan kesini sampai liburan musim panas. Tapi aku kanget sama Robert, sama
tante juga”
Rena terdiam.
“tante?”
Rena menatap Adele sambil
tersenyum, “nak, Robert sudah tidak ada”
“ah?” air mata Adele
menetes.
“malam itu, Robert kembali
kambuh. Hidungnya berdarah, tante panik” Rena mengingat semuanya dengan sedih,
“Robert dibawa ke rumah sakit, dokter bilang, imunitasnya sudah lemah” ia
menangis, “akhirnya Robert meninggal, dia tidak bisa bertahan lagi, nak. Tante,
Tante...” Rena tidak bisa melanjutkan kata-katanya, ia terus menangis mengingat
Robert.
Adele sangat menyesal,
jika ia tau hal ini akan terjadi. Adele akan memilih untuk tetap disana sampai
saat-saat terakhir Robert.
“maafkan aku, tante.
Harusnya aku tidak pergi”
“tidak nak, ini bukan
salahmu. Ini memang sudah takdir Tuhan. Lagi pula, tante memang merahasiakan
keadaan Robert yang sebenarnya darimu”
Adele terus menangis.
“sudah nak, sudah” Rena
memeluk Adele.
“aku sayang padanya,
tante. Harusnya aku ada di dekatnya saat itu”
“Adele, sudah nak” Rena
menatap Adele, “Robert tidak apa-apa, justru dia bahagia bisa bertemu kamu
sebelum ia meninggal. Robert bilang, dia mencintaimu. Dia juga meminta tante
untuk menguliahkanmu di sini, kamu mau kan kuliah di sini?”
“tapi tante...”
“gak apa-apa nak, kamu
bisa pulang jika sedang liburan”
Adele mengangguk.
Besoknya,
Adele pergi ke makam
Robert diantar oleh Rena.
Adele mendekati nisan dan
menyimpan sebuket bunga, “terima kasih banyak Robert, kau sangat baik padaku.
Aku janji, aku akan kuliah dengan baik disini, aku mencintaimu” air mata Adele
menetes, “selamat tinggal Robert, semoga kau tenang disana”
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya
kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar