Author : Sherly Holmes
Genre : Comedy Garing, Romance
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Chapter V : The End (part
2)
Robert membuka matanya, ia
sadar dirinya sudah berada di kamar.
Robert bangun perlahan
sambil memegang lukanya.
“berbaringlah”
“guru?” Robert duduk.
Guru tersenyum dan duduk
disamping Robert, “Tania sangat menghawatirkanmu”
Robert menunduk, “apa yang
terjadi?”
“segelmu sudah musnah dan
sayangnya, kau semakin dewasa sekarang”
“apa aku akan menjadi
vampire?” Robert tersenyum.
“maafkan aku”
“tidak apa-apa guru, itu
semua salahku”
“itu bukan salahmu, di
dunia ini, tidak ada orang yang ingin menjadi makhluk yang mengerikan”
“saat bertarung dengannya,
aku tidak punya pilihan. Pedangku terbelah dan teman-temanku terluka”
“aku sangat menghargai
itu, jika kau sudah pulih, keluarlah” guru berdiri, “dunia kembali indah
sekarang” ia pun pergi.
Robert tersenyum.
***
Di kamar Darto,
Darto sedang melamun
sambil menatap twins blade-nya yang patah, katana itu adalah pemberian guru
saat pertama kali ia berlatih disini. Kenangannya bersama katana itu begitu
banyak.
“mas Darto, kok ngelamun
aja sih? Tuh, si cantik Tania tadi nanyain mas Darto”
“yang bener Nang?”
“bohong deng”
“dasar kamu”
Danang duduk disamping
Darto, “mas Darto masih mikirin twins blade itu ya?”
“sekarang aku gak punya
senjata lagi Nang”
“tapi kan mas Darto punya
aliran ninja, mas Darto punya jurus keren”
“tapi gak sekeren waktu
pake twins blade”
***
Siang itu,
Darto masuk ke kamar
RObert.
Robert yang sedang duduk
pun tersenyum.
“ada apa kau memanggilku?”
“aku ingin memberikan
pedangku padamu”
“apa?”
“aku tau pedang itu
terbelah, tapi aku sadar. Retakan itu tepat membaginya dengan seimbang, bentuk
di bagian emasnya juga sedikit bercorak. Aku rasa, kau cocok menggunakannya”
“maksudmu, perdang itu
akan menggantikan twins blade-ku?”
“yap, itu juga... jika kau
tidak keberatan”
“tentu saja tidak, sejak
dulu aku menyukai pedangmu” Darto tersenyum.
Robert memberikan pedang
itu, “perbaikilah sedikit keadaannya”
“siap, tapi...” Darto
menatap Robert, “kenapa kau memberikannya padaku?”
“aku... aku hanya merasa
lelah, lagi pula, dunia sudah damai sekarang, aku ingin pensiun”
“kau aneh” Darto tersenyum
“satu hal lagi” Robert
menatap Darto, “tolong jaga Tania dengan baik”
“tentu saja, aku sudah
bilang kan? Kita itu harus saling menjaga, terima kasih ya” Darto pergi.
***
Pagi itu
Matahari mulai terbit.
Tania mengetuk pintu kamar
Robert dan ia masuk, “permisi”
“hey” Robert tersenyum.
“bagaimana keadaanmu?”
“lebih baik”
“bagus” Tania memberikan
semangkuk sup, “ini sarapanmu”
“terima kasih”
Tania duduk disamping
Robert.
“kebetulan sekali kau
datang, aku ingin memberikan sesuatu padamu”
Tania menatap Robert.
Robert memberikan sebuah
panah dengan pisau emas sebagai anak panahnya.
“apa ini?”
“ini adalah senjata
pemusnah vampir, kau panah jantungnya dan vampir itu akan musnah”
“bukankah King Vampire
sudah lenyap?”
“kau tau sendiri
jawabannya kan?”
“kau ingin aku
membunuhmu?”
Robert mengangguk.
“yang benar saja, aku
tidak akan pernah melakukan itu”
“aku mohon Tania”
“tidak” Tania menangis.
“Tania” Robert memegang
kedua pundak Tania dan menatapnya, “aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu dan
aku percaya. Hanya kau yang bisa melakukan ini”
“tapi...”
“lakukan, lakukan jika kau
mencintaiku”
Saat
itu,
Robert
terlahir dari pernikahan King Vampire dengan seorang manusia. Saat perempuan
itu menyadari bahwa King Vampire itu jahat, ia pun membawa Robert kabur. Namun
sayangnya, perempuan itu dibunuh dan King Vampire mengigit Robert agar kekuatan
gelapnya masuk ke dalam tubuh Robert, lalu ia meninggalkan Robert sendirian.
Guru
pun menemukan Robert yang menangis, ia sadar, ada yang tidak beres dengan anak
itu. Ia pun menyegel tanda kutukan di tubuh Robert agar kekuatan terlarang itu
tidak muncul dan Robert menjadi jahat.
Robert
pun semakin dewasa dan selalu menjadi murid kebanggaan guru, meski setiap
tahun, segel itu harus terus dikunci, tapi semakin bertambah usia Robert. Segel
itu akan semakin luntur dan sekarang, guru sudah tidak bisa berbuat apa-apa
lagi.
Tania memeluk Robert, “aku
akan melakukannya”
Robert tersenyum, “maafkan
aku Tania, sebenarnya, aku tidak mau hal ini terjadi” Robert melepas pelukan
Tania, “tapi aku bisa menjadi vampire kapan saja dan itu akan membuatku tidak
sadar, aku bisa menyerang siapa pun dan aku tidak akan pernah kembali menjadi
manusia”
“aku mengerti”
“benarkah?”
Tania mengangguk.
Robert mencium Tania, “kau
perempuan yang kuat, aku tau itu”
Mereka pun berpelukan.
***
Di tempat latihan,
Darto mulai memakai pedang
barunya, “hiat” ia berlatih.
Danang melihat itu, “wah,
keren juga mas pedangnya”
“Robert yang ngasih” Darto
tersenyum dan menyimpan pedangnya, “lumayan juga, cuma sedikit berat. Tapi
keren sih, ada emas-nya”
“asyik, kalau gak punya
duit, bisa dijual dong”
“enak aja”
Tania datang.
“eh, eneng cantik. Mau
latihan?” Darto berkedip.
Tania tersenyum, “mas
Darto kenapa sih?”
“dia kan suka sama...”
Teng...
Darto menjitak Danang.
“aduh, apaan sih mas?”
“kamu jangan ngomong”
“maaf mas Darto”
Darto tersenyum pada
Tania, “jangan di dengerin ini julung-julung”
Tania tersenyum lagi.
Danang mengambil
senjatanya, “kalau gitu, aku pergi dulu ah” ia kabur.
“eh Nang?” Darto kaget.
“udah lah, biarin aja”
“iya deh” Darto pun sangat
bahagia bisa latihan berdua sama Tania.
***
Di ruangnya guru,
Guru menatap langit lewat
jendela, aku senang dunia kembali damai.
Aku senang semua muridku berhasil menyelesaikan misinya dengan baik, semoga kau
tenang disana Sunny. Robert sudah tumbuh menjadi anak yang sangat membanggakan,
dia mirip sepertimu.
Guru ingat,...
Sunny,
seorang perempuan cantik yang ia cintai. Dulu mereka satu perguruan, namun
sayangnya, Sunny menikah dengan pria lain. Dan sayangnya, pria itu adalah King
Vampire.
Saat
mengetahui Sunny telah meninggal, guru sedih. Tapi ia berjanji untuk menjaga
Robert sampai ia tumbuh dewasa.
Sebenarnya
aku sedih, sekarang aku sudah tidak bisa menjaga anakmu lagi. Segel Robert
rusak, dia tidak bisa aku tolong lagi. Maafkan aku Sunny...
Tiba-tiba, terdengar suara
teriakan, Guru pun pergi.
***
Danang menembaki Robert
yang sudah menjadi vampire dengan gas, “sadarlah Robert, aku tidak mau
menyakitimu”
Tapi Robert terus
menyerangnya, ia memegang senjata Danang dan membuangnya. Lalu Robert mencekik
Dannag.
“ah... ampun, aku tidak
bisa bernafas”
Robert mau menggigit
Danang.
“lepaskan dia” Darto
menyerang punggung Robert.
“argh” Robert berteriak
karena di pedang Darto terdapat emas.
Danang yang terlepas pun
berlari menjauh.
“lawan aku” Darto menatap
Robert.
Robert kesal, ia menyerang
Darto.
Darto mengeluarkan jurus
peringan tubuh, tapi pedang barunya sedikit berat sehingga memperlambatnya. Ia
pun mencoba untuk terbang, tapi lagi-lagi, itu gagal dilakukan, “sial”
Robert memegang kaki Darto
saat Darto melompat, ia memutar tubuh Darto.
“Robert, ampun-ampun, aku
mual”
Robert melempar Darto ke
arah Danang.
“argh?” Danang kaget.
“awas Nang!” Darto panik.
Brak...
“aduh” mereka K.O.
Tania muncul membawa
panahnya, “hentikan” ia menatap Robert.
Robert kesal dan berlari
ke arah Tania.
Tania pun mengambil anak
panah pemberian Robert dan mulai mengarahkannya pada Robert.
Robert semakin dekat.
Maafkan
aku Robert, aku sangat mencintaimu. Tania melepas anak
panahnya dan anak panah itu menancap di dada Robert.
Brak...
Robert roboh dan tidak
bergerak lagi.
Danang dan Darto kaget.
Guru datang, ia terdiam
melihat itu.
Tania mendekati tubuh
Robert, air matanya menetes, “maafkan aku” ia memeluk Robert yang masih
berwujud vampire, Tania mencabut panahnya, “aku sudah melakukan yang kau
inginkan”
Tubuh Robert pun musnah
dengan perlahan.
Tania lemas dan Darto
menangkapnya.
***
Malam itu,
Darto melamun di atap, ia
melihat keadaan malam yang sepi. Semuanya sudah berubah, dunia sudah aman dan
dia kehilangan seorang teman.
“mas Darto sendirian aja?”
“Tania?” Darto kaget.
“mas Danang mana?”
“dia udah mimpi, ngoroknya
berisik banget, makanya aku kesini. Kamu kok belum tidur?”
“aku belum ngantuk”
“aku turut menyesal, meski
terkadang menyebalkan, tapi Robert orang yang baik”
“ya, aku yakin dia sudah
tenang disana” Tania tersenyum pada Darto.
“kau benar”
“bolehkah aku meminta
sesuatu?”
“apa?” Darto kaget.
“aku pingin liat wajah mas
Darto di balik penutup wajah itu dong”
“ah, jangan neng. Entar,
eneng gak suka lagi sama aku”
Tania tersenyum, “please”
“iya deh, tapi jangan
kabur ya. Janji?”
Tania mengangguk,
perlahan, ia membuka penutup wajah yang melutupi sebagia wajah Darto.
Darto menutup matanya
karena takut.
Tania tersenyum.
Darto membuka matanya dan
Tania mencium pipinya.
“a” Darto bahagia setengah
mati.
Dari bawah,
Danang mengabadikan mereka
dengan kameranya, ia pun tersenyum, “hehe”
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar