Kamis, 14 Mei 2015

To Make You Feel My Love


Author : Sherly Holmes
Genre : Drama, Family
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Pagi itu,
Seorang pria paruh baya sedang melamun sambil memandang ke luar jendela kamarnya, ia sedang memikirkan sesuatu yang pernah menyakiti perasaannya.
Sebuah mobil pun terlihat berhenti di depan rumahnya dan seorang perempuan turun bersama anak perempuan dari mobil itu.
Pria itu menatap mereka dan keluar dari kamar.
Di depan rumah,
“aku titip Marsha ya bu” perempuan itu tersenyum pada ibunya.
“iya Penny, ibu akan menjaga anakmu dengan baik”
“nenek” Marsha senang dan memeluk neneknya, ini pertama kalinya mereka bertemu.
“terima kasih bu” Penny tersenyum.
Pria paruh baya itu mendekati mereka, “aku tidak sudi”
“Robert?” Sammantha kaget.
“diam Sam, aku ingin mereka berdua pergi dari rumah ini”
“ayah” Penny menangis, “maafkan aku”
“untuk apa kau minta maaf? Aku bukan ayahmu kan?” Robert kesal dan emosinya semakin meningkat.
“sayang” Sammantha mendekati Robert, “sudahlah, kamu harus tenang” ia mengelus dada Robert.
“aku tidak mau mereka disini”
“tenang sayang, ayo kita masuk” Sammantha mengajak Robert ke dalam.
Marsha yang bingung dan takut, menatap ibunya, “ibu jangan menangis”
“iya sayang” Penny memeluk Marsha, ia ingat...
Saat itu,
Robert marah pada Penny, “ayah sudah bilang berkali-kali padamu kan? Dia bukan pria yang baik, tapi kau masih saja berhubungan dengan pria itu”
“tapi aku mencintainya, ayah”
“cinta? Tau apa kau tentang cinta?”
“ayah jangan bilang begitu, aku sudah besar sekarang”
“oh, begitu?” Robert menatap Penny, “baiklah, sekarang kau pilih. Kau menikah dengan pria itu atau tinggal disini bersama ayah?”
“aku akan pergi dari sini”
“bagus kalau begitu, jangan anggap aku sebagai ayahmu lagi”
Penny menghapus air matanya.
Sammantha keluar, “maafkan ayahmu ya”
“tidak apa-apa bu, aku mengerti”
“percayalah, walau sikapnya begitu, dia sangat menyayangimu”
Pennny tersenyum, “baiklah, ini tas Marsha. Maaf jika kami akan merepotkan”
“jangan bicara begitu, kau itu anakku” Sammantha mengelus Marsha, “dan Marsha adalah cucuku”
“aku permisi bu” Penny pun pergi.
Sore itu,
Robert duduk di dekat perapian, “kenapa kau mengijinkan anak itu tinggal disini?”
“sayang, jangan begitu” Sammantha mengelus pundak Robert dan duduk disampingnya, “hubungan Penny dan suaminya sedang tidak baik, makanya Marsha dibawa kesini agar dia tidak sedih”
“jangan bohong, Penny akan bercerai kan?”
Sammantha diam.
“aku tau, aku sudah mendengar kabar itu. Lagi pula, sejak dulu aku sudah bilang padanya jika pria itu tidak baik. Tapi Penny...”
“sudah, kau harus menjaga emosimu. Ingat, tekanan darahmu”
“h...” Robert membuang nafas dan menatap Sammantha.
Sammantha memeluk Robert, “aku sayang padamu”
“ini akan menjadi hari yang berat bagiku”
***
Malam itu,
Robert duduk di ruang makan dan menunggu makan malam yang sedang dibuat oleh Sammantha.
Marsha datang dan duduk di dekat Robert, “kakek” ia tersenyum.
Robert menatap Marsha dengan dingin dan Marsha menunduk.
Robert pun memalingkan wajahnya, “kapan orang tuamu akan menjemputmu?”
Marsha sedih, “kakek gak suka ya, aku disini?”
Robert tersenyum dengan sinis.
Sammantha datang dengan makan malam yang ia taruh di meja makan, “ternyata kalian sudah menunggu, ya?”
“aku tiba-tiba kenyang malam ini” Robert berdiri dan pergi.
Sammantha kaget dengan sikap Robert, ia juga melihat Marsha yang menangis. Sammantha duduk disamping Marsha, “ada apa, sayang?”
“kakek gak suka sama aku, nek”
“enggak sayang, itu gak bener. Kakek sayang banget sama kamu”
“tapi kakek gak suka aku disini, kakek bilang, kakek ingin aku pergi”
“enggak sayang, sikap kakekmu memang seperti itu. Tapi sebenarnya, dia orang yang baik” Sammantha memeluk Marsha.
Di kamar,
Robert sedang bersandar di kasur dan membaca buku.
Sammantha masuk, “harusnya kau tidak berbuat seperti itu”
“aku tidak suka anak itu”
“apa maksudmu?” Sammantha kaget.
“dia anak dari laki-laki itu” Robert menatap Sammantha.
“itu bukan alasan” Sammantha mendekati Robert dan duduk disampingnya, “meski kau benci pada ayah anak itu, tapi kau harus ingat, Penny adalah ibunya”
“Penny lebih memilih laki-laki itu dari pada aku”
“sayang, aku mohon. Marsha hanya anak kecil yang tidak berdosa, dia tidak tau apa-apa. Apa pun yang terjadi, dia tetap cucumu”
“tidak ada yang peduli dengan perasaanku” Robert melihat ke arah lain.
Sammantha mengelus Robert, “aku tau, kau juga sayang pada Marsha kan? Akhirnya, kita bisa melihat cucu kita”
Robert menatap Sammantha dan Sammantha memeluk Robert sambil tersenyum.
Besoknya,
Robert sedang menyiram bunga di halaman, Marsha mengintipnya dari jendela. Robert tau Marsha sedang melihat ke arahnya, tapi Robert tidak memperdulikannya dan terus sibuk dengan bunganya.
Di dalam,
“Marsha”
Marsha yang sedang mengintip lewat jendela, menoleh, “nenek?” ia tersenyum.
“kamu lagi apa sayang?” Sammantha tersenyum, ia tau jika Marsha sedang memperhatikan Robert.
Robert masuk ke rumah, “apa sarapannya sudah siap? Aku akan mencari ke luar, jika tidak ada” ia memalingkan wajahnya karena ada Marsha.
Mereka pergi ke ruang makan.
Robert duduk dan menatap roti yang ada di meja.
Sammantha mengambil roti itu, “sayang, tolong berikan selai itu ke roti ini”
“iya nek”
“berikan itu pada kakekmu”
“tidak, aku bisa melakukannya sendiri” Robert menatap Sammantha.
“Robert” Sammantha juga menatap Robert.
Robert diam.
Marsha memberikan roti itu pada Robert, “ini kek”
Robert melihat ke arah lain.
Sammantha mengambil roti itu dan menyimpannya di piring Robert, “terima kasih sayang” ia tersenyum pada Marsha.
Marsha pun tersenyum.
Setelah sarapan,
“lebih baik aku makan di luar mulai siang nanti” Robert bengun dari tempat duduknya.
“Robert” Sammantha merasa sedih karena sikap Robert.
“apa? Perasaan itu tidak bisa dipaksakan Sam, hatiku sakit dan aku tidak bisa begitu saja menerimanya”
“dia itu cucumu dan Penny anak kita”
“lalu kau mau apa?!” Robert membentak Sammantha.
Sammantha terdiam dan air matanya menetes, “terserah kau saja” ia pergi.
Robert diam dan menunduk, selama ini, dia tidak pernah membentak Sammantha. Robert sangat menyesal, ia melihat ke arah Marsha. Marsha menunduk dengan air mata yang terus menetes.
Robert pergi, ia menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Robert melihat Sammantha yang sedang duduk di ranjang sambil menangis.
Robert mendekati Sammantha, “Sam”
“kau tidak pernah begitu padaku”
“maafkan aku, aku menyesal”
“aku tidak tau harus bicara apa lagi padamu”
“Sam” Robert memegang tangan Sammantha, “aku sangat mencintai, aku tidak pernah ingin menyakiti perasaanmu”
“Marsha itu cucu kita”
Robert memeluk Sammantha.
“aku mohon, beri dia perhatian. Kasih sayang yang sama seperti yang kau berikan pada Penny dulu” Sammantha memeluk Robert dengan erat.
Air mata Robert menetes, dulu Penny adalah anak yang sangat ia sayangi dan Robert rela melakukan apapun untuknya. Tapi setelah kejadian itu, semuanya hilang.
“aku akan melihat Marsha, dia pasti takut melihat kejadian tadi” Sammantha pergi.
Di ruang makan,
Marsha masih menangis.
“sayang” Sammantha mendekat.
“aku sayang sama kakek, tapi kenapa kakek gak sayang sama aku?”
“enggak sayang, gak gitu” Sammantha memeluk Marsha.
Robert yang mengintip dari balik pintu, hanya diam.
Sammantha sedih, Robert... seandainya kau bisa merasakan betapa Marsha sangat menyayangimu.
***
Pagi itu,
Penny datang ke rumah Robert, ia ingin melihat keadaan Marsha. Sammantha tersenyum melihat Marsha yang begitu bahagia bertemu dengan ibunya.
Saat sedang berbincang, Robert datang dan mereka semua diam.
Robert duduk dan menatap mereka, “kenapa diam? Kalian tidak menginginkanku?”
“tidak ayah, kami...”
“aku bukan ayahmu” Robert menatap Penny.
“baiklah tuan Downey” Penny menatap Robert.
Sammantha mulai bingung, “Marsha, bantuin nenek nyuci buah yu”
Marsha mengangguk dan mengikuti Sammantha ke dapur.
Robert memalingkan wajahnya dari Penny, “jadi, kau akan membawa anakmu pergi?”
“tidak, aku hanya ingin mengunjunginya saja”
“jadi dia masih disini untuk merepotkan kami?”
“ayah, aku mohon. Kau boleh membenciku dan tidak menganggapku sebagai anak, tapi tolong, sayangi Marsha”
Emosi Robert semakin memuncak, “yang membuatku tidak menganggapmu adalah dirimu sendiri?!” Robert memegang kepalanya dan jatuh.
“ayah” Penny mendekat dan memegangi Robert, “ayah?”
Robert begitu lemas dan tak sadarkan diri.
“ayah?” Penny panik.
Sammantha dan Marsha berlari kesana dan kaget melihat itu.
“Robert” Sammantha mendekat dan memeluk Robert, “sayang?!”
***
Di kamar,
Robert terbaring di kasur.
Sammantha mengelus Robert yang tertidur, “kamu harus kuat” ia menangis, “aku udah bilang kan? Kamu itu harus menjaga emosimu”
Sammantha ingat kata-kata dokter, jika Robert tidak mengontrol tekanan darahnya, ia bisa terkena serangan jantung atau sroke. Sammantha sangat takut terjadi apa-apa pada Robert.
Setelah kejadian itu, Penny pergi. Ia tau, penyebab Robert sakit adalah dirinya dan ia sangat menyesal.
Marsha masuk ke kamar Robert, “nek”
“iya sayang” Sammantha tersenyum pada Marsha.
“kakek baik-baik aja kan?”
“iya, dokter bilang, kakekmu cuma butuh istirahat”
Air mata Marsha menetes, “aku sayang kakek, kakek harus cepet sembuh”
“peluk saja, kakekmu tidak akan marah” Sammantha mengelus Marsha.
Marsha pun memeluk Robert dengan air mata yang terus menetes, “aku sayang kakek”
Robert, apa kau sudah bisa merasakannya? Cucu kita, dia sedang memelukmu sekarang. Dia sayang padamu, Sammantha sangat berharap Robert bisa menerima Marsha.
Pagi itu,
Marsha membuka pintu kamar Robert, ia melihat Robert yang sedang tidur. Marsha mendekat dan mengelus Robert, tanpa ia sangka, Robert membuka matanya. Marsha kaget dan langsung diam.
Robert menatap Marsha, “mana nenekmu? Panggilkan dia”
“nenek lagi ke pasar”
“bisakah kau mengambilkan segelas air untukku? Aku haus”
“iya kek” Marsha tersenyum dan pergi.
Robert menghela nafas, ia kembali menutup matanya. Tapi...
Preng...
“ah”
“Marsha?” Robert bangun, ia menguatkan diri untuk melangkah dan menggapai dinding. “Marsha?” Robert panik, ia takut terjadi sesuatu pada Marsha. Ia menuruni tangga, tapi kepalanya yang sakit membuatnya jatuh terguling ke lantai. Robert yang tergeletak, hanya diam.
“kakek?” Marsha berlari ke arah Robert, “kakek”
Robert melihat Marsha dan perlahan, matanya tertutup.
“kakek, bangun kek” Marsha menangis.
***
Besoknya,
Sammantha pergi ke rumah sakit dan masuk ke ruang perawatan Robert.
“hey” Robert tersenyum.
“sayang” Sammantha memeluk Robert.
“kau rindu padaku?”
Sammantha tersenyum, “cepat pulang, aku kesepian di rumah”
“kau sendirian?” Robert melihat ke pintu.
“Marsha ada di luar, aku takut kau tidak...”
“panggil dia kemari”
“kau yakin?”
“yap”
“kau akan menjaga emosimu dan tidak memarahinya?”
“untuk apa aku marah? Dia cucu kita kan?”
Sammantha senang mendengar itu, ia pun mengajak Marsha masuk.
Robert menatap Marsha.
Marsha mendekat, “hey kek” ia menunduk.
Robert tersenyum dan memegang tangan Marsha yang mungil, “kau tidak mau memelukku?”
Marsha menatap Robert dan tersenyum, ia memeluk Robert.
“cucuku” Robert mengelusnya.
“aku sayang kakek”
Sammantha pun tersenyum.
Beberapa hari kemudian,
Penny datang ke rumah Robert karena proses perceraiannya sudah selesai, ia pun berniat untuk membawa Marsha pergi.
“terus kalian mau tinggal dimana?” Sammantha khawatir.
“mungkin kami akan mencari apartemen, sebentar lagi juga Marsha mulai sekolah. Kami akan memulai hidup baru, do’akan saja bu”
“tapi Penny...”
Robert menuruni tangga dan melihat itu, “kalian mau kemana?”
“kami akan mencari tempat tinggal baru, mungkin di luar kota” Penny tersenyum.
“kau tidak mau menemani ayahmu yang tua ini?”
Penny terdiam.
“tinggallah disini, itu pasti akan menyenangkan” Robert tersenyum sambil mendekati mereka.
Air mata Penny menetes dan memeluk Robert, “ayah”
Robert mengelus Penny, “aku senang jika kalian tetap disini, rumahku akan sepi tanpa Marsha”
Marsha tersenyum.
Sammantha bersyukur, akhirnya Robert mau menerima mereka. Ia berharap, semuanya akan baik-baik saja. Karena dengan begitu, ia tidak akan terlalu khawatir dengan tekanan darah Robert.
Pagi itu,
Robert yang sedang tidur di kamar, membuka matanya. “ini sudah pagi? Huach...” ia menguap dan bangun dari tempat tidurnya.
Robert keluar dari kamar, ia melihat rumah yang kosong. Tidak ada seorang pun disana. Robert mulai menuruni tangga, “kenapa rumah ini sepi sekali?”
Robert berjalan ke ruang makan.
Ternyata Sammantha, Penny dan Marsha ada disana dengan kue ulang tahun yang ada di meja makan.
Robert tersenyum melihat lilin ulang tahun berbentuk angka 50.
“selamat ulang tahun”
“terima kasih” Robert mendekat.
Penny tersenyum, “selamat ulang tahun, ayah”
“terima kasih sayang” Robert mengelus Penny.
“kakek” Marsha memeluk Robert.
“sayang” Robert menggendong Marsha, “terima kasih” ia mencium pipi Marsha dan kembali menurunkannya.
Sammantha tersenyum menatap Robert.
“hey sayang, aku hampir lupa hari ini hari apa”
“begitukah?”
“yap” Robert menatap Sammantha, “kau mau menciumku atau, aku harus menciummu duluan?”
“bagaimana ya?”
“baiklah, aku duluan” Robert mencium Sammantha.
Penny mengelus Marsha, ia senang. Semuanya berakhir dengan bahagia. Sekarang, ia telah kembali pada ayah yang begitu menyayanginya.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar