Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre : Romance, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Note : terinspirasi dari Ally McBeal, RDJ as Larry Paul.
Ally terdiam menatap
Larry.
“I Love You Ally McBeal” Larry
tersenyum sambil memegang kedua pundak Ally.
***
Ally terbangun, “ah?!” ia
melihat ke sekitarnya, ini adalah kamarnya di New York.
Ya
Tuhan... kenapa aku belum bisa melupakannya? Ally mendekati
cermin, ia sadar dirinya tidak muda lagi. Dan pencarian soulmate..., sudah
tidak terlalu ia hiraukan lagi.
Ally keluar dari kamar dan
menuruni tangga, ia melihat Maddie sudah menyiapkan sarapan untuknya.
“hey bu”
“Maddie?”
“aku mau bertemu client
hari ini. Jadi, kita gak bisa ke kantor bareng”
“gak masalah, kamu udah
makan?”
“udah, bye bu”
“bye” Ally tersenyum.
Maddie pun pergi.
Ally duduk dan mulai
memakan sarapannya.
Ding... dong...
Bell berbunyi.
“Maddie? Apa itu kau?”
Ally kaget karena Maddie baru saja pergi.
Ding... dong...
“iya, sebentar” Ally
membuka pintu dan terdiam.
Larry tersenyum, “hey”
“a...a... Larry?”
Larry masuk, “akhirnya aku
menemukanmu”
“k..kau benar-benar Larry
kan?”
Larry menatap Ally dengan
kaget.
“maksudku, kau bukan
khayalanku?”
“kau masih suka
menghayal?”
“e..eh, tidak” Ally
menatap Larry, “kau benar-benar Larry?”
“yap, kamu itu kenapa?”
Ally kesal, “ngapain kamu
kesini?”
“tentu saja untuk bertemu
denganmu”
“bertemu denganku?” Ally
tersenyum, tapi ia kembali kesal.
“hey, ada apa?”
“setelah kau pergi begitu
saja...”
“kau memutuskanku saat
itu”
“aku baru tau dari
Corretta, bahwa kau pergi”
“aku sudah memberi note,
apa kau tidak membacanya?”
“tidak, tapi aku yakin,
Elaine yang membacanya”
“kenapa?”
“karena berat untukku
menerima itu semua, kau selalu membuatku merasa...”
“apa?”
“lupakan”
“hey Ally, foto siapa
itu?”
“itu Maddie, anakku”
“kau sudah berkeluarga?”
“Maddie anak genetik, aku
tidak mau membahas itu”
“tak masalah, aku pun
memiliki Sam dari Jamie”
“kalian sudah kembali
bersama?”
“tidak, aku ke Detroit
demi Sam, bukan untuk Jamie. Kau yang membuatku berfikir untuk menjadi ayah
yang baik untuk anakku”
“jadi kau masih sendiri?”
“yap, begitu juga dengan
kau” Larry menatap Ally.
Ally melihat ke arah lain.
“hey, apa ada pria lain di
hatimu?”
“kau fikir setelah kau
pergi, begitu mudah bagiku untuk melupakanmu?” Ally menangis, “aku selalu
memikirkanmu Larry, bahkan tadi malam, aku memimpikanmu”
Larry tersenyum.
“kenapa kau tersenyum?”
“aku senang kau masih
mengingatku”
“aku serius”
“aku pun” Larry menatap
Ally.
Ally terdiam melihat tatapan
Larry.
“aku mencintaimu, seperti
dulu”
“saat kau meninggalkanku?”
“Ally” Larry melihat ke
arah lain dan kembali menatap Ally, “maafkan aku”
“hanya itu kah?”
“aku tau aku bodoh, aku
makan siang bersama Helena tanpa memberitau mu. Kamu harus tau Ally, saat itu..
sebenarnya aku akan melamarmu, tapi...”
“benarkah? Apa kau tau kau
menyakiti perasaanku?”
“aku tau, aku tau saat kau
menumpahkan es krim dan coklat ke kepalaku”
“jangan lupa dengan wipe
creamnya”
“ya, wipe cream”
“jadi apa mau mu?”
“aku ingin menginap
semalam, apa boleh?”
Ally menatap Larry, “untuk
apa? Aku punya anak dan cucu sekarang”
“kau punya cucu?”
“ya, Maddie mengalami
kecelakaan saat kecil”
“dia tidak memiliki
suami?”
“apa itu masalah bagimu?
Lagi pula, saat ini Maddie sedang dekat dengan teman kantornya”
Larry tersenyum, “tak ada
salahnya jika kau dekat dengan ku”
Ally menatap Larry.
Seorang anak laki-laki
berusia 12 tahun masuk, “selamat siang nek” ia terdiam melihat Larry.
“selamat siang sayang, ayo
ganti bajumu” Ally tersenyum.
Larry menatap anak itu,
“kenapa dia menatapku seperti itu?” ia kembali menatap Ally.
“nek, apa boneka mu
hidup?”
“boneka? Aku tidak
mengerti” Larry terus menatap Ally.
Ally ingat, boneka Larry
yang ia bawa ke New York selalu dijadikan target cucunya untuk bermain
smackdown.
“ah? Tidak-tidak. Kau tau
kan? Anak-anak selalu punya khayalan”
“khayalan?” Larry semakin
kaget.
Anak laki-laki itu
mendekati Larry, “hey Larry, boleh ku lihat bulu dadamu?”
Larry menatap Ally dengan
tajam, “Ally, bisa kau jelaskan?”
“Harry, lebih baik kau
segera ke kamar dan ganti bajumu”
“baik nek”
Larry masih menatap Ally.
“kenapa menatapku seperti
itu?”
“aku merasa ada yang tidak
beres”
Dari balkon,
“hey tuan Larry, ini
adalah kau” Harry melemparkan boneka Larry yang penuh dengan jahitan dan
perban, tak lupa dengan kemeja biru yang menunjukan bulu dadanya.
“ya Tuhan... tega sekali
kau padaku” Larry menatap Ally.
“tidak, bukan aku yang
melakukannya”
“benarkah?”
“cucuku yang menghajarmu”
“bukankah kau yang kesal
padaku?”
“Larry, aku tidak bohong”
“ok, terserah” Larry
duduk.
Ally mengancingkan kemeja
boneka itu dan duduk disamping Larry, “aku senang melihatmu”
Larry menatap Ally, “aku
juga, meski pun kau melukaiku separah itu” Larry menatap bonekanya.
“kamu beneran gak percaya?
Boneka itu selalu ada di kamarku, tapi setelah cucuku besar, dia selalu
mengambilnya untuk smackdown”
“aku akan menggantikan
boneka itu” Larry tersenyum.
“untuk di smackdown?” Ally
menatap Larry kaget.
“tentu saja untuk
menemanimu”
Ally terdiam.
Harry yang sudah ganti baju,
kembali turun, “nenek gak ke kantor?”
“ya ampun, iya, aku lupa”
“Ally” Larry menatap Ally.
“bisakah kau menjadi baby
sitter untuk cucuku?”
“ok” Larry diam.
Ally pun bersiap dan
berangkat.
Larry masih diam.
Harry pun duduk disamping
Larry, “aku ngerti sekarang, kenapa nenek gak bisa lupain kamu”
Larry menatap Harry.
***
Siang itu,
Harry berlari ke arah
Larry, “hiat”
“argh” Larry berteriak.
Harry pun menyerang Larry
dengan smackdown yang ia lakukan pada bonekanya.
“ah?!” Ally tersadar, ia
ada di kantor. Ternyata, ia melamun tentang Harry dan Larry. Ally melihat ke
sekitar ruangannya, “syukurlah tidak ada siapa-siapa disini”
Ally pun menelpon ke
rumah.
“hallo” Harry
mengangkatnya.
“Harry, apa Larry masih
disana?”
Larry mendekati Harry dan
mengambil telponnya, “hey Ally”
“Larry” Ally senang.
“aku sedang membuat makan
siang untuk cucumu, apa kau bisa mampir?”
“maaf Larry, aku sangat
sibuk”
“ok, good. Jangan sibuk
mengahayal ok?”
Dari
mana dia tau? Ally kaget, “apa maksudmu? Tentu saja aku
tidak mungkin melakukan hal itu”
“ya, aku tau kau sangat
hebat. Bahkan sekarang, kau punya kantor sendiri di New York bernama McBeal”
“aku akan merasa terhormat
jika lawyer yang hebat bisa bergabung bersamaku”
“maafkan aku, aku seorang
hakim sekarang”
“benarkah?”
“ya, di Detroit tentunya”
Ally terdiam, itu tandanya
Larry akan kembali ke Detroit.
“Ally, kau masih disana?”
“ya, tentu. Aku senang
mendengar itu”
“yap, segeralah pulang dan
aku akan membuatkan makan malam yang enak untukmu”
“ok” Ally tersenyum dan
menutup telponnya.
Malam itu,
“ah, melelahkan sekali”
Ally masuk ke rumahnya.
Disana, Larry sedang
berkumpul bersama keluarga Ally.
“hey bu” Maddie tersenyum.
“hey” Ally menatap mereka
yang terlihat begitu akrab.
“Ally, ada apa?” Larry
menatap Ally.
“tidak, aku hanya..”
“ah, ibu pasti lelah”
Maddie mendekati Ally dan menganjaknya duduk disamping Larry, “ibu tunggu
disini, aku akan menyiapkan makan malam di ruang makan”
“masakan Larry, enak lho
nek” Harry tersenyum.
Larry mengelus Harry,
“nenekmu sudah tau, aku pernah memasak untuknya”
Ally tersenyum, seandainya dia menjadi suamiku. Mungkin
Maddie akan mendapatkan kembali sosok seorang ayah, mungkin Harry akan senang
memiki seorang kakek seperti Larry.
“hey Ally, kenapa kau
diam?”
“ti..tidak, aku hanya...”
Setelah makan malam,
“Harry, cepat tidur. Besok
kamu sekolah”
“iya bu” Harry menaiki
tangga, “nenek, bolehkah boneka tuan Larry menemaniku?”
Larry menatap Ally.
“ah.., jangan Harry”
“kenapa? Larry yang asli
kan, ada di depan matamu”
Larry tersenyum pada Ally.
“o..ok” Ally diam, “jangan
lukai dia”
“siap nek, aku sayang tuan
Larry”
“I love you too” Larry
tersenyum pada Harry.
“selamat malam” Harry
masuk ke kamar.
“aku suka cucumu, dia anak
yang aktif”
Maddie tersenyum, “terima
kasih”
Ally menatap Maddie.
“kenapa bu? Dia kan
anakku”
“tapi Larry bicara padaku”
Larry tersenyum, “Maddie,
menurutmu aku masih cocok menjadi ayah Harry?”
Ally kaget mendengar itu.
“tentu saja Larry” Maddie
tersenyum, “Harry pasti senang punya ayah sepertimu, baik dan tampan. Dia
sangat menyukai masakan buatanmu”
Larry tersenyum, tapi saat
melihat ke arah Ally...
Ally kesal, apa maksud percakapan mereka? Emosinya
membara dan terdapat sarung tinju besar di kedua tangannya. “hiat” Ally meninju
mereka berdua.
“argh” Larry dan Maddie
berteriak dan terlempar ke tembok.
“Ally, hey Ally?”
“ah?!” lagi-lagi Ally
berkhayal, “iya?”
“kau kenapa?” Larry
menatap Ally.
“ibu gak berkhayal lagi
kan?” Maddie menatap Ally.
“tidak-tidak, mungkin aku
kelelahan. Aku harus istirahat” Ally bangun dari tempat duduknya.
“kau tidak membawaku?
Bukankah aku akan menggantikan bonekamu?” Larry menatap Ally.
“apa maksudmu?” Ally
menatap Larry.
“ayolah bu, apakah Larry
harus tidur bersamaku?”
Ally menatap Maddie, ia
menatap Larry dan menariknya ke kamar dengan paksa.
Bruk...
Ally mengunci pintunya.
“bu?” Maddie kaget melihat
Ally yang hanya diam, “ibu gak berkhayal lagi kan?”
Larry mendekati Ally yang
diam di dekat tangga, “aku kesini untukmu, bukan untuk yang lainnya”
Ally menatap Larry dan
Larry pun tersenyum.
Di kamar,
Larry berbaring disamping
Ally, “kau tidak apa-apa kan?”
“aku hanya ingat yang
terjadi di Boston”
“maafkan aku”
“kau tau kan? Kita sudah
tinggal bersama dan setiap malam, aku selalu tenang berada disampingmu”
“Ally...”
“aku tau, sekarang
semuanya sudah berubah. Aku harusnya sudah move on, tapi kenyataannya, setelah
kita berpisah selama hampir 14 tahun. Aku belum bisa melupakan semuanya..”
“Ally...”
“andai kamu tau, saat ini,
aku masih begitu mencintaimu. Tapi perasaan ku begitu sakit Larry”
“aku tau aku bukan pria
yang baik, dulu aku pernah mengatakannya padamu kan? Aku gagal menjadi seorang
ayah, aku gagal sebagai suami dan aku tidak mau semua itu terjadi pada hubungan
kita”
“begitukah? Bukankah
selama kita bersama, kau selalu berusaha?”
“ya, aku selalu berusaha.
Aku kembali mencintai natal karena kau, kau membuat aku menjadi ayah yang baik
untuk Sam dan” Larry menatap Ally, “banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku
karena kau Ally, dan aku yakin perubahan itu semakin baik dalam hidupku”
“dengan cara meninggalkanku?”
“Ally, ayolah. Aku
ketakutan saat itu”
“takut?”
“aku takut tidak bisa
meninggalkanmu, pernikahan itu bukan hal yang mudah. Kau tidak tau apa-apa soal
itu”
“jadi itu alasanmu?”
“Ally..”
“sudahlah, aku ingin
tidur” Ally mengambil selimutnya dan tidak mau berbagi bersama Larry.
Larry diam.
Pagi itu,
Ally bangun dan menguap,
“huach..” ia menoleh dan ia melihat Larry tidak ada di sampingnya, “Larry?”
Ally terdiam.
Ally keluar dari kamarnya
dengan berlari, ia menuruni tangga dan melihat Maddie berdiri diam bersama
Harry.
“ada apa?” Ally menatap
Maddie.
“Larry sudah pergi
pagi-pagi sekali, dia menitipkan sebuah note untuk ibu”
“note?” Ally terdiam.
“apa ibu mau membacanya?”
“ti..tidak, sudahlah aku
harus bersiap untuk bekerja” Ally menaiki tangga.
“ibu baik-baik saja kan?”
“tentu, kau antarkan saja
Harry ke sekolah. Mungkin aku akan datang siang ke kantor” Ally masuk ke
kamarnya.
Maddie membuka note dan
membacanya.
Harry menatap Maddie,
“nenek baik-baik saja kan bu?”
“ibu tidak yakin” Maddie
terdiam sambil memegang note itu.
Di kamar,
Ally menangis, untuk kedua
kalinya, ia kehilangan Larry dan mungkin, sekarang Larry benar-benar tidak akan
kembali padanya. Ally melihat Larry yang begitu menyesal saat ia marah padanya,
Ally sangat menyesal. Seandainya ia meminta Larry untuk kembali bersamanya,
seandainya ia meyakinkan Larry jika ia masih menginginkannya. Mungkin Larry
tidak akan pergi.
Maafkan
aku Larry, aku masih sangat mencintaimu.
Malam itu,
Ally terbangun dari
tidurnya, ia menoleh dan melihat boneka Larry ada di sampingnya. Disana juga
terdapat note,
Maafkan
aku nek, ini aku kembalikan tuan Larry untuk nenek. Aku janji tidak akan
melukainya lagi.
“Harry” Ally tersenyum dan
memeluk boneka Larry, ia kembali menangis.
Pagi itu,
Ally bercermin, tak terasa
usianya sudah menginjak 45 tahun sekarang. Ia ingat saat masih di Boston, ia
selalu merayakannya bersama teman-teman di bar. Ia ingat saat Larry memberinya
surprise dengan berduet bersama Sting, ia ingat saat terakhir kali ia merayakan
ulang tahunnya di Boston.
Ally sadar, kenangan itu
tidak mudah untuk ia lupakan. Sudah 13 tahun ia merayakan ulang tahunya bersama
Madie, mungkin sekarang akan menjadi yang ke 14 kalinya. Ia mulai berfikir, apa
yang akan mereka lakukan di ulang tahunnya kali ini? Apa mereka akan makan di
luar atau berkumpul di rumah saja? Ally tersenyum dan keluar dari kamarnya.
“Happy birthday!” Maddie
dan Harry berteriak dari bawah.
Ally pun menuruni tangga
dan memeluk keluarganya itu.
“selamat ulang tahun nek”
“terima kasih sayang” Ally
mengelus dan mencium kening Harry.
“selamat ulang tahun bu”
“Maddie” Ally memeluk
Maddie.
“ayo nek, tiup lilinnya”
Ally terkejut melihat kue
yang ada di meja, “kalian sudah menyiapkan ini sejak kapan?”
“rahasia, iya kan Harry?”
“ya”
Maddie toss dengan Harry.
Ding... dong...
Mereka terdiam mendengar
itu.
Ding... dong...
“biar ibu yang
membukannya” Ally membuka pintu.
Seorang pemuda tersenyum,
“nyonya McBeal?”
“ya”
“aku Sam, ada kiriman dari
Detroit untuk anda”
“ta..tapi aku tidak
melihat paketnya” Ally bingung.
“paketnya ada disini” Sam
melangkah ke kiri.
Larry tersenyum dari
belakang Sam.
“Larry?”
“selamat ulang tahun”
Ally memeluk Larry dengan
erat.
“hey, apa kau tidak mau
mempersilahkan kami masuk?”
“ah, tentu” Ally melepas
pelukannya dan tersadar jika Sam adalah anak Larry, “ya Tuhan... Sam, kau sudah
besar sekarang”
“selamat ulang tahun Ally”
Sam tersenyum.
Mereka pun masuk.
Larry duduk disamping
Ally, “apa aku dan Sam boleh menginap malam ini?”
“tertu” Ally menatap
Larry.
Larry kaget, tapi ia hanya
tersenyum.
“aku kira kau tidak akan
kembali”
“aku sudah membuat note
untukmu kan? Apa kau tidak membacanya lagi? Aku menitipkan itu pada Maddie”
Maddie menatap Larry, “ibu
tidak mau membacanya”
Ally menunduk, “aku kira
kau tidak akan kembali lagi”
“ini salahku, karena aku
hanya bisa memberimu note”
Ally menatap Larry, “kau
tidak akan meninggalkanku lagi kan?”
Larry diam.
“Harry, ayo kita ke
sekolah” Maddie berdiri dan memegang tas Harry.
“tapi bu, aku ingin
bermain bersama Larry”
Larry tersenyum, “setelah
kau pulang, kita akan bermain. Sam juga akan ikut bergabung, jadi pergilah ke
sekolah, agar kita segera bisa bermain”
“baiklah”
“kami pergi dulu” Maddie
tersenyum.
“aku juga akan
berkeliling, ayah”
“baiklah Sam, hati-hati”
Larry tersenyum.
“kalau begitu, kita pergi
bersama saja?” Maddie tersenyum pada Sam.
Mereka pun pergi.
Ally menatap Larry,
“kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Apa ini adalah pertanda kau akan
meninggalkanku lagi?”
“Ally..”
“aku tau, kau seorang
hakim di Detroit dan aku senang kau bisa datang New York di hari ulang tahunku.
Terima kasih tuan Larry Paul” Ally berdiri.
“Ally” Larry memegang
tangan Ally dan berdiri, ia menatap Ally, “aku mencintaimu”
Ally diam dan menangis,
“kau tau aku juga mencintaimu, lalu kau mau apa lagi?”
“makam malam, hanya kita
berdua”
Ally menatap Larry, “hanya
itu?”
“ya”
“ok” Ally meninggalkan
Larry.
***
Setelah mengantar Harry ke
sekolah, Maddie bicara dengan Sam di sebuah kedai.
“menurutmu, orang tua kita
bisa bersama?” Maddie menatap Sam.
“aku tidak tau”
“kenapa?”
“ayah selalu takut tidak
bisa menjadi suami yang baik, dia takut tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk
kita”
“kenapa ayahmu begitu
takut”
“dia punya pengalaman yang
rumit, dua kali gagal dan saat putus dengan Ally, itu merupakan kegagalannya
yang ketiga. Ayah semakin terpuruk saat itu”
“ya, ibuku juga begitu
menderita. Dia pernah mencoba menjalin hubungan dengan Victor, tapi tetap saja,
yang ada dalam hati ibu hanya ada ayahmu”
“aku selalu berharap
mereka bisa bersama, saat aku kecil, aku pernah bertemu dengan Ally. aku bisa
melihat betapa ayah sangat mencintainya”
“ya, aku baru sekarang
melihat ayahmu. Selama ini aku hanya mendengar tentangnya dari ibu, dia selalu
menceritakan ayahmu padaku dan Harry” Maddie tersenyum, “aku rasa tidak ada
perempuan yang tidak menyukai ayahmu”
Sam tersenyum.
Malamnya,
Di sebuah restoran, Larry
duduk berhadapan dengan Ally.
“kau suka?”
“ya, siapa yang tidak suka
diajak ke restoran mewah?”
“makan malam kita?”
“ya, tentu. Sudah lama
kita tidak melakukan ini”
Larry tersenyum, “aku
mencintaimu Ally”
Ally hanya diam menatap
Larry, ia sedih mendengar itu.
“kali ini aku serius”
Larry mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin, “maukah kau menikah denganku?”
Ally terdiam kaget, ia
melihat ada banyak peri dan malaikat yang menancapkan panah besar ke dadanya.
Ia juga merasa ada di ruang oprasi dan melakukan oprasi jantung.
“kondisi jantungnya
membaik”
“ya, dia tidak patah hati
lagi”
“jantungnya berdetak
kencang”
“ya”
Para dokter kaget dan
aneh.
“Ally?” Larry kaget
melihat Ally yang hanya diam.
“ah?! Iya” Ally tersenyum
senang, “iya, aku mau” ia berteriak bahagia.
Semua orang yang makan
disana menatap Ally.
Ally pun menatap sinis
pada mereka.
Larry tersenyum dan
memasangkan cincin itu ke jari manis Ally, “kau mau berdansa?”
“tentu”
Mereka pun berdansa.
Di rumah,
“Sam, kau tidur di kamar
Harry malam ini, dan kau Harry”
“iya bu”
“kau tidur bersama ibu”
“aku ingin tidur bersama
Sam”
“Harry” Maddie menatap
Harry.
“tidak apa-apa, dia tidur
bersamaku saja” Sam tersenyum.
“ibu dengar kan?”
“Harry, kamu itu harus
kasihan pada Sam. Dia lelah, harus istirahat”
“iya deh”
Sam tersenyum, “seandainya
kita jadi keluarga, aku senang memiliki kakak dan keponakan seperti kalian”
Maddie tersenyum.
Harry pun memeluk Sam,
“aku juga senang, jadi aku tidak usah meminjam boneka milik nenek”
“boneka?” Sam kaget.
Di restoran,
“kau bahagia?” Larry
menatap Ally,
“ya”
Mereka masuk ke mobil.
“apa kau akan kembali ke
Detroit?”
“ya, ada hal yang harus
aku selesaikan. Tapi aku janji, aku akan segera kembali untukku”
“benarkah?”
“kau tidak percaya? Aku
akan menulis note untukmu dan kau janji harus membacanya”
“aku berharap note itu
bertuliskan kata-kata di snowman-mu”
“tentu saja”
Di rumah Ally,
Sam masuk ke kamar Harry
untuk istirahat, ia mematikan lampunya dan berbaring. Tapi ia merasa ada yang
aneh, Sam menoleh ke samping dan melihat boneka Larry yang penuh dengan perban
dan jahitan.
“argh?!” Sam berteriak.
Maddie dan Harry yang
mendengar itu pun kaget, mereka masuk ke kamar untuk melihat Sam.
Maddie menyalakan lampu,
“ada apa Sam?”
“boneka ayah?”
“oops...” Harry mendekat,
“maaf, tadi aku mengambil boneka ini dari kamar nenek. Soalnya aku kira, nenek
gak butuh boneka hari ini” ia mengambil boneka Larry.
“apa itu benar-benar
boneka ayahku?” Sam menatap Maddie.
“jangan berfikir negatif
tentang keadaannya ya”
“selamat malam Sam”
“malam Harry”
Maddie dan Harry pun
pergi.
Sam kembali tidur.
***
Ally dan Larry pulang,
mereka masuk ke kamar.
Di kamar,
Larry berbaring disamping
Ally, “kau tidak mau memelukku?”
Ally tersenyum dan memeluk
Larry.
“apa yang kau lakukan
dengan boneka itu?”
“maksudmu?”
“bulu dada, kenapa boneka
itu ada bulu dadanya dan kemeja biru itu tidak pernah kau kancingkan?”
“aku tidak mau membahas
itu”
“kita harus membahasnya,
cucumu mengatakan itu. Aku merasa risih”
“terus kamu mau apa?
Nyukur bulu dadamu? Jika aku mencukur bulu dada boneka itu, pasti akan bocor.
Semua udara di dalamnya akan keluar, aku harus menambalnya dengan beberapa
solatip dan memompanya lagi. Boneka itu akan semakin rusak”
“baiklah, kita lupakan saja
masalah boneka itu” Larry menguap, “huach....”
“are you sleepy?”
“tentu saja, jika tidak,
mana mungkin kita ke kamar”
“ok judge, good night!”
“malam”
Pagi itu,
Sam bangun dan keluar dari
kamar, ia melihat Larry yang sudah bersiap sedang menulis note.
Sam turun dari tangga,
“ayah”
“Sam?” Larry menoleh.
“apa ayah akan memberi
Ally note lagi?”
“yap, kau tau kan? Ayah
benci untuk..”
“mengatakan selamat
tinggal? Ayolah ayah, dia pasti sangat membutuhkan itu”
“aku tidak bisa Sam”
“ayah, apa ayah ingat saat
mengantarku ke Detroit? Ally begitu senang bertemu denganmu sebelum kita pergi,
ayolah ayah”
Di kamar,
Ally bangun, “Larry?!” ia
melihat ke sampingnya, “dia pasti sudah pergi dan meninggalkan note di meja”
Ally berdiri dengan sedih, “seandainya kau bisa mengucapkan salam perpisahan
sebelum pergi” ia keluar dari kamar, Ally melihat Maddie dan Harry sudah
bersiap di bawah.
“hey bu”
Ally tersenyum dan turun,
“apa Larry sudah pergi?”
“kali ini, tidak ada note
bu”
Ally terdiam.
“tentu saja tidak ada
note, karena aku masih disini” Larry muncul dari dapur.
“Larry?” Ally senang
melihat Larry.
“Sam bersikeras memintaku
untuk berpamitan”
Sam yang keluar dari dapur
pun tersenyum.
“terima kasih Sam” Ally
tersenyum pada Sam.
Larry mendekati Ally,
“jadi...”
“jadi?” Ally tersenyum.
“eh..., aku benci
mengucapkan selamat tinggal. Tapi aku berjanji padamu untuk kembali, aku akan
pindah kesini dan menikahimu”
“sepakat” Ally tersenyum.
“apa kalian akan
berciuman?” Harry menatap mereka.
“Harry” Maddie menatap
Harry.
Sam tersenyum.
“aku tidak bisa menciummu
di depan cucuku”
“aku tau, aku pun begitu”
Larry tersenyum.
Larry pun pergi bersama
Sam.
Ally melambai, aku percaya kamu akan kembali.
***
Musim terus berganti dan
Larry tak pernah kembali.
Musim salju pun tiba,
Maddie keluar dari kamar
dan melihat Ally duduk di dekat perapian, ia tau Ally sedih karena Larry tak
kembali juga. Apalagi, Larry sangat sulit untuk dihubungi.
Maddie turun dari tangga,
“bu”
“oh, hey sayang” Ally
tersenyum.
“apa ibu sedih karena
Larry...”
“mungkin dia memang
pecundang”
“bu...”
“kau lihat cincin di jari
manis ibu? Dia melamar ibu saat itu, tapi mana buktinya? Sekarang sudah musim
salju, sebentar lagi tahun baru dan mungkin saat aku ulang tahun, dia tetap
tidak kembali”
“dia akan kembali bu, ibu
ingat kata-katanya kan?”
Ally tersenyum, “ayo
tidur, ini sudah malam”
“ok, tapi ibu juga ya”
Besoknya,
Ally bangun dan melihat
salju yang berjatuhan dari jendela, ia mengintip jendela dan melihat ada
snowman di depan rumahnya.
Larry...?
Ally ingat pada Larry, ia langsung keluar dari kamar dan menuruni tangga. Ia
keluar dari rumah dan melihat snowman Larry lengkap dengan note-nya, -I’ll be
back- Ally tersenyum, ia ingat saat Larry membuat itu untuknya di Boston.
“Larry” Ally memeluk
snowman itu, “aku percaya kamu akan kembali”
Di dalam rumah,
Harry dan Maddie mengintip
Ally dari jendela, merekalah yang telah mengeluarkan snowman itu dari frezer
Ally.
“ibu yakin Larry akan
kembali?”
“kita harus melakukan itu
untuk kebahagiaan nenekmu”
“aku sekarang baru tau,
isi dari freezer yang ada di kamar nenek ternyata snowman itu. Nenek kok punya
segala hal yang berbentuk Larry ya?”
“jangan tanyakan itu pada
ibu” Maddie tersenyum.
Tahun baru pun tiba,
Ally merayakan tahun baru
di rumahnya.
“Happy new year!”
Harry meniup terompet dan
Maddie membuat Turkey.
Ally tersenyum melihat
keluarganya, harusnya aku tidak
memimpikan sebuah keluarga lagi. Mereka adalah keluargaku, Maddie dan Harry.
Aku sangat menyayangi mereka, tidak ada yang lebih berarti dari mereka.
Ally ingat, saat pertama kali
mendapatkan Maddie. Ally sadar, pencarian soulmate-nya bukanlah seorang pria.
Tapi seorang anak yang datang untuknya, anak berusia 10 tahun yang bernama
Maddie.
Sekarang Maddie sudah
dewasa dan bahagia mendapatkan Harry, apa lagi yang Ally cari? Semuanya mungkin
sudah cukup.
Ally tersenyum dan menaiki
tangga.
“bu, ibu mau kemana?”
“ibu ingin istirahat,
lebih baik kau dan Harry juga jangan tidur terlalu malam”
“ok”
Besoknya,
Ally keluar dari kamar, ia
sudah bersiap untuk bekerja. Ally turun dari tangga dan berjalan ke ruang
makan.
“hey bu, apa tidurmu
nyenyak?”
“ya, kenapa kau bertanya
seperti itu?”
“tidak”
Harry tersenyum.
“hey, ada apa?”
“tidak ada” Maddie
menyiapkan sarapan.
Ally mulai makan, “aku
senang melihat kalian bahagia di tahun yang baru ini”
“aku juga berharap ibu
bisa bahagia”
“Maddie, ibu akan bahagia
jika kalian bahagia”
“bu, pacarku mengajakku
untuk tinggal bersamanya”
“itu bagus, ibu berharap
dia bisa jadi ayah yang baik untuk Harry”
“aku menolaknya bu”
“kenapa?”
“aku tidak mau meninggalkan
ibu sendirian”
“Maddie, ibu akan
baik-baik saja”
“aku tidak akan
meninggalkan ibu sampai Larry kembali”
“dia tidak akan datang
Maddie, Larry punya keluarga di Boston”
“bu”
“Jamie masih sangat
mencintainya”
“tapi dia sudah melamar
ibu”
“Maddie, lebih baik kita
segera berangkat”
Di kantor,
Ally melamun, ia ingat
masa lalunya. Saat pertama kali bertemu Larry, saat mengira Larry itu seorang
therapist. Saat mereka mulai dekat, saat pertama kali Larry mencium bibirnya
dan saat Larry pindah ke rumah Ally.
Itu semua adalah hal yang
paling membahagiakan. Kejutan natal Larry, snowman yang Larry buat, lagu yang
Larry ciptakan untuknya, kejutan ulang tahun Ally saat Larry berduet dengan
Sting. Semua itu tidak pernah terlupakan.
Larry memang seorang pria
yang sangat diidamkan Ally, meskipun terkadang sifat Larry yang selalu
menutup-nutupi sesuatu atau ketakutannya membuat Larry tidak terlihat seperti
pria gentle. Tapi tetap saja, bagi Ally, Larry adalah seorang pria sejati.
Telpon berdering,
Ally menatap telpon itu, mungkinkan itu Larry? Ia langsung
mengangkatnya, “hallo”
“hallo nek”
“Harry, ada apa sayang?”
“aku mau ikut ibu ke rumah
pacarnya, nenek gak apa-apa kan sendirian di rumah?”
“gak masalah sayang,
selamat bersenang-senang” Ally menutup telponnya dan diam, dia masih berharap
itu Larry.
Malam itu,
Ally masuk ke rumah dan
melihat snowman-nya ada di ruang tamu, Ally terdiam.
Larry turun dari tangga
sambil tersenyum, “aku senang kau masih menyimpanku di freezer”
“Larry..?”
“selamat datang sayang,
kau lelah?” Larry berdiri dihadapan Ally.
Ally tersenyum, “aku
sangat lelah dan ingin tidur”
“aku pun”
Mereka berciuman.
“kau lama sekali” Ally
memeluk Larry erat, “aku sangat takut kau tidak kembali”
“banyak yang harus aku
selesaikan, lalu aku berfikir untuk menunggu Sam lulus dari universitasnya. Dia
ingin tinggal bersama kita”
“lalu, dia dimana?” Ally
menatap Larry.
“Sam akan tiba besok, aku
duluan kesini karena aku tidak tahan ingin bertemu denganmu”
“benarkah?”
“ya, kau tidak percaya?”
Ally tersenyum dan memeluk
Larry lagi dengan erat.
“ya Tuhan... aku akan
mencair”
Ally melihat ke arah
snowman, “ya ampun, kita harus segera menyimpanya”
Mereka pun mengangkat
snowman ke kamar Ally dan menyimpannya di freezer.
“ah, melelahkan sekali”
Larry menghapus keringatnya.
“ini salahmu
mengeluarkannya” Ally tersenyum.
“jadi ini salahku?” Larry
memeluk Ally, “ayo kita tidur, aku sangat lelah”
Besoknya,
Sam datang, “selamat
siang”
“Sam” Ally senang melihat
Sam.
“paman Sam” Harry memeluk
Sam.
“hey Harry, kau
merindukanku?”
Larry tersenyum dan
menatap Maddie, “kau tidak keberatan jika aku menikahi ibumu?”
“ayolah Larry, kau adalah
pria impiannya. Aku ingin melihat kalian hidup bahagia” Maddie tersenyum.
“kalau begitu, aku harus
membeli rumah yang lebih besar untuk kita”
“tidak perlu” Ally
mengelus Larry.
“kenapa?”
“Maddie akan tinggal
bersama pacarnya”
“apa ini karena aku dan
Sam?”
“tidak, mereka memang
sudah memiliki niat sebelumnya”
Larry menatap Maddie.
“selama ini, aku selalu
menolak untuk tinggal bersama pacarku karena aku khawatir pada ibu. Aku tidak
mau dia tinggal sendirian. Tapi sekarang, aku sudah siap untuk pindah. Karena
disini, sudah ada kau dan Sam yang akan menemani ibu”
“baiklah, jika seperti itu
ceritanya. Aku turut bahagia”
“terima kasih”
Larry menatap Ally,
“sayang, bolehkah Sam bekerja di kantormu?”
“tentu, dia pasti akan
menjadi lawyer yang hebat sepertimu dulu”
“terima kasih”
“lagi pula itu kantor kita
sekarang, bagaimana jika nama kantornya diubah menjadi Paul&McBeal?”
“tidak perlu, biarkan saja
tetap McBeal. Aku suka itu, lagi pula, aku seorang hakim, bukan lawyer”
“ok jugde” Ally tersenyum.
Larry memeluk Ally.
Maddie senang melihat itu,
akhirnya ibunya bisa bahagia. Selama ini, ia sedih melihat Ally yang tidak
pernah memiliki pasangan dan selalu berakhir menyedihkan. Ia juga sedih melihat
Ally yang sudah tidak pernah memikirkan cinta lagi. Tapi sekarang, Maddie sudah
lega dengan semua itu.
Sam tersenyum, ia ingat
saat ia kecil. Saat bertemu Ally yang polos dan agak kekanak-kanakan. Tapi
sekarang, Ally benar-benar akan menjadi ibunya. Ia yakin ini adalah yang
terbaik bagi ayahnya dan Sam berharap, mereka tidak akan pernah berpisah lagi.
Harry tersenyum, “jadi
sekarang aku akan memanggil Larry dengan sebutan kakek?”
Larry tersenyum, “ok” ia
pun menatap Ally, “hebat sekali, baru saja akan menikah, sudah dapat cucu”
“kau tidak suka?” Ally
kesal.
“hey, jika aku tidak suka,
mana mungkin aku kembali”
Ally tersenyum.
Pernikahan pun tiba,
Ally sangat bahagia,
akhirnya dia bisa bersatu juga dengan Larry. Setelah sekian lama berpisah, ia
kira ia tidak akan pernah bertemu dengan Larry lagi. Dan ternyata, semua itu
salah. Larry datang ke New York untuknya dan melamarnya.
Ally tak menyangka, kisah
cinta dalam hidupnya pun bisa bahagia. Larry Paul sudah menjadi suaminya
sekarang.
Hidup
itu indah jika kita menjalaninya dengan sabar dan ikhlas, terkadang Tuhan
memberikan cobaan yang mungkin kita rasa sulit. Namun kebahagiaan pasti akan
disimpan di akhir cobaan itu, tergantung apakah kita lulus dari ujian tersebut
atau tidak. Dan aku rasa, setelah menjalani berbagai kisah hidup. Aku telah
lulus di usia yang ke 45 tahun, Ally tersenyum.
Malam itu,
Ally mendekati Larry yang
sedang duduk di sofa, “Larry, apa yang sedang kau lakukan?”
“melihat destinasi
honeymoon kita” Larry menunjukan tiket pesawat menuju Boston.
Ally yang duduk disamping
Larry pun terdiam.
“teman-temanmu pasti
sangat merindukanmu disana”
Ally tersenyum senang, ia
tidak menyangka Larry membeli tiket pesawat untuk pergi ke Boston. “terima
kasih” Ally memeluk Larry.
“aku tau kau sudah lama
ingin bertemu mereka, anggap saja ini sebagai reuni” Larry tersenyum dan
mencium kening Ally.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar