Rabu, 01 April 2015

Ally&Larry : Everlasting Love


Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre : Romance, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Note : terinspirasi dari Ally McBeal, RDJ as Larry Paul.
Ally terdiam menatap Larry.
“I Love You Ally McBeal” Larry tersenyum sambil memegang kedua pundak Ally.
***
Ally terbangun, “ah?!” ia melihat ke sekitarnya, ini adalah kamarnya di New York.
Ya Tuhan... kenapa aku belum bisa melupakannya? Ally mendekati cermin, ia sadar dirinya tidak muda lagi. Dan pencarian soulmate..., sudah tidak terlalu ia hiraukan lagi.
Ally keluar dari kamar dan menuruni tangga, ia melihat Maddie sudah menyiapkan sarapan untuknya.
“hey bu”
“Maddie?”
“aku mau bertemu client hari ini. Jadi, kita gak bisa ke kantor bareng”
“gak masalah, kamu udah makan?”
“udah, bye bu”
“bye” Ally tersenyum.
Maddie pun pergi.
Ally duduk dan mulai memakan sarapannya.
Ding... dong...
Bell berbunyi.
“Maddie? Apa itu kau?” Ally kaget karena Maddie baru saja pergi.
Ding... dong...
“iya, sebentar” Ally membuka pintu dan terdiam.
Larry tersenyum, “hey”
“a...a... Larry?”
Larry masuk, “akhirnya aku menemukanmu”
“k..kau benar-benar Larry kan?”
Larry menatap Ally dengan kaget.
“maksudku, kau bukan khayalanku?”
“kau masih suka menghayal?”
“e..eh, tidak” Ally menatap Larry, “kau benar-benar Larry?”
“yap, kamu itu kenapa?”
Ally kesal, “ngapain kamu kesini?”
“tentu saja untuk bertemu denganmu”
“bertemu denganku?” Ally tersenyum, tapi ia kembali kesal.
“hey, ada apa?”
“setelah kau pergi begitu saja...”
“kau memutuskanku saat itu”
“aku baru tau dari Corretta, bahwa kau pergi”
“aku sudah memberi note, apa kau tidak membacanya?”
“tidak, tapi aku yakin, Elaine yang membacanya”
“kenapa?”
“karena berat untukku menerima itu semua, kau selalu membuatku merasa...”
“apa?”
“lupakan”
“hey Ally, foto siapa itu?”
“itu Maddie, anakku”
“kau sudah berkeluarga?”
“Maddie anak genetik, aku tidak mau membahas itu”
“tak masalah, aku pun memiliki Sam dari Jamie”
“kalian sudah kembali bersama?”
“tidak, aku ke Detroit demi Sam, bukan untuk Jamie. Kau yang membuatku berfikir untuk menjadi ayah yang baik untuk anakku”
“jadi kau masih sendiri?”
“yap, begitu juga dengan kau” Larry menatap Ally.
Ally melihat ke arah lain.
“hey, apa ada pria lain di hatimu?”
“kau fikir setelah kau pergi, begitu mudah bagiku untuk melupakanmu?” Ally menangis, “aku selalu memikirkanmu Larry, bahkan tadi malam, aku memimpikanmu”
Larry tersenyum.
“kenapa kau tersenyum?”
“aku senang kau masih mengingatku”
“aku serius”
“aku pun” Larry menatap Ally.
Ally terdiam melihat tatapan Larry.
“aku mencintaimu, seperti dulu”
“saat kau meninggalkanku?”
“Ally” Larry melihat ke arah lain dan kembali menatap Ally, “maafkan aku”
“hanya itu kah?”
“aku tau aku bodoh, aku makan siang bersama Helena tanpa memberitau mu. Kamu harus tau Ally, saat itu.. sebenarnya aku akan melamarmu, tapi...”
“benarkah? Apa kau tau kau menyakiti perasaanku?”
“aku tau, aku tau saat kau menumpahkan es krim dan coklat ke kepalaku”
“jangan lupa dengan wipe creamnya”
“ya, wipe cream”
“jadi apa mau mu?”
“aku ingin menginap semalam, apa boleh?”
Ally menatap Larry, “untuk apa? Aku punya anak dan cucu sekarang”
“kau punya cucu?”
“ya, Maddie mengalami kecelakaan saat kecil”
“dia tidak memiliki suami?”
“apa itu masalah bagimu? Lagi pula, saat ini Maddie sedang dekat dengan teman kantornya”
Larry tersenyum, “tak ada salahnya jika kau dekat dengan ku”
Ally menatap Larry.
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun masuk, “selamat siang nek” ia terdiam melihat Larry.
“selamat siang sayang, ayo ganti bajumu” Ally tersenyum.
Larry menatap anak itu, “kenapa dia menatapku seperti itu?” ia kembali menatap Ally.
“nek, apa boneka mu hidup?”
“boneka? Aku tidak mengerti” Larry terus menatap Ally.
Ally ingat, boneka Larry yang ia bawa ke New York selalu dijadikan target cucunya untuk bermain smackdown.
“ah? Tidak-tidak. Kau tau kan? Anak-anak selalu punya khayalan”
“khayalan?” Larry semakin kaget.
Anak laki-laki itu mendekati Larry, “hey Larry, boleh ku lihat bulu dadamu?”
Larry menatap Ally dengan tajam, “Ally, bisa kau jelaskan?”
“Harry, lebih baik kau segera ke kamar dan ganti bajumu”
“baik nek”
Larry masih menatap Ally.
“kenapa menatapku seperti itu?”
“aku merasa ada yang tidak beres”
Dari balkon,
“hey tuan Larry, ini adalah kau” Harry melemparkan boneka Larry yang penuh dengan jahitan dan perban, tak lupa dengan kemeja biru yang menunjukan bulu dadanya.
“ya Tuhan... tega sekali kau padaku” Larry menatap Ally.
“tidak, bukan aku yang melakukannya”
“benarkah?”
“cucuku yang menghajarmu”
“bukankah kau yang kesal padaku?”
“Larry, aku tidak bohong”
“ok, terserah” Larry duduk.
Ally mengancingkan kemeja boneka itu dan duduk disamping Larry, “aku senang melihatmu”
Larry menatap Ally, “aku juga, meski pun kau melukaiku separah itu” Larry menatap bonekanya.
“kamu beneran gak percaya? Boneka itu selalu ada di kamarku, tapi setelah cucuku besar, dia selalu mengambilnya untuk smackdown”
“aku akan menggantikan boneka itu” Larry tersenyum.
“untuk di smackdown?” Ally menatap Larry kaget.
“tentu saja untuk menemanimu”
Ally terdiam.
Harry yang sudah ganti baju, kembali turun, “nenek gak ke kantor?”
“ya ampun, iya, aku lupa”
“Ally” Larry menatap Ally.
“bisakah kau menjadi baby sitter untuk cucuku?”
“ok” Larry diam.
Ally pun bersiap dan berangkat.
Larry masih diam.
Harry pun duduk disamping Larry, “aku ngerti sekarang, kenapa nenek gak bisa lupain kamu”
Larry menatap Harry.
***
Siang itu,
Harry berlari ke arah Larry, “hiat”
“argh” Larry berteriak.
Harry pun menyerang Larry dengan smackdown yang ia lakukan pada bonekanya.
“ah?!” Ally tersadar, ia ada di kantor. Ternyata, ia melamun tentang Harry dan Larry. Ally melihat ke sekitar ruangannya, “syukurlah tidak ada siapa-siapa disini”
Ally pun menelpon ke rumah.
“hallo” Harry mengangkatnya.
“Harry, apa Larry masih disana?”
Larry mendekati Harry dan mengambil telponnya, “hey Ally”
“Larry” Ally senang.
“aku sedang membuat makan siang untuk cucumu, apa kau bisa mampir?”
“maaf Larry, aku sangat sibuk”
“ok, good. Jangan sibuk mengahayal ok?”
Dari mana dia tau? Ally kaget, “apa maksudmu? Tentu saja aku tidak mungkin melakukan hal itu”
“ya, aku tau kau sangat hebat. Bahkan sekarang, kau punya kantor sendiri di New York bernama McBeal”
“aku akan merasa terhormat jika lawyer yang hebat bisa bergabung bersamaku”
“maafkan aku, aku seorang hakim sekarang”
“benarkah?”
“ya, di Detroit tentunya”
Ally terdiam, itu tandanya Larry akan kembali ke Detroit.
“Ally, kau masih disana?”
“ya, tentu. Aku senang mendengar itu”
“yap, segeralah pulang dan aku akan membuatkan makan malam yang enak untukmu”
“ok” Ally tersenyum dan menutup telponnya.
Malam itu,
“ah, melelahkan sekali” Ally masuk ke rumahnya.
Disana, Larry sedang berkumpul bersama keluarga Ally.
“hey bu” Maddie tersenyum.
“hey” Ally menatap mereka yang terlihat begitu akrab.
“Ally, ada apa?” Larry menatap Ally.
“tidak, aku hanya..”
“ah, ibu pasti lelah” Maddie mendekati Ally dan menganjaknya duduk disamping Larry, “ibu tunggu disini, aku akan menyiapkan makan malam di ruang makan”
“masakan Larry, enak lho nek” Harry tersenyum.
Larry mengelus Harry, “nenekmu sudah tau, aku pernah memasak untuknya”
Ally tersenyum, seandainya dia menjadi suamiku. Mungkin Maddie akan mendapatkan kembali sosok seorang ayah, mungkin Harry akan senang memiki seorang kakek seperti Larry.
“hey Ally, kenapa kau diam?”
“ti..tidak, aku hanya...”
Setelah makan malam,
“Harry, cepat tidur. Besok kamu sekolah”
“iya bu” Harry menaiki tangga, “nenek, bolehkah boneka tuan Larry menemaniku?”
Larry menatap Ally.
“ah.., jangan Harry”
“kenapa? Larry yang asli kan, ada di depan matamu”
Larry tersenyum pada Ally.
“o..ok” Ally diam, “jangan lukai dia”
“siap nek, aku sayang tuan Larry”
“I love you too” Larry tersenyum pada Harry.
“selamat malam” Harry masuk ke kamar.
“aku suka cucumu, dia anak yang aktif”
Maddie tersenyum, “terima kasih”
Ally menatap Maddie.
“kenapa bu? Dia kan anakku”
“tapi Larry bicara padaku”
Larry tersenyum, “Maddie, menurutmu aku masih cocok menjadi ayah Harry?”
Ally kaget mendengar itu.
“tentu saja Larry” Maddie tersenyum, “Harry pasti senang punya ayah sepertimu, baik dan tampan. Dia sangat menyukai masakan buatanmu”
Larry tersenyum, tapi saat melihat ke arah Ally...
Ally kesal, apa maksud percakapan mereka? Emosinya membara dan terdapat sarung tinju besar di kedua tangannya. “hiat” Ally meninju mereka berdua.
“argh” Larry dan Maddie berteriak dan terlempar ke tembok.
“Ally, hey Ally?”
“ah?!” lagi-lagi Ally berkhayal, “iya?”
“kau kenapa?” Larry menatap Ally.
“ibu gak berkhayal lagi kan?” Maddie menatap Ally.
“tidak-tidak, mungkin aku kelelahan. Aku harus istirahat” Ally bangun dari tempat duduknya.
“kau tidak membawaku? Bukankah aku akan menggantikan bonekamu?” Larry menatap Ally.
“apa maksudmu?” Ally menatap Larry.
“ayolah bu, apakah Larry harus tidur bersamaku?”
Ally menatap Maddie, ia menatap Larry dan menariknya ke kamar dengan paksa.
Bruk...
Ally mengunci pintunya.
“bu?” Maddie kaget melihat Ally yang hanya diam, “ibu gak berkhayal lagi kan?”
Larry mendekati Ally yang diam di dekat tangga, “aku kesini untukmu, bukan untuk yang lainnya”
Ally menatap Larry dan Larry pun tersenyum.
Di kamar,
Larry berbaring disamping Ally, “kau tidak apa-apa kan?”
“aku hanya ingat yang terjadi di Boston”
“maafkan aku”
“kau tau kan? Kita sudah tinggal bersama dan setiap malam, aku selalu tenang berada disampingmu”
“Ally...”
“aku tau, sekarang semuanya sudah berubah. Aku harusnya sudah move on, tapi kenyataannya, setelah kita berpisah selama hampir 14 tahun. Aku belum bisa melupakan semuanya..”
“Ally...”
“andai kamu tau, saat ini, aku masih begitu mencintaimu. Tapi perasaan ku begitu sakit Larry”
“aku tau aku bukan pria yang baik, dulu aku pernah mengatakannya padamu kan? Aku gagal menjadi seorang ayah, aku gagal sebagai suami dan aku tidak mau semua itu terjadi pada hubungan kita”
“begitukah? Bukankah selama kita bersama, kau selalu berusaha?”
“ya, aku selalu berusaha. Aku kembali mencintai natal karena kau, kau membuat aku menjadi ayah yang baik untuk Sam dan” Larry menatap Ally, “banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku karena kau Ally, dan aku yakin perubahan itu semakin baik dalam hidupku”
“dengan cara meninggalkanku?”
“Ally, ayolah. Aku ketakutan saat itu”
“takut?”
“aku takut tidak bisa meninggalkanmu, pernikahan itu bukan hal yang mudah. Kau tidak tau apa-apa soal itu”
“jadi itu alasanmu?”
“Ally..”
“sudahlah, aku ingin tidur” Ally mengambil selimutnya dan tidak mau berbagi bersama Larry.
Larry diam.
Pagi itu,
Ally bangun dan menguap, “huach..” ia menoleh dan ia melihat Larry tidak ada di sampingnya, “Larry?” Ally terdiam.
Ally keluar dari kamarnya dengan berlari, ia menuruni tangga dan melihat Maddie berdiri diam bersama Harry.
“ada apa?” Ally menatap Maddie.
“Larry sudah pergi pagi-pagi sekali, dia menitipkan sebuah note untuk ibu”
“note?” Ally terdiam.
“apa ibu mau membacanya?”
“ti..tidak, sudahlah aku harus bersiap untuk bekerja” Ally menaiki tangga.
“ibu baik-baik saja kan?”
“tentu, kau antarkan saja Harry ke sekolah. Mungkin aku akan datang siang ke kantor” Ally masuk ke kamarnya.
Maddie membuka note dan membacanya.
Harry menatap Maddie, “nenek baik-baik saja kan bu?”
“ibu tidak yakin” Maddie terdiam sambil memegang note itu.
Di kamar,
Ally menangis, untuk kedua kalinya, ia kehilangan Larry dan mungkin, sekarang Larry benar-benar tidak akan kembali padanya. Ally melihat Larry yang begitu menyesal saat ia marah padanya, Ally sangat menyesal. Seandainya ia meminta Larry untuk kembali bersamanya, seandainya ia meyakinkan Larry jika ia masih menginginkannya. Mungkin Larry tidak akan pergi.
Maafkan aku Larry, aku masih sangat mencintaimu.
Malam itu,
Ally terbangun dari tidurnya, ia menoleh dan melihat boneka Larry ada di sampingnya. Disana juga terdapat note,
Maafkan aku nek, ini aku kembalikan tuan Larry untuk nenek. Aku janji tidak akan melukainya lagi.
“Harry” Ally tersenyum dan memeluk boneka Larry, ia kembali menangis.
Pagi itu,
Ally bercermin, tak terasa usianya sudah menginjak 45 tahun sekarang. Ia ingat saat masih di Boston, ia selalu merayakannya bersama teman-teman di bar. Ia ingat saat Larry memberinya surprise dengan berduet bersama Sting, ia ingat saat terakhir kali ia merayakan ulang tahunnya di Boston.
Ally sadar, kenangan itu tidak mudah untuk ia lupakan. Sudah 13 tahun ia merayakan ulang tahunya bersama Madie, mungkin sekarang akan menjadi yang ke 14 kalinya. Ia mulai berfikir, apa yang akan mereka lakukan di ulang tahunnya kali ini? Apa mereka akan makan di luar atau berkumpul di rumah saja? Ally tersenyum dan keluar dari kamarnya.
“Happy birthday!” Maddie dan Harry berteriak dari bawah.
Ally pun menuruni tangga dan memeluk keluarganya itu.
“selamat ulang tahun nek”
“terima kasih sayang” Ally mengelus dan mencium kening Harry.
“selamat ulang tahun bu”
“Maddie” Ally memeluk Maddie.
“ayo nek, tiup lilinnya”
Ally terkejut melihat kue yang ada di meja, “kalian sudah menyiapkan ini sejak kapan?”
“rahasia, iya kan Harry?”
“ya”
Maddie toss dengan Harry.
Ding... dong...
Mereka terdiam mendengar itu.
Ding... dong...
“biar ibu yang membukannya” Ally membuka pintu.
Seorang pemuda tersenyum, “nyonya McBeal?”
“ya”
“aku Sam, ada kiriman dari Detroit untuk anda”
“ta..tapi aku tidak melihat paketnya” Ally bingung.
“paketnya ada disini” Sam melangkah ke kiri.
Larry tersenyum dari belakang Sam.
“Larry?”
“selamat ulang tahun”
Ally memeluk Larry dengan erat.
“hey, apa kau tidak mau mempersilahkan kami masuk?”
“ah, tentu” Ally melepas pelukannya dan tersadar jika Sam adalah anak Larry, “ya Tuhan... Sam, kau sudah besar sekarang”
“selamat ulang tahun Ally” Sam tersenyum.
Mereka pun masuk.
Larry duduk disamping Ally, “apa aku dan Sam boleh menginap malam ini?”
“tertu” Ally menatap Larry.
Larry kaget, tapi ia hanya tersenyum.
“aku kira kau tidak akan kembali”
“aku sudah membuat note untukmu kan? Apa kau tidak membacanya lagi? Aku menitipkan itu pada Maddie”
Maddie menatap Larry, “ibu tidak mau membacanya”
Ally menunduk, “aku kira kau tidak akan kembali lagi”
“ini salahku, karena aku hanya bisa memberimu note”
Ally menatap Larry, “kau tidak akan meninggalkanku lagi kan?”
Larry diam.
“Harry, ayo kita ke sekolah” Maddie berdiri dan memegang tas Harry.
“tapi bu, aku ingin bermain bersama Larry”
Larry tersenyum, “setelah kau pulang, kita akan bermain. Sam juga akan ikut bergabung, jadi pergilah ke sekolah, agar kita segera bisa bermain”
“baiklah”
“kami pergi dulu” Maddie tersenyum.
“aku juga akan berkeliling, ayah”
“baiklah Sam, hati-hati” Larry tersenyum.
“kalau begitu, kita pergi bersama saja?” Maddie tersenyum pada Sam.
Mereka pun pergi.
Ally menatap Larry, “kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Apa ini adalah pertanda kau akan meninggalkanku lagi?”
“Ally..”
“aku tau, kau seorang hakim di Detroit dan aku senang kau bisa datang New York di hari ulang tahunku. Terima kasih tuan Larry Paul” Ally berdiri.
“Ally” Larry memegang tangan Ally dan berdiri, ia menatap Ally, “aku mencintaimu”
Ally diam dan menangis, “kau tau aku juga mencintaimu, lalu kau mau apa lagi?”
“makam malam, hanya kita berdua”
Ally menatap Larry, “hanya itu?”
“ya”
“ok” Ally meninggalkan Larry.
***
Setelah mengantar Harry ke sekolah, Maddie bicara dengan Sam di sebuah kedai.
“menurutmu, orang tua kita bisa bersama?” Maddie menatap Sam.
“aku tidak tau”
“kenapa?”
“ayah selalu takut tidak bisa menjadi suami yang baik, dia takut tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk kita”
“kenapa ayahmu begitu takut”
“dia punya pengalaman yang rumit, dua kali gagal dan saat putus dengan Ally, itu merupakan kegagalannya yang ketiga. Ayah semakin terpuruk saat itu”
“ya, ibuku juga begitu menderita. Dia pernah mencoba menjalin hubungan dengan Victor, tapi tetap saja, yang ada dalam hati ibu hanya ada ayahmu”
“aku selalu berharap mereka bisa bersama, saat aku kecil, aku pernah bertemu dengan Ally. aku bisa melihat betapa ayah sangat mencintainya”
“ya, aku baru sekarang melihat ayahmu. Selama ini aku hanya mendengar tentangnya dari ibu, dia selalu menceritakan ayahmu padaku dan Harry” Maddie tersenyum, “aku rasa tidak ada perempuan yang tidak menyukai ayahmu”
Sam tersenyum.
Malamnya,
Di sebuah restoran, Larry duduk berhadapan dengan Ally.
“kau suka?”
“ya, siapa yang tidak suka diajak ke restoran mewah?”
“makan malam kita?”
“ya, tentu. Sudah lama kita tidak melakukan ini”
Larry tersenyum, “aku mencintaimu Ally”
Ally hanya diam menatap Larry, ia sedih mendengar itu.
“kali ini aku serius” Larry mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin, “maukah kau menikah denganku?”
Ally terdiam kaget, ia melihat ada banyak peri dan malaikat yang menancapkan panah besar ke dadanya. Ia juga merasa ada di ruang oprasi dan melakukan oprasi jantung.
“kondisi jantungnya membaik”
“ya, dia tidak patah hati lagi”
“jantungnya berdetak kencang”
“ya”
Para dokter kaget dan aneh.
“Ally?” Larry kaget melihat Ally yang hanya diam.
“ah?! Iya” Ally tersenyum senang, “iya, aku mau” ia berteriak bahagia.
Semua orang yang makan disana menatap Ally.
Ally pun menatap sinis pada mereka.
Larry tersenyum dan memasangkan cincin itu ke jari manis Ally, “kau mau berdansa?”
“tentu”
Mereka pun berdansa.
Di rumah,
“Sam, kau tidur di kamar Harry malam ini, dan kau Harry”
“iya bu”
“kau tidur bersama ibu”
“aku ingin tidur bersama Sam”
“Harry” Maddie menatap Harry.
“tidak apa-apa, dia tidur bersamaku saja” Sam tersenyum.
“ibu dengar kan?”
“Harry, kamu itu harus kasihan pada Sam. Dia lelah, harus istirahat”
“iya deh”
Sam tersenyum, “seandainya kita jadi keluarga, aku senang memiliki kakak dan keponakan seperti kalian”
Maddie tersenyum.
Harry pun memeluk Sam, “aku juga senang, jadi aku tidak usah meminjam boneka milik nenek”
“boneka?” Sam kaget.
Di restoran,
“kau bahagia?” Larry menatap Ally,
“ya”
Mereka masuk ke mobil.
“apa kau akan kembali ke Detroit?”
“ya, ada hal yang harus aku selesaikan. Tapi aku janji, aku akan segera kembali untukku”
“benarkah?”
“kau tidak percaya? Aku akan menulis note untukmu dan kau janji harus membacanya”
“aku berharap note itu bertuliskan kata-kata di snowman-mu”
“tentu saja”
Di rumah Ally,
Sam masuk ke kamar Harry untuk istirahat, ia mematikan lampunya dan berbaring. Tapi ia merasa ada yang aneh, Sam menoleh ke samping dan melihat boneka Larry yang penuh dengan perban dan jahitan.
“argh?!” Sam berteriak.
Maddie dan Harry yang mendengar itu pun kaget, mereka masuk ke kamar untuk melihat Sam.
Maddie menyalakan lampu, “ada apa Sam?”
“boneka ayah?”
“oops...” Harry mendekat, “maaf, tadi aku mengambil boneka ini dari kamar nenek. Soalnya aku kira, nenek gak butuh boneka hari ini” ia mengambil boneka Larry.
“apa itu benar-benar boneka ayahku?” Sam menatap Maddie.
“jangan berfikir negatif tentang keadaannya ya”
“selamat malam Sam”
“malam Harry”
Maddie dan Harry pun pergi.
Sam kembali tidur.
***
Ally dan Larry pulang, mereka masuk ke kamar.
Di kamar,
Larry berbaring disamping Ally, “kau tidak mau memelukku?”
Ally tersenyum dan memeluk Larry.
“apa yang kau lakukan dengan boneka itu?”
“maksudmu?”
“bulu dada, kenapa boneka itu ada bulu dadanya dan kemeja biru itu tidak pernah kau kancingkan?”
“aku tidak mau membahas itu”
“kita harus membahasnya, cucumu mengatakan itu. Aku merasa risih”
“terus kamu mau apa? Nyukur bulu dadamu? Jika aku mencukur bulu dada boneka itu, pasti akan bocor. Semua udara di dalamnya akan keluar, aku harus menambalnya dengan beberapa solatip dan memompanya lagi. Boneka itu akan semakin rusak”
“baiklah, kita lupakan saja masalah boneka itu” Larry menguap, “huach....”
“are you sleepy?”
“tentu saja, jika tidak, mana mungkin kita ke kamar”
“ok judge, good night!”
“malam”
Pagi itu,
Sam bangun dan keluar dari kamar, ia melihat Larry yang sudah bersiap sedang menulis note.
Sam turun dari tangga, “ayah”
“Sam?” Larry menoleh.
“apa ayah akan memberi Ally note lagi?”
“yap, kau tau kan? Ayah benci untuk..”
“mengatakan selamat tinggal? Ayolah ayah, dia pasti sangat membutuhkan itu”
“aku tidak bisa Sam”
“ayah, apa ayah ingat saat mengantarku ke Detroit? Ally begitu senang bertemu denganmu sebelum kita pergi, ayolah ayah”
Di kamar,
Ally bangun, “Larry?!” ia melihat ke sampingnya, “dia pasti sudah pergi dan meninggalkan note di meja” Ally berdiri dengan sedih, “seandainya kau bisa mengucapkan salam perpisahan sebelum pergi” ia keluar dari kamar, Ally melihat Maddie dan Harry sudah bersiap di bawah.
“hey bu”
Ally tersenyum dan turun, “apa Larry sudah pergi?”
“kali ini, tidak ada note bu”
Ally terdiam.
“tentu saja tidak ada note, karena aku masih disini” Larry muncul dari dapur.
“Larry?” Ally senang melihat Larry.
“Sam bersikeras memintaku untuk berpamitan”
Sam yang keluar dari dapur pun tersenyum.
“terima kasih Sam” Ally tersenyum pada Sam.
Larry mendekati Ally, “jadi...”
“jadi?” Ally tersenyum.
“eh..., aku benci mengucapkan selamat tinggal. Tapi aku berjanji padamu untuk kembali, aku akan pindah kesini dan menikahimu”
“sepakat” Ally tersenyum.
“apa kalian akan berciuman?” Harry menatap mereka.
“Harry” Maddie menatap Harry.
Sam tersenyum.
“aku tidak bisa menciummu di depan cucuku”
“aku tau, aku pun begitu” Larry tersenyum.
Larry pun pergi bersama Sam.
Ally melambai, aku percaya kamu akan kembali.
***
Musim terus berganti dan Larry tak pernah kembali.
Musim salju pun tiba,
Maddie keluar dari kamar dan melihat Ally duduk di dekat perapian, ia tau Ally sedih karena Larry tak kembali juga. Apalagi, Larry sangat sulit untuk dihubungi.
Maddie turun dari tangga, “bu”
“oh, hey sayang” Ally tersenyum.
“apa ibu sedih karena Larry...”
“mungkin dia memang pecundang”
“bu...”
“kau lihat cincin di jari manis ibu? Dia melamar ibu saat itu, tapi mana buktinya? Sekarang sudah musim salju, sebentar lagi tahun baru dan mungkin saat aku ulang tahun, dia tetap tidak kembali”
“dia akan kembali bu, ibu ingat kata-katanya kan?”
Ally tersenyum, “ayo tidur, ini sudah malam”
“ok, tapi ibu juga ya”
Besoknya,
Ally bangun dan melihat salju yang berjatuhan dari jendela, ia mengintip jendela dan melihat ada snowman di depan rumahnya.
Larry...? Ally ingat pada Larry, ia langsung keluar dari kamar dan menuruni tangga. Ia keluar dari rumah dan melihat snowman Larry lengkap dengan note-nya, -I’ll be back- Ally tersenyum, ia ingat saat Larry membuat itu untuknya di Boston.
“Larry” Ally memeluk snowman itu, “aku percaya kamu akan kembali”
Di dalam rumah,
Harry dan Maddie mengintip Ally dari jendela, merekalah yang telah mengeluarkan snowman itu dari frezer Ally.
“ibu yakin Larry akan kembali?”
“kita harus melakukan itu untuk kebahagiaan nenekmu”
“aku sekarang baru tau, isi dari freezer yang ada di kamar nenek ternyata snowman itu. Nenek kok punya segala hal yang berbentuk Larry ya?”
“jangan tanyakan itu pada ibu” Maddie tersenyum.
Tahun baru pun tiba,
Ally merayakan tahun baru di rumahnya.
“Happy new year!”
Harry meniup terompet dan Maddie membuat Turkey.
Ally tersenyum melihat keluarganya, harusnya aku tidak memimpikan sebuah keluarga lagi. Mereka adalah keluargaku, Maddie dan Harry. Aku sangat menyayangi mereka, tidak ada yang lebih berarti dari mereka.
Ally ingat, saat pertama kali mendapatkan Maddie. Ally sadar, pencarian soulmate-nya bukanlah seorang pria. Tapi seorang anak yang datang untuknya, anak berusia 10 tahun yang bernama Maddie.
Sekarang Maddie sudah dewasa dan bahagia mendapatkan Harry, apa lagi yang Ally cari? Semuanya mungkin sudah cukup.
Ally tersenyum dan menaiki tangga.
“bu, ibu mau kemana?”
“ibu ingin istirahat, lebih baik kau dan Harry juga jangan tidur terlalu malam”
“ok”
Besoknya,
Ally keluar dari kamar, ia sudah bersiap untuk bekerja. Ally turun dari tangga dan berjalan ke ruang makan.
“hey bu, apa tidurmu nyenyak?”
“ya, kenapa kau bertanya seperti itu?”
“tidak”
Harry tersenyum.
“hey, ada apa?”
“tidak ada” Maddie menyiapkan sarapan.
Ally mulai makan, “aku senang melihat kalian bahagia di tahun yang baru ini”
“aku juga berharap ibu bisa bahagia”
“Maddie, ibu akan bahagia jika kalian bahagia”
“bu, pacarku mengajakku untuk tinggal bersamanya”
“itu bagus, ibu berharap dia bisa jadi ayah yang baik untuk Harry”
“aku menolaknya bu”
“kenapa?”
“aku tidak mau meninggalkan ibu sendirian”
“Maddie, ibu akan baik-baik saja”
“aku tidak akan meninggalkan ibu sampai Larry kembali”
“dia tidak akan datang Maddie, Larry punya keluarga di Boston”
“bu”
“Jamie masih sangat mencintainya”
“tapi dia sudah melamar ibu”
“Maddie, lebih baik kita segera berangkat”
Di kantor,
Ally melamun, ia ingat masa lalunya. Saat pertama kali bertemu Larry, saat mengira Larry itu seorang therapist. Saat mereka mulai dekat, saat pertama kali Larry mencium bibirnya dan saat Larry pindah ke rumah Ally.
Itu semua adalah hal yang paling membahagiakan. Kejutan natal Larry, snowman yang Larry buat, lagu yang Larry ciptakan untuknya, kejutan ulang tahun Ally saat Larry berduet dengan Sting. Semua itu tidak pernah terlupakan.
Larry memang seorang pria yang sangat diidamkan Ally, meskipun terkadang sifat Larry yang selalu menutup-nutupi sesuatu atau ketakutannya membuat Larry tidak terlihat seperti pria gentle. Tapi tetap saja, bagi Ally, Larry adalah seorang pria sejati.
Telpon berdering,
Ally menatap telpon itu, mungkinkan itu Larry? Ia langsung mengangkatnya, “hallo”
“hallo nek”
“Harry, ada apa sayang?”
“aku mau ikut ibu ke rumah pacarnya, nenek gak apa-apa kan sendirian di rumah?”
“gak masalah sayang, selamat bersenang-senang” Ally menutup telponnya dan diam, dia masih berharap itu Larry.
Malam itu,
Ally masuk ke rumah dan melihat snowman-nya ada di ruang tamu, Ally terdiam.
Larry turun dari tangga sambil tersenyum, “aku senang kau masih menyimpanku di freezer”
“Larry..?”
“selamat datang sayang, kau lelah?” Larry berdiri dihadapan Ally.
Ally tersenyum, “aku sangat lelah dan ingin tidur”
“aku pun”
Mereka berciuman.
“kau lama sekali” Ally memeluk Larry erat, “aku sangat takut kau tidak kembali”
“banyak yang harus aku selesaikan, lalu aku berfikir untuk menunggu Sam lulus dari universitasnya. Dia ingin tinggal bersama kita”
“lalu, dia dimana?” Ally menatap Larry.
“Sam akan tiba besok, aku duluan kesini karena aku tidak tahan ingin bertemu denganmu”
“benarkah?”
“ya, kau tidak percaya?”
Ally tersenyum dan memeluk Larry lagi dengan erat.
“ya Tuhan... aku akan mencair”
Ally melihat ke arah snowman, “ya ampun, kita harus segera menyimpanya”
Mereka pun mengangkat snowman ke kamar Ally dan menyimpannya di freezer.
“ah, melelahkan sekali” Larry menghapus keringatnya.
“ini salahmu mengeluarkannya” Ally tersenyum.
“jadi ini salahku?” Larry memeluk Ally, “ayo kita tidur, aku sangat lelah”
Besoknya,
Sam datang, “selamat siang”
“Sam” Ally senang melihat Sam.
“paman Sam” Harry memeluk Sam.
“hey Harry, kau merindukanku?”
Larry tersenyum dan menatap Maddie, “kau tidak keberatan jika aku menikahi ibumu?”
“ayolah Larry, kau adalah pria impiannya. Aku ingin melihat kalian hidup bahagia” Maddie tersenyum.
“kalau begitu, aku harus membeli rumah yang lebih besar untuk kita”
“tidak perlu” Ally mengelus Larry.
“kenapa?”
“Maddie akan tinggal bersama pacarnya”
“apa ini karena aku dan Sam?”
“tidak, mereka memang sudah memiliki niat sebelumnya”
Larry menatap Maddie.
“selama ini, aku selalu menolak untuk tinggal bersama pacarku karena aku khawatir pada ibu. Aku tidak mau dia tinggal sendirian. Tapi sekarang, aku sudah siap untuk pindah. Karena disini, sudah ada kau dan Sam yang akan menemani ibu”
“baiklah, jika seperti itu ceritanya. Aku turut bahagia”
“terima kasih”
Larry menatap Ally, “sayang, bolehkah Sam bekerja di kantormu?”
“tentu, dia pasti akan menjadi lawyer yang hebat sepertimu dulu”
“terima kasih”
“lagi pula itu kantor kita sekarang, bagaimana jika nama kantornya diubah menjadi Paul&McBeal?”
“tidak perlu, biarkan saja tetap McBeal. Aku suka itu, lagi pula, aku seorang hakim, bukan lawyer”
“ok jugde” Ally tersenyum.
Larry memeluk Ally.
Maddie senang melihat itu, akhirnya ibunya bisa bahagia. Selama ini, ia sedih melihat Ally yang tidak pernah memiliki pasangan dan selalu berakhir menyedihkan. Ia juga sedih melihat Ally yang sudah tidak pernah memikirkan cinta lagi. Tapi sekarang, Maddie sudah lega dengan semua itu.
Sam tersenyum, ia ingat saat ia kecil. Saat bertemu Ally yang polos dan agak kekanak-kanakan. Tapi sekarang, Ally benar-benar akan menjadi ibunya. Ia yakin ini adalah yang terbaik bagi ayahnya dan Sam berharap, mereka tidak akan pernah berpisah lagi.
Harry tersenyum, “jadi sekarang aku akan memanggil Larry dengan sebutan kakek?”
Larry tersenyum, “ok” ia pun menatap Ally, “hebat sekali, baru saja akan menikah, sudah dapat cucu”
“kau tidak suka?” Ally kesal.
“hey, jika aku tidak suka, mana mungkin aku kembali”
Ally tersenyum.
Pernikahan pun tiba,
Ally sangat bahagia, akhirnya dia bisa bersatu juga dengan Larry. Setelah sekian lama berpisah, ia kira ia tidak akan pernah bertemu dengan Larry lagi. Dan ternyata, semua itu salah. Larry datang ke New York untuknya dan melamarnya.
Ally tak menyangka, kisah cinta dalam hidupnya pun bisa bahagia. Larry Paul sudah menjadi suaminya sekarang.
Hidup itu indah jika kita menjalaninya dengan sabar dan ikhlas, terkadang Tuhan memberikan cobaan yang mungkin kita rasa sulit. Namun kebahagiaan pasti akan disimpan di akhir cobaan itu, tergantung apakah kita lulus dari ujian tersebut atau tidak. Dan aku rasa, setelah menjalani berbagai kisah hidup. Aku telah lulus di usia yang ke 45 tahun, Ally tersenyum.
Malam itu,
Ally mendekati Larry yang sedang duduk di sofa, “Larry, apa yang sedang kau lakukan?”
“melihat destinasi honeymoon kita” Larry menunjukan tiket pesawat menuju Boston.
Ally yang duduk disamping Larry pun terdiam.
“teman-temanmu pasti sangat merindukanmu disana”
Ally tersenyum senang, ia tidak menyangka Larry membeli tiket pesawat untuk pergi ke Boston. “terima kasih” Ally memeluk Larry.
“aku tau kau sudah lama ingin bertemu mereka, anggap saja ini sebagai reuni” Larry tersenyum dan mencium kening Ally.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar