Author : Sherly Holmes
Genre : Comedy Garing, Romance
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Chapter II : The Power of
Ranger
Malam itu,
Tania sudah tidur di
tendanya, Danang dan Darto pun duduk di dekat api unggun untuk berjaga-jaga.
“Nang, liat deh. Itu
sword-nya Robert kan?” Darto melihat sebuah pedang besar yang menancap ke
tanah.
Danang yang masih
mengutak-atik GPS-nya melihat ke arah pedang, “iya” ia melihat garis emas yang
memanjang dan membelah pedang itu, “itu beneran emas atau garis doang ya?”
“itu asli Nang, dia kan murid
kesayangan guru”
“kalau garis itu
bener-bener belah, pedang itu bisa dipake mas Darto. Kayanya keren deh mas”
“jadi maksud kamu, twins
blade-ku gak keren?”
“keren kok mas, aku kan
cuma...”
“eh Nang, ngomong-ngomong,
Robert kemana?”
“gak tau mas”
Robert pun muncul, “kalian
beristirahatlah, biar aku yang berjaga”
“kamu yakin? Kamu kan
belum tidur”
“udahlah Nang, biarin aja.
Mending kita bobo, aku ngantuk. Huach...” Darto menguap.
“iya deh mas”
Besoknya,
Mereka pun melanjutkan
perjalanan.
“jadi, berapa lama lagi
kita sampai?”
“tenang dulu mas Darto,
bentar lagi kok” Danang terus melihat GPS-nya, “syukur deh, alatku sudah
selesai men-scan peta ini”
Tania tersenyum melihat
Danang, “mas Danang hebat ya”
“gak juga, hehe” Danang
tersenyum malu.
Robert yang terus berjalan,
tidak memperdulikan itu.
***
Mereka melihat sebuah
bukit berbatu dan menaikinya.
Robert merasakan hawa yang
berbeda, “berhenti, ada yang aneh disini”
“ada apa sih? Kan kita
nyari Golem” Darto sudah tidak sabar.
Robert menatap Darto.
Tiba-tiba, bukit itu
bergerak dan berdiri.
“argh” mereka jatuh.
Robert menangkap Tania dan
membawanya ke tempat aman.
“terima kasih” Tania
menatap Robert.
“diam disini, aku akan
menghadapinya” Robert berlari sambil mengeluarkan pedangnya.
Darto menggunakan kedua
pedangnya untuk terbang dan Danang memeluknya.
“kenapa aku harus nyelametin
kamu sih Nang?” Darto ingin sekali dipeluk Tania.
“jangan gitu dong mas,
entar aku ditolong siapa?”
Mereka mendarat di atas
pohon.
***
Brak...
Robert terhempas, “sial”
“jah, dia udah nyerang
duluan” Darto pun bersiap, “kamu udah siap Nang?”
“iya dong mas” Danang
mengeluarkan senjata besarnya dan mulai mengisi peluru.
“bagus” Darto lompat dari
pohon dan menyerang dengan gerakan cepatnya, “hiat”
Robert melihat Darto yang
menyerang dengan cepat, “hati-hati, dia kuat”
Darto mengenai kepala
Golem itu, “kau fikir, aku lemah?” Darto menatap Robert.
“kau tidak mengerti”
“hah” Golem itu memukul
Darto.
“ah” Darto jatuh.
“mas Darto?” Danang kesal
dan mulai menembaki Golem itu.
Tapi dengan mudah, Golem
itu dapat menangkis serangan Danang.
Robert terus menghindari
serangan Golem.
Tania hanya diam, aku ingin sekali membantu. Tapi aku tidak
bisa apa-apa, aku takut hanya akan membuat segalanya semakin kacau.
Golem itu terus
menggerakan tangannya ke segala arah.
Robert terus berusaha
menghindarinya, sementara Danang terus menembak.
Darto kesal, ia
menggunakan pedangnya untuk terbang. Aku
akan menyerangnya dari udara.
Robert terus menatap Golem
yang menggerakan kedua tangannya dari jarak yang cukup jauh, mungkinkah dia...
Ada
apa dengan Robert? Kenapa dia diam saja? Tania merasa aneh.
“hiat” Darto menyerang
Golem itu.
Golem pun kesal dan
melempar batu ke arah Darto.
“gawat!” Darto menghindar,
tapi saat ia melihat ke bawah. “Robert?”
Robert menoleh dan melihat
batu besar akan jatuh ke arahnya.
“awas!” Darto terbang menukik ke arah Robert.
Bruk...
Robert melihat Darto
tertimpa batu.
“mas Darto” Danang memakai
peluru bom untuk meledakan batu itu.
Dwar...
“mas Darto” Tania berlari
dan membawa Darto ke tempat aman.
Danang dan Robert
mendekat.
“mas Ato” Danang menangis
melihat Darto yang tak sadarkan diri.
“tenang mas Danang, aku
akan mengobatinya” Tania mulai membuka tasnya dan mulai mengobati memar-memar
di tubuh Darto.
Robert menatap Darto, kenapa kau melakukan ini?
“aku akan membalasnya, aku
janji mas” Danang kesal dan mengambil senjatanya.
“tunggu” Robert memegang
pundak Danang, “kita akan melakukannya bersama”
Danang mengangguk.
Tania memegang penutup
wajah Darto, ia takut ada luka di pipi Darto. Tapi Darto membuka matanya dan
Tania tidak jadi membuka penutup itu.
“mas Darto?”
“Tania...” Darto lemas,
“tubuhku sakit...”
“mas Darto harus kuat”
Tania memeluk Darto.
Darto sangat senang,
sampai-sampai ia pingsan karena senangnya over dosis.
“mas Darto?” Tania kaget.
***
Robert dan Danang berlari.
“jadi dia buta?”
“yap, Golem itu hanya
menyerang kita ke titik dimana kita menyerang”
“pantes aja dari tadi dia
nyerang-nyerang gak karuan”
“mas Danang siap kan? Kita
akan menyerangnya dengan cara hit and run”
“Siap bos” Danang begitu
bersemangat untuk mengalahkannya.
Robert mulai menyerang
dari depan, Golem itu merasakannya. Ia menyerang Robert dan Robert menghindar.
Danang masih berlari
mencari tempat yang pas.
Robert tersenyum dan
berlari ke arah Golem, “hiat”
Tania kaget melihat itu, apa maksud Robert? Apa dia ingin bunuh diri?
Golem itu pun menyerang
Robert.
Sekarang
saatnya, Danang berhenti dan mulai menembakan pelurunya ke
belakang leher Golem.
Bom itu pun meledak.
Robert langsung menghindar
dari bebatuan yang hancur.
Danang tersenyum, “aku
berhasil, aku berhasil” dan ia pun bernyanyi dengan selebrasi lebay dan slow
motion...
We
are the champions my friend...
We
are the champions... We are the champions...
Robert mendekat, “kau
hebat, sangat hebat”
“makasih kakak” Danang
tersenyum.
Mereka mendekat ke arah
Tania dan Darto.
“bagaimana keadaan Darto?”
“tadi dia siuman, tapi
sekarang pingsan lagi”
“aduh, mas Ato bangun
dong” Danang memeluk Darto.
Darto langsung bangun dan
melepas Danang, “kamu apa-apaan sih Nang? Orang lagi enak dipeluk Tania”
“asyik mas Darto udah
bangun” Danang malah memeluk Darto semakin erat.
“ih, lepasin”
Tania tersenyum dan Robert
mendekatinya.
“kau baik-baik saja kan?”
Tania tersenyum, “aku
kaget waktu kamu nyerang di depan Golem itu”
“itu hanya taktik, aku
tidak mau mati sekarang” Robert memberikan bola kristal.
“apa itu?”
“mungkin ini sumber
kekuatan Golem itu”
“itu bola pelindung hutan”
Danang melihatnya.
Mereka pun pergi ke bagian
tengah hutan.
“kau yakin ini pusatnya?”
“iya, aku ini Ranger. Mana
mungkin salah” Danang menunjukan lencananya.
“ok”
Danang merubah bagian
depan pistolnya dengan bor, “aku akan menggalinya”
Setelah bola itu dikubur,
hutan kembali cerah dan sinar matahari mulai memasuki celah di pepohonan.
“waw, hutan ini jadi indah
ya” Darto tersenyum dan berkedip pada Tania.
Tania tersenyum.
Malam itu,
Mereka kembali
beristirahat.
Tania sedang memasak dan
Danang pun membuat peluru-peluru baru untuk perjalanan berikutnya.
Robert masuk ke tenda
Darto.
Darto yang sedang
berbaring, kaget melihat Robert.
“bagaimana lukamu?”
“sudah membaik”
“aku senang jika tidak ada
luka yang serius”
“ya, untung aja Danang
langsung ngehancurin batu itu. kalau enggak, aku udah mati remuk”
Robert duduk, “maaf, aku
tidak bisa melindungimu tadi. Harusnya kau tidak perlu melakukan itu”
“kau pikir, hanya kau yang
harus bertanggung jawab pada kami? Kita ini teman, jadi harus saling
melindungi”
Robert tersenyum.
“udahlah” Darto memegang
pundak Robert, “mulai saat ini, ayo kita terus bekerjasama untuk mengalahkan monster-monster
itu”
“makasih mas”
Besoknya,
“mas Ato yakin baik-baik
aja?” Danang memapah Darto.
“udah, tenang aja. Cuma
tinggal pegel-pegel doang kok”
Tania tersenyum melihat
itu, “mereka deket banget ya” ia tersenyum pada Robert.
“yap” Robert cuek.
Tania diam.
Robert tersenyum dan
memegang tangan Tania.
Tania pun tersenyum.
To be continue...
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar