Rabu, 29 April 2015

The Adventure of Fantasy Chapter II


Author : Sherly Holmes
Genre : Comedy Garing, Romance
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Chapter II : The Power of Ranger
Malam itu,
Tania sudah tidur di tendanya, Danang dan Darto pun duduk di dekat api unggun untuk berjaga-jaga.
“Nang, liat deh. Itu sword-nya Robert kan?” Darto melihat sebuah pedang besar yang menancap ke tanah.
Danang yang masih mengutak-atik GPS-nya melihat ke arah pedang, “iya” ia melihat garis emas yang memanjang dan membelah pedang itu, “itu beneran emas atau garis doang ya?”
“itu asli Nang, dia kan murid kesayangan guru”
“kalau garis itu bener-bener belah, pedang itu bisa dipake mas Darto. Kayanya keren deh mas”
“jadi maksud kamu, twins blade-ku gak keren?”
“keren kok mas, aku kan cuma...”
“eh Nang, ngomong-ngomong, Robert kemana?”
“gak tau mas”
Robert pun muncul, “kalian beristirahatlah, biar aku yang berjaga”
“kamu yakin? Kamu kan belum tidur”
“udahlah Nang, biarin aja. Mending kita bobo, aku ngantuk. Huach...” Darto menguap.
“iya deh mas”
Besoknya,
Mereka pun melanjutkan perjalanan.
“jadi, berapa lama lagi kita sampai?”
“tenang dulu mas Darto, bentar lagi kok” Danang terus melihat GPS-nya, “syukur deh, alatku sudah selesai men-scan peta ini”
Tania tersenyum melihat Danang, “mas Danang hebat ya”
“gak juga, hehe” Danang tersenyum malu.
Robert yang terus berjalan, tidak memperdulikan itu.
***
Mereka melihat sebuah bukit berbatu dan menaikinya.
Robert merasakan hawa yang berbeda, “berhenti, ada yang aneh disini”
“ada apa sih? Kan kita nyari Golem” Darto sudah tidak sabar.
Robert menatap Darto.
Tiba-tiba, bukit itu bergerak dan berdiri.
“argh” mereka jatuh.
Robert menangkap Tania dan membawanya ke tempat aman.
“terima kasih” Tania menatap Robert.
“diam disini, aku akan menghadapinya” Robert berlari sambil mengeluarkan pedangnya.
Darto menggunakan kedua pedangnya untuk terbang dan Danang memeluknya.
“kenapa aku harus nyelametin kamu sih Nang?” Darto ingin sekali dipeluk Tania.
“jangan gitu dong mas, entar aku ditolong siapa?”
Mereka mendarat di atas pohon.
***
Brak...
Robert terhempas, “sial”
“jah, dia udah nyerang duluan” Darto pun bersiap, “kamu udah siap Nang?”
“iya dong mas” Danang mengeluarkan senjata besarnya dan mulai mengisi peluru.
“bagus” Darto lompat dari pohon dan menyerang dengan gerakan cepatnya, “hiat”
Robert melihat Darto yang menyerang dengan cepat, “hati-hati, dia kuat”
Darto mengenai kepala Golem itu, “kau fikir, aku lemah?” Darto menatap Robert.
“kau tidak mengerti”
“hah” Golem itu memukul Darto.
“ah” Darto jatuh.
“mas Darto?” Danang kesal dan mulai menembaki Golem itu.
Tapi dengan mudah, Golem itu dapat menangkis serangan Danang.
Robert terus menghindari serangan Golem.
Tania hanya diam, aku ingin sekali membantu. Tapi aku tidak bisa apa-apa, aku takut hanya akan membuat segalanya semakin kacau.
Golem itu terus menggerakan tangannya ke segala arah.
Robert terus berusaha menghindarinya, sementara Danang terus menembak.
Darto kesal, ia menggunakan pedangnya untuk terbang. Aku akan menyerangnya dari udara.
Robert terus menatap Golem yang menggerakan kedua tangannya dari jarak yang cukup jauh, mungkinkah dia...
Ada apa dengan Robert? Kenapa dia diam saja? Tania merasa aneh.
“hiat” Darto menyerang Golem itu.
Golem pun kesal dan melempar batu ke arah Darto.
“gawat!” Darto menghindar, tapi saat ia melihat ke bawah. “Robert?”
Robert menoleh dan melihat batu besar akan jatuh ke arahnya.
“awas!” Darto  terbang menukik ke arah Robert.
Bruk...
Robert melihat Darto tertimpa batu.
“mas Darto” Danang memakai peluru bom untuk meledakan batu itu.
Dwar...
“mas Darto” Tania berlari dan membawa Darto ke tempat aman.
Danang dan Robert mendekat.
“mas Ato” Danang menangis melihat Darto yang tak sadarkan diri.
“tenang mas Danang, aku akan mengobatinya” Tania mulai membuka tasnya dan mulai mengobati memar-memar di tubuh Darto.
Robert menatap Darto, kenapa kau melakukan ini?
“aku akan membalasnya, aku janji mas” Danang kesal dan mengambil senjatanya.
“tunggu” Robert memegang pundak Danang, “kita akan melakukannya bersama”
Danang mengangguk.
Tania memegang penutup wajah Darto, ia takut ada luka di pipi Darto. Tapi Darto membuka matanya dan Tania tidak jadi membuka penutup itu.
“mas Darto?”
“Tania...” Darto lemas, “tubuhku sakit...”
“mas Darto harus kuat” Tania memeluk Darto.
Darto sangat senang, sampai-sampai ia pingsan karena senangnya over dosis.
“mas Darto?” Tania kaget.
***
Robert dan Danang berlari.
“jadi dia buta?”
“yap, Golem itu hanya menyerang kita ke titik dimana kita menyerang”
“pantes aja dari tadi dia nyerang-nyerang gak karuan”
“mas Danang siap kan? Kita akan menyerangnya dengan cara hit and run”
“Siap bos” Danang begitu bersemangat untuk mengalahkannya.
Robert mulai menyerang dari depan, Golem itu merasakannya. Ia menyerang Robert dan Robert menghindar.
Danang masih berlari mencari tempat yang pas.
Robert tersenyum dan berlari ke arah Golem, “hiat”
Tania kaget melihat itu, apa maksud Robert? Apa dia ingin bunuh diri?
Golem itu pun menyerang Robert.
Sekarang saatnya, Danang berhenti dan mulai menembakan pelurunya ke belakang leher Golem.
Bom itu pun meledak.
Robert langsung menghindar dari bebatuan yang hancur.
Danang tersenyum, “aku berhasil, aku berhasil” dan ia pun bernyanyi dengan selebrasi lebay dan slow motion...
We are the champions my friend...
We are the champions... We are the champions...
Robert mendekat, “kau hebat, sangat hebat”
“makasih kakak” Danang tersenyum.
Mereka mendekat ke arah Tania dan Darto.
“bagaimana keadaan Darto?”
“tadi dia siuman, tapi sekarang pingsan lagi”
“aduh, mas Ato bangun dong” Danang memeluk Darto.
Darto langsung bangun dan melepas Danang, “kamu apa-apaan sih Nang? Orang lagi enak dipeluk Tania”
“asyik mas Darto udah bangun” Danang malah memeluk Darto semakin erat.
“ih, lepasin”
Tania tersenyum dan Robert mendekatinya.
“kau baik-baik saja kan?”
Tania tersenyum, “aku kaget waktu kamu nyerang di depan Golem itu”
“itu hanya taktik, aku tidak mau mati sekarang” Robert memberikan bola kristal.
“apa itu?”
“mungkin ini sumber kekuatan Golem itu”
“itu bola pelindung hutan” Danang melihatnya.
Mereka pun pergi ke bagian tengah hutan.
“kau yakin ini pusatnya?”
“iya, aku ini Ranger. Mana mungkin salah” Danang menunjukan lencananya.
“ok”
Danang merubah bagian depan pistolnya dengan bor, “aku akan menggalinya”
Setelah bola itu dikubur, hutan kembali cerah dan sinar matahari mulai memasuki celah di pepohonan.
“waw, hutan ini jadi indah ya” Darto tersenyum dan berkedip pada Tania.
Tania tersenyum.
Malam itu,
Mereka kembali beristirahat.
Tania sedang memasak dan Danang pun membuat peluru-peluru baru untuk perjalanan berikutnya.
Robert masuk ke tenda Darto.
Darto yang sedang berbaring, kaget melihat Robert.
“bagaimana lukamu?”
“sudah membaik”
“aku senang jika tidak ada luka yang serius”
“ya, untung aja Danang langsung ngehancurin batu itu. kalau enggak, aku udah mati remuk”
Robert duduk, “maaf, aku tidak bisa melindungimu tadi. Harusnya kau tidak perlu melakukan itu”
“kau pikir, hanya kau yang harus bertanggung jawab pada kami? Kita ini teman, jadi harus saling melindungi”
Robert tersenyum.
“udahlah” Darto memegang pundak Robert, “mulai saat ini, ayo kita terus bekerjasama untuk mengalahkan monster-monster itu”
“makasih mas”
Besoknya,
“mas Ato yakin baik-baik aja?” Danang memapah Darto.
“udah, tenang aja. Cuma tinggal pegel-pegel doang kok”
Tania tersenyum melihat itu, “mereka deket banget ya” ia tersenyum pada Robert.
“yap” Robert cuek.
Tania diam.
Robert tersenyum dan memegang tangan Tania.
Tania pun tersenyum.
To be continue...
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar