Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Thank’s to : Rita
Starr and Jann3ta Watson
Genre : Romance, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Note : maaf apa bila ada kata atau kalimat yang salah,
penulis masih belajar ^_^
Di sebuah bandara,
Robert baru saja mendarat,
ia pun keluar dan mencari taxi. Tapi tiba-tiba, seorang perampok mencuri
tasnya.
“oh, no!” Robert
berteriak, “help! Help me!” Robert menunjuk pencuri itu, “stop! Please stop the
thief!”
Tapi orang-orang disana
tidak mengerti maksud Robert apa, mereka cuek dan menyangka Robert adalah bule
yang sedang stress.
Robert kesal, kenapa
mereka diam saja dan tidak mau menolongnya?
Malam itu,
Robert berjalan, ia mulai
lapar karena belum makan sejak datang ke Indonesia. Robert pun duduk di pinggir
jalan.
God...
I’m hungry, but I don’t have money. What should I do, God? Please... help me.
Besoknya,
Robert sampai di sebuah
perumahan, ia begitu lelah dan memutuskan untuk berteduh di bawah pohon. Lalu
ia melihat seorang buruh cuci yang diberi uang oleh seseorang yang keluar dari
sebuah rumah besar.
Ah...
I know what I have to do, Robert tersenyum dan berjalan ke
rumah itu.
***
Robert mulai mengetuk,
“excuse me!”
Di dalam rumah,
“eta,
saha anu encas-encus? Didieu pan euweuh nu ngarana Encus (itu siapa yang
manggil-manggil Encus? Disini kan gak ada yang namanya Encus)” seorang
perempuan kaget.
“mungkin itu orang yang
mau nanyain alamat sama ibu” seorang anak perempuan yang masih memakai seragam
SMP, menatap ibunya.
“nya entos atuh, Inna we
nu pang mukakeun pantona nya (ya udah, Inna aja yang bukain pintunya ya)”
“iya deh” Inna pun keluar
dan membukakan pintu.
“good afternoon!” Robert
tersenyum.
Inna kaget, “bu, ada bule”
Ibu pun keluar, “ya Alloh,
ieu teh
enyaan bule?
(ya Tuhan, ini beneran bule?)”
“good afternoon..?” Robert
merasa aneh dengan sikap mereka.
“mun Chacha geus balik,
pasti riweuh (kalau Chacha udah pulang, dia pasti heboh)”
“iya” Inna tertawa, “kak
Chacha kan pengen pacaran sama bule”
“excuse me! I’m sorry, I don’t understand what
you’re saying?” Robert menatap mereka.
“ah ieu bule, ngarepotkeun
oge
nya (ah ini bule, ngerepotin juga ya)” ibu bingung, “hampura nya mister, mister
teh
bade naon kadieu? (maaf ya Mr., Mr. mau apa kesini?)”
“sorry?” Robert tidak
mengerti.
“euleuh, ieu si mister
(aduh, ini Mr.)” ibu semakin bingung harus bagaimana.
Seorang perempuan berbaju
SMA datang, “ya ampun, ada bule nyasar”
Ibu tersenyum, “syukur
geus balik, ieu bule ngomong naon? Ibu mah teu ngarti (syukur kamu datang, ini
bule ngomong apa? Ibu gak ngerti)”
Chacha mendekat, “I’m
sorry, who are you? Why did you come here?”
“I’m Robert, I want to
work in this house”
“what? But it’s not an
office, it is my house. A normal house” Chacha kaget.
“yes, I know. I want to be
your servant”
Chacha terdiam, dalam
khayalannya...
Robert tersenyum, “I wanna
be your man”
The Beatles tiba-tiba
muncul dan bernyanyi....
I
wanna be your man... I wanna be your man...
I
wanna be your man...
(The
Beatles – I Wanna Be Your Man)
“Chacha, eta kunaon kalah
cicing wae? (Chacha, kenapa kamu diem aja?)” ibu merasa aneh.
“ah?” Chacha tersadar,
“dia mau jadi pembantu di rumah kita bu”
“hah? (apa?)” ibu semakin
kaget.
Inna pun girang, “asyik,
kita punya pembantu bule. Cakep lagi”
“huh, dasar” Chacha menatap
Inna.
Malamnya,
Ibu sedang memasak untuk
makan malam, Inna dan Chacha pun membantunya.
“ibu mah teu tega
nitahanana, jaba si Robert teh mani kasep. Kudu kumaha atuh ieu teh? (ibu gak
tega nyuruh-nyuruhnya, mana Robert cakep banget. Harus gimana dong?)”
“tenang bu, kak Chacha
pasti bisa ngatasin ini semua. Iya kan kak?”
“idih, enak aja kamu Na”
Chacha menatap Inna.
“ayolah kak, kasihan kan
ibu”
“iya deh”
***
Robert sedang melamun di
teras, ia ingat pada rumahnya yang ada di Amerika. Ia juga ingat kepada orang
tuanya. Mother... sorry if I’ll never come
back home, I love you
mom...
“Robert” Chacha mendekat.
Robert menoleh, “Miss.
Chacha”
“what are you doing?”
“stargaze” Robert
tersenyum.
“you said, you wanna be my
servant. Are you serrious?”
“yes, of course!”
“but we don’t have much
money to pay you”
“no problem, I’m only need
a place to sleep”
“are you ok?”
“not too bad”
“you wanna talk?”
Robert tersenyum, ia pun
mulai bercerita.
***
“Oh God... I’m sorry to
hear that”
“no problem, thank’s for
accept me”
Chacha tersenyum dan
memegang pundak Robert, “hope you feel at home”
“thank you”
Inna datang dari dalam,
“kak, makanannya udah mateng tuh”
“ok” Chacha tersenyum,
“come on Robert”
“yeah”
Di ruang makan,
“sok atuh di emam (ayo
dimakan)” ibu tersenyum pada Robert.
Robert menatap makanan
yang asing baginya. Tempe goreng dan sambal yang ada di meja makan, membuat ia
bertanya-tanya. Makanan apa itu?
Chacha tersenyum, ia tau
Robert bingung. “this is tempe, it’s made from soy bean”
“soy bean?”
“yes, and this is sambal.
It’s ketchup from Indonesia, West Java. You know?”
“I don’t know”
“don’t take a lot, it’s
too spicy”
“oh...” Robert
mengangguk-angguk.
“ok, let’s eat then” Chacha tersenyum dan mengambilkan
nasi untuk Robert.
Robert menatap Chacha,
“thank you, but I don’t eat rice”
“in here, you must eat
rice. Because rice is a fundamental food in Indonesia, understand?”
“o..ok”
“good”
Mereka pun makan.
Awalnya Robert merasa ragu
untuk memakan makanan yang menurutnya aneh, tapi setelah mencobanya, Robert pun
memakannya dengan lahap. Apalagi, dia memang kelaparan.
“eta si Robert dahar na
mani loba, euleuh euleuh (Robert makannya banyak banget, ya ampun)”
“Robert bilang, dia gak
makan seharian bu”
“ya ampun, kasian banget
ya kak”
“naha ning bisa kitu?
(kenapa bisa gitu?)”
“waktu baru datang ke
bandara, semua barangnya dicuri”
“deudeuh teuing kasep
(kasian banget)”
Setelah itu,
Chacha mengambilkan
selimut untuk Robert, Robert yang duduk di sofa pun tersenyum.
“do you mind if you sleep
on the sofa?”
Robert tersenyum, “no problem”
Chacha tersenyum, “good
night!”
“sleep tight!”
Chacha pun pergi ke
kamarnya.
Ibu dan Inna mengintip.
“kak Chacha enak bisa
ngomong sama dia”
“enya, ibu ge hoyong. Ngan
teu ngarti tuda (iya, ibu juga mau. Tapi gak ngerti sih)”
Pagi itu,
Chacha keluar dari
kamarnya dan menuruni tangga, ia melihat Robert sedang mengepel lantai. Robert, aku gak tau kenapa kamu bisa nyasar
kesini. Tapi aku seneng kamu ada disini, semoga kita bisa terus bersama.
“kak, ngapain
senyum-senyum?” Inna menatap Chacha yang diam di dekat tangga.
“enggak kok, ayo kita
sekolah”
“aku mau pamer ah di
sekolah, temen-temen pasti kagum sama aku. Soalnya aku punya pembantu bule”
“kamu jangan gitu, kasian
Robert. Dia kan lagi kena musibah”
“iya deh”
“Robert, we wanna go to
school. Please take care of
my
mom, ok?”
“yes Miss. Chacha”
Chacha tersenyum, “bye”
“be carefull” Robert tersenyum.
Di sekolah,
“Chacha” seorang laki-laki
mendekat.
“Justin?”
“gimana? Kamu mau kan jadi
pacarku?”
“aku...” Chacha melihat
seorang guru masuk ke kelasnya, “maaf Justin, aku harus masuk kelas” Chacha
pergi.
Justin kesal, “sial, dia
selalu mencari alasan”
Di sekolah Inna,
“hey Inna”
“Kyu Hyun, kamu gak
exkul?”
“gak, hari ini semua exkul
kan libur”
“oh, iya ya. Kalau gitu,
kita bisa pulang bareng hari ini”
“ya gitu deh” Kyu Hyun
tersenyum.
Di jalan,
“jadi kakak kamu gak
jomblo lagi?”
“gak juga sih, kak Chacha
masih jomblo sampe sekarang. Kamu tau kan? Setelah putus, kakak belum pacaran
lagi”
“terus?”
“bule itu keliatannya
cocok sama kakak”
“bule?”
“iya, di rumahku ada bule.
Ganteng banget, namanya Robert”
Saat mereka memasuki
kawasan perumahan,
Beberapa ibu sedang
bergosip.
“yang bener aja, masa bu
Tita punya pembantu bule”
“ah, beneran bu? Uang dari
mana bayarnya? Bule kan gaji-nya mahal”
Inna kesal mendengar itu,
“kenapa si, ibu-ibu itu bisanya ngegosip?”
“mereka emang gak punya
kerjaan Na, udahlah, gak usah didengerin orang-orang gak penting kaya gitu”
Inna tersenyum, ia
bersyukur mempunyai pacar seperti Kyu Hyun.
Di rumah,
Tita menangis, “akang, abi
teh mani kangen pisan ka akang (sayang, aku kangen banget sama kamu)” ia
memegang sebuah foto.
“Mrs. Tita, are you ok?”
“naon atuh Robert? Da ibu
mah teu ngarti (apaan sih Robert? Ibu gak ngerti)” Tita menghapus air matanya,
“ibu teh keur sedih, inget ka suami ibu. Yeuh tingali, mani kasep kieu. Teu
eleh jeung Robert ge (ibu lagi sedih, inget sama suami ibu. Nih liat, cakep
banget. Gak kalah sama Robert)” Tita memperlihatkan fotonya, “namina teh Kim
Hyun Joong (namanya Kim Hyun Joong)”
Robert tersenyum.
“euleuh euleuh, ibu keur
sedih, kalah cengar-cengir (ya ampun, ibu lagi sedih, malah senyum-senyum)”
Inna datang, “siang bu”
“eh, tos uih si geulis
(eh, anak cantik udah pulang)”
Robert tersenyum, “Good
afternoon Miss. Inna”
Inna tersenyum pada
Robert.
“Robert, geura gegeroh
atuh di dapur (Robert, ayo beres-beres di dapur)”
Robert diam tak mengerti.
Inna menatap ibunya, “bu,
dia kan gak ngerti”
“aduh, kumaha atuh nya?
(aduh, gimana dong?)”
“Robert, kamu ke kitchen
ya”
“Kitchen?” Robert
berfikir, “I must clean up the kitchen?”
“yes yes” Inna tersenyum.
Robert pun pergi ke dapur.
“Inna, ngomong naon eta si
Robert? (Inna, Robert itu ngomong apa?)”
“gak tau bu, aku juga
ngomongnya asal-asalan”
“euleuh euleuh (ya ampun)”
Di dapur,
Robert sedang mencuci
piring dengan sabun colek yang berbusa banyak dan membuat tangannya agak panas,
biasanya Robert tidak pernah melakukan itu. Dia memiliki mesin pencuci piring
dan maid yang selalu melayaninya di rumah.
Preng...
“ooww...” Robert kaget dan
bingung.
Tita ke dapur, “Robert,
ari anjeun nanaonan? (Robert, kamu apa-apaan?)”
“I’m sorry Mrs., I didn’t
do that on purpose”
“aduh, ieu teh piring
karesep ibu (aduh, ini piring kesayangan ibu)”
Robert merasa bersalah
meskipun dia tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Tita.
Tita sedih, itu adalah
piring pemberian Hyun Joong, sang suami tercinta yang telah tiada.
“Mrs. Tita?”
“nya entos lah, ibu wae
anu kukumbah. Robert mah diditu we jung, nyebor kembang (ya udah, ibu aja yang
nyuci piring. Kamu disana aja, nyiram bunga)”
Robert hanya diam menatap
Tita.
“eta anjeun teh kirang
dangu sugan? Jung kaditu nyebor, ngarti teu? (kamu itu budeg gak? Sana nyiram
bunga, ngerti gak?)” Tita pun tersadar, Robert memang tidak mengerti bahasanya.
“oh enya (oh iya)” Tita mengajak Robert ke halaman.
Robert masih menatap Tita.
“tekenging melongkeun ibu
wae atuh, bisi bogoh (jangan ngeliatin ibu terus, entar suka lagi)” ia
mengambil selang, “yeuh cekel (nih pegang)”
“yes yes” Robert mengambil
selang yang diberikan Tita.
“sok, semprotkeun kana
kembang (ayo semprotin ke bunga)”
Robert menatap Tita,
“Would you like me to water the flowers?”
“nya lah, teu ngarti ibu
mah (iya iya, ibu gak ngerti)” Tita masuk ke rumah.
Chacha datang, “hey
Robert”
Robert yang sedang
menyiram bunga pun berbalik ke arah Chacha, “hey Miss. Chacha”
Air dari selang membasahi
seragam Chacha.
“ah...”
“I...I’m sorry, Miss.
Chacha” Robert menjatuhkan selangnya dan menghampiri Chacha, “are you ok?”
Chacha menatap Robert
dengan kesal.
“I’m sorry” Robert begitu
menyesal.
“no problem” Chacha
meninggalkan Robert.
“Miss. Chacha...” Robert
memegang tangan Chacha.
Chacha menoleh, “what?”
“I do apologize”
Chacha tersenyum, “don’t
worry, I’m fine”
Robert tersenyum.
Chacha masuk ke rumah
dengan bahagia.
Malam itu,
Chacha sedang memotong
bahan untuk dimasak.
“Miss. Chacha” Robert
mendekat, “may I help you?”
“no thank’s”
“are you sure?”
“if you force”
Robert tersenyum dan
mengambilkan minyak goreng.
“aw” tangan Chacha terkena
pisau.
“Miss. Chacha?” Robert
memegang tangan Chacha dan melihat jarinya yang berdarah, ia pun menyedot darah
itu.
Chacha terdiam melihat
Robert yang terus menatapnya, ia tersadar, “what are you doing?” ia melepaskan
tangannya.
“I’m sorry, I just...”
“thank’s, but I don’t need
it” Chacha mencuci tangannya.
Pagi itu,
Seperti biasa, Chacha dan
Inna akan berangkat ke sekolah.
“Miss. Chacha...” Robert
menunduk dan merasa tidak enak dengan apa yang ia lakukan pada Chacha tadi
malam.
Chacha tersenyum, “sorry
for last night, and thank’s for help me”
Robert tersenyum.
“call me Chacha”
“ok”
Chacha tersenyum dan pergi
bersama Inna.
“dia tadi ngomong apa sama
kakak?”
“kamu mau tau aja deh”
Siang itu,
Robert sedang menimba
sumur, “oh my God, I’m tired” Robert menghapus keringatnya.
Tita mengambilkan air
minum untuk Robert, “yeuh nginum heula, bisi cape (ni minum dulu, takut cape)”
Robert terseyum dan
mendekat, “thank you Mrs. Tita” ia meminum air teh buatan Tita, “emh... it’s
very best water that I’ve ever drink”
“karep lah, ibu mah teu
ngarti (terserah deh, ibu gak ngerti)” Tita masuk ke rumah.
Robert minum lagi dan
menghabiskan air dalam teko.
Inna pun pulang bersama
Chacha.
“udah lama ya kita gak
pulang bareng kaya gini”
“iya kak”
“syukur banget gurunya
rapat”
“cie, pasti pingin lama
tuh ketemu Robert-nya”
“idih, apaan sih Inna?”
“udahlah kak, lagian juga
kalau kakak jadian sama Robert, aku dukung kok. Ibu juga pasti dukung”
“udahlah In, jangan
bawa-bawa ibu”
“cie”
Tapi langkah mereka
terhenti.
“ngapain Robert nimba
sumur?”
“iya kak, kan kita punya
pompa air”
Mereka mendekat.
“Robert”
“hey Chacha, hey Inna”
Inna tersenyum, “dia
manggil nama aku”
Chacha menatap Robert,
“why did you do that?”
“because the machine was
broken”
“pompa air kita rusak”
“oh gitu ya kak, kasian
Robert”
Pagi itu,
Mereka pergi ke makam
ayah.
Tita menatap nisan itu, “mugi-mugi
akang tenang diditu, abi jeung barudak osok ngadu’akeun akang (semoga kamu
tenang disana, aku dan anak-anak selalu mendo’akanmu)”
Inna menangis, “aku sayang
ayah”
Chacha hanya diam
menunduk.
Saat pulang,
“aku beli minuman dingin
dulu ya bu”
“nya jug (ya, sana)” Tita
menatap Inna, “Inna rek ngiring? (Inna mau ikut?)”
“gak ah, aku nunggu di
rumah aja”
“nya atuh (iya deh)”
Mereka pun pergi
meninggalkan Chacha.
***
Setelah keluar dari mini
market, Chacha bertemu dengan Justin.
“Justin?”
“hey Cha, ngapain
sendirian?”
“aku abis beli minuman
dingin”
“kita main yu”
“maaf Justin, aku harus
pulang”
“kamu selalu aja nolak”
Justin memegang tangan Chacha.
“lepasin”
“aku gak akan lepasin
kamu, pokoknya kamu harus ikut aku”
“gak mau”
“let her go!” Robert
menatap Justin.
“apa-apaan ini?” Justin
kaget melihat Robert, “kau ingin menjadi pahlawan?”
“I don’t understand what
are you saying, but you must let her go”
“cerewet” Justin menyerang
Robert.
Chacha panik.
Justin mau memukul Robert,
tapi dengan mudah, Robert memegang tangan Justin dan memelintirnya.
“aw, ampun ampun”
“enough Robert, enough.
Let him go!”
Robert melepaskan Justin,
“don’t bother her again!”
Justin pun berlari
meninggalkan mereka.
Chacha mendekati Robert,
“you ok?”
“yes, and you?”
“I’m fine” Chacha memeluk
Robert, “thank you”
Robert tersenyum.
Malamnya,
Robert dan Chacha
memandang langit di teras rumah.
“you like this place?”
“yes”
“why?”
“because of you”
“me?”
“yes, you’re kind girl,
pretty and...”
“beauty?”
“yes, but pretty seem as
beauty” Robert tersenyum.
“you wanna go?”
“to America?” Robert
menatap Chacha, “wanna go with me?”
“what?”
“i’m sorry, it’s just a
joke”
“oh...” Chacha tersenyum.
Beberapa hari kemudian,
Robert membantu Tita di
sawah.
“sok macul didinya! (ayo
cangkul disitu)”
Robert pun mencangkul
dengan susah payah, seumur hidupnya, dia belum pernah melakukan itu.
Tita mulai menanam padi di
sawahnya.
Chacha datang bersama
Inna.
“ibu” Inna memanggil Tita.
“tah geuning, geus
daratang (nah, datang juga)”
Robert menoleh dan
tersenyum melihat Chacha.
Mereka pun berkumpul di
sebuah saung (gubuk yang ada di sawah).
Chacha mulai membuka bekal
yang ia bawa, disana terdapat kerupuk, singkok goreng dan mie goreng instant.
“emh...” Inna mulai
menyantap singkong goreng itu.
Chacha pun mengambilkan mie
untuk Robert, ia tersenyum. “do you like mie (me)?”
“what?” Robert kaget.
Chacha tersadar ia salah
bicara, “I mean, do you like noodles?”
Robert tersenyum, “I like
you more than that noodles”
Chacha tersenyum bingung.
Inna dan Tita pun hanya
diam menatap mereka.
Siangnya,
Robert pergi ke sungai
karena Tita menyuruhnya untuk memancing, Chacha pun menemaninya agar tidak
tersesat. Mereka duduk di pinggir sungai dan Robert mulai memancing.
“do you like fishing?”
“no, because we need a long time to
catching fish”
“yes, it’s waste the time”
“but now, I like it!”
Chacha menatap Robert.
“because, you here by my
side”
Chacha tersenyum, “you’re
so greasy”
“oh yeah?”
“yes, really”
Robert tersenyum, “I don’t
mind, because I’m happy with you”
Aku
juga bahagia banget sama kamu, aku berharap kamu akan selalu disini. Kau selalu
membuatku tersenyum dan aku juga ingin membuatmu selalu tersenyum.
Chacha tersenyum.
“hey, I’m strike” Robert
mendapatkan seekor ikan besar.
“wow, what a big fish it is!”
Robert tersenyum, “I’m the
best”
“oh yeah?”
Mereka tertawa.
***
Pagi itu,
Tita dan Inna pergi ke
pasar, Chacha pun beres-beres rumah bersama Robert.
Robert sedang menyapu
teras rumah. Tiba-tiba, 3 buah mobil datang dan berhenti di depan rumah. Robert
kaget dan berhenti menyapu, ia menatap mobil itu.
Seorang perempuan asing,
keluar dari mobil dengan beberapa penjaga. Ia kaget melihat Robert yang sedang
menyapu.
“Robert, what are you
doing?”
“mom?” Robert tersenyum
senang.
“my son” perempuan itu
memeluk Robert, “I miss you”
“me too”
“come on, we gonna back
now”
“but, I...”
“why?”
Chacha pun keluar,
“Robert?” ia kaget melihat banyak orang disana.
“Chacha” Robert menoleh,
“she is my mom, Gabriella”
“I’m Chacha. Nice to meet
you Mrs. Gabriella”
Ibu Robert tersenyum.
“you wanna back?” Chacha
menatap Robert.
“emh, yes” Robert menatap
Chacha dengan sedikit sedih, “I’m sorry”
“no problem” Chacha
tersenyum.
Robert memeluk Chacha.
“jangan pergi Robert, aku
mencintaimu. Jangan tinggalkan aku, tetaplah disini” Chacha menangis.
Robert kaget, ia tau
Chacha menangis. Tapi ia tidak tau apa yang Chacha katakan, Robert pun hanya
mengelus Chacha.
“I’m sorry” Chacha melepas
pelukannya dan menghapus air matanya, “I’m happy if you wanna back”
“thank’s” Robert
tersenyum.
Robert pun pergi bersama
mereka.
Chacha hanya diam melihat
Robert pergi, air matanya kembali menetes. Selamat
tinggal Robert, mungkin aku tidak akan pernah melihatmu lagi.
Inna dan Tita pun datang.
“kakak kenapa?”
“Robert udah pulang, tadi
ibunya datang”
“jadi Robert geus mulang?
(jadi Robert sudah pergi?)”
“iya bu” Chacha masuk ke
rumah.
“yah, kak Chacha patah
hati lagi bu”
“aduh, karunya teuing ieu
anak ibu (aduh, kasihan banget anak ibu)”
***
Setelah Robert pergi,
rumah memang terasa sepi. Chacha tidak punya teman untuk bicara di malam hari,
ia tidak punya teman untuk membersihkan rumah bersama dan ia tidak bisa merasa
bahagia karena kehilangan cintanya.
Malam itu,
Chacha menatap langit
sambil duduk di teras. Robert, seandainya
kamu tau kalau aku gak mau kita berpisah. Apa disana kamu juga rindu sama aku?
Atau selama ini, hanya aku yang mencintaimu?
“kakak kok belum tidur?”
Inna mendekat.
“aku belum ngantuk Na”
“kakak masih mikirin
Robert ya? Ini udah hampir 2 bulan kak, move on dong”
“kamu itu ngomong apa?”
“aku tau kakak sangat
kehilangan Robert, tapi kakak gak boleh berlarut-larut. Masih ada kok cowok di
dunia ini selain Robert”
Chacha tersenyum, “bilang
aja kamu nyuruh aku cari pacar biar kamu bisa cepet nikah sama Kyu Hyun”
“idih, kakak. Aku kan baru
mau masuk SMA, kakak tuh yang udah lulus”
“ya udah deh, mending kita
tidur yu. Udah malem”
Mereka pun masuk ke rumah.
Pagi itu,
“bu, aku mau nyiram bunga
dulu ya”
“nya jug (ya sana)”
Chacha membuka pintu.
“hey”
“Robert?” Chacha kaget
Robert ada di hadapannya.
Robert tersenyum, “how are
you?”
“fine” Chacha menunduk.
“good”
“why are you here?” Chacha
kembali menatap Robert.
“to propose you”
“what?”
“I love you Chacha, will
you marry me?”
Chacha tersenyum dan
memeluk Robert, “yes, yes I will”
Robert tersenyum dan
memeluk Chacha.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar