Rabu, 15 April 2015

Can't Smile Without You


Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Thank’s to : Rita Starr and Jann3ta Watson
Genre : Romance, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Note : maaf apa bila ada kata atau kalimat yang salah, penulis masih belajar ^_^
Di sebuah bandara,
Robert baru saja mendarat, ia pun keluar dan mencari taxi. Tapi tiba-tiba, seorang perampok mencuri tasnya.
“oh, no!” Robert berteriak, “help! Help me!” Robert menunjuk pencuri itu, “stop! Please stop the thief!”
Tapi orang-orang disana tidak mengerti maksud Robert apa, mereka cuek dan menyangka Robert adalah bule yang sedang stress.
Robert kesal, kenapa mereka diam saja dan tidak mau menolongnya?
Malam itu,
Robert berjalan, ia mulai lapar karena belum makan sejak datang ke Indonesia. Robert pun duduk di pinggir jalan.
God... I’m hungry, but I don’t have money. What should I  do, God? Please... help me.
Besoknya,
Robert sampai di sebuah perumahan, ia begitu lelah dan memutuskan untuk berteduh di bawah pohon. Lalu ia melihat seorang buruh cuci yang diberi uang oleh seseorang yang keluar dari sebuah rumah besar.
Ah... I know what I have to do, Robert tersenyum dan berjalan ke rumah itu.
***
Robert mulai mengetuk, “excuse me!”
Di dalam rumah,
eta, saha anu encas-encus? Didieu pan euweuh nu ngarana Encus (itu siapa yang manggil-manggil Encus? Disini kan gak ada yang namanya Encus)” seorang perempuan kaget.
“mungkin itu orang yang mau nanyain alamat sama ibu” seorang anak perempuan yang masih memakai seragam SMP, menatap ibunya.
“nya entos atuh, Inna we nu pang mukakeun pantona nya (ya udah, Inna aja yang bukain pintunya ya)”
“iya deh” Inna pun keluar dan membukakan pintu.
“good afternoon!” Robert tersenyum.
Inna kaget, “bu, ada bule”
Ibu pun keluar, “ya Alloh, ieu teh enyaan bule? (ya Tuhan, ini beneran bule?)”
“good afternoon..?” Robert merasa aneh dengan sikap mereka.
“mun Chacha geus balik, pasti riweuh (kalau Chacha udah pulang, dia pasti heboh)”
“iya” Inna tertawa, “kak Chacha kan pengen pacaran sama bule”
“excuse me! I’m sorry, I don’t understand what you’re saying?” Robert menatap mereka.
“ah ieu bule, ngarepotkeun oge nya (ah ini bule, ngerepotin juga ya)” ibu bingung, “hampura nya mister, mister teh bade naon kadieu? (maaf ya Mr., Mr. mau apa kesini?)”
“sorry?” Robert tidak mengerti.
“euleuh, ieu si mister (aduh, ini Mr.)” ibu semakin bingung harus bagaimana.
Seorang perempuan berbaju SMA datang, “ya ampun, ada bule nyasar”
Ibu tersenyum, “syukur geus balik, ieu bule ngomong naon? Ibu mah teu ngarti (syukur kamu datang, ini bule ngomong apa? Ibu gak ngerti)”
Chacha mendekat, “I’m sorry, who are you? Why did you come here?”
“I’m Robert, I want to work in this house”
“what? But it’s not an office, it is my house. A normal house” Chacha kaget.
“yes, I know. I want to be your servant”
Chacha terdiam, dalam khayalannya...
Robert tersenyum, “I wanna be your man”
The Beatles tiba-tiba muncul dan bernyanyi....
I wanna be your man... I wanna be your man...
I wanna be your man...
(The Beatles – I Wanna Be Your Man)
“Chacha, eta kunaon kalah cicing wae? (Chacha, kenapa kamu diem aja?)” ibu merasa aneh.
“ah?” Chacha tersadar, “dia mau jadi pembantu di rumah kita bu”
“hah? (apa?)” ibu semakin kaget.
Inna pun girang, “asyik, kita punya pembantu bule. Cakep lagi”
“huh, dasar” Chacha menatap Inna.
Malamnya,
Ibu sedang memasak untuk makan malam, Inna dan Chacha pun membantunya.
“ibu mah teu tega nitahanana, jaba si Robert teh mani kasep. Kudu kumaha atuh ieu teh? (ibu gak tega nyuruh-nyuruhnya, mana Robert cakep banget. Harus gimana dong?)”
“tenang bu, kak Chacha pasti bisa ngatasin ini semua. Iya kan kak?”
“idih, enak aja kamu Na” Chacha menatap Inna.
“ayolah kak, kasihan kan ibu”
“iya deh”
***
Robert sedang melamun di teras, ia ingat pada rumahnya yang ada di Amerika. Ia juga ingat kepada orang tuanya. Mother... sorry if I’ll never come back home, I love you mom...
“Robert” Chacha mendekat.
Robert menoleh, “Miss. Chacha”
“what are you doing?”
“stargaze” Robert tersenyum.
“you said, you wanna be my servant. Are you serrious?”
“yes, of course!”
“but we don’t have much money to pay you”
“no problem, I’m only need a place to sleep”
“are you ok?”
“not too bad”
“you wanna talk?”
Robert tersenyum, ia pun mulai bercerita.
***
“Oh God... I’m sorry to hear that”
“no problem, thank’s for accept me”
Chacha tersenyum dan memegang pundak Robert, “hope you feel at home”
“thank you”
Inna datang dari dalam, “kak, makanannya udah mateng tuh”
“ok” Chacha tersenyum, “come on Robert”
“yeah”
Di ruang makan,
“sok atuh di emam (ayo dimakan)” ibu tersenyum pada Robert.
Robert menatap makanan yang asing baginya. Tempe goreng dan sambal yang ada di meja makan, membuat ia bertanya-tanya. Makanan apa itu?
Chacha tersenyum, ia tau Robert bingung. “this is tempe, it’s made from soy bean”
“soy bean?”
“yes, and this is sambal. It’s ketchup from Indonesia, West Java. You know?”
“I don’t know”
“don’t take a lot, it’s too spicy
“oh...” Robert mengangguk-angguk.
“ok, let’s eat then” Chacha tersenyum dan mengambilkan nasi untuk Robert.
Robert menatap Chacha, “thank you, but I don’t eat rice”
“in here, you must eat rice. Because rice is a fundamental food in Indonesia, understand?”
“o..ok”
“good”
Mereka pun makan.
Awalnya Robert merasa ragu untuk memakan makanan yang menurutnya aneh, tapi setelah mencobanya, Robert pun memakannya dengan lahap. Apalagi, dia memang kelaparan.
“eta si Robert dahar na mani loba, euleuh euleuh (Robert makannya banyak banget, ya ampun)”
“Robert bilang, dia gak makan seharian bu”
“ya ampun, kasian banget ya kak”
“naha ning bisa kitu? (kenapa bisa gitu?)”
“waktu baru datang ke bandara, semua barangnya dicuri”
“deudeuh teuing kasep (kasian banget)”
Setelah itu,
Chacha mengambilkan selimut untuk Robert, Robert yang duduk di sofa pun tersenyum.
“do you mind if you sleep on the sofa?”
Robert tersenyum, “no problem”
Chacha tersenyum, “good night!”
“sleep tight!”
Chacha pun pergi ke kamarnya.
Ibu dan Inna mengintip.
“kak Chacha enak bisa ngomong sama dia”
“enya, ibu ge hoyong. Ngan teu ngarti tuda (iya, ibu juga mau. Tapi gak ngerti sih)”
Pagi itu,
Chacha keluar dari kamarnya dan menuruni tangga, ia melihat Robert sedang mengepel lantai. Robert, aku gak tau kenapa kamu bisa nyasar kesini. Tapi aku seneng kamu ada disini, semoga kita bisa terus bersama.
“kak, ngapain senyum-senyum?” Inna menatap Chacha yang diam di dekat tangga.
“enggak kok, ayo kita sekolah”
“aku mau pamer ah di sekolah, temen-temen pasti kagum sama aku. Soalnya aku punya pembantu bule”
“kamu jangan gitu, kasian Robert. Dia kan lagi kena musibah”
“iya deh”
“Robert, we wanna go to school. Please take care of my mom, ok?”
“yes Miss. Chacha”
Chacha tersenyum, “bye”
“be carefull” Robert tersenyum.
Di sekolah,
“Chacha” seorang laki-laki mendekat.
“Justin?”
“gimana? Kamu mau kan jadi pacarku?”
“aku...” Chacha melihat seorang guru masuk ke kelasnya, “maaf Justin, aku harus masuk kelas” Chacha pergi.
Justin kesal, “sial, dia selalu mencari alasan”
Di sekolah Inna,
“hey Inna”
“Kyu Hyun, kamu gak exkul?”
“gak, hari ini semua exkul kan libur”
“oh, iya ya. Kalau gitu, kita bisa pulang bareng hari ini”
“ya gitu deh” Kyu Hyun tersenyum.
Di jalan,
“jadi kakak kamu gak jomblo lagi?”
“gak juga sih, kak Chacha masih jomblo sampe sekarang. Kamu tau kan? Setelah putus, kakak belum pacaran lagi”
“terus?”
“bule itu keliatannya cocok sama kakak”
“bule?”
“iya, di rumahku ada bule. Ganteng banget, namanya Robert”
Saat mereka memasuki kawasan perumahan,
Beberapa ibu sedang bergosip.
“yang bener aja, masa bu Tita punya pembantu bule”
“ah, beneran bu? Uang dari mana bayarnya? Bule kan gaji-nya mahal”
Inna kesal mendengar itu, “kenapa si, ibu-ibu itu bisanya ngegosip?”
“mereka emang gak punya kerjaan Na, udahlah, gak usah didengerin orang-orang gak penting kaya gitu”
Inna tersenyum, ia bersyukur mempunyai pacar seperti Kyu Hyun.
Di rumah,
Tita menangis, “akang, abi teh mani kangen pisan ka akang (sayang, aku kangen banget sama kamu)” ia memegang sebuah foto.
“Mrs. Tita, are you ok?”
“naon atuh Robert? Da ibu mah teu ngarti (apaan sih Robert? Ibu gak ngerti)” Tita menghapus air matanya, “ibu teh keur sedih, inget ka suami ibu. Yeuh tingali, mani kasep kieu. Teu eleh jeung Robert ge (ibu lagi sedih, inget sama suami ibu. Nih liat, cakep banget. Gak kalah sama Robert)” Tita memperlihatkan fotonya, “namina teh Kim Hyun Joong (namanya Kim Hyun Joong)”
Robert tersenyum.
“euleuh euleuh, ibu keur sedih, kalah cengar-cengir (ya ampun, ibu lagi sedih, malah senyum-senyum)”
Inna datang, “siang bu”
“eh, tos uih si geulis (eh, anak cantik udah pulang)”
Robert tersenyum, “Good afternoon Miss. Inna”
Inna tersenyum pada Robert.
“Robert, geura gegeroh atuh di dapur (Robert, ayo beres-beres di dapur)”
Robert diam tak mengerti.
Inna menatap ibunya, “bu, dia kan gak ngerti”
“aduh, kumaha atuh nya? (aduh, gimana dong?)”
“Robert, kamu ke kitchen ya”
“Kitchen?” Robert berfikir, “I must clean up the kitchen?”
“yes yes” Inna tersenyum.
Robert pun pergi ke dapur.
“Inna, ngomong naon eta si Robert? (Inna, Robert itu ngomong apa?)”
“gak tau bu, aku juga ngomongnya asal-asalan”
“euleuh euleuh (ya ampun)”
Di dapur,
Robert sedang mencuci piring dengan sabun colek yang berbusa banyak dan membuat tangannya agak panas, biasanya Robert tidak pernah melakukan itu. Dia memiliki mesin pencuci piring dan maid yang selalu melayaninya di rumah.
Preng...
“ooww...” Robert kaget dan bingung.
Tita ke dapur, “Robert, ari anjeun nanaonan? (Robert, kamu apa-apaan?)”
“I’m sorry Mrs., I didn’t do that on purpose”
“aduh, ieu teh piring karesep ibu (aduh, ini piring kesayangan ibu)”
Robert merasa bersalah meskipun dia tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Tita.
Tita sedih, itu adalah piring pemberian Hyun Joong, sang suami tercinta yang telah tiada.
“Mrs. Tita?”
“nya entos lah, ibu wae anu kukumbah. Robert mah diditu we jung, nyebor kembang (ya udah, ibu aja yang nyuci piring. Kamu disana aja, nyiram bunga)”
Robert hanya diam menatap Tita.
“eta anjeun teh kirang dangu sugan? Jung kaditu nyebor, ngarti teu? (kamu itu budeg gak? Sana nyiram bunga, ngerti gak?)” Tita pun tersadar, Robert memang tidak mengerti bahasanya. “oh enya (oh iya)” Tita mengajak Robert ke halaman.
Robert masih menatap Tita.
“tekenging melongkeun ibu wae atuh, bisi bogoh (jangan ngeliatin ibu terus, entar suka lagi)” ia mengambil selang, “yeuh cekel (nih pegang)”
“yes yes” Robert mengambil selang yang diberikan Tita.
“sok, semprotkeun kana kembang (ayo semprotin ke bunga)”
Robert menatap Tita, “Would you like me to water the flowers?”
“nya lah, teu ngarti ibu mah (iya iya, ibu gak ngerti)” Tita masuk ke rumah.
Chacha datang, “hey Robert”
Robert yang sedang menyiram bunga pun berbalik ke arah Chacha, “hey Miss. Chacha”
Air dari selang membasahi seragam Chacha.
“ah...”
“I...I’m sorry, Miss. Chacha” Robert menjatuhkan selangnya dan menghampiri Chacha, “are you ok?”
Chacha menatap Robert dengan kesal.
“I’m sorry” Robert begitu menyesal.
“no problem” Chacha meninggalkan Robert.
“Miss. Chacha...” Robert memegang tangan Chacha.
Chacha menoleh, “what?”
“I do apologize”
Chacha tersenyum, “don’t worry, I’m fine”
Robert tersenyum.
Chacha masuk ke rumah dengan bahagia.
Malam itu,
Chacha sedang memotong bahan untuk dimasak.
“Miss. Chacha” Robert mendekat, “may I help you?”
“no thank’s”
“are you sure?”
“if you force”
Robert tersenyum dan mengambilkan minyak goreng.
“aw” tangan Chacha terkena pisau.
“Miss. Chacha?” Robert memegang tangan Chacha dan melihat jarinya yang berdarah, ia pun menyedot darah itu.
Chacha terdiam melihat Robert yang terus menatapnya, ia tersadar, “what are you doing?” ia melepaskan tangannya.
“I’m sorry, I just...”
“thank’s, but I don’t need it” Chacha mencuci tangannya.
Pagi itu,
Seperti biasa, Chacha dan Inna akan berangkat ke sekolah.
“Miss. Chacha...” Robert menunduk dan merasa tidak enak dengan apa yang ia lakukan pada Chacha tadi malam.
Chacha tersenyum, “sorry for last night, and thank’s for help me”
Robert tersenyum.
“call me Chacha”
“ok”
Chacha tersenyum dan pergi bersama Inna.
“dia tadi ngomong apa sama kakak?”
“kamu mau tau aja deh”
Siang itu,
Robert sedang menimba sumur, “oh my God, I’m tired” Robert menghapus keringatnya.
Tita mengambilkan air minum untuk Robert, “yeuh nginum heula, bisi cape (ni minum dulu, takut cape)”
Robert terseyum dan mendekat, “thank you Mrs. Tita” ia meminum air teh buatan Tita, “emh... it’s very best water that I’ve ever drink”
“karep lah, ibu mah teu ngarti (terserah deh, ibu gak ngerti)” Tita masuk ke rumah.
Robert minum lagi dan menghabiskan air dalam teko.
Inna pun pulang bersama Chacha.
“udah lama ya kita gak pulang bareng kaya gini”
“iya kak”
“syukur banget gurunya rapat”
“cie, pasti pingin lama tuh ketemu Robert-nya”
“idih, apaan sih Inna?”
“udahlah kak, lagian juga kalau kakak jadian sama Robert, aku dukung kok. Ibu juga pasti dukung”
“udahlah In, jangan bawa-bawa ibu”
“cie”
Tapi langkah mereka terhenti.
“ngapain Robert nimba sumur?”
“iya kak, kan kita punya pompa air”
Mereka mendekat.
“Robert”
“hey Chacha, hey Inna”
Inna tersenyum, “dia manggil nama aku”
Chacha menatap Robert, “why did you do that?”
“because the machine was broken”
“pompa air kita rusak”
“oh gitu ya kak, kasian Robert”
Pagi itu,
Mereka pergi ke makam ayah.
Tita menatap nisan itu, “mugi-mugi akang tenang diditu, abi jeung barudak osok ngadu’akeun akang (semoga kamu tenang disana, aku dan anak-anak selalu mendo’akanmu)”
Inna menangis, “aku sayang ayah”
Chacha hanya diam menunduk.
Saat pulang,
“aku beli minuman dingin dulu ya bu”
“nya jug (ya, sana)” Tita menatap Inna, “Inna rek ngiring? (Inna mau ikut?)”
“gak ah, aku nunggu di rumah aja”
“nya atuh (iya deh)”
Mereka pun pergi meninggalkan Chacha.
***
Setelah keluar dari mini market, Chacha bertemu dengan Justin.
“Justin?”
“hey Cha, ngapain sendirian?”
“aku abis beli minuman dingin”
“kita main yu”
“maaf Justin, aku harus pulang”
“kamu selalu aja nolak” Justin memegang tangan Chacha.
“lepasin”
“aku gak akan lepasin kamu, pokoknya kamu harus ikut aku”
“gak mau”
“let her go!” Robert menatap Justin.
“apa-apaan ini?” Justin kaget melihat Robert, “kau ingin menjadi pahlawan?”
“I don’t understand what are you saying, but you must let her go”
“cerewet” Justin menyerang Robert.
Chacha panik.
Justin mau memukul Robert, tapi dengan mudah, Robert memegang tangan Justin dan memelintirnya.
“aw, ampun ampun”
“enough Robert, enough. Let him go!”
Robert melepaskan Justin, “don’t bother her again!”
Justin pun berlari meninggalkan mereka.
Chacha mendekati Robert, “you ok?”
“yes, and you?”
“I’m fine” Chacha memeluk Robert, “thank you”
Robert tersenyum.
Malamnya,
Robert dan Chacha memandang langit di teras rumah.
“you like this place?”
“yes”
“why?”
“because of you”
“me?”
“yes, you’re kind girl, pretty and...”
“beauty?”
“yes, but pretty seem as beauty” Robert tersenyum.
“you wanna go?”
“to America?” Robert menatap Chacha, “wanna go with me?”
“what?”
“i’m sorry, it’s just a joke”
“oh...” Chacha tersenyum.
Beberapa hari kemudian,
Robert membantu Tita di sawah.
“sok macul didinya! (ayo cangkul disitu)”
Robert pun mencangkul dengan susah payah, seumur hidupnya, dia belum pernah melakukan itu.
Tita mulai menanam padi di sawahnya.
Chacha datang bersama Inna.
“ibu” Inna memanggil Tita.
“tah geuning, geus daratang (nah, datang juga)”
Robert menoleh dan tersenyum melihat Chacha.
Mereka pun berkumpul di sebuah saung (gubuk yang ada di sawah).
Chacha mulai membuka bekal yang ia bawa, disana terdapat kerupuk, singkok goreng dan mie goreng instant.
“emh...” Inna mulai menyantap singkong goreng itu.
Chacha pun mengambilkan mie untuk Robert, ia tersenyum. “do you like mie (me)?”
“what?” Robert kaget.
Chacha tersadar ia salah bicara, “I mean, do you like noodles?”
Robert tersenyum, “I like you more than that noodles”
Chacha tersenyum bingung.
Inna dan Tita pun hanya diam menatap mereka.
Siangnya,
Robert pergi ke sungai karena Tita menyuruhnya untuk memancing, Chacha pun menemaninya agar tidak tersesat. Mereka duduk di pinggir sungai dan Robert mulai memancing.
“do you like fishing?”
“no, because we need a long time to catching fish”
“yes, it’s waste the time”
“but now, I like it!”
Chacha menatap Robert.
“because, you here by my side”
Chacha tersenyum, “you’re so greasy
“oh yeah?”
“yes, really”
Robert tersenyum, “I don’t mind, because I’m happy with you”
Aku juga bahagia banget sama kamu, aku berharap kamu akan selalu disini. Kau selalu membuatku tersenyum dan aku juga ingin membuatmu selalu tersenyum. Chacha tersenyum.
“hey, I’m strike” Robert mendapatkan seekor ikan besar.
“wow, what a big fish it is!”
Robert tersenyum, “I’m the best”
“oh yeah?”
Mereka tertawa.
***
Pagi itu,
Tita dan Inna pergi ke pasar, Chacha pun beres-beres rumah bersama Robert.
Robert sedang menyapu teras rumah. Tiba-tiba, 3 buah mobil datang dan berhenti di depan rumah. Robert kaget dan berhenti menyapu, ia menatap mobil itu.
Seorang perempuan asing, keluar dari mobil dengan beberapa penjaga. Ia kaget melihat Robert yang sedang menyapu.
“Robert, what are you doing?”
“mom?” Robert tersenyum senang.
“my son” perempuan itu memeluk Robert, “I miss you”
“me too”
“come on, we gonna back now”
“but, I...”
“why?”
Chacha pun keluar, “Robert?” ia kaget melihat banyak orang disana.
“Chacha” Robert menoleh, “she is my mom, Gabriella”
“I’m Chacha. Nice to meet you Mrs. Gabriella”
Ibu Robert tersenyum.
“you wanna back?” Chacha menatap Robert.
“emh, yes” Robert menatap Chacha dengan sedikit sedih, “I’m sorry”
“no problem” Chacha tersenyum.
Robert memeluk Chacha.
“jangan pergi Robert, aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku, tetaplah disini” Chacha menangis.
Robert kaget, ia tau Chacha menangis. Tapi ia tidak tau apa yang Chacha katakan, Robert pun hanya mengelus Chacha.
“I’m sorry” Chacha melepas pelukannya dan menghapus air matanya, “I’m happy if you wanna back”
“thank’s” Robert tersenyum.
Robert pun pergi bersama mereka.
Chacha hanya diam melihat Robert pergi, air matanya kembali menetes. Selamat tinggal Robert, mungkin aku tidak akan pernah melihatmu lagi.
Inna dan Tita pun datang.
“kakak kenapa?”
“Robert udah pulang, tadi ibunya datang”
“jadi Robert geus mulang? (jadi Robert sudah pergi?)”
“iya bu” Chacha masuk ke rumah.
“yah, kak Chacha patah hati lagi bu”
“aduh, karunya teuing ieu anak ibu (aduh, kasihan banget anak ibu)”
***
Setelah Robert pergi, rumah memang terasa sepi. Chacha tidak punya teman untuk bicara di malam hari, ia tidak punya teman untuk membersihkan rumah bersama dan ia tidak bisa merasa bahagia karena kehilangan cintanya.
Malam itu,
Chacha menatap langit sambil duduk di teras. Robert, seandainya kamu tau kalau aku gak mau kita berpisah. Apa disana kamu juga rindu sama aku? Atau selama ini, hanya aku yang mencintaimu?
“kakak kok belum tidur?” Inna mendekat.
“aku belum ngantuk Na”
“kakak masih mikirin Robert ya? Ini udah hampir 2 bulan kak, move on dong”
“kamu itu ngomong apa?”
“aku tau kakak sangat kehilangan Robert, tapi kakak gak boleh berlarut-larut. Masih ada kok cowok di dunia ini selain Robert”
Chacha tersenyum, “bilang aja kamu nyuruh aku cari pacar biar kamu bisa cepet nikah sama Kyu Hyun”
“idih, kakak. Aku kan baru mau masuk SMA, kakak tuh yang udah lulus”
“ya udah deh, mending kita tidur yu. Udah malem”
Mereka pun masuk ke rumah.
Pagi itu,
“bu, aku mau nyiram bunga dulu ya”
“nya jug (ya sana)”
Chacha membuka pintu.
“hey”
“Robert?” Chacha kaget Robert ada di hadapannya.
Robert tersenyum, “how are you?”
“fine” Chacha menunduk.
“good”
“why are you here?” Chacha kembali menatap Robert.
“to propose you”
“what?”
“I love you Chacha, will you marry me?”
Chacha tersenyum dan memeluk Robert, “yes, yes I will”
Robert tersenyum dan memeluk Chacha.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar