Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre : Romance, Family
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Di sebuah rumah,
“kau tidak bisa memaksa
kami lagi Jake” seorang perempuan menatap pria dihadapannya.
“dengar Rose, aku ini
ayahnya. Aku berhak membawa Beatrice”
“selama aku hidup, aku
tidak akan pernah menyerahkannya padamu”
“kau ini benar-benar...”
Jake marah, “lihat saja nanti, kau akan menyesal Rose” Jake pergi.
Rose duduk dan menangis,
“aku tidak akan pernah menyerahkan Beatrice padamu”
Seorang anak perempuan
masuk,
“ibu? Kenapa ibu
menangis?”
“Beatrice, ibu gak apa-apa
kok nak”
“ibu jangan menangis”
“iya sayang” Rose memeluk
Beatrice.
Seorang pria berpakaian
rapi, masuk.
“Lee?”
“hey Rose” Lee Min Ho
tersenyum.
“tadi aku ketemu paman Lee
di jalan, terus kami kesini deh”
“jadi kamu nganterin
Beatrice kesini? Makasih banyak ya Lee”
“gak masalah kok”
“kamu ganti baju dulu gih”
Rose menatap Beatrice.
“iya bu” Beatrice pergi ke
kamar.
Min Ho mendekati Rose,
“ada apa?”
“tadi Jake datang, dia
meminta kami untuk rujuk. Dia juga menginginkan Beatrice”
“lalu kau menerimanya?”
“tidak Lee, hatiku sudah
terlalu sakit. Dia selalu kasar pada kami. Tidak pernah ada yang namanya kasih
sayang, tidak ada sosok suami untukku, bahkan seorang ayah untuk Beatrice”
Min Ho duduk disamping
Rose dan mengelusnya, “kamu sabar ya”
“makasih Lee”
Beatrice tersenyum dari
balkon, paman Lee memang orang yang baik.
Seandainya ibu menikah dengannya, aku tidak keberatan.
Min Ho tersadar, “ya
ampun, hari ini aku harus memimpin oprasi di rumah sakit. Maaf ya Rose”
“iya, terima kasih banyak
kamu udah nganterin Beatrice pulang”
“ya, sama-sama. Sampai
jumpa”
Rose melambai, Min Ho
tersenyum dan pergi.
Sore itu,
Beatrice sedang
mengerjakan PR di kamarnya.
“Beatrice” Rose membuka
pintu kamar.
“iya bu” Beatrice menoleh.
“kamu lagi ngerjain PR
ya?”
“iya”
“katanya mau ngerjain sama
paman Hugh, dia sudah datang”
“beneran bu?” Beatrice
senang, “asyik”
Beatrice keluar dari kamar
sambil membawa PR-nya dengan semangat.
Rose sadar, anak sekecil
itu memang membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Maafkan aku Beatrice...
Di ruang tamu,
“paman”
“hey sayang, mana PR-nya?
Katanya mau diajarin sama paman” Hugh Jackman tersenyum.
“ini” Beatrice
memperlihatkan PR-nya.
***
Melihat Beatrice belajar
dengan bahagia disamping Hugh, Rose senang. Mungkin sang polisi yang berbadan
tinggi besar itu bisa menjadi ayah yang baik untuk Beatrice.
Setelah PR selesai,
“makasih ya paman”
“iya sayang, sama-sama.
Kamu belajar yang rajin ya, supaya pinter”
Beatrice mengangguk, “aku
pasti bisa masuk SD yang bagus”
“bagus, itu baru semangat”
Beatrice tersenyum dan
pergi ke kamar.
Rose mendekat dan duduk
disamping Hugh, “makasih banyak ya. Selama ini, kamu udah mau nemenin Beatrice
ngerjain PR-nya”
“gak masalah. Selama aku
bisa, aku pasti akan selalu membantunya. Tapi maaf, jika aku sedang bertugas,
aku tidak bisa membantunya”
“aku mengerti kok, kau kan
polisi yang hebat di negara bagian ini”
“terima kasih” Hugh
melihat jam tangannya, “baiklah, aku harus kembali bertugas” Hugh mengelus pipi
Rose.
“hati-hati ya” Rose
tersenyum.
“bye” Hugh pergi.
Malamnya,
Ting.. Tong...
“iya sebentar”
Rose membuka pintu.
“selamat malam” seorang pria yang memakai jass rapi menatap
Rose.
“Robert?”
“kamu kok kaya yang kaget gitu sih?”
“gak apa-apa, ayo masuk”
Mereka masuk.
Robert melihat Beatrice yang sedang bermain puzzle di karpet
ruang keluarga, “Hey Bee, kamu belum tidur?”
Beatrice takut melihat tatapan Robert, baginya tatapan itu
amat menyeramkan.
“kenapa kau diam?” Robert semakin menatap Beatrice dan duduk
sambil menonton TV.
“kamu mau minum apa?” Rose tersenyum.
“gak perlu, nanti aku ambil sendiri”
“ok” Rose yang kaget mendengar itu, duduk disamping Robert.
“malam ini aku akan menginap” Robert menatap Rose.
“apa?” Rose semakin kaget.
Beatrice langsung berlari ke kamar dan menutup pintunya.
“ada apa dengan kalian?” Robert merasa aneh.
“tidak, hanya saja... aku bingung kau tidur dimana, disini
hanya ada 2 kamar”
“tentu saja di kamarmu”
“tapi...”
“aku tau, aku tidak akan macam-macam padamu”
“baiklah” Rose diam bingung.
Malamnya,
Robert yang tidur disamping Rose, mulai resah dalam tidurnya.
Rose bangun karena mendengar Robert yang terus menggumam.
“eh...”
“Robert, kamu kenapa? Robert?” Rose memegang lengan Robert
yang membelakanginya.
“ah?!” Robert bangun, “Rose?” ia tersadar ada di kamar.
“kamu kenapa?”
“aku...” Robert menatap Rose, “mimpi buruk”
“mimpi buruk apa?”
“kamu punya pacar lain selain aku, mereka ada 2. Yang satunya
dokter dan yang satu lagi polisi”
Rose kaget, ia ingat pada Lee Min Ho dan Hugh Jackman.
“Rose, kok kamu diem?”
“em... Robert, bukankah kita belum resmi berpacaran?”
“iya, kau benar. Tapi bagiku... kau adalah pacarku”
“ah? Kau ini”
Robert tersenyum dan memeluk Rose.
Rose terdiam, Robert adalah satu-satunya pria yang berani
melakukan itu.
Pagi itu,
Beatrice keluar dari kamar dan pergi ke ruang makan, ternyata
Rebert sedang sarapan disana.
“ih...?” Beatrice takut, ia berjalan perlahan ke meja makan
dan duduk di kursi yang paling jauh dari Robert.
“hey Bee, kau mau sekolah?” Robert menatap Beatrice.
Beatrice mengangguk dan menunduk.
“kau itu kenapa sih? Setiap ditanya, hanya mengangguk dan
menunduk” Robert semakin menatap Beatrice.
Rose menyiapkan sereal untuk Beatrice dan Beatrice
memakannya.
Rose duduk dan mengelus Beatrice, “anak ibu cantik sekali”
“aku akan mengantarnya sekolah” Robert menatap Rose.
“ohok” Beatrice langsung tersedak, “bu...” ia menatap ibunya
dengan sedih.
“kenapa sayang?” Rose yang memberikan segelas air, mengerti
maksud Beatrice.
“ada apa?” Robert menatap mereka.
“emh... aku lupa, hari ini ada bus sekolah dari TK”
“oh, ok” Robert kembali makan dengan cuek.
Rose menatap Beatrice dan Beatrice terlihat lega, Rose pun
tersenyum.
Setelah bus menjemput Beatrice,
Rose menutup pintu dan saat menoleh, ia melihat Robert yang
sudah berdiri di dekatnya.
“Robert?”
“aku harus kembali bekerja”
“em..., baiklah” Rose tersenyum.
“maaf, aku hanya bisa mengunjungimu seminggu sekali” Robert
mencium pipi Rose dan pergi.
Rose terdiam dan hanya melihat Robert yang pergi.
***
Di bus,
Untunglah aku tidak jadi diantar
paman Robert, aku sangat takut padanya. Tatapannya... dan raut wajahnya yang tidak terlihat ramah,
kenapa ibu bisa dekat dengan orang seperti itu? Kenapa dia berbeda dengan paman
Lee dan paman Hugh? Beatrice
melamun memikirkan itu.
“hey Beatrice, kamu bawa bekal apa hari ini?”
“bento”
“keren, aku juga dibikinin bento sama ayah”
Beatrice terdiam, ia juga ingin mempunyai ayah yang perhatian
seperti itu.
“kok kamu diem sih?”
“aku gak apa-apa”
Di rumah,
Rose sedang merapikan ruang tamu.
“selamat siang”
“Hugh?”
“hey, apa aku mengganggu?”
“tidak, tentu saja tidak. Ayo masuk”
“terima kasih” Hugh masuk.
“ayo duduk”
Hugh duduk, “bagaimana kabarmu?”
“baik”
“aku sibuk sekali. Tadinya, kemarin aku mau kesini”
Rose kaget, syukurlah
dia tidak datang. Bisa gawat kalau ketemu Robert.
“Rose?”
“ah, iya?”
“kamu ngedengerin aku kan?”
“iya, maaf. Tadi aku agak...”
Hugh tersenyum, “Beatrice belum pulang?”
“belum”
“tolong sampaikan maafku padanya, mungkin hari ini aku tidak
bisa membantunya mengerjakan PR”
“tidak apa-apa Hugh”
“ya udah deh, aku berangkat lagi ya”
Rose tersenyum dan mengangguk.
“ini buat kamu” Hugh memberi Rose mawar.
“terima kasih”
“bye” Hugh pergi.
Rose tersenyum melihat Hugh pergi, ia pun menaruh mawarnya di
vas bunga.
Rose mulai bingung dengan 3 pria yang mendekatinya
akhir-akhir ini.
Hugh Jackman, seorang pria yang hangat dan begitu terlihat
kebapaannya. Mungkin karena dulu Hugh pernah menjadi seorang suami.
Lee Min Ho yang baik dan ramah, gak salah kalau dia jadi
seorang dokter yang hebat di rumah sakit center. Selain itu, dia juga selalu
berusaha menjaga perasaan Rose.
Dan Robert, dia selalu datang seminggu sekali dengan hal-hal
yang mengejutkan. Misalnya meminta menginap di rumah Rose, dia juga tidak pernah
ragu untuk memeluk dan mencium Rose. Mungkin karena latar belakang Robert yang
selalu dikelilingi wanita.
“permisi”
“ah?” Rose menoleh, “Lee? Maaf, tadi aku...”
“kamu lagi ngelamun ya? Mikirin apa sih?” Min Ho masuk,
“Beatrice mana?”
“Beatrice belum pulang”
“ah, kasihan sekali. Sudah sesiang ini, dia belum pulang”
***
Di sekolah Beatrice,
Anak-anak mulai meninggalkan kelas dan berjalan keluar
gerbang.
Jake melihat Beatrice yang berjalan sendirian, “Beatrice...”
Jake tersenyum, tapi saat mau mendekati Beatrice...
“Beatrice, cepetan masuk bus. Biar kita bisa duduk di depan”
“iya” Beatrice masuk ke bus sekolah.
“sial” Jake kesal dan pergi.
Beberapa hari kemudian,
Rose memakai baju bagus dan bercermin, ia tersenyum. Hari ini
adalah ulang tahunnya dan Hugh akan mengajaknya dinner di rumah.
“ibu cantik banget, mau kemana?”
“ibu gak kemana-kamana sayang, kitakan malam ini mau makan
bareng sama paman Hugh”
“ibu seperti putri”
“jadi menurutmu, ibu cantik seperti putri?”
“tentu saja, ibuku adalah orang tercantik sedunia”
“terima kasih sayang”
Robert tiba-tiba datang sambil bernyanyi seriosa,
Happy Birthday... Happy Birthday...
Happy Birthday to you...
“Robert?” Rose kaget, apa lagi dia sudah ada janji bersama
Hugh.
“hey sayang, kok ekspresi kamu gitu sih?”
“aku cuma kaget kamu datang, kamu bilang kamu gak bisa...”
“ini kan kejutan sayang” Robert mendekati Rose, “selamat
ulang tahun” ia mencium Rose.
Rose yang bingung, hanya tersenyum. Sementara Beatrice, sudah
bersembunyi di belakang dinding sejak tadi.
“hey Bee” Robert menatap Beatrice.
Beatrice hanya diam di persembunyiannya.
“Beatrice, kamu gak boleh gitu sama paman Robert. Ayo sini”
Rose menatap Beatrice.
Ibu kenapa sih? Ibu kan tau aku takut
sama paman Robert, kenapa sekarang ibu tidak melindungiku? Beatrice mendekat perlahan dan
berharap dirinya tidak gemetar.
Robert tersenyum dan berjongkok di depan Beatrice, “lihat,
paman bawa apa nih buat kamu?” Robert mengeluarkan sebatang coklat mahal untuk
Beatrice.
“maaf paman, paman Lee bilang, aku gak boleh kebanyakan makan
itu”
“paman Lee?” Robert kaget, ia berdiri dan menatap Rose.
Robert pura-pura tidak mengerti, “siapa itu Lee?” ia kembali menyimpan
coklatnya.
“d..dia...” Rose bingung.
Beatrice yang merasakan hawa tidak enak, langsung berlari ke
kamar untuk mencari selamat.
Robert menatap Beatrice yang pergi, “ok, aku tidak mau
membahas ini. Ayo kita duduk” ia tersenyum pada Rose.
“ok” Rose merasa lega karena Robert tidak memperpanjang
pembicaraan itu.
Mereka duduk.
“aku gak nyangka kamu datang kesini”
“tentu aku datang, ini kan hari yang spesial. Bagaimana
perasaanmu?”
“maksudmu?”
“ya..., aku datang di hari ulang tahunmu”
“aku gak nyangka aja, kamu kan sibuk banget”
“aku akan melakukan apa pun untuk orang yang spesial”
Rose hanya diam dan tersenyum.
“Rose, di hari yang spesial ini. Aku ingin, eh... aku...”
Robert mengeluarkan sebuah kotak, “aku ingin melamarmu” ia membuka kotak itu
dan di dalamnya terdapat sebuah cincin berlian.
Rose terdiam.
Robert mulai berlutut di hadapan Rose, “maukah kau
menjadi...”
“permisi” Hugh datang dengan sebuket bunga.
Robert menoleh dan menatap Hugh dengan kaget, sementar Rose
terdiam bingung.
“siapa dia? Apa dia paman Lee?” Robert menatap Rose.
Hugh sadar, Robert adalah pria yang juga menginginkan Rose,
“aku Hugh” Hugh mendekat dan memeberikan bunganya pada Rose, “selamat ulang
tahun”
“te..terima kasih Hugh” Rose mulai panik, ya Tuhan... bagaimana ini? Semoga mereka
tidak berkelahi.
Robert menatap Hugh, “apa kau membawa sebuah cincin berlian
seperti ini?” ia pun memperlihatkan cincinnya dan duduk.
Hugh tersenyum, “tidak tuan, saya hanya membawa bunga itu
saja”
“oh” Robert sombong.
“saya tidak menyangka bisa bertemu dengan seorang Robert
Downey Jr. disini”
“em” Robert cuek tidak peduli.
“kalau gitu, aku bikinin minum dulu ya buat kalian”
“iya Rose” Hugh tersenyum.
“iya sayang” Robert tersenyum pada Rose dan menatap Hugh.
Hugh mulai merasa tidak nyaman dengan sikap Robert, begitu
juga Robert yang selalu menatap tajam pada Hugh.
“selamat malam” Min Ho datang membawa sekotak coklat.
Hugh dan Robert menatap Min Ho, Min Ho pun kaget dengan itu.
“siapa lagi dia?” Robert mulai kesal.
Hugh menahan emosinya.
Min Ho mendekat dan duduk, “selamat malam tuan-tuan”
“malam” Hugh tersenyum.
Robert memalingkan wajahnya dan menunjukan cincin berliannya,
ia juga mengeluarkan sebatang coklat mahal dari sakunya.
Min Ho mengerti maksud Robert, ia pun menyimpan coklatnya ke
belakang.
Saat Rose kembali,
Ya Tuhan... mereka bertiga ada
disini? Ia semakin
panik, aku harus bagaimana?
“hey Rose” Min Ho tersenyum.
“hey Lee” Rose mendekat dan memberikan minuman kepada Robert
dan Hugh, “aku akan mengambilkan minuman untukmu”
“tidak usah, duduklah”
Rose duduk.
“ini untukmu” Min Ho memberikan coklatnya meski pun ia tau,
coklat kecil Robert lebih mahal.
“terima kasih”
“jadi ini paman Lee?” Robert menatap Rose.
Rose pasrah dengan itu.
Mereka saling tatap.
***
Hari semakin larut,
“kau harus memilih diantara kita bertiga” Robert menatap
Rose.
“iya Rose” tambah Hugh yang masih agak kesal pada Robert.
“kami akan menghargai apapun keputusanmu” Min Ho melihat ke
arah lain karena tidak mau melihat Robert yang sombong.
“maafkan aku, tapi aku tidak bisa memutuskan sekarang. Aku
butuh waktu” Rose menunduk.
“kalau begitu, mari kita bersaing secara sehat” Hugh menatap
Robert dan Min Ho sambil tersenyum.
“sepakat” Min Ho berdiri dan tersenyum.
Robert berdiri dan menyimpan kotak cincinnya di meja, ia pun
pergi.
Min Ho terus menatap Robert, “pria itu sombong sekali”
“tentu saja, aku pun sudah lemas menahan emosiku”
“baiklah Rose, aku harus pergi sekarang” Min Ho tersenyum dan
pergi.
“aku rasa kita tidak bisa makan malam hari ini, selamat ulang
tahun Rose” Hugh tersenyum dan pergi.
Rose masih diam dan menatap cincin berlian yang ada di meja, Robert pasti sangat marah. Dia baru saja mau
mengajak untuk serius padaku, tapi Rose melihat coklat dan bunga yang
diberikan Hugh dan Min Ho. Tapi mereka
juga begitu memperhatikan aku, ya Tuhan...
Rose yang bimbang pun berdiri dan mengambil semua hadiahnya,
ia pergi ke kamar.
Siang itu,
Rose sedang melamun di sofa, apa aku tanyakan saja pada Beatrice? Aku tidak boleh memilih sendiri,
Beatrice juga punya hak untuk memilih.
“ibu kok ngelamun disitu sih? Ibu kenapa?” Beatrice mendekat.
“gak apa-apa kok nak” Rose tersenyum, “sini, duduk sama ibu”
Beatirce tersenyum dan duduk disamping Rose.
Rose merangkul Beatrice, “sayang, menurut kamu, diantara para
paman yang datang kesini, ibu cocok sama siapa ya?”
Beatrice menatap Rose.
“maksud ibu, kamu nyaman sama siapa?”
“apa ibu memberiku kesempatan untuk mengeluarkan pendapat?”
“iya, nantinya kan salah satu diantara mereka, akan jadi
ayahmu”
“aku masih bingung bu, tapi aku punya satu orang yang ibu
harus eliminasi” Beatrice tersenyum.
Malam itu,
Di sebuah restoran, Rose sedang berdansa dengan Robert.
“aku senang kita bisa makan bersama”
Rose tersenyum, “bukankah kita sedang berdansa?”
“oh iya, aku lupa”
“kau ini”
Robert menatap Rose, “hebat sekali dansamu, siapa yang
mengajarinya?”
“kamu”
Robert membanggakan dirinya.
Rose mulai serius, “Robert, aku ingin bicara denganmu”
“apa itu? Apa pembicaraan ini sangat penting?”
Rose mengangguk.
“ok, kita ke atas”
Mereka pun pergi ke atap restoran.
***
“jadi, Beatrice takut pada tatapanku?” Robert tidak percaya
dan merasa aneh.
“iya, dia bilang, tatapanmu menyeramkan” Rose agak canggung
mengatakan itu.
“yang benar saja? Semua wanita bilang, mataku indah. Ini mata
malaikat, sayang. Aku punya bulu mata yang lentik seperti wanita, kau lihat
kan? Bahkan ada juga bulu yang tumbuh di bagian bawah mataku”
Rose menatap Robert dengan aneh.
“sudahlah, kita tidak usah membahas itu. Lagi pula sekarang,
wanitaku hanya kau”
Rose mengeluarkan kotak cincin dari tasnya, ia pun
menyerahkan itu pada Robert.
“apa maksudmu?” ekspresi Robert berubah dan menatap Rose
dengan serius.
“maafkan aku Robert, kau orang pertama yang diminta Beatrice
untuk aku eliminasi”
“apa?” Robert kesal, “yang benar saja Rose, apa kekuranganku
selama ini? Jika karena aku jarang mengunjungi kalian, itu semua karena aku
sibuk. Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik, apa kau tidak merasakan itu?”
“bukan itu Robert, aku sangat menghargai semuanya. Waktu
luang yang kau berikan, semua perhatianmu. Tapi...”
“tapi apa?”
“Beatrice tidak menyukaimu”
Robert yang kesal, memalingkan wajahnya, “sungguh konyol, aku
kalah karena tatapan ku yang dianggap menyeramkan”
“itu pendapat anakku, harusnya kau bisa menghargai itu
Robert” Rose menatap Robert.
“ok, tidak masalah” Robert menatap Rose dengan dingin, “kau
adalah wanita pertama yang membuat hatiku sakit Rose, terima kasih banyak”
Rose mulai sedih, “maafkan aku Robert”
Dengan rasa kecewa, Robert menatap Rose. Tapi ia berusaha
tegar, “anggap saja cincin itu hadiah pernikahanmu kelak” Robert meninggalkan
Rose.
Rose menunduk sambil memegang kotak cincin itu.
Robert menuruni tangga dan beberapa wanita menatapnya.
“hey tampan”
Robert tersenyum dan merangkul dua wanita keluar restoran.
Rose menangis, aku tau
kamu serius. Aku tau tidak ada permainan sedikit pun darimu, kau tidak pernah
terdengar dengan wanita manapun saat mendekatiku. Tapi Beatrice tidak
menyukaimu, aku harus memberikan yang terbaik untuknya. Maafkan aku Robert.
Rose pun menghapus air matanya dan keluar dari restoran, ia
menunggu taxi.
Rose melihat taxi lewat, “tax...”
Seseorang membekap Rose dan membuat Rose pingsan, orang itu
pun membawanya pergi.
Pagi itu,
Robert masih tertidur di kamarnya dengan dua wanita yang ia
temui tadi malam.
Hp Robert terus berbunyi.
“Robert, HP-mu bunyi terus tuh”
“emh...” Robert membuka matanya, “biarkan saja, aku masih
ngantuk”
“tapi HP itu akan terus berbunyi sayang”
“ok” Robert bangun dan melihat Hp-nya, “nomor siapa ini?” ia
mengangkatnya, “hallo?”
“selamat pagi Robert”
Robert mendengar suara yang tidak asing, “maaf, ini...”
“aku Hugh, aku ingin menanyakan Rose”
“dia sudah melepaskan aku, aku bukan sainganmu lagi.
Sebaiknya kau tidak usah menanyakan dia padaku, disini sudah ada dua wanita
cantik”
“Robert, aku serius. Aku mewakili kepolisian, ingin
menanyakan dimana Rose sekarang”
“ah?” Robert kaget, “kamu gak bercanda kan?”
“menurut saksi, kau yang terakhir bersamanya”
“ya, tadi malam kami memang bersama. Tapi saat dia melepaskan
aku, aku kesal. Aku meninggalkannya di restoran”
“kau tega sekali Robert, tidak bertanggung jawab. Pantas jika
Rose melepasmu lebih dahulu”
“apa kau sedang pamer padaku? Jangan-jangan dia memilihmu
sebagai suaminya”
“Robert, aku khawatir Jake menculiknya. Aku takut dia
melakukan sesuatu yang buruk pada Rose, sekarang Beatrice sendirian di rumah.
Aku khawatir dia juga akan jadi korban selanjutnya”
Robert terdiam.
“ada apa Robert?”
“kenapa kau jadi murung begitu sayang?”
“pergilah, aku ada urusan penting”
Kedua wanita itu saling tatap lalu menatap Robert.
“ok, sampai jumpa sayang” wanita itu tersenyum dan bangun.
“bye Robert” wanita yang satunya mendekati Robert.
Mereka berdua mencium pipi Robert.
***
Di Tk,
Semua anak keluar, Beatrice pun keluar karena kelasnya sudah
bubar. Tiba-tiba sebuah mobil sport datang dan berhenti di dekat gerbang
sekolah.
Robert keluar dari mobil itu, “siapa diantara kalian yang
bernama Beatrice?”
Beatrice kaget karena Robert berjalan mendekatinya.
“hey Bee, ayo kita pergi”
Beatrice menggeleng dan mundur.
“kau harus ikut paman, sekarang juga” Robert menatap
Beatrice.
Beatrice menunduk.
Robert memegang tangan Beatrice dan mengajaknya ke mobil.
Di jalan,
Beatrice yang duduk di samping Robert, terus menangis tanpa
suara.
Robert yang sedang menyetir pun menoleh dan melihat itu, “kau
kenapa? Aku tidak akan memakanmu”
Beatrice mulai mengeluarkan suara tangisannya.
“hey, kenapa?” Robert menghentikan mobilnya, “Bee, lihat
paman”
Beatrice menggeleng.
“baiklah, dengarkan paman. Saat ini, ibumu diculik oleh
ayahmu yang jahat. Aku membawamu pergi, karena aku peduli padamu. Aku ingin kau
aman di rumahku. Jika kau diam di rumahmu, dia pasti akan menculikmu juga. Aku
tidak jahat kan?”
Beatrice menunduk sambil terus menangis.
“ah” Robert melihat ke arah lain, ia pun kembali menjalankan
mobilnya dengan sedikit kesal.
Mereka sampai di rumah Robert.
Rumah yang besar dan mewah bergaya futuristik ada di hadapan
Beatrice sekarang.
“ayo” Robert memegang tangan Beatrice dan mengajaknya masuk.
“selamat datang tuan” beberapa pelayan menyambut di depan
pintu.
Robert tersenyum menatap Beatrice, “kau suka istanaku kan?”
Beatrice hanya diam.
“aku akan mengantarmu ke kamar”
Mereka naik lift.
“ini keren kan? Coba kau bayangkan, punya lift di rumahmu,
kau tidak akan lelah menaiki tangga”
Beatrice hanya menunduk, rumahku
kan cuma 2 lantai.
“kenapa kau diam saja?”
Lift terbuka.
“itu dia, sebentar lagi kita menemukan kamarmu”
Mereka berjalan.
“ini dia” Robert membukakan pintu kamar, “mulai sekarang, ini
kamarmu sayang”
Mereka masuk.
“kamar paman ada di sebelah sana. Jika ada apa-apa, kau
datang saja ke kamar paman. Ok?”
Beatrice mengangguk dengan kepala yang terus menunduk.
Robert mengelus kepala Beatrice dan keluar.
Seorang pelayan masuk, “selamat siang nona, saya akan
merapikan barang-barang nona”
“aku gak bawa baju kesini”
“tuan bilang, tuan Jackman akan datang membawakan
barang-barang nona”
“paman Hugh? Benarkah?”
“iya, lebih baik nona istirahat dulu sekarang”
***
Hugh pun datang ke rumah Robert,
“selamat datang Hugh”
“selamat sore Robert”
Robert mendekat, “duduklah”
“terima kasih” Hugh duduk dan menyimpan koper Beatrice.
Seorang pelayan mendekat dan mengambil koper itu, “permisi
tuan”
“silahkan” Hugh tersenyum.
Setelah pelayan itu pergi,
“apa motifmu sehingga kau membawa Beatrice kesini?”
“aku hanya berfikir, jika rumahnya, dia tidak aman. Dia tidak
boleh sendirian, apalagi dia hanya anak kecil”
“tapi aku bisa mengerahkan keamanan untuk menjaganya disana”
“hal itu akan cepat datang Hugh”
“maksudmu apa?”
“jika Beatrice di rumahku, Jake pasti perlu waktu untuk
mencarinya. Meski aku yakin, lambat laun, dia akan datang kesini”
“apa yang akan kau lakukan?”
“aku akan menjaga Beatrice, meski nyawaku taruhannya” Robert
menatap Hugh.
“ok” Hugh diam dan kembali menatap Robert, “jangan lupa untuk
menghubungiku jika terjadi apa-apa”
“tentu” Robert tersenyum, “jangan lupa juga untuk
memberitauku tentang kabar terbaru Rose”
Hugh mengangguk, “baiklah, aku permisi” ia pergi.
Malamnya,
Robert masuk ke kamar Beatrice, Beatrice yang duduk di kasur
pun menunduk.
“kenapa kau belum tidur?” Robert menatap Beatrice.
Beatrice tidak menjawab.
Robert mendekat dan duduk disamping Beatrice, “kau selalu tidak
menjawab pertanyaanku, tapi kau mau bicara dengan para pelayan disini. Apa aku
benar-benar tidak ada artinya di matamu?”
Mata Beatrice mulai berkaca-kaca.
“jangan menangis, paman kesini cuma mau bacain cerita buat
kamu” Robert mengeluarkan sebuah buku dongeng anak, “tadi paman membelinya
sebelum menjemputmu sekolah”
Beatrice menatap buku itu, dia akan membacakan dongeng sebelum tidur untukku?
“ayo berbaring”
Beatrice pun menuruti Robert.
Robert merangkul Beatrice dan mulai bercerita, “pada suatu hari...”
Selama Robert bercerita, Beatrice hanya menunduk. Selama ini,
ia belum pernah diberikan dongeng sebelum tidur oleh ayahnya. Perlahan, mata
Beatrice tertutup.
***
“selesai” Robert menutup bukunya dan tersenyum pada Beatrice,
tapi ia melihat Beatrice sudah tertidur. “ok, tak masalah” Robert bangun dan
memakaikan Beatrice selimut, ia mencium kening Beatrice dan berbisik, “night...
night... baby” Robert keluar dari kamar Beatrice.
Pagi itu,
Seorang pelayan pergi ke dapur dan melihat Robert sedang
memasak.
“tuan?” pelayan itu kaget.
Robert menoleh dan tersenyum, “aku sedang membuat omelet
untuk sarapan”
Pelayan itu melihat banyak masakan gagal di tempat sampah,
“sejak kapan tuan bangun?”
“jam 3, aku sangat bersemangat. Bisakah kau mengajarkanku?”
“tentu tuan”
Di kamar Beatrice,
“nona, ayo bangun. Ini sudah pagi”
Beatrice membuka matanya, kasur yang nyaman dan empuk
membuatnya begitu lelap.
“ayo sarapan, nona kan harus bersiap untuk sekolah”
Beatrice bangun, “aku mau mandi dulu”
“baik nona”
Di ruang makan,
Robert masih menyiapkan makanan.
Beatrice muncul bersama seorang pelayan.
“silahkan duduk nona”
“terima kasih” Beatrice duduk.
Robert sengaja duduk di dekat Beatrice, “hey”
Beatrice menunduk.
“ini untukmu” Robert memberikan sepiring omelet, “paman
membuatnya tadi”
Beatrice terdiam melihat omelet itu.
Robert merasa aneh, ia pun melihat omelet buatannya yang
berbentuk abstrak dan agak gosong. Robert mengambil lagi piring omelet itu dan
menyingkirkannya, “baiklah, aku rasa, kita sarapan roti saja”
Beatrice merasa lega tidak jadi memakan makanan aneh itu.
Robert mengambil roti dan mulai mengolesinya dengan selai
kacang, “maaf, paman belum sempat membeli sereal. Tapi paman janji, nanti paman
akan membelinya untukmu” Robert memberikan rotinya kepada Beatrice, “ayo makan”
Seorang pelayan tersenyum, biasanya Robert hanya ingin
dilayani. Tapi sekarang, Robert selalu berusaha melayani Beatrice dengan tulus.
Ia yakin, Robert begitu peduli pada anak itu.
Beatrice memakannya.
Robert tersenyum, “paman akan mengantarmu sekolah dan
menjemputmu pulang. Kau harus ingat, jika paman belum datang, jangan pernah
keluar sendirian. Tetap diam bersama gurumu, mengerti?”
Beatrice mengangguk.
“bagus” Robert mengelus Beatrice.
Malam itu,
Robert pulang ke rumah.
“selamat malam tuan” seorang pelayan menyambutnya.
“malam, mana Beatrice?”
“setelah makan malam, nona Beatrice terus berada di kamarnya”
“tolong ambilkan kotak sereal yang ada di luar, aku akan
melihat Beatrice” Robert masuk lift.
“baik tuan”
Setelah lift terbuka,
Robert masuk ke kamar Beatrice dan melihatnya sedang
menangis.
Beatrice menunduk.
“kenapa kau menangis?” Robert menatap Beatrice, “ada anak
nakal di sekolah?”
Beatrice menggeleng.
Robert mendekat dan mengelus Beatrice, “kau pasti rindu ibumu
kan?”
Air mata Beatrice semakin menetes.
“sayang” Robert memeluk Beatrice.
Beatrice terdiam, selama ini ia tidak pernah mendapat pelukan
dari ayahnya. Ia pun merasakan kehangatan dari pelukan Robert.
“kamu harus tenang, paman Hugh sedang berusaha mencari ibumu.
Percayalah, ibumu pasti akan segera kembali. Dia pasti akan segera disisimu
lagi” Robert tersenyum dan menghapus air mata Beatrice, “kamu bobo ya, paman
udah beli sereal buat sarapan besok”
Beatrice mengangguk.
“night... night...” Robert mencium kening Beatrice dan keluar
dari kamarnya.
Besoknya,
Beatrice bangun, ia melihat jendela dan langit sudah terlihat
cerah. “udah pagi?” Beatrice pun keluar dari kamarnya.
“selamat pagi nona” seorang pelayan tersenyum.
“pagi”
“mari, saya antar ke ruang makan. Tuan sudah menunggu nona
untuk sarapan”
Beatrice mengangguk.
Mereka pun pergi ke ruang makan.
Saat sampai di ruang makan,
Beatrice kaget melihat kota sereal yang menjulang tinggi di
hadapannya. Apa ini kotak sereal
sungguhan? Beatrice duduk.
“hey Bee” Robert tersenyum dan menaiki tangga untuk mengambil
semangkuk sereal, Robert turun dari tangga dan mendekati Beatrice. Ia
memberikan mangkuk sereal itu, “ini untukmu” Robert juga menuangkan susu ke
dalam mangkuk, “dimakan ya”
Beatrice mengangguk.
Robert tersenyum melihat Beatrice, sekarang dia sudah mau berkomunikasi denganku. Meskipun itu hanya
anggukan, tapi Robert sangat senang.
Robert pun mengambil semangkuk sereal lagi, ia duduk
disamping Beatrice dan memakannya dengan bahagia.
Beatrice menatap Robert, dia
juga makan serealnya?
“oh iya Bee, hari ini paman libur. Kamu mau jalan-jalan
kemana?”
Beatrice menggeleng.
“ya udah, kita main di rumah aja ya” Robert tersenyum.
Siang itu,
Beatrice sedang mengerjakan PR-nya di ruang TV.
Robert mendekat dan duduk di dekat Beatrice, “hey, kamu lagi
apa?” Robert melihat buku Beatrice, “mau paman bantu?”
Beatrice mengangguk.
Robert tersenyum dan mengajari Beatrice.
Setelah PR selesai,
“ternyata kamu pinter ya” Robert mengelus Beatrice, “kamu mau
gak jadi CEO di perusahaan paman?”
Beatrice kaget mendengar itu, dia tidak mengerti apa itu CEO.
“maafkan paman jika hanya menemanimu seminggu sekali,
pekerjaan paman sangat banyak Bee. Nanti malam juga, paman akan bergadang di
ruang kerja. Kalau ada apa-apa, kamu kesana aja ya”
Beatrice mengangguk.
***
Malam itu,
Di ruang kerja, Robert masih mengerjakan pekerjaan kantornya.
Waktu menunjukan pukul 2.30 a.m.
“huach...” Robert menguap, dia belum tidur sedikit pun. Tapi
Robert harus menyelesaikan pekerjaannya.
Brak...
Robert mendengar suara yang janggal, ia pun menoleh dan
berfikir. Suara apa itu?
Di kamar Beatrice,
“Beatrice, ayo ikut ayah” Jake yang masuk lewat jendela,
berusaha merayu Beatrice.
“enggak” Beatrice takut, ia terus berusaha menjauhi Jake.
Tapi Beatrice mulai tersudut.
“ayo nak, ikut ayah” Jake mendekat dan mau memegang tangan
Beatrice.
“enggak” Beatrice berteriak.
“jangan ganggu dia” Robert yang datang, menatap Jake.
“kau?” Jake menatap Robert, “jadi kau yang telah
menyembunyikan anakku disini?”
“ya, aku hanya ingin dia aman darimu”
“jaga bicaramu, aku ini ayahnya”
“secara biologis, kau memang ayahnya. Tapi pernahkah kau
membahagiakan dia? Pernahkah kau membuat dia merasakan bagaimana memiliki
seorang ayah?” Robert mendekat.
“kurang ajar kau” Jake mengeluarkan belati dan menusuk
Robert.
Robert terdiam, HP-nya jatuh dan terdapat laporan, jika pesan
singkatnya terkirim pada Hugh.
Beatrice yang melihat Robert ditusuk di depan matanya pun mulai panik, air mata Beatrice menetes.
“harusnya kau tidak ikut campur tuan. Jika kau diam, kau
tidak akan seperti ini” Jake berjalan dan mendudukan Robert di sofa.
Robert hanya diam dengan darah yang terus keluar dari
lukanya.
“kau berharap untuk menggantikan aku kan?” Jake semakin
menusuk Robert.
“a...” Robert merasa sakit dan menatap Jake.
“aku rasa kau tidak akan pernah menggantikan aku” Jake
tersenyum, “karena kau akan segera mati” Jake menusuk Robert semakin dalam.
Darah keluar dari mulut Robert.
Jake mencabut belatinya, “how terrible you are” ia tersenyum.
Robert mulai sekarat.
“agrh” Beatrice berteriak karena tak kuat melihat itu.
Hugh datang bersama beberapa polisi dan langsung menodongkan
pistol ke arah Jake.
Jake kaget dan mengangkat tangan, belati yang berlumur darah
pun jauh.
Jake langsung ditangkap oleh mereka dan tim medis datang
untuk membawa Robert ke ambulan.
Hugh mendekati Beatrice, “Beatrice”
“paman” Beatrice memeluk Hugh sambil menangis, “paman
Robert...”
“iya sayang” Hugh mengangkat Beatrice sambil memeluknya,
“tenang ya, paman Robert akan dibawa ke rumah sakit sekarang”
Para pelayan sangat menyesal dengan kejadian itu. Seandainya
waktu bisa diputar, mereka tidak akan tidur dan akan terus menemani tuannya.
Mereka hanya berharap agar Robert baik-baik saja.
Hugh membawa Beatrice ke mobil polisi yang terpisah dengan
Jake.
Beatrice terus menangis di dalam mobil.
“sayang, sudah. Kamu sudah aman sekarang, sebentar lagi paman
akan menemukan ibumu”
Beatrice terus menangis, ia terus teringat dengan kejadian
sadis yang ia lihat.
“ya Tuhan... jangan-jangan dia trauma” Hugh menatap
teman-temannya.
Temannya yang mengemudi pun menoleh dengan wajah yang
khawatir.
Di rumah sakit,
“dokter Lee, ada pasien gawat dok”
“kenapa?”
“korban penusukan, pendarahannya kuat”
Saat Min Ho melihat pasien itu, “Robert?” ia kaget.
***
Di kantor polisi,
“kayanya Beatrice gak boleh disini, dia ketakutan banget
ngeliat wajah Jake” teman Hugh khawatir.
“ok, aku akan membawanya ke rumah sakit. Mungkin aku bisa
menitipkannya pada Lee”
“hati-hati”
Hugh pun membawa Beatrice pergi.
Di rumah sakit,
Min Ho keluar dari ICU, ia melihat Hugh dan Beatrice ada di
ruang tunggu.
“hey Lee”
“Hugh, apa yang terjadi?”
“Jake menusuk Robert di depan Beatrice”
“bagaimana dengan Rose?”
“aku sudah mendapatkan lokasinya, aku kesini untuk menitipkan
Beatrice”
“ok”
“bagaimana keadaan Robert?”
“dia...”
“apa dia bisa di jenguk?”
“sebenarnya tidak, tapi untukmu... kau boleh masuk”
Hugh tersenyum.
“ingat, hanya sebentar”
“bukan aku yang ingin melihatnya” Hugh menggendong Beatrice,
“ayo sayang, di dalam, paman Robert sedang tidur”
Hugh membawa Beatrice ke dalam.
Di dalam,
Mereka melihat Robert yang terbaring dengan keadaan yang
menyedihkan, selang oksigen yang dimasukan ke mulutnya. Alat-alat yang menempel
di tubuhnya dan jahitan yang memanjang.
“ya Tuhan...” Hugh tidak tega melihat itu, ia mendudukan
Beatrice, “kamu disini dulu ya nak, paman mau bicara sama paman Lee”
Beatrice hanya diam melihat Robert.
Hugh khawatir melihat itu, tapi ia ingin mengetahui keadaan
Robert yang sebenarnya. Ia pun keluar dan menemui Min Ho yang masih berdiri di
ruang tunggu.
“bagaimana keadaan Robert yang sebenarnya Lee?”
“hatinya bolong, belati itu menembusnya. Aku sudah mengangkat
hatinya dan untuk sementara... dia bertahan dengan alat penunjang hidup, dia
juga banyak mengeluarkan darah”
“jika dia butuh darah, ambil saja darahku. Aku mohon, tolong
dia agar tetap hidup”
“kenapa kau begitu peduli padanya? Bukankah dia...”
“aku tau, aku tidak mau menjadi saingannya lagi. Aku menyerah
padanya, Robert lebih cocok untuk Rose dari pada aku”
Min Ho menatap Hugh.
“dia rela kehilangan nyawanya demi Beatrice, belum tentu aku
bisa melakukan itu. Dibalik kesombongannya, terdapat ketulusan”
“jadi kau benar-benar menyerah?”
Hugh tersenyum dan mengangguk.
“bagaimana jika dia tidak bertahan?”
“jangan katakan itu Lee, kau harus membuatnya tetap hidup”
“aku bukan Tuhan, Hugh. Lagi pula dia sekarat dan membutuhkan
cangkok hati segera, kau fikir itu gampang?”
Suasana mulai memanas, tapi tiba-tiba, terdengar teriakan
Beatrice.
“argh”
Hugh dan Min Ho segera masuk ke ruang ICU, ternyata disana
Robert kejang dan terus mengeluarkan darah dari mulutnya. Sementara Beatrice
terus berteriak histeris sambil menangis.
Hugh langsung mengangkat Beatrice, “aku akan membawa Beatrice
pulang” Hugh sadar, Beatrice akan semakin terguncang jika tetap disana.
“ya” Min Ho begitu serius memeriksa Robert.
Hugh keluar dan para suster pun masuk ke ruangan itu.
Di jalan,
“kamu pulang ya nak, paman janji akan segera membawa ibumu”
Hugh yang mengemudi, menatap Beatrice dengan khawatir.
Beatrice menggeleng.
“kenapa nak? Beatrice mau ke rumah paman?”
Beatrice menggeleng lagi.
“ke rumah paman Robert?”
Beatrice mengangguk.
Hugh terdiam, “ok, kita kesana sekarang”
Sesampainya di rumah Robert,
“aku titip Beatrice ya”
“iya tuan, tuan tenang saja, kami akan menjaga nona Beatrice
dengan baik”
Hugh pergi.
***
Mobil Hugh berhenti di depan sebuah rumah kecil, Hugh keluar
dari mobilnya. Ia berjalan cepat ke pintu rumah itu dan mendobraknya.
Brak...
“Rose, kau bisa mendengarku?”
“Hugh?”
Hugh mendengar suara Rose, “dimana kau?”
“aku disini, tolong aku” Rose mengetuk-ngetuk pintu kamar
yang terkunci.
Hugh mendekat, “mundurlah, aku akan mendobraknya”
Brak...
“Hugh” Rose memeluk Hugh sambil menangis.
“kamu gak apa-apa kan?”
Rose mengangguk.
“ayo, kita harus ke rumah Robert sekarang”
“rumah Robert?”
“Beatrice ada disana, dia tidak mau pulang ke rumah kalian”
Rose merasa aneh.
Mereka pun sampai di rumah Robert.
“mana anakku?”
“nona Beatrice ada di kamar tuan Robert, dia ingin sendiri
disana”
Rose masuk lift dan berjalan ke kamar Robert, saat ia melihat
Beatrice, Beatrice sedang menangis di kasur Robert.
“Beatrice...” Rose mendekat.
Beatrice melihat ibunya dan mereka berpelukan.
Hugh sedih melihat itu, tapi ia bersyukur bisa menyatukan
kembali Rose dan Beatrice.
Pelayan itu menjelaskan kepada Hugh, “saat nona Beatrice
datang, ia langsung berlari ke kamar tuan Robert”
Hugh menatap pelayan yang terlihat khawatir, “semoga semuanya
akan menjadi baik”
“Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik, tuan”
“ya, tentu. Kalau begitu aku permisi, tolong jaga mereka”
“baik tuan”
Hugh pun pergi.
Di kamar,
“nak, jangan tidur disini ya. Ini kan kamar paman Robert,
kita cuma menginap disini”
Beatrice mengangguk.
Rose mengangkat Beatrice dan Beatrice terus menangis di
pelukannya, sebenarnya Rose sangat khawatir dengan keadaan Beatrice. Hugh
bilang, dia trauma karena kejadian itu.
“nyonya, silahkan. Kamar anda ada di sebelah sana, saya juga
sudah memindahkan barang-barang nona Beatrice kesana”
“terima kasih banyak”
Rose pun membawa Beatrice masuk ke kamar baru mereka, “lihat
nak, kamar ini bagus”
Beatrice diam.
“sayang” Rose mendudukan Beatrice di sofa, “kamu jangan
nangis terus ya, ibu kan udah ada disini nak” Rose duduk dan mengelus Beatrice.
Di rumah sakit,
Min Ho melihat keadaan Robert dari jendela, kenapa kau bisa membuat Hugh menyerah?
Awalnya aku kira, kau sudah tak punya kesempatan lagi karena ditolak Beatrice.
Tapi sekarang, kau menjadi saingan terberat dan satu-satunya untukku. Aku tidak
akan menyerah padamu Robert.
Min Ho pergi.
Besoknya,
Rose datang ke rumah sakit, ia mengintip Robert dari luar.
“kau ingin melihatnya?”
Rose menoleh, “Lee?”
“aku senang bisa melihatmu lagi Rose, aku rindu padamu. Aku
khawatir saat mendengar kau hilang”
“terima kasih Lee” Rose tersenyum dan menunduk.
“masuklah”
“bukankah dia belum boleh dijenguk?”
“aku tau kau ingin melihatnya, ayolah”
“terima kasih Lee” Rose masuk.
Di dalam,
Rose mendekati Robert dan duduk, ia mulai menangis. “aku
tidak tau harus berkata apa padamu, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih
karena kau telah menjaga Beatrice dengan baik” Rose semakin sedih, “aku juga
minta maaf karena mantan suamiku membuatmu jadi seperti ini” Rose bersandar ke
bahu Robert dan terus menangis, “kamu harus sembuh Robert, Beatrice sangat
membutuhkanmu sekarang. Dia amat menyayangimu, jangan tinggalkan kami”
Min Ho melihat itu dari luar, apa aku harus menyerah juga padanya? Apa benar Robert sudah menang dan
hanya dia yang pantas untuk Rose?
“maaf dok”
“iya?” Min Ho menoleh.
“kami tidak menemukan donor hati satu pun”
“apa? Pasienku sekarat dan dia membutuhkan itu secepatnya.
Jika tidak, dia akan mati”
“maaf dok”
Min Ho mulai cemas dan kembali melihat ke dalam.
Rose mengelus Robert sambil tersenyum, “aku janji akan
kembali besok, sampai jumpa Robert. Semoga kau cepat siuman” ia pun keluar.
Di ruang tunggu,
“Rose”
“ada apa Lee?”
“apa kau mencintainya?”
“kenapa kau bertanya seperti itu?”
“aku, aku hanya... kau tau kan? Hugh sudah menyerah, tapi
aku...”
Rose menunduk, “Robert sudah berbuat banyak untuk Beatrice,
mana mungkin aku tidak peduli padanya”
“aku megerti” Min Ho melihat ke arah lain.
“bagaimana keadaannya?”
“Robert sangat membutuhkan cangkok hati, keadaannya juga
belum ada kemajuan” Min Ho menatap Rose, “sayangnya, tidak ada cangkok hati
untuknya”
Air mata Rose menetes, “maksudmu, Robert...”
“kita tidak bisa berbuat banyak, kita hanya bisa melihat
sejauh mana dia bisa bertahan”
“aku percaya Tuhan itu adil, aku yakin Tuhan akan memberikan
yang terbaik untuk Robert”
Min Ho mengaguk.
“aku permisi Lee”
“aku antar ya?”
Rose menggeleng, “lebih baik, kau menjaga Robert untukku”
“ok” Min Ho diam.
Malamnya,
“paman?!” Beatrice yang sedang tidur, terbangun sambil
berteriak.
“Beatrice?” Rose yang tidur disamping Beatrice, khawatir,
“ada apa nak?”
Beatrice menangis, bayang-bayang saat Jake menusuk Robert
terbawa dalam mimpinya.
“sayang” Rose memeluk Beatrice dengan sedih, “kamu harus
tenang nak, lebih baik kita do’akan paman Robert agar cepat sembuh”
Besoknya,
Rose kembali datang ke rumah sakit, ia masuk ke ICU tempat
Robert dirawat. Rose melihat seorang suster mau menyeka Robert.
“selamat pagi nyonya”
“biar aku saja yang melakukannya sus”
“baiklah” suster itu tersenyum dan pergi.
Rose mulai menyeka wajah Robert, “jangan tidur terus tampan,
aku sudah tidak sabar melihat tatapan nakalmu” Rose tersenyum, “aku melihat
bulu matamu yang lentik” Rose ingat saat Robert sedang membanggakan matanya,
“kau bisa mendengarku kan? Aku sayang padamu”
Min Ho mengintip dari luar, apa Rose masih mengaharapkannya? Bagaimana jika dia tidak mendapatkan
donor sampai dia tidak bertahan lagi? Min Ho menunduk.
Hugh datang, “hey Lee”
“Hugh? Kenapa kau kemari?”
“aku hanya ingin mengetahui kabar CEO playboy itu”
“kau menyebutnya playboy, tapi kau membiarkan Rose untuknya”
“itu hanya sebutan, dia sudah tidak playboy lagi kan?”
“dia sekarat Hugh, sampai saat ini, tidak ada donor untuknya”
“apa Rose tau?”
Min Ho mengangguk, “tapi Rose terus optimis jika dia akan
sembuh” Min Ho menatap Hugh, “dia tidak akan hidup tanpa hati”
“aku akan membantu mencarikan donor untuknya” Hugh tersenyum,
“aku ingin melihat mereka bahagia”
Min Ho kesal mendengar itu, “kau fikir aku sudah menyerah?”
“Lee, trauma Beatrice hanya bisa disembuhkan oleh Robert”
“aku bisa membawanya ke psikiater”
“ini bukan soal medis Lee, ini soal perasaan”
Min Ho terdiam.
Hugh mengintip dan melihat Rose mencium kening Robert, “kau
lihat kan? Rose juga mencintainya. Selama ini, yang menjadi peluang kita adalah
Beatrice. Tapi sekarang, Beatrice juga memilihnya. Kau mau apa lagi Lee? Jika
kita mencintai seseorang, kita harus membuatnya bahagia meski dia tidak bersama
kita”
“itu kau” Min Ho pergi.
Hugh diam.
Rose keluar, “Hugh?”
“hey” Hugh tersenyum.
“bagaimana dengan Jake?”
“kau tenang saja, dia sudah diamankan sekarang”
“aku sangat takut dia kembali datang, kau tau sendiri kan?
Sekarang Beatrice begitu takut padanya. Bahkan mendengar namanya saja, Beatrice
histeris”
“kamu sabar ya Rose”
Rose mengangguk, “sebenarnya aku sangat takut kehilangan
Robert, aku juga tidak mau Beatrice terus seperti itu Hugh. Dia sudah satu
minggu tidak sekolah”
“sudahlah Rose, saat ini Beatrice butuh ketenangan” Hugh
memeluk Rose, “dia sangat membutuhkanmu disampingnya”
“aku sangat sedih dengan semua ini, apalagi Lee bilang, belum
ada donor untuk Robert”
“kamu tenang saja, aku akan ikut membantu”
Min Ho melihat itu, Hugh
benar-benar tulus mengorbankan perasaannya. Kenapa Hugh?
Di rumah Robert,
Beatrice memandangi kotak sereal besar yang ada di ruang
makan, ia ingat saat Robert menaiki tangga setiap akan mengambilkan sereal
untuknya.
“hey Bee, ayo makan” Robert yang sedang makan
sereal, tersenyum.
“paman...” Beatrice menunduk dan air matanya mulai menetes.
“nona?” seorang pelayan mendekat, “nona mau makan sereal?”
Beatrice menggeleng.
“tapi kan nona belum sarapan” pelayan itu tersenyum, “tuan
membeli sereal besar ini, agar nona mau sarapan. Jika tuan Robert ada disini
dan melihat nona tidak mau makan, pasti tuan akan sedih. Nona gak mau tuan
sedih kan?”
Beatrice mengangguk.
“kalau gitu, nona sarapan ya?”
Beatrice mengangguk dan duduk.
Pelayan itu pun mengambilkan sereal untuk Beatrice.
Rose datang, ia bersyukur melihat Beatrice sarapan. Rose
mendekat, “hey sayang, serealnya enak?”
Beatrice mengangguk.
Saat Rose menoleh, “ya Tuhan...” ia baru sadar ada kotak
sereal besar disana, “besar sekali kotak ini, aku belum pernah melihat kotak
sereal sebesar itu sebelumnya”
“tuan sengaja memesannya dari pabrik” pelayan itu tersenyum,
“nyonya mau sarapan sereal?”
“baiklah, aku ingin mencobanya”
Malam itu,
Min Ho menatap Robert, “apa kau akan bertahan? Buktikan
padaku jika kau bisa terus bertahan, buktikan jika aku tidak salah merelakan
Rose untukmu. Buktikan bahwa kau bisa menunggu hingga donormu ada” Min Ho
melihat ke arah lain, “aku tidak tau harus bicara apa, tapi aku ingin kau tetap
hidup” Min Ho pergi.
Jari tangan Robert pun sedikit bergerak.
Di rumah Robert,
Beatrice diam di kasur, biasanya Robert selalu datang dan
membacakan dongeng sebelum tidur untuknya.
“sayang, kok belum bobo nak? Ini kan udah malem, sini ibu
peluk” Rose memeluk beatrice.
Beatrice pun mulai bermimpi,
“paman” Beatrice melihat Robert pergi meninggalakannya,
“paman, jangan pergi”
Tapi Robert tidak menghiraukannya dan terus pergi.
“paman?!” Beatrice bangun.
“sayang” Rose bangun dengan khawatir, “ya ampun, kamu
keringetan. Ada apa sayang?”
“paman Robert”
Rose memeluk Beatrice, Ya
Tuhan... bagaimana ini? Rose begitu cemas.
Hari itu,
HP Rose berbunyi.
“hallo” Rose mengangkatnya.
“Rose”
“ada apa Lee? Robert baik-baik saja kan? Lee?” Rose khawatir.
“aku mendapatkan donor untuknya. Siang ini, aku akan memimpin
oprasinya”
“ya Tuhan... syukurlah”
Min Ho tersenyum mendengar Rose bahagia, “sampai jumpa Rose”
Rose menyimpan Hp-nya dan tersenyum, terima kasih Tuhan... semoga Robert bisa segera sembuh.
Rose pun mendekati Beatrice yang mulai bangun.
Siangnya,
Min Ho mulai bersiap untuk memimpin oprasi, ia mulai memasuki
ruang oprasi. Para suster sudah bersiap disana dan Min Ho menatap Robert.
Oprasi pun dimulai.
Disana, perasaan Min Ho mulai diuji. Haruskah aku menyelamatkan saingan terberatku? Haruskah aku menolong
orang yang akan merebut Rose dariku?
Hal ini merupakan oprasi terberat untuknya, karena ia begitu
memikirkan banyak hal untuk oprasi ini.
Tapi sebagai dokter, Min Ho tidak mungkin membiarkan
pasiennya. Ia harus berusaha agar pasiennya sembuh, dan Robert... dia adalah
pasien yang harus Min Ho selamatkan.
“detak jantung?”
“normal dok”
Min Ho tersenyum, pencangkokan pun mulai ia lakukan.
“tekanan darah menurun dok”
Min Ho mulai cemas.
Seorang suster mengelap keringat Min Ho dengan tisu.
“detak jantung meningkat”
Ayolah Robert, jangan menyerah
disini. Min Ho
menatap Robert, ia berharap Robert bisa bertahan. Min Ho berusaha keras untuk
menolong Robert, aku tidak rela jika kau
mati. Kau pasienku dan Rose sangat mengharapkan kesembuhanmu.
“darah kembali normal, detak jantung menuju stabil”
Min Ho tersenyum, aku
tau itu.
Setelah oprasi selesai,
Robert membuka matanya.
Min Ho menatap RObert, “Robert?”
Robert melihat Min Ho dan matanya kembali tertutup.
“suster, pindahkan dia ke ruang perawatan”
“baik dok”
Robert pun dipindahkan ke ruang perawatan.
Rose yang berada di ruang tunggu, melihat itu. Ia mendekati
Min Ho yang keluar dari ruang oprasi.
“kau pasti sangat mencemaskan dia kan?”
“bagaimana oprasinya Lee?”
“dia berhasil melewatinya dengan baik”
“syukurlah” Rose merasa lega.
Beberapa hari kemudian,
Rose masuk ke ruang perawatan Robert, ia duduk dan menatap
Robert.
Min Ho mengintipnya dari luar.
Rose bersyukur keadaan Robert tidak separah dulu, sekarang
hanya ada oksigen, infusan dan alat deteksi jantung yang menempel di tubuh
Robert. Namun, Robert yang belum juga siuman. Masih membuatnya khawatir.
“bangun Robert, aku tau kamu bisa mendengarku” Rose
mengelusnya, “Beatrice trauma, sudah hampir sebulan dia tidak sekolah karena
ini” air mata Rose mulai menetes, “aku berharap banyak padamu, hanya kau yang
bisa menyembuhkannya. Dia sangat membutuhkanmu” Rose memeluk Robert, “maafkan
aku jika dulu pernah menyakiti perasaanmu. Kau benar, kau bisa membuat Beatrice
menyukaimu. Aku menyesal menolakmu saat itu”
Min Ho yang masih mengintip pun menunduk, Hugh benar. Mungkin Rose memang diciptakan
untuk Robert, dan aku... mungkin aku memang harus benar-benar menyerah
sekarang. Min Ho pergi.
Rose mencium kening Robert dan berbisik, “aku mencintaimu”
Robert membuka matanya.
“Robert?” Rose tersenyum.
Robert yang belum sadar sepenuhnya, melihat ke sekitar. Ia
melihat Rose yang tersenyum padanya, “Rose...”
“selamat datang kembali sayang”
“sayang...?”
Rose tersenyum dan mencium pipi Robert.
“aku senang bisa melihatmu lagi....”
“aku pun, aku senang pria tampanku sudah kembali”
Robert tersenyum, tapi ia ingat pada Beatrice. Robert menatap
Rose, “bagaimana dengan Beatrice...?”
Air mata Rose mulai menetes, “dia pasti senang mendengar kau
sudah siuman”
“ada apa Rose? Kenapa kau menangis?”
“Beatrice trauma”
Robert diam, “itu salahku”
“itu bukan salahmu”
“aku janji, aku akan membantumu untuk menyembuhkannya”
Rose tersenyum sambil mengangguk, “dia pasti sangat bahagia”
“aku juga sangat merindukannya”
Rose mencium kening Robert, “aku pulang dulu ya, Lee akan
memeriksamu”
Robert mengangguk.
Rose pergi dan Min Ho masuk.
“selamat pagi dok” Robert menatap Min Ho.
Min Ho tersenyum, “aku senang pasienku dapat melewati masa
kritisnya dengan baik”
“aku sangat berterima kasih padamu”
“tidak usah seperti itu, kau harus ingat bahwa aku sainganmu”
Robert tersenyum, “aku adalah orang pertama yang Rose
eliminasi. Aku membawa Beatrice bukan untuk mengambil hati Rose, tapi aku
memang ingin membantu mereka”
“Hugh menyerah padamu, itu artinya peluangmu terbuka lebar.
Apa lagi, sekarang Beatrice begitu menyayangimu”
“bukankah dia juga sayang padamu? Mari kita bersaing Lee, aku
belum merasa menang”
Min Ho diam.
“dokter, apa keadaanku parah?” Robert menatap Min Ho dengan
tatapan aneh.
“kenapa kau bicara begitu?”
“karena aku merasa telah mengatakan kata-kata yang bijak”
Min Ho tersenyum, “kau fikir kau bijak?”
“kau mungkin akan menjadi saingan yang berat, senyumanmu
manis. Apalagi kau seorang pemuda yang baik, aku hanyalah seorang playboy yang
suka mempermainkan wanita”
Setelah satu minggu berlalu,
Min Ho masuk ke ruang perawatan Robert.
“selamat pagi dok”
“pagi” Min Ho tersenyum pada Robert, “kau pasti senang sudah
boleh pulang”
“ya, semoga dokter tidak menyuruhku menginap lagi disini”
“jangan lupa untuk check up”
“ok”
“sebenarnya aku ingin bicara sesuatu sebelum kau pulang”
Robert menatap Min Ho.
“aku... aku tidak akan mengejar Rose lagi”
“maksudmu?”
“selamat, kau satu-satunya orang yang akan mendampinginya”
Robert tersenyum dan menjabat tangan Min Ho.
“aku serius Robert, berjanjilah kau akan menjaga mereka
dengan baik”
“kau fikir, aku hampir mati demi siapa?”
Min Ho tersenyum.
Sorenya,
“senang sekali, akhirnya aku bisa keluar dari sini” Robert
berdiri.
“jangan banyak gerak dulu, Lee bilang, kamu harus banyak
istirahat di rumah” Rose tersenyum.
“ok, kalau gitu... ayo kita pulang” Robert memeluk Rose.
“udah ah, kan malu”
Dua suster yang ada disana, tersenyum.
Di mobil,
“aku ingin beli boneka”
“apa?” Rose yang duduk disamping Robert, merasa aneh.
“aku ingin kita mampir ke toko boneka dulu”
“Robert, kamu harus istirahat”
Supir hanya diam, ia takut salah.
“Rose, aku ingin membeli hadiah untuk Beatrice”
“kau bisa membelinya jika sudah benar-benar sembuh”
“aku sudah sembuh” Robert menatap Rose, “serius, aku siap
menikahimu besok jika kau tidak percaya”
“ya sudah, terserah kau saja” Rose diam.
“jangan marah sayang” Robert tersenyum.
Rose mengelus Robert.
Sesampainya di rumah Robert,
Rose merangkul lengan Robert dan mereka masuk.
“selamat datang tuan” para pelayan menyambut Robert dengan
bahagia.
“hey, aku sangat merindukan kalian” Robert tersenyum sambil
memegang boneka babi kecil, “little pig, kenapa kau menyuruhku membeli boneka
kecil dan murah ini Rose?”
“karena jika kau membeli boneka beruang yang setinggi 4 meter
itu, Beatrice tidak akan suka. Dia pasti takut melihat monster empuk itu”
“begitu ya?” Robert baru mengerti, “untunglah aku membeli
boneka ini, lucu kan?”
“iya, sepertimu”
“apa? Maksudmu aku seperti...”
“bukan, maksudku kau lucu”
“benarkah? Aku rasa, tadi kau bilang...”
“sudahlah, sana, temui Beatrice. Dia pasti senang kau pulang”
“ok, tunggu aku di kamar ya”
Rose mengangguk.
Robert mencium kening Rose dan pergi ke kamar Beatrice.
Di kamar Beatrice,
Robert membuka pintu dan melihat Beatrice melamun di kasur,
“hey Bee”
Beatrice menoleh dan terdiam melihat Robert.
Robert tersenyum dan mendekat, “bagaimana kabarmu sayang?”
Air mata Beatrice menetes.
“ya ampun, paman lupa” Robert menutup matanya, ia tau,
Beatrice takut dengan matanya. Robert kembali tersenyum, “sekarang kamu gak
takut kan? Lihat, ibumu bilang boneka ini mirip paman”
Beatrice memeluk Robert.
Robert terdiam dan membuka matanya, “Bee...” Robert mengelus
Beatrice, “sudah sayang”
Beatrice tetap menangis dan memeluk Robert erat.
“malam ini, kamu tidur di kamar paman ya?” Robert mengangkat
Beatrice dan membawanya keluar.
Di kamar Robert,
Rose berbaring, ia sangat bersyukur Robert sudah sembuh.
Semoga dengan kehadiran Robert, Beatrice bisa ceria lagi.
“Rose” Robert datang sambil membawa Beatrice.
“Robert?” Rose kaget.
Robert tersenyum dan membaringkan Beatrice di kasur, “katanya
Beatrice ingin tidur bersama kita”
“kamu gak keberatan?”
“kenapa harus keberatan? Aku calon suamimu kan? Berarti
Beatrice anak kita” Robert berbaring perlahan.
Rose tersenyum, ia bersyukur memiliki Robert. Meski dia di
cap playboy dan sebagainya. Tapi kenyataannya, Robert adalah yang terbaik
untuknya dan ia yakin Beatrice juga menyetujui itu sekarang.
Pagi itu,
Beatrice bangun, ia melihat Rose sudah tidak ada disana. Tapi
Robert masih tertidur disampingnya. Beatrice mulai menangis, ia memeluk Robert.
Robert membuka matanya karena kaget, “Bee?”
“aku sayang paman”
Robert tersenyum, “paman juga sayang sama Beatrice. Udah ya,
kamu jangan nangis lagi” Robert menghapus air mata Beatrice, “ayo janji sama
paman”
Beatrice mengangguk.
Di ruang makan,
Rose sedang menyiapkan susu untuk Beatrice. Saat menoleh, ia
melihat Robert datang sambil memegang tangan Beatrice. Rose tersenyum.
“selamat pagi sayang”
“Robert”
Mereka berciuman.
“ya ampun, aku lupa. Disini ada Beatrice”
“kamu sih, nyosor-nyosor terus” Rose agak kesal.
Beatrice tersenyum.
“jangan ditiru ya sayang” Robert mengelus Beatrice.
Beatrice mengangguk.
“paman akan mengambilkan sereal untukmu”
“jangan Robert” Rose khawatir.
“biar saya saja tuan” seorang pelayan pun mengambilkan sereal
untuk mereka.
Beatrice tersenyum melihat Rose dan Robert makan sereal
bersamanya, aku tidak menyangka jika
orang yang paling aku takuti di dunia ini berubah menjadi orang yang paling aku
sayangi. Dibalik tatapannya yang menyeramkan, ternyata paman Robert adalah
orang yang begitu baik. Tapi yang paling membuatku tak mengerti, kenapa ibuku
menyukai tatapan menyeramkan itu?
***
Hari pernikahan pun tiba,
Robert dan Rose menikah di pulau pribadi Robert yang begitu
indah. Hugh dan Min Ho datang dengan bahagia, mereka benar-benar sudah
merelakan Rose untuk Robert. Mereka yakin, Robert memang dapat membuat Rose dan
Beatrice bahagia. Tak lupa, Robert pun mengundang mantan-mantannya.
Beatrice yang ada disana merasa bingung, kok disini tamunya perempuan semua?
Hampir 97% tamu undangan yang ada disana memanglah mantan
Robert, tapi mereka dapat merelakan itu semua. Mereka tidak menyangka sang
playboy dapat insyaf dan menikahi seorang janda muda beranak satu.
Robert pun membawa Rose honey moon tanpa Beatrice.
Malam itu,
Robert melihat kembang api dari balkon luar apartemennya,
“indah sekali” ia tersenyum dan masuk karena udara di luar agak dingin.
Rose sedang melamun dengan sedih.
“ada apa sayang?”
“aku gak apa-apa kok” Rose tersenyum dan mendekati Robert,
“negara ini Romantis sekali, sekarang aku mengerti kenapa banyak orang yang
berbulan madu kesini”
“aku tidak mungkin salah memilih lokasi, sayang”
“ya, aku percaya. Masalah romantis-romantisan, kamu jagonya”
“begitukah?” Robert menatap Rose dan tersenyum, “pasti kau
ingat Beatrice kan?”
Rose mengangguk dan mulai sedih kembali.
“aku pun, aku sangat merindukan anak kita yang lucu itu”
Robert memeluk Rose, “aku punya kejutan untukmu”
“apa itu?”
Seorang pelayan membuka pintu apartemen dan disana ada
Beatrice yang tersenyum.
“Beatrice?” Rose senang.
“ibu” Beatrice berlari dan memeluk Rose.
“kau tidak merindukan ayah?” Robert menatap Beatrice.
“tentu saja aku merindukan ayah” Beatrice pun memeluk Robert.
Robert tersenyum dan mengangkat Beatrice, “anak ayah”
Beatrice tersenyum dan terus memeluk Robert.
Robert menatap Rose, “kau suka hadiahnya?”
“tentu saja” Rose tersenyum.
Robert senang melihat keluarganya bahagia dan jika bulan
madunya harus berubah menjadi liburan keluar, Robert sama sekali tidak
keberatan.
Dua minggu kemudian,
Sebuah mobil sport berhenti di TK, semua anak melihat ke arah
mobil itu.
Robert keluar dengan Beatrice, “kamu belajar yang semangat
ya”
Beatrice tersenyum dan mengangguk.
Robert mencium kening Beatrice, “ayah akan menjemputmu nanti”
“bye ayah...” Beatrice pun berjalan meninggalkan Robert.
Robert melihat Beatrice yang pergi ke sekolah dengan
semangat. Ia masuk ke mobil dan tersenyum, aku
tidak pernah menyangka semua ini akan aku alami. Aku punya keluarga sekarang,
dan aku ingin fokus membahagiakan mereka. Robert pun pergi pergi.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar