Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre : Romance, Comedy Garing, School-life
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Malam itu,
“Tuhan... tolong kirimkan
seorang kekasih untukku....”
Seorang perempuan
tersenyum dan menutup matanya.
Besoknya,
“Shita, bangun nak. Ini
sudah pagi, nanti kamu telat kuliahnya”
“iya bu”
Di kampus,
Shita berlari ke
fakultasnya dan melihat Detria diantar oleh seorang laki-laki.
Shita mengintip, “wah, si
InuYasha tuh”
Inu pun pergi dengan motornya
ke fakultas lain, Detria melambai dan masuk ke fakultas.
***
Di fakultas,
“hey Det” Shita mendekati
Detria yang duduk di depan kelas.
“hey Ta”
“tadi dianter Inu ya?”
“kamu liat?”
“yap” Shita terdiam dan
kembali menatap Detria, “Reni mana ya?”
“mungkin hari ini, dia
belum kuliah”
“ah dia, pergi ke Jepang
melulu buat ketemu pacarnya”
“Shinichi” Detria
tersenyum, “jangan-jangan kamu iri kan?”
“apa? Aku? Ya enggak lah”
“alah, kamu juga kan
pingin sama bule”
“tapi Shinichi kan bukan
bule, dia kerja di Jepang”
“yap, tapi kan tetep aja
dia keturunan Jepang”
“iya deh”
Detria tersenyum.
Reni pun muncul, “hey hey”
“asyik, dianterin naik
mobil tuh” Shita tersenyum.
“itu Shinichi”
“kok dia pergi lagi sih?”
“emangnya dia harus nunggu
aku kuliah?”
“enggak sih”
“Shita itu iri sama kamu”
“enggak kok”
“iya, soalnya dia pingin
punya pacar bule” Detria tersenyum.
“enggak kok Ren”
Reni tersenyum, “aku
yakin, suatu hari nanti kamu akan bertemu dengan bulemu”
Shita tersenyum dan
menunduk.
Saat masuk tiba,
Dosen masuk ke kelas
bersama seorang pria Amerika yang tinggi dan tampan, bermata coklat dan berambut
coklat pula.
“selamat pagi, kita dapet
teman baru sekarang” dosen tersenyum.
“ahah, kita kaya anak SD
ya” Shita tersenyum, saat menoleh dan melihat pria itu, ia terdiam, “ya
Tuhan...”
Dag... dig... dug....
“jantungku”
“jantung kamu kenapa Ta?”
“enggak Det, cowok itu
cakep banget”
“ya ampun, iya ya” Detria
tersenyum.
Reni tersenyum melihat
tingkah mereka berdua.
“ok, silahkan perkenalkan
namamu”
“hello, my name is Robert.
I...”
“ah, sayang banget dia gak
bisa bahasa Indonesia” Shita mengeluh.
“aku bisa” Robert
tersenyum.
“ah?” Shita kaget dan
pingsan.
Robert kaget melihat itu.
***
Saat bubar,
Shita berjalan bersama
dengan Reni dan Detria.
“ya ampun, dia cakep
banget ya. Matanya... alisnya..., ya ampun...”
“hey Ta, sadar” Detria
tersenyum melihat expresi Shita yang aneh.
“ya ampun Det, masa sih
kamu gak kelepek-kelepek? Iya kan Ren?”
“iya” jawab Reni tenang.
“ah kamu” Shita diam.
“iya, dia cakep. Tapi buat
aku, tetep Shinichi yang cakep”
“buat aku juga Inu”
“iya deh, cuma aku doang
kali ya yang anggap dia cakep”
“dia cakep, kita akuin
kok. Tapi kita udah punya cowok”
InuYasha datang dengan
motornya, “hey sayang”
“Inu” Detria tersenyum.
“ayo pulang”
“aku duluan ya”
Detria pun pergi dengan
InuYasha.
“ah... enak ya punya pacar
kaya Inu. Dia terkenal, anak alim yang santun dan jago olah raga”
“yap, dia itu religi
banget orangnya dan saat di lapangan”
“olah raganya keren
banget, kaya kerasukan”
“manusia setengah siluman”
“InuYasha”
Mereka tersenyum.
Mobil Shinichi datang.
“yah” Shita kecewa.
“maaf ya, tapi aku gak
mungkin ninggalin waktu sedikit pun untuk Shinichi. Mumpung dia lagi disini”
“aku ngerti kok”
“bye”
“bye Ren”
Reni pun pergi
meninggalkan Shita.
“sekarang aku tinggal sendirian,
Reni enak pacaran sama Shinichi. Dia tinggal dan kerja di Jepang, mana Reni
bisa semua bahasa”
“kamu yakin cewek itu bisa
semua bahasa?”
Shita menoleh, “Robert?”
“bagaimana dengan bahasa
Latin? Itu bahasa yang sudah mati. Pulang bareng yu?”
“a..aku...”
“ayo”
Shita mengangguk dengan
wajah yang terus tersenyum, ya Tuhan...
apa dia adalah jawaban dari do’a ku?
“eh, Shita?”
“ah, iya iya. Maaf”
Shita masuk ke mobil
Robert, “mobil kamu keren, kayanya di kampus ini, cuma kamu yang punya”
Robert tersenyum, “o iya,
tadi kamu pingsan kenapa?”
Shita terdiam.
Sesampainya di depan rumah
Shita,
“makasih ya”
“beres, besok mau bareng
lagi?”
“ah, gak usah makasih”
Robert tersenyum dan
pergi.
“ya Tuhan... tampan
sekali, Robert Downey Jr.”
“siapa itu Robert Downey
Jr.?”
“ayah?” Shita kaget.
Besoknya,
Shita datang ke kampus.
“hey Ta”
“Reni? Kok udah disini?”
“Shinichi pulang tadi
malam”
“ya, sendiri lagi dong”
“ya enggak lah, paling
kita LDR lagi”
“iya deh, aku kok gak
punya temen yang jomblo sih?”
“jomblo kok ajak-ajak?”
Reni menatap Shita.
“aku juga jomblo” Robert
tersenyum pada Shita.
“Ro...Robert?” Shita
kaget.
Reni tersenyum.
“ah” Shita kembali
pingsan.
“Shita?” Reni kaget.
“dia gak apa-apa kan?”
“aku rasa kau yang bisa
menolongnya” Reni menatap Robert.
***
Saat masuk,
Pak Wawan sang dosen,
sedang menerangkan mata kuliahnya, “jadi cita-cita itu penting” ia tersenyum
dan menatap Shita, “Shita, apa cita-citamu?”
“ah, aku... aku mau jadi
ibu rumah tangga yang baik pak”
“ibu rumah tangga? Hanya
itu kah? Kenapa kamu kuliah?”
“ya, jadi apa pun nanti, tetep
aja kita harus jadi ibu rumah tangga yang baik”
“bagus, bagaimana denganmu
Robert?”
“aku mau jadi suaminya
Shita pak”
Semua anak heboh dengan
itu.
Saat bubar,
“apa-apaan si dia?
Malu-maluin” Shita kesal.
“mungkin dia suka sama
kamu Ta” Detria tersenyum.
“iya, tapi kan aku malu”
“cie Shita”
“udahlah Ren, aku tuh BT”
Robert mendekat, Reni dan
Detria pun meninggalkan mereka.
“mau apa?” Shita menatap
Robert.
“kok kamu jadi galak?’
“puas malu-maluin aku di
depan temen-temen?”
“aku gak bermaksud buat
malu-maluin kamu, aku kan serius jawabnya”
“iya, tapi kan aku malu.
Temen-temen pada ketawa sambil natap aku, mana pak Wawan...”
“kamu malu aku suka sama
kamu?”
“eng...gak gitu maksudnya”
“terus apa? Kamu gak suka
karena aku jelek?”
“enggak Robert, kamu itu
cakep. Aku suka bule kaya kamu, Oops!” Shita menutup mulutnya.
Robert tersenyum, “kalau
gitu ayo, kita pulang bareng” Robert menatap Shita, “atau aku akan marah
padamu”
“kau memaksa sekali”
Mereka pun pulang bersama.
***
Di jalan,
Reni bicara dengan Detria.
“gimana menurut kamu?”
“Robert?”
“ya, kayanya Shita tuh
sebenernya suka banget deh sama dia”
“tapi dia harus waspada
sama bule itu”
“apa lagi Det? Biarin lah
dia sedikit bahagia, lagian juga Shita emang butuh pacar”
“gimana kalau mereka beda
keyakinan? Gimana kalau Robert itu bukan cowok yang baik? Aku cuma pingin yang
terbaik buat Shita”
“kamu bener, lagian juga
Shita belum pernah pacaran sampe dia segede gitu”
Di mobil Robert,
“ayahku bekerja di
kedutaan, jadi keluarga kami sering pindah sesuai tempat kerja ayah” Robert
menatap Shita.
“keren” Shita tersenyum.
“aku pernah tinggal di
Inggris, Italy, Prancis”
“dan berapa lama kau
tinggal disini?”
“aku tidak tau, tapi aku
senang disini”
“kenapa?”
Robert hanya tersenyum tak
menjawab, ia kembali menatap Shita. “kamu pernah pacaran?”
Shita menggeleng.
“aku pernah, bahkan kami
pernah tinggal bersama”
“tinggal bersama?”
“ya, saat itu aku tinggal
bersama kekasihku. Tapi saat ayah ditugaskan kesini, aku ikut ayah”
“jadi, kamu masih...”
“kami sudah putus. Aku
harap, kamu mau tinggal sama aku”
“apa?” Shita langsung
keluar dari mobil dengan kesal.
Robert keluar dan mengejar
Shita, “Ta, kok marah?”
“jangan samakan
kebiasaanmu disana dengan disini”
“Ta, kalau kamu gak mau, gak
usah marah kan?”
“tentu aku marah, kamu itu
gak ngerti gimana keadaan disini. Lebih baik belajar dulu”
“Shita, aku suka sama
kamu”
Shita terdiam.
“aku serius, jadilah
pacarku”
Shita pingsan.
***
Besoknya,
Shita terus melamun di
depan kelas.
“Ta, kamu kenapa?” Detria
mendekat.
“Robert nembak aku
kemarin”
“bagus dong” Detria
tersenyum.
“tapi, aku nolak dia”
“apa?”
“dia ngajak aku tinggal
bareng”
“ya ampun”
Reni datang, “ada apa?”
Shita pun mulai bercerita.
“ok, tenang. Mungkin dia
gak bermaksud macam-macam”
“jelas-jelas dia ngajak
Shita tinggal bareng”
“tenang dulu Det”
“tapi di keyakinan kita,
itu gak boleh Ren”
“Detria tenang, kita harus
berfikir dulu. Mungkin saja maksud Robert baik, dia hanya ingin membuktikan
kalau dia suka beneran sama Shita”
“dengan tinggal serumah?”
“Det, dia gak ngerti
budaya kita. Kita harus bisa ngasih dia pengertian”
Detria diam.
Di kelas,
“selamat pagi” Shita
mendekati Robert.
Robert menoleh dan
tersenyum.
“aku minta maaf ya”
“untuk apa?”
“aku nolak kamu”
“gak apa-apa kok, itu hak
kamu”
“tapi aku juga suka sama
kamu”
Robert menatap Shita.
“aku suka sama kamu, sejak
pertama kita ketemu. Tapi aku gak bisa tinggal serumah denganmu”
“aku mengerti, aku minta
maaf soal itu. Aku memang masih harus banyak belajar tentang budaya disini”
“ya udah, aku keluar ya?”
“Shita” Robert memegang
tangan Shita, “disini aja, tungguin sampai dosen datang”
Shita tersenyum.
***
Reni mengintip, “kayanya
mereka jadian deh Det, kamu gak mau liat?”
“aku juga lagi liat”
Detria juga mengintip.
Beberapa hari kemudian,
Shita makan bersama
teman-temannya di sebuah cafe.
“selamat ya Ta”
“kalian iri kan? Pacarku
lebih cakep dan lebih kaya dari pacar kalian”
“jangan takabur Ta”
“maaf bu Hj. Detria”
“aku serius, kamu udah tau
belum Robert itu siapa? Asal-usulnya gimana?”
“aku tau kok, tenang aja.
Orang tuanya baik banget sama aku”
“kamu udah ketemu orang
tuanya?”
“iya Ren, kayanya kita mau
married”
“hus, ngaco”
“gimana dengan
keyakinannya?”
Shita terdiam mendengar
kata-kata Detria.
Besoknya,
“honey, kamu kenapa? Kok diem
aja?” Robert menatap Shita.
“enggak apa-apa kok”
“kamu nyembunyiin sesuatu
dari aku kan?”
Shita menatap Robert dengan
sedih, kalau aku nanyain keyakinan dia, dia
marah gak ya?
“Shita?”
“ah, iya?”
“kamu kenapa sih?”
“aku cuma mikirin hubungan
kita”
“ada apa lagi?”
“kamu tau kan? Waktu kita
pacaran, semua orang di kampus heboh banget. Banyak cewek yang patah hati
karena itu, padahal banyak cewek yang lebih cantik dariku. Aku cuma...”
“Shita, aku gak suka kamu
ngomong gitu. Buat aku, kamu itu segalanya. Mungkin benar banyak perempuan
cantik di luar sana. Tapi buat aku, yang cantik itu cuma kamu. Aku udah pacaran
berkali-kali dan yang paling berkesan itu kamu. Seandainya aku tau ini, mungkin
sejak dulu aku pindah kesini mendahului orang tua ku”
“kamu mulai lebay”
“lebay? Aku gak ngerti,
apa itu?”
“sudahlah” Shita
tersenyum, “makasih kamu udah bisa menghargai semuanya, perbedaan budaya kita
dan...”
Robert mencium Shita dan
Shita terdiam.
Robert tersenyum, “kamu
kenapa?”
Dak...
Shita meninju Robert.
***
Besoknya,
Di kantin kampus.
“dia nyium aku” Shita
berteriak di depan Detria dan Reni.
Reni tersenyum, “baguslah”
“bagus apanya? Kita itu
harusnya gak boleh ciuman sebelum hubungan kita resmi” Detria benar-benar
khawatir.
“ayolah Det, Shita itu kan
pacarannya sama bule”
“jadi karena pacarku lokal
terus...”
“enggak-enggak, bukan gitu
maksudku”
“kalian itu kenapa sih?
Aku cerita tapi malah berantem” Shita pergi dengan kesal.
“eh Ta” Reni kaget.
“Shita” Detria khawatir.
“sorry ya Det”
“aku juga Ren, aku cuma khawatir
sama Shita”
“sebenarnya aku juga
khawatir, tapi aku gak tega. Dia keliatan bahagia banget pacaran sama Robert”
***
Shita berjalan ke dekat
kelas, tapi ia terdiam. Shita melihat Robert berciuman dengan seorang perempuan
cantik, bule pula.
“Robert?” air mata Shita
menetes.
Robert melepas ciuman
perempuan itu, “Ta?”
Shita pergi.
“Shita”
“Robert, dia siapa?”
perempuan bule itu menatap Robert.
“dia pacarku”
“kamu udah punya pacar?”
“udahlah Ling, mendingan
kamu pergi” Robert pergi meninggalkan Ling.
***
Shita berlari melewati
Reni dan Detria.
“Shita, kamu kenapa?”
Detria khawatir.
“gak apa-apa, aku hari ini
gak bisa ngampus”
“Ta?” Reni kaget.
Robert melewati mereka,
“mana Shita?”
“apa yang kamu lakuin sama
dia?” Detria menatap Robert.
“udahlah Det, aku harus
ngejar dia”
“dia kesana. Tapi jika
kamu cuma mau nyakitin dia, lebih baik kamu gak usah kejar dia” Reni menatap
Robert.
“aku cinta sama dia Ren,
sumpah” Robert pun pergi meninggalkan mereka.
Di jalan,
Shita mencari taxi.
“Shita” Robert mendekat.
“ngapain kamu kesini?
Harusnya kamu ngurusin bule cantik itu”
“Ling itu mantanku”
“terus kalian ciuman?”
“dia yang nyium aku Ta”
“gak usah banyak alasan,
lebih baik kita putus aja”
“Shita”
Sebuah taxi mendekat.
“lepasin aku” Shita masuk
ke taxi.
Taxi pun pergi.
“sial” Robert berteriak.
Di dalam taxi,
Shita menangis, “ya
Tuhan... ternyata pacaran itu sakit banget, kenapa aku gak punya pacar yang
baik seperti Inu atau Shinichi?”
“ade itu baru putus ya?”
supir taxi menatap Shita dari spion depan.
“ya, aku tadi putusin dia.
Ngapain bapak ikut campur?”
“kamu jangan ngandelin
emosi gitu de”
“apa peduli bapak?”
“cowok itu keliatannya
suka banget sama ade, mendingan kalian bicara dulu. Kasihan kan dia”
“jadi bapak bela dia? Ya
udah, stop aja disini” Shita keluar.
“terserah ade kalau mau
nyari taxi lain, tapi jangan sampai ade nyesel putus sama bule itu” taxi pun
pergi.
Shita terdiam.
Besoknya,
Di rumah Robert, Robert
sedang menyiapkan tasnya. Dengan sedih, ia mengeluarkan tasnya ke ruang tamu.
Bel berbunyi,
“ya” Robert membuka pintu,
“Shita?”
“hey”
Robert tersenyum dan
memeluk Shita, “aku takut kamu gak mau ketemu lagi sama aku”
Ibu Robert melihat itu,
“Shita? Ayo masuk”
Shita melihat ibu membawa
beberapa tas, “tante mau kemana?” Shita menatap Robert.
“aku harus pulang” Robert
menatap Shita.
Shita mundur.
“Ta?” ibu kaget.
Shita pergi.
“Shita” Robert berteriak.
“nak, kayanya kamu harus
kejar dia deh”
Robert mengangguk dan
mengejar Shita.
“Shita”
“kamu mau pergi kan?
Kenapa aku harus berfikir untuk terus melanjutkan hubungan kita?”
“kamu kok gitu? Aku kan
cuma pergi sebentar”
“bohong, ayah kamu pasti
ditugaskan ke negara lain kan?”
“nenekku meninggal”
Shita terdiam, “maafkan
aku” Shita pun memeluk Robert, “maafkan aku Robert, aku tidak tau. Sungguh aku
tidak tau”
Robert tersenyum.
Shita menatap Robert,
“kamu kenapa?”
“aku seneng kamu peluk aku
duluan”
Shita tersenyum, “aku kira
apa”
Mereka berpelukan lagi,
“aku sayang kamu Robert, berjanjilah kamu akan kembali”
“iya sayang, aku janji”
Beberapa hari kemudian,
“dia kok belum pulang
juga?” Shita menatap Reni dan Detria.
“ya ampun, setiap hari
kamu ngomongin dia melulu” Detria bosen.
“kamu tenang dong, kan
jarak kalian itu jauh banget. Mana mungkin mereka cuma seminggu disana”
“tapi aku takut banget
Ren, aku takut Robert gak balik lagi buat aku”
“kamu tenang aja Ta, dia
pasti kembali” Detria tersenyum.
“kok kalian yakin banget
sih?”
“soalnya Robert udah
bersumpah di depan kita, dia itu cinta banget sama kamu” Reni tersenyum.
Shita tersenyum malu.
Dua minggu kemudian,
Di rumah Shita, ibu begitu
khawatir karena Shita sakit.
“ayo nak, minum obatnya.
Biar kamu cepet sembuh” ibu mengelus Shita dan keluar dari kamar.
Ibu
gak ngerti, sebenarnya kan aku malarindu. Robert, kapan kamu pulang...? Shita
menatap foto Robert yang disimpan di balik bantal.
***
Pagi itu,
Shita datang ke kampus.
“kamu udah sembuh Ta?”
Detria tersenyum.
Shita mengangguk dan duduk
disamping Detria.
“dia khawatir banget sama
kamu”
“Reni?” Shita menatap
Detria.
Detria tersenyum, “tentu
saja Robert, pacarmu kan dia”
“Robert? Dia udah pulang?”
“dari dua hari yang lalu
juga dia udah kuliah”
“ya ampun, coba aku gak
sakit”
“ya ampun Ta, harusnya
kamu bersyukur udah sembuh. Emang dia gak nengok ke rumah kamu?”
Shita menggeleng, “kita
backstreet, ibu ngelarang aku pacaran”
“ya ampun, mending kamu
jujur Ta”
“gak bisa Det, entar aku
disuruh putus sama Robert”
“orang tua kamu pasti
ngerti kok”
“kayanya enggak deh”
Reni datang, “selamat
pagi”
“pagi” mereka tersenyum.
“kamu udah sembuh?”
Shita mengangguk.
“pacar kamu nanyain terus
tuh”
“iya, udah tau. Tadi
Detria bilang”
Reni tersenyum.
Robert datang.
“Robert” Shita teriak
bahagia karena bisa melihat Robert lagi.
“hey” Robert tersenyum,
“kamu udah sembuh? Sakit apa sayang?”
Shita tersenyum.
“entar makan siang yu, aku
yang tlaktir. Ajak Detria dan Reni juga”
“asyik” Detria dan Reni
senang.
“aku kira, cuma kita
berdua” Shita sedikit kecewa.
“idih, kamu pelit amat sih
Ta? Bagi-bagi rezeki dikit napa”
“hu’uh”
“sayang, aku kangen banget
sama kamu. Entar malem, aku akan jemput kamu buat makan malam, cuma kita
berdua”
“kamu serius?”
“tentu, emangnya aku
keliatan bo’ong?” Robert merangkul Shita.
Siang itu,
Shita dan Robert menunggu
Reni dan Detria di mobil.
“ah, mereka lama banget
ya? Cewek ngapain aja sih kalau di toilet?”
“kamu jangan nanya gitu
dong, mereka kan temen aku”
“maaf, gerah banget ya”
Robert membuka kemejanya.
“kamu mau ngapain?”
“ganti baju. Tenang aja, gak
bakalan macem-macem kok” Robert mengambil t-shirt-nya yang ada di belakang.
Shita terdiam melihat
tattoo salib di lengan Robert.
“kamu kenapa Ta?”
Shita menggeleng dan
menunduk.
“tuh, mulai lagi kan?
Murung-murung gak jelas gitu”
Detria dan Reni masuk ke
mobil.
“maaf ya lama”
“gak apa-apa kok, cuma
Shita agak BT tuh. Katanya, kalian lama”
“enak aja, orang itu kamu
juga”
Robert tersenyum.
***
Besoknya,
“mana Shita? Kok dia belum
datang juga sih?”
“mungkin gara-gara tadi
malem kali Ren, pertama kalinya mereka makan malam. Aku sih udah biasa sama
Inu, setiap malam minggu juga gitu”
Reni tersenyum, ia ingat
pada Shinichi. Setiap mereka bertemu, Shinichi pasti selalu berusaha
mengajaknya makan malam jika tidak sibuk. “aku jadi kanget sama Ichi”
“ah? Apa itu panggilan
sayangmu pada Shinichi?”
“bukan masalah kan?
Pacarmu juga Inu”
“kalau Shita gimana ya?”
“Reboot?”
“Obet kali ya?”
Mereka tertawa.
Saat Shita datang, mereka
langsung diam. Tapi tidak ada sedikit pun sapaan atau salam dari Shita, ia
hanya duduk diam dan tak menghiraukan teman-temannya.
“kamu kenapa Ta?” Detria
khawatir.
“aku putus sama Robert”
“putus?” Reni kaget.
“bukannya dia tadi
malam... atau kalian gak jadi...”
“tadi malam dia datang,
Robert mengaku berpacaran pada orang tuaku”
“lalu?”
“mereka menolak karena
kami berbeda keyakinan”
Reni terdiam.
Shita menatap
teman-temannya, “kemarin aku melihat tattoo salib di lengan Robert dan tadi
malam, Robert mengakuinya di depan kedua orang tuaku”
Detria menatap Shita,
“terus Robert gimana?”
“aku gak tau Det, Robert
langsung pergi setelah diusir ayah”
Reni cemas, “kamu sabar ya
Ta”
“kita gak usah bahas ini
ya” Shita menatap mereka.
“ok” Reni diam.
Robert datang, “hey”
Shita menatap Robert,
“hey”
“nanti siang, kita makan
di cafe yang kemarin yu”
“maaf Robert, aku gak
bisa” Shita pergi.
Detria menatap Robert,
“aku ke kelas dulu ya” ia pergi.
Reni pun pergi, “aku juga”
Robert terdiam.
Di kelas,
“kayanya Shita nangis deh”
Reni berbisik pada Detria.
“kita harus gimana dong?”
“gimana biar dia ceria
lagi ya?”
“aku gak tau Ren, aku
takut salah”
“kita deketin dulu yu”
Shita melihat Detria dan
Reni mendekat, ia pun menghapus air matanya.
“hey Ta”
Shita tersenyum.
“kamu gak apa-apa kan?”
Detria menatap Shita.
“kamu mau cerita sama
kita?” Reni mengelus Shita.
“aku cinta sama dia, aku
cinta banget sama Robert” Shita kembali menangis.
Detria dan Reni memeluk
Shita.
“udah Ta, jangan nangis lagi.
Kita kan jadi ikut sedih”
“kita akan melakukan yang
terbaik untuk kamu”
“kalian mau bantu aku
ngelupain dia?”
“kayanya itu susah Ta”
“dia mencintaimu juga. Dia
ada disini, kalian akan sering ketemu”
“itu agak sulit Ta”
“aku pasti bisa kok”
Besoknya,
Shita berjalan ke kampus,
ia ingat kata-kata orang tuanya.
“kami
senang kamu punya pacar seperti itu. Bule seperti impianmu, keluarganya dari
kalangan yang berada. Tapi kami gak bisa mempersatukan kalian karena kalian
beda keyakinan. Keyakinan kita melarang itu Ta, kamu harus ngerti”
Shita kembali menangis.
“hey Ta” Robert
menghentikan mobilnya, “mau bareng?”
“enggak, makasih”
“ayo lah Ta, gak
macem-macem. Cuma bareng ke fakultas”
Shita pun masuk ke mobil
Robert.
“aku senang kamu mau deket
sama aku”
Shita menatap Robert.
“ok, aku gak macem-macem”
Shita pun kembali melihat
ke depan.
Robert masih menatap
Shita, “aku minta maaf Ta” ia mulai mengendarai mobilnya.
“untuk apa?”
“karena aku tidak masuk
nominasi orang tua mu”
“itu bukan salahmu, itu
bukan salah orang tuaku. Itu salahku”
Robert menghentikan
mobilnya dan menatap Shita, “aku tidak menyalahkanmu, tidak sama sekali”
“aku sudah tau saat
melihat tattoo-mu, tapi aku tidak mau menyinggungmu. Aku sayang padamu Robert,
kau cinta pertamaku. Aku sangat takut kehilanganmu”
“aku tau, aku sangat
merasakannya Ta. Cintamu, kasih sayangmu. Aku sangat merasakan perasaanmu dan
aku pun takut kehilanganmu” Robert menunduk, “untuk pertama kalinya aku sangat
sakit kehilangan seseorang, kau adalah perempuan yang sangat berbeda dengan
mantan-mantanku. Kau begitu menghargai semuanya dan aku baru mengerti bagaimana
cara menghargai wanita yang sebenarnya”
“bisakah kita segera ke
fakultas? Atau aku harus jalan kaki?”
“aku senang melihatmu
seperti itu, selalu membohongi perasaanmu di depan orang lain. Kenapa kau tidak
menangis saja? Jika ditahan, dadamu bisa sakit lho”
“aku tidak mau menangis”
“benarkah?”
“aku bilang, aku tidak mau
menangis” air mata Shita pun menetes.
Robert memeluk Shita, “aku
sangat merasakan itu Ta”
Shita memeluk Robert erat,
“maafkan aku”
***
Di kelas,
Detria terdiam melihat
Shita datang bersama Robert.
“apa mereka jadian lagi?”
“gak mungkin backstreet
lagi, mereka gak boleh melanjutkan hubungan mereka”
“kamu itu kenapa sih Det?
Kasihan mereka?”
“aku tau Ren, aku tau
betapa sakitnya perasaan mereka. Tapi perbedaan mereka terlalu vital”
“mereka bisa menikah di
luar negeri”
“jadi kamu rela Shita
dibawa pergi sama dia?”
“itu demi kebahagiaan
mereka?”
“tapi kita harus
memikirkan masa depannya kan? Kamu mau hubungan Shita dan orang tuanya
berantakan? Budaya kita tidak sebebas di luar Ren”
Reni diam, “aku cuma gak
tega melihat mereka”
“aku juga, tapi kita tetap
harus mengatakan yang sebenarnya kan?”
Shita masuk ke kelas dan
duduk di dekat Detria.
“hey Ta”
“hey” Shita tersenyum pada
teman-temannya.
“kamu datang sama Robert?”
Reni menatap Shita.
“iya” Shita diam.
“kalian akan melanjutkan
hubungan kalian?” Detria menatap Shita.
Shita menggeleng, “aku gak
mungkin bersama dia lagi, kami berbeda, aku tau itu, yang selalu kamu katakan
benar Det”
“maaf Ta”
“itu bukan salahmu, itu
memang benar. Aku juga tidak bisa menyalahkan keadaan”
Robert masuk, “selamat
pagi cantik-cantik” ia tersenyum pada mereka.
“hey Robert” Detria
tersenyum.
“hey” Reni pun tersenyum.
Shita hanya tersenyum.
Robert duduk disamping
Shita, “boleh duduk disini kan?”
“boleh, kamu juga bayar
kan disini? Itu hak kamu”
“Shita, bisakah kamu tidak
bicara begitu padaku?”
Shita menatap Robert,
“maafkan aku, aku akan duduk di tempat lain kalau kamu gak nyaman”
“Ta” Robert memegang
tangan Shita.
“Robert, aku mohon.
Bisakah kau tidak menggangguku? Kamu tau kan? Aku sulit melupakanmu, tolong
biarkan aku bahagia”
“jadi kau benar-benar akan
melupakanku? Kau akan melupakan semuanya begitu saja?”
“Robert, kau tau sendiri kan?”
“aku tau. Orang tua mu,
keadaan kita dan semuanya. Tidak ada sedikit pun yang membela kita, tidak ada
sedikit pun yang mendukung cinta kita. Tapi aku tidak mau melupakan semuanya, itu
sulit Ta”
Shita menangis dan pergi.
Robert diam.
Detria mengejar Shita.
Reni mendekati Robert,
“maafkan dia, hatinya sedang kacau. Aku harap, kau bisa mengerti”
Robert mengangguk, “aku
ngerti Ren, berjanjilah kau akan menjaga Shita dengan baik”
“aku janji, aku dan Detria
pasti akan selalu ada untuk dia” Reni pun pergi menyusul Detria.
Robert diam dan melamun.
Sore itu,
Robert datang ke rumah
Shita, “selamat sore tante”
“nak, tolong jangan ganggu
Shita lagi”
“aku tau kok tante, aku
gak bermaksud apa-apa. Aku cuma mau bicara seberntar”
“sejak kemarin, Shita
berpesan agar tante tidak...”
“aku tau tante, dia gak
mau ketemu sama aku kan?” Robert memberikan sebuah surat, “ini buat dia tante,
tolong kasihin ya. Saya permisi” Robert pun pergi.
Ibu sedih melihat itu,
tapi keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.
Di kamar Shita,
“Ta, tadi Robert datang”
“terus ibu bilang apa?”
“ibu jujur, kalau kamu gak
mau ketemu dia”
“dia marah?”
“enggak, dia nitip ini
buat kamu” ibu pun pergi.
Shita membaca surat itu,
Seperti
apapun sikapmu, aku akan tetap mencintaimu. Aku akan mempertahankan cinta kita
sampai kapanpun, aku benar-benar mencintaimu dan tidak akan ada yang bisa
merubahnya meskipun tembok perbedaan yang begitu kokoh ada diantara kita.
Air mata Shita menetes.
Besoknya,
Shita datang ke kampus dan
melihat Reni menatap khawatir dengan Detria.
“ada apa?”
“Robert sakit Ta, dia di
rumah sakit. Tadi ada yang nganterin suratnya kesini”
Shita terdiam.
“kamu mau nengok dia gak?”
“a..aku gak tau” Shita
duduk.
“nengok aja yu, kasian”
“enggak Det”
“Ta, kalau dia kenapa-napa
gimana?”
“tapi Ren..”
“mending kesana yu, kita
anter deh”
Shita mengangguk.
***
Di rumah sakit,
“selamat sore tante”
“Shita?” ibu Robert
tersenyum, “syukur kamu kesini, dari kemarin Robert nyebutin nama kamu terus.
Mana panasnya gak turun-turun lagi, tante khawatir banget”
“a..aku boleh liat dia
tante?”
“tentu, Robert pasti
senang”
Shita masuk ke ruang
perawatan Robert,
“Ta... Shita....”
“aku disini Robert” Shita
mendekat dan memegang tangan Robert.
Robert membuka matanya,
“Shita...?”
“hey” Shita tersenyum,
“kamu sakit apa?”
Robert tersenyum dan air
matanya menetes, “aku seneng bisa liat kamu lagi”
“aku juga” Shita mengelus
Robert, “kamu cepet sembuh ya, biar kita bisa ketemu lagi di kampus”
“percuma kita ketemu kalau
gak bisa bersama”
“Robert...”
“aku cinta banget sama
kamu”
Shita menangis, “kamu
fikir aku udah lupain semuanya? Aku juga cinta banget sama kamu, tapi kita gak
bisa apa-apa”
Robert memeluk Shita, “aku
mohon, jadilah pacarku”
“meski kita gak bisa
bersama”
“meski gak selamanya Ta,
aku ingin tetap bersamamu sampai kapan pun. Meski apa pun yang menghalangi
kita, aku suka sama kamu”
“bagaimana dengan orang
tua ku? Bagaimana dengan keyakinan kita?”
“bagaimana dengan
perasaanmu?” Robert menatap Shita.
Shita diam.
“kita saling mencintai”
“tapi kita gak bisa...”
“Ta, aku... aku mungkin
salah selalu memaksamu. Tapi aku tetap ingin bersamamu, aku sangat mencintaimu
Ta”
“aku juga”
Robert mengelus Shita,
“jadi kita tetap bersama?”
Shita mengangguk. Meskipun
berat, tapi cintanya pada Robert memanglah besar.
Mereka berpelukan.
Di luar,
“sebenarnya tante merestui
mereka, Shita anak yang baik. Tante suka”
Detria dan Reni ikut
sedih.
“tapi tante tau, pemikiran
tante berbeda dengan orang tua Shita. Tante tidak menyalahkan siapa pun, kita
sebagai manusia memang harus memegang teguh apa yang menjadi keyakinan kita”
Beberapa hari kemudian,
“Ta, kamu datang bareng
Robert?” Detria menatap Shita.
“yap, dia pacarku”
“kalian pacaran lagi?”
“ya, tanpa restu orang tua
ku. Kami backstreet lagi”
“kamu yakin Ta?”
“aku gak tega liat Robert
sakit, aku cuma pingin yang terbaik buat dia. Dia selalu berjuang buat aku,
kenapa aku enggak?”
Reni datang, “hey, kalian
lagi ngomongin apa?”
“Shita jadian lagi sama
Robert”
“beneran? Emang orang tua
kamu udah...”
“enggak Ren, kita backstreet”
Reni duduk disamping
mereka, “sampai kapan Ta? Lama-lama juga kebongkar lagi”
“kami akan melakukan apa
pun”
“Ta, mending kamu minta
yang terbaik deh sama Tuhan”
“tapi Robert itu jawaban
dari do’a ku selama ini Det”
“mungkin saja bukan dia”
“udah deh, kalian itu
kenapa sih? Bukannya selama ini kalian selalu dukung aku?”
“bukan gitu Ta”
“udahlah” Shita masuk ke
kelas dengan kesal.
“ya, dia marah. Gimana
dong Ren?”
“gak tau ah...”
Robert mendekat, “hey,
mana Shita?”
“dia di kelas”
“kok gak bareng sih? Kalian
baik-baik aja kan?”
“tentu”
“ok, aku ke kelas ya”
Robert menyusul Shita.
Di kelas,
“Ta”
“hey”
“nanti malem, aku jemput
ya”
“kemana?”
“kita makan malem”
“gak usah jemput, nanti
orang tua aku ngusir kamu lagi”
“gak apa-apa Ta, mereka
harus tau”
“kamu itu kenapa sih? Aku
bingung, kamu pingin kita pacaran. Tapi sekarang, seolah-olah kamu ngasih
pertanda kalau..”
“enggak Ta, bukan gitu”
“terserah, kayanya aku gak
usah kuliah hari ini. Kamu, Detria, Reni. Kalian itu sama aja” Shita pergi.
Robert diam.
Melihat Shita pergi dengan
kesal, Detria dan Reni pun masuk ke kelas dan mendekati Robert. Robert menatap
mereka dan kembali diam.
“ada apa sih?”
“Shita marah”
“kenapa?”
“nanti malem aku mau ke
rumahnya”
“ya iya lah marah, entar
kalian putus lagi. Gak cape apa putus nyambung?”
“aku bingung harus gimana
Det, aku harus kembali ke Amerika. Ayah kembali bekerja disana”
Detria diam.
Reni menatap Robert,
“terus kamu mau putusin dia?”
“aku gak tau, aku bingung.
Makanya nanti malam aku mau ke rumah dia, aku cuma mau jemput dia buat makan
malam dan bilang terus terang. Tapi sekarang, dia marah dan aku yakin dia gak
mau ketemu aku”
***
Di rumah Shita,
Shita terus menangis di
kamarnya, telpon berdering dan Shita mengangkatnya.
“hallo”
“Ta, ini aku”
“udahlah. Kalau kamu pingin
putus, gak usah berbelit-belit pake datang ke rumah segala. Kita putus aja
sekarang”
“Ta...”
“kamu gak denger? Kita
putus”
“ok”
Shita menyimpan telpon dan
kembali menangis.
Besoknya,
Shita menatap cermin, “aku
harus kuat, aku gak boleh down gara-gara ini. Hidupku masih panjang dan
mungkin...”
“nak, kamu udah siap
belum?”
“iya bu, bentar lagi aku
berangkat”
Di kampus,
“hey Ta”
Shita tersenyum pada
Detria.
“maafin aku ya, Reni juga”
“iya, aku juga minta maaf.
Kemarin itu bener-bener hari yang..., ah sudahlah”
“Ta, Robert...”
“udah, gak usah ngomongin
dia lagi”
“tapi Ta...”
“Det, please”
Detria menunduk, “ini buat
kamu”
Shita melihat sebuah
surat, “apa?”
“kamu baca aja”
Shita membukanya,
Aku
minta maaf atas semua kesalahanku, aku tau aku bukan pacar yang baik. Tapi aku
beneran cinta sama kamu Ta. Seandainya hubungan kita tak menghadapi halangan
yang besar, mungkin aku sudah melamarmu sejak dulu. Aku selalu memimpikan jika
kita bisa memiliki hubungan yang serius. Tapi kenyataannya, sangat berbeda.
Selamat
tinggal Ta, mungkin kita gak bisa ketemu lagi. Tapi aku akan selalu
mengingatmu, karena aku sangat mencintaimu.
“Robert...” Shita menatap
Detria.
“dia udah pergi”
Shita terdiam.
“dia sedih banget waktu
bilang mau kembali ke Amerika”
Shita menangis.
“aku percaya Ta, dia emang
cinta banget sama kamu”
Reni datang, “Ta?”
“aku jahat Ren, harusnya
aku gak putusin dia. Harusnya tadi malem aku...”
“udahlah Ta, mending kamu
susul dia ke bandara”
“gak mungkin sempet Ren,
lagian juga dia pasti udah pergi”
“Ta, setidaknya kamu
berusaha. Kalau dia masih ada, kamu bisa ngucapin selamat tinggal kan?”
Shita terdiam.
***
Di bandara,
Robert sudah bersiap,
sebentar lagi pesawat berangkat dan para penumpang mulai masuk ke bagian dalam
bandara.
“Robert”
Robert menoleh dan melihat
Shita, kedua orang tua Robert pun melihat itu.
“Robert” Shita memeluk
Robert.
“Ta” Robert sedih.
“maafin aku, aku cinta
sama kamu”
“aku juga minta maaf Ta,
mungkin selama ini aku bukan pacar yang baik. Tapi aku yakin, kamu akan
mendapatkan yang lebih baik dari aku”
“kamu juga” Shita
tersenyum.
Robert tersenyum, “aku
seneng kamu mau datang kesini”
“jaga dirimu ya”
“kamu juga”
Bell peringatan berbunyi
lagi dan informasi tentang pesawat yang akan segera lepas landas terdengar
lagi.
“selamat tinggal Ta”
Shita mengangguk.
Robert tersenyum dan
melambai, ia pergi bersama kedua orang tuanya.
Shita pun diam dan
berbalik, ia meninggalkan bandara.
Sendiri
lagi, aku gak tau apa yang selama ini terjadi adalah cobaan atau kebahagiaan.
Tapi aku bersyukur pada Tuhan, karena telah membuat aku merasakan apa itu cinta
dan apa itu pacaran.
Meski
akhirnya seperti ini, tapi aku yakin, Tuhan pasti memberikan yang terbaik
untukku. Aku tidak akan terpuruk dalam kesedihan, hidup tetap berjalan dan aku
akan terus memperjuangkan impianku. Dan suatu hari nanti, Tuhan pasti akan
memberikan seorang pria yang baik untukku.
Reni dan Detria sudah
menunggu Shita di dekat taxi, Shita pun tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar