Rabu, 01 April 2015

One Day in Your Life


Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre : Romance, Comedy Garing, School-life
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Malam itu,
“Tuhan... tolong kirimkan seorang kekasih untukku....”
Seorang perempuan tersenyum dan menutup matanya.
Besoknya,
“Shita, bangun nak. Ini sudah pagi, nanti kamu telat kuliahnya”
“iya bu”
Di kampus,
Shita berlari ke fakultasnya dan melihat Detria diantar oleh seorang laki-laki.
Shita mengintip, “wah, si InuYasha tuh”
Inu pun pergi dengan motornya ke fakultas lain, Detria melambai dan masuk ke fakultas.
***
Di fakultas,
“hey Det” Shita mendekati Detria yang duduk di depan kelas.
“hey Ta”
“tadi dianter Inu ya?”
“kamu liat?”
“yap” Shita terdiam dan kembali menatap Detria, “Reni mana ya?”
“mungkin hari ini, dia belum kuliah”
“ah dia, pergi ke Jepang melulu buat ketemu pacarnya”
“Shinichi” Detria tersenyum, “jangan-jangan kamu iri kan?”
“apa? Aku? Ya enggak lah”
“alah, kamu juga kan pingin sama bule”
“tapi Shinichi kan bukan bule, dia kerja di Jepang”
“yap, tapi kan tetep aja dia keturunan Jepang”
“iya deh”
Detria tersenyum.
Reni pun muncul, “hey hey”
“asyik, dianterin naik mobil tuh” Shita tersenyum.
“itu Shinichi”
“kok dia pergi lagi sih?”
“emangnya dia harus nunggu aku kuliah?”
“enggak sih”
“Shita itu iri sama kamu”
“enggak kok”
“iya, soalnya dia pingin punya pacar bule” Detria tersenyum.
“enggak kok Ren”
Reni tersenyum, “aku yakin, suatu hari nanti kamu akan bertemu dengan bulemu”
Shita tersenyum dan menunduk.
Saat masuk tiba,
Dosen masuk ke kelas bersama seorang pria Amerika yang tinggi dan tampan, bermata coklat dan berambut coklat pula.
“selamat pagi, kita dapet teman baru sekarang” dosen tersenyum.
“ahah, kita kaya anak SD ya” Shita tersenyum, saat menoleh dan melihat pria itu, ia terdiam, “ya Tuhan...”
Dag... dig... dug....
“jantungku”
“jantung kamu kenapa Ta?”
“enggak Det, cowok itu cakep banget”
“ya ampun, iya ya” Detria tersenyum.
Reni tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
“ok, silahkan perkenalkan namamu”
“hello, my name is Robert. I...”
“ah, sayang banget dia gak bisa bahasa Indonesia” Shita mengeluh.
“aku bisa” Robert tersenyum.
“ah?” Shita kaget dan pingsan.
Robert kaget melihat itu.
***
Saat bubar,
Shita berjalan bersama dengan Reni dan Detria.
“ya ampun, dia cakep banget ya. Matanya... alisnya..., ya ampun...”
“hey Ta, sadar” Detria tersenyum melihat expresi Shita yang aneh.
“ya ampun Det, masa sih kamu gak kelepek-kelepek? Iya kan Ren?”
“iya” jawab Reni tenang.
“ah kamu” Shita diam.
“iya, dia cakep. Tapi buat aku, tetep Shinichi yang cakep”
“buat aku juga Inu”
“iya deh, cuma aku doang kali ya yang anggap dia cakep”
“dia cakep, kita akuin kok. Tapi kita udah punya cowok”
InuYasha datang dengan motornya, “hey sayang”
“Inu” Detria tersenyum.
“ayo pulang”
“aku duluan ya”
Detria pun pergi dengan InuYasha.
“ah... enak ya punya pacar kaya Inu. Dia terkenal, anak alim yang santun dan jago olah raga”
“yap, dia itu religi banget orangnya dan saat di lapangan”
“olah raganya keren banget, kaya kerasukan”
“manusia setengah siluman”
“InuYasha”
Mereka tersenyum.
Mobil Shinichi datang.
“yah” Shita kecewa.
“maaf ya, tapi aku gak mungkin ninggalin waktu sedikit pun untuk Shinichi. Mumpung dia lagi disini”
“aku ngerti kok”
“bye”
“bye Ren”
Reni pun pergi meninggalkan Shita.
“sekarang aku tinggal sendirian, Reni enak pacaran sama Shinichi. Dia tinggal dan kerja di Jepang, mana Reni bisa semua bahasa”
“kamu yakin cewek itu bisa semua bahasa?”
Shita menoleh, “Robert?”
“bagaimana dengan bahasa Latin? Itu bahasa yang sudah mati. Pulang bareng yu?”
“a..aku...”
“ayo”
Shita mengangguk dengan wajah yang terus tersenyum, ya Tuhan... apa dia adalah jawaban dari do’a ku?
“eh, Shita?”
“ah, iya iya. Maaf”
Shita masuk ke mobil Robert, “mobil kamu keren, kayanya di kampus ini, cuma kamu yang punya”
Robert tersenyum, “o iya, tadi kamu pingsan kenapa?”
Shita terdiam.
Sesampainya di depan rumah Shita,
“makasih ya”
“beres, besok mau bareng lagi?”
“ah, gak usah makasih”
Robert tersenyum dan pergi.
“ya Tuhan... tampan sekali, Robert Downey Jr.”
“siapa itu Robert Downey Jr.?”
“ayah?” Shita kaget.
Besoknya,
Shita datang ke kampus.
“hey Ta”
“Reni? Kok udah disini?”
“Shinichi pulang tadi malam”
“ya, sendiri lagi dong”
“ya enggak lah, paling kita LDR lagi”
“iya deh, aku kok gak punya temen yang jomblo sih?”
“jomblo kok ajak-ajak?” Reni menatap Shita.
“aku juga jomblo” Robert tersenyum pada Shita.
“Ro...Robert?” Shita kaget.
Reni tersenyum.
“ah” Shita kembali pingsan.
“Shita?” Reni kaget.
“dia gak apa-apa kan?”
“aku rasa kau yang bisa menolongnya” Reni menatap Robert.
***
Saat masuk,
Pak Wawan sang dosen, sedang menerangkan mata kuliahnya, “jadi cita-cita itu penting” ia tersenyum dan menatap Shita, “Shita, apa cita-citamu?”
“ah, aku... aku mau jadi ibu rumah tangga yang baik pak”
“ibu rumah tangga? Hanya itu kah? Kenapa kamu kuliah?”
“ya, jadi apa pun nanti, tetep aja kita harus jadi ibu rumah tangga yang baik”
“bagus, bagaimana denganmu Robert?”
“aku mau jadi suaminya Shita pak”
Semua anak heboh dengan itu.
Saat bubar,
“apa-apaan si dia? Malu-maluin” Shita kesal.
“mungkin dia suka sama kamu Ta” Detria tersenyum.
“iya, tapi kan aku malu”
“cie Shita”
“udahlah Ren, aku tuh BT”
Robert mendekat, Reni dan Detria pun meninggalkan mereka.
“mau apa?” Shita menatap Robert.
“kok kamu jadi galak?’
“puas malu-maluin aku di depan temen-temen?”
“aku gak bermaksud buat malu-maluin kamu, aku kan serius jawabnya”
“iya, tapi kan aku malu. Temen-temen pada ketawa sambil natap aku, mana pak Wawan...”
“kamu malu aku suka sama kamu?”
“eng...gak gitu maksudnya”
“terus apa? Kamu gak suka karena aku jelek?”
“enggak Robert, kamu itu cakep. Aku suka bule kaya kamu, Oops!” Shita menutup mulutnya.
Robert tersenyum, “kalau gitu ayo, kita pulang bareng” Robert menatap Shita, “atau aku akan marah padamu”
“kau memaksa sekali”
Mereka pun pulang bersama.
***
Di jalan,
Reni bicara dengan Detria.
“gimana menurut kamu?”
“Robert?”
“ya, kayanya Shita tuh sebenernya suka banget deh sama dia”
“tapi dia harus waspada sama bule itu”
“apa lagi Det? Biarin lah dia sedikit bahagia, lagian juga Shita emang butuh pacar”
“gimana kalau mereka beda keyakinan? Gimana kalau Robert itu bukan cowok yang baik? Aku cuma pingin yang terbaik buat Shita”
“kamu bener, lagian juga Shita belum pernah pacaran sampe dia segede gitu”
Di mobil Robert,
“ayahku bekerja di kedutaan, jadi keluarga kami sering pindah sesuai tempat kerja ayah” Robert menatap Shita.
“keren” Shita tersenyum.
“aku pernah tinggal di Inggris, Italy, Prancis”
“dan berapa lama kau tinggal disini?”
“aku tidak tau, tapi aku senang disini”
“kenapa?”
Robert hanya tersenyum tak menjawab, ia kembali menatap Shita. “kamu pernah pacaran?”
Shita menggeleng.
“aku pernah, bahkan kami pernah tinggal bersama”
“tinggal bersama?”
“ya, saat itu aku tinggal bersama kekasihku. Tapi saat ayah ditugaskan kesini, aku ikut ayah”
“jadi, kamu masih...”
“kami sudah putus. Aku harap, kamu mau tinggal sama aku”
“apa?” Shita langsung keluar dari mobil dengan kesal.
Robert keluar dan mengejar Shita, “Ta, kok marah?”
“jangan samakan kebiasaanmu disana dengan disini”
“Ta, kalau kamu gak mau, gak usah marah kan?”
“tentu aku marah, kamu itu gak ngerti gimana keadaan disini. Lebih baik belajar dulu”
“Shita, aku suka sama kamu”
Shita terdiam.
“aku serius, jadilah pacarku”
Shita pingsan.
***
Besoknya,
Shita terus melamun di depan kelas.
“Ta, kamu kenapa?” Detria mendekat.
“Robert nembak aku kemarin”
“bagus dong” Detria tersenyum.
“tapi, aku nolak dia”
“apa?”
“dia ngajak aku tinggal bareng”
“ya ampun”
Reni datang, “ada apa?”
Shita pun mulai bercerita.
“ok, tenang. Mungkin dia gak bermaksud macam-macam”
“jelas-jelas dia ngajak Shita tinggal bareng”
“tenang dulu Det”
“tapi di keyakinan kita, itu gak boleh Ren”
“Detria tenang, kita harus berfikir dulu. Mungkin saja maksud Robert baik, dia hanya ingin membuktikan kalau dia suka beneran sama Shita”
“dengan tinggal serumah?”
“Det, dia gak ngerti budaya kita. Kita harus bisa ngasih dia pengertian”
Detria diam.
Di kelas,
“selamat pagi” Shita mendekati Robert.
Robert menoleh dan tersenyum.
“aku minta maaf ya”
“untuk apa?”
“aku nolak kamu”
“gak apa-apa kok, itu hak kamu”
“tapi aku juga suka sama kamu”
Robert menatap Shita.
“aku suka sama kamu, sejak pertama kita ketemu. Tapi aku gak bisa tinggal serumah denganmu”
“aku mengerti, aku minta maaf soal itu. Aku memang masih harus banyak belajar tentang budaya disini”
“ya udah, aku keluar ya?”
“Shita” Robert memegang tangan Shita, “disini aja, tungguin sampai dosen datang”
Shita tersenyum.
***
Reni mengintip, “kayanya mereka jadian deh Det, kamu gak mau liat?”
“aku juga lagi liat” Detria juga mengintip.
Beberapa hari kemudian,
Shita makan bersama teman-temannya di sebuah cafe.
“selamat ya Ta”
“kalian iri kan? Pacarku lebih cakep dan lebih kaya dari pacar kalian”
“jangan takabur Ta”
“maaf bu Hj. Detria”
“aku serius, kamu udah tau belum Robert itu siapa? Asal-usulnya gimana?”
“aku tau kok, tenang aja. Orang tuanya baik banget sama aku”
“kamu udah ketemu orang tuanya?”
“iya Ren, kayanya kita mau married”
“hus, ngaco”
“gimana dengan keyakinannya?”
Shita terdiam mendengar kata-kata Detria.
Besoknya,
“honey, kamu kenapa? Kok diem aja?” Robert menatap Shita.
“enggak apa-apa kok”
“kamu nyembunyiin sesuatu dari aku kan?”
Shita menatap Robert dengan sedih, kalau aku nanyain keyakinan dia, dia marah gak ya?
“Shita?”
“ah, iya?”
“kamu kenapa sih?”
“aku cuma mikirin hubungan kita”
“ada apa lagi?”
“kamu tau kan? Waktu kita pacaran, semua orang di kampus heboh banget. Banyak cewek yang patah hati karena itu, padahal banyak cewek yang lebih cantik dariku. Aku cuma...”
“Shita, aku gak suka kamu ngomong gitu. Buat aku, kamu itu segalanya. Mungkin benar banyak perempuan cantik di luar sana. Tapi buat aku, yang cantik itu cuma kamu. Aku udah pacaran berkali-kali dan yang paling berkesan itu kamu. Seandainya aku tau ini, mungkin sejak dulu aku pindah kesini mendahului orang tua ku”
“kamu mulai lebay”
“lebay? Aku gak ngerti, apa itu?”
“sudahlah” Shita tersenyum, “makasih kamu udah bisa menghargai semuanya, perbedaan budaya kita dan...”
Robert mencium Shita dan Shita terdiam.
Robert tersenyum, “kamu kenapa?”
Dak...
Shita meninju Robert.
***
Besoknya,
Di kantin kampus.
“dia nyium aku” Shita berteriak di depan Detria dan Reni.
Reni tersenyum, “baguslah”
“bagus apanya? Kita itu harusnya gak boleh ciuman sebelum hubungan kita resmi” Detria benar-benar khawatir.
“ayolah Det, Shita itu kan pacarannya sama bule”
“jadi karena pacarku lokal terus...”
“enggak-enggak, bukan gitu maksudku”
“kalian itu kenapa sih? Aku cerita tapi malah berantem” Shita pergi dengan kesal.
“eh Ta” Reni kaget.
“Shita” Detria khawatir.
“sorry ya Det”
“aku juga Ren, aku cuma khawatir sama Shita”
“sebenarnya aku juga khawatir, tapi aku gak tega. Dia keliatan bahagia banget pacaran sama Robert”
***
Shita berjalan ke dekat kelas, tapi ia terdiam. Shita melihat Robert berciuman dengan seorang perempuan cantik, bule pula.
“Robert?” air mata Shita menetes.
Robert melepas ciuman perempuan itu, “Ta?”
Shita pergi.
“Shita”
“Robert, dia siapa?” perempuan bule itu menatap Robert.
“dia pacarku”
“kamu udah punya pacar?”
“udahlah Ling, mendingan kamu pergi” Robert pergi meninggalkan Ling.
***
Shita berlari melewati Reni dan Detria.
“Shita, kamu kenapa?” Detria khawatir.
“gak apa-apa, aku hari ini gak bisa ngampus”
“Ta?” Reni kaget.
Robert melewati mereka, “mana Shita?”
“apa yang kamu lakuin sama dia?” Detria menatap Robert.
“udahlah Det, aku harus ngejar dia”
“dia kesana. Tapi jika kamu cuma mau nyakitin dia, lebih baik kamu gak usah kejar dia” Reni menatap Robert.
“aku cinta sama dia Ren, sumpah” Robert pun pergi meninggalkan mereka.
Di jalan,
Shita mencari taxi.
“Shita” Robert mendekat.
“ngapain kamu kesini? Harusnya kamu ngurusin bule cantik itu”
“Ling itu mantanku”
“terus kalian ciuman?”
“dia yang nyium aku Ta”
“gak usah banyak alasan, lebih baik kita putus aja”
“Shita”
Sebuah taxi mendekat.
“lepasin aku” Shita masuk ke taxi.
Taxi pun pergi.
“sial” Robert berteriak.
Di dalam taxi,
Shita menangis, “ya Tuhan... ternyata pacaran itu sakit banget, kenapa aku gak punya pacar yang baik seperti Inu atau Shinichi?”
“ade itu baru putus ya?” supir taxi menatap Shita dari spion depan.
“ya, aku tadi putusin dia. Ngapain bapak ikut campur?”
“kamu jangan ngandelin emosi gitu de”
“apa peduli bapak?”
“cowok itu keliatannya suka banget sama ade, mendingan kalian bicara dulu. Kasihan kan dia”
“jadi bapak bela dia? Ya udah, stop aja disini” Shita keluar.
“terserah ade kalau mau nyari taxi lain, tapi jangan sampai ade nyesel putus sama bule itu” taxi pun pergi.
Shita terdiam.
Besoknya,
Di rumah Robert, Robert sedang menyiapkan tasnya. Dengan sedih, ia mengeluarkan tasnya ke ruang tamu.
Bel berbunyi,
“ya” Robert membuka pintu, “Shita?”
“hey”
Robert tersenyum dan memeluk Shita, “aku takut kamu gak mau ketemu lagi sama aku”
Ibu Robert melihat itu, “Shita? Ayo masuk”
Shita melihat ibu membawa beberapa tas, “tante mau kemana?” Shita menatap Robert.
“aku harus pulang” Robert menatap Shita.
Shita mundur.
“Ta?” ibu kaget.
Shita pergi.
“Shita” Robert berteriak.
“nak, kayanya kamu harus kejar dia deh”
Robert mengangguk dan mengejar Shita.
“Shita”
“kamu mau pergi kan? Kenapa aku harus berfikir untuk terus melanjutkan hubungan kita?”
“kamu kok gitu? Aku kan cuma pergi sebentar”
“bohong, ayah kamu pasti ditugaskan ke negara lain kan?”
“nenekku meninggal”
Shita terdiam, “maafkan aku” Shita pun memeluk Robert, “maafkan aku Robert, aku tidak tau. Sungguh aku tidak tau”
Robert tersenyum.
Shita menatap Robert, “kamu kenapa?”
“aku seneng kamu peluk aku duluan”
Shita tersenyum, “aku kira apa”
Mereka berpelukan lagi, “aku sayang kamu Robert, berjanjilah kamu akan kembali”
“iya sayang, aku janji”
Beberapa hari kemudian,
“dia kok belum pulang juga?” Shita menatap Reni dan Detria.
“ya ampun, setiap hari kamu ngomongin dia melulu” Detria bosen.
“kamu tenang dong, kan jarak kalian itu jauh banget. Mana mungkin mereka cuma seminggu disana”
“tapi aku takut banget Ren, aku takut Robert gak balik lagi buat aku”
“kamu tenang aja Ta, dia pasti kembali” Detria tersenyum.
“kok kalian yakin banget sih?”
“soalnya Robert udah bersumpah di depan kita, dia itu cinta banget sama kamu” Reni tersenyum.
Shita tersenyum malu.
Dua minggu kemudian,
Di rumah Shita, ibu begitu khawatir karena Shita sakit.
“ayo nak, minum obatnya. Biar kamu cepet sembuh” ibu mengelus Shita dan keluar dari kamar.
Ibu gak ngerti, sebenarnya kan aku malarindu. Robert, kapan kamu pulang...? Shita menatap foto Robert yang disimpan di balik bantal.
***
Pagi itu,
Shita datang ke kampus.
“kamu udah sembuh Ta?” Detria tersenyum.
Shita mengangguk dan duduk disamping Detria.
“dia khawatir banget sama kamu”
“Reni?” Shita menatap Detria.
Detria tersenyum, “tentu saja Robert, pacarmu kan dia”
“Robert? Dia udah pulang?”
“dari dua hari yang lalu juga dia udah kuliah”
“ya ampun, coba aku gak sakit”
“ya ampun Ta, harusnya kamu bersyukur udah sembuh. Emang dia gak nengok ke rumah kamu?”
Shita menggeleng, “kita backstreet, ibu ngelarang aku pacaran”
“ya ampun, mending kamu jujur Ta”
“gak bisa Det, entar aku disuruh putus sama Robert”
“orang tua kamu pasti ngerti kok”
“kayanya enggak deh”
Reni datang, “selamat pagi”
“pagi” mereka tersenyum.
“kamu udah sembuh?”
Shita mengangguk.
“pacar kamu nanyain terus tuh”
“iya, udah tau. Tadi Detria bilang”
Reni tersenyum.
Robert datang.
“Robert” Shita teriak bahagia karena bisa melihat Robert lagi.
“hey” Robert tersenyum, “kamu udah sembuh? Sakit apa sayang?”
Shita tersenyum.
“entar makan siang yu, aku yang tlaktir. Ajak Detria dan Reni juga”
“asyik” Detria dan Reni senang.
“aku kira, cuma kita berdua” Shita sedikit kecewa.
“idih, kamu pelit amat sih Ta? Bagi-bagi rezeki dikit napa”
“hu’uh”
“sayang, aku kangen banget sama kamu. Entar malem, aku akan jemput kamu buat makan malam, cuma kita berdua”
“kamu serius?”
“tentu, emangnya aku keliatan bo’ong?” Robert merangkul Shita.
Siang itu,
Shita dan Robert menunggu Reni dan Detria di mobil.
“ah, mereka lama banget ya? Cewek ngapain aja sih kalau di toilet?”
“kamu jangan nanya gitu dong, mereka kan temen aku”
“maaf, gerah banget ya” Robert membuka kemejanya.
“kamu mau ngapain?”
“ganti baju. Tenang aja, gak bakalan macem-macem kok” Robert mengambil t-shirt-nya yang ada di belakang.
Shita terdiam melihat tattoo salib di lengan Robert.
“kamu kenapa Ta?”
Shita menggeleng dan menunduk.
“tuh, mulai lagi kan? Murung-murung gak jelas gitu”
Detria dan Reni masuk ke mobil.
“maaf ya lama”
“gak apa-apa kok, cuma Shita agak BT tuh. Katanya, kalian lama”
“enak aja, orang itu kamu juga”
Robert tersenyum.
***
Besoknya,
“mana Shita? Kok dia belum datang juga sih?”
“mungkin gara-gara tadi malem kali Ren, pertama kalinya mereka makan malam. Aku sih udah biasa sama Inu, setiap malam minggu juga gitu”
Reni tersenyum, ia ingat pada Shinichi. Setiap mereka bertemu, Shinichi pasti selalu berusaha mengajaknya makan malam jika tidak sibuk. “aku jadi kanget sama Ichi”
“ah? Apa itu panggilan sayangmu pada Shinichi?”
“bukan masalah kan? Pacarmu juga Inu”
“kalau Shita gimana ya?”
“Reboot?”
“Obet kali ya?”
Mereka tertawa.
Saat Shita datang, mereka langsung diam. Tapi tidak ada sedikit pun sapaan atau salam dari Shita, ia hanya duduk diam dan tak menghiraukan teman-temannya.
“kamu kenapa Ta?” Detria khawatir.
“aku putus sama Robert”
“putus?” Reni kaget.
“bukannya dia tadi malam... atau kalian gak jadi...”
“tadi malam dia datang, Robert mengaku berpacaran pada orang tuaku”
“lalu?”
“mereka menolak karena kami berbeda keyakinan”
Reni terdiam.
Shita menatap teman-temannya, “kemarin aku melihat tattoo salib di lengan Robert dan tadi malam, Robert mengakuinya di depan kedua orang tuaku”
Detria menatap Shita, “terus Robert gimana?”
“aku gak tau Det, Robert langsung pergi setelah diusir ayah”
Reni cemas, “kamu sabar ya Ta”
“kita gak usah bahas ini ya” Shita menatap mereka.
“ok” Reni diam.
Robert datang, “hey”
Shita menatap Robert, “hey”
“nanti siang, kita makan di cafe yang kemarin yu”
“maaf Robert, aku gak bisa” Shita pergi.
Detria menatap Robert, “aku ke kelas dulu ya” ia pergi.
Reni pun pergi, “aku juga”
Robert terdiam.
Di kelas,
“kayanya Shita nangis deh” Reni berbisik pada Detria.
“kita harus gimana dong?”
“gimana biar dia ceria lagi ya?”
“aku gak tau Ren, aku takut salah”
“kita deketin dulu yu”
Shita melihat Detria dan Reni mendekat, ia pun menghapus air matanya.
“hey Ta”
Shita tersenyum.
“kamu gak apa-apa kan?” Detria menatap Shita.
“kamu mau cerita sama kita?” Reni mengelus Shita.
“aku cinta sama dia, aku cinta banget sama Robert” Shita kembali menangis.
Detria dan Reni memeluk Shita.
“udah Ta, jangan nangis lagi. Kita kan jadi ikut sedih”
“kita akan melakukan yang terbaik untuk kamu”
“kalian mau bantu aku ngelupain dia?”
“kayanya itu susah Ta”
“dia mencintaimu juga. Dia ada disini, kalian akan sering ketemu”
“itu agak sulit Ta”
“aku pasti bisa kok”
Besoknya,
Shita berjalan ke kampus, ia ingat kata-kata orang tuanya.
“kami senang kamu punya pacar seperti itu. Bule seperti impianmu, keluarganya dari kalangan yang berada. Tapi kami gak bisa mempersatukan kalian karena kalian beda keyakinan. Keyakinan kita melarang itu Ta, kamu harus ngerti”
Shita kembali menangis.
“hey Ta” Robert menghentikan mobilnya, “mau bareng?”
“enggak, makasih”
“ayo lah Ta, gak macem-macem. Cuma bareng ke fakultas”
Shita pun masuk ke mobil Robert.
“aku senang kamu mau deket sama aku”
Shita menatap Robert.
“ok, aku gak macem-macem”
Shita pun kembali melihat ke depan.
Robert masih menatap Shita, “aku minta maaf Ta” ia mulai mengendarai mobilnya.
“untuk apa?”
“karena aku tidak masuk nominasi orang tua mu”
“itu bukan salahmu, itu bukan salah orang tuaku. Itu salahku”
Robert menghentikan mobilnya dan menatap Shita, “aku tidak menyalahkanmu, tidak sama sekali”
“aku sudah tau saat melihat tattoo-mu, tapi aku tidak mau menyinggungmu. Aku sayang padamu Robert, kau cinta pertamaku. Aku sangat takut kehilanganmu”
“aku tau, aku sangat merasakannya Ta. Cintamu, kasih sayangmu. Aku sangat merasakan perasaanmu dan aku pun takut kehilanganmu” Robert menunduk, “untuk pertama kalinya aku sangat sakit kehilangan seseorang, kau adalah perempuan yang sangat berbeda dengan mantan-mantanku. Kau begitu menghargai semuanya dan aku baru mengerti bagaimana cara menghargai wanita yang sebenarnya”
“bisakah kita segera ke fakultas? Atau aku harus jalan kaki?”
“aku senang melihatmu seperti itu, selalu membohongi perasaanmu di depan orang lain. Kenapa kau tidak menangis saja? Jika ditahan, dadamu bisa sakit lho”
“aku tidak mau menangis”
“benarkah?”
“aku bilang, aku tidak mau menangis” air mata Shita pun menetes.
Robert memeluk Shita, “aku sangat merasakan itu Ta”
Shita memeluk Robert erat, “maafkan aku”
***
Di kelas,
Detria terdiam melihat Shita datang bersama Robert.
“apa mereka jadian lagi?”
“gak mungkin backstreet lagi, mereka gak boleh melanjutkan hubungan mereka”
“kamu itu kenapa sih Det? Kasihan mereka?”
“aku tau Ren, aku tau betapa sakitnya perasaan mereka. Tapi perbedaan mereka terlalu vital”
“mereka bisa menikah di luar negeri”
“jadi kamu rela Shita dibawa pergi sama dia?”
“itu demi kebahagiaan mereka?”
“tapi kita harus memikirkan masa depannya kan? Kamu mau hubungan Shita dan orang tuanya berantakan? Budaya kita tidak sebebas di luar Ren”
Reni diam, “aku cuma gak tega melihat mereka”
“aku juga, tapi kita tetap harus mengatakan yang sebenarnya kan?”
Shita masuk ke kelas dan duduk di dekat Detria.
“hey Ta”
“hey” Shita tersenyum pada teman-temannya.
“kamu datang sama Robert?” Reni menatap Shita.
“iya” Shita diam.
“kalian akan melanjutkan hubungan kalian?” Detria menatap Shita.
Shita menggeleng, “aku gak mungkin bersama dia lagi, kami berbeda, aku tau itu, yang selalu kamu katakan benar Det”
“maaf Ta”
“itu bukan salahmu, itu memang benar. Aku juga tidak bisa menyalahkan keadaan”
Robert masuk, “selamat pagi cantik-cantik” ia tersenyum pada mereka.
“hey Robert” Detria tersenyum.
“hey” Reni pun tersenyum.
Shita hanya tersenyum.
Robert duduk disamping Shita, “boleh duduk disini kan?”
“boleh, kamu juga bayar kan disini? Itu hak kamu”
“Shita, bisakah kamu tidak bicara begitu padaku?”
Shita menatap Robert, “maafkan aku, aku akan duduk di tempat lain kalau kamu gak nyaman”
“Ta” Robert memegang tangan Shita.
“Robert, aku mohon. Bisakah kau tidak menggangguku? Kamu tau kan? Aku sulit melupakanmu, tolong biarkan aku bahagia”
“jadi kau benar-benar akan melupakanku? Kau akan melupakan semuanya begitu saja?”
“Robert, kau tau sendiri kan?”
“aku tau. Orang tua mu, keadaan kita dan semuanya. Tidak ada sedikit pun yang membela kita, tidak ada sedikit pun yang mendukung cinta kita. Tapi aku tidak mau melupakan semuanya, itu sulit Ta”
Shita menangis dan pergi.
Robert diam.
Detria mengejar Shita.
Reni mendekati Robert, “maafkan dia, hatinya sedang kacau. Aku harap, kau bisa mengerti”
Robert mengangguk, “aku ngerti Ren, berjanjilah kau akan menjaga Shita dengan baik”
“aku janji, aku dan Detria pasti akan selalu ada untuk dia” Reni pun pergi menyusul Detria.
Robert diam dan melamun.
Sore itu,
Robert datang ke rumah Shita, “selamat sore tante”
“nak, tolong jangan ganggu Shita lagi”
“aku tau kok tante, aku gak bermaksud apa-apa. Aku cuma mau bicara seberntar”
“sejak kemarin, Shita berpesan agar tante tidak...”
“aku tau tante, dia gak mau ketemu sama aku kan?” Robert memberikan sebuah surat, “ini buat dia tante, tolong kasihin ya. Saya permisi” Robert pun pergi.
Ibu sedih melihat itu, tapi keadaan membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.
Di kamar Shita,
“Ta, tadi Robert datang”
“terus ibu bilang apa?”
“ibu jujur, kalau kamu gak mau ketemu dia”
“dia marah?”
“enggak, dia nitip ini buat kamu” ibu pun pergi.
Shita membaca surat itu,
Seperti apapun sikapmu, aku akan tetap mencintaimu. Aku akan mempertahankan cinta kita sampai kapanpun, aku benar-benar mencintaimu dan tidak akan ada yang bisa merubahnya meskipun tembok perbedaan yang begitu kokoh ada diantara kita.
Air mata Shita menetes.
Besoknya,
Shita datang ke kampus dan melihat Reni menatap khawatir dengan Detria.
“ada apa?”
“Robert sakit Ta, dia di rumah sakit. Tadi ada yang nganterin suratnya kesini”
Shita terdiam.
“kamu mau nengok dia gak?”
“a..aku gak tau” Shita duduk.
“nengok aja yu, kasian”
“enggak Det”
“Ta, kalau dia kenapa-napa gimana?”
“tapi Ren..”
“mending kesana yu, kita anter deh”
Shita mengangguk.
***
Di rumah sakit,
“selamat sore tante”
“Shita?” ibu Robert tersenyum, “syukur kamu kesini, dari kemarin Robert nyebutin nama kamu terus. Mana panasnya gak turun-turun lagi, tante khawatir banget”
“a..aku boleh liat dia tante?”
“tentu, Robert pasti senang”
Shita masuk ke ruang perawatan Robert,
“Ta... Shita....”
“aku disini Robert” Shita mendekat dan memegang tangan Robert.
Robert membuka matanya, “Shita...?”
“hey” Shita tersenyum, “kamu sakit apa?”
Robert tersenyum dan air matanya menetes, “aku seneng bisa liat kamu lagi”
“aku juga” Shita mengelus Robert, “kamu cepet sembuh ya, biar kita bisa ketemu lagi di kampus”
“percuma kita ketemu kalau gak bisa bersama”
“Robert...”
“aku cinta banget sama kamu”
Shita menangis, “kamu fikir aku udah lupain semuanya? Aku juga cinta banget sama kamu, tapi kita gak bisa apa-apa”
Robert memeluk Shita, “aku mohon, jadilah pacarku”
“meski kita gak bisa bersama”
“meski gak selamanya Ta, aku ingin tetap bersamamu sampai kapan pun. Meski apa pun yang menghalangi kita, aku suka sama kamu”
“bagaimana dengan orang tua ku? Bagaimana dengan keyakinan kita?”
“bagaimana dengan perasaanmu?” Robert menatap Shita.
Shita diam.
“kita saling mencintai”
“tapi kita gak bisa...”
“Ta, aku... aku mungkin salah selalu memaksamu. Tapi aku tetap ingin bersamamu, aku sangat mencintaimu Ta”
“aku juga”
Robert mengelus Shita, “jadi kita tetap bersama?”
Shita mengangguk. Meskipun berat, tapi cintanya pada Robert memanglah besar.
Mereka berpelukan.
Di luar,
“sebenarnya tante merestui mereka, Shita anak yang baik. Tante suka”
Detria dan Reni ikut sedih.
“tapi tante tau, pemikiran tante berbeda dengan orang tua Shita. Tante tidak menyalahkan siapa pun, kita sebagai manusia memang harus memegang teguh apa yang menjadi keyakinan kita”
Beberapa hari kemudian,
“Ta, kamu datang bareng Robert?” Detria menatap Shita.
“yap, dia pacarku”
“kalian pacaran lagi?”
“ya, tanpa restu orang tua ku. Kami backstreet lagi”
“kamu yakin Ta?”
“aku gak tega liat Robert sakit, aku cuma pingin yang terbaik buat dia. Dia selalu berjuang buat aku, kenapa aku enggak?”
Reni datang, “hey, kalian lagi ngomongin apa?”
“Shita jadian lagi sama Robert”
“beneran? Emang orang tua kamu udah...”
“enggak Ren, kita backstreet”
Reni duduk disamping mereka, “sampai kapan Ta? Lama-lama juga kebongkar lagi”
“kami akan melakukan apa pun”
“Ta, mending kamu minta yang terbaik deh sama Tuhan”
“tapi Robert itu jawaban dari do’a ku selama ini Det”
“mungkin saja bukan dia”
“udah deh, kalian itu kenapa sih? Bukannya selama ini kalian selalu dukung aku?”
“bukan gitu Ta”
“udahlah” Shita masuk ke kelas dengan kesal.
“ya, dia marah. Gimana dong Ren?”
“gak tau ah...”
Robert mendekat, “hey, mana Shita?”
“dia di kelas”
“kok gak bareng sih? Kalian baik-baik aja kan?”
“tentu”
“ok, aku ke kelas ya” Robert menyusul Shita.
Di kelas,
“Ta”
“hey”
“nanti malem, aku jemput ya”
“kemana?”
“kita makan malem”
“gak usah jemput, nanti orang tua aku ngusir kamu lagi”
“gak apa-apa Ta, mereka harus tau”
“kamu itu kenapa sih? Aku bingung, kamu pingin kita pacaran. Tapi sekarang, seolah-olah kamu ngasih pertanda kalau..”
“enggak Ta, bukan gitu”
“terserah, kayanya aku gak usah kuliah hari ini. Kamu, Detria, Reni. Kalian itu sama aja” Shita pergi.
Robert diam.
Melihat Shita pergi dengan kesal, Detria dan Reni pun masuk ke kelas dan mendekati Robert. Robert menatap mereka  dan kembali diam.
“ada apa sih?”
“Shita marah”
“kenapa?”
“nanti malem aku mau ke rumahnya”
“ya iya lah marah, entar kalian putus lagi. Gak cape apa putus nyambung?”
“aku bingung harus gimana Det, aku harus kembali ke Amerika. Ayah kembali bekerja disana”
Detria diam.
Reni menatap Robert, “terus kamu mau putusin dia?”
“aku gak tau, aku bingung. Makanya nanti malam aku mau ke rumah dia, aku cuma mau jemput dia buat makan malam dan bilang terus terang. Tapi sekarang, dia marah dan aku yakin dia gak mau ketemu aku”
***
Di rumah Shita,
Shita terus menangis di kamarnya, telpon berdering dan Shita mengangkatnya.
“hallo”
“Ta, ini aku”
“udahlah. Kalau kamu pingin putus, gak usah berbelit-belit pake datang ke rumah segala. Kita putus aja sekarang”
“Ta...”
“kamu gak denger? Kita putus”
“ok”
Shita menyimpan telpon dan kembali menangis.
Besoknya,
Shita menatap cermin, “aku harus kuat, aku gak boleh down gara-gara ini. Hidupku masih panjang dan mungkin...”
“nak, kamu udah siap belum?”
“iya bu, bentar lagi aku berangkat”
Di kampus,
“hey Ta”
Shita tersenyum pada Detria.
“maafin aku ya, Reni juga”
“iya, aku juga minta maaf. Kemarin itu bener-bener hari yang..., ah sudahlah”
“Ta, Robert...”
“udah, gak usah ngomongin dia lagi”
“tapi Ta...”
“Det, please”
Detria menunduk, “ini buat kamu”
Shita melihat sebuah surat, “apa?”
“kamu baca aja”
Shita membukanya,
Aku minta maaf atas semua kesalahanku, aku tau aku bukan pacar yang baik. Tapi aku beneran cinta sama kamu Ta. Seandainya hubungan kita tak menghadapi halangan yang besar, mungkin aku sudah melamarmu sejak dulu. Aku selalu memimpikan jika kita bisa memiliki hubungan yang serius. Tapi kenyataannya, sangat berbeda.
Selamat tinggal Ta, mungkin kita gak bisa ketemu lagi. Tapi aku akan selalu mengingatmu, karena aku sangat mencintaimu.
“Robert...” Shita menatap Detria.
“dia udah pergi”
Shita terdiam.
“dia sedih banget waktu bilang mau kembali ke Amerika”
Shita menangis.
“aku percaya Ta, dia emang cinta banget sama kamu”
Reni datang, “Ta?”
“aku jahat Ren, harusnya aku gak putusin dia. Harusnya tadi malem aku...”
“udahlah Ta, mending kamu susul dia ke bandara”
“gak mungkin sempet Ren, lagian juga dia pasti udah pergi”
“Ta, setidaknya kamu berusaha. Kalau dia masih ada, kamu bisa ngucapin selamat tinggal kan?”
Shita terdiam.
***
Di bandara,
Robert sudah bersiap, sebentar lagi pesawat berangkat dan para penumpang mulai masuk ke bagian dalam bandara.
“Robert”
Robert menoleh dan melihat Shita, kedua orang tua Robert pun melihat itu.
“Robert” Shita memeluk Robert.
“Ta” Robert sedih.
“maafin aku, aku cinta sama kamu”
“aku juga minta maaf Ta, mungkin selama ini aku bukan pacar yang baik. Tapi aku yakin, kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari aku”
“kamu juga” Shita tersenyum.
Robert tersenyum, “aku seneng kamu mau datang kesini”
“jaga dirimu ya”
“kamu juga”
Bell peringatan berbunyi lagi dan informasi tentang pesawat yang akan segera lepas landas terdengar lagi.
“selamat tinggal Ta”
Shita mengangguk.
Robert tersenyum dan melambai, ia pergi bersama kedua orang tuanya.
Shita pun diam dan berbalik, ia meninggalkan bandara.
Sendiri lagi, aku gak tau apa yang selama ini terjadi adalah cobaan atau kebahagiaan. Tapi aku bersyukur pada Tuhan, karena telah membuat aku merasakan apa itu cinta dan apa itu pacaran.
Meski akhirnya seperti ini, tapi aku yakin, Tuhan pasti memberikan yang terbaik untukku. Aku tidak akan terpuruk dalam kesedihan, hidup tetap berjalan dan aku akan terus memperjuangkan impianku. Dan suatu hari nanti, Tuhan pasti akan memberikan seorang pria yang baik untukku.
Reni dan Detria sudah menunggu Shita di dekat taxi, Shita pun tersenyum.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar