Rabu, 29 April 2015

The Adventure of Fantasy Chapter III


Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Chapter III : The Good Brothers
Mereka sampai di sebuah gunung berapi.
“apa ini gunungnya?” Darto menatap gunung yang ada di hadapan mereka.
“iya mas, ini gunung berapinya” Danang melihat tanda di GPS-nya.
“bagaimana dengan lukamu?” Robert menatap Darto.
“aku baik-baik saja”
Tania tersenyum, sepertinya Robert sudah bisa berbaur sekarang.
“baiklah, lebih baik kita istirahat dulu di sekitar sini. Aku cape banget” Danang menyimpan big gun dan tas ranselnya yang berat.
Darto pun bersandar ke sebuah batu untuk beristirahat.
“aku akan mencari kayu bakar” Robert pergi.
Tania hanya diam melihat Robert yang selalu pergi secara misterius.
Saat sedang mencari kayu,
“h..” langkah Robert terhenti, ia merasakan hawa panas yang keluar dari tanda kutukannya. Robert memegang pundaknya, ada apa ini? Apa dia ada disekitar sini?
Seseorang yang melihatnya dari atas pohon pun menghilang bersama angin.
***
Tania mulai melatih skill memanahnya, “kali ini, aku harus berhasil”
Tania mulai menarik anak panahnya, ia mencoba membidik seekor burung yang ada di atas pohon. Ia tersenyum. Tania yakin, kali ini ia akan berhasil. Ia pun mulai melepaskan anak panahnya, sayangnya, burung itu pergi.
“ah, sayang sekali” Tania kecewa.
Robert yang membawa kayu bakar, melihat itu. Ia tersenyum.
Pagi itu,
“ayo kita pergi” Danang sudah bersiap.
“kau bersemangat sekali” Darto mengambil twins blade-nya.
“aku kan udah bikin peluru baru” Danang ingin segera mencoba pelurunya.
Tania tersenyum.
Mereka pun mulai mendaki.
Darto menggunakan jurus peringan tubuh dan dengan mudah, ia berjalan di area terjal.
Robert pun tersenyum dan mulai mendaki.
Danang memakai peluru barunya, “ayo Tania”
“maaf ya mas Danang” Tania berpegangan pada Danang.
Danang pun mulai menembakan peluru berbentuk cakar itu ke atas, lalu secara otomatis, talinya menarik mereka.
Di atas,
“asyik, kita sampai duluan” Danang senang peluru barunya berhasil.
Tania tersenyum, “makasih ya mas”
“sama-sama”
Darto pun sampai, “kamu menang banyak Nang” ia iri melihat Tania memeluk Danang, “tapi untung deh, aku gak jadi yang terakhir naik”
Robert sampai dan menepuk-nepuk tangannya yang kotor.
“disini indah juga ya pemandangannya” Tania melihat ke sekitar.
Darto mendekat, “seindah cintaku padamu” ia senyum-senyum.
“kalian siap?” Robert menatap mereka.
“bertarung dengan monster lagi? Tentu kami siap” Danang tersenyum dan mempersiapkan peluru barunya.
Tania bersiap, “baiklah, ayo kita pergi”
“tunggu dulu” Danang melihat GPS-nya, “aduh batrai-nya abis, aku belum bikin lagi”
“ah, gimana dong?” Tania bingung.
“tenang” Darto mengeluarkan kedua pedangnya, ia mulai berlari dan membentangkan kedua pedangnya. Perlahan, Darto terangkat dan terbang.
“wow, jurus terbang” Danang kagum.
Robert tersenyum.
“aku melihat gua itu, ayo kesana” Darto tersenyum.
Mereka pun mengikuti Darto.
Sesampainya di depan gua,
“sepertinya, gunung berapi ini hiper-aktif”
“maksud kamu apa Nang?” Darto menatap Danang.
“liat aja mas, laharnya mengalir terus”
Tania mulai khawatir.
“di dalam, ada sungai-sungai lahar. Kita harus waspada” Robert masuk.
“dari mana dia tau?” Danang menatap teman-temannya.
“aku juga tidak tau, ayo masuk” Darto bingung.
Tania semakin merasa aneh dengan sikap Robert.
Di dalam,
Langkah Robert terhenti, ia kembali memegang pundaknya. Mungkinkah Vampire itu ada disini? Robert melihat ke sekitarnya dengan waspada.
Tania mendekat, “kau baik-baik saja?”
“ya” Robert kembali bersikap biasa, “aku hanya merasa panas, ada banyak lahar disini”
Tania tersenyum.
Danang dan Darto mendekat.
“aduh disini gelap banget ya” Danang menyalakan lampu di senjatanya.
“ya ampun, itu serbaguna banget ya. Bisa nyala sendiri, bisa ngeluarin api biru gak?”
“bisa dong mas”
Mereka pun bernyanyi...
Pistol pistol sendiri, nyala-nyala sendiri
Memang si api biru idola para ibu
Tania merasa aneh melihat tingkah Danang dan Darto. Sementara Robert, terus berjalan.
“eh Robert, tungguin kita dong” Danang melihat Robert yang sudah jauh.
Mereka pun menyusulnya.
Langkah mereka terhenti, terdapat dua jalan yang membelah ke dalam.
“kita harus berpencar” Robert menatap mereka.
“berpencar?” Danang kaget dengan expresi berlebihan.
“eh, biasa aja dong mukanya”
“maaf mas Ato”
“ok, kita bagi dua tim” Robert menatap Danang dan Darto, “kalian kesana, aku dan Tania ke jalan ini”
Tania tersenyum, ia senang Robert memilihnya.
Mereka pun mulai berpencar.
Danang dan Darto berjalan,
“sebel deh, bilang aja dia pingin berduaan sama Tania”
“udahlah mas, yang penting kita bersama kan?”
“tapikan Nang, aku suka sama Tania”
“sabar mas Ato, aku punya silver wise untuk mas Ato”
When I find myself in times of trouble
Mother Mary comes to me
Speaking words of wishdom let it be
“wah, keren banget Nang. Tapi kayanya itu gak asing deh, kaya lagu apa gitu”
“aduh” Danang takut ketauan, itu emang lagu The Beatles. “enggak kok mas, original itu bikinan saya”
“oh, gitu?” Darto menatap Danang dengan ragu.
“aduh mas, lampunya mau mati nih, udah mulai redup”
“udah, gak apa-apa. Ayo jalan terus”
Langah mereka pun terhenti, terdapat dua jalan yang membelah lagi.
“aduh, gimana mas?”
“kita harus berpencar”
“tapi kan gelap, aku takut”
“aku juga, atut atut atut”
Mereka berpelukan.
“eh Nang, sadar. Kita itu kan pahlawan, masa kaya gini aja takut?”
“tapi mas...”
“udah, sana”
“iya deh”
Dengan berat hati, Danang berpisah dengan Darto. Lampu yang ia pegang pun mulai mati.
“aduh, serem” Danang pun meraba-raba ke sekitarnya, ia memegang batu raksasa yang begitu hangat. “ah, nyaman” ia bersandar, “aduh enak”
Tapi tiba-tiba, batu itu membuka matanya.
“ah? Kok batunya punya mata?”
Batu itu bangkit dan api mulai menyala di seluruh tubuhnya.
“wa...” Danang takut.
“ha...” Batu itu mulai melayang.
Danang bingung mencari pelurunya, “gawat, kalau kaya gini, aku harus ngeluarin jurus pamungkas” Danang menatap monster itu, “jurus seribu langkah, hiat” Danang kabur, ia berlari sambil teriak ketakutan.
***
Tania masih berjalan bersama Robert, mereka mendengar teriakan.
“mas Danang?” Tania menatap Robert dengan khawatir.
“ayo kita kesana”
Mereka pun berlari.
***
“argh” Danang terus berlari ketakutan.
Monster itu terus mengejarnya.
“Danang” Darto muncul.
“mas Ato” Danang memeluk Darto, “itu mas”
Darto melihat bola api raksasa yang memiliki dua mata, “ya ampun”
Robert dan Tania datang.
“Flaming Fire” Robert menatap monster itu.
Monster itu pun mengeluarkan api dari mulutnya dan menyerang mereka.
“awas”
Mereka menghindari bola api yang di muntahkan terus-menerus.
Dwar...
Robert menatap Danang, “ini tipe monster yang harus dihindari dari jarak dekat”
“jadi kita akan menyerangnya dari jarak jauh?”
“bukan kita, tapi kau”
Tania diam, Robert tidak memilihku, pasti karena dia tau kalau aku yang memiliki skill terlemah.
Robert menatap Tania, “kau bisa membantu Danang, target kita sangat besar” ia tersenyum.
Tania menatap Robert.
Darto mendekat, “ayo terbang”
Tapi monster itu menarik nafas yang dalam dan menyemburkan api yang begitu besar ke arah mereka.
Mereka kaget.
Robert mengeluarkan pedangnya, “putaran badai”
Putaran angin yang keluar dari pedang Robert pun berhasil menangkal api itu, sehingga api hanya jatuh ke sekitar mereka.
“lakukan mas”
“ayo Tania” Darto membawa Tania terbang dan mengajaknya ke tempat aman.
Robert menatap Danang, “kita harus membuat dia sibuk mas”
“siap”
“sepertinya dia butuh waktu untuk menarik nafas agar bisa menyemburkan api, mas Danang ngerti maksudku kan?”
“apa kita harus membabi buta?”
“yap”
“ok, ayo segera lakukan”
Di atas,
“kamu tunggu disini, aku mau jemput Danang”
“mas Darto”
Darto menoleh.
“kalian akan baik-baik saja kan?”
Darto tersenyum dan pergi, ia pun mendarat.
“mas Ato” Danang berlari ke arah Darto.
Flaming Fire yang mau menyerang Robert pun, malah berbalik menyerang Danang.
“awas Nang”
Danang menoleh dan melihat api mengarah padanya, Danang mengubah senjatanya menjadi mode air. “hiat” ia menembakan air pada api itu.
Robert melihat api merah yang menyala, senjata mas Danang gak akan kuat menahan itu. “mas Darto, cepat”
Darto mengangguk dan terbang mendekati Danang.
Senjata Danang meledak terkena api.
“lepasin senjata itu Nang” Darto membawa Danang terbang.
Danang pun melepaskan senjatanya dan api mulai membakar tempat itu.
“syukur kamu gak jadi daging panggang”
“tapi senjata aku mas”
“kamu kan mechanic, pasti bisa bikin yang lebih bagus”
Darto membawa Danang ke tempat Tania.
“mas Danang, mas Darto”
“tolong dia, tangannya kena luka bakar. Aku akan membantu Robert dibawah” Darto kembali.
Tania menatap Danang yang sedih, “mas Danang baik-baik aja kan?” ia melepaskan sarung tangan Danang yang bolong-bolong.
“senjataku...”
“mas Danang harus sabar, barang-barang mas Danang aman kok” Tania mengobati luka di tangan Danang.
Danang tersenyum, “makasih ya”
“untuk sementara, mas Danang belum boleh megang apa pun. Lukanya lumayan mas”
Di bawah,
“mas Darto siap?”
“siap”
Robert berlari dan Darto terbang, mereka menyerang monster itu dari segala arah tanpa aturan sehingga monster itu bingung untuk menyerang ke arah mana. Banyak semburan api yang meleset dan membuatnya kesal, monster itu pun berputar dan menambah kecepatannya sehingga menjadi pusaran api.
“gawat, terbang mas”
Darto terbang tinggi untuk menghindar.
Robert pun berusaha menghindar, tapi pusaran api itu mengenainya. Tempat di sekitar Robert meledak dan beberapa batu berjatuhan.
Robert? Darto kaget.
Tania pun melihat itu dari atas, “ya ampun”
Danang teringat dengan peluru barunya, “Tania”
Tania menoleh.
***
Dari balik bebatuan, Robert muncul dengan jubah yang agak sobek dan bolong.
Darto senang melihat itu.
Robert menatap monster itu, “ini bukan apa-apa bagiku”
Monster itu kesal dan kembali menyerang Robert.
Di atas,
“mas Danang yakin?”
“kamu pasti bisa” Danang tersenyum.
Tania pun mengangguk, ia mulai menarik anak panahnya dan bersiap untuk membidik monster itu. Tania ingat kata-kata Robert,
“target itu besar, kau pasti bisa”
Aku pasti bisa, Tania mulai melepaskan anak panahnya.
Robert sudah bersiap untuk menyerang monter itu, monster semakin dekat.
Tapi tiba-tiba, sebuah anak panah menancap pada kening monster itu dan perlahan, monter itu membeku dan terguling.
Darto pun terbang ke arah Robert dan membawanya.
“mas Darto?”
“kamu bisa kelindes Freeze Ball”
“dia Flaming Fire” Robert tersadar, “dia belum sepenuhnya tewas mas”
Darto kaget.
“jatuhkan aku”
“apa? Kau gila”
“tidak mas, aku serius. Jika tidak, dia akan kembali mengeluarkan apinya”
“ok, tapi aku gak tanggung jawab kalau...”
“iya mas, ayo”
Darto pun melepas Robert.
Robert jatuh ke arah monster itu.
Tania dan Danang, kaget melihat itu.
“kayanya mereka sengaja deh”
“apa yang Robert lakukan?” Tania khawatir.
Robert yang sudah dekat dengan Flaming Fire pun tersenyum, ini saatnya. “pusaran badai” Robert mengeluarkan pedangnya dan angin puyuh yang keluar pun membelah monster itu.
Dwar...
Monster itu meledak.
Robert berdiri dengan sisa tenaganya.
Teman-teman mendekat.
“kau baik-baik saja?” Tania menatap Robert.
“ya, kau hebat bisa memanah monster itu”
“sebenarnya aku berniat memanah matanya”
“tapi kau tetap berhasil kan?” Robert tersenyum.
Gempa pun terasa dan lahar bergejolak.
“ayo pergi, tempat ini sudah tidak aman” Darto membantu Danang membawa tasnya.
***
Malam itu,
Mereka beristirahat di dekat gunung.
“aduh, malem ini jadi dingin ya” Darto tersenyum pada Danang.
Tapi Danang tetap diam melihat api unggun.
“Nang, udah dong. Kamu kan bisa bikin senjata lagi”
Tania mendekat, “mas Danang, mas Darto”
“iya cantik” Darto tersenyum pada Tania.
“kalian liat Robert gak? Dari tadi, dia gak ada”
Robert muncul membawa senjata Danang yang rusak, “apa ini masih bisa dibetulkan?”
Danang tersenyum melihat itu, “makasih Robert”
Robert tersenyum.
Tania mendekati Robert dan tersenyum, “terima kasih kau mau peduli”
“kita semua teman kan?”
Darto menatap aneh pada Robert, bukankah tempat itu sudah tertutup oleh bebatuan dan lahar. Bagaimana cara Robert mendapatkannya?
***
Di tenda Robert,
Robert memegang pundaknya yang menyala-nyala, aku sudah menggunakannya lagi, semoga tubuhku masih bisa bertahan.
To be continue...
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar