Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif
belaka dan hanya untuk
hiburan semata.
Chapter IV : Close to you
Pagi itu,
Robert keluar dari
tendanya, ia melihat Tania yang sedang berlatih. Robert tersenyum, ia melihat
banyak anak panah yang gagal mengenai target.
Tania mulai menarik anak
panahnya dari busur.
“aku akan menciummu jika
kau bisa mengenainya”
Tania pun melepaskan anak
panahnya. Tanpa Robert duga, anak panah itu tepat mengenai target. Tania
menoleh dan tersenyum.
Robert hanya diam dengan
kaget, ia tidak menyangka akan hal itu.
Tania menaikan alisnya, ia
ingin tau apakah kata-kata Robert itu benar?
“baiklah” Robert mendekat
dan mencium Tania.
Danang yang Darto yang
baru keluar dari tenda, melihat itu. Danang kaget, ia pun melihat ke arah Darto
yang hanya diam.
Darto menunduk.
“mas Ato gak apa-apa kan?”
Darto menatap Danang
dengan sedih, ia pun menyanyi...
Sakitnya
tuh disini di dalam hatiku
Danang berjoget seperti
julung-julung.
***
Mereka kembali melanjutkan
perjalanan.
“keren juga senjata
barumu” Robert menatap Danang.
“iya dong, ini kan hasil
modifikasi tadi malem” Danang tersenyum pada Darto yang membantunya.
“gara-gara dia, aku kurang
tidur” Darto mengeluh.
“tapi kan senjataku jadi
keren mas, disini tersimpan beberapa mode tanpa harus mengganti pelurunya.
Canggih kan?” Danang pamer.
Tania tersenyum, “keren
banget”
Namun mereka terdiam
karena menemukan jalan buntu.
“kamu yakin kita bakalan
ke tempat bersalju? Ini masih seperti
daerah Tropis” Darto menatap Danang.
“iya mas” Danang
memperlihatkan GPS-nya yang sudah kembali aktif.
Robert merasakan ada yang
tidak beres dibawah mereka.
“ada apa?” Tania menatap
Robert.
Tiba-tiba, tanah dibawah
mereka longsong dan mereka jatuh.
“argh...”
Mereka pun meluncur jauh
dan keluar dari sebuah lubang yang langsung membawa mereka ke tempat bersalju.
“aduh, ini beneran salju?”
Darto kaget.
“dingin ya mas” Danang
menatap Darto.
Robert bangun dan membantu
Tania berdiri.
“terima kasih” Tania
tersenyum.
Mereka pun berjalan dan
melihat ke sekitar mereka, mereka masih belum percaya jika dua iklim hanya
terhalang oleh sebuah gunung. Ini sangat aneh.
“hrr...”
Mereka mendengar suara.
Darto menatap ke sekitar
dengan waspada, “itu suara apa ya?”
Danang cemas, “serem mas”
Robert memegang tangan
Tania yang terlihat panik.
“hrgh...”
Suara itu semakin dekat.
Beberapa es berjatuhan
dari atas.
“sepertinya monster
raksasa itu mulai merasakan kehadiran kita” Darto bersiap untuk mengeluarkan
kedua pedangnya.
Robert tersenyum, “Frozen
Wolf, indra penciumannya sangat tajam”
“ya ampun, jadi monster
berikutnya serigala?” Danang menyiapkan gunting raksasa.
“idih, itu buat apa Nang?”
Darto kaget.
“siapa tau srigalanya
berbulu domba”
“ah, kamu Nang. Kaya lagu
dangdut aja”
Monter itu pun mulai
menampakan dirinya, seekor srigala raksasa yang berbulu beku seperti es dengan
duri-duri yang tajam.
Monster itu mulai
menyerang, “ha” ia berlari ke arah mereka.
“berpencar” Robert
berteriak.
Mereka pun berpencar.
Darto mulai mengeluarkan
kedua pedangnya, “aku tidak suka ini, tempat ini terlalu dingin dan licin”
Robert menatap srigala
itu, apa kelemahannya? Aku harus harus
mencari tau itu. Robert berlari, “hiat” ia mengeluarkan pedanganya dan
berlari ke arah monster itu.
Danang mencari mode yang
pas untuk monster itu, “aduh, apa ya?”
Tania khawatir, ia pun
mulai mengambil anak panah dan menarik busurnya.
Monter itu melihat Robert
yang mendekat, ia berteriak dan anginnya melempar Robert.
“ah” Robert terhempas ke
bebatuan salju.
Tania yang kesal pun
memanah monster itu terus-menerus, salah satu panahnya mengenai mata kiri
monster.
“argh...” monster
berteriak dan marah, ia berlari ke arah Tania.
“gawat!” Darto membentangkan
kedua pedangnya dan terbang ke arah Tania.
Monster itu pun menembakan
duri-duri tajamnya ke arah Tania.
Darto menukik dan membawa
Tania ke tampat aman, “kamu jangan gegabah Tania”
Tapi Tania tidak menjawab.
Darto melihat darah keluar
dari mulut Tania, “Tania?” ia pun membaringkan Tania di dataran yang agak
tinggi. Darto melihat salah satu duri besar yang menancam di perut Tania, “ya
ampun” Darto mencabut duri itu.
Tania membuka matanya,
“mas Darto...”
“tenang Tania, aku akan
mengobatimu” Darto membuka tas Tania dan mengambil obat.
Di bawah,
Robert kesal melihat Tania
terluka, ia marah dan menatap monster itu, “hiat” ia berlari.
Monter itu pun menembakan
duri-durinya ke arah Robert, Robert menangkis setiap duri dengan pedang
besarnya.
Danang teringat dengan
kata-kata Robert, “monster itu punya penciuman yang tajam?” ia tersenyum,
“Robert, bawa monster itu padaku”
Robert tersenyum, sepertinya dia sudah mendapatkan mode yang
tepat untuk monster ini. Ia pun berlari ke arah Danang dan monster itu
mengejarnya.
Setelah monster mendekat,
“menyingkirlah” Danang
mulai menodongkan pistol besarnya.
Robert pun melompat.
Dut...
Danang menembak tepat di
hidung monster itu.
Robert mencium bau yang
sangat menyengat dan langsung menjauh.
Monster itu rubuh karena
mencium gas bau dari senjata Danang.
Danang tertawa, “rasain
tuh kentut ku”
Darto yang melihat itu pun
teringat kejadian tadi malam,...
Di
dalam tenda,
“itu
tabung apa Nang? Apa ini gas beracun?”
“bukan
apa-apa mas, cuma buat jaga-jaga. Kebetulan, aku lagi sakit perut”
“ih...” Darto jijik
mengingatnya.
Meski merasa bau, Robert
senang karena monster itu berhasil dijatuhkan.
Danang masih bangga dengan
senjatanya.
Robert mendekat, “kamu
hebat mas”
“makasih”
Mereka pun mendekati Darto
dan Tania.
“gimana keadaannya?”
Robert sangat khawatir melihat Tania yang tak sadarkan diri.
Darto menatap Robert,
“lukanya parah, duri itu memberi efek dingin pada tubuhnya”
Robert mendekat dan
memegang tangan Tania yang dingin, “Tania”
Danang sedih, “jadi Tania
akan mati beku?”
Robert menutup matanya dan
berusaha menahan emosi.
Tania yang merasakan
kehangatan dari tangan Robert pun membuka matanya, “Robert...”
Monster itu bangkit, “argh”
ia semakin marah dengan mereka.
Robert membuka matanya dan
menoleh ke arah monster, ia melepaskan tangan Tania dan berdiri dengan kesal.
Danang yang melihat
Robert, begitu takut.
Robert berlari dan
memegang pedangnya, “akan ku bunuh kau” api pun keluar dari pedang Robert.
Monster itu mengamuk dan
membuka mulutnya, Robert berlari masuk ke mulut monster itu. Mereka kaget
melihat Robert yang ditelan monster.
“Robert...” Tania sedih
melihat itu.
Tiba-tiba, monter itu meledak
dan hancur.
Air mata Tania menetes.
Danang dan Darto hanya
diam melihat apa yang terjadi, kenapa
Robert harus melakukan itu? Padahal mereka sudah berjanji untuk kembali dengan
selamat kepada guru.
Tania menutup matanya dan
kembali melemah.
“Tania?” Darto khawatir.
Tapi Danang melihat Robert
yang berdiri di tengah bekas ledakan, “mas” ia tersenyum dan menunjukan itu
pada Darto.
Darto tersenyum melihat
Robert.
Robert berjalan ke arah
mereka dengan lemas, “semuanya sudah selesai”
“kamu baik-baik aja kan?”
Danang khawatir.
Robert tersenyum, “kita
akan istirahat lebih awal sekarang” ia mendekat ke arah Tania dan mengangkatnya
dari pangkuan Darto.
Darto bangun, “kita akan
mencari gua untuk beristirahat, disana pasti akan terasa lebih hangat”
“kalau gitu, aku mau cari
kayu bakar ah” Danang pergi.
“aku akan mencari makanan”
Darto pun pergi, sebenarnya ia merasa sakit melihat Tania bersama Robert, tapi
ia tau, yang dibutuhkan Tania saat ini, memanglah Robert.
***
Di hutan,
“Nang, sebenernya aku
curiga deh sama Robert. Tingkah lakunya aneh”
“iya sih mas, keliatannya,
dia bukan orang biasa”
“apa ilmunya udah tinggi?”
“tapi guru kita juga gak
gitu-gitu amat kan?”
“iya juga ya, waktu liat
mata Robert yang marah, dia keliatan aneh”
“maksud kamu?”
“aku seperti melihat
kekuatan besar di dalam tubuh Robert”
“jangan ngaco kamu Nang”
“idih mas Ato, dibilangin
juga”
Di gua,
Robert memeriksa Tania
yang keadaannya semakin buruk, “Tania” ia pun menunduk dan menatap telapak
tangannya, “aku harus melakukan ini” ia memegang luka di perut Tania.
Tanda di pundak Robert
menyala, ia mengalirkan hawa panasnya ke tubuh Tania. Dan perlahan, luka Tania
menghilang.
Robert tersenyum meski
tenaganya sedikit terkuras, ia pun membuka jubahnya dan menyelimuti Tania
dengan itu. Ia memeluknya, “aku mencintaimu”
Tania membuka matanya dan
melihat tanda aneh di pundak Robert yang menyala-nyala, “Robert... apa itu?”
Robert melepas pelukannya
dan tersenyum, “bukan apa-apa” ia mengelus Tania.
Tania tersenyum, “aku
senang kau baik-baik saja”
“aku pun” Robert mencium
kening Tania.
Tania senang dan memeluk
Robert.
To be continue...
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang
membangun sangat diharapkan! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar