Rabu, 29 April 2015

The Adventure of Fantasy Chapter IV


Author : Sherly Holmes
Genre : Romance, Comedy Garing
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Chapter IV : Close to you
Pagi itu,
Robert keluar dari tendanya, ia melihat Tania yang sedang berlatih. Robert tersenyum, ia melihat banyak anak panah yang gagal mengenai target.
Tania mulai menarik anak panahnya dari busur.
“aku akan menciummu jika kau bisa mengenainya”
Tania pun melepaskan anak panahnya. Tanpa Robert duga, anak panah itu tepat mengenai target. Tania menoleh dan tersenyum.
Robert hanya diam dengan kaget, ia tidak menyangka akan hal itu.
Tania menaikan alisnya, ia ingin tau apakah kata-kata Robert itu benar?
“baiklah” Robert mendekat dan mencium Tania.
Danang yang Darto yang baru keluar dari tenda, melihat itu. Danang kaget, ia pun melihat ke arah Darto yang hanya diam.
Darto menunduk.
“mas Ato gak apa-apa kan?”
Darto menatap Danang dengan sedih, ia pun menyanyi...
Sakitnya tuh disini di dalam hatiku
Danang berjoget seperti julung-julung.
***
Mereka kembali melanjutkan perjalanan.
“keren juga senjata barumu” Robert menatap Danang.
“iya dong, ini kan hasil modifikasi tadi malem” Danang tersenyum pada Darto yang membantunya.
“gara-gara dia, aku kurang tidur” Darto mengeluh.
“tapi kan senjataku jadi keren mas, disini tersimpan beberapa mode tanpa harus mengganti pelurunya. Canggih kan?” Danang pamer.
Tania tersenyum, “keren banget”
Namun mereka terdiam karena menemukan jalan buntu.
“kamu yakin kita bakalan ke tempat bersalju? Ini  masih seperti daerah Tropis” Darto menatap Danang.
“iya mas” Danang memperlihatkan GPS-nya yang sudah kembali aktif.
Robert merasakan ada yang tidak beres dibawah mereka.
“ada apa?” Tania menatap Robert.
Tiba-tiba, tanah dibawah mereka longsong dan mereka jatuh.
“argh...”
Mereka pun meluncur jauh dan keluar dari sebuah lubang yang langsung membawa mereka ke tempat bersalju.
“aduh, ini beneran salju?” Darto kaget.
“dingin ya mas” Danang menatap Darto.
Robert bangun dan membantu Tania berdiri.
“terima kasih” Tania tersenyum.
Mereka pun berjalan dan melihat ke sekitar mereka, mereka masih belum percaya jika dua iklim hanya terhalang oleh sebuah gunung. Ini sangat aneh.
“hrr...”
Mereka mendengar suara.
Darto menatap ke sekitar dengan waspada, “itu suara apa ya?”
Danang cemas, “serem mas”
Robert memegang tangan Tania yang terlihat panik.
“hrgh...”
Suara itu semakin dekat.
Beberapa es berjatuhan dari atas.
“sepertinya monster raksasa itu mulai merasakan kehadiran kita” Darto bersiap untuk mengeluarkan kedua pedangnya.
Robert tersenyum, “Frozen Wolf, indra penciumannya sangat tajam”
“ya ampun, jadi monster berikutnya serigala?” Danang menyiapkan gunting raksasa.
“idih, itu buat apa Nang?” Darto kaget.
“siapa tau srigalanya berbulu domba”
“ah, kamu Nang. Kaya lagu dangdut aja”
Monter itu pun mulai menampakan dirinya, seekor srigala raksasa yang berbulu beku seperti es dengan duri-duri yang tajam.
Monster itu mulai menyerang, “ha” ia berlari ke arah mereka.
“berpencar” Robert berteriak.
Mereka pun berpencar.
Darto mulai mengeluarkan kedua pedangnya, “aku tidak suka ini, tempat ini terlalu dingin dan licin”
Robert menatap srigala itu, apa kelemahannya? Aku harus harus mencari tau itu. Robert berlari, “hiat” ia mengeluarkan pedanganya dan berlari ke arah monster itu.
Danang mencari mode yang pas untuk monster itu, “aduh, apa ya?”
Tania khawatir, ia pun mulai mengambil anak panah dan menarik busurnya.
Monter itu melihat Robert yang mendekat, ia berteriak dan anginnya melempar Robert.
“ah” Robert terhempas ke bebatuan salju.
Tania yang kesal pun memanah monster itu terus-menerus, salah satu panahnya mengenai mata kiri monster.
“argh...” monster berteriak dan marah, ia berlari ke arah Tania.
“gawat!” Darto membentangkan kedua pedangnya dan terbang ke arah Tania.
Monster itu pun menembakan duri-duri tajamnya ke arah Tania.
Darto menukik dan membawa Tania ke tampat aman, “kamu jangan gegabah Tania”
Tapi Tania tidak menjawab.
Darto melihat darah keluar dari mulut Tania, “Tania?” ia pun membaringkan Tania di dataran yang agak tinggi. Darto melihat salah satu duri besar yang menancam di perut Tania, “ya ampun” Darto mencabut duri itu.
Tania membuka matanya, “mas Darto...”
“tenang Tania, aku akan mengobatimu” Darto membuka tas Tania dan mengambil obat.
Di bawah,
Robert kesal melihat Tania terluka, ia marah dan menatap monster itu, “hiat” ia berlari.
Monter itu pun menembakan duri-durinya ke arah Robert, Robert menangkis setiap duri dengan pedang besarnya.
Danang teringat dengan kata-kata Robert, “monster itu punya penciuman yang tajam?” ia tersenyum, “Robert, bawa monster itu padaku”
Robert tersenyum, sepertinya dia sudah mendapatkan mode yang tepat untuk monster ini. Ia pun berlari ke arah Danang dan monster itu mengejarnya.
Setelah monster mendekat,
“menyingkirlah” Danang mulai menodongkan pistol besarnya.
Robert pun melompat.
Dut...
Danang menembak tepat di hidung monster itu.
Robert mencium bau yang sangat menyengat dan langsung menjauh.
Monster itu rubuh karena mencium gas bau dari senjata Danang.
Danang tertawa, “rasain tuh kentut ku”
Darto yang melihat itu pun teringat kejadian tadi malam,...
Di dalam tenda,
“itu tabung apa Nang? Apa ini gas beracun?”
“bukan apa-apa mas, cuma buat jaga-jaga. Kebetulan, aku lagi sakit perut”
“ih...” Darto jijik mengingatnya.
Meski merasa bau, Robert senang karena monster itu berhasil dijatuhkan.
Danang masih bangga dengan senjatanya.
Robert mendekat, “kamu hebat mas”
“makasih”
Mereka pun mendekati Darto dan Tania.
“gimana keadaannya?” Robert sangat khawatir melihat Tania yang tak sadarkan diri.
Darto menatap Robert, “lukanya parah, duri itu memberi efek dingin pada tubuhnya”
Robert mendekat dan memegang tangan Tania yang dingin, “Tania”
Danang sedih, “jadi Tania akan mati beku?”
Robert menutup matanya dan berusaha menahan emosi.
Tania yang merasakan kehangatan dari tangan Robert pun membuka matanya, “Robert...”
Monster itu bangkit, “argh” ia semakin marah dengan mereka.
Robert membuka matanya dan menoleh ke arah monster, ia melepaskan tangan Tania dan berdiri dengan kesal.
Danang yang melihat Robert, begitu takut.
Robert berlari dan memegang pedangnya, “akan ku bunuh kau” api pun keluar dari pedang Robert.
Monster itu mengamuk dan membuka mulutnya, Robert berlari masuk ke mulut monster itu. Mereka kaget melihat Robert yang ditelan monster.
“Robert...” Tania sedih melihat itu.
Tiba-tiba, monter itu meledak dan hancur.
Air mata Tania menetes.
Danang dan Darto hanya diam melihat apa yang terjadi,  kenapa Robert harus melakukan itu? Padahal mereka sudah berjanji untuk kembali dengan selamat kepada guru.
Tania menutup matanya dan kembali melemah.
“Tania?” Darto khawatir.
Tapi Danang melihat Robert yang berdiri di tengah bekas ledakan, “mas” ia tersenyum dan menunjukan itu pada Darto.
Darto tersenyum melihat Robert.
Robert berjalan ke arah mereka dengan lemas, “semuanya sudah selesai”
“kamu baik-baik aja kan?” Danang khawatir.
Robert tersenyum, “kita akan istirahat lebih awal sekarang” ia mendekat ke arah Tania dan mengangkatnya dari pangkuan Darto.
Darto bangun, “kita akan mencari gua untuk beristirahat, disana pasti akan terasa lebih hangat”
“kalau gitu, aku mau cari kayu bakar ah” Danang pergi.
“aku akan mencari makanan” Darto pun pergi, sebenarnya ia merasa sakit melihat Tania bersama Robert, tapi ia tau, yang dibutuhkan Tania saat ini, memanglah Robert.
***
Di hutan,
“Nang, sebenernya aku curiga deh sama Robert. Tingkah lakunya aneh”
“iya sih mas, keliatannya, dia bukan orang biasa”
“apa ilmunya udah tinggi?”
“tapi guru kita juga gak gitu-gitu amat kan?”
“iya juga ya, waktu liat mata Robert yang marah, dia keliatan aneh”
“maksud kamu?”
“aku seperti melihat kekuatan besar di dalam tubuh Robert”
“jangan ngaco kamu Nang”
“idih mas Ato, dibilangin juga”
Di gua,
Robert memeriksa Tania yang keadaannya semakin buruk, “Tania” ia pun menunduk dan menatap telapak tangannya, “aku harus melakukan ini” ia memegang luka di perut Tania.
Tanda di pundak Robert menyala, ia mengalirkan hawa panasnya ke tubuh Tania. Dan perlahan, luka Tania menghilang.
Robert tersenyum meski tenaganya sedikit terkuras, ia pun membuka jubahnya dan menyelimuti Tania dengan itu. Ia memeluknya, “aku mencintaimu”
Tania membuka matanya dan melihat tanda aneh di pundak Robert yang menyala-nyala, “Robert... apa itu?”
Robert melepas pelukannya dan tersenyum, “bukan apa-apa” ia mengelus Tania.
Tania tersenyum, “aku senang kau baik-baik saja”
“aku pun” Robert mencium kening Tania.
Tania senang dan memeluk Robert.
To be continue...
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar