Rabu, 29 April 2015

Lead The Way


Author : Sherly Holmes
Penyunting : Erin_Adler
Genre : Romance, Family Drama
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya untuk hiburan semata.
___
Sebuah mobil sport berhenti di depan rumah.
“ayah, aku kangen ibu” seorang anak berusia 3 tahun yang duduk di pangkuan ayahnya begitu sedih.
“dia tidak akan kembali Exton, ibumu tidak peduli pada kita”
“tapi aku kangen”
“kamu tenang aja, ayah janji akan selalu ada untukmu. Exton gak usah sedih kalau ibu gak ada”
Exton diam dan pria itu memeluknya.
Di luar,
Emily yang membawa koper pun teringat akan saudara kembarnya...
Di rumah sakit,
Evelyn terbaring lemah karena mengalami kecelakaan dengan selingkuhannya.
“Evelyn” Emily yang datang, begitu khawatir.
“Emily, maafkan aku. Maaf, selama ini aku telah merebut Robert darimu”
“sudahlah Evelyn, yang penting kamu sembuh. Aku sudah melupakan semuanya, itu sudah lama terjadi”
“tapi kau masih sangat mencintainya kan?”
Emily diam tak menjawab.
“aku tau itu, pergilah, berpura-puralah menjadi aku”
“tapi...”
“aku mohon Emily, aku telah banyak melakukan kesalahan kepada keluargaku. Tolong perbaiki semuanya, aku mohon”
Emily bingung.
Tapi tiba-tiba, Evelyn tidak bergerak lagi.
“Evelyn?”
Seorang pelayan mendekati Emily, “selamat datang nyonya, mari saya bawakan kopernya”
Di garasi,
Seorang pelayan mendekati pria yang keluar dari mobilnya, “tuan, nyonya Evelyn sudah kembali”
Pria itu kaget dan sedikit kesal, “tolong bawa Exton masuk”
“baik tuan” pelayan membawa Exton masuk ke rumah.
Emily yang baru masuk, terdiam melihat pria yang keluar dari mobil itu. Ya Tuhan... sampai saat ini, jantungku masih berdebar melihat Robert.
Robert menatap Emily dan masuk ke rumah.
***
Di dalam,
“mau apa lagi kamu?” Robert menatap Emily.
“Robert, aku...”
“sudah 3 bulan kau pergi, kau masih berani datang?”
“maafkan aku Robert”
“maaf? Setelah kau meninggalkan kami, kau hanya mengucapkan maaf? Apa semua ini terlalu biasa bagimu?”
“Robert, aku sungguh-sungguh menyesal”
“dengar Eve, aku tidak mau melihatmu lagi. Pergi dari rumah ini, kembalilah pada pacarmu yang bernama Vin itu”
“Robert” Emily menangis, “aku mohon, beri aku kesempatan”
Robert memalingkan wajahnya, “aku benci padamu”
Tiba-tiba, Exton berlari dan memeluk Emily.
“Exton” Emily sedih melihat anak itu.
“Exton, lepaskan dia” Robert menatap Exton.
Exton menangis, “ayah jangan galak sama ibu”
“Exton, dia itu bukan ibu yang baik buat kamu. Apa kamu gak ngerti?!” Robert membentak Exton.
Tangisan Exton semakin kencang.
Robert menahan emosi dan memegang kepala belakangnya, ia pun pergi ke bagian dalam rumah.
Emily memeluk Exton, “sudah nak, jangan menangis. Ibu ada disini, ibu janji gak akan ninggalin kamu lagi” Emily menangis, aku janji akan menjaga anakmu Evelyn. Aku janji akan menyayanginya seperti anakku sendiri.
Di ruang keluarga,
Robert menatap halamannya lewat jendela, ia berdiri diam sambil mengompres kepala belakangnya dengan es batu.
“Robert” Emily mendekat.
Robert tidak mau menoleh, “kenapa kau kembali? Apa dia memutuskanmu?”
“aku ingin menjadi istri yang baik untukmu, aku ingin memperbaiki semuanya. Aku janji, aku tidak akan meninggalkan Exton sendirian. Aku akan selalu berada disisi kalian”
Robert menoleh, “jangan bicara lagi” Robert meninggalkan Emily.
Emily menunduk, apa yang harus aku lakukan Evelyn?
Malamnya,
Robert masuk ke kamar Exton dan mendekatinya, “anak ayah masih marah ya?”
Exton menunduk, “ayah jahat”
“sayang, maafin ayah ya”
“ayah harus minta maaf sama ibu”
Robert diam.
“aku sayang kalian, aku gak mau ayah marah sama ibu”
Robert mencium kening Exton, “kamu bobo ya, ini udah malem”
Emily masuk, ia terdiam melihat Robert ada disana.
Robert menatap Emily, ia melihat Emily yang membawa buku dongeng untuk Exton.
“apa aku mengganggu?”
“tidak, aku akan pergi” Robert keluar.
Emily tersenyum pada Exton, “ayo bobo, ibu akan mendongeng untukmu”
“asyik” Exton senang, selama ini Evelyn tidak pernah melakukan hal itu untuknya.
***
Emily masuk ke kamar Robert, ia melihat Robert yang sudah tidur memakai piyama.
Emily berbaring dan menatap Robert yang membelakanginya, ia pun mulai memeluk punggung Robert. Aku senang kita bisa bertemu lagi, setelah lama kita berpisah, aku masih sangat mencintaimu.
Robert membuka matanya, “bisakah kau melapaskan pelukanmu?” Robert melepaskan tangan Emily.
“maaf, aku hanya ingin memelukmu”
Robert berbalik dan menatap Emily, “biasanya kau tidak pernah melakukan itu, ada apa? Apa kau sedang mencari simpati dariku?”
“tidak Robert, sama sekali tidak” air mata Emily menetes, “aku hanya merindukanmu, aku merasa senang bisa disampingmu lagi”
Robert terdiam melihat Emily yang menangis, ia melihat bayangan seorang perempuan berseragam SMA menangis di hadapannya.
Emily menghapus air matanya.
“baiklah, kau boleh memelukku malam ini”
Emily tersenyum dan memeluk Robert.
“terima kasih kau sudah membacakan cerita sebelum tidur untuk Exton, aku yakin dia sangat senang”
“apa yang harus aku lakukan agar kau senang?”
“tidak ada” Robert menutup matanya.
“Robert...” Emily melihat Robert yang sudah tertidur.
Besoknya,
Emily keluar dari kamar, ia terdiam melihat Robert yang sedang menemani Exton bermain.
Ya Tuhan... Robert ternyata ayah yang baik bagi Exton. Seandainya dulu kami menikah, mungkin aku sudah merasa bahagia bersamanya.
“Exton mau dibeliin action figures?”
“iya ayah, aku pengen Iron Man”
Robert tersenyum, “begitukah?”
Emily mendekat, “Robert, apa kamu libur hari ini?”
Robert menatap Emily, “kau masih tidur, mana mungkin aku meninggalkan Exton sendiri”
“ibu” Exton memeluk Emily.
“sayang” Emily tersenyum sambil mengelus Exton.
“aku akan bersiap” Robert pergi.
***
Malamnya,
“aduh, kenapa Robert belum pulang ya?” Emily cemas.
Seorang pelayan mengambilkan segelas air, “silahkan nyonya”
“Robert biasanya pulang jam berapa bi?”
“biasanya tuan udah pulang kok kalau jam segini”
“terus, kenapa sekarang belum datang?”
“jangan-jangan tuan...”
Suara mobil terdengar.
“itu dia” Emily langsung mendekat ke pintu.
“biar saya saja, nyonya”
“gak usah, biar aku aja” Emily membuka pintu dan melihat Robert sudah berdiri di hadapannya, “Robert?” Emily kaget melihat Robert yang berantakan, “kamu kenapa?”
Robert tersenyum, “apa pedulimu Eve?”
Emily mencium bau alkohol, “kamu mabuk?”
Robert masuk dan hampir jatuh.
“Robert” Emily memegangi Robert.
“lepaskan aku”
“Robert, kamu gak kuat jalan sendiri”
“lepas”
“bi, tolong bikinin air jeruk”
“iya nyonya”
Emily memapah Robert ke kamar, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau jadi seperti ini? Ia membantu Robert berbaring.
“nyonya” pelayan itu masuk.
Emily mengangkat kepala Robert.
“ah” Robert merasa sakit dan membuka matanya.
“ya Tuhan... maafkan aku Robert” Emily ingat, Robert pernah mengalami kecelakaan dan mendapat luka di kepala belakangnya.
Pelayan itu memberikan air jeruknya.
“sayang, minum dulu”
“apa itu racun?”
“ini air jeruk”
Robert tersenyum, “bukankah kau ingin aku mati?”
“tentu tidak Robert, aku sayang padamu” Emily membantu Robert meminum air jeruk itu.
Robert kembali berbaring dan menutup matanya.
Emily mengelus Robert, “aku mohon, jangan membuatku cemas lagi”
***
Emily pun keluar bersama pelayannya.
“sejak kapan Robert jadi seperti itu?”
“semenjak nyonya pergi, tuan selalu pulang dengan keadaan seperti itu”
Emily sedih, “lebih baik, aku kembali ke kamar”
“iya nyonya”
Di dalam,
“Robert?” Emily mendekati Robert yang mulai sadar dari mabuknya.
Robert menatap Emily, “aku merasa aneh. Semenjak kau datang, kau membuat jantungku berdebar Eve. Biasanya itu tidak pernah terjadi, kepalaku juga semakin sakit”
“aku pun merasakan itu” Emily mengelus Robert, “saat aku tiba dan melihatmu, jantungku juga berdebar”
Robert kembali tidur.
“aku ingin sekali memeluk dan menciumu seperti dulu”
Pagi itu,
Exton naik ke ranjang dan memeluk Robert, “ayah”
“emh...” Robert membuka matanya, “Exton?”
Exton tersenyum.
Robert melihat Emily berdiri di dekat pintu.
“selamat pagi” Emily tersenyum.
Robert bangun sambil memeluk Exton, “kau sengaja membawa Exton kesini?”
“aku ingin kau melihat Exton, agar kau ingat, jika yang kau lakukan tadi malam itu tidak baik”
“begitukah?”
Emily tersenyum, “aku sudah bertanya pada pelayan kita, aku tau kau bukan seorang pemabuk”
“jika kau ingin melanjutkan pembicaraan ini, tolong bawa Exton keluar”
Emily mengangguk dan membawa Exton.
***
Saat Emily kembali,
Robert sudah berpakaian rapi.
“kamu mau kemana?”
“bukan urusanmu”
“aku istrimu”
“memangnya selama ini kau peduli padaku?”
“Robert” air mata Emily kembali menetes.
“cukup! Jangan menangis”
“kau mau kemana? Aku rasa, kau perlu istirahat hari ini”
Robert menatap Emily, “aku harus memeriksakan kepalaku”
“boleh aku ikut?”
“tidak”
“aku ingin tau keadaanmu”
“kau sudah tau keadaanku, kenapa kau berpura-pura tidak tau?”
Emily terdiam, ya Tuhan... aku lupa. Evelyn pasti tau tentang keadaan Robert.
“kau memang tidak peduli kan?”
“Robert, ijinkan aku memelukmu sebentar”
“tid...” Robert terdiam karena Emily langsung memeluknya.
Emily hanya menangis saat memeluk Robert, apa kau masih bisa merasakan cintaku? Atau kau benar-benar melupakan segalanya?
“Eve, aku harus pergi”
***
Sore itu,
Emily membawa 2 cangkir teh, ia ingat dengan apa yang dokter katakan.
Emily mendekati dokter yang mengurus Robert, “dok”
“iya nyonya?”
“bagaimana keadaan Robert?”
“retakan di tengkorak belakang tuan...”
Robert keluar dari ruang scan, “kalian sedang apa?” Robert menatap Emily, “kau tidak bosan menangis?”
Emily pun pergi ke halaman dan melihat Robert.
Robert sedang menyiram bunga di halaman, ia tersenyum melihat bunga-bunganya mulai bermekaran.
Emily mendekat, “Robert, sore ini enaknya kita nge-teh. Aku udah bikin teh spesial untuk kita” Emily menyimpan dua cangkir teh di meja.
Robert terdiam, ia tau Evelyn tidak suka minum teh. Robert kembali melihat bayangan, seorang perempuan berbaju SMA yang selalu mengajaknya ke kedai teh di sore hari.
Selang terlepas dari tangan Robert, Robert memegang kepala belakanngnya.
“Robert, kamu gak apa-apa?”
“aku gak apa-apa”
Emily menutup keran.
Robert terus menatap Emily, “kau aneh Eve”
Emily terdiam, ya Tuhan... aku lupa, Evelyn tidak suka teh.
“apa pacarmu yang mengajari minum teh?”
Emily menggeleng, “kau kan suka, tidak ada salahnya jika aku mengikutinya”
“aku juga tidak tau kenapa aku suka minum teh di sore hari”
Emily menunduk, dia adalah orang yang selalu mengajak Robert minum teh di kedai saat SMA.
“kau kenapa?”
“aku gak apa-apa” Emily tersenyum, “jadi, apa kita akan meminum teh itu?”
“tentu”
Mereka pun minum teh bersama.
“seandainya kau punya waktu senggang, aku ingin kita pergi ke taman”
“taman?”
“iya, kau tau kan? Disana kita bisa picnic, aku akan membuat salad dan sandwich”
Robert terdiam.
“Robert, kau baik-baik saja?”
“Eve, apa yang kau inginkan sebenarnya?” Robert memegang kepala belakangnya, “kau sengaja kan? Kau selalu memancing rasa sakit di kepalaku dengan kata-katamu, apa yang kau inginkan sebenarnya?”
“tidak Robert, tidak ada. Aku tidak bermaksud...”
“lebih baik aku melihat Exton” Robert masuk ke rumah.
Emily menunduk, ya Tuhan... kenapa kata-kataku membuat dia sakit? Apa yang salah?
Malam itu,
Robert melihat keluar lewat jendela kamarnya. Kenapa akhir-akhir ini bayangan itu sering muncul? Kenapa setiap yang dilakukan Evelyn mengingatkanku pada bayangan aneh itu? Ya Tuhan... siapa perempuan berbaju SMA itu?
Emily masuk ke kamar, “Robert”
Robert menoleh.
“aku sudah menidurkan Exton, kau baik-baik saja kan?”
“yap” Robert mendekat, “ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?”
“ti..tidak ada”
“kau yakin?”
“tentu” Emily tersenyum dan mengompres kepala belakang Robert dengan es batu.
Robert diam.
“aku sangat khawatir padamu”
“terima kasih”
Besoknya,
Robert pergi ke ruang makan, ia melihat Emily sedang menyiapkan sarapan.
“selamat pagi, kau tampan sekali hari ini” Emily tersenyum.
Robert tersenyum dan duduk, tapi ia terdiam melihat sarapan yang tersaji. Robert menatap Emily, “sejak kapan kamu bisa masak?”
Emily terdiam.
“selama ini kau tidak bisa memasak dan si Mbo yang selalu membuat makanan, kenapa kau tiba-tiba bisa memasak masakan seperti ini?”
“a..aku...” Emily bingung, ia lupa jika Evelyn tidak bisa memasak. “maafkan aku, aku hanya...”
“kenapa kau minta maaf?”
Emily menunduk, “aku hanya ingin menjadi istri yang baik, aku rasa, jika aku belajar memasak, kau akan menyukainya”
“ok, aku akan mencicipinya sedikit. Tapi jika tidak enak, aku akan memakan roti saja”
Emily mengangguk.
Robert pun mulai memakan sarapannya, tapi ia terdiam. Rasa itu seperti tidak asing baginya, aku pernah merasakan ini sebelumnya. Tapi dimana?
Treng...
Sendok dan garpu yang Robert pegang, jatuh ke piring.
“Robert?”
“aku sudah kenyang” Robert meninggalkan ruang makan.
Emily diam, apa masakanku tidak enak?
Di luar,
Robert membuka pintu mobil.
“Robert”
Robert menoleh.
“ini bekal untukmu, aku membuatkan sushi”
Robert terdiam menatap Emily, perempuan SMA yang ada dalam bayangannya, selalu membuatkan sushi untuk makan siang di sekolah.
“Robert?”
“terima kasih, tapi aku sudah lama tidak makan itu”
Emily sedih mendengar itu, tapi ia kembali tersenyum, “kamu hati hati ya, aku boleh mencium pipimu kan?”
Robert diam.
Emily pun mencium pipi Robert, “I love you”
Robert menatap Emily, “kau benar-benar aneh Eve” ia masuk ke mobil dan pergi.
Di perusahaan,
Robert melamun...
“akhir-akhir ini, bayangan itu sering muncul dok. Kepalaku sering sekali sakit, apalagi tingkat istriku semakin aneh. Dia selalu mengingatkanku pada bayangan yang tidak jelas itu. Aku selalu berusaha menahannya, tapi aku begitu ingin tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku rasa, ada sesuatu yang disembunyikan dariku. Masa laluku sebelum kecelakaan itu”
“tuan jangan terlalu keras pada diri tuan, jika tuan terus seperti ini, ini akan menambah buruk keadaan. Jangan pernah memaksakan diri untuk mengingat semua itu”
Kenapa aku harus mengalami kecelakaan itu? Robert menunduk.
***
Malam nya,
“ibu” Exton memeluk Emily.
“sayang” Emily mengelus Exton, “kamu bobo ya, ini udah malem”
“aku kangen banget sama ibu, ibu kemana aja sih?”
“maafin ibu ya nak, tapi sekarang ibu janji. Ibu gak akan pernah ninggalin kamu”
Pelayan masuk ke kamar Exton, “maaf nyonya, tuan sudah datang”
Setelah Exton tidur,
Emily masuk ke kamar Robert, ia melihat Robert sedang berbaring. “aku senang kamu udah pulang”
“diam Eve, kepalaku sakit”
Emily mendekat, ia menyentuh kepala Robert.
“ja..jangan” Robert takut kepalanya semakin sakit.
Tapi saat Emily mengelusnya, Robert merasa nyaman.
“kepala kamu sakit banget ya? Mau aku panggilin dokter?”
“kau sudah membuatku lebih baik”
Emily tersenyum.
“aku ingin dipeluk malam ini”
Emily pun berbaring dan memeluk Robert, “aku akan selalu memelukmu”
Besoknya,
Robert dan Exton duduk di mobil.
“kamu seneng mau jalan-jalan?”
“iya ayah” Exton tersenyum.
“maaf menunggu lama” Emily mendekat sambil membawa kotak picnic.
“hey” Robert tersenyum pada Emily.
“ibu” Exton senang.
Emily tersenyum.
Mereka pun pergi.
Di taman,
Robert berbaring dan Emily mengelus kepala Robert yang ada di pangkuannya.
Robert tersenyum, “aku sayang padamu”
Emily tersenyum, “aku pun” sejak dulu, aku selalu menyayangimu.
“apa kau bahagia?”
“tentu”
“tapi aku selalu melihat kesedihan di balik senyumanmu”
Emily diam.
Robert duduk dan menatap Emily, “apa yang terjadi sebenarnya”
Emily menggeleng dan memeluk Robert, “aku mencintaimu”
“Eve...”
“aku sangat mencintaimu Robert”
Robert diam.
“ayah, ibu” Exton yang digendong babysitter, tersenyum.
***
Emily pun mulai membuka bekal mereka, “ini dia, sandwich tuna”
Robert terdiam melihat sandwich itu, sandwich tuna?
“ayo dimakan” Emily mulai memakannya.
Robert menatap Emily yang memakan sandwich itu, “sejak kapan kamu makan sandwich tuna?”
Emily terdiam.
“kau alergi terhadap makanan laut, kamu gak mungkin makan ini”
“aku...”
“katakan?!”
Ya Tuhan... aku harus bagaimana? Emily mulai panik.
“jawab Evelyn?!” Robert kesal dan memegang kepala belakangnya, “makanan ini akan membuatmu sesak nafas, kau pernah bilang, kalau kau akan mati jika memakan ini”
***
Malam itu,
Robert berenang dengan air mata menetes. Setelah itu, ia pun melamun di dekat kolam, ya Tuhan... tolong aku. Apa yang terjadi sebenarnya? Robert menghapus air matanya.
Emily mendekat, “Robert”
Robert menatap Emily, “apa lagi? belum puas kau menyiksaku?”
“Robert, dengar dulu” Emily mendekat dan memegang tangan Robert.
“lepas” Robert melepas Emily.
Byur...
Emily jatuh ke kolam, “Robert, tolong aku. Aku tidak bisa berenang”
Robert menatap Emily dan tersenyum, “jangan bohong Eve, aku tau kau bisa berenang. Kau punya piala besar di ruang kerjaku”
“tolong” Emily pun tenggelam.
“penipu”
Tapi Emily tidak muncul lagi.
Robert mulai khawatir, “Eve?”
Robert masuk ke kolam dan berenang, ia melihat Emily yang tak sadarkan diri. Robert terus berenang dan memeluk Emily, ia pun membawanya ke darat.
“bangun Eve, jangan bercanda” Robert cemas.
Tapi bayangan perempuan itu kembali muncul, Robert pun pernah menyelamatkannya saat tenggelam di sekolah.
Robert terdiam.
***
Di kamar,
Robert menyelimuti Emily yang terbaring, “kenapa kau tidak berenang Eve?” ia membuka lemari dan mengambil t-shirt.
Robert membuka bajunya yang basah.
Exton masuk, “ayah”
Robert menoleh, “hey sayang, kamu belum tidur?”
“tattoo”
Robert tersenyum dan melihat tattoo di lengan kirinya, “ini nama kamu, tulisannya Exton”
Exton menggeleng, “tattoo” Exton menunjuk ke arah punggung Robert.
Robert kaget dan melihat punggungnya lewat cermin, ia pun mulai membaca tulisan tattoo itu, “Emily?”
Robert terdiam, semua bayangan tercampur aduk dalam kepalanya.
Perempuan berbaju SMA yang selalu ia lihat adalah Emily dan semakin lama, wajah perempuan itu semakin jelas. Wajahnya seperti Evelyn.
“ah” Robert memegang kepala belakangnya.
“ayah”
“ayah gak apa-apa nak, kamu bobo ya, ini udah malem”
“gak mau” Exton sedih melihat Robert.
“Exton” Robert memakai shirt-nya dan membawa Exton keluar, ia memanggil babysitter dan menyuruhnya menidurkan Exton.
Robert kembali ke kamar.
“Robert” Emily membuka matanya.
Robert mendekati Emily, “tolong katakan yang sebenarnya, jangan membuatku bingung seperti ini. Kamu bukan Evelyn kan?”
Emily diam.
“jawab aku, aku benar-benar tidak mengerti. Kau tau sebagian ingatanku hilang, tolong bantu aku. Aku mohon” Robert menatap Emily.
“aku Emily”
“Emily” air mata Robert menetes.
“aku kembaran dari Evelyn”
“kenapa Evelyn tidak pernah mengatakan itu padaku?”
“karena aku memang sengaja pergi”
“apa kita pernah punya hubungan? Jawab aku”
“maafkan aku Robert” Emily menangis.
“jawab aku Emy”
Emily mengangguk, ia terharu. Sudah lama ia tidak mendengar Robert memanggilnya dengan sebutan Emy, “aku mencintaimu”
“kau menipuku” Robert berdiri.
“Robert” Emily bangun.
“kalian berdua sama saja”
“Robert, dengar dulu. Aku akan menjelaskan semuanya”
“tidak perlu, pasti kau mau berbohong lagi kan?”
“Robert, aku mohon” Emily berlutut dan memeluk kaki Robert.
“lepaskan aku”
“Robert”
“kepalaku sakit Emy”
Emily melepaskan Robert dan Robert pergi.
***
Robert membuka kulkas dan mengompres kepalanya, “apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“tuan” pelayan mendekat.
Robert menoleh.
“ada apa?”
“apa bibi tau siapa Emily?”
“kalau tidak salah, Emily pacar tuan saat SMA”
“bibi tau Emily itu saudara kembar dari Eve?”
“tuan sudah mengingat semuanya?”
Robert menggeleng, “aku hanya...”
Pelayan itu mendekat dan mengelus pundak Robert, “apa tuan masih mencintainya?”
“dia penipu”
“nona Emily pergi karena ada sebabnya, lebih baik tuan bertanya dulu padanya”
Robert diam.
“dimana tuan bertemu dengan nona Emily?”
“dia ada disini sekarang”
Pelayan itu pun kaget.
Robert kembali ke kamar,
“Robert” Emily memeluk Robert.
“kau mau menjelaskan semuanya?”
Emily mengangguk.
Mereka pun duduk dan Emily mulai menceritakannya...
Saat SMA,
Robert adalah pacar Emily, mereka sudah saling memantapkan hati untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius jika lulus nanti.
Tapi kenyataannya, Evelyn juga menyukai Robert. Ia mengancap akan bunuh diri jika Emily tidak mau melepaskan Robert untuknya.
Emily yang sangat menyayangi adik kembarnya itu pun memutuskan hubungannya dengan Robert, namun sayangnya, Robert mendapat kecelakaan saat itu.
Selama Robert dirawat, Emily selalu mengintipnya lewat jendela. Evelyn pun mulai mengambil alih saat mengetahui Robert hilang ingatan. Emily yang melihat hubungan mereka semakin dekat, merasa sakit dan ia pun memutuskan untuk pergi ke luar kota.
Sejak saat itu,
Robert tidak pernah tau jika Evelyn mempunya saudara kembar dan mereka pun menikah.
“kenapa kau pergi? Kenapa kau mengorbankan segalanya?”
“aku gak mau Evelyn melakukan hal nekad, dia pernah hampir memutuskan urat nadinya di depan mataku”
“kenapa kau pergi saat aku sakit?”
“aku tidak pernah meninggalkanmu saat kau koma, tapi karena kau sudah bersama Evelyn, aku tidak sanggup melihat itu. ia juga takut jika kau mencintaiku lagi”
“aku kira, perempuan yang selama ini selalu melihatku dari jendela adalah Eve. Ternyata itu kau”
“kau ingat?”
“kau fikir aku masih koma saat itu?”
Emily menunduk.
***
Siang itu,
Robert pergi ke makam Evelyn, ia menyimpan bunga di dekat nisan. “aku tidak menyengka semuanya akan berakhir seperti ini, kau meninggal bersama kekasihmu. Sementara aku dan Exton selalu menunggumu setiap waktu Eve. Meski sikapmu selalu membuatku kecewa, tapi Exton selalu menyayangimu. Kau adalah ibu terbaik baginya” Robert duduk dan bersandar ke nisan Evelyn, “apa kau sengaja mengembalikan Emily padaku? Apa kau ingin aku menikahinya sebagai  penggantimu?” air mata Robert menetes, “aku sudah memaafkan semua kesalahanmu Eve, semoga kau tenang disana. Do’akan aku agar aku bisa menjaga Exton dengan baik”
***
Di rumah,
Robert sedang duduk di kursi teras, ia masih memikirkan semuanya. Semua itu masih membingungkannya dan membuat kepalanya sakit.
“Robert” Emily keluar sambil membawa koper.
“kau mau kemana?” Robert kaget.
“aku akan pergi”
Robert menatap Emily.
“aku minta maaf, selama ini, aku tidak pernah bermaksud untuk menipumu. Aku hanya, aku ingin memperbaiki hubunganmu dengen Evelyn agar kau tidak terlalu...”
“apa benar hanya itu?” Robert berdiri dan mendekat, “selama ini kau selalu mengatakan jika kau sayang padaku, mencintaiku. Apa itu bohong?”
“tidak Robert, aku...” Emily menunduk.
“apa?”
“aku hanya merasa” Emily menangis, “kau sudah berbeda”
Robert memeluk Emily, “kau tau aku sakit, kau tau aku tidak bisa mengingat semuanya. Tapi aku, aku mencintaimu Emily” Robert menatap Emily, “jangan pergi, tetaplah disini. Bantu aku untuk mengingat semuanya” air mata Robert menetes.
Emily mengangguk.
Robert tersenyum, “boleh aku menciummu?”
Emily pun tersenyum.
Robert mencium Emily.
***
Di kamar,
Robert dan Emily duduk di kasur, Emily mengeluarkan sebuah buku dan Robert menatapnya.
“ini, aku selalu menulis semua yang kita lalui di buku ini”
Robert pun mengambilnya dan mulai membuka buku itu, ia membacanya.
Disana tertulis banyak hal indah sejak mereka bersama, Robert tersenyum.
Emily mengelus Robert, aku senang kita bisa sedekat ini lagi.
Robert tertawa, ia membaca hal lucu yang pernah terjadi diantara mereka, “apa ini benar?”
“tentu saja, kau fikir ini fanfiction?”
Robert menatap Emily dan tersenyum, “aku harap, ingatanku akan segera kembali”
“sudahlah, jangan terlalu difikirkan. Hanya disampingmu saja, aku sudah bahagia”
Robert memeluk Emily, “tugas kita berikutnya adalah membuat Exton mengerti”
“tapi dia masih terlalu kecil”
“tapi dia harus tau kalau kau adalah Emily dan jika dia sudah cukup besar, baru kita beritau semuanya”
Emily mengangguk.
The End
___
Thank’s for reading…
Maaf kalau isinya kurang menarik, komentar yang membangun sangat diharapkan! ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar